Hubungan Antara Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VI SD Negeri Se Gugus Diponegoro Batuwarno Wonogiri Endarwati SD Negeri 3 Kudi, Ngrau Rt 3 Rw 2, Kudi, Batuwarno,Wonogiri Email:
[email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara (1) minat membaca dan keterampilan berbicara, (2) penguasaan kosakata dan keterampilan berbicara, (3) minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara pada siswa kelas VI SD Negeri se Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei melalui studi korelasional. Sebab melalui jenis penelitian korelasional ini dapat dipakai untuk mendeteksi sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi. Penelitian ini menguji hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu dua variabel bebas (X1dan X2) dan satu variabel terikat (Y). Variabel bebas pertama adalah minat membaca (X1) dan variabel bebas kedua adalah penguasaan kosakata (X2). Sebagai variabel terikat adalah keterampilan berbicara (Y).Teknik pengumpulan data penelitian untuk mendapatkan data (1) minat membaca menggunakan angket dengan pengujian validitas dan reliabilitas, (2) untuk penguasaan kosakata dan keterampilan berbicara dengan menggunakan tes. Tes penguasaan kosakata dengan analisis tingkat kesukaran butir soal, daya beda dan uji reliabilitas. Tes keterampilan berbicara untuk uji reliabilitas dengan koefisien kohn kappa. Hasil analisis korelasi sederhana menunjukkan bahwa hipotesis menyatakan (1) Ada hubungan positif yang signifikan antara minat membaca dan keterampilan berbicara pada siswa kelas VI SD Negeri di Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri telah teruji kebenarannya. Keduanya berjalan seiring, artinya makin tinggi minat membaca siswa, semakin baik pula keterampilan berbicaranya. (2) Ada hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara pada siswa kelas VI SD Negeri di Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri, telah teruji kebenarannya. Kedua variabel ini berjalan seiring, artinya semakin baik penguasaan kosakata siswa semakin baik pula keterampilan berbicaranya. (3) Ada hubungan positif yang signifikan antara minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara pada siswa kelas VI SD Negeri di Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri telah teruji kebenarannya. Kata-kata Kunci: Minat Membaca, Penguasaan Kosakata, Keterampilan Berbicara.
The Correlations Between Reading Interest and Vocabulary Mastery Toward the Speaking Skill of the 4th Grade Students of SD Negeri in Diponegoro Cluster, Batuwarno Wonogiri Endarwati SD Negeri 3 Kudi, Ngrau Rt 3 Rw 2, Kudi, Batuwarno,Wonogiri Email:
[email protected] Abstract: The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between (1) interest in reading and speaking skills, (2) mastery of vocabulary and speaking skills, (3)
241
242
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 3, NOPEMBER 2013 interest in reading and vocabulary together with the skills of speaking at the sixth grade students of SD Negeri se Diponegoro Force District ofBatuwarnoWonogiri. This type of research used in this study is a survey through correlational studies. Because through this type of correlational research can be used to detect the extent of the variation in one variable relates to variations in one or more other variables, based on the correlation coefficient. This study examined the relationship between the independent variable and the dependent variable either individually or jointly. In this study, there are three variables: two independent variables (X1 dan X2) and one dependent variable (Y). The first independent variable is the interest in reading (X1) and the second independent variable is the vocabulary (X2). The dependent variable is the skill of speaking (Y). Research data collection techniques to obtain data (1) interest in reading using a questionnaire to test the validity and reliability, (2) for the mastery of vocabulary and speaking skills to use the test. Vocabulary test with difficulty level analysis of the grain problem, different power and reliability testing. Speaking skills test to test reliability with kappa coefficients Kohn. Results of simple correlation analysis shows that the hypothesis stating (1) There is a significant positive relationship between interest in reading and speaking skills in class VI Elementary School in Diponegoro Force District of Batuwarno Wonogiri been verified. Both go hand in hand, meaning that the higher the students' interest in reading, the better the speech skills. (2) There is a significant positive relationship between the vocabulary skills of speaking in class VI Elementary School in Diponegoro Force District of Batuwarno Wonogiri, has been verified. Both of these variables go hand in hand, meaning that the better the students' vocabulary mastery of the better speaking skills. (3) There is a significant positive relationship between interest in reading and vocabulary together with the skills of speaking in class VI Elementary School in Diponegoro Force District of Batuwarno Wonogiri been verified. Keywords: Interests Reading, Mastery Vocabulary, Speaking Skills
Pendahuluan Latar belakang masalah, berbicara merupakan aktifitas berkomunikasi atau berinteraksi sehari-hari antara manusia satu dengan lainnya, maka sangat diperlukan kemampuan berbahasa atau keterampilan berbicara yang baik. Depdiknas (2007: 73) di jenjang pendidikan Sekolah Dasar, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan bangsa Indonesia. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek: mendengarkan,berbicara, membaca,dan menulis. Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek dari empat aspek keterampilan berbahasa, Depdiknas (2007: 74) dijelaskan bahwa tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efesien dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulis, menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Bloomfield (1977: 42) mengatakan bahwa semua aktifitas manusia yang terencana didasarkan pada bahasa. Bahasa sendiri mempunyai bentuk dasar berupa ucapan atau lisan. Jadi jelas bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi, dan komunkasi itu adalah berbicara. Bahasa saat ini merupakan sesuatu yang dianggap penting akan keberadaan dan perannya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang bisa dinikmati oleh semua makluk di belahan bumi ini, karena dengan bahasa kita akan mengetahui berbagai macam informasi.
