perpustakaan.uns.ac.id Pertiwi / Hubungan antara Penerimaan Teman Sebaya
digilib.uns.ac.id
Hubungan antara Penerimaan Teman Sebaya dan Iklim Sekolah dengan Bullying pada Siswa SMP Negeri 11 Surakarta The Relation of Peer Acceptance, School Climate and Bullying on Students of SMP Negeri 11 Surakarta Rizka Arum Putri Pertiwi, Tuti Hardjajani, Nugraha Arif Karyanta Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret ABSTRAK Kekerasan di sekolah merupakan permasalahan serius yang terjadi dalam dunia pendidikan. Salah satu bentuk kekerasan tersebut adalah bullying, yaitu perilaku agresif yang menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman atau terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang. Perilaku ini paling banyak ditemukan pada masa remaja yang terwujud dalam bentuk bullying fisik, verbal, sosial maupun cyberbullying. Terjadinya bullying diduga terkait dengan penerimaan teman sebaya dan iklim sekolah. Penerimaan teman sebaya yang rendah dan iklim sekolah yang negatif diduga akan menjadi akar dari timbulnya bullying pada remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Hubungan antara penerimaan teman sebaya dan iklim sekolah dengan bullying, (2) Hubungan antara penerimaan teman sebaya dengan bullying, dan (3) Hubungan antara iklim sekolah dengan bullying. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, dengan populasi seluruh siswa SMP N 11 Surakarta. Responden penelitian berjumlah 187 siswa yang diperoleh dengan teknik stratified cluster sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa skala bullying, skala penerimaan teman sebaya dan skala iklim sekolah. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah analisis regresi berganda, adapun uji hipotesis kedua dan ketiga menggunakan analisis korelasi parsial. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan nilai p = 0,000 (p<0,05) dan F hitung = 37,986 > Ftabel = 3,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penerimaan teman sebaya dan iklim sekolah dengan bullying. Hasil analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa ada hubungan antara penerimaan teman sebaya dengan bullying dengan r = -0,208, dan p = 0,004 (<0,05) serta ada hubungan antara iklim sekolah dengan bullying dengan nilai r = -0,354 dan p = 0,000 (<0,05). Nilai R2 sebesar 0,292, artinya penerimaan teman sebaya dan iklim sekolah secara bersama-sama memberi sumbangan efektif sebesar 29,2%. Kata kunci: bullying, penerimaan teman sebaya, iklim sekolah, siswa SMP
masyarakat di samping mengajarkan berbagai
PENDAHULUAN Sekolah
adalah
lingkungan
pendidikan
sekunder dan juga merupakan salah satu tempat bagi anak untuk tumbuh dan berkembang selama perjalanan hidupnya. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan
memberikan
pengaruh
diharapkan positif
mampu terhadap
keterampilan dan kepandaian kepada para siswanya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa akhir-akhir ini banyak ditemukan permasalahan dalam
dunia
pendidikan
yang
dapat
mempengaruhi kejiwaan anak. Salah satu isu yang cukup serius adalah masalah kekerasan di
sekolah. perkembangan jiwa anak. Sebagaimana halnya commit to user dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan Salah satu bentuk kekerasan di lingkungan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam
sekolah
di
antaranya
adalah
bullying
1
perpustakaan.uns.ac.id Pertiwi / Hubungan antara Penerimaan Teman Sebaya
digilib.uns.ac.id
mengancam,
mengalami
risiko
peningkatan
menindas dan membuat perasaan orang lain
kepribadian
yang
cenderung
tidak nyaman. Seseorang dikatakan menjadi
(Copeland, 2013). Smokowski dan Kopasz
korban bullying apabila diperlakukan secara
(2005) juga menyatakan bahwa korban bullying
negatif
atau
cenderung memiliki harga diri yang rendah
fisik,
serta resiko yang lebih tinggi untuk mengalami
(perisakan)
yaitu
(sengaja
ketidaknyamanan
perilaku
membuat melalui
luka kontak
perkataan atau dengan cara lain) sekali atau berkali-kali bahkan sering atau sudah menjadi pola oleh seseorang atau lebih (Coloroso, 2006). Lebih jauh Rudi (2010) menekankan perilaku
bullying
pada
adanya
ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban.
