HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KROYA I KABUPATEN CILACAP
Indah Sulistyoningrum Prodi Kebidanan, Stikes Paguwarmas Maos Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia
ABSTRAK
Latar belakang : Meningkatnya kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun selain disebabkan oleh pencemaran udara ternyata susu formula menimbulkan efek seperti mual, muntah, diare dan sakit perut yang berkepanjangan sehingga menyebabkan gangguan pertahanan tubuh (batuk, pilek, batuk dengan pilek, sesak nafas hingga asma). Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I Kabupaten Cilacap. Subyek dan Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita usia 1-4 tahun yang menderita ISPA bulan November 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I Kabupaten Cilacaap sebanyak 132 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah proportional random sampling dengan jumlah sampel 60 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok 30 kasus dan 30 kontrol . Hasil : Hasil penelitian menunjukan hitung 6,787 dan tabel 2,706 sehingga (6,787>2,706) dan p value 0,09 ( α : 0,1 ) sehingga secara statistik dapat disimpulkan adanya hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian ispa pada balita usia 1-4 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap. Nilai koefisien kontingensi sebesar 0,319 sehingga dapat dinyatakan bahwa kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut dalam kategori lemah.
Kata-kata kunci: Susu Formula, ISPA, Balita
PENDAHULUAN Kondisi kesehatan dan gizi anak di Indonesia masih memprihatinkan. Pada tahun 2005 jumlah anak 0-6 tahun adalah 27,6 juta anak atau sekitar 12,79% dari total penduduk Indonesia. Hanya 25% yang terakses program peningkatan kesehatan, gizi dan PAUD. Rendahnya cakupan dan kualitas penyelenggaraan program pengembangan anak usia dini mengakibatkan kondisi anak Indonesia masih memprihatinkan yang ditunjukan dengan rendahnya derajat kesehatan, gizi dan pendidikan. ASI merupakan suatu cairan hidup, yang berubah dan juga berespon terhadap kebutuhan bayi sesuai dengan pertumbuhannya. ASI mengandung zat anti infeksi yang sangat penting untuk membantu bayi dalam hal melawan infeksi dan berbagai penyakit pada bayi (Indiarti, 2010). Selain ASI kita sebagai masyarakat juga mengenal akan pemberian susu formula. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Cohen dan kawan-kawan di Amerika pada tahun 1995 diperoleh bahwa 25% ibuibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi dan 75% ibu-ibu yang memberikan susu formula pada bayinya. Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif lebih jarang sakit dibandingkan bayi yang diberi susu formula, karena susu formula memerlukan alat-alat yang bersih dan perhitungan takaran susu yang tepat sesuai dengan umur bayi. Hal ini membutuhkan pengetahuan ibu yang cukup tentang dampak pemberian susu formula (Roesli, 2008). Menurut Survey Demografi Penelitian Indonesia (SDKI) (2003), angka kematian bayi di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran. Angka kesakitan dan kematian bayi ditimbulkan salah satunya disebabkan dari dampak susu formula tersebut. Pemberian susu formula selain mengakibatkan angka kesakitan bagi balita juga membuat anggapan sebagian orang tua atau keluarga tidak ingin memiliki anak banyak dikarenakan segi
sosial-ekonomi yang tidak bisa membeli susu formula yang harganya mahal. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia (Depkes RI, 2005). Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena ISPA, terutama pada bayi dan anak dibawah 5 tahun (Depkes RI, 2005). Di Indonesia tiap tahun kematian ISPA sekitar 30% dari total kematian balita (Depkes RI, 2002). Insiden ISPA (pneumonia) di Indonesia setiap tahun sekitar 10-20% atau 2,33 juta – 4, 66 juta kasus (Depkes RI, 2002). Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, angka kesakitan ISPA menduduki peringkat ketiga sebesar 24% setelah penyakit gigi dan mulut sebanyak 60% dan penyakit refraksi serta pengelihatan sebesar 31%. ISPA merupakan penyebab utama pada bayi usia 1-6 tahun, dimana sekitar 50% penyakit ISPA menyerang anak usia kurang dari 5 tahun, dan 30% menyerang anak usia antara 5 sampai 12 tahun. Profil Kesehatan Jawa Tengah (2007) diketahui bahwa ISPA mempunyai kontribusi 28% sebagai penyebab kematian pada bayi < 1 tahun dan 23% pada anak balita (1 - < 5 th) dimana 80% - 90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh pneumonia. ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita ini diduga karena penyakit ini merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya belum memadai. METODE Penelitian ini menggunakan metode survey analitik. dengan pendekatan cross sectional . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita usia 1-4 tahun yang menderita ISPA diambil dengan tekhnik proportional random sampling, dan dianalisis menggunakan chi square (X2),dilanjutkan dengan koefisien kontingensi
untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kedua variabel. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat Distribusi Frekuensi Pemberian Susu Formula Pada Balita Usia 1-4 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap No 1 2
Pemberian Susu Formula PASI (Susu Formula) (Kasus) ASI dan PASI (Kontrol)
F 30 30
% 50,0 % 50,0%
Jumlah
60
100 %
Sumber : Data primer diolah 2016 Distribusi Frekuensi Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap ISPA Batuk Batuk dan Pilek Batuk, Pilek dan Panas Jumlah
Kelompok Kasus Kontrol F % F % 0 0% 0 0% 14 23,3% 15 25%
16
26,7%
15
25%
Jumlah F 0 29
31
% 0% 48,3 % 51,7 %
PASI (susu formula) ASI dan PASI Jumlah
ISPA Batuk dan Batuk, pilek pilek dan panas F % F % 1 20% 1 30% 2 8
F 3 0
% 50,0%
2 2 3 4
3 0 6 0
50,0%
36,7 % 56,7 %
8 2 6
13,3 % 43,3 %
Jumlah
100,0 %
Sumber : Data primer diolah tahun 2016 Tabulasi Silang Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap Pember ian susu formula PASI (susu formula ) ASI dan PASI Jumlah
ISPA Batuk dan Batuk, pilek pilek dan panas F % F % 12 20% 18 30%
Jumlah
F 30
% 50,0%
22
36,7 %
8
13,3 %
30
50,0%
34
56,7 %
26
43,3 %
60
100,0 %
Sumber : Data primer diolah tahun 2016 30
50%
30
50%
60
100, 0%
Sumber : Data primer diolah tahun 2016 2.
