HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI PENARI BALI REMAJA DI KABUPATEN GIANYAR Fransiska Febby Petriani
[email protected] Dosen Pembimbing : Wing Ispurwanto Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530. Telp. (62-21) 535 0660 Fax. (62-21) 535 0644
ABSTRAK Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang menarik untuk dinikmati. Salah satunya adalah seni tari Bali. Tari Bali tidak lepas dari peran penari Bali dalam menampilkan tarian Bali yang khas. Penari Bali mengukir prestasi dalam pementasan skala Nasional dan skala Internasional. Eksistensi penari bali ditandai oleh padatnya jadwal pementasan dan kompetisi tari Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self efficacy dan motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar. Penelitian ini mengacu pada teori self efficacy Albert bandura (1997) dan motivasi berprestasi David McClelland (1987). Populasi dalam penelitian ini adalah penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar. Peneliti mengambil sampel penelitian sebanyak 60 penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner dengan validitas di atas 0,30. Reliabiltas alat ukur self efficacy sebesar 0,911 dan motivasi berprestasi sebesar 0,933. Analisa data penelitian menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara self efficacy dan motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar sebesar 0,968 dengan nilai signifikansi (2-tailed) 0,000. Hubungan yang terjadi di antara dua variabel adalah searah. Semakin tinggi self efficacy, maka semakin tinggi motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar. Kata Kunci: Self efficacy, Motivasi Berprestasi, Penari Bali Remaja
ABSTRACT Indonesia has interesting culture diversity to be enjoyed. One of the art is Balinese dance. Balinese dance cannot be separeted from Balinese dancer’s role who perform the particular Balinese dance. Balinese dancer reach achievement in National and International performance. Existence of Balinese dancer marked by full performance and competition schedules. The purpose of this reseach ascertains there is or not correlation between self-efficacy and achievement motivation the young Balinese dancer in Kabupaten Gianyar. This reseacrh refers to Albert Bandura’s self-efficacy theory (1997) and David McClelland’s achievement motivation theory (1987). The young Balinese dancer in Kabupaten Gianyar as research’s population. This research has involved 60 samples of the young Balinese dancer in Kabupaten Gianyar by using purposive sampling technique. The measuring tools in this research was used self-efficacy questionnaire which has reliability 0,911 and achievement motivation questionnaire which has reliability 0,933. Both of questionnaire
has validiy above 0,30. The data analysis was used Pearson Correlation Coefficient analysis method. Research’s result shows there is correlation between self-efficacy and achievement motivation the young Balinese dancer in Kabupaten Gianyar amounted to 0,968 with sig (2-tailed) 0,000. Correlation between two variabel is positive and significant. If self-efficacy increase, achievement motivation of the young Balinese dancer in Kabupaten Gianyar will increase. Keyword: Self-efficacy, Achievement Motivation, The Young Balinese Dancer
PENDAHULUAN Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Hasil beberapa penelitian dan survei menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan berkunjung ke Bali termotivasi oleh keunikan budaya Bali (Ardika, 2004). Para peneliti mengemukakan ada dampak positif dan negatif pariwisata terhadap kebudayaan Bali (Ruastiti, 2005). Dampak negatif yang terjadi seperti adanya komersialisasi, komodifikasi dan profanisasi yang mengarah pada penggerusan. Sedangkan, dampak positif tampak pada semakin tingginya kreativitas seni budaya penduduk lokal untuk memenuhi kepentingan pariwisata (Ruastiti, 2005). Salah satu kesenian Bali yang paling sering ditampilkan di hadapan wisatawan adalah pementasan tari Bali. Tari Bali merupakan suatu wujud apresiasi seni dan ekspresi kebudayaan yang dijiwai oleh kekuatan nilai budaya Hindu–Bali. Tari Bali erat dengan aspek kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Bali. Eksistensi tari Bali memiliki tempat yang istimewa di kalangan masyarakat Bali. Seni tari dan musik Bali ditampilkan pertama kali di hadapan penonton Barat pada tahun 1930–an. Sejak saat itu, kesenian Bali bersaing dengan beragam kesenian etnis dari belahan dunia lainnya. Salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang dikenal sebagai daerah kesenian dan kebudayaan yang tinggi adalah kabupaten Gianyar (Kabupaten Gianyar, 2012). Hampir setiap wilayah di Kabupaten Gianyar menyajikan tarian Bali untuk dinikmati oleh wisatawan. Wisatawan dapat berkunjung ke tempat pementasan tari Bali pada pagi, siang, sore dan malam hari. Intensitas pementasan tari Bali dapat dikatakan tinggi dan memerlukan banyak penari Bali remaja yang siap untuk menampilkan tari Bali. Penari Bali remaja berasal dari beberapa sanggar di Kabupaten Gianyar. Sosok penari Bali remaja menarik untuk diteliti. Selama pementasan tari Bali, wisatawan kagum pada penampilan penari Bali remaja yang energik dan ekspresif. Penari