Ketidakseimbangan
disalahgunakan
oleh
kekuatan
seseorang
ini atau
sekelompok orang untuk menyakiti korban secara mental maupun fisik secara berulang kali.
gangguan anti
sosial
depresi. Menyikapi gambaran buram kekerasan pada anak di Indonesia, KPAI mengadakan survai di 9 provinsi pada tahun 2012. Sebanyak 1026 responden
anak
SMA/MA)
yang
(SD/MI, berhasil
SMP/MTs
dan
ditemui
dan
memberikan pengakuannya tercatat 87,6% responden anak mengaku mengalami tindak kekerasan di lingkungan sekolah. Terjadinya kekerasan di sekolah disebabkan oleh banyak hal, diantaranya sistem dan peraturan sekolah
Bullying diyakini dapat membawa dampak
tidak memiliki perspektif perlindungan anak,
buruk bagi korban maupun pelaku. Seseorang
selain itu siswa jarang diberikan materi tentang
yang menjadi korban bullying dapat menderita
perlindungan anak dan pendampingan sebaya,
karena
perilaku.
sehingga bullying dan kekerasan terjadi di
Bullying dapat menimbulkan perasaan tidak
antara siswa karena rendahnya pemahaman
aman, terisolasi, perasaan harga diri yang
siswa (Ihsan, 2013).
masalah
emosional
dan
rendah, depresi atau menderita stres yang dapat berakhir dengan bunuh diri (Rudi, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Copeland terhadap 1.420 orang di Barat Laut Carolina. Seseorang yang pernah mengalami bullying pada usia anak-anak, ketika dewasa cenderung memiliki gangguan psikologis berupa kecemasan, mudah panik dan
Kasus bullying tidak hanya ditemukan di kotakota besar. Kota Surakarta yang dicanangkan sebagai Kota Layak Anak (KLA) pun ternyata tidak luput dari adanya bullying di sekolah. Sebuah
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Hertinjung (2013) terhadap 212 siswa kelas 4 dan 5 dari 3 SD di Kecamatan Laweyan
Surakarta, yaitu SDN Mangkuyudan 2, SDN depresi, menggunakan obat-obatan terlarang, commitBumi to user 2, dan SD Muhammadiyah 16 bahkan beberapa di antaranya melakukan menunjukkan, bahwa sebesar 43% anak tindakan bunuh diri. Hal yang sama juga terjadi melakukan bullying verbal, bullying relasional bagi para pelaku bullying. Para pelaku sebesar 30% dan bullying fisik 27%. 2
perpustakaan.uns.ac.id Pertiwi / Hubungan antara Penerimaan Teman Sebaya
digilib.uns.ac.id
SMP Negeri 11 Surakarta adalah salah satu
mengalami depresi. Lebih jauh dijelaskan pula
sekolah yang tidak terlepas dari praktek
bahwa penolakan dan pengabaian oleh sebaya
bullying. Beberapa anak menunjukkan sikap
berhubungan dengan kesehatan mental individu
yang nakal, kurang bersahabat dan tidak
dan masalah kenakalan remaja. Oleh karena itu,
kooperatif sehingga sering membuat keonaran
remaja yang mengembangkan perilaku agresif
dengan
bahkan
sebagai reaksi atas penerimaan atau penolakan
beberapa di antaranya ada yang berkelahi.
teman sebaya berpotensi melakukan perilaku
Banyak faktor yang mempengaruhi remaja
bullying
melakukan perilaku bullying. Salah satunya
ketidakpuasan yang diterima (Priyatna, 2010).
adalah pengaruh penerimaan teman sebaya
Bullying dilakukan remaja sebagai upaya untuk
(Hurlock, 1980). Penerimaan teman sebaya
mendapatkan
merupakan tingkat dimana individu disukai
pengakuan dari lingkungan pergaulannya.
