HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELLBEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG
NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh :
Rhesaroka Pramudita F 100 090 306
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELLBEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh : Rhesaroka Pramudita F. 100 090 306
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELLBEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG Rhesaroka Pramudita. F 100 090 306 Dra. Wiwien Dinar Pratisti, M.si Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Self-efficacy adalah keyakinan pada diri seseorang didalam menyelesaikan tugas tertentu dengan baik untuk mencapai tujuan tertentu. Subjective well-being merupakan penilaian individu mengenai kehidupannya yang dinilai dari penilaian secara kognitif dan emosional. Remaja yang memiliki Subjective well-being biasanya memiliki kualitas yang mengagumkan, namun untuk mencapai kualitas tersebut tidak mudah karena Subjective well-being dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya Self-efficacy. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Self-efficacy dengan Subjective well-being siswa SMA N 1 Belitang. Hipotesis “ada hubungan positif antara Self-efficacy dengan Subjective well-being. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik cluster sampling dimana populasi penelitian tergabung dalam kelompok-kelompok. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan random dengan cara undian. Subjek yang digunakan untuk penelitian adalah siswa SMA N 1 Belitang kelas X dan XI yang berjumlah 797 siswa, adapun sampel yang digunakan untuk penelitian berjumlah 169 siswa. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah skala yang terdiri dari skala Selfefficacy dan skala Subjective well-being. Berdasarkan analisis data menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,341 p-value =0,000 <0,05 yang artinya bahwa ada korelasi positif yang sangat signifikan antara Self-efficacy dengan Subjective well-being siswa SMA N 1 Belitang. Semakin tinggi Self-efficacy siswa maka semakin tinggi pula Subjective well-being yang dirasakan, demikian pula sebaliknya semakin rendah Self-efficacy siswa maka semakin rendah Subjective wellbeing yang dirasakan. Berdasarkan hasil analisis Self-efiicacy siswa tergolong tinggi dilihat dari rerata empirik sebesar 58,24 (tinggi) dan Subjective well-being siswa juga tergolong tinggi dilihat dari nilai rata-rata empirik affect scale 60,96 (tinggi) dan satisfaction scale 88,52 (tinggi). Sumbangan efektif variable Self-efficacy terhadap Subjective well-being sebesar 11,7% sisanya 88,3% dipengaruhi variabel lain diluar model. Kata kunci :Self-efficacy, Subjective well-being, Siswa
perasaan
PENDAHULUAN
yang
mudah
berubah.
Remaja dapat dengan mudah jatuh ke
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
dalam kondisi afek
masa dewasa yang pada umumnya
negatif
ditandai
menjadi kondisi afek yang
dengan
perubahan
fisik,
yang
sangat
namun berpeluang berubah
kognitif, dan psikososial, tetapi juga
(Santrock,
beresiko terhadap kesehatan mental.
remaja berada pada periode badai dan
Pada masa peralihan tersebut sering
tekanan (storm and stress) yaitu suatu
kali menyebabkan hambatan pada
masa di mana ketegangan emosi
remaja salah satunya di dalam dunia
meninggi
pendidikan.
terbagi
perubahan fisik dan kelenjar. Adapun
menjadi 2 bagian yaitu masa remaja
meningginya emosi terutama karena
awal yaitu diantara usia 11-15 tahun
para remaja berada di bawah tekanan
dan masa remaja akhir diantara usia
sosial dan menghadapi kondisi dan
16-18 tahun (Hurlock, 2004). Proses
harapan
pemenuhan
menyebabkan
Masa
remaja
tugas
perkembangan
2002).
positif
Keadaan emosi
sebagai
baru.
akibat
Keadaan
remaja
ini
mengalami
remaja tidak selalu berjalan lancar
kegagalan
karena
dan
masalah yang dihadapinya, sehingga
hambatan akibat kerawanan secara
masa remaja sering dikatakan sebagai
fisik, kognitif, sosial, dan emosi.
usia bermasalah. Bila remaja tidak
Kondisi remaja semacam ini dapat
mampu menyelesaikan masalah yang
mempengaruhi
sedang dihadapinya, maka akan timbul
menghadapi
tekanan
remaja
dalam
emosi
cita, kemampuan, ketertarikan, bakat,
dalam dirinya. Bahkan keadaan ini
kondisi emosi, dan pemikiran masa
dapat
depan (Santrock, 2002).