Bali remaja harus melalui perjuangan yang cukup berat untuk meraih prestasi dalam skala Nasional dan skala Internasional. Tidak heran jika banyak kendala dan tantangan yang dihadapi oleh penari Bali remaja. Padatnya jadwal pementasan dan kompetisi tari Bali dapat menurunkan keyakinan diri dan motivasi berprestasi penari Bali remaja. Waktu latihan yang padat dan singkat, kondisi fisik cepat menurun karena kelelahan, rasa grogi dan kurang yakin dengan kemampuan menari Bali yang dimiliki dapat mempengaruhi kondisi psikis penari Bali remaja yang hendak menghadapi pementasan dan kompetisi tari Bali. Bandura (dalam Baron dan Byrne, 2004), self–efficacy mengarah pada keyakinan individu pada kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan dalam mencapai hasil yang harus digapai. Sebuah tarian Bali dikemas menarik dalam beragam gerakan dan alunan musik gamelan yang mengiringi tarian tersebut. Oleh karena itu, penari Bali remaja dituntut untuk mampu mengatur gerakan tari yang tepat sehingga menghasilkan gerakan yang memukau penonton. Self–efficacy dapat mempengaruhi pilihan tugas, usaha yang dikeluarkan, ketekunan dan pencapaian seseorang (Bandura dan Locke, 2003; Schunk dan Zimmerman, 2006). Untuk mencapai hasil yang memuaskan, penari Bali remaja berlatih tari Bali dengan tekun dan berusaha untuk memperbaiki gerakan yang belum tepat. Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dan berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di seluruh kegiatan. Self–efficacy dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber (Bandura dalam Alwisol, 2009): Pengalaman performansi, Pengalaman vikarius, Persuasi Sosial dan Keadaan Emosi. Bandura (1997)
mengemukakan tiga dimensi self–efficacy yang digunakan sebagai dasar dalam pengukuran self–efficacy seseorang: Level, Generality dan Strength Motivasi berprestasi adalah dorongan seseorang untuk sukses atau berhasil dalam kompetisi dengan ukuran keunggulan berupa prestasi orang lain atau prestasi sebelumnya (McClelland dan Atkinson dalam Beck, 2000). Penari Bali remaja terdorong untuk terus berkarya. Lingkungan yang kompetitif dapat memacu motivasi penari Bali remaja dalam mencapai prestasi. McClelland (dalam Santrock, 2003) mengemukakan motivasi berprestasi adalah suatu motif untuk menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu standar kesuksesan dan melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk melakukan suatu kesuksesan. Penari Bali remaja dihadapkan pada jadwal pementasan yang padat, dituntut untuk sukses dalam menampilkan tarian yang tepat dan tekun berlatih agar hasil pementasan memuaskan. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa individu yang mencerminkan motivasi berprestasi tinggi memiliki harapan untuk sukses yang lebih besar daripada ketakutan akan kegagalan, lebih memilih tugas dengan resiko sedang dan tekun dalam usahanya ketika menghadapi tugas yang semakin sulit (Atkinson dan Raynor dalam Santrock, 2003). Dalam setiap pementasan dan kompetisi tari Bali, penari Bali remaja berharap untuk unggul. Tentunya hal ini didukung oleh kemauan keras untuk terus mengasah keterampilan menari Bali. McClelland (1987) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai dorongan seseorang untuk berusaha mencapai suatu standar atau ukuran keunggulan. McClelland (dalam Hasibuan, 2005) mengemukakan beberapa karakteristik seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi: Pemilihan aktivitas yang menantang, Tanggungjawab, Ketekunan, Umpan balik, Inovatif dan kreatif. McClelland (1987) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memiliki motivasi berprestasi tinggi: Faktor intrinsik dan Faktor ekstrinsik Masa remaja dapat menjadi titik yang penting terutama dalam motivasi berprestasi dan motivasi sosial (Henderson dan Dweck, 1990). Penari Bali remaja dihadapkan pada kesempatan untuk berprestasi baik dalam skala Nasional maupun skala Internasional. Hal terpenting adalah bagaimana cara meningkatkan motivasi berprestasi penari Bali remaja agar dapat mencapai prestasi yang gemilang dan berkesinambungan. Masa remaja merupakan peralihan masa perkembangan antara masa kanak–kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, psikososial dan kognitif (Papalia, olds dan Feldman, 2009). Menurut Thornburg (1982), remaja dibagi ke dalam tiga tahap: remaja awal (usia 13–14 tahun), remaja tengah (15–17 tahun) dan remaja akhir (18–21 tahun). Fenomena penari Bali remaja yang cukup unik diwarnai dengan tantangan dan kendala membuat mereka terpacu untuk mengembangkan keterampilan menari Bali dan meningkatkan motivasi berprestasi. Penari Bali remaja yang identik dengan gerakan energik dan ekspresif mampu menjadi sumber daya manusia yang kuat untuk terus berkarya baik dalam skala Nasional maupun skala Internasional. Berdasarkan fenomena penari Bali remaja yang telah diuraikan dalam latar belakang, peneliti membuat sebuah rumusan masalah penelitian yang menarik untuk diteliti, yaitu: Apakah ada hubungan antara self–efficacy dan motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar. Penelitian ini memiliki sebuah tujuan, yaitu mengetahui apakah ada hubungan antara self–efficacy dan motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar.