Pemberia n susu formula
Analisis Bivariat Tabulasi Silang Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap
Analisis statik menggunakan chi square dan diperoleh hasil hitung 6,787 dan tabel 2,706 sehingga (6,787>2,706) dan p value 0,09 (α : 0,1) sehingga secara statistik dapat disimpulkan adanya hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian ispa pada balita usia 1-4 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap. Nilai koefisein kontingensi sebesar 0,319 sehingga dapat dinyatakan bahwa kekuatan hubungan kedua variabel tersebut dalam kategori lemah ( hitung = 6,787 > tabel = 2,706 pada df = 1 p = 0,09 < α = 0,1, C=0,319).
A. Pembahasan 1. Pemberian susu formula Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan kelompok kasus (PASI atau Susu formula) dan kelompok kontrol (ASI dan PASI atau Susu formula) adalah 1:1 atau masing-masing sebanyak 30 orang (50,0%), dengan tujuan untuk membandingkan jumlah balita yang terkena ISPA pada balita yang mengkonsumsi PASI atau susu formula serta ASI dan PASI. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua responden mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 47 orang (78,3%), pedagang yaitu sebanyak 10 orang (16,7%), petani sebanyak 2 orang (3,3%), dan guru sebanyak 1 orang (1,7%), hal ini dimungkinkan terjadi karena ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk mengurus suami dan anak serta mencari dan mendapatkan informasi tentang manfaat susu formula sehingga anggapan kebanyakan ibu yang berpendapat bahwa susu memang menjadi kebutuhan pokok yang sangat wajib untuk menyehatkan dan juga mencerdaskan balita, karena mengandung nilai gizi yang lengkap sebagai penunjang energi terutama pada balita yang susah makan bisa menjadi pengganti asupan makanan yang masuk kedalam tubuh. Susu juga menjadi tonggak pertumbuhan balita yang sehat, karena susu berperan penting
sebagai sumber gizi utama bagi balita sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Ibu juga berpendapat susu formula lebih praktis dari pada MPASI lain yang membutuhkan proses dan waktu pembuatan yang cukup lama. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi balita usia 1-2 tahun sebanyak 35 orang (58,3%), dan balita usia 3-4 tahun sebanyak 25 orang (41,7%), %. Menurut Sanusi (2007), pola pemberian MP-ASI yang baik harus memperhatikan umur balita karena pola pemberian MP-ASI kepada balita tiap tahap umur balita berbeda, sedangkan ibu memberikan susu formula dalam jenis cair dan bubuk dari berbagai macam produk susu formula yang disesuaikan dengan umur balitanya. Takaran dari susu formula beraneka ragam, ada yang sesuai dengan takaran yang sudah disediakan pada kemasan susu formula dan ada juga yang melebihi 1/2-1 sendok atau ditambah dengan gula pasir guna menambah rasa manis dalam susu. Frekuensi pemberian susu formula 75 diberikan oleh responden kepada balitanya, ada yang terjadwal (pagi, siang, malam sebelum tidur) atau tidak terjadwal setiap kali meminta susu pasti diberikan. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari ibu tentang kejadian atau efek yang terjadi dari pemberian susu formula ini, mengatakan bahwa yang paling sering terjadi adalah diare, konstipasi, muntah, alergi, batuk dan pilek pada balitanya serta susu formula yang tidak habis yang dibuang percuma karena sudah tidak bisa digunakan lagi. Baqi (2008) yang menyatakan bahwa, sisa susu di dalam botol akan terkena bakteri yang berasal dari liur dan mulut anak. Jika ada susu
yang tersisa di dalam botol maka enzim pada air liur yang mengenai susu akan mencerna pati pada susu, yang akan menyebabkannya berair dan bakteri dari mulut akan berkembang pada susu, karena sisa susu bayi menjadi tempat yang subur bagi tumbuhnya kuman sehingga membuat bayi terkena diare. Menurut penelitian Aniqoh (2006) di Puskesmas Sekardangan Kabupaten
Sidoarjo,
menunjukkan
bahwa
penggunaan
air,
cara
penyimpanan setelah pengenceran, cara membersihkan botol susu dan kebiasaan mencuci tangan mempunyai hubungan dengan kejadian diare. Menurut Moehji (2005), penyebab lain diare pada pemberian susu formula, karena proses penyeduhan yang terlalu kental dan cara penyimpanan susu formula yang salah. 2. Angka Kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 balita usia 1-4 tahun yang diberikan PASI (susu formula) yang terkena ISPA batuk, pilek dan panas lebih banyak yaitu 18 orang (30%) dibandingkan dengan balita yang terkena batuk dan pilek sebanyak 12 orang (20%) serta pada 30 balita yang diberi ASI dan PASI (susu formula) terjadi ISPA dengan batuk dan pilek, 22 orang (36,7%) lebih banyak dibandingkan dengan balita yang terkena batuk, pilek dan panas sebanyak 8 orang (13.3%) atau dapat dikatakan kejadian ISPA yang tergolong klasifikasi lebih berat pada balita usia 1-4 tahun terjadi pada balita yang diberi PASI (susu formula) dibandingkan balita yang diberi ASI dan PASI (susu formula).
Kejadian ISPA ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya usia balita sekitar 1-2 tahun yang mengkonsumsi PASI atau susu formula lebih rentan terhadap ISPA dikarenakan selain dari kandungan zat yang terkandung dalam susu formula (laktosa, karbohidrat, protein, nukleotida, lemak) yang kandungannya tinggi sehingga sulit dicerna didalam tubuh juga dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh anak yang menurun, karena pada bulan November sedang dalam musim penghujan sehingga menyebabkan anak mudah terserang penyakit. Faktor imunisasi pada setiap anak juga mempengaruhi ISPA, anak seharusnya dapat immunisai lengkap sesuai dengan jadwal Nasional. Hal ini melindungi anak dari penyebab pokok ISPA dan membantu mencegah kurang gizi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan responden bertempat tinggal dekat dengan jalan raya yaitu 28 orang (46,7%) selanjutnya dekat dengan persawahan sebanyak 15 orang (25%), dekat dengan rel kereta api sebanyak 9 orang (15%) kemudian dekat dengan stasiun sebanyak 5 orang (8,3%) dan paling sedikit responden dengan tempat tinggal yang dekat dengan pasar
yaitu 3 orang (5%).