bersangkutan merasa tidak puas dalam
menarik
satu
untuk
kondisi dibahas
labil
dengan
adalah
remaja
yang
1999) Pengalaman
fluktuasi
emosi
yang
dialami oleh remaja tersebut salah
menyebabkan
menyenangkan
hidup dan tidak bahagia (Hurlock,
yang
kondisi emosi remaja. Emosi remaja cenderung
tidak
menyelesaikan
mempertimbangkan kesesuaian cita-
Salah
yang
dalam
dari
satunya
dapat
dipahami
Subjective well-being yang rendah,
atau
digambarkan dalam konsep Subjective
cenderung
well-being (SWB) yaitu suatu konsep
hidupnya dan memandang peristiwa
umum yang mengevaluasi mengenai
yang terjadi sebagai suatu hal yang
kehidupan remaja. SWB didefinisikan
tidak
sebagai cara individu mengevaluasi
menimbulkan
kehidupannya
menyenangkan
seperti
beberapa variabel, seperti kepuasan
depresi
kemarahan
hidup, rendahnya tingkat depresi dan
&Diener,1995).
kecemasan, dan adanya emosi-emosi
(kesejahteraan) mempunyai beberapa
dan suasana hati yang positif (Diener
aspek diantaranya adalah afek positif
et al, 2000)
dan afek negatif. Pada individu yang
dan
terdiri
Subjective merupakan mengenai
suatu
rendah
menyenangkan emosi
dan
sehingga yang
tidak
kecemasan, (Myers
Well-being
well-being
sejahtera secara emosi, afek positif
evaluasi
lebih sering dialami dibanding afek
bentuk
kehidupan
dari
menganggap
remaja
negatif (Diener, Lucas dalam Lewis &
itu
Haviland-Jones, 2000).
sendiri. Bentuk dari evaluasi tersebut
Berdasarkan data awal
meliputi dua cara yaitu penilaian secara kognitif, seperti kepuasan hidup
dilakukan pada
dan respon emosional terhadap suatu
2013 di SMA N 1 Belitang dengan
kejadian, seperti merasakan emosi
meminta
yang positif. Subjective well-being
kepada guru pembimbing konseling,
menarik
terdapat beberapa permasalahan yang
dianggap
untuk sebagai
dipelajari
karena
komponen
data
tanggal
yang
24 April
pelanggaran
siswa
sering terjadi pada siswa, yaitu: (1)
inti
dalam hidup yang baik. Remaja yang
banyaknya
memiliki level Subjective well-being
terlambat ke sekolah; (2) siswa tidak
yang tinggi, pada umumnya memiliki
masuk sekolah tanpa ijin; (3) pada
kualitas yang mengagumkan (Diener,
jam-jam tertentu siswa tidak masuk
2002). Remaja akan mampu mangatur
kelas; (4) siswa berangkat dari rumah
emosinya dan menghadapi berbagai
untuk sekolah namun mengurungkan
masalah dalam hidup dengan lebih
niat dan pergi dengan lawan jenis; (5)
baik. Sementara itu individu dengan
kesulitan dalam menentukan masa
siswa
yang
datang
depan; dan (6) kecemasan menghadapi
memiliki tingkat Subjective well-being
ujian.
yang tinggi karena dengan Subjective adalah
well-being yang tinggi siswa dapat
pada
mengatasi masalalah dengan baik.
berhasil
Subjective well-being yang tinggi akan
Self-efficacy kepercayaan
individu
kemampuannya
untuk
melakukan
tugas
tertentu
yang
membantu siswa untuk bisa belajar
diperlukan
untuk
mencapai
hasil
secara
maksimal,
sebaliknya
tertentu. Self-efficacy terdiri dari tiga
Subjective
aspek yaitu magnitude, generality,
dapat
strength.
psikologis (Suldo,2009).
