Hubungan Antara Preferensi Dimensi Genre Musik dan Trait Kepribadian (The Relationship between Genres of Music Preferences and Traits of Personality) Anindita Sandrina Tamzil, Bagus Takwin Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
ABSTRAK Skripsi ini membahas hubungan antara preferensi dimensi genre musik dengan trait kepribadian. Penelitian merupakan penelitian replikasi kuantitatif quasi-eksperimental dengan sampel 60 partisipan dengan rentang usia dewasa muda. Alat ukur yang digunakan adalah STOMP, TIPI dan Preferensi Musik-Lagu. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara preferensi dimensi genre dan preferensi lagu. Hasil juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dimensi genre Reflective and Complex dan trait Openness to Experience, hubungan negatif yang signifikan antara dimensi genre Upbeat and Conventional dengan trait Conscientiousness dan hubungan yang signifikan antara dimensi genre Intense and Rebellious dengan trait Extraversion. Dari hasil analisis data disimpulkan bahwa agar lebih banyak lagi dilakukan penelitian mengenai musik di masa yang akan datang sehubungan dengan besarnya peran musik dalam kehidupan sehari-hari. Kata kunci: dewasa muda; kepribadian; musik; trait ABSTRACT The present replication study examines the relationship between genres of music preferences and personality traits. It was carried out quantitatively with a sample of 60 participants within the young adult age range. The instruments utilised in this study are STOMP, TIPI and Preferensi Musik-Lagu. The results indicate that there is a significant relationship between genre dimension preference and song preference. Data analysis also shows that there is a significant negative relationship between Reflective and Complex dimension and Openness to Experience, a significant negative relationship between Upbeat and Conventional dimension and Conscientiousness, and a significant relationship between Intense and Rebellious dimension and Extraversion. More research about music in the future is needed with respect to the magnitude of the role of music in everyday life. Keywords: music; personality, trait, young adult 1. PENDAHULUAN Musik adalah salah satu bentuk dari kesenian yang tidak dapat dilupakan dalam diskusi mengenai kemanusiaan. Dalam mendiskusikan musik, akan selalu muncul diskusi mengenai selera dan selera musik adalah sesuatu yang pribadi dan subyektif (Tekman, 2009). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa alasan yang dinyatakan seseorang mengapa
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
mendengarkan musik, baik secara rekreasional ataupun karena alasan lainnya, tidak luput dari selera atau pilihan pribadi meskipun dapat juga terkait dengan alasan situasional atau sosial (Tekman, 2009). Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa selera musik, apabila dikaitkan dengan fungsi estetika dari musik, tidak terlepas dari tingkatan rangsangan jasmani dan psikologis yang dialami seseorang (Berlyne, 1971). Temuan penelitian itu menunjukkan bahwa selera musik merupakan reaksi biologis dan psikologis terhadap suatu stimulus. Pendekatan biologis ini mengimplikasikan bahwa selera musik mungkin dapat diasosiasikan dengan trait-trait dalam kepribadian seseorang (Tekman, 2009). Kepribadian merupakan satu konsep yang memiliki definisi yang bervariasi dan setiap pendekatan masing-masing mengkonstruk definisinya sendiri. Raymond Cattell (1979) mendefinisikan kepribadian sebagai sebuah batasan yang mampu memberikan perkiraan tingkah laku seseorang dalam suatu situasi tertentu. Cattell (1979) juga mendefinisikan trait dalam kepribadian seseorang sebagai sesuatu yang mendefinisikan tingkah laku seseorang dalam suatu situasi. Lebih jauh, Cattell dan Anderson (1953 dalam Rentfrow dan Gosling, 2003a) menyatakan bahwa musik memegang peran penting dalam pembelajaran mengenai kepribadian seseorang, di mana preferensi terhadap satu genre musik tertentu mengungkap informasi penting mengenai aspek-aspek kepribadian yang berada di bawah sadar yang mungkin tidak akan terungkap melalui metode penelitian mengenai kepribadian yang konvensional. Hasil yang diperoleh penelitian yang dilakukan oleh Rentfrow dan Gosling (2003a) mengenai pengaruh struktural dan trait kepribadian terhadap preferensi dimensi genre musik menunjukkan bahwa musik merupakan satu medium yang paling akurat dalam memberikan gambaran mengenai kepribadian, baik kepribadian partisipan itu sendiri, maupun kepribadian orang lain (Rentfrow & Gosling, 2003a). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rentfrow dan Gosling dengan menggunakan The Five Factor Model sebagai acuan trait kepribadian, berhasil memisahkan genre musik ke dalam beberapa kategori, yaitu Reflective dan Complex (genre blues, jazz, classical dan folk), Intense dan Rebellious (genre rock, alternative dan metal), Upbeat dan Conventional (genre country, soundtracks, religius dan pop) dan
Energetic dan Rhythmic (genre rap, hip hop, soul, electronica dan dance). Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan yang menunjukkan preferensi terhadap satu kategori tertentu cenderung menampilkan trait kepribadian yang dihubungkan dengan The Big Five Factor
Model. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Rentfrow dan Gosling (2003a) menunjukkan bahwa partisipan yang memilih preferensi dimensi genre musik yang termasuk dalam
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
Reflective and Complex memiliki tingkat Openness to Experience yang tinggi; partisipan yang memilih preferensi dimensi genre yang termasuk dalam Intense and Rebellious memiliki tingkat Openness to Experience yang tinggi, tingkat Agreeableness yang tinggi dan tingkat Neuroticism yang rendah; partisipan yang memilih preferensi dimensi genre musik yang termasuk dalam Upbeat and Conventional memiliki tingkat Extraversion, Agreeableness dan Conscientiousness yang tinggi, sementara partisipan yang memilih preferensi dimensi genre yang termasuk dalam Energetic and Rhythmic memiliki tingkat Extraversion dan Agreeableness yang tinggi (Rentfrow dan Gosling, 2003a). Hasil yang didapat oleh penelitian yang dilakukan oleh Rentfrow dan Gosling (2003a) menunjukkan bahwa ternyata ada hubungan antara selera musik dan kepribadian seseorang. Perlu diketahui bahwa sampel populasi yang dipilih oleh Rentfrow dan Gosling cenderung homogen. Sehingga, kurangnya variasi dalam sampel, terutama dalam variasi usia, cenderung membatasi hasil data yang diperoleh. Implikasi dari keterbatasan data yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Rentfrow dan Gosling (2003a) adalah sebagai berikut, usia rata-rata sampel dalam penelitian ini adalah 18.9 tahun, sehingga partisipan masih tergolong remaja. Masa remaja didefinisikan sebagai masa transisi dalam perkembangan yang dimulai saat seseorang