Demografi tempat tinggal responden yang kebanyakan disekitar jalan raya juga meningkatakan resiko terjadinya ISPA seperti polusi udara dari kendaraan maupun debu dari jalan raya, dengan ini dapat disimpulkan bahwa tempat tinggal mempengaruhi terhadap kejadian ISPA. Menurut Agnes (2009), mengatakan ISPA muncul sebagai gangguan atas polusi udara, 70% polusi udara disebabkan asap kendaraan, 20% karena industri, lainnya limbah masyarakat, termasuk asap rokok. Menurut Sindang
(2011), polusi kendaraan bermotor mengandung gas karbondioksida (CO2), Nitrogen (NO2), dan Sulfur. Ketiga gas ini berbahaya bagi kesehatan. Adanya logam timbal yang keluar dari gas buangan kendaraan bermotor dapat masuk ke tubuh manusia melalui pernapasan dan kontak langsung. Keberadaan unsur timbal ini di dalam tubuh manusia menjadi racun penyerang saraf yang dapat merusak pertumbuhan anak dan bisa menurunkan kepintaran (IQ) anak-anak. Penyakit ISPA pada anak dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam. Semua ibu dapat mengenali batuk tetapi mungkin tidak mengenali tanda-tanda lainnya dengan mudah (Susanto dan Hariwijaya, 2006). Penyebab penyakit ini adalah virus. Masa menular beberapa jam sebelum gejala timbul sampai 1-2 hari sesudah gejala hilang. Masa tunasnya adalah 1-2 hari, dengan faktor predisposisi kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada pergantian musim (Agnes, 2009). Bidan desa dan kader yang saling bekerjasama mempunyai tugas menjadi media penghubung antara Puskesmas dengan masyarakat dalam peningkatan kesehatan masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap penurunan angka kejadian ISPA pada balita terutama dalam pemberian konseling tentang KIA. Masyarakat yang masih tabu akan dunia kesehatan, terutama ibu yang mempunyai balita masih mudah terpengaruh akan informasi baik dari
media masa maupun cetak tentang manfaat susu formula yang menyehatkan, mencerdaskan dan membantu tumbuh kembang anak. Tapi, pada kenyataanya banyak sekali anak yang alergi dengan susu formula, diare akibat kurang bersihnya botol atau dot, takaran susu yang yang berlebihan, gigi berlubang, dan bila ini terjadi dalam waktu yang cukup lama bisa menyebabkan imunitas anak menurun kemudian terjadi batuk, pilek dan panas pada balita. Puskesmas, bidan dan kader berkewajiban untuk mengembalikan kepercayaan ibu terhadap pentingnya ASI yang ternyata masih bisa diberikan sampai usia 2 tahun walaupun kandungannya sudah berbeda dengan ASI eksklusif tetapi masih banyak sekali manfaat bagi anak terutama dalam pencegahan penyakit serta memberikan konseling tentang kandungan susu formula yang memberikan efek kurang baik bagi kesehatan anak. Hal terpenting bagi tenaga kesehatan adalah cara membedakan antara kasus ISPA ringan yaitu infeksi yang akan sembuh dengan sendirinya setelah 1-2 minggu dan kasus ISPA berat yaitu infeksi 79 yang dapat menyebabkan kesakitan berat, kecacatan dan kematian. Meningkatkan
pengetahuan
dan
kesadaran
masyarakat
mengenai
pentingnya immunisasi serta kerja sama dengan petugas kesehatan pemerintah untuk mempromosi program immunisasi dan pemberian Vitamin A. 3. Hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 balita usia 1-4 tahun yang diberikan PASI (susu formula) yang terkena ISPA batuk, pilek dan panas lebih banyak yaitu 18 balita (60,0%) dibandingkan dengan balita yang terkena batuk dan pilek sebanyak 12 balita (40,0%) serta pada 30 balita yang diberi ASI dan PASI (susu formula) terjadi ISPA dengan batuk dan pilek, 22 balita (73,3%) lebih banyak dibandingkan dengan balita yang terkena batuk, pilek dan panas sebanyak 8 balita (26,7%). ISPA dengan batuk, pilek dan panas sebanyak 8 balita (26,7%) atau dapat dikatakan kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun terjadi pada balita yang diberi PASI (susu formula) dan ASI+PASI (susu formula) berbanding sama yaitu 30:30 kasus. Analisis statistik menggunakan chi square dan diperoleh hasil hitung 6,787 dan
tabel 2,706 sehingga (6,787>2,706) dan p value 0,09
( α : 0,1 ) sehingga secara statistik dapat disimpulkan adanya hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian ispa pada balita usia 1-4 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap. Nilai koefisien kontingensi sebesar 0,319 sehingga dapat dinyatakan bahwa 80 kekuatan hubungan kedua variabel tersebut dalam kategori lemah ( hitung = 6,787 >
tabel = 2,706 pada df = 1 p = 0,09 < α = 0,1 C=0,319)
Pemberian susu formula ini terjadi karena faktor anggapan kebanyakan ibu yang berpendapat bahwa susu memang menjadi kebutuhan pokok yang sangat wajib untuk menyehatkan dan juga mencerdaskan balita, karena mengandung nilai gizi yang lengkap sebagai penunjang energi terutama pada balita yang susah makan bisa menjadi pengganti
asupan makanan yang masuk kedalam tubuh. Susu juga menjadi tonggak pertumbuhan balita yang sehat, karena susu berperan penting sebagai sumber gizi utama bagi balita sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Ibu juga berpendapat susu formula lebih praktis dari pada MPASI lain yang membutuhkan proses dan waktu pembuatan yang cukup lama. Kejadian atau efek yang terjadi dari pemberian susu formula ini, berdasarkan informasi yang didapatkan dari responden mengatakan yang paling sering terjadi adalah diare, konstipasi, muntah, alergi, batuk dan pilek pada balitanya serta susu formula yang tidak habis yang dibuang percuma karena sudah tidak bisa digunakan lagi. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekanto (2004), bahwa seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak maka akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Tapi, masalahnya disini ibu terbuai akan iklan atau promosi dari susu formula yang hanya melihat dari segi keuntungannya saja bukan segi kerugian atau efek dari pemberian susu formula. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Andira (2008), makanan ataupun cairan yang dikonsumsi memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Hal yang paling utama dalam pemberian makanan anak terutama MP-ASI yaitu makanan atau cairan apa yang seharusnya diberikan, kapan waktu pemberian dan dalam bentuk yang bagaimana makanan atau cairan tersebut diberikan.