mengganggu
siswa
lain,
atau tidak disukai oleh teman sebayanya (Rubin dkk., dalam Oberle, dkk., 2010). Menjadi individu yang disukai dan diterima dalam suatu kelompok pertemanan merupakan suatu hal yang penting pada masa remaja, karena merupakan
prasyarat
untuk
mendapatkan
feedback dari teman sebaya dan dapat mencoba berbagai gaya hubungan atau kepribadian yang berbeda dari masa ke masa (Adams dalam Kartika, 2005). Oleh karena itu, pada masa remaja individu menjadi lebih memperhatikan bagaimana pandangan teman sebaya terhadap diri mereka.
sebagai
reaksi
perhatian,
psikologis
atas
penghargaan
dan
Selain kebutuhan akan penerimaan teman sebaya, remaja juga memerlukan lingkungan yang positif untuk mendukung perkembangan sosioemosionalnya. sekolah
Meskipun
merupakan
lingkungan
faktor
keluarga,
lingkungan
kedua
lingkungan
setelah sekolah
berperan cukup besar dalam perkembangan tingkah
laku
remaja.
Astuti
(2008)
menyebutkan bahwa lingkungan sekolah yang tidak
harmonis
dan
diskriminatif
dapat
menyebabkan timbulnya perilaku bullying. Hoy dan Miskel (1982) mendefinisikan situasi, suasana atau atmosfer suatu karakteristik
Remaja yang merasa telah diterima oleh teman
internal
sebayanya
membedakannya dengan sekolah lain dan
menerima
akan diri
mudah sendiri
menyukai sehingga
dan
keadaan
tersebut akan membantu remaja dalam proses penyesuaian diri. Sementara itu, remaja yang memiliki pengalaman dikucilkan oleh teman
dalam
mempengaruhi
suatu
perilaku
sekolah
orang-orang
yang
di
dalamnya dengan iklim sekolah. Iklim
sekolah
yang positif
menimbulkan
adanya perasaan akan komunitas (sense of sebaya akan merasa sedih, stres, dan frustrasi yang dapat mengurangi secara commitcommunity) to user (Santrock, 2007). Remaja yang menarik diri, signifikan munculnya perilaku bermasalah ditolak oleh sebaya atau menjadi korban dan seperti keterlibatan narkoba, kenakalan remaja merasa kesepian, memiliki resiko untuk dan tindak kekerasan seperti bullying (Gregory, 3
perpustakaan.uns.ac.id Pertiwi / Hubungan antara Penerimaan Teman Sebaya dkk., 2011). Sementara itu, siswa
yang
digilib.uns.ac.id
B. Penerimaan Teman Sebaya Penerimaan teman sebaya adalah suatu
mempersepsikan sekolah sebagai lingkungan dengan
keadaan sejauh mana individu diterima,
ketidakadilan dan tidak mendukung, akan
disukai atau dihargai oleh anggota lain dari
cenderung
kelompok sebaya.
yang
tidak
bersahabat,
melanggar
Mengganggu
siswa
penuh
peraturan lain
dan
sekolah.
Aspek penerimaan teman sebaya pada
melakukan
perilaku bullying menjadi suatu hal yang umum
penelitian
terjadi di dalam lingkungan sekolah yang tidak
kombinasi dari Parker (1993) dan Kristi
positif. Studi lain juga menunjukkan bahwa
(1992), yaitu validation and caring, help
siswa yang bersekolah di tempat yang penuh
and
dengan konflik, dengan persepsi yang buruk
companionship, kepercayaan, penghargaan
terhadap
dan penghormatan.
lingkungan
sosial
akan
lebih
ini
menggunakan
guidance,
intimate
aspek
exchange,
cenderung terlibat di dalam perilaku bullying (Nansel dkk., 2001). Berdasarkan
beberapa
disampaikan,
timbul
melakukan
penelitian
C. Iklim Sekolah uraian
yang
ketertarikan mengenai
telah untuk
hubungan
antara penerimaan teman sebaya dan iklim sekolah dengan bullying pada siswa SMP Negeri 11 Surakarta.