berusia 10 atau 11 tahun dan berlangsung hingga mencapai usia belasan akhir atau 20-an awal (Papalia, Olds & Feldman, 2007). Penelitian telah menunjukkan bahwa meskipun dimensi-dimensi kepribadian dalam The Five Factor Model relatif stabil, dalam masa remaja, perubahan-perubahan dapat terjadi dalam kepribadian seseorang (Costa & McCrae, 1999). Penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang cukup signifikan dalam kepribadian seseorang dalam rentang usia remaja hingga kira-kira usia 30 tahun (Costa & McCrae, 1999). Hasil yang didapat menunjukkan bahwa Agreeableness dan Conscientiousness umumnya meningkat saat usia dewasa dan Neuroticism, Extraversion dan Openness to Experience cenderung menurun (Costa, McCrae et al., 2000 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2007). Pola tersebut ditemukan di berbagai negara dan kultur, sehingga disimpulkan bahwa perubahan dalam kepribadian yang terjadi adalah universal dan berkorelasi dengan usia (Papalia, Olds & Feldman, 2007). Selain itu, perubahan dalam kepribadian yang terjadi saat remaja dapat terjadi sehubungan dengan adanya pengaruh dari kultur dan lingkungan. Pada masa perkembangan ini, remaja mengalami banyak tekanan dalam menemukan identitas diri dan sehubungan dengan belum sempurnanya perkembangan bagian otak yang berfungsi dalam decision making, maka seorang remaja rentan akan pengaruh-pengaruh eksternal (Papalia, Olds & Feldman, 2007). Salah satu pengaruh eksternal
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
yang penting adalah hubungan seorang remaja dengan peer (Papalia, Olds & Feldman, 2007). Hubungan seorang remaja dengan peer-nya dapat menjadi indikator dalam berbagai macam hal, termasuk sikap, sifat, nilai-nilai yang dimiliki dan preferensi. Hal ini terjadi sehubungan dengan kebutuhan emosional dan psikososial remaja untuk merasa sebagai bagian dari ‘sesuatu’, yaitu dalam hal ini kelompok atau grup. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa masa remaja adalah masa formatif di mana preferensi terhadap musik mulai terbentuk, akan tetapi preferensi tersebut dapat dipengaruhi oleh peer-nya (Desling & Engels, 2008), sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil yang didapat oleh Rentfrow dan Gosling (2003a). Penelitian yang dilakukan oleh Rentfrow dan Gosling (2003a) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara preferensi dimensi genre musik dengan trait kepribadian pada sampel remaja. Selain itu, penelitian yang dilakukan terdahulu juga menunjukkan bahwa traittrait kepribadian cenderung belum berkembang secara optimum pada rentang usia remaja (Costa, McCrae et al., 2000 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2007). Lebih jauh lagi, penelitian lain juga menunjukkan bahwa preferensi musik pada rentang usia remaja cenderung belum stabil dan masih dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal (Desling & Engels, 2008).
Dengan demikian, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian replikatif
dengan menggunakan sampel yang terdiri dari partisipan dengan rentang usia yang lain, yaitu dewasa muda, dengan tujuan untuk memperkaya hasil penelitian mengenai musik dan hubungannya dengan trait kepribadian. Peneliti merasa tertarik untuk meneliti rentang usia dewasa muda sehubungan dengan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa pada masa perkembangan ini, dimensidimensi kepribadian cenderung lebih stabil (Costa & McCrae, 1999). Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa usia memiliki korelasi positif dengan preferensi dan selera musik atau dengan kata lain terdapat hubungan yang lebih kuat antara preferensi musik dan kepribadian pada individu yang berusia 30 tahun ke atas (Dean, Yu & Epps, 2007 diambil dari http://www.spring.org.uk/2007/04/older-‐and-‐musically-‐wiser.php). Ditambah lagi, penelitian juga menunjukkan bahwa preferensi musik lebih konsisten sejalan dengan usia dan cenderung stabil seiring dengan bertambahnya usia (Desling & Engels, 2008). Peneliti percaya bahwa kehadiran musik dalam kehidupan keseharian merupakan satu aspek kehidupan yang sulit untuk dihindari, memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan seseorang dan satu topik yang dapat memancing diskusi yang mendalam. Bedasarkan ketertarikan dan kepercayaan bahwa musik merupakan bagian dari kehidupan
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
manusia yang membawa pengaruh besar, baik secara sadar maupun tidak, peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan antara preferensi musik dengan trait kepribadian. Lebih spesifik lagi, peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan antara selera musik dan trait kepribadian pada dewasa muda. Telah dilihat berdasarkan uraian di atas, variasi usia dalam sampel yang dipilih mungkin akan mempengaruhi hasil yang didapat. Dengan pertimbangan tersebut, maka peneliti memilih untuk mengambil sampel dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Program Reguler dan Program Paralel dengan alasan kedua program tersebut memiliki populasi mahasiswa dengan rentang usia yang lebih variatif dan memenuhi kriteria dewasa muda yang ditetapkan oleh Papalia, Olds dan Feldman (2007). Berdasarkan literatur yang ada dan sebagai usaha untuk memperkaya data dalam penelitian mengenai preferensi dimensi genre musik dan trait kepribadian, maka peneliti melakukan studi kuantitatif dan membangun hipotesis bahwa terdapat hubungan antara selera musik dan trait kepribadian pada dewasa muda. 2. TINJAUAN PUSTAKA Musik Musik didefinisikan sebagai: “…tonal beauty or tonal forms that can cause aesthetic satisfaction through the sense of hearing. Hence music is the art of tonal expression or the science of tonal construction and production, in which the fundamental elements of melody, harmony and rhythm are used with definite purpose and result.“ (Hodges, 1999) Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa musik adalah bentuk eskpresi yang dinikmati lewat indera pendengaran, yang terbentuk dari komponen-komponen tertentu, yaitu melodi, harmoni dan ritme, yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan satu bentuk ekspresi yang mempergunakan gaya suara atau bunyi, di mana ekspresi suara tersebut dapat menimbulkan kepuasan estetik bagi pendengarnya. Genre Istilah genre didefinisikan sebagai: “Labels created by and used by humans as means in categorizing and describing the vast universe of music.” (Tzanetakis, 2002). Dari definisi ini, dapat disimpulkan bahwa istilah genre, apabila diaplikasikan kepada musik, adalah label yang diciptakan dan digunakan oleh manusia untuk mengkategorisasi bentuk atau tipe musik. Setiap genre musik memiliki karakteristik spesifik yang diatribusikan kepada masing-masing genre itu sendiri, sehingga pendengar dapat menggolongkan musik atau lagu yang didengar ke dalam kategori tertentu.