Kejadian ISPA ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya usia balita sekitar 1-2 tahun yang mengkonsumsi PASI atau susu formula lebih rentan terhadap ISPA dikarenakan selain dari kandungan zat yang terkandung dalam susu formula juga dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh anak yang menurun, karena pada bulan November sedang dalam musim penghujan sehingga meyebabkan anak mudah terserang penyakit. Demografi tempat tinggal responden yang kebanyakan disekitar jalan raya juga meningkatakan resiko terjadinya ISPA seperti polusi udara dari kendaraan maupun debu dari jalan raya. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Ria (2009) yang diperkuat oleh pendapat Dwinda (2002), bahwa kejadian ISPA pada balita, yaitu bayi (<12 bulan) dan anak balita (1-4 tahun) disebabkan oleh beberapa faktor seperti agent, manusia dan lingkungan. Selain faktorfaktor tersebut ternyata susu formula juga bisa mempengaruhi terhadap kejadian ISPA pada bayi dan balita dilihat dari segi sistem imun (pertahanan tubuh). Alergi susu sapi disebabkan gangguan pada sistem imun (pertahanan tubuh). Pada bayi atau anak yang menderita alergi susu sapi, sistem imun mengenali protein susu sebagai benda asing (antigen) yang berbahaya, sehingga menyebabkan peningkatan antibodi imunoglobin E (IgE) yang berfungsi untuk menetralisir protein tersebut. Apabila bayi atau anak terpapar protein untuk kedua kalinya atau lebih, antibodi IgE tadi mengenali antigen protein lalu menyebabkan tubuh mengeluarkan histamin dan mediator inflamasi lainnya. Histamin dan mediator inflamasi selanjutnya menyebabkan timbulnya rekasi alergi (berbagai gejala rekasi alergi) seperti gangguan pencernaan bisa mengakibatkan mual, muntah,
diare dan sakit perut. Sementara gangguan pernafasan karena alergi susu sapi seperti batuk, pilek, batuk dengan pilek, sesak nafas hingga asma (Referensi Kesehatan, 2010).
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Angka
balita
yang mengkonsumsi PASI (susu formula) di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap tahun 2012 sebanyak 30 balita (50,0%) 2.
Angka
balita
yang mengkonsumsi ASI dan PASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap tahun 2012 sebanyak 30 balita (50,0%) 3.
Angka
kejadian
ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap bulan November tahun 2012 sebanyak 132 balita. 4.
Terdapat hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian ispa pada balita usia 1-4 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap.
B.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah ditentukan, maka peneliti dapat menyampaikan saran sebagai berikut: 1.
Bagi Ibu Ibu diharapkan meningkatkan pengetahuannya tentang susu formula misalnya media masa, media cetak, rekan kerja, tenaga kesehatan sehingga dapat meminimalkan kejadian ISPA akibat mengkonsumsi susu 84 formula, sehingga ibu kembali percaya terhadap ASI bagi anaknya.
2. Puskesmas Kroya I a. Puskesmas
Kroya
I
83 hendaknya
dapat
mengadakan
kegiatan
penyuluhan berupa informasi pada ibu balita melalui konseling dalam
pelayanan, leaflet dan media informasi lainnya tentang dampak pemberian susu formula terhadap kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun dan manfaat memberikan ASI sampai umur balita usia 12-24 bulan. b.
Puskesmas Kroya I hendaknya mengadakan kegiatan penyuluhan berupa informasi pada ibu balita melalui konseling dalam pelayanan, leaflet dan media informasi lainnya tentang: 1) Pencegahan ISPA a) Meningkatkan
pengetahuan
dan
kesadaran
masyarakat
mengenai ISPA dan pencegahannya, misalnya immunisasi, tutup mulut/ hidung pada saat batuk/bersin, ventilasi rumah yang baik dll. b) Meningkatkan
pengetahuan
dan
kesadaran
masyarakat
mengenai pentingnya immunisasi. c) Kerja sama dengan petugas kesehatan pemerintah untuk mempromosi program immunisasi dan pemberian Vitamin A 2) Pengobatan ISPA a) Meningkatkan
pengetahuan
dan
kesadaran
masyarakat 85
mengenai merawat anak yang menderita ISPA ringan
d) Meningkatkan
pengetahuan
dan
kesadaran
masyarakat
mengenai gejala ISPA berat/pneumonia, dan pentingnya segera membawa anak dengan gejala tersebut ke Puskesmas.
e) Meningkatkan
pengetahuan
dan
kesadaran
masyarakat
mengenai pentingnya menyelesaikan obat yang diberi kepada anak yang menderita ISPA berat. 3. Bidan Bidan
perlu
menginformasikan
secara
lengkap
mengenai
kandungan dari susu formula dan efek pemberian susu formula pada balita usia 1-4 tahun secara lengkap, sehingga bidan dapat membantu ibu dalam mengatur jadwal penyapihan karena usia balita 12-24 bulan masih bisa diberikan ASI yang masih banyak manfaatnya untuk balita.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes, Adnan. 2009. Faktor-Faktor resiko Kejadian ISPA pada Balita. (online) http//etd.eprints ums.ac.id/5965/I/j410050018.PDF. Diakses tanggal 04 Desedmber 2012 pukul 17.00 WIB. Arikunto, Suharsini, 2006. Prosedur Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Blog Kibulan @ erikar lebang. http://evatiopitna.blogspot.com/2011/10/di-tengahmarak-dan-gencarnya-iklan.html. diakses pada tanggal 04 Desember 2012 pukul 17. 30 WIB. Depkes R.I., 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pnemonia Pada Balita, Ditjen PPM-PLP. Jakarta. Depkes R.I., 2006. Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi. Jakarta. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2007. Profil Kesehatan Jawa Tengah. http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profil2007/bab3.html Diakses pada tanggal 20 Desember 2012 pukul 11.07 WIB. DKK Cilacap, 2012. Laporan Angka Kejadian ISPA Kabupaten Cilacap Tahun 2012. Dwinda. 2002. Susu Formula. Jakarta: EGC. Dwinda. 2006. Susu Formula. Jakarta: EGC. Indiarti, M. T., 2010. Asi, Susu Formula Dan Makanan Bayi.Yogyakarta: Steve P. Kusniati. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Keadaan Rumah Dan Lingkungan Sehat Dengan Kejadian ISPA Pada Bgalita Usia 1-4 Tahun Di Desa Planjan Kecamatan Kesugihan (tidak dipublikasikan). Moeis X dan Yahya S. 2005. Bayiku Anakku. Jakarta: PT. Intisari Mediakamentosa. Muslimah. 2012. Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi 7-12 Bulan Di Desa Karangturi Kecamatn Kroya Kabupaten Cilacap. .... halaman (tidak dipublikasikan). Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi penelitian. Jakarta: EGC. Proverawati, Atika., Eni Rahmawati. 2010. Kapaita Selekata ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Referensi Kesehatan, 2010. Susu Formula. http:// creasoft. wordpress. com/ 2010/01/01/ susu-formula/. Diakses tanggal 05 Desember 2012 pukul 09. 20 WIB. Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia. Setiawan, Ari, Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika; h.129–131. Soetjiningsih, 2001. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Staa, K dan Meiliasari, M., 2005. Merawat Anak Sakit Di Rumah. Jakarta: Puspa Swara. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Mitra Cendikia. Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Susanto dan Hariwijaya. 2006. Ilmu Kesehatan Praktis Tentang Penyakit dan Obat-obatan. Yogyakarta: Bandaliko press. Yogyakarta. Utami Roesli. 2004. ASI Eksklusif. Jakarta: Thubus Agriwidya. Utami Roesli, 2008. ASI Eksklusif. Jakarta: Thubus Agriwidya WHO, 2003. Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Pedoman untuk Dokter dan Petugas Kesehatan Senior. Jakarta: EGC. .