Iklim sekolah adalah suatu kualitas atau keadaan dari lingkungan sekolah, mencakup berbagai norma, harapan, kebijakan yang dapat mempengaruhi pola perilaku individu dan kelompok di dalamnya serta menjadi sebuah karakteristik yang membedakan antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Aspek
DASAR TEORI
teaching A. Bullying
iklim and
sekolah learning,
yaitu
safety,
interpersonal
relationships dan institutional environment
Bullying adalah suatu tindakan agresif
(Nixon, 2010).
yang dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok orang yang dengan
sengaja
menyalahgunakan
ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan untuk menyakiti atau membuat korban merasa tidak nyaman baik secara fisik maupun mental.
METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 11 Surakarta. Sampel penelitian ditentukan dengan metode stratified cluster sampling.
Bentuk-bentuk bullying terbagi commit atas to user empat kategori, yaitu bullying fisik, bullying verbal,
bullying
sosial/relasional,
dan
cyberbullying (Priyatna, 2010). 4
perpustakaan.uns.ac.id Pertiwi / Hubungan antara Penerimaan Teman Sebaya Tabel 1. Data Sampel Uji Coba dan Penelitian Kelas VII E VIII A IX A VII C VII D VIII B VIII E IX B IX C
Jumlah Siswa 33 34 30 34 33 30 31 32 31
Keterangan Kelas uji coba Kelas uji coba Kelas uji coba Kelas penelitian Kelas penelitian Kelas penelitian Kelas penelitian Kelas penelitian Kelas penelitian
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala bullying (jumlah aitem 23, reliabilitas 0.775), skala penerimaan teman sebaya (jumlah aitem 36, reliabilitas 0.915) dan skala
iklim
sekolah
(jumlah
aitem
39,
digilib.uns.ac.id
berganda. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan nilai Fhitung 37,986 > Ftabel 3,05 dan p = 0,000<0,05. Hal ini berarti bahwa
terdapat
hubungan
antara
penerimaan teman sebaya dan iklim sekolah dengan bullying pada siswa SMP Negeri 11 Surakarta. Nilai R-square sebesar 0,292 yang berarti bahwa penerimaan teman sebaya dan iklim sekolah secara bersamasama menyumbang 29,2% terhadap variabel bullying. Nilai R = 0,541 menunjukkan keeratan hubungan berada pada level sedang (0,400 – 0,599).
reliabilitas 0.887) yang disusun sendiri oleh
Uji hipotesis kedua dan ketiga dilakukan
peneliti serta telah di uji-cobakan kepada
dengan
menggunakan
sampel.
parsial.
Hasil
Pengumpulan data penelitian dilakukan secara klasikal dengan memanfaatkan waktu mata pelajaran bimbingan dan konseling. Waktu yang dipergunakan siswa untuk mengisi skala
korelasi
penghitungan
variabel
penerimaan teman sebaya dengan bullying menunjukkan hasil P (0,004) < 0,05 dan correlation
=
-0,208.
Hasil
tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
berkisar antara 35-40 menit.
teknik
signifikan
dan
rendah
antara
penerimaan teman sebaya dengan bullying. Data
dengan
Arah hubungannya adalah negatif, artinya
menggunakan analisis regresi berganda dan
semakin baik penerimaan teman sebaya
analisis korelasi parsial. Pada penelitian ini
maka akan semakin rendah bullying yang
disertakan pula hasil penghitungan sumbangan
dilakukan.
relatif
yang
dan
terkumpul
sumbangan
dianalisis
efektif,
analisis
deskriptif dan analisis tambahan yang dapat menunjang hasil penelitian.