Self-efficacy
membuat
well-beingyang
mengantar
perbedaan di dalam cara berpikir,
Namun
merasa, dan bertindak. Self-efficacy
kenyataannya,
juga
dapat
berkaitan
dengan
keyakinan
pada
rendah gangguan
demikian tidak
merasakan
pada
semua
siswa
Subjective
well-
mampu mengatasi stres. Orang yang
being. Hal ini dapat diketahui dari
memiliki Self-efficacy yang tinggi
adanya siswa yang merasakan kondisi
memilih untuk melakukan hal
yang
yang kurang nyaman, timbul perasaan
bersifat menantang dan sulit untuk
takut serta kecemasan ketika berada
dilakukan
disekolah,
sebaliknya
orang
yang
kesulitan
berinteraksi
memiliki Self-efficacy yang rendah
dengan guru, takut menghadapi masa
cenderung
depresi,
depannya, dan stres ketika menerima
ketidakberdayaan.
pelajaran yang sulit. Namun untuk
merasakan
kecemasan,
dan
Hubungan
Self-efficacy
dengan
mencapai Subjective well-being tidak
Subjective well-being secara garis
mudah karena Subjective well-being
besar
dipengaruhi
membuktikan
efficacy
bahwa
mempengaruhi
Self-
oleh
banyak
faktor,
diantaranya adalah harga diri, kontrol
kesehatan,
prestasi, dan kesuksesan beradaptasi.
diri,
Self-efficacy memberikan kontribusi
rendah, optimisme, relasi sosial yang
terhadap
positif, memiliki arti dan tujuan hidup,
kepuasan
hidup
dan
diketahui
bahwa
data siswa
di
demografis,
atas,
yang
dukungan
sosial,
pengaruh masyarakat dan budaya,
sebaiknya
neurotisme
faktor genetik, kepribadian, faktor
kesejahteraan siswa (Bandura, 1997). Berdasarkan
ekstraversi,
Penelitian yang dilakukan oleh
serta proses kognitif. Salah satu faktor yang mempengaruhi SWB adalah Self-
Karademas
efficacy.
bahwa
Self-efficacy kepercayaan
untuk
menunjukkan
Self-efficacy
sebagai
adalah
kemampuan untuk mengorganisasikan
pada
dan melaksanakan rangkaian tindakan
berhasil
yang dibutuhkan untuk menghasilkan
individu
kemampuannya
(2005)
melakukan
tugas
tertentu
yang
sesuatu yang ingin dicapai, segingga
diperlukan
untuk
mencapai
hasil
pada
akhirnya
dapat
tertentu. Self-efficacy terdiri dari tiga
kepuasan
aspek yaitu magnitude, generality,
indikator dari Subjective well-being.
strength.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan
Self-efficacymembuat
hidup
memberikan
oleh
merasa, dan bertindak. Self-efficacy
bahwa siswa yang memiliki Self-
juga
keyakinan
efficacy yang tinggi akan mampu
mampu mengatasi stres. Orang yang
mengelola emosi positif dan emosi
memiliki Self-efficacy yang tinggi
negatif yang dialami serta memiliki
memilih untuk melakukan hal
yang
hubungan interpersonal yang baik
bersifat menantang dan sulit untuk
sehingga membantu siswa untuk tetap
dilakukan
yang
memiliki pandangan dan harapan yang
memiliki Self-efficacy yang rendah
positif akan masa depannya. Selain
cenderung
itu, juga mempertahankan konsep diri
dengan
sebaliknya
orang
merasakan
kecemasan,
dan
Hubungan
Self-efficacy
depresi,
siswa,
ketidakberdayaan. dengan
(2005)
merupakan
perbedaan di dalam cara berpikir,
berkaitan
Capara
yang
yang
merasakan
menjelaskan
membuat
siswa
kepuasan
akan
Subjective well-being secara garis
kehidupannya dan merasakan emosi
besar
yang positif.
membuktikan
efficacy
bahwa
mempengaruhi
Self-
Berdasarkan
kesehatan,
latar
belakang
prestasi, dan kesuksesan beradaptasi.
yang telah dikemukakan Berbagai
Self-efficacy memberikan kontribusi
permasalahan
terhadap
kalangan
kepuasan
hidup
dan
Siswa,
muncul
menarik
di
untuk
melakukan sebuah penelitian dengan
kesejahteraan siswa (Bandura, 1997).
rumusan
yang
masalah
“Apakah
ada
hubungan antara Self-efficacy dengan
bebas.Self-efficacy sedangkan variable
Subjective well-being siswa SMA N 1
tergantungnya Subjective well-being.
Belitang?”.
Untuk
pertanyaan
tersebut,
Teknik
menjawab maka
mengadakan
penelitian
“Hubungan
antara
sampling
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
perlu
teknik
mengenai
Cluster
Sampling.