LAMPIRAN
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN DARI AKBID PAGUWARMAS
Lampiran 2
SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI BADAN KESEHATAN DAN POLITIK KABUPATEN CILACAP
Lampiran 3
SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CILACAP
Lampiran 4
SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI DINAS KESEHATAN KABUPATEN CILACAP
Lampiran 5
SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI UPT PUSKESMAS KROYA I
Lampiran 6
SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI KECAMATAN KROYA
Lampiran 7
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I Kabupaten Cilacap
Dengan hormat, Saya, yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswi Program Studi DIII Kebidanan Paguwarmas Maos – Cilacap : Nama
: EKA RAHMAWATI
NIM
: 10.813
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun”, untuk itu saya mohon bantuan ibu kiranya bersedia memberikan informasi tentang hal yang berkaitan dengan pemberian susu formula dengan kejadian ISPA pada anak ibu. Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bisa diakhiri kapan saja tanpa harus mengemukakan alasannya. Ibu diharapkan mengisi kuesioner yang telah disediakan, dengan menjawab jujur tanpa menutupi hal yang sebenarnya. Dalam penelitian ini ibu tidak akan dihadapkan pada satu risiko atau kerugian apapun. Kerahasiaan informasi yang ibu berikan akan dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Nama ibu tidak akan saya cantumkan dalam Karya Tulis Ilmiah. Atas perhatian dan kesediaan ibu, saya ucapkan terima kasih.
Penulis, Lampiran 8 (EKA RAHAMWATI)
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertanda tangan dibawah ini saya :
Nama
:
Umur
:
Alamat
: Dengan ini saya bersedia menjadi responden pada penelitian dengan judul
“Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun” yang diteliti oleh : Nama
: EKA RAHMAWATI
NIM
: 10.813
Alamat
: Dusun Napel Desa Cisalak RT 02 RW 03 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap. Dengan persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tidak ada
paksaan dari pihak manapun.
Kroya,
2013
Hormat saya, Responden
(
Lampiran 9
DAFTAR NAMA RESPONDEN
)
Lampiran 10
JADWAL PENYUSUNAN KTI MAHASISWA AKBID PAGUWARMAS MAOS CILACAP T.A 2012/2013
NOV No
Kegiatan
1
Pengajuan judul
2
Penyusunan proposal
3
Ujian proposal
4
Pelaksanaan penelitian
5
Penyusunan laporan
DES
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUNI
JULI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
hasil penelitian 6
Seminar hasil
√
Lampiran 11
CHEK LIST PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KROYA I KABUPATEN CILACAP TAHUN 2013
Responden No
:
Tanggal disi
:
Petunjuk
:
1. Berilah tanda centang (√) pada kotak yang disediakan sesuai dengan jawaban anda. 2. Seluruh jawaban akan dijaga kerahasiannya, data akan disimpan dan dipergunakan hanya untuk penelitian A. Identitas Ibu Balita 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Pendidikan
:
4. Pekerjaan
:
5. Alamat
:
B. Identitas Balita 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis kelamin
:
4. Gejala ISPA
:
a. Batuk
:
b. Batuk dan pilek
:
c. Batuk, pilek dan panas : C.
Demografi Tempat Tinggal 1. Jalan Raya
:
2. Pasar
:
3. Stasiun
:
4. Rel Kereta Api
:
5. Persawahan
:
D. Pemberian Susu Formula 1. Berupa apa cairan yang ibu berikan kepada anak ibu sekarang? a. PASI (Susu Formula)
:
b. ASI dan PASI (Susu Formula)
:
Lampiran 12
HASIL PERHITUNGAN SPSS
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
NAMA BALITA An. Z An. A An. N An. T An. Z An. A An. A An. F An. N An. V An. P An. F An. A An. E An. M An. R An. V An. I An. C An. R
UMUR 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2
ISPA 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2
DEMOGRAFI TEMPAT TINGGAL 5 1 1 1 2 2 2 5 2 5 1 2 1 1 3 4 5 5 5 5
PASI (SUSU FORMULA) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
An. O An. N An. R An. H An. N An. S An. R An. K An. R An. G
2 2 2 2 2 1 2 2 1 2
2 2 2 3 2 3 3 3 2 3
1 5 5 2 1 3 1 5 5 5
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
NAMA BALITA
UMUR
An. F An. A An. S An. Q An. A An. R An. A An. A An. A An. Z An. H An. N An. D An. E An. T An. F An. R An. A An. S An. D An. E An. A
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
ISPA 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2
DEMOGRAFI TEMPAT TINGGAL 1 1 2 1 5 5 5 1 1 2 5 5 3 3 3 4 2 5 5 5 5 5
ASI+PASI 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
23 24 25 26 27 28 29 30
An. D An. R An. J An. R An. R An. A An. Q An. C
1 1 2 1 1 1 1 1
2 3 2 2 3 2 3 2
5 5 4 5 5 5 1 5
2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Orang Tua Ny. S Ny. S Ny. L Ny. S Ny. R Ny. S Ny. D Ny. T Ny. S Ny. D Ny. M
12
No
Umur Pendidikan Pekerjaan
Nama Balita
Umur
DATA KELOMPOK KASUS ISPA Batuk Batuk dan Pilek Batuk, Pilek dan Panas
PASI (Susu Formula)
√ √
Demografi Tempat Tinggal Jalan Raya Sawah Sawah Sawah Rel K.A Rel K.A Rel K.A Jalan Raya Rel K.A Jalan Raya Sawah