Uji hipotesis ketiga menunjukkan hasil P (0,000) < 0,05 dan correlation = -0,354. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang
HASIL- HASIL
rendah dan signifikan antara iklim sekolah dengan bullying. Arah hubungan yang
A. Uji Hipotesis
negatif menandakan bahwa semakin baik commit to user Setelah melakukan uji asumsi dasar dan uji iklim sekolahnya, maka akan semakin asumsi klasik, peneliti melakukan uji rendah bullying yang dilakukan. hipotesis dengan teknik analisis regresi 5
perpustakaan.uns.ac.id Pertiwi / Hubungan antara Penerimaan Teman Sebaya B. Sumbangan
Relatif
dan
Sumbangan
digilib.uns.ac.id
2. Perbedaan Bullying oleh Siswa Laki-
Efektif
laki dan Siswa Perempuan
1. Sumbangan Relatif
Analisis tambahan ini ditujukan untuk
a. Penerimaan teman sebaya 32,5%
mengetahui perbedaan bullying ditinjau
b. Iklim sekolah 67,5%
dari jenis kelamin. Jenis analisis yang
2. Sumbangan Efektif
digunakan adalah uji t untuk sampel
a. Penerimaan teman sebaya 9,5%
bebas (independent sample t-test). Nilai
b. Iklim sekolah 19,7%
t-hitung > t-tabel (7,056 > 1,973) maka
c. Total sumbangan sebesar 29,2%,
Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan,
sementara
70,8%
sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain.
bahwa ada perbedaan rata-rata bullying antara
siswa
laki-laki
dan
siswa
perempuan. Dari rata-rata dapat dilihat, bahwa laki-laki melakukan bullying
C. Analisis Deskriptif
yang lebih tinggi (33,89) daripada siswa
Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Bullying Penerimaan Teman Sebaya
Iklim Sekolah
Kategorisasi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Jumlah 171 16 0 0 85 102 0 69 118
% 91 % 9% 0% 0% 45 % 55 % 0% 37 % 63 %
perempuan (27,14). Selanjutnya, diketahui pula siswa lakilaki cenderung melakukan bullying lebih tinggi pada seluruh aspek bullying dibandingkan siswa perempuan. Hal ini terlihat
dari
nilai
rata-rata
yang
diperoleh siswa laki-laki pada aspek bullying fisik (1,377) lebih tinggi daripada nilai rata-rata siswa perempuan
D. Analisis Tambahan 1. Jenis Bullying yang Dilakukan Siswa
(1,108). Pada aspek bullying verbal,
Dengan membandingkan nilai rata-rata
siswa laki-laki juga menunjukkan rata-
pada tiap-tiap jenis bullying diketahui
rata
bahwa jenis bullying yang paling sering
dibandingkan siswa perempuan (1,326).
dilakukan adalah bullying verbal (28%),
Hal yang sama tampak pada aspek
selanjutnya
bullying
bullying
bullying
fisik
(24%)
cyberbullying (23%).
sosial
(25%),
dan
terakhir
yang
lebih
sosial,
tinggi
yaitu
(1.683)
laki-laki
menunjukkan rata-rata yang lebih tinggi (1,481) dibandingkan siswa perempuan
(1,173). Demikian pula pada aspek commit to user cyberbullying siswa perempuan menunjukkan nilai yang lebih rendah (1.081) daripada siswa laki-laki (1,301). 6
perpustakaan.uns.ac.id Pertiwi / Hubungan antara Penerimaan Teman Sebaya 3. Perbedaan
Bullying
berdasarkan
digilib.uns.ac.id
dapat memperkuat citra diri dan penilaian diri
Tingkatan Kelas
yang positif sehingga remaja akan menghindari
Analisis tambahan ini ditujukan untuk
perilaku agresif seperti bullying (Hardiyanti
mengetahui perbedaan bullying ditinjau
dan Dewi, 2013). Selain itu, iklim sekolah
dari tingkatan kelas. Jenis analisis yang
sebagai faktor eksternal juga turut berperan
digunakan adalah uji varian satu jalan
dalam mengontrol bullying pada remaja. Iklim
atau one way ANOVA. Hasil uji one way
sekolah yang baik dapat menjaga remaja dari
ANOVA menunjukkan nilai signifikansi
resiko pengalaman peningkatan emosi dan
sebesar 0,024 (<0,05), maka Ho ditolak.
masalah perilaku (Loukas, dkk., 2004).
Artinya ada perbedaan bullying antara siswa kelas VII, kelas VIII dan kelas IX.
Berdasarkan
diketahui
pula
hasil
siswa
menunjukkan
rata-rata
kelas
VIII
kecenderungan
melakukan bullying lebih tinggi (32,43) dibandingkan dengan siswa kelas VII (29,29) dan kelas IX (29,34).