Cluster
Self-efficacy
Sampling digunakan apabila populasi
dengan Subjective well-being siswa
penelitian tergabung dalam kelompok-
SMA Negeri 1 Belitang”
kelompok. Teknik Cluster Sampling sering sekolah
METODE PENELITIAN Penelitian
diterapkan
dilaksanakan
wilayah
(Mulyatiningsih,2012).
Pengambilan
di
dalam
sampel
dilakukan
SMA N 1 Belitang, alasan peneliti
dengan menggunakan random dengan
mengambil sampel pada SMA N 1
cara undian, yakni membuat gulungan
Belitang
data
kertas yang bertuliskan kelas X A-K
wawancara dengan guru BK dan siswa
dan kelas XI A-K kemudian gulungan
yang diambil di SMA N 1 Belitang
kertas yang bertuliskan nama kelas itu
menunjukkan masih adanya kenakalan
dibagi dalam dua kotak yaitu kotak
dan
pertama kelas X dan kotak kedua kelas
adalah
berdasarkan
pelanggaran
yang
dilakukan
siswa, serta ada siswa yang mengalami
XI,
kecemasan dan kesulitan berinteraksi
gulungan dalam setiap kotak sehingga
dengan
peneliti
di dapatkan dua kelas yang digunakan
berasumsi masih ada siswa yang
sebagai tryout setelah itu mengambil
merasa
tiga gulungan dalam setiap kotak
guru,
sehingga
kurang
sejahtera
dengan
mengambil
satu
sehingga didapatkan enam kelas yang
kehidupannya. Agar
kemudian
dapat
digunakan sebagai subjek penelitian
menentukan
rancangan yang akan digunakan dalam
Kedua
penelitian,
sebelumnya
bertuliskan nama kelas itu dibagi
pengumpulan data perlu ditentukan
dalam dua kotak kemudian mengambil
variabel-variabel
digunakan
tiga gulungan dalam setiap kotak.
dalam penelitian. Adapun variabel
Adapun sampel yang digunakan dalam
yang
penelitian
maka
digunakan
yang
adalah
Variabel
gulungan
ini
kertas
adalah
yang
mengambil
Skala
sampel siswa dari kelas dari kelas X dan XI SMA N 1 Belitang. Alat
ukur
Subjective
well-being
digunakan untuk mengungkap tingkat kesejahteraan
yang digunakan
subjektif
seseorang.
dalam penelitian ini adalah skala yang
Skala SWB ini terdiri dari 2 skala,
terdiri dari skala Self-efficacy dan
yaitu Satisfaction with Life Scale
skala
(SWLS)
Subjective
well-being.
Self-
yang
akan
mengukur
efficacy dalam penelitian ini diungkap
kepuasan hidup secara global dan
dengan
Self-
Positive Affect and Negative Affect
efficacy yang dibuat Susilawati (2009)
Scale (PANAS) yang akan mengukur
yang digunakan pada siswa SMA
afek
Negeri
telah
seseorang. Skor untuk mengungkap
dimodifikasi oleh peneliti. Modifikasi
Subjective well-being keseluruhannya
yang dilakukan yaitu dalam tata
didapat dengan mencari z skor dari
bahasa dan bentuk-bentuk pernyataan
kedua skala tersebut. Adapun rumus
yang sesuai dengan tujuan penelitian
mencari skor SWB yaitu z skor
ini. Skala Self-efficacy ini memiliki
kepuasan hidup ditambah z skor affect
nilai koefisien validitas (rxy) bergerak
balance.
menggunakan
8
Surakarta
skala
yang
positif
dan
afek
negatif
dari rxy = 0,252 sampai dengan rxy =
Tabel2
0,576 dengan p<0,05 dan koefisien
Blue Print Skala Subjective well-
reliabilitas (rtt) = 0,793. Skala Self-
being
efficacy dibuat berdasarkan aspekaspek
Self-efficacy
terdiri
Nomor Aitem Jumlah Favourable Unfavourable 1, 2 ,3, 4, 5,6,7,8,9,10,11, Kognitif Satisfaction With Life Scale ‐ 18 12,13,14,15,16,17,18 Afektif Positive Affect Scale 1,2,4,6,8,10,12,14,18,20 ‐ 10 Negative Affect Scale ‐ 3,5,7,9,11,13, 15,16,17,19 10 Total 28 10 38 Aspek
dari
Magnitude, strength, Generality. Tabel 1
Alat ukur
Blue Print Skala Self-efficacy Metode
Aspek Favourable Unfavourable Total Tingkat kesulitan (magnitude) 1,2,5,14, dan 20 9, 12, 20 8 Umum (generality) 4,6,8,10 11,15,17 7 Kekuatan (strength) 3,7,13 16,18 5 Jumlah 12 8 20
analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
korelasi
product
moment.