METODE PENELITIAN Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Subjek dalam penelitian ini memiliki karakteristik sampel yaitu penari Bali remaja dan berdomisili di Kabupaten Gianyar. Penelitian ini melibatkan 80 penari Bali remaja dengan proporsi 20 penari Bali remaja untuk uji coba alat ukur dan 60 penari Bali remaja untuk penelitian. Peneliti menggunakan teknik sampling berupa non probability sampling dengan metode purposive sampling.
Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif. Mujis (dalam Suharsaputra, 2012) mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai penelitian yang ditujukan untuk menjelaskan fenomena dengan menggunakan data-data numerik, kemudian dianalisa yang umumnya menggunakan statistik. Dalam penelitian kuantitatif, terdapat dua jenis penelitian, yaitu: penelitian eksperimental dan penelitian non– eksperimental (Seniati, ddk, 2009). Penelitian ini menggunakan penelitian non–eksperimental karena tidak ada observasi yang objektif terhadap suatu fenomena yang dibuat agar terjadi dalam suatu kondisi yang terkontrol ketat, dimana satu atau lebih faktor divariasikan dan faktor yang lain dibuat konstan (Zimney dalam Christensen, 2001). Selain itu, penelitian ini tidak mengandung unsur manipulasi terhadap variabel penelitian (Solso dan Maclin, 2002). Selanjutnya, penelitian non–eksperimental ini menggunakan metode penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (Sarwono, 2012). Penelitian korelasional sangat bermanfaat karena semakin kuat dua peristiwa berkorelasi, semakin efektif kita dapat memprediksi satu dari yang lain (Sprinthall, 2007). Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara self-efficacy dan motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar.
Alat Ukur Penelitian Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Kuesioner merupakan alat ukur penelitian dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan pendapat, aspirasi, persepsi, keinginan, keyakinan dan lainnya secara tertulis (Suharsaputra, 2012). Kuesioner yang bagus mencakup pernyataan yang konkret, spesifik dan tidak ambigu, serta beberapa cara untuk memastikan keaslian jawaban responden (Rosnow dan Rosenthal, 2005). Pemberian kuesioner dilakukan secara langsung dengan responden. Responden diminta untuk mengisi seluruh pertanyaan yang tertera di dalam kuesioner. Pada umumnya pertanyaan berisi dua hal utama yaitu identitas responden dan pertanyaan-pertanyaan pokok terkait dengan permasalahan yang diteliti (Sarwono, 2012). Peneliti menyusun kuesioner dengan memperhatian dua hal diatas: Identitas responden meliputi usia, domisili, lama menari Bali, kompetisi tari Bali dan pementasan tari Bali; pernyataan meliputi item-item yang dikonstruk dari teori self-efficacy Bandura (1997) dan motivasi berprestasi McClelland (dalam Hasibuan, 2005). Penelitian ini menggunakan skala likert untuk mengukur sikap responden dalam memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang diberikan kepada yang bersangkutan dalam suatu penelitian (Sarwono, 2012). Peneliti menggunakan skala Likert lima tingkatan sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala Likert dalam penelitian ini mencantumkan pilihan jawaban “Netral” karena peneliti ingin memberikan kesempatan kepada subjek penelitian dalam memilih jawaban sesuai kehendaknya. Selain itu, pilihan jawaban “Netral” dapat mengakomodir pilihan subjek penelitian yang cenderung tidak memilih jawaban “Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju”.
Alat Ukur Self-efficacy Penelitian ini menggunakan alat ukur Self–efficacy yang dikonstruk sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori Self–efficacy dari Albert Bandura (1997). Alat ukur ini disesuaikan dengan kondisi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar. Berikut ini merupakan dimensi dan indikator yang melandasi pembuatan alat ukur Self–efficacy: Tabel 3.1 Dimensi dan Indikator Self–efficacy Dimensi Level
Indikator Keyakinan yang positif pada diri Penari Bali dalam melakukan aktivitas menari.