Endarwati, Hubungan Antara Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan... 243 Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dalam keseharian, tidak semua siswa dalam berbicara memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan isi pesannya kepada orang lain. Kemampuan itu adalah kemampuan dalam menyelaraskan atau menyesuaikan dengan tepat antara yang ada dalam pikiran atau perasaan dengan yang akan diucapkan, sehingga orang lain yang mendengarkannya dapat memiliki pengertian dan pemahaman yang sama atau pas dengan keinginan pembicara. Pada hakikatnya siswa telah menyadari bahwa kemampuan berbicara merupakan sarana untuk berkomunikasi, atau bekal melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, perlu diketahui bahwa setiap siswa mendapat tugas untuk berbicara seringkali mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut dapat berupa/baik kesulitan dalam pemilihan kosakata yang tepat, kurang lancar berbicara, kurang jelas dalam mengungkapkan gagasannya. Kosakata sebagai salah satu unsur, memegang peranan penting dalam kegiatan berbicara. Melalui kata-kata, kita dapat mengekspresikan pikiran, gagasan, serta perasaan terhadap orang lain. Apabila dicermati lebih mendalam, faktor dalam diri siswa sebagai faktor dominan dalam pembelajaran berbicara. Faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya keterampilan berbicara adalah rendahnya pengetahuan tentang kaidah bahasa yang berlaku, minimnya penguasaan kosakata siswa, dan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang akan disampaikan kepada lawan bicara atau pendengar. Selaras dengan hal tersebut, Tarigan (1993: 2), mengatakan bahwa kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Faktor lain yang mempengaruhi keterampilan berbicara adalah minat membaca. Siswa yang mempunyai minat membaca yang tinggi dengan sendirinya akan mempunyai kesenangan membaca dan pada gilirannya siswa memperoleh sejumlah konsep, pengetahuan, maupun teknologi. Dengan perolehan itu akan mendukung siswa terampil dalam berbicara. Hal serupa disampaikan Tarigan (1984: 53), bahwa tanpa kemampuan berbicara yang memadai, siswa tidak dapat mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan baik. Keterampilan berbahasa siswa tidak dapat dimiliki dengan tiba-tiba, tetapi harus melalui latihan yang teratur. Mengacu beberapa pemikiran-pemikiran di atas, peneliti terarik untuk mengadakan penelitian guna menguji ada tidaknya hubungan yang signifikan antara minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara. Untuk itu, penelitian ini bertolak dari anggapan bahwa minat membaca berpengaruh terhadap keterampilan berbicara, keduanya diduga mempunyai hubungan yang sangat erat. Selain itu penguasaan kosakata seseorang juga dianggap berpengaruh terhadap keterampilan berbicara, sehingga antara minat membaca, penguasaan kosakata, dan keterampilan berbicara saling berhubungan dan mempengaruhi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penelitian ini rumusan masalahnya sebagai berikut: (1) Adakah hubungan antara minat membaca dengan keterampilan berbicara pada siswa kelas VI SD Negeri di Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri ? (2) Adakah hubungan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara pada Siswa Kelas VI SD Negeri di Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri ? (3) Adakan hubungan antara minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara pada Siswa Kelas VI SD Negeri di Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri? Pengertian minat Menurut Sanjaja (2006: 2) secara umum minat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga bisa diartikan sebagai sikap
244
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 3, NOPEMBER 2013
positif seseorang terhadap aspek lingkungan. Pendapat lain yang hampir sama disampaikan oleh Gie (1994: 28) berarti sibuk, tertarik, atau terlibat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadarai pentingnya kegiatan itu. Pendapat serupa disampaikan Alya (2008: 469) minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah atau keinginan. Senada dengan pendapat yang lain disampaikan Ginting (1994: 209), bahwa minat merupakan kesukaan atau kegiatan yang melebihi kegiatan lainnya. Minat berarti berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya. Senada dengan pendapat Winkel (1983: 30), minat adalah kecenderungan menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang untuk berkecimpung dalam bidang itu. Pendapat serupa disampaikan Rats, Harmin, dan Simon (19yang dapat membangkitkan gairah seseorang dan menyebabkan orang itu menggunakan waktu, uang, dan energinya untuk kesukaannya terhadap objek tersebut. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah sesuatu kecenderungan yang timbul dari dalam jiwa seseorang untuk membangkitkan ketertarikan seseorang dan menyebabkan orang itu untuk berusaha, berbuat dengan intensitas yang lebih tinggi terhadap objek tersebut. Pengertian membaca menurut Nurgiantoro (1991: 42) membaca adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan yaitu: mengamati, memahami, dan memikirkan. Pendapat senada disampaikan Tarigan (1983: 7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, yakni memahami makna yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.Pengertian serupa disampaikan oleh Yamin (2007: 106), dengan memberi batasan bahwa membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pendapat, gagasan, teori-teori, hasil penelitian para ahli untuk diketahui dan menjadi pengetahuan siswa. Dengan demikian, membaca adalah suatu kegiatan menafsirkan symbol-simbol tertulis, sedangkan pemahaman adalah kegiatan pikiran atau otak agar dapat mengungkapkan arti apa yang dibacanya. Dari pengertian minat dan pengertian membaca di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca adalah ketertarikan yang timbul dari dalam jiwa seseorang terhadap kegiatan mengamati, memahami, dan minilai ide atau gagasan terhadap suatu objek dengan intensitas yang lebih tinggi daripada yang lain. Aspek-aspek Minat membaca menurut Lilawati (1988) adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan yang senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauan sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh seseorang. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diuaraikan aspek-aspek minat membaca sebagai berikut: (1). Kesadaran, kegiatan membaca akan berhasil mapabila seseorang menyadari akan kebutuhannya. Kesadaran untuk membaca, akan mengantarkan siswa mencari dan bertindak untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya. Kepuasan ini akan selalu diulang-ulang, karena merasa ada yang kurang dari dirinya, ada kebutuhan yang harus dipenuhi, maka dengan kesadaran yang tinggi siswa akan berusaha untuk membaca.
Endarwati, Hubungan Antara Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan... 245 Kondisi seperti ini lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan yang menetap pada diri siswa. Tanpa disadari pula minat baca pun terbentuk pula, yang kemudian memacu siswa untuk meningkatkan kemampuan membacanya; (2) Kemauan, kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu yang dikendalikan oleh pertimbangan-pertimbangan akal budi (Kartono, 1980: 83). Kemauan yang merupakan aktifitas sadar itu menumbuhkan rangsangan yang kuat untuk berusaha melakukan perintah internalnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang nalar. Kemauan siswa harus selalu ditumbuhkan dan dipupuk agar terbentuk suatu sikap positif pada dirinya. Kemauan tersebut sangat erat kaitannya dengan minat yang dimiliki siswa. (3) Perhatian adalah aktivitas yang vital dalam pendidikan. Pada saat siswa berkonsentrasi aktivitas jiwa bekerja secara maksimal. Perhatian yang timbul dari diri siswa akan menghasilkan proses membaca lebih baik dari pada perhatian yang timbul akibat rangsangan dari luar. Dengan demikian antara minat dan perhatian ada kaitannya dan saling mendukung sebagai modal dalam aktivitas membaca. (4) Perasaan Senang, menurut Winkel (1986: 90) minat diartikan sebagai kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan rasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat merupakan motor penggerak psikis, dimana minat menimbulkan rasa senang. Dilandasi rasa senang, motivasi intrinsik yang kuat, mengantarkan siswa untuk bergairah dan bersemangat dalam kegiatan membaca. Pengertian kata menurut Alwasilah (1993: 120), kata adalah satu kesatuan yang terpisah dan tak dapat diuraikan lagi. Pendapat senada disampaikan Alwi (2001: 513), kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Kridalaksana (1984: 89), juga berpendapat kata adalah satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kata adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki sifat bebas, dapat diujarkan dan mengandung suatu pengertian. Dengan demikian kita tidak bisa merangkai begitu saja seenaknya, tetapi kita harus merangkai dengan rangkaian yang bermakna dan sistematik. Pengertian kosakata menurut Kridalaksana (1994: 446) yang menyatakan bahwa kosakata adalah (1) komponen bahasa yang memuat secara informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis atau suatu bahasa; dan (3) daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis. Kosakata atau pembentukan kata menurut Sudjito dalam Tarigan (1994: 447) adalah: (1) semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara atau penulis; (3) kata-kata yang dipakai oleh suatu bidang ilmu pengetahuan; (4) daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis. Senada dengan pendapat tersebut, Keraf (1991: 24) mengemukakan bahwa kosakata atau pembendaharaan kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa. Ada suatu penegasan bahwa sesungguhnya kosakata itu merupakan keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa. Hal senada disampaikan Susanti (2009: 89) kosakata adalah sejumlah keseluruhan kata dalam suatu bahasa. Kosakata juga merupakan kumpulan kata-kata yang diketahui dan digunakan seseorang dalam berbicara dan menulis. Pengertian kosakata tidak hanya mempesoalkan ketepatan pemakaian kata dan makna, tetapi juga mempersoalkan diterima atau tidaknya kata itu oleh semua orang. Hal itu karena masyarakat diikat oleh berbagai
246
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 3, NOPEMBER 2013
norma, menghendaki agar setiap kata yang dipakai cocok dengan situasi kebahasaan yang dihadapi. Kosakata yang bervariasi memungkinkan seseorang untuk dapat memilih kata-kata yang paling tepat, sehingga menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Menguasai kosakata bukan hanya mengetahui arti kata secara terpisah dan lepas, tetapi harus mengerti arti kata tersebut apabila sudah ada dalam kalimat atau konteks yang lebih luas. Bahkan mampu menerapkan kata-kata tersebut dalam kalimat secara benar, baik secara lisan maupun tertulis. Pengertian berbicara, dalam komunikasi secara lisan dibutuhkan keterampilan berbicara, sehingga berbicara sering disebut sebagai suatu kegiatan atau aktivitas kehidupan. Sesuai dengan pendapat Tarigan (1984: 15) yang menyatakan bahwa berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif lisan. Dikatakan produktif lisan, karena dalam kegiatan ini orang yang berbicara (pembicara) dituntut dapat menghasilkan paparan secara lisan yang merupakan cerminan dari gagasan, perasaan, dan pikiran. Lebih lanjut dikatakan berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan,dan perasaan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik ,psikologis, neurologist, semantik dan linguistik sedemikian rupa sehingga dapat dianggap sebagai kontrol sosial. Pendapat serupa disampaikan oleh Tim (1989: 10) bahwa berbicara (speaking) adalah perbuatan menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi. Komunikasi ini dimaksudkan agar pembicara dan pendengar dapat memahami maksud pembicaraan. Dalam proses komunikasi inilah terjadi interaksi antara pembicara dan pendengar. Slamet (2009: 35) menambahkan pendapat, bahwa berbicara adalah ekspresi diri, bila si pembicara memiliki pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang bersangkutan dapat menguaraikan pengetahuan dan pengalamannya. Sebaliknya, bila si pembicara miskin pengetahuan dan pengalaman, maka ia akan mengalami ketersendatan dan kesukaran dalam berbicara. Dengan demikian berbicara dapat diartikan sebagai ekspresi diri untuk menghasilkan ujaran, dan bertujuan untuk menyampaikan gagasan, pendapat, isi hati kepada orang lain dalam rangka mempertahankan hubungan sosial atau hanya sekedar menyampaikan informasi. Pengertian keterampilan berbicara, dalam pemakaian istilah sehari-hari untuk menyebut keterampilan berbicara sering juga digunakan istilah kemampuan berbicara. Padahal Chomsky membedakan istilah performance dan competence. Menurut Chomsky (1992: 31) performance mengacu pada penggunaan bahasa dalam situasi yang sesungguhnya (nyata) atau merujuk pada perilaku berbahasa yang diamati, sedangkan competence mengacu pada konsep yang bersifat abstrak, luas, rumit, dan tidak tampak. Chomsky juga menyatakan bahwa competence menyangkut segala pengetahuan bahasa. Dari pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa bahasa mempunyai dua aspek yaitu aspek kompetensi bahasa dan aspek keterampilan dalam berbahasa. Kompetensi bahasa bersifat abstrak, berupa potensi yang dimiliki seseorang pemakai bahasa. Karena sifatnya yang abstrak, kompetensi bahasa tidak dapat dilihat, didengar, atau dibaca meskipun selalu mengikuti pengguna bahasa. Sebaliknya keterampian berbahasa bersifat konkret dan mengacu pada penggunaan bahasa apa adanya dalam bentuk lisan yang dapat didengar atau dalam bentuk tulisan yang dapat dibaca.