Hasil analisis data secara parsial menunjukkan, bahwa hipotesis kedua diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan teman sebaya dan bullying. Hal ini diketahui dengan
melihat
hasil
penghitungan
yang
menunjukkan p-value sebesar 0,004 < p = 0,05, r = -0,208. Arah hubungannya adalah negatif, artinya semakin tinggi tingkat penerimaan teman sebaya, maka akan semakin rendah bullying yang dilakukan. Hasil penelitian ini
PEMBAHASAN
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasil
uji
hipotesis
hipotesis pertama
menunjukkan, yang
diajukan
bahwa dalam
penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan antara penerimaan teman sebaya dan iklim sekolah dengan bullying pada siswa SMP Negeri 11 Surakarta. Hasil tersebut dapat dilihat berdasarkan nilai Fhitung 37,986 > Ftabel 3,05 dan p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti, bahwa semakin tinggi penerimaan teman sebaya dan semakin baik iklim sekolah, maka akan semakin rendah bullying yang dilakukan
Soliha (2010) yang menyebutkan, bahwa terdapat
hubungan
penerimaan
teman
yang
negatif
sebaya
dan
antara tendensi
agresivitas relasional. Sejalan dengan penelitian tersebut Wentzel (1997) menemukan, bahwa penerimaan teman sebaya memiliki hubungan yang positif dengan perkembangan akademis, fungsi sosial, dan kesejahteraan psikologis pada anak dan remaja. Sebaliknya, remaja yang sering diabaikan dan tidak diterima oleh temantemannya akan merasa tidak nyaman dan bisa
siswa. Hasil tersebut menunjukkan adanya
melakukan tindakan yang negatif. Pengabaian kebutuhan akan penerimaan teman sebaya pada commit to user dan penolakan dari teman sebaya dapat masa remaja. Penerimaan teman sebaya dan mengakibatkan para remaja merasa kesepian keikutsertaan remaja dalam kegiatan kelompok dan timbul rasa permusuhan yang selanjutnya 7
perpustakaan.uns.ac.id Pertiwi / Hubungan antara Penerimaan Teman Sebaya
digilib.uns.ac.id
berhubungan dengan kesehatan mental individu
(Astuti, 2008). Masalah bullying melibatkan
dan masalah kriminal.
lebih banyak jaringan dan pihak, sehingga
Hasil uji analisis secara parsial berikutnya menunjukkan, bahwa hipotesis yang ketiga diterima,
yaitu
terdapat
hubungan
yang
signifikan antara iklim sekolah dengan bullying pada siswa SMP Negeri 11 Surakarta. Hasil
dalam hal ini iklim sekolah yang melibatkan lebih banyak elemen di dalamnya berperan lebih dominan terhadap terjadinya bullying pada remaja dibandingkan dengan penerimaan teman sebaya.
yang diperoleh yaitu p-value sebesar 0,000 <
Hasil analisis tambahan pada penelitian ini
0,05, r = -0,354. Arah hubungannya adalah
mengungkapkan, bahwa jenis bullying yang
negatif karena nilai r bertanda negatif, artinya
paling banyak dilakukan adalah jenis bullying
semakin positif iklim sekolahnya, maka akan
verbal, siswa laki-laki terlibat bullying lebih
semakin rendah bullying yang dilakukan.
tinggi dibanding siswa perempuan, dan kelas
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
VIII terlibat bullying lebih tinggi dibandingkan
yang dilakukan oleh Fitriah (2014) yang
tingkatan kelas lainnya. Temuan ini sejalan
menyatakan adanya hubungan yang signifikan
dengan
antara iklim sekolah dengan perilaku kekerasan
Mahardayani
pada siswa SMA Negeri Karangpandan. Cross,
menyatakan sebanyak 94% dari 180 remaja
dkk (2010) berpendapat iklim sekolah yang
pernah melakukan bullying dan jenis tindakan
tidak baik dapat mengganggu proses belajar
yang paling sering dilakukan adalah bullying
mengajar anak didik, yang pada gilirannya
verbal, yaitu mengejek dan memberi julukan.