Total Item 5
Generality
Strength
Keyakinan Penari Bali bahwa ia mampu menyelesaikan aktivitas menari Bali sesuai tingkatannya. Keyakinan Penari Bali bahwa ia mampu melakukan aktivitas menari Bali yang bervariasi. Penari Bali memanfaatkan pengalaman menari Bali untuk proses pembelajaran. Keyakinan Penari Bali pada kemampuan menari Bali yang ia miliki. Ketekunan Penari Bali dalam melakukan aktivitas menari Bali.
5
5 5 5 5 30
Total Item
Alat Ukur Motivasi Berprestasi Penelitian ini menggunakan alat ukur motivasi berprestasi yang dikonstruk sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori motivasi berprestasi dari McClelland (dalam Hasibuan, 2005). Alat ukur ini disesuaikan dengan kondisi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar. Berikut ini merupakan dimensi dan indikator yang melandasi pembuatan alat ukur motivasi berprestasi: Tabel 3.2 Dimensi dan Indikator Motivasi Berprestasi Dimensi Pemilihan aktivitas yang menantang Tanggungjawab
Ketekunan
Umpan Balik
Inovatif dan Kreatif
Total Item
Indikator Aktivitas menari Bali yang menantang bagi Penari Bali Penari Bali memilih aktivitas menari Bali yang lebih sulit tingkatannya. Penari Bali bertanggungjawab atas aktivitas menari Bali yang dilakukannya. Penari Bali disiplin dalam melakukan aktivitas menari Bali Penari Bali tekun dan pantang menyerah dalam melakukan aktivitas menari Bali. Penari Bali berusaha menyelesaikan aktivitas menari Bali yang diberikan oleh pelatih Tari Bali. Penari Bali meminta umpan balik atas aktivitas menari Bali yang ia lakukan. Evaluasi keberhasilan dan kegagalan Penari Bali dalam melakukan aktivitas menari Bali. Penari Bali menghasilkan gerakan dan penampilan yang baru dalam aktivitas menari Bali. Penari Bali melakukan cara yang kreatif untuk menunjang aktivitas menari Bali.
Total Item 4 6 3 3 7 3
4 4
3
3 40
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Validitas atau kesahihan menunjukkan pada kemampuan suatu instrument (alat ukur) mengukur apa yang harus diukur (Suharsaputra, 2012). Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dan inferensi yang dihasilkan mendekati kebenaran (Sarwono, 2012). Pengujian validitas dilakukan pada dua alat ukur penelitian yaitu self-efficacy dan motivasi berprestasi. Masing-masing variabel memiliki dimensi, indikator dan item pernyataan. Item dikatakan valid jika koefisien korelasi sama dengan atau lebih dari 0,30 (Sugiyono, 2006). Penelitian ini menggunakan dua jenis validitas yaitu face validity dan content validity. Face validity menunjukkan apakah alat ukur atau instrumen penelitian dari segi rupanya tampak mengukur apa yang ingin diukur (Suharsaputra, 2012). Content Validity berkaitan dengan kemampuan suatu alat ukur mengukur isi (konsep) yang harus diukur (Suharsaputra, 2012). Reliabilitas berarti keajegan suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dipergunakan secara berulang memberikan hasil ukur yang sama (Suharsaputra, 2012). Uji reliabilitas menggunakan metode Cronbach’s Alpha untuk melihat konsistensi internal dan tepat digunakan pada skor yang berbentuk skala (Sarwono, 2012). Sebuah alat ukur yang memiliki konsistensi internal antara 0,70 hingga 0,80 dapat dikatakan cukup baik untuk penelitian (Kaplan dan Saccuzzo, 2005). Tabel 3.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Self-efficacy Sebelum Dilakukan Penghapusan Item
Cronbach's Alpha .897
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .905 30
Tabel 3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Self-efficacy Setelah Dilakukan Penghapusan Item
Cronbach's Alpha .911
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .917 24
Tabel 3.5 Alat Ukur Self-efficacy Sebelum Penghapusan Item Tidak Valid Dimensi Level
Generality
Strength
Indikator Keyakinan yang positif pada diri Penari Bali dalam melakukan aktivitas menari. Keyakinan Penari Bali bahwa ia mampu menyelesaikan aktivitas menari Bali sesuai tingkatannya. Keyakinan Penari Bali bahwa ia mampu melakukan aktivitas menari Bali yang bervariasi. Penari Bali memanfaatkan pengalaman menari Bali untuk proses pembelajaran. Keyakinan Penari Bali pada kemampuan menari Bali yang ia miliki.