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
Preferensi Genre Musik Preferensi genre musik adalah kegiatan memilih satu genre musik di atas lainnya, yang merupakan manifestasi dari kepribadian seseorang. Genre musik yang dipilih merupakan medium ekspresi kepribadian, dimana pilihan genre musik dapat digunakan sebagai alat dalam membentuk insight pada kepribadian seseorang (Rentfrow & Gosling, 2003a). Dimensi Genre Musik Dimensi genre menjadi salah satu variabel dalam penelitian ini, sesuai dengan penelitian yang telah sebelumnya dilakukan oleh Rentfrow dan Gosling (2003a). Rentfrow dan Gosling (2003a) menggunakan analisis komponen dari data yang didapat dan berhasil mengkategorikan 16 genre musik ke dalam empat dimensi sehubungan dengan struktur dan tema dari masing-masing genre. Keempat dimensi genre tersebut adalah sebagai berikut: 1) Reflective and Complex Dimensi genre ini mencakup genre blues, jazz, klasik dan folk. Dimensi genre ini memiliki tema utama introspektif dan kompleks secara struktural. 2) Intense and Rebellious Dimensi genre ini mencakup genre rock, alternatif dan heavy metal. Dimensi genre ini memiliki tema utama enerjik dan memberontak. 3) Upbeat and Conventional Dimensi genre ini mencakup genre country, soundtracks, religi dan pop. Dimensi genre ini memiliki tema-tema utama emosi positif dan sederhana secara struktural. 4) Energetic and Rhythmic Dimensi genre ini mencakup genre rap, hip hop, soul, electronica dan dance. Faktor ini memiliki tema utama kelincahan dan ‘hidup’, serta menaruh tekanan pada irama. Kepribadian Kepribadian adalah suatu pola trait dan karakteristik unik yang memberikan konsistensi dan individualitas kepada tingkah laku seseorang (Feist & Feist, 2009). Trait Istilah trait didefinisikan sebagai komponen dalam kepribadian yang berkontribusi kepada perbedaan individu dalam tingkah laku, konsistensi tingkah laku sejalannya dengan waktu dan stabilitas tingkah laku dalam berbagai situasi (Feist & Feist, 2009).
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
Trait-trait Kepribadian dalam The Five Factor Model Trait- trait dalam The Five Factor Model adalah sebagai berikut: a. Openness to experience (inventive/curious vs consistent/cautious) membedakan orang yang lebih menyukai keberagaman dengan mereka yang memerlukan closure dan mendapatkan kenyamanan dari yang familiar. Orang yang mendapatkan skor tinggi pada O cenderung kreatif, imajinatif, liberal, memiliki keingintahuan yang tinggi dan menyukai variasi. Sebaliknya, orang yang medapatkan skor O rendah biasanya
konvensional,
konservatif,
rendah
hati,
dan
mempunyai
rasa
keingintahuan yang cenderung rendah (Feist & Feist, 2009). b. Neuroticism (sensitive/nervous vs secure/confident) membedakan orang yang cenderung tegang dan emosional dengan mereka yang cenderung tenang. Orang yang mendapatkan skor tinggi pada N cenderung cemas, temperamental, sadar diri dan emosional. Sebaliknya, orang yang mendapatkan skor rendah pada N cenderung tenang, tidak emosional, puas dengan diri sendiri dan tidak ‘meledakledak’ (Feist & Feist, 2009). c. Extraversion (outgoing/energetic vs solitary/reserved) membedakan orang yang pandai bergaul dengan mereka yang cenderung menarik diri dari lingkungan. Orang yang mendapatkan skor tinggi pada E cenderung ekspresif, ceria, senang mengobrol dan suka bersenang-senang. Sebaliknya, orang yang mendapatkan skor rendah pada E cenderung tenang, pendiam, penyendiri, pasif dan kurang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan emosi (Feist & Feist, 2009). d. Agreeableness (friendly/compassionate vs cold/unkind) membedakan orang yang berhati lembut dengan mereka yang cenderung kejam. Orang yang mendapatkan skot tinggi pada A cenderung mudah percaya, murah hati, penurut, mudah menerima dan baik hati. Sebaliknya, orang yang mendapatkan skor rendah pada A cenderung mudah curiga, pelit, tidak ramah, gampang tersinggung dan sering mengkritik orang lain (Feist & Feist, 2009). e. Conscientiousness (efficient/organized vs easygoing/careless) membedakan orang yang terorganisir dengan mereka yang cenderung ceroboh. Orang yang mendapatkan skor tinggi pada C cenderung teratur, terorganisir, terkontrol, ambisius, memiliki fokus yang tinggi untuk keberhasilan dan kesuksesan, serta disiplin. Sebaliknya, mereka yang mendapatkan skor rendah pada C cenderung
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
tidak teratur, lalai, malas, tidak memiliki tujuan yang jelas dan mudah menyerah (Feist & Feist, 2009). Dewasa Muda Secara biologis, seseorang dianggap dewasa apabila telah melewati masa pubertas (Papalia, Olds & Feldman, 2007). Pendekatan kognitif mendefinisikan seseorang sebagai telah dewasa apabila telah mengalami, yang disebut oleh Piaget sebagai, kemampuan membentuk abstract thought (Wadsworth, 1996). Pendekatan sosiologis mendefinisikan seseorang sebagai telah dewasa apabila telah melalui fase-fase kehidupan yang mengharuskan mereka untuk melakukan tindakan yang dianggap ‘dewasa’, seperti bekerja atau memiliki keluarga (Papalia, Olds & Feldman, 2007). Selain itu, secara hukum batasan usia dewasa juga bervariasi sesuai dengan hukum masing-masing negara. Di Indonesia, terdapat beberapa aturan hukum yang mengatur tentang batasan usia. Pasal 330 KUH Perdata menyatakan bahwa seseorang telah dewasa apabila telah berusia 21 tahun atau sudah menikah. Pasal 47 UU Perkawinan menyatakan pernikahan yang sah terjadi apabila seseorang telah berusia minimal 18 tahun. Pasal 7 UU Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden menyatakan bahwa seseorang telah dewasa dan boleh mengikuti Pemilihan Umum apabila telah berusia 17 tahun (Solahuddin, 2008). Dapat dilihat dari uraian di atas, tahap perkembangan dewasa muda tidak memiliki batasan usia yang mutlak dan cenderung arbitrer sehubungan dengan konteks. Walaupun demikian, untuk penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan batasan usia yang ditetapkan oleh Papalia, Olds dan Feldman (2007) yaitu antara seseorang yang berusia 20 sampai dengan 40 tahun. 3. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian korelasional yang bertujuan mengetahui hubungan antara preferensi musik dan kepribadian. Penelitian ini memiliki merupakan penelitian quasi-eksperimental sehubungan dengan dilakukannya kontrol kepada variabel (Kumar, 2005). Kontrol dilakukan kepada variabel musik dengan cara memilih lagu yang disediakan sesuai dengan genre-genre yang diteliti, selain itu sehubungan dengan karakteristik sampel yang dibutuhkan, kontrol juga dilakukan kepada rentang usia partisipan, yaitu partisipan penelitian harus telah berusia antara 20 sampai dengan 40 tahun. Berdasarkan metode pencarian data, penelitian ini digolongkan sebagai penelitian kuantitatif, yang didefinisikan sebagai penelitian yang mengkuantifikasikan variasi dalam suatu fenomena atau masalah dengan cara mengumpulkan informasi mengenai variabel secara
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
kuantitatif, dan dengan menggunakan teknik statistik, dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dari variasi tersebut (Kumar, 2005). Partisipan Penelitian Karakteristik partisipan dalam penelitian ini adalah: a. Laki-laki atau perempuan dewasa muda dengan rentang usia 20 sampai dengan 40 tahun. b. Terdaftar sebagai mahasiswa atau mahasiswi di Program Pendidikan S1 Program Reguler atau Program Paralel Fakultas Psikologi di Universitas Indonesia. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 orang, dengan alasan jumlah sampel memenuhi kriteria yang diajukan oleh Gravetter dan Forzano (2009), yaitu minimal 30 orang agar mendapatkan gambaran sampel yang mendekati distribusi kurva normal. Alat Ukur Penelitian Penelitian ini menggunakan 3 alat ukur, yaitu STOMP (Short Test Of Music Preference), TIPI (Ten Item Personality Inventory) dan Preferensi Musik-Lagu. Ketiga alat ukur yang digunakan berbentuk kuesioner. Ketiga kuesioner (STOMP, TIPI dan Preferensi Musik-Lagu) menggunakan skala Likert (seven-point scale) dimana 1 mengindikasikan Sangat Tidak Suka untuk Kuesioner STOMP dan Preferensi Musik- Lagu dan Sangat Tidak Sesuai untuk Kuesioner TIPI, 4 mengindikasikan Netral untuk ketiga alat ukur dan 7 mengindikasikan Sangat Suka untuk kuesioner STOMP dan Preferensi Musik-Lagu dan Sangat Sesuai untuk kuesioner TIPI. Alat Ukur STOMP Alat ukur STOMP (Short Test Of Music Preference) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari STOMP yang digunakan oleh Rentfrow dan Gosling (2003a) dalam penelitiannya. Alat ukur STOMP berbentuk kuesioner dimana partisipan diharapkan untuk mengindikasikan derajat preferensi terhadap genre-genre musik, yaitu klasik, blues, jazz, pop, rock, heavy metal, alternatif, soundtrack, religi, dance, electronic, folk, soul, rap, hip hop dan country. Sebelum alat ukur dapat digunakan, pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik analisis item Cronbach’s Alpha untuk menggambarkan homogenitas pada item dan internal consistency. Setelah analisis item dilakukan, hasil yang diperoleh disajikan di tabel 3. 2. Tabel 3. 2. Perincian Koefisien Reliabilitas untuk Alat Ukur STOMP
Dimensi Reflective & Complex
α 0.851
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
Intense & Rebellious Upbeat & Conventional Energetic & Rhythmic Dapat dilihat dalam tabel 3.2., koefisien reliabilitas
0.701 0.092 0.757 untuk dimensi genre Reflective
and Complex α = 0.851, untuk dimensi genre Intense and Rebellious α = 0.701, untuk dimensi Upbeat and Conventional α = 0.092 dan untuk dimensi Energetic and Rhythmic α = 0.757. Menurut Kaplan dan Sacuzzo (2004) nilai koefisien reliabilitas yang bisa diterima sehingga sebuah alat ukur agar dianggap reliabel untuk digunakan dalam sebuah penelitian berada antara nilai 0,7 dan 0,8. Berdasarkan hal tersebut, analisis item dilakukan dan item 10 (country) dan item 14 (soundtrack) dari dimensi genre Upbeat and Conventional diputuskan untuk dibuang dari alat ukur. Setelah item-item yang memiliki koefisien reliabilitas rendah dibuang, pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik analisis item Cronbach’s Alpha kembali dilakukan. Hasil yang diperoleh disajikan di tabel 3.3. Tabel 3. 3. Perincian Koefisien Reliabilitas untuk Alat Ukur STOMP
Dimensi α Reflective & Complex 0.851 Intense & Rebellious 0.701 Upbeat & Conventional 0.702 Energetic & Rhythmic 0.757 Hasil yang diperoleh memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Kaplan dan Sacuzzo (2004), yaitu nilai koefisien reliabilitas yang bisa diterima sehingga sebuah alat ukur agar dianggap reliabel untuk digunakan dalam sebuah penelitian berada antara nilai 0,7 dan 0,8. Sehingga, alat ukur STOMP dianggap konsisten dalam mengukur konstruk preferensi musik dan siap untuk dipakai. Alat Ukur TIPI Alat ukur TIPI (Ten Item Personality Inventory) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari TIPI yang digunakan oleh Rentfrow dan Gosling (2003a) dalam penelitiannya. Alat ukur ini berbentuk kuesioner di mana partisipan diharapkan untuk mengindikasikan derajat kesesuaian terhadap beberapa sifat atau trait kepribadian apabila sifat atau trait kepribadian tersebut diaplikasikan kepada kepribadian masing-masing partisipan. Item-item sifat atau trait kepribadian dalam TIPI dipilih sesuai dengan sifat atau trait kepribadian yang digunakan oleh Rentfow dan Gosling (2003a). Sejalan dengan penggunaan alat ukur STOMP, sebelum alat ukur dapat digunakan, pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik analisis item Cronbach’s Alpha
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