Teknik korelasi Product Moment dari Carl Pearson. Alasan menggunakan teknik
korelasi
Product
Moment
karena untuk mengetahui hubungan
tryout yang digunakan untuk uji
Self-efficacy dengan Subjective well-
validasi
being siswa. Selain itu juga untuk
digunakan.
mengetahui sejauhmana peranan atau
penelitian
sumbangan terhadap Sebelum product
terhadap
skala
Pemilihan dilakukan
dengan
yang subjek cara
variabel
Self-efficacy
cluster random sampling. Kelas yang
Subjective
well-being.
terpilih yaitu kelas X-F berjumlah 28
uji
korelasi
siswa dan XI-D berjumlah 32 siswa,
terlebih
dahulu
subjek berjumlah 60 siswa tersebut
dilakukan moment,
uji
digunakan untuk tryout, sedangkan
linearitas. Untuk metode analisis data
kelas X dan XI selain kelas yang
yang digunakan dalam penelitian ini
digunakan
menggunakan
dengan
dirandom kembali dan yang terpilih
program SPSS (Statistical Product
digunakan sebagai subjek penelitian,
and Service Solutions) IBM Statistics
adapun kelas yang terpilih adalahkelas
16 For Windows Program.
X-J berjumlah 40 siswa, kelas X-E
dilakukan
uji
normalitas
dan
statistik
berjumlah HASIL
PENELITIAN
untuk
30
tryout
siswa,
kelas
akan
X-D
berjumlah 25 siswa dan kelas XI-J
DAN
berjumlah
PEMBAHASAN
26
siswa,
kelas
XI-E
berjumlah 16 siswa, kelas XI-K
Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Belitang yang berada di Jln.
berjumlah 32 siswa.
Subjek yang
Marga Pemuka Bangsa Raja No. 1001
digunakan untuk penelitian berjumlah
Gumawang - Belitang - OKU Timur.
169 siswa.
ini memiliki akreditasi A.
Hasil validitas dan reliabilitas
Jumlah siswa di SMA N 1 Belitang
skala Self-efficacy dan skala Subjective
sebanyak ± 1113
well-being dapat dilihat pada tabel
SMA
siswa,
dengan
berikut :
rincian kelas X berjumlah 407 siswa, kelas XI berjumlah 390 siswa, kelas XII berjumlah 316 siswa.Subjek yang akan
digunakan
untuk
penelitian
adalah kelas X dan XI. Langkah pertama
dengan
mengambil
data
Z = 0,619; signifikansi (p) = 0,838; (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan sebaran data variabel Subjective WellBeing memenuhi distribusi normal.
Tabel 3 Rangkuman Hasil Validitas dan Reliabilitas Nilai Koefisien Validitas Reliabilitas
Variabel
Dari 169 siswa yang dijadikan sampel maka didapat hasil korelasi
Jumlah
product moment dengan bantuan SPSS
Aitem = 20 0,281 s/d0,663 Alpha (α) = 0,727 Valid = 20
Self‐Efficacy
sebagai berikut.
Subjective Well‐Being a. Affect Scale b. Satisfaction
Tabel 4 Hasil Uji Pearson Product Moment
Aitem = 20 Valid = 20 Aitem = 18 0,281 s/d 0,642 Alpha (α) = 0,735 Valid = 18 0,282 s/d 0,591 Alpha (α) = 0,732
Variabel Self‐Efficacy*Subjective Well‐Being
N R R2 p‐value 169 0,341 0,117 0,000
Analisis data dilakukan setelah dilakukan uji asumsi yang meliputi uji
Berdasarkan tabel 4 diatas
normalitas sebaran dan uji linieritas
diketahui bahwa nilai R= 0,341 p-
hubungan. Hal ini dilakukan karena
value =0,000 <0,05 yang artinya
syarat teknik korelasi product moment
bahwa ada korelasi positif yang sangat
adalah
variabel
signifikan antara Self-efficacy dengan
mempunyai distribusi yang normal,
Subjective well-being siswa SMA N 1
antara variabel bebas dan variabel
Belitang,
tergantung mempunyai korelasi yang
efficacysiswa maka semakin tinggi
linier.