Nomor Item 1, 2, 5, 6, 7 3, 4, 8, 9, 10 11, 12, 15, 16, 17 13, 14, 18, 19, 20 21, 22, 25, 26, 27
Ketekunan Penari Bali dalam melakukan aktivitas menari Bali.
23, 24, 28, 29, 30 30
Total Item
Tabel 3.6 Alat Ukur Self-efficacy Setelah Penghapusan Item Tidak Valid Dimensi Level
Generality
Strength
Indikator Keyakinan yang positif pada diri Penari Bali dalam melakukan aktivitas menari. Keyakinan Penari Bali bahwa ia mampu menyelesaikan aktivitas menari Bali sesuai tingkatannya. Keyakinan Penari Bali bahwa ia mampu melakukan aktivitas menari Bali yang bervariasi. Penari Bali memanfaatkan pengalaman menari Bali untuk proses pembelajaran. Keyakinan Penari Bali pada kemampuan menari Bali yang ia miliki. Kegigihan Penari Bali dalam melakukan aktivitas menari Bali.
Nomor Item 1, 2, 5, 7 3, 4, 8, 9 11, 12, 15, 16, 17 13, 18, 19 21, 25, 26, 27 23, 24, 29, 30 24
Total Item
Tabel 3.7 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Motivasi Berprestasi Sebelum Dilakukan Penghapusan Item
Cronbach's Alpha .895
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .903 40
Tabel 3.8 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Motivasi Berprestasi Setelah Dilakukan Penghapusan Item
Cronbach's Alpha .933
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .933 26
Tabel 3.9 Alat Ukur Motivasi Berprestasi Sebelum Penghapusan Item Tidak Valid Dimensi Pemilihan aktivitas yang menantang Tanggungjawab
Indikator Aktivitas menari Bali yang menantang bagi Penari Bali Penari Bali memilih aktivitas menari Bali yang lebih sulit tingkatannya. Penari Bali bertanggungjawab atas aktivitas menari Bali yang dilakukannya. Penari Bali disiplin dalam melakukan aktivitas
Nomor Item 1, 2, 7, 8 3, 4, 5, 6, 9, 10 11, 12, 15 13, 14, 16
menari Bali Penari Bali tekun dan pantang menyerah dalam melakukan aktivitas menari Bali. Penari Bali berusaha menyelesaikan aktivitas menari Bali yang diberikan oleh pelatih Tari Bali. Penari Bali meminta umpan balik atas aktivitas menari Bali yang ia lakukan. Evaluasi keberhasilan dan kegagalan Penari Bali dalam melakukan aktivitas menari Bali. Penari Bali menghasilkan gerakan dan penampilan yang baru dalam aktivitas menari Bali. Penari Bali melakukan cara yang kreatif untuk menunjang aktivitas menari Bali.
Ketekunan
Umpan Balik
Inovatif dan Kreatif
17, 18, 19, 20, 23, 24, 25 21, 22, 26 27, 28, 31, 32 29, 30, 33, 34 35, 36, 39 37, 38, 40 40
Total Item
Tabel 3.9 Alat Ukur Motivasi Berprestasi Sebelum Penghapusan Item Tidak Valid Dimensi Pemilihan aktivitas yang menantang Tanggungjawab
Ketekunan
Umpan Balik
Inovatif dan Kreatif
Indikator Aktivitas menari Bali yang menantang bagi Penari Bali Penari Bali memilih aktivitas menari Bali yang lebih sulit tingkatannya. Penari Bali bertanggungjawab atas aktivitas menari Bali yang dilakukannya. Penari Bali disiplin dalam melakukan aktivitas menari Bali Penari Bali tekun dan pantang menyerah dalam melakukan aktivitas menari Bali. Penari Bali berusaha menyelesaikan aktivitas menari Bali yang diberikan oleh pelatih Tari Bali. Penari Bali meminta umpan balik atas aktivitas menari Bali yang ia lakukan. Evaluasi keberhasilan dan kegagalan Penari Bali dalam melakukan aktivitas menari Bali. Penari Bali menghasilkan gerakan dan penampilan yang baru dalam aktivitas menari Bali. Penari Bali melakukan cara yang kreatif untuk menunjang aktivitas menari Bali.