√
Rel K.A
√
22 31 39 32 32 37 30 40 42 24 33
SMP SMP SD SD SMK SMP SMP SD SD SMA PT
Pedagang Tani IRT IRT Pedagang IRT IRT Pedagang Pedagang IRT IRT
An. Z An. A An. N An. T An. Z An. A An. A An. F An. N An. V An. P
4 3 2,5 4 4 4 3 3 4 1,5 4
√
Tn. L
32
SMP
Pedagang
An. F
1,3
13
Ny. Y
57
SD
Pedagang
An. A
4
√
Sawah
√
14 15 16 17 18
Ny. M Tn. B Ny. S Ny. E Ny. A
35 22 27 22 21
SD SMA SD SMP SMP
IRT Pedagang IRT IRT IRT
An. E An. M An. R An. V An. I
1,4 4 2 3 4
√
Sawah Stasiun Pasar Jalan Raya Jalan Raya
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Alamat Mergawati Mergawati Mergawati Mergawati B.Kulon B.Kulon B. Kulon B.Kulon B.Kulon Ayam Alas Pucung Lor Pucung Lor Pucung Lor Bajing Kroya Bajing Pekuncen Pekuncen
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Ny. C Ny. K Ny. D Ny. I Ny. S Ny. M Ny. J Ny. E Ny. H Ny. E
30 28 28 33 26 37 24 21 32 33
SD SD SMP SD SMK SD SMA SMA SD SD
IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT
An. C An. R An. O An. N An. R An. H An. N An. S An. R An. K
3,4 3,6 3 4 3,8 4 3,7 2,8 4 4
29 30
Ny. A Ny. F
28 25
SMK SMK
IRT IRT
An. R An. G
2,8 3,1
√
√ √ √
Jalan Raya Jalan Raya Sawah Jalan Raya Jalan Raya Rel K.A Sawah Stasiun Sawah Jalan Raya
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
Jalan Raya Jalan Raya
√ √
√ √ √ √ √ √
Pekuncen Pekuncen Kr.Turi Bajing Bajing Bajing Kr.Mangu Kroya Kr.Turi Pucung Lor Ayam Alas Kroya
No
Nama Orang Tua
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ny. S Ny. K Ny. E Ny. A Ny. N Ny. R Ny. E Ny. G Ny. W Ny. N Ny. R Tn. W Ny. L Ny. R Tn. F Ny. S Ny. U Ny. D Ny. T Ny. M
Umur Pendidikan Pekerjaan 38 36 31 26 33 33 23 30 23 25 32 24 29 21 28 28 31 24 27 22
SD SD SMP SMP SD SMP SMP PT SMA SMP SMA SMP SMP SMA SMA SMP SMA SMA SMA SMA
IRT IRT IRT Pedagang Tani IRT IRT Guru IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT
Nama Balita
Umur
An. F An. A An. S An. Q An. A An. R An. A An. A An. A An. Z An. H An. N An. D An. E An. T An. F An. R An. A An. S An. D
3 1,5 2,8 1,8 1,5 1,7 1,7 1,7 2 1 1,4 1 2 1,4 1 1,2 2,5 2 1,8 1,3
DATA KELOMPOK KONTROL ISPA Batuk Batuk dan Pilek Batuk, Pilek dan Panas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Demografi Tempat Tinggal
ASI dan PASI (Susu Formula)
Alamat
Sawah Sawah Rel K.A Sawah Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya Sawah Sawah Rel K.A Jalan Raya Jalan Raya Stasiun Stasiun Stasiun Pasar Rel K.A Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kr.Mangu Mergawati B.Kulon Mergawati Ayam Alas Pesanggrahan Pesanggrahan Pucung Lor Kr.Turi Pucung Lor Pesanggrahan Pucung Kidul Kroya Kroya Kroya Kroya Bajing Pekuncen Pekuncen Pekuncen
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Ny. W Ny. T Ny. R Ny. K Ny. M Ny. M Ny. S Ny. R Ny. M Ny. S
29 28 25 21 30 27 31 33 21 21
SD SMK SMA SMA SMP SMA SD SD SMA SMA
IRT Pedagang IRT IRT Pedagang IRT IRT IRT IRT IRT
An. E An. A An. D An. R An. J An. R An. R An. A An. Q An. C
1 2 1,6 1,2 3 1,3 2,8 1,6 1,2 1,6
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya Pasar Jalan Raya Jalan Raya Jalan Raya Sawah Jalan Raya
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Pesanggrahan Ayam Alas Pekuncen Pekuncen Bajing Kr.Mangu Kr.Mangu Kr.Mangu Kr.Turi Pekuncen
dk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
50% 0.455 1.386 2.366 3.357 4.351 5.348 6.346 7.344 8.343 9.342 10.341 11.340 12.340 13.339 14.339 15.338 16.338 17.338 18.338 19.337 20.337 21.337 22.337 23.337 24.337 25.336 26.336 27.336 28.336 29.336
Harga Kritis Chi Kuadrat Taraf Signifikasi 30% 20% 10% 1.074 1.642 2.706 2.408 3.219 4.605 3.665 4.642 6.251 4.878 5.989 7.779 6.064 7.289 9.236 7.231 8.558 10.645 8.383 9.803 12.017 9.524 11.030 13.362 10.656 12.242 14.684 11.781 13.442 15.987 12.899 14.631 17.275 14.011 15.812 18.549 15.119 16.985 19.812 16.222 18.151 21.064 17.322 19.311 22.307 18.418 20.465 23.542 19.511 21.615 24.769 20.601 22.760 25.989 21.689 23.900 27.204 22.775 25.038 28.412 23.858 26.171 29.615 24.939 27.301 30.813 26.018 28.429 32.007 27.096 29.553 33.196 28.172 30.675 34.382 29.246 31.795 35.563 30.319 32.912 36.741 31.391 34.027 37.916 32.461 35.139 39.087 33.530 36.250 40.256
5% 3.841 5.991 7.815 9.488 11.070 12.592 14.067 15.507 16.919 18.307 19.675 21.026 22.362 23.685 24.996 26.296 27.587 28.869 30.144 31.410 32.671 33.924 35.172 36.415 37.652 38.885 40.113 41.337 42.557 43.773
1% 6.635 9.210 11.345 13.277 15.086 16.812 18.475 20.090 21.666 23.209 24.725 26.217 27.688 29.141 30.578 32.000 33.409 34.805 36.191 37.566 38.932 40.289 41.638 42.980 44.314 45.642 46.963 48.278 49.588 50.892
KASUS Frequencies Statistics
N
Valid Missing
umur (kasus) 30 0
pendidikan (kasus) 30 0
pekerjaan (kasus) 30 0
umur balita (kasus) 30 0
demograf i (kasus) 30 0
Frequency Table umur (kasus)
Valid
20-35 th >35 th Total
Frequency 24 6 30
Percent 80.0 20.0 100.0
Valid Percent 80.0 20.0 100.0
Cumulat iv e Percent 80.0 100.0