pula
sebaran
data
Berdasarkan
hasil
uji
Semakin
Subjective
tinggi
well-being
Self-
yang
normalitas pada variabel Self-efficacy
dirasakan, demikian pula sebaliknya
diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov
semakin rendah Self-efficacy siswa
Z = 0,1316; signifikansi (p) = 0,063;
maka semakin rendah Subjective well-
(p>0,05).Hasil tersebut menunjukkan
being yang dirasakan.
bahwa sebaran data variabel Self
Hasil data yang diperoleh dari
efficacy memenuhi distribusi normal.
skala
Sedangkan
normalitas
dikategorikan
well-being
dilihat pada tabel dibawah ini :
variabel
hasil
uji
Subjective
diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov
Self-efficacy dan
kemudian
hasilnya
dapat
Tabel 5 Distribusi frekuensi Self -Efficacy
1. Affect Scale Tabel 6 Distribusi frekuensi Affect Scale
Interval Skor Kategorisasi Rerata Empirik Rerata Hipotetik Frekuensi Prosentase 20 ≤ X < 32 Sangat rendah 0 0% 32 ≤ X < 44 Rendah 1 0,6% 44 ≤ X < 56 Sedang 50 45 26,6% 56 ≤ X < 68 Tinggi 58,24 144 67,5% 68 ≤ X < 80 Sangat tinggi 9 5,3% Total 169 100%
Interval Skor Kategorisasi Rerata Empirik Rerata Hipotetik Frekuensi Prosentase 20 ≤ X < 32 Sangat rendah 0 0% 32 ≤ X < 44 Rendah 5 3% 44 ≤ X < 56 Sedang 50 39 23,1% 56 ≤ X < 68 Tinggi 60,96 97 57,4% 68 ≤ X < 80 Sangat tinggi 28 16,6% Total 169 100%
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa skor Self-efficacy siswa SMA
Berdasarkan tabel 6 diketahui
N 1 Belitang tergolong tinggi, hal ini
bahwa
dapat
dari rerata empirik
kategori sangat rendah tidak ada,
sebesar 58,24 yang tergolong tinggi.
rendah ada 5 orang (3%), sedang ada
Untuk kategori sangat rendah tidak
39 orang (23,1%), Tinggi ada 97 orang
ada, rendah ada 1 orang (0,6%),
(57,4%), dan sangat tinggi ada 28
sedang ada 45 orang (26,6%), Tinggi
orang (16,6%). Hasil perhitungan
ada 144 orang (67,5%), dan sangat
statistik menunjukkan bahwa skor
tinggi ada 9 orang (5,3%)
skala Subjective well-being pada affect
dilihat
Pengkategorian
nilai
Affect
Scale
dalam
skala
scale (skala kebahagiaan) berada pada
Subjective well-being dalam penelitian
kategori tinggi hal ini dilihat dari rata-
ini dibagi menjadi dua, sesuai dengan
rata empirik 60,96.
aspek yang diungkap dalam SWB
2. Satisfaction
yaitu affect scale (kebahagiaan) dan
Tabel 7 Distribusi frekuensi Satisfaction
satisfaction (kepuasan hidup). Hasil
Interval Skor Kategorisasi Rerata Empirik Rerata Hipotetik Frekuensi Prosentase 18 ≤ X < 36 Sangat rendah 0 0% 36 ≤ X < 54 Rendah 0 0% 54 ≤ X < 72 Sedang 63 15 8,9% 72 ≤ X < 90 Tinggi 88,52 74 43,8% 90 ≤ X < 108 Sangat tinggi 80 47,3% Total 169 100%
data dari skala SWB dapta dilihat pada tabel berikut ini:
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa
nilai
Satisfaction
dalam
kategori sangat rendah tidak ada,
rangkaian tindakan yang dibutuhkan
rendah tidak ada, kategori sedang ada
untuk menghasilkan sesuatu yang
15 orang (8,9%), tinggi ada 74 orang
ingin dicapai, pada akhirnya dapat
(43,8%), dan sangat tinggi ada 80
memberikan kepuasan hidup yang
orang (47,3%). Hasil perhitungan
merupakan indikator dari Subjective
statistik menunjukkan bahwa skor
well-being. Menurut Bandura (1997)
skala
hubungan
Subjective
well-being
pada
Self-efficacy
dengan
satisfaction scale (skala kepuasan)
Subjective well-being secara garis
berada pada kategori tinggi hal ini
besar literatur membuktikan bahwa
dilihat dari rata-rata empirik 88,52.
keyakinan mempengaruhi kesehatan, prestasi, dan kesuksesan beradaptasi.