Total Item
Nomor Item 1, 2, 7, 8 3, 4, 5, 6, 9, 10 11, 12, 15 13, 14, 16 17, 18, 19, 20, 23, 24, 25 21, 22, 26 27, 28, 31, 32 29, 30, 33, 34 35, 36, 39 37, 38, 40 40
Prosedur Penelitian Peneliti memilih topik penelitian yang sesuai dengan minat peneliti dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi. Setelah peneliti menentukan judul penelitian yang menarik untuk diteliti, peneliti membuat rumusan masalah, tujuan, manfaat, teori, kerangka berfikir, definisi operasional, hipotesis, karakteristik subjek penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, validitas alat ukur, reliabilitas alat ukur dan teknik pengolahan data dalam penelitian ini. Peneliti menyiapkan alat ukur berupa kuesioner yang dikonstruk sendiri oleh peneliti. Kuesioner ini mengacu pada teori self–efficacy Bandura (1997) dan motivasi berprestasi McClelland (dalam Hasibuan, 2005). Uji coba dilaksanakan pada hari Jumat, 7 Desember 2012 di Kabupaten Gianyar. Uji coba hanya berlangsung selama 30 menit dan data langsung diolah serta diuji tingkat reliabilitas dan validitasnya. Hasil menunjukkan validitas minimun 0,30 dan item ini valid (Sugiyono, 2006). Sedangkan, tingkat reliabilitas alat ukur self-efficacy sebesar 0,911 dan alat ukur motivasi berprestasi sebesar
0,933. Kedua alat ukur tersebut memiliki reliabiltas yang baik karena lebih besar dari 0,80 (Sarwono, 2012). Peneliti menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Kuesioner diberikan kepada subjek penelitian, yaitu 60 penari Bali di Kabupaten Gianyar pada tanggal 8 Desember 2012–9 Desember 2012.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2012 hingga 9 Desember 2012 di Kabupaten Gianyar, Bali. Jumlah responden sebanyak 60 penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar. Uji normalitas data digunakan untuk melakukan pengujian data observasi apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak (Sarwono, 2012). Berdasarkan data di bawah ini, nilai signifikansi (2-tailed) self–efficacy sebesar 0,190 dan motivasi berprestasi sebesar 0,279. Kedua nilai signifikansi (2-tailed) alat ukur tersebur berada di atas 0,05 sehingga data dikatakan berdistribusi normal (Sarwono, 2012). Nilai Kolmogorov-Smirnov self–efficacy sebesar 1,085 dan motivasi berprestasi sebesar 0,992. Tabel 4.9 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Total Self Efficacy 60
Total Motivasi Berprestasi 60
Mean
104.75
111.63
Std. Deviation Kolmogorov-Smirnov Z
8.748 1.085
11.134 .992
Asymp. Sig. (2-tailed)
.190
.279
N Normal Parametersa,b
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. *Sumber: Pengolahan Data SPSS Versi 19
Analisa utama penelitian ini berfokus pada apakah ada hubungan antara self-efficacy dan motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar. Peneliti menggunakan metode analisa data korelasi Pearson Product Moment. Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment
Self Efficacy
Pearson Correlation
Self Efficacy 1
Motivasi Berprestasi .968**
Motivasi Berprestasi
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
60 .968**
.000 60 1
Sig. (2-tailed) .000 N 60 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *Sumber: Pengolahan Data SPSS Versi 19
60
Berdasarkan data di atas, hipotesis penelitian terjawab melalui uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil statistika menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan yang antara self–efficacy dan motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar sebesar 0,968 atau sangat tinggi karena mendekati angka 1 (Suharsaputra, 2012). Hubungan kedua variabel signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,001 (Sarwono, 2012). Arah korelasi menunjukkan hasil positif yaitu 0,968 sehingga korelasi kedua variabel bersifat searah (Sarwono, 2012). Jika self–efficacy penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar meningkat, maka motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar akan meningkat sebesar 96,8%. Begitupun sebaliknya, jika self–efficacy penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar menurun, maka motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar akan menurun sebesar 96,8% (Sarwono, 2012). Sebagai tambahan, gambaran self-efficacy dan motivasi berprestasi ditinjau dari aspek demografi seperti usia, lama menari, kompetisi dan pementasan responden. Hasil uji ANOVA dan T-Test menunjukkan tidak ada perbedaan pada masing-masing aspek dikarenakan nilai F dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (Sarwono, 2012).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan yang antara self-efficacy dan motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar. Korelasi yang terjadi di antara kedua variabel sebesar 0,968 atau sangat tinggi karena mendekati angka 1 (Suharsaputra, 2012). Hubungan kedua variabel signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,001 (Sarwono, 2012).