Endarwati, Hubungan Antara Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan... 247 Bertolak dari hal tersebut, Brown (2001: 27) memberikan lima konsep penting dalam berbicara, yaitu (1) kemampuan berbicara adalah yang sangat penting untuk berkomunikasi, (2) kemampuan berbicara adalah suatu proses yang kreatif, (3) kemampuan berbicara adalah hasil proses belajar, (4) kemampuan berbicara sebagai media untuk memperluas wawasan, dan (5) kemampuan berbicara dapat dikembangkan dengan berbagai topik. Senada dengan pendapat di atas, Jolly (2004: 1) mengemukakan bahwa berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa. Berbicara sebagai suatu proses komunikasi, proses perubahan wujud pikiran atau perasaan menjadi wujud ujaran atau bunyi bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, perasaan) seseorang kepada orang lain. Keterampilan berbicara sifatnya produktif, menghsilkan, memberi dan menyampaikan. Berbicara bukan hanya cepat mengeluarkan kata-kata dari alat ucap, tetapi utamanya adalah menyampaikan pokok-pokok pikiran secara teratur, dalam berbagai ragam bahasa sesuai dengan fungsi komunikasi. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanis. Semakin banyak berlatih semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara (Slamet 2009: 35). Lebih mendalam lagi, Phopam (1995: 156) memberikan penilaian kinerja keterampilan komunikasi lisan (berbicara) ke dalam empat aspek, yaitu cara penyampaian, pengorganisasian, isi, dan bahasa. Cara penyampaian berhubungan dengan penyampaian pesan (seperti volume suara, kecepatan dan artikulasi). Pengorganisasian berhubungan dengan bagaimana isi dari pesan tersebut di atas dan bagaimana ide yang satu dihubungkan ide yang lain. Isi berhubungan dengan banyaknya relevansi atau pertautan informasi dalam suatu pesan dan bagaimana isi tersebut disesuaikan dengan pendengar dan situasi. Bahasa berhubungan dengan tatabahasa dan kata yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Keterampilan berbicara adalah keterampilan terikat, yang membutuhkan empat komponen bahasa seperti tatabahasa, kosakata, kelancaran, dan pemahaman. Karena itu untuk dapat berbicara dengan baik dalam suatu bahasa, siswa harus menyadari komponenkomponen bahasa tersebut. Namun tidak berarti bahwa siswa harus menguasai semua komponen bahasa terlebih dahulu sebelum mereka belajar berbicara. Kemampuan berbicara mengacu pada kemampuan untuk mentransmisi dan menerima pesan. Aspek-aspek keterampilan berbicara.Seseorang agar dapat menjadi pembicara yang baik perlu memperhatikan aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Faktor-faktor kebahasaan meliputi: (1) ketepatan ucapan: artinya pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang tepat mengurangi kesalahpahaman; (2) penempatan tekanan dalam bahasa Indonesia juga penting; (3) Pilihan kata (diksi): meskipun tidak mengubah arti hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi (4) ketepatan sasaran pembicaraan yaitu dengan menggunakan kalimat efektif. Adapun faktor nonkebahasaan diantaranya: (1) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku; (2) Pandangan mata yang terarah pada lawan bicara.
Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri di Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri, mulai bulan September 2012 sampai dengan bulan Februari 2013. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei melalui studi korelasional, sebab melalui jenis penelitian korelasional ini dapat dipakai
248
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 3, NOPEMBER 2013
untuk mendeteksi sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi. Sesuai dengan metode penelitian yang dimaksud di atas, maka desain penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah desain korelasional. Penelitian ini menguji hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VI SD Negeri Se Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri, sejumlah 120 siswa, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 siswa. Penelitian ini menggunakan tiga instrumen, yaitu instrumen penelitian yang berupa (a) angket minat membaca, (b) tes penguasaan kosakata (c) tes keterampilan berbicara. Pengumpulan data penelitian untuk mendapatkan data minat membaca dengan menggunakan angket, tes objektif berbentuk pilihan berganda (multiple choice) digunakan untuk mendapatkan data tentang penguasaan kosakata dan tentang keterampilan berbicara dilakukan dengan tes unjuk kerja berbentuk pidato di depan kelas bagi setiap responden yang menjadi sampel penelitian ini, penilaian dilakukan oleh guru bahasa Indonesia dan peneliti. Hasil Penelitian Hasil uji validitas dan reliabilitas angket minat membaca,berdasarkan hasil uji validitas dari 40 butir angket ada 10 butir yang tidak valid dan didrop, sehingga masih ada 30 butir yang valid. Langkah selanjutnya adalah menguji apakah faktor-faktor yang sudah valid bisa untuk mengukur konstruk yang ada. Hasil análisis lanjutan adalah sebagai berikut. Tabel 1. Analisis Validitas Angket Minat Membaca (X1)