untuk menggambarkan homogenitas pada item dan internal consistency alat ukur TIPI. Setelah analisis item dilakukan, hasil yang diperoleh disajikan di tabel 3.4: Tabel 3. 4. Perincian Koefisien Reliabilitas untuk Alat Ukur TIPI
Trait Openness to Experience Conscientiousness Extraversion Agreeableness Neuroticism Dari tabel 3.4., dapat dilihat koefisien reliabilitas untuk alat 0.50,
0.73
dan
0.45
untuk
masing-masing
skala
α 0.45 0.50 0.68 0.40 0.73 ukur TIPI yakni α = 0.68, 0.40, Extraversion,
Agreeableness,
Conscientiousness, Emotional Stability (Neuroticism) dan Openness to Experience. Menurut Kaplan dan Sacuzzo (2004) nilai koefisien reliabilitas yang bisa diterima sehingga sebuah alat ukur agar dianggap reliabel untuk digunakan dalam sebuah penelitian berada antara nilai 0,7 dan 0,8. Berdasarkan pernyataan dari Kaplan dan Sacuzzo (2004) dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini, alat ukur TIPI memiliki nilai koefisien reliabilitas yang rendah, namun mengingat bahwa alat ukur ini sudah pernah digunakan oleh penelitian yang disusun oleh Rentfrow dan Gosling (2003b) dan memiliki nilai test-retest reliabilitas yang tinggi (Extraversion r=0.77, Agreeableness r=0.71, Conscientiousness r=0.76, Neuroticism r=0.70 dan Openness to Experience r=0.62) (Rentfrow dan Gosling, 2003b). Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk tetap menggunakan alat ukur TIPI yang digunakan Rentfrow dan Gosling mengingat dalam penelitian yang dilakukan oleh Rentfrow dan Gosling (2003b) perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan terhadap jumlah sample yang lebih besar. Alat Ukur Preferensi Musik-Lagu Alat ukur Preferensi Musik- Lagu disusun guna menghindari adanya bias terhadap urutan, halo effect, bias terhadap tiap genre musik dan bias terhadap lagu atau musisi. Alat ukur Preferensi Musik-Lagu berbentuk kuesioner dimana partisipan diharapkan untuk mengindikasikan derajat kesukaan terhadap pilihan lagu-lagu yang disediakan oleh peneliti. Peneliti memilih 16 lagu yang dianggap merepresentasikan setiap genre, lalu lagu-lagu tersebut diedit menjadi sample yang berdurasi 1 menit per lagu dan disusun menjadi satu playlist. Untuk menghindari adanya halo effect atau bias terhadap genre musik, musisi dan judul lagu, setiap lagu dalam playlist dinamakan ulang menjadi Lagu A, Lagu B dan seterusnya hingga Lagu P. selain itu, untuk menghindari terjadinya bias terhadap urutan, peneliti menyusun ulang playlist menjadi 3 playlist dengan urutan yang berbeda, walau tetap terdiri dari 16 lagu yang sama.
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
Tahap Pelaksanaan Penelitian Peneliti memberikan instruksi secara oral dan partisipan dipersilahkan untuk melengkapi kuesioner 1 (STOMP) dan kuesioner 2 (TIPI) dan setelah selesai, partisipan diinstruksikan untuk memberi tahu Peneliti agar dapat melanjutkan ke kuesioner 3 (Preferensi Musik-Lagu). Setelah partisipan memberi tahu Peneliti telah selesai melengkapi kuesioner 1 (STOMP) dan kuesioner 2 (TIPI), Peneliti lalu memberikan masing-masing partisipan alat untuk mendengarkan musik dan sepasang headphones, lalu Peneliti memberikan instruksi secara oral kepada partisipan mengenai metode pengerjaan kuesioner 3 (Preferensi MusikLagu), yaitu untuk mendengarkan setiap lagu yang ada dalam playlist selama 1 menit per lagu, lalu setelah lagu selesai, untuk mengindikasikan derajat kesukaan partisipan terhadap lagu tersebut dengan cara memberi tanda cek ( ✓) pada respons yang sesuai. Sehubungan dengan adanya 3 playlist dengan urutan lagu yang berbeda-beda, Peneliti membagi partisipan menjadi 3 kelompok, yaitu Kelompok 1, Kelompok 2 dan Kelompok 3 tanpa adanya interaksi antar kelompok. Peneliti selalu mendampingi partisipan selama pengambilan data dan peneliti tidak menetapkan batas waktu dalam melengkapi kuesioner. Tahap Pengolahan Data Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science). Teknik-teknik yang digunakan untuk melakukan analisa data adalah statistika deskriptif, t-test independent sample dan Pearson Correlation. 4. HASIL Gambaran Umum Partisipan Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui bahwa jumlah total partisipan dalam penelitian ini adalah 60 orang, dengan 32 orang laki-laki (53.3 %) dan 28 orang perempuan (46.7%). Mayoritas dari partisipan berada dalam rentang usia 20-25 tahun, yaitu 32 orang (53.3%) dan paling sedikit dalam rentang usia 36-40 tahun, yaitu 4 orang (6.7%), dengan ratarata usia untuk kelompok rentang usia 20-25 adalah 22.6 tahun, untuk kelompok rentang usia 26-30 adalah 34.6 tahun, untuk kelompok rentang usia 31-35 adalah 33 tahun dan untuk kelompok rentang usia 36-40 adalah 37.5 tahun. Hasil perhitungan rata-rata untuk seluruh kelompok rentang usia menghasilkan 27.6 tahun sebagai usia rata-rata seluruh partisipan. Selain itu, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dimensi genre dengan peminat terbanyak adalah Intense and Rebelious, yaitu dengan 17 orang peminat (47.5%), diikuti oleh Reflective
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
and Complex, dengan 17 orang peminat (42.5%), selanjutnya adalah Energetic and Rhythmic, dengan 15 orang peminat (37.5%) dan dimensi genre yang memiliki peminat paling sedikit adalah Upbeat and Conventional, dengan 9 orang peminat (22.5%). Hasil yang diperoleh juga menunjukkan bahwa trait kepribadian yang paling menonjol pada partisipan adalah trait Openness to Experience (M=5.14), diikuti oleh trait Conscientiousness (M=4,48), setelah itu adalah trait Agreeableness (M=4.47) dan trait Neuroticism (M=3.80). sebaliknya, trait kepribadian yang paling tidak menonjol pada partisipan adalah trait Extraversion (M=2.46). Gambaran Partisipan Berdasarkan Gender dan Preferensi Dimensi Genre Musik Tabel 4.8. Gambaran Partisipan Berdasarkan Genre dan Gender
Genre Reflective and Complex Intense and Rebellious Upbeat and Conventional Energetic and Rhythmic
Gender Laki-laki
M 19.71
Perempuan
19.03
Laki-laki
15.37
Perempuan
12.85
Laki-laki
9.28
Perempuan
9.71
Laki-laki
25.03
Perempuan
24.25
t 0.728
sig 0.470
2.771
0.007
-0.679
0.500
0.628
0.532
Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa skor mean laki-laki lebih besar pada dimensi genre Reflective and Complex (M=19.71), Intense and Rebellious (M=15.37) dan Energetic and Rhythmic (M=25.03). Sedangkan, skor mean perempuan lebih besar pada dimensi genre Upbeat and Conventional (M=9.71). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat lebih banyak peminat laki-laki yang menyatakan preferensi dimensi genre Reflective and Complex, Intense and Rebellious dan Energetic and Rhythmic, akan tetapi lebih banyak peminat perempuan yang menyatakan preferensi dimensi genre Upbeat and Conventional. Dari tabel 4.8. juga dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara gender dan preferensi dimensi genre pada dimensi genre Intense and Rebellious (t=2.771, LoS=0.05). Gambaran Hubungan antara Preferensi Genre Musik dan Preferensi Lagu 4. 9. Tabel Hubungan antara Preferensi Genre dan Preferensi Lagu
Pilihan Genre Pilihan Lagu
r 0. 436
sig 0.001
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
Dari hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara preferensi genre dan preferensi lagu, dengan r= 0.436 dan LoS= 0.001 pada p= 0.01. Gambaran Hubungan antara Preferensi Genre Musik dan Trait Kepribadian Berdasarkan hasil penghitungan data hasil penelitian, diperoleh nilai korelasi Pearson seperti yang dapat dilihat di tabel berikut ini: Tabel 4.10. Hubungan antara preferensi genre musik dan trait kepribadian
Trait Extraversion Sig. (2-tailed) N Agreeableness Sig. (2-tailed) N Conscientiousness Sig. (2-tailed) N Neuroticism Sig. (2-tailed) N Openness to Experience Sig. (2-tailed) N
Reflective and Complex .191 .145 60 -.172 .188 60 -.025 .848 60 .121 .358 60 -.381
Upbeat and Conventional -.140 .286 60 .141 .283 60 -.383 .003* 60 .108 .411 60 -.034
.003* 60
.799 60
Energetic Intense and and Rhythmic Rebellious -.194 .381 .138 .003* 60 60 -.030 .054 .822 .680 60 60 -.081 -.119 .540 .366 60 60 .016 -.143 .904 .275 60 60 .036 -.165 .785 60
.207 60
*Signifikan pada LoS 0.05 Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi yang didapat antara skor total trait kepribadian Openness to Experience (O) dengan masing-masing dimensi genre menunjukkan bahwa Reflective and Complex adalah dimensi genre yang memiliki nilai korelasi negatif yang signifikan, yakni r=-381 dengan LoS=0.003. Sementara, untuk dimensi genre Intense and Rebellious (r=-0.165 dengan LoS=2.07), dimensi genre Upbeat and Conventional (r=-0.034 dengan LoS=0.799) dan dimensi genre Energetic and Rhythmic (r=0.036 dengan LoS=0.785), masing-masing tidak menunjukkan korelasi yang signifikan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara trait kepribadian Openness to Experience dan dimensi genre Reflective and Complex. Sementara, untuk dimensi genre yang lain tidak ada hubungan yang signifikan dengan trait kepribadian Openness to Experience.
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
Hasil yang diperoleh juga menunjukkan koefisien korelasi yang didapat antara skor total trait kepribadian Extraversion (E) dengan masing-masing dimensi genre menunjukkan bahwa dimensi genre Intense and Rebellious adalah dimensi genre yang memiliki nilai korelasi yang signifikan , yakni r=0.381 dengan LoS= 0.003. Sementara, untuk dimensi genre Reflective and Complex (r=0.191 dengan LoS=0.03), Upbeat and Conventional (r=-0.140 dengan LoS=0.03) dan Energetic and Rhythmic (r=-0.194 dengan LoS=0.03) masing-masing tidak menunjukkan korelasi yang signifikan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa terbukti ada hubungan yang signifikan antara trait kepribadian Extraversion dan dimensi genre Intense and Rebellious. Sementara, untuk dimensi genre yang lain dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan trait kepribadian Extraversion. Dari hasil yang diperoleh juga menunjukkan koefisien korelasi yang didapat antara skor total trait kepribadian Conscientiousness (C) dengan masing-masing dimensi genre menunjukkan bahwa dimensi genre Upbeat and Conventional adalah dimensi genre yang memiliki nilai korelasi negatif yang signifikan, yakni r=-0.383 dengan LoS=0.03. Sementara, untuk dimensi genre Reflective and Complex (r=-0.025 dengan LoS=0.03), Intense and Rebellious (r=-0.119 dengan LoS=0.03) dan Energetic and Rhythmic (r=-0.081 dengan LoS=0.03) masing-masing tidak menunjukkan korelasi yang signifikan. Sehingga dapat dikatakan terbukti ada hubungan yang signifikan antara trait kepribadian Conscientiousness dan dimensi genre Upbeat and Conventional. Sementara, untuk dimensi genre yang lain dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan trait Conscientiousness. Dari keseluruhan nilai korelasi antara preferensi dimensi genre dan trait kepribadian, dapat dilihat bahwa nilai korelasi tertinggi dimiliki oleh hubungan antara dimensi genre Upbeat and Conventional dengan trait kepribadian Conscientiousness (r=-0.383 dengan LoS=0.03). Adapun dimensi genre lain yang memiliki korelasi yang signifikan dengan trait kepribadian adalah dimensi genre Intense and Rebellious memiliki korelasi dengan trait kepribadian Extraversion (r=0.381 dengan LoS=0.03) serta dimensi genre Reflective and Complex dengan trait kepribadian Openness to Experience (r=-0.381 dengan LoS=0.03) 5. Kesimpulan 1. Preferensi genre musik yang paling tinggi adalah untuk dimensi Intense and Rebellious (Rock, Alternatif dan Heavy Metal) dan dimensi genre Reflective and Complex (Blues, jazz, klasik dan folk). Setelah itu, hasil juga menunjukkan bahwa dimensi genre musik Energetic and Rhythmic (Rap, Hip Hop, Soul, Electronica dan Dance) juga memiliki
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
cukup banyak peminat dan Upbeat and Conventional (Country, Soundtrack, Religi dan Pop) adalah dimensi genre yang memiliki peminat paling sedikit. 2. Trait kepribadian yang paling menonjol adalah trait Openness to Experience, diikuti oleh trait Conscientiousness dan trait Agreeableness. Selain itu, trait kepribadian yang paling tidak menonjol pada sample adalah trait Neuroticism dan trait Extraversion. 3. Hasil menunjukkan bahwa lebih banyak partisipan laki-laki yang menyukai dimensi genre Reflective and Complex (Blues, jazz, klasik dan folk), Intense and Rebellious (Rock, Alternatif dan Heavy Metal) dan Energetic and Rhythmic (Rap, Hip Hop, Soul, Electronica dan Dance). 4. Hasil menunjukkan bahwa lebih banyak partisipan perempuan yang menyukai dimensi genre Upbeat and Conventional (Country, Soundtrack, Religi dan Pop). 5. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan terhadap preferensi dimensi genre pada dimensi genre Intense and Rebellious (Rock, Alternatif dan Heavy Metal). 6. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara laki-laki dan perempuan terhadap preferensi dimensi genre pada dimensi genre Reflective and Complex (Blues, jazz, klasik dan folk), Upbeat and Conventional (Country, Soundtrack, Religi dan Pop) dan Energetic and Rhythmic (Rap, Hip Hop, Soul, Electronica dan Dance). 7. Ada korelasi negatif yang signifikan antara dimensi genre Reflective and Complex dan trait kepribadian Openness to Experience. Dengan kata lain, partisipan yang menyukai dimensi genre Reflective and Complex (Blues, jazz, klasik dan folk), tidak memiliki trait Openness to Experience yang menonjol. 8. Ada korelasi negatif yang signifikan antara dimensi genre Upbeat and Conventional dan trait kepribadian Conscientiousness. Dengan kata lain, partisipan yang menyukai dimensi genre Upbeat and Conventional (Country, Soundtrack, Religi dan Pop), tidak memiliki trait Conscientiousness yang menonjol. 9. Ada korelasi positif yang signifikan antara dimensi genre Intense and Rebellious dan trait kepribadian Extraversion. Dengan kata lain, partisipan yang menyukai dimensi genre Intense and Rebellious (Rock, Alternatif dan Heavy Metal), memiliki trait Extraversion yang menonjol. 6. Diskusi Hasil penghitungan korelasi antara preferensi dimensi genre dan preferensi lagu diketahui sebagai hubungan yang signifikan. Dari hasil analisis data tersebut, dapat
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
disimpulkan bahwa terdapat konsistensi dalam preferensi dimensi genre dan preferensi lagu. Dengan kata lain, partisipan memiliki kecenderungan untuk menyukai lagu dari genre yang mereka sukai. Konsistensi yang ada dapat dijelaskan sehubungan dengan tingkat familiaritas yang dimiliki menyangkut genre yang disukai. Dengan demikian, seseorang yang memiliki preferensi kepada satu genre tertentu, akan memiliki tingkat familiaritas yang relatif tinggi terhadap genre tersebut, sehingga meskipun disajikan dengan lagu yang tidak dispesifikasikan genre, judul ataupun musisi, mereka akan secara instinktif menyukai lagu tersebut. Hasil korelasi antara preferensi genre dimensi musik dan trait yang diperoleh menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara dimensi genre Reflective and Complex dan trait kepribadian Openness to Experience. Dengan kata lain, seseorang yang menyukai dimensi genre Reflective and Complex memiliki trait kepribadian Openness to Experience yang rendah. Hasil yang diperoleh dapat diatribusikan kepada demografik sample dalam penelitian ini, dimana mayoritas rentang usia partisipan adalah 20 sampai dengan 25 tahun. Apabila mengacu pada teori, seseorang dengan tingkatan trait Openness to Experience yang tinggi adalah seseorang yang imajinatif, menyukai hal baru, kreatif, memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan menyukai variasi (Feist & Feist, 2009). Sementara, dimensi genre Reflective and Complex mencakup genre-genre musik yang familiar dan cukup dikenal, serta memiliki konotasi kuno, membosankan dan ‘tua’, sehingga tidak bisa dianggap sebagai hal yang baru dan variatif bagi demografik sample dalam penelitian ini. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan untuk hubungan antara dimensi genre Upbeat and Conventional dan trait kepribadian Conscientiousness. Dengan kata lain, seseorang yang menyukai dimensi genre Upbeat and Conventional memiliki tingkatan trait Conscientiousness yang rendah. hasil yang diperoleh dapat diatribusikan kepada karakteristik yang dimiliki seseorang yang memiliki trait Conscientiousness yang menonjol. Apabila mengacu pada teori, seseorang dengan tingkatan trait Conscientiousness yang tinggi adalah seseorang yang teratur, terorganisir, terkontrol, ambisius, memiliki fokus yang tinggi untuk keberhasilan dan kesuksesan, serta disiplin (Feist & Feist, 2009). Karakteristik- karakteristik tersebut mengimplikasikan seseorang dengan tingkatan trait Conscientiousness yang tinggi adalah seseorang yang kaku, rigid dan sulit beradaptasi terhadap perubahan. Seseorang dengan tingkatan trait Conscientiousness yang tinggi adalah seseorang yang disiplin dan membatasi diri, sehingga cenderung membatasi musik yang mereka sukai dan dapat membawa pengaruh kepada genre-genre musik yang disukai. Dimensi genre Upbeat and Conventional mencakup genre-genre musik yang adaptif terhadap jaman, berubah-ubah dan terus berkembang, contohnya genre musik Pop, sehingga untuk seseorang yang memiliki
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
tingkatan Conscientiousness yang tinggi mungkin akan sulit untuk beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan yang terus terjadi dalam genre tersebut. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dimensi genre Intense and Rebellious dan trait kepribadian Extraversion. Dengan kata lain, seseorang yang menyukai dimensi genre Intense and Rebellious memiliki tingkatan trait Extraversion yang tinggi. . Apabila mengacu pada teori, seseorang yang memiliki tingkat trait Extraversion yang tinggi adalah seseorang yang pandai bergaul, ekspresif, ceria, senang mengobrol dan suka bersenang-senang (Feist & Feist, 2009). Selain itu, dimensi genre Intense and Rebellious mencakup genre-genre yang memiliki tingkatan energi tinggi, ritmik dan enerjik, sehingga sesuai dengan seseorang yang memiliki trait kepribadian Extraversion yang semangat, menyenangi kegembiraan dan ekspresif. Dalam penelitian ini diperoleh hasil mengenai perbedaan preferensi musik antara perempuan dan laki-laki. Hasil yang diperoleh dapat dijelaskan oleh perbedaan antar gender, dimana hal tersebut merupakan konstruk sosial yang telah melekat dan cenderung mengarahkan tingkah laku. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan gender yang konsisten menyangkut preferensi musik (Colley, 2008). Konsep maskulinitas dan femininitas merupakan konsep yang telah tertanam dalam masyarakat, tanpa menghiraukan perbedaan kultur. Kedua konsep tersebut mungkin termanifestasikan secara berbeda tergantung masing-masing kultur, akan tetapi tetap merupakan konsep yang dapat menentukan tingkah laku dan proses kognisi. Dalam penelitian ini, perbedaan yang paling mencolok antar laki-laki dan perempuan terhadap preferensi dimensi genre adalah pada dimensi genre Intense and Rebellious, yaitu dimensi genre yang mencakup genre Rock, Alternatif dan Heavy Metal. Dimensi genre Intense dan Rebellious mencakup genre-genre musik yang memiliki karakteristik yang memiliki konotasi maskulin, seperti penekanan pada instrumen gitar, bass dan drum, lirik yang ekspresif, serta nada yang ritmik dan berat. Hal tersebut didukung oleh hasil dari penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa gender laki-laki memiliki kecenderungan untuk lebih menyukai musik yang ‘keras’, deklaratif dan enerjik. Sementara, gender perempuan memiliki kecenderungan untuk lebih menyukai genre musik yang ringan, lembut dan memiliki lirik yang emotif dan menceritakan hubungan interpersonal atau interaksi sosial (Colley, 2008). 7. Saran Saran Metodologis: 1. Limitasi Kultur:
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
a) Genre-genre musik mungkin tidak familiar dengan telinga orang Indonesia, seperti contohnya genre musik folk. b) Lirik dalam lagu-lagu yang dipilih mungkin dapat mempengaruhi pilihan responden. c) Genre-genre yang dikategorikan tidak memperhitungkan genre-genre etnik atau genre-genre pribumi. d) Partisipan mungkin memiliki tingkat pemahaman yang berbeda terhadap genre-genre yang diteliti. 2. Isu-isu mengenai pilihan genre dan lagu: a) Memperbanyak genre-genre musik yang diteliti dan menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di dunia musik dalam penelitian-penelitian berikut. b) Memperjelas batasan antar genre dan memperhitungkan turunan-turunan dari genre-genre yang dikategorikan dalam penelitian-penelitian berikut. c) Memberikan kesempatan bagi responden untuk mendengarkan setiap lagu secara keseluruhan dalam penelitian-penelitian berikut. d) Memperluas dan memperbanyak genre musik yang diteliti dalam penelitianpenelitian berikut. Saran Praktis: 1. Memperbanyak penelitian-penelitian mengenai musik dan fungsi-fungsinya di masa depan 2. Dengan melihat adanya pola antara gender dan preferensi dimensi genre musik, maka akan sangat berguna dan menarik apabila penelitian dilakukan mengenai perbedaan gender dan pengaruhnya terhadap preferensi musik. 3. Memperbanyak penelitian mengenai musik dan fungsi-fungsinya, sehingga akan membantu konselor dan psikolog untuk membentuk profil dan mendapatkan pengertian yang lebih dalam mengenai klien-klien mereka.
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA Colley, A. (2008). Young people’s musical taste: Relationship with gender and gender-related traits. Journal of Applied Social Psychology, 38 (8), 2039-2055. Costa, P. T.& McCrae, R. R. (1999). Age differences in personality across the adult lifespan: Parallels in five cultures. Developmental Psychology, 35, 466-477. Dean, J. H., Yu, E.C. & Epps, A. (2007). Older and wiser? Evidence for stronger connections between music preferences and personality with age. diambil dari http://www.spring.org.uk/2007/04/older-‐and-‐musically-‐wiser.php Delsing, M. J. M. H & Engels, R. C. M. E (2008). Adolescents’ music preference and personality characteristics. European Journal of Personality, 22, 109-130. Feist, J. & Feist, G. J. (2009). Theories of personality 7th ed. New York: McGraw Hill. Gravetter, F. J. & Forzano, L. (2009). Research method for the behavioral sciences. Wadsworth CENGAGE Learning. Hodges, D. A. (1999). Handbook of music psychology 2nd ed. San Antonio: University of Texas Press. Kumar, R. (2005). Research methodology: A step by step guide for beginners. London: Sage Publications. Papalia, D., Olds, S. W., Feldman, R. D. (2007). Human development 10th ed. New York: McGraw Hill. Rentfrow, P.J. & Gosling, S. (2003a). The do re mi’s of everyday life: The structure and
personality correlates of music preferences. Texas: University of Texas. Rentfrow, P. J. & Gosling, S. (2003b). A very brief measure of the big-five personality domains. Texas: University of Texas. Tagg, P. (2009). A short prehistory of popular music. Liverpool: University of Liverpool Tekman, H. G. (2009). Music preferences as signs of who we are: personality and social
factors. ESCOM 2009. Uludag University, Turkey Tzanetakis, G. (2002). Musical genre classification of audio signals. IEEE Transactions on Speech and Audio Processing, 10, No. 5, July 2002. Wadsworth, B. J. (1996). Piaget’s theory of cognitive and affective development. New York: Longman Publishers.
Hubungan Antara..., Anindita Sandrina Tamzil, F Psi UI, 2013