Hubungan Antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi dan Kualitas Informasi HUBUNGAN ANTARA KUALITAS SISTEM INFORMASI, KUALITAS PELAYANAN SISTEM INFORMASI, DAN KUALITAS INFORMASI (Studi Kasus di RSU Cibabat Kota Cimahi) Nunung Aini Rahmah ABSTRAK Perkembangan yang terjadi pada organisasi rumah sakit membawa konsekuensi pada sistem manajemen yang digunakan di rumah sakit, baik sistem manajemen pelayanan medik maupun manajemen administrasi. Diperlukan Sistem Informasi Rumah Sakit yang digunakan secara intensif untuk mengelola variasi jenis sumber daya yang demikian besar karena kompleksnya jenis kegiatan di rumah sakit. Implementasi sistem informasi perlu didukung dengan teknologi berupa teknologi komputer, teknologi komunikasi, dan teknologi apapun yang dapat memberikan nilai tambah untuk organisasi, sehingga kualitas Sistem Informasi Rumah Sakit meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat signifikan antara variabel Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi, dan Kualitas Informasi. Koefisien Korelasi masing-masing variabel yang menggambarkan hubungan antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi, dan Kualitas Informasi adalah : (a) Koefisien Korelasi antara Kualitas Sistem Informasi dan Kualitas Pelayanan Sistem Informasi sebesar 0,723, (b) Koefisien Korelasi antara Kualitas Sistem Informasi dan Kualitas Informasi sebesar 0,707, dan (c) Koefisien Korelasi antara Kualitas Pelayanan Sistem Informasi dan Kualitas Informasi sebesar 0,909. Kata Kunci : Kualitas, Sistem, Informasi, Koefisien Korelasi.
I.
PENDAHULUAN Perkembangan rumah sakit sebagai organisasi pelayanan publik dibidang kesehatan melaju demikian pesat. Situasi ini terjadi karena peran dan fungsi rumah s0akit yang sangat dominan dalam menjaga status kesehatan masyarakat, mulai dari tingkat pencegahan sampai dengan rehabilitasi. Hal ini terjadi pula pada rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah daerah dimana aturannya telah terkapasitasi dengan pemberlakuan otonomi daerah. Perkembangan yang terjadi pada organisasi rumah sakit membawa konsekuensi pada sistem manajemen yang digunakan di rumah sakit, baik sistem manajemen pelayanan medik maupun manajemen administrasi. Diperlukan sistem informasi rumah sakit yang digunakan secara intensif untuk mengelola variasi jenis sumber daya yang demikian besar karena kompleksnya jenis kegiatan di rumah sakit. Implementasi sistem informasi perlu didukung dengan teknologi berupa teknologi komputer, teknologi komunikasi, dan teknologi apapun yang dapat memberikan nilai tambah untuk organisasi. Sistem informasi dapat diimplementasikan di internal atau eksternal organisasi. Penerapan sistem informasi di internal organisasi adalah pada fungsi-fungsi organisasi dan pada tingkatan manajemen bawah, menengah, dan atas. Sistem informasi yang
11
Portofolio Vol. 8 No. 1 Mei 2011 diterapkan secara eksternal merupakan sistem informasi internal yang ditarik ke luar organisasi menggunakan teknologi komunikasi. Tujuan dari sistem informasi eksternal adalah untuk menjangkau pihak eksternal perusahaan baik organisasi lain atau pemakai individu sistem, termasuk pelanggan/pasien. Kualitas Sistem Informasi Rumah Sakit terdiri dari komponen kualitas yang terdiri dari Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi, dan Kualitas Informasi. Dimana masing-masing komponen kualitas tersebut memiliki hubungan, idealnya bila salah satu komponen kualitas naik maka komponen kualitas yang lain juga naik, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan melakukan penelitian dengan judul sebagai berikut : “Hubungan Antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi, dan Kualitas Informasi (Studi Kasus di RSU Cibabat Kota Cimahi)“. II.
IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan uraian di atas diajukan pertanyaan penelitian dengan identifikasi masalah sebagai berikut: Bagaimana hubungan antara kualitas sistem informasi, kualitas informasi, dan kualitas pelayanan sistem informasi rumah sakit di RSU Cibabat Kota Cimahi.
III.
KAJIAN PUSTAKA 3.1. Konsep Sistem Informasi O’Brien & Marakas (2008:4) mengemukakan bahwa sistem adalah “ a set of interrelated components, with a clearly defined boundary, working together to achieve a common set of objectives by accepting inputs and producing outputs in an organizational transformation process.” Komponen-komponen dalam suatu sistem tidak dapat berdiri lepas sendiri-sendiri, mereka saling berinteraksi dan saling berhubungan membentuk satu kesatuan sehingga tujuan atau sasaran sistem tersebut dapat tercapai interaksi dari subsistem-subsistem sedemikian rupa, sehingga dicapai suatu kesatuan yang terpadu atau terintegrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Mc Leod (2004:16 ) bahwa: "A Subsystem is simply a system within a system. This means that systems exist on more than one level". Pengertian sistem menurut Romney (2006:7) adalah sebagai berikut: "A system is a set of two or more interrelated components that interact to achieve a goal. Systems are almost always composed of smaller subsystems, each performing a specific function important to and supportive of the larger system of which it is a part. For example, the college of business is a system composed of various departments, each of which is a subsystem. Yet the college itself is a subsystem of the university." Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah sistem terdiri atas beberapa bagian yang memiliki karakteristik sama dengan sistem utamanya. Bagian dari sistem semacam itu disebut dengan subsistem. Dengan demikian subsistem juga memiliki komponen, proses, dan tujuan. Mengenai informasi, para ahli mendefinisikan sebagai berikut: 1. Laudon (2005:8 ) Information is data that have been shaped into a form that is meaningful and useful to human beings.
12
Hubungan Antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi dan Kualitas Informasi