Saran Saran Teoritis Peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel penelitian seperti sikap penari Bali remaja terhadap akulturasi budaya, kepuasan terhadap insentif yang diterima selama menari Bali, kepercayaan diri dan lainnya; jumlah sampel penelitian; dilakukan minimal lima hari agar peneliti dapat menjangkau daerah yang lebih luas; mengembangkan alat ukur Self Efficacy dan Motivasi Berprestasi yang telah dikonstruk oleh peneliti. Pengembangan alat ukur tersebut dapat berupa penambahan jumlah item pada masing–masing indikator; lebih menguasai program pengolahan data SPSS agar data yang disajikan dapat lebih bervariasi. Kebervariasian data dapat diperoleh dari penambahan data demografi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar; desain penelitian kualitatif atau melakukan penelitian eskperimental. Saran Praktis Sebagai upaya untuk meningkatkan self efficacy penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar, Pihak terkait dapat melaksanakan beberapa program, sebagai berikut: Penari Bali remaja diberikan kesempatan untuk berkolaborasi dengan penari Bali senior yang sudah terlebih dahulu terkenal dan memiliki pengalaman menari di Mancanegara minimal 10 tahun; Penari Bali remaja diwajibkan untuk menguasai minimal dua tari Bali dalam waktu satu bulan; Memanfaatkan fasilitas banjar yang ada di setiap desa guna mempererat tali persahabatan sesama penari Bali remaja, media untuk saling berbagi pengalaman secara langsung dan menyampaikan aspirasi terkait perkembangan kesenian tari Bali khususnya di Kabupaten Gianyar; Di era teknologi seperti saat ini, terobosan yang dapat ditempuh adalah menciptakan sebuah grup atau blog khusus penari Bali remaja dengan menggunakan media sosial seperti Facebook. Harapannya adalah penari Bali remaja dapat saling berbagi cerita dan pengalaman dengan sesama penari Bali remaja di lingkungan yang lebih luas. Selain itu, Pihak Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Gianyar dapat memanfaatkan media tersebut untuk memberikan pengumuman atau publikasi terkait pelaksanaan kompetisi dan pementasan tari Bali. Sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi berprestasi penari Bali remaja di Kabupaten Gianyar, Pihak terkait dapat melaksanakan beberapa program, sebagai berikut: Penari Bali remaja ditargetkan untuk dapat mencapai prestasi berupa kompetisi dan pementasan secara bertahap dalam kurun waktu satu tahun (Bulan ke-1 hingga bulan ke-2 pada tingkat Desa setempat, Bulan ke-3 hingga bulan ke-4 pada tingkat Kabupaten, Bulan ke-5 hingga bulan ke-7 pada tingkat Provinsi Bali, Bulan ke-8 hingga bulan ke-10 pada
tingkat Nasional, Bulan ke-11 hingga bulan ke-12 pada tingkat Internasional); Setiap penari Bali remaja memiliki sebuah buku catatan pemberian feedback dari pelatih tari Bali; Penari Bali remaja diberikan kesempatan untuk menciptakan tarian Kreasi Bali dan hasil dari tarian tersebut dapat diikutsertakan dalam sebuah kompetisi.
REFERENSI Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Ardika, I. W. (2004). Pariwisata Bali: Membangun Pariwisata-Budaya dan Mengendalikan BudayaPariwisata. I Nyoman Darma Putra (ed.), Bali Menuju Jagaditha: Aneka Perspektif, Pustaka Bali Post, Denpasar-Bali, Indonesia, hal. 20-33. Bandura, A. (1997). Self–efficacy: The exercise of control. New York: W.H. Freeman. Bandura, A. (2005). The primacy of self efficacy in health promotion. Applied Psychology: An International Review, 54, 245–254. Bandura, A. (2006). Going global with social cognitive theory: From prospect to pay dirt. In S. I. Donalson, D. E. Berger, & K. Pezdek (Eds.), The Rise of Applied Psychology. Marwah, NJ: Erlbraum. Bandura, A. & Locke, E.A. (2003). Negative self efficacy and goals revisited. Journal of Applied Psychology, 88, 87–99. Baron, R. A. & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Beck, R. C. (2000). Motivation: Theories and Principle (4th ed.). New Jersey: Prenctice – Hall. Blanchard, P. N. & Thacker, J. W. (2010). Effective Training : fourth edition. New Jersey: Pearson Education,Inc,. Christensen, L.B. (2001). Experimental Methodology (8th ed). Boston: Allyn dan Bacon. Depdiknas. (2003). Pedoman penyelenggaraan program percepatan belajar SD, SMP dan SMA. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Fraenkel, J.E. & Wallen, N.E. (1993). How to design and evaluate research in education. New York: McGraw Hill. Gay, L.R. (2003). Educational Research (7th ed). New Jersey: Merril Prentice Hall. Gea, A.A., Wulandari, A.P.C, & Babari, Y. (2002). Relasi dengan Diri Sendiri.