pendidi kan (kasus)
Valid
SD SMP SMA/ SMK PT Total
Frequency 13 8 8 1 30
Percent 43.3 26.7 26.7 3.3 100.0
Valid Percent 43.3 26.7 26.7 3.3 100.0
Cumulat iv e Percent 43.3 70.0 96.7 100.0
pekerjaan (kasus)
Valid
IRT Tani Pedagang Total
Frequency 22 1 7 30
Percent 73.4 3.3 23.3 100.0
Valid Percent 73.4 3.3 23.3 100.0
Cumulat iv e Percent 73.4 76.7 100.0
ispa (kasus) 30 0
umur balita (kasus)
Valid
1-2 th 3-4 th Total
Frequency 7 23 30
Percent 23.3 76.7 100.0
Valid Percent 23.3 76.7 100.0
Cumulativ e Percent 23.3 100.0
demografi (kasus)
Valid
Persawahan Rel KA Stasiun Pasar Jalan ray a Total
Frequency 9 6 2 1 12 30
Percent 30.0 20.0 6.7 3.3 40.0 100.0
Valid Percent 30.0 20.0 6.7 3.3 40.0 100.0
Cumulat iv e Percent 30.0 50.0 56.7 60.0 100.0
ispa (kasus)
Valid
Batuk, pilek Batuk,pilek,panas Total
Frequency 12 18 30
Percent 40.0 60.0 100.0
Valid Percent 40.0 60.0 100.0
Cumulat iv e Percent 40.0 100.0
KONTROL Frequencies Statistics
N
Valid Missing
umur (kontrol) 30 0
pendidikan (kontrol) 30 0
pekerjaan (kontrol) 30 0
umur balita (kontrol) 30 0
demograf i (kontrol) 30 0
Frequency Table
umur (kontrol)
Valid
20-35 th >35 th Total
Frequency 28 2 30
Percent 93.3 6.7 100.0
Valid Percent 93.3 6.7 100.0
Cumulat iv e Percent 93.3 100.0
pendidi kan (kontrol)
Valid
SD SMP SMA/ SMK PT Total
Frequency 6 9 14 1 30
Percent 20.0 30.0 46.7 3.3 100.0
Valid Percent 20.0 30.0 46.7 3.3 100.0
Cumulat iv e Percent 20.0 50.0 96.7 100.0
pekerjaan (kontrol)
Valid
IRT Tani Pedagang Guru Total
Frequency 25 1 3 1 30
Percent 83.4 3.3 10.0 3.3 100.0
Valid Percent 83.4 3.3 10.0 3.3 100.0
Cumulat iv e Percent 83.4 86.7 96.7 100.0
ispa (kontrol) 30 0
umur balita (kontrol)
Valid
1-2 th 3-4 th Total
Frequency 28 2 30
Percent 93.3 6.7 100.0
Valid Percent 93.3 6.7 100.0
Cumulativ e Percent 93.3 100.0
demografi (kontrol)
Valid
Persawahan Rel KA Stasiun Pasar Jalan ray a Total
Frequency 6 3 3 2 16 30
Percent 20.0 10.0 10.0 6.7 53.3 100.0
Valid Percent 20.0 10.0 10.0 6.7 53.3 100.0
Cumulat iv e Percent 20.0 30.0 40.0 46.7 100.0
ispa (kontrol)
Valid
Batuk, pilek Batuk,pilek,panas Total
Frequency 22 8 30
Percent 73.3 26.7 100.0
Valid Percent 73.3 26.7 100.0
Cumulat iv e Percent 73.3 100.0
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N umur * kelompok
60
Percent 100.0%
Cases Missing N Percent 0 .0%
Total N 60
umur * kelompok Crosstabulation
umur
20-35 th
>35 th
Total
Count % wit hin umur % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin umur % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin umur % wit hin kelompok % of Total
kelompok kasus kontrol 24 28 46.2% 53.8% 80.0% 93.3% 40.0% 46.7% 6 2 75.0% 25.0% 20.0% 6.7% 10.0% 3.3% 30 30 50.0% 50.0% 100.0% 100.0% 50.0% 50.0%
Total 52 100.0% 86.7% 86.7% 8 100.0% 13.3% 13.3% 60 100.0% 100.0% 100.0%
Percent 100.0%
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N pendidikan * kelompok
60
Percent 100.0%
Cases Missing N Percent 0 .0%
Total N 60
Percent 100.0%
pendidi kan * kel ompok Crosstabulation
pendidikan
SD
SMP
SMA/SMK
PT
Total
Count % within pendidikan % within kelompok % of Total Count % within pendidikan % within kelompok % of Total Count % within pendidikan % within kelompok % of Total Count % within pendidikan % within kelompok % of Total Count % within pendidikan % within kelompok % of Total
kelompok kasus kontrol 13 6 68.4% 31.6% 43.3% 20.0% 21.7% 10.0% 8 9 47.1% 52.9% 26.7% 30.0% 13.3% 15.0% 8 14 36.4% 63.6% 26.7% 46.7% 13.3% 23.3% 1 1 50.0% 50.0% 3.3% 3.3% 1.7% 1.7% 30 30 50.0% 50.0% 100.0% 100.0% 50.0% 50.0%
Total 19 100.0% 31.7% 31.7% 17 100.0% 28.3% 28.3% 22 100.0% 36.7% 36.7% 2 100.0% 3.3% 3.3% 60 100.0% 100.0% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Valid N pekerjaan * kelompok
60
Percent 100.0%
Cases Missing N Percent 0 .0%
Total N 60
Percent 100.0%
pekerjaan * kelompok Crosstabul ation
pekerjaan
IRT
Tani
Pedagang
Guru
Total
Count % wit hin pekerjaan % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin pekerjaan % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin pekerjaan % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin pekerjaan % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin pekerjaan % wit hin kelompok % of Total
kelompok kasus kontrol 22 25 46.8% 53.2% 73.4% 83.4% 36.7% 41.7% 1 1 50.0% 50.0% 3.3% 3.3% 1.7% 1.7% 7 3 70.0% 30.0% 23.3% 10.0% 11.7% 5.0% 0 1 .0% 100.0% .0% 3.3% .0% 1.7% 30 30 50.0% 50.0% 100.0% 100.0% 50.0% 50.0%
Total 47 100.0% 78.3% 78.3% 2 100.0% 3.3% 3.3% 10 100.0% 16.7% 16.7% 1 100.0% 1.7% 1.7% 60 100.0% 100.0% 100.0%
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N umur balita * kelompok
60
Percent 100.0%
Cases Missing N Percent 0 .0%
Total N 60
Percent 100.0%
umur balita * kelompok Crosstabulation
umur balita
1-2 th
3-4 th
Total
Count % wit hin umur balita % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin umur balita % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin umur balita % wit hin kelompok % of Total