Faktor1 Faktor2 Faktor3 Faktor4
Scale Scale Mean if Variance Item if Item Deleted Deleted 65.23 176.254 66.93 214.133 68.00 188.069 54.53 192.120
Corrected Item-Total Correlation .938 .673 .777 .814
Squared Multiple Correlati on .923 .617 .865 .692
Cronbach' s Alpha if Item Deleted .832 .925 .893 .879
Pada kolom Corrected Item-Total Correlation terlihat semua faktor (faktor 1 sampai 4) mempunyai skor di atas 0,300. Jadi keempat faktor dari angket minat membaca tersebut valid. Uji Reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS, diperoleh hasil reliabilitas minat membaca sebagai berikut: Tabel 2.Analisis Reliabilitas Angket Minat Membaca Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha N of Items Items .911 .910 4 Dari hasil uji reliabilitas untuk variabel minat membaca untuk faktor 1, 2, 3 dan 4 diperoleh hasil nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,911 > 0,700, dengan demikian angket
Endarwati, Hubungan Antara Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan... 249 minat membaca tersebut dinyatakan reliabel, sehingga dapat digunakan untuk mengukur minat membaca siswa. Tes penguasaan kosakata terdiri dari 40 butir soal. Berikut ini akan disajikan hasil tingkat kesukaran dan daya beda untuk butir tes penguasaan kosakata. Tingkat Kesukaran Butir Tes Tabel 3. Tingkat Kesukaran Penguasaan Kosakata Indek kesukaran(p) Kategori soal Nomor butir Jumlah 2, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 18, 19, 21, 22, 23, P > 0,70 Mudah 21 24, 27, 28, 29, 30, 34, 35, 36, 40 1, 3, 4, 5,11, 12, 14, 15, 16, 17, 20, 25, 0,30 ≤ p ≤ 0,70 Sedang 19 26, 31, 32, 33, 37, 38, 39 P < 0,30 Sukar Jumlah 40 Dari hasil uji tingkat kesukaran soal penguasaan kosakata dari 40 soal ada 21 soal yang kategorinya mudah, 19 soal kategori sedang dan tidak ada soal berkategori sukar. Tabel 4. Daya Beda Penguasaan Kosakata Interval (a)
Klasifikasi
a ≤ 0,20
Jelek
0,21 ≤ a ≤ 0,40
Cukup
Nomor Butir 6, 8, 10, 20, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 34, 36 2, 7, 9, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 21, 22, 32, 33, 35, 37, 38, 39, 40 1, 3, 4, 5, 11, 15, 17 -
Jumlah 15
18
0,41 ≤ a ≤ 0,70 Baik 7 0,71 ≤ a ≤1,00 Sangat Baik Jumlah 40 Dari hasil uji daya beda penguasaan kosakata diperoleh hasil bahwa dari 40 soal penguasaan kosakata klasifikasi soal baik ada 7 soal, klasifikasi soal cukup ada 18 soal, klasifikasi soal jelek ada 15 soal dan tidak ada soal yang berklasifikasi sangat baik. Jadi dari 40 soal tersebut ada 15 soal yang dibuang karena termasuk dalam klasifikasi jelek. Reliabilitas Penguasaan Kosakata. Suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian alat ukur tersebut stabil. Pengujian reliabilitas dilakukan pada 30 siswa dengan jumlah butir soal 25. Hasil uji reliabilitas tes Penguasaan Kosakata bentuk multiple choice menggunakan rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut: 2 k s i α = 1 2 k 1 s x
250
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 3, NOPEMBER 2013 Dimana: α = Reliabilitas tes k = Banyaknya butir pertanyaan s 2i = jumlah semua varians butir pembentuk tes
s 2 x = skor total tes Tabel 5. Rangkuman Perhitungan Reliabilitas Penguasaan Kosakata K
30
Rata-rata skor total
16.8
Variansi skor total
44.717
Sigma Variansi butir
5.483
Alpha-Cronbach
0.908
Perhitungan reliabilitas adalah sebagai berikut
30 5.483 α 1 44.717 30 1 α 1.035 1 0.122 α 1.035 0.878 α = 0,908 Dari hasil perhitungan reliabilitas penguasaan kosakata menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh hasil Alpha Cronbach sebesar 0,908. Jadi jika besarnya nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,700 maka instrument dinyatakan reliabel. Hasil validasi tes ketrampilan berbicara oleh 3 penilai dapat dilihat pada Tabel 5. Mencermati Tabel 5 tersebut, tampak bahwa ketiga penilai memberikan penilaian yang baik untuk setiap aspek yang dinilai. Penilaian terhadap tes keterampilan berbicara dapat digunakan dengan sedikit revisi. Tingkat kesepakatan antara ketiga peneliti tersebut dapat dijelaskan dengan menghitung koefisien k Tabel 6. Koefisien Cohen Kappa Antara Ketiga Penilai Pada Validasi Tes Keterampilan Berbicara Tes Keterampilan Berbicara Penilai 1 2 3 Penilai 1 2 1.000 3 0,714 0,714