Berdasarkan hasil penelitian diatas didapatkan hasil bahwa ada
Bandura
juga
menjelaskan
hubungan yang nyata/signifikan antara
efficacy memiliki ruang lingkup dan
Self-efficacy dengan Subjective well-
fungsi di dalam belajar, bekerja,
being siswa SMA N 1 Belitang dengan
berolahraga, kesehatan, penyesuaian
nilai p-value 0,000 Hal tersebut
diri, dan kesejahteraan. Self-efficacy
menunjukkan bahwa ada hubungan
Self-
menentukan
positif yang sangat signifikan antara
perbedaan bagaimana orang tersebut
Self-efficacy dengan Subjective well-
berpikir, merasa, dan bertidak. Self-
being pada siswa SMA N 1 Belitang.
efficacy
Hubungan yang positif dari penelitian
optimis
ini menggambarkan bahwa semakin
menghadapi berbagai macam tekanan
tinggi Self-efficacy yang dimiliki siswa
di dalam hidupnya. Seseorang yang
SMA N 1 Belitang maka semakin
memiliki self- efficacy yang tinggi
tinggi Subjective
mampu melihat segala sesuatunya
well-being
yang
seseorang
dengan untuk
rasa
mampu
dengan positif, berani menghadapi
dirasakan. Hasil Penelitian dengan
berkenaan
seperti
hasil
sesuai
tantangan dan melakukan tugas yang
penelitian
berat sekalipun, menganggap masalah
ini
Karademas (2005) bahwa dengan Self-
sebagai
efficacy sebagai kemampuan untuk
diselesaikan bukan sesuatu ancaman
mengorganisasikan dan melaksanakan
yang
sesuatu
harus
yang
dihindari.
maka
harus
hal
tersebut akan membantu seseorang
rendah ada juga tidak ada, kategori
mengevaluasi hidupnya dengan baik
sedang ada 15 orang (8,9%), Tinggi
sehingga tercapailah Subjective well-
ada 74 orang (43,8%), dan sangat
being. Sebaliknya seseorang yang
tinggi ada 80 orang (47,3%) kurang
memiliki Self-efficacy yang rendah
ada 16,0%, dan untuk kategori cukup
akan
mengalami
ada 66,3%, sedangkan untuk kategori
depresi, kecemasan dan keputusasaan.
baik ada 17,8%. Jadi mayoritas tingkat
Pencapaian
Subjective well-being dalam kategori
cendrung
sering
Subjective
well-being
tinggi.
dipengaruhi oleh Self-efficacy.
Hasil
kategorisasi
dalam
siswa
penelitian ini untuk skala Subjective
SMA N 1 Belitang dalam kategori
well-being diketahui bahwa siswa
sangat rendah tidak ada, rendah ada 1
SMA N 1 Belitang memiliki tingkat
orang (0,6%), sedang ada 45 orang
Subjective well-being yang tinggi, Hal
(26,6%),
orang
ini dapat dilihat dari hasil affect scale
(67,5%), dan sangat tinggi ada 9 orang
dengan rata-rata empirik 60,96 (masuk
(5,3%) Jadi secara umum siswa SMA
kategori tinggi) dan satisfaction scale
N 1 Belitang memiliki Self-efficacy
dengan rata-rata empirik 88,52 (masuk
yang tinggi, dimana hal tersebut dapat
kategori tinggi). Jadi secara umum
dilihat
yang
siswa SMA N 1 Belitang memiliki
dalam
Subjective well-being yang tinggi,
menyelesaikan tugas, dan kekuatan
artinya bahwa siswa SMA N 1
terhadap keyakinan yang dimiliki.
Belitang yang menjadi subjek dalam
Tingkat
dimiliki,
Self-efficacy
Tinggi
melalui
ada
144
kemampuan
keyakinan
penelitian
Tingkat Subjective well-being
ini
mampu
menjalani
Siswa SMA N 1 Belitang dengan
kehidupan mereka dengan perasaan
kategori Affect Scale dalam kategori
bahagia dan puas. dimana hal tersebut
sangat rendah tidak ada, rendah ada 5
dapat
orang (3%), sedang ada 39 orang
kebahagiaan
(23,1%), Tinggi ada 97 orang (57,4%),
siswa SMA N 1 Belitang.
dilihat dan
melalui kepuasan
tingkat hidup
dan sangat tinggi ada 28 orang
Sumbangan efektif antara Self-
(16,6%). Nilai Satisfaction dalam
efficacy dengan Subjective well-being
kategori sangat rendah tidak ada,
adalah 11,7 % yang artinya bahwa
variabel
tingkat
memberikan
dengan Subjective well-being Siswa
Self-efficacy
sumbangan
SMA N 1 Belitang.
efektif
well-being.