dapat memberikan peluang pada siswa untuk berperilaku menyimpang. Sebaliknya, kondisi sekolah
yang
baik
dapat
meningkatkan
pengetahuan, moral, dan pengalaman siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran di sekolah. Berdasarkan
hasil
perhitungan
sumbangan
relatif dan efektif dari masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat menunjukkan, bahwa iklim sekolah lebih dominan dalam mempengaruhi bullying dibandingkan dengan penerimaan teman sebaya. Lebih dominannya
penelitian dan
yang
dilakukan
oleh
(2008)
yang
Ahyani
Keterlibatan bullying yang tinggi pada siswa laki-laki sejalan dengan temuan dari beberapa penelitian
sebelumnya,
yang
menyatakan
bahwa anak laki-laki memiliki kemungkinan 4 sampai 5 kali lebih besar menjadi bullies (pelaku) atau bully victim (korban bully) dibandingkan dengan anak perempuan. Pada penelitian ini diketahui subjek yang terlibat
dalam
bullying
menunjukkan
peningkatan pada kelas VIII dan menurun pada
kelas IX. Hal ini sesuai dengan penelitian pengaruh iklim sekolah terhadap bullying commit to user Nansel, dkk (2001) yang menyebutkan bullying kemungkinan disebabkan karena masalah paling sering muncul pada kelas VI hingga bullying adalah masalah sosial, yang terjadi kelas VIII. Pintado (2006) juga menyatakan, akibat sistem dan hasil interaksi di lingkungan 8
perpustakaan.uns.ac.id Pertiwi / Hubungan antara Penerimaan Teman Sebaya
digilib.uns.ac.id
bahwa berdasarkan tingkatan kelas, siswa kelas
bullying melalui pemberian informasi
delapan memiliki kecenderungan melakukan
secara menyeluruh mengenai bullying,
bullying verbal lebih tinggi daripada siswa
dampak, dan penanganan yang harus
kelas tujuh.
dilakukan kepada siswa dan seluruh staf sekolah. 4. Untuk Peneliti Selanjutnya
PENUTUP
Mengembangkan
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil sebuah simpulan bahwa terdapat hubungan antara penerimaan teman sebaya dan iklim sekolah dengan bullying pada siswa SMP Negeri 11 Surakarta.
di
luar
variabel
psikologis yang
telah
digunakan dalam penelitian ini, seperti faktor
kepribadian
maupun
faktor
lingkungan keluarga. Meninjau bullying dari berbagai macam sudut pandang, baik sebagai pelaku, korban, maupun bystanders (saksi mata).
B. Saran 1. Untuk Siswa Siswa
lain
variabel
diharapkan
mampu
DAFTAR PUSTAKA
mengembangkan perilaku positif sebagai Astuti, P. R. 2008. Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan pada Anak. Jakarta: upaya agar diterima oleh lingkungan Grasindo. sebayanya. Siswa juga diharapkan Coloroso, Barbara. 2006. Penindas, Tertindas, & memahami dan menyadari dampak dari Penonton: Konsep Memutus Mata Rantai Kekerasan Anak. Jakarta: Serambi. perilaku bullying dan tidak ragu untuk menghentikan serta melapor kepada Copeland, W. E., Wolke, D., Angold, D., Costello, E. J. 2013. Adult Psychiatric Outcomes of Bullying and guru atau orang dewasa yang dipercaya, Being Bullied by Peers in Childhood and Adolescence. Journal of JAMA Psychiatry. 2013; jika mengalami ataupun menjadi saksi 70(4): 419-426. dari tindakan bullying. Cross, A. B., Gottfredson, D. C., Wilson, D. M., Rorie, 2. Untuk Guru M., Connell, N. 2010. Implementation Quality and Guru harus bersikap serius terhadap Positive Experiences in AfterSchool Programs. American Journal Community Psychology (2010) setiap laporan bullying yang diterima 45:370–380. Department of Criminology and dan segera mengambil langkah untuk Criminal Justice, University of Maryland. meresponsnya. Guru juga diharapkan Fitriah, R. N. 2014. Hubungan antara Iklim Sekolah dan Harga Diri dengan Perilaku Kekerasan pada Siswa mampu menjadi model prososial bagi kelas XI SMA Negeri Karangpandan. Skripsi. para siswanya. Surakarta: Program Studi Psikologi Fakultas commit to user Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Untuk Sekolah Pihak