kelompok kasus kontrol 7 28 20.0% 80.0% 23.3% 93.3% 11.7% 46.7% 23 2 92.0% 8.0% 76.7% 6.7% 38.3% 3.3% 30 30 50.0% 50.0% 100.0% 100.0% 50.0% 50.0%
Total 35 100.0% 58.3% 58.3% 25 100.0% 41.7% 41.7% 60 100.0% 100.0% 100.0%
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N demograf i * kelompok
60
Percent 100.0%
Cases Missing N Percent 0 .0%
Total N 60
Percent 100.0%
demografi * kelompok Crosstabul ation
demograf i
Persawahan
Rel KA
St asiun
Pasar
Jalan ray a
Total
Count % wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total
kelompok kasus kontrol 9 6 60.0% 40.0% 30.0% 20.0% 15.0% 10.0% 6 3 66.7% 33.3% 20.0% 10.0% 10.0% 5.0% 2 3 40.0% 60.0% 6.7% 10.0% 3.3% 5.0% 1 2 33.3% 66.7% 3.3% 6.7% 1.7% 3.3% 12 16 42.9% 57.1% 40.0% 53.3% 20.0% 26.7% 30 30 50.0% 50.0% 100.0% 100.0% 50.0% 50.0%
Total 15 100.0% 25.0% 25.0% 9 100.0% 15.0% 15.0% 5 100.0% 8.3% 8.3% 3 100.0% 5.0% 5.0% 28 100.0% 46.7% 46.7% 60 100.0% 100.0% 100.0%
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N ispa * kelompok
60
Percent 100.0%
Cases Missing N Percent 0 .0%
Total N 60
Percent 100.0%
ispa * kel ompok Crosstabulati on
ispa
Batuk, pilek
Batuk, pilek,panas
Total
Count % wit hin ispa % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin ispa % wit hin kelompok % of Total Count % wit hin ispa % wit hin kelompok % of Total
kelompok kasus kontrol 12 22 35.3% 64.7% 40.0% 73.3% 20.0% 36.7% 18 8 69.2% 30.8% 60.0% 26.7% 30.0% 13.3% 30 30 50.0% 50.0% 100.0% 100.0% 50.0% 50.0%
Total 34 100.0% 56.7% 56.7% 26 100.0% 43.3% 43.3% 60 100.0% 100.0% 100.0%
Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0%
Valid N umur balita * ispa
60
Percent 100.0%
Total N 60
Percent 100.0%
umur balita * ispa Crosstabulati on ispa
umur balita
1-2 th
3-4 th
Total
Count % wit hin umur balita % of Total Count % wit hin umur balita % of Total Count % wit hin umur balita % of Total
Batuk, pilek 22 62.9% 36.7% 12 48.0% 20.0% 34 56.7% 56.7%
Batuk, pile k,panas 13 37.1% 21.7% 13 52.0% 21.7% 26 43.3% 43.3%
Total 35 100.0% 58.3% 25 100.0% 41.7% 60 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value 1.311b .776 1.311
1.289
df 1 1 1
1
Asy mp. Sig. (2-sided) .252 .378 .252
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.298
.189
.256
60
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 10. 83.
Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0%
Valid N demografi * ispa
60
Percent 100.0%
Total N 60
Percent 100.0%
demografi * ispa Crosstabulation ispa
demograf i
Persawahan
Rel KA
Stasiun
Pasar
Jalan ray a
Total
Count % wit hin demograf i % of Total Count % wit hin demograf i % of Total Count % wit hin demograf i % of Total Count % wit hin demograf i % of Total Count % wit hin demograf i % of Total Count % wit hin demograf i % of Total
Batuk, pilek 12 80.0% 20.0% 7 77.8% 11.7% 3 60.0% 5.0% 2 66.7% 3.3% 10 35.7% 16.7% 34 56.7% 56.7%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value 10.110a 10.513 9.336
4 4
Asy mp. Sig. (2-sided) .039 .033
1
.002
df
60
a. 5 cells (50.0%) hav e expect ed count less t han 5. The minimum expected count is 1.30.
Batuk,pile k,panas 3 20.0% 5.0% 2 22.2% 3.3% 2 40.0% 3.3% 1 33.3% 1.7% 18 64.3% 30.0% 26 43.3% 43.3%
Total 15 100.0% 25.0% 9 100.0% 15.0% 5 100.0% 8.3% 3 100.0% 5.0% 28 100.0% 46.7% 60 100.0% 100.0%
Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0%
Valid N pemberian * ispa
Percent 100.0%
60
Total N 60
pemberian * ispa Crosstabulation ispa
pemberian
PASI
ASI+PASI
Total
Count % wit hin pemberian % wit hin ispa % of Total Count % wit hin pemberian % wit hin ispa % of Total Count % wit hin pemberian % wit hin ispa % of Total
Batuk, pilek 12 40.0% 35.3% 20.0% 22 73.3% 64.7% 36.7% 34 56.7% 100.0% 56.7%
Batuk, pile k,panas 18 60.0% 69.2% 30.0% 8 26.7% 30.8% 13.3% 26 43.3% 100.0% 43.3%
Total 30 100.0% 50.0% 50.0% 30 100.0% 50.0% 50.0% 60 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value 6.787b 5.498 6.932
df
6.674
1 1 1
Asy mp. Sig. (2-sided) .009 .019 .008
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.018
.009
.010
60
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 13. 00.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coef f icient
Value .319 60
Approx. Sig. .009
a. Not assuming the null hy pothesis. b. Using the asy mptotic standard error assuming the null hy pothesis.
Percent 100.0%
Lampiran 13
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap
: Eka Rahmawati
Tempat,tanggal lahir : Cilacap, 12 Oktober 1992 Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Dusun Napel Desa Cisalak RT 02 RW O3 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap
Institusi
: Akademi Kebidanan Paguwarmas Maos Cilacap
Judul KTI
: Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap
Riwayat Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)
: SD Negeri Cisalak 02 Lulus tahun 2004
Sekolah Menengah Pertama (SMP) : SMP Diponegoro Majenang Lulus Tahun 2007 Sekolah Menengah Atas (SMA)
: MAN Majenang Lulus tahun 2010