2. Tingkat Self-efficacy dalam
Sebesar 11,7% sedangkan sisanya
kategori sangat rendah tidak ada,
88,3% dipengaruhi variabel lain diluar
rendah ada 1 orang (0,6%), sedang ada
model. Hasil yang disumbangkan Self-
45 orang (26,6%), Tinggi ada 144
efficacy untuk Subjective well-being
orang (67,5%), dan sangat tinggi ada 9
tidak bisa dikatakan kecil, karena
orang (5,3%). Jadi mayoritas tingkat
88,3% sisanya harus dibagi dengan
Self-efficacy dalam kategori tinggi.
terhadap
Subjective
3. Tingkat Subjective well-
variabel lain yang juga mempengaruhi Subjective
Variabel
being terdiri dari skala kebahagiaan
tersebut diantaranya adalah harga diri
(affect scale) dan kepuasan hidup
(self-esteem),
(satisfaction).
control
well-being.
sense
of
percieved
kepribadian,
diri),
Scale
pada
menunjukkan siswa termasuk dalam
ekstraversi,
kategori tinggi dan Satisfaction scale
(kepercayaan
kemampuan
Affect
optimisme,
juga
hubungan
menunjukkan
siswa
dalam
sosial,
kategori tinggi. Jadi mayoritas Tingkat
neurotisme yang rendah, pengaruh
Subjective well-being siswa SMA N 1
budaya dan masyarakat, dan proses
Belitang termasuk dalam kategori
kognitif, genetic, demografis, jenis
tinggi.
sosial
dan
kelamin,
dukungan
usia,
pendidikan,
4. Variabel tingkat Self-efficacy
perkawinan, pendapatan, pekerjaan,
memberikan
kesehatan, agama, waktu luang, etnis,
terhadap
peristiwa kehidupan, kompetensi.
Sebesar 11,7% sedangkan sisanya
Berdasarkan tujuan penelitian
Subjective
efektif well-being
88,3% dipengaruhi variabel lain diluar model.
dan hasil penelitian yang dilakukan pada 169 siswa SMA N 1 Belitang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Self-efficacy
sumbangan
Hurlock, Elizabeth B. 2004.Developmental Psychology. Jakarta: Erlangga
DAFTAR PUSTAKA Bandura, A. 1997. Self-efficacy:The exercise of control. New York: Freeman.
Karademas, E.C. 2005. Self-efficacy, Social Support And WellBeing. The Mediating Role of Optimism. Personality and Individual Differences. 40, 1281–1290
Caprara, G.V. & Steca, P. (2005). Affective and social selfregulatory efficacy beliefs as determinants of positive thinking and happiness. European Psychologist, 4, 275-286.
Mulyatiningsih, E. (2012). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Diener, E. 2000. Subjective wellbeing. The science of happiness and a proposal for a national index. American Psychologist, 55, 34-43. Diener,
Myers, D. G., & Diener, E. 1995. Psychological Science, 6, 1019. (reprinted in Annual Editions: Social Psychology 97/98; digested in Frontier Issues in Economic Thought: Vol. 3, Human Well-Being and Economic Goals, ed. Neva Goodwin.
E., & Lucas, R. 2000. Subjective emotional wellbeing. In M. Lewis & J. M. Haviland-Jones (Eds.), Handbook of emotions (2nd ed., pp. 325-337). New York: Guilford.
Santrock, J. W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup (5th ed.). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. 2002. Subjective well-being: The science of happiness and life satisfaction. In C.R. Snyder & S. J. Lopez (Eds.), The hand book of positive psychology.(pp. 63-73). NewYork: Oxford University Press
Suldo,
Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta : Erlangga.
S. M. 2009 Parent-child relationship. In R. Gilman, E. S. Huebner, & M. J. Furlong Hand book of Positife Psychology in School (PP. 245256) Taylor & Francis Routledge, New York.