Endarwati, Hubungan Antara Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan... 251 Hasil perhitungan dapat disajikan pada Tabel 6. Tampak pada Tabel 6 tersebut, bahwa koefisien k antara ketiga penilai lebih besar dari kriteria yang digunakan. Secara keseluruhan konsistensi dan kestabilan antar penilai dapat diketahui dengan mengambil rata-rata koefisien k ketiga pasang penilai, yaitu 0,809. Nilai koefisien tersebut lebih besar dari kriteria minimal yang digunakan yaitu 0,70 (Suwarto, 2011: 182). Dengan demikian soal tes ketrampilan berbicara memenuhi syarat reliabel. Pembahasan Hasil analisis dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ketiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini semuanya diterima. Temuan ini mengandung makna bahwa secara umum bagi para siswa kelas VI SD Negeri se Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri terhadap hubungan positif antara minat membaca, penguasaan kosakata, dengan keterampilan berbicara, baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama (simultan). Secara rinci, pembahasan hasil analisis dan pengujian hipotesis tersebut diuraikan berikut ini. (1). mengenai hasil analisis yang berkenaan dengan hubungan antara minat membaca dengan keterampilan berbicara . Terdapatnya hubungan positif antara kedua variabel tersebut mengandung arti bahwa semakin baik minat membaca siswa, semakin baik pula keterampilan berbicara mereka. Dengan besarnya nilai koefisien korelasi sebesar 0,738 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. Maka terdapat hubungan antara minat membaca dengan ketrampilan berbicara siswa kelas VI SD Negeri se Gugus Diponegoro di Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri. (2). mengenai hasil analisis yang berkaitan dengan hubungan antara penguasaan kosakata dan keterampilan berbicara, dengan diperolehnya harga kekuatan hubungan yang signifikan yang tercermin melalui besarnya nilai koefisien korelasi sebesar 0,461 dengan taraf signifikansi sebesar 0,010. Maka terdapat hubungan antara Penguasaan Kosakata dengan ketrampilan berbicara siswa kelas VI SD Negeri se Gugus Diponegoro di Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri. Dengan demikian, hasil pengujian ini menunjukkan bahwa Minat Membaca terbukti merupakan variabel penentu (prediktor) bagi variabel keterampilan berbicara. (3). berkenaan hubungan antara kedua variabel bebas secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara. Besarnya nilai korelasi antara Minat membaca dan Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Berbicara yaitu 0,758 dengan taraf signfikan 0,000. Diterimanya hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat hubungan positif anatar minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara, mengandung arti bahwa kedudukan kedua variabel bebas ini sebagai prediktor varians skor keterampilan berbicara tidak perlu diragukan lagi. Dari hasil analisis regresi linear berganda diperolehnya besarnya nilai F hitung sebesar 18.330 > F tabel 3,328 jadi terdapat pengaruh secara bersama-sama variabel Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata terhadap Ketrampilan berbicara siswa kelas VI SD Negeri se Gugus Diponegoro di Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dipaparkan di depan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1). ada hubungan yang signifikan antara minat membaca dengan keterampilan berbicara” pada siswa kelas VI SD Negeri di Gugus
252
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 3, NOPEMBER 2013
Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri telah teruji kebenarannya. Keduanya berjalan seiring, maksudnya semakin tinggi minat membaca siswa, semakin baik pula keterampilan berbicaranya. (2). “ada hubungan yang signifikan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara” pada siswa kelas VI SD Negeri di Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri telah teruji kebenarannya. Kedua variabel ini berjalan seiring, artinya semakin baik penguasaan kosakata siswa semakin baik pula keterampilan berbicaranya. (3). “ada hubungan yang signifikan antara minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara” pada siswa kelas VI SD Negeri di Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri telah teruji kebenarannya. Kedua variabel bebas (prediktor) yaitu minat membaca dan penguasaan kosakata tersebut berjalan seiring dengan variabel terikat (responya) yaitu keterampilan berbicara. Berjalan seiring di sini berarti memiliki hubungan positif yang ditunjukkan dengan semakin baik minat membaca dan penguasaan kosakata siswa, maka semakin baik pula keterampilan berbicaranya. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ketiga hipotesis penelitian yang diajukan diterima, yaitu minat membaca dan penguasaan kosakata secara sendirisendiri maupun bersama-sama memiliki hubungan positif yang signifikan dengan keterampilan berbicara para siswa kelas VI SD Negeri di Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan pada hasil penelitian, kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan di atas, maka diajukan saran-saran sebagai berikut: (1). Kepada guru bahasa Indonesia, dalam upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara secara optimal, guru seharusnya tidak hanya menekankan pada kemampuan linguistik, namun harus juga memperhatikan aspek-aspek lain yang menunjang pencapaian hasil yang diinginkan, misalnya minat membaca dan penguasaan kosakata. Selain hal tersebut, dalam pengajaran mata pelajaran bahasa Indonesia haruslah mempunyai tujuan utama yaitu pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada pengetahuan bahasa.Sehingga guru harus memberikan tugas-tugas yang bersifat mengembangkan dan memotivasi pola pikir siswa untuk menguasai kosakata. (2). Kepada siswa, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa minat membaca memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap keterampilan berbicara. Oleh karena itu usaha meningkatkan minat membaca siswa diharapkan dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Selain dari sekolah (dalam hal ini guru), peran orang tua untuk menumbuhkembangkan minat membaca juga sangat penting. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan buku-buku dan bacaan-bacaan segar yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. (3). Memperhatikan siswa dengan kemampuan yang heterogen tidak semudah menghadapi siswa yang kemampuannya homogen. Untuk menghadapi kelas dengan kemampuannya siswa yang heterogen, guru bahasa Indonesia harus memilih dan menggunakan teknik pengajaran yang tepat dan menarik sehingga dapat diterima oleh siswa yang kemampuannya rendah maupun tinggi. (4). Dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas VI SD Negeri se Gugus Diponegoro di Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri, guru mata pelajaran bahasa Indonesia perlu memperhatikan aspek minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama, karena kedua aspek tersebut telah terbukti memiliki peran yang penting dalam berbicara. Dengan kata lain, aktivitas berbahasa, khususnya berbicara, perhatian harus diarahkan tidak saja pada minat membaca siswa tetapi juga pada pengasaan kosakata siswa. (5). Guru mata pelajaran bahasa Indonesia, disarankan agar menyelenggarakan kegiatan lomba berpidato secara periodik dan berjenjang, mulai dari antar siswa dalam kelas, antar kelas sampai dengan antar sekolah di tingkat kecamatan,
Endarwati, Hubungan Antara Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan... 253 kabupaten, bahkan provinsi maupun nasional. Penyelenggaraan lomba berpidato ini dapat dipakai sebagai momentum untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara. Siswa perlu secara terus menerus dimotivasi untuk mengikuti lomba tersebut, sehingga konsekuensinya guru bahasa Indonesia perlu menyediakan waktu yang lebih banyak untuk memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa. (6). Kepada sekolah, supaya minat membaca siswa dapat tumbuh dan berkembang semakin meningkat, sekolah perlu menciptakan wahana untuk pertumbuhan minat membaca dengan mengupayakan perpustakaan sekolah yang menarik dan majalah dinding yang terpelihara. Untuk menciptakan agar perpustakaan sekolah diminati siswa, perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : (a) pengelola perpustakaan berkemampuan memadai, (b) jumlah dan jenis buku selalu bertambah dari waktu ke waktu, (c) ruangan yang bersih,dan kondusif, sehingga minat membaca siswa dapat terpelihara yang nantinya akan menunjang penguasaan kosakata siswa. Daftar Rujukan Alwi, Hasan. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. (1994). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (2010). Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bloomfield, Leonard. (1977). Language. London: George Allen & Uwin. Brown, H. Douglas. (2001). Teaching by Principles: An Interactive Approach to Laguage Pedagogy, Second Edition. San Francisco State University : Addision Wesley Lougman. Chaedar. Alwasilah. (1993). Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa. Keraf, Gorys. (1984). Diksi dan Gaya Bahasa. Ende, Flores: Nusa Indah Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE Nugrahani, Farida. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. ______ . (2011). Pedoman Penulisan Proposal Tesis dan Tesis. Sukoharjo: PPS Universitas Veteran Bangun Nusantara. Roekhan dan Martutik. (1991). Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. Slamet, St.Y. (2009). Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. LPP UNS dan UNS Press. Surakarta. Sujianto,J.Ch. (1988). Keterampilan Berbahasa Membaca-Menulis-Berbicara untuk Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen Pdan K Suwarto, (2003). “Evaluasi Pemanfaatan Laboratorium Biologi SMU se Kabupaten Sukoharjo” dalam Tesis. Program Pascasarjana (S2) Universitas Negeri Yogyakarta ______. (2008). Jenis-jenis dan Karakteristik Tes. Sukoharjo: UNIVET _______. (2011). “Pengembangan Tes Diagnostik untuk Mengungkap Kesulitan Siswa dalam Memahami Reproduksi Sel” dalam Disertasi. Program Pascasarjana (S3), Universitas Negeri Yogyakarta. _______. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
254
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 3, NOPEMBER 2013
Tarigan, Henry Guntur. (1984). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa. Tidjan. (1993). Pengajaran Kosakata. Bandung : Angkasa Waluyo,Herman.J. (1992). Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Yamin, Martinis. (2007). Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Pres