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Kabupaten Gianyar. (2012). Penduduk dan Perkembangan. Retrieved on October 2, 2012, from http://www.gianyarkab.go.id/profil/kependudukan/penduduk-dan perkembangannya/ Hasibuan, M. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Henderson, V.L. & Dweck, C.S. (1990). Motivation and achievement. In S.S. Feldman & G.R. Elliot (Eds.), At the threshold: The developing adolescent. Cambridge, MA: Harvard University Press. Iryanti, V.E. (2000). Tari Bali: Sebuah Telaah Historis. Harmonia: Jurnal Pengetahuan dan Pemikiram Seni, 1, 2. Jurnas.com. (2012). Tari Bali Berkembang di Mancanegara. Retrieved on October 5, 2012, from http://www.jurnas.com/news/17513/Tari_Bali_Berkembang_di_Mancanegara/2/Nusantara/Nusa Kaplan, R.M. & Saccuzzo. (2005). Psychological testing: Principles, application and issues (6th ed). Belmont: Thomson Wadsworth. Kompas.com. (2012). Tari Antarkan AA Ayu Sasih ke mancanegara. Retrieved on October 2, 2012, from http://oase.kompas.com/read/2012/07/19/17500890/Tari.Antarkan.AA.Ayu.Sasih.ke.Mancanegara Lodewyk, K.R & Winne, P.H. (2005). Relations among the structure of learning tasks, achievement and changes in self efficacy in secondary students. Journal of Educational Psychology, 97, 3–12. Maddux, J. (2002). The power of believing you can. In C.R. Snyder & S.J. Lopez (Eds.), Handbook of positive psychology. New York: Oxford University Press. Mangkunegara, A. P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. McClelland, C . D. (1987). Human motivation. New York : Cambridge University Press. Morgan, C.T., King, R.A, & Robinson, N.M. (1984). Introduction to Psychology. Tokyo: McGraw–Hill, International Book Company.
Pajares, F. (1996). Self Efficacy Beliefs in Achievement Settings. Review of Educational Research, 66, 543– 578. Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2008). Human Development (10th ed). Boston: McGraw–Hill. Rosnow, R.L. & Rosenthal, R.L. (2005). Beginning behavioral research (5th ed). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall. Ruastiti, N, M. (2005). Seni Pertunjukan Bali dalam Kemasan Pariwisata, Bali Mangsi Press, Denpasar-Bali, Indonesia. Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja ( 6th Ed). Jakarta: Erlangga. Santrock, J. W. (2009). Psikologi Pendidikan (3rd Ed). Jakarta: Salemba Humanika. Sarwono, J. (2012). Metode Riset Skripsi: Pendekatan Kuantitatif (Menggunakan Prosedural SPSS). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Schunk, D.H. & Zimmerman, B.J. (2006). Competence and control beliefs: Distinguishing the means and ends. In P.A. Alexander & P.H. Winne: (Eds.), Handbook of educational psychology (2nd ed.). Mahwah, NJ: Erlbaum. Seniati, L., Yulianto, A. & Setiadi, B.N. (2005). Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT. Indeks. Solso, R.L. & MacLin, M.K. (2002). Experimental Psycology: A Case Approach (5th Ed). Boston: Allyn dan Bacon. Sprinthall, R.C. (2007). Basic statistical analysis (8th ed). Boston: Allyn & Bacon. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung: PT. Refika Aditama. Thornburg, H.D. (1982). Development in Adolescence (2nd ed). Monterey, California: Brooks / Cole Publishing Company. Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Umum (4th ed). Yogyakarta: Andi. Yudhawati, R. & Haryanto, D. (2011). Teori–Teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DETAILS Name E-mail Birth Place / Date Nationality
: : : :
Fransiska Febby Petriani
[email protected] Jakarta, 7 February 1989 Indonesia
EDUCATIONAL BACKGROUND Sep 2009 – Mar 2013
Binus University, Jakarta, Indonesia Barchelor (S1), Psychological, GPA: 3.72
Sep 2009 – Mar 2013
Binus University, Jakarta, Indonesia Barchelor (S1), Information System And Industrial, GPA: 3.45
Sep 2009 – Mar 2013
SMA Negeri 1, Jakarta, Indonesia Senior High School, Science.
ORGANIZATION EXPERIENCE Jan 2012 – Feb 2013
HIMPSIKO (Himpunan Mahasiswa Psikologi), Binus University
Jan 2009 – Nov 2009
Teach For Indonesia
Jan 2006 – Jan 2007
OSIS SMA Negeri 1 Jakarta
Jan 2003 – Jan 2004
OSIS SMP Negeri 5 Jakarta
WORKING EXPERIENCE Sep 2012 – Present
Merpati Nusantara Airlines, PT. Harrisma Technology, PT. Gajah Tunggal, Tbk. (Freelance)
Jul 2012 – Sep 2012
PT. Samudera Indonesia, Tbk. (Internship)
Feb 2012 – Jun 2012
Department of Psychology, Binus University (Assistant of Psychology Laboratory)