sekolah
diharapkan
dapat Gregory, A., Cornell, D., & Fan, X. 2011. The Relationship of School Structure and Support to menanamkan kesamaan persepsi tentang Suspension Rates for Black and White High 9
perpustakaan.uns.ac.id Pertiwi / Hubungan antara Penerimaan Teman Sebaya School Students. American Educational Research Journal. August 2011, Vol. 48, No. 4, pp. 904– 934. Hertinjung, W. S. 2013. Bentuk-bentuk Bullying di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hoy, W. K., dan Miskell. 1982. Educational Administration: Theory, Research and Practice. New York: Random House. Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Ihsan, M. 2013. Perlindungan Anak dari Tindak Kekerasan. Laporan Monitoring dan Evaluasi KPAI. Jakarta Pusat: Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Kartika, Y. 2005. Hubungan Antara Regulasi Emosi dan Penerimaan Kelompok Teman Sebaya pada Remaja. Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Kristi, A. P. 1992. Menciptakan Kepribadian Sehat. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Presindo. Loukas, A., Suzuki, R., Horton, K.D. 2004. Examining the Moderating Role of Perceived School Climate in Early Adolescent Adjustment. Journal of Research on Adolescence, 14, 2, 209-233. Mahardayani, I. H. dan Ahyani, L. N. 2008. Identifikasi Perilaku Bullying pada Remaja di Kabupaten Kudus. Jurnal. Fakultas Psikologi: Universitas Maria Kudus. Nansel, T. R., Overpeck, M., Pilla R. S., Ruan, W. J., Simons-Morton, B., dan Scheidt, P. 2001. Bullying Behaviors Among US Youth: Prevalence and Association with Psychosocial Adjustment. Journal of the American Medical Association. 285(16), 2094-2100.
digilib.uns.ac.id
Adolescence: Gender Specific Predictor of Peer Acceptance. Journal of Youth Adolescence, 39, 13301342. DOI: 10.1007/s10964-009-9486-9 Parker, J. G., Asher, S. R. 1993. Friendship and Friendship Quality in Middle Childhood : Links with Peer Group Acceptance and Feelings of Loneliness and Social Dissatifaction. Journal of Developmental Psychology. America: APA Inc. Vol. 29 No. 4 (611-621). Pintado, I. 2006. Perceptions of School Climate and Bullying in Middle Schools. Dissertations. USA: University of South Florida. Priyatna, A. 2010. Lets End Bullying: Memahami, Mencegah dan Mengatasi Bullying. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Rudi, T. 2010. Informasi Perihal Bullying. Buku digital. Diunduh pada 15 Januari 2014 dari http://bigloveadagio.wordpress.com/ Santrock, J. W. 2005. Adolescent: Perkembangan Masa Remaja. Jakarta: Erlangga. Smokowski, P. R. & Kopasz, K. H. 2005. Bullying in School: an Overview of Types, Effects, Family Characteristics, and Intervention Strategies. Children & Schools Journal, 27(2), 101-110. Soliha, U. 2010. Hubungan antara Persepsi terhadap Penerimaan Teman Sebaya dengan Tendensi Agresivitas Relasional pada Remaja Putri di SMPN 27 Semarang. Jurnal Psikologi Undip. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Wentzel, K. R. dan Caldwell, K. 1997. Friendship, Peer Acceptance, and Group Membership: Relations to Academic Achievement in Middle School. Journal of Child Development, vol 68, number 6, pg. 11981209.
Nixon, Carol. 2010. Keeping Students Learning: School Climate and Student Support Systems. Center for Social and Emotional Education. Vol. 1 No. 1 commit to user January 2010. Oberle, E., Reichl, K. A., Thomson, K. C. 2010. Understanding the Link Between Social and Emotional Well-Being and Peer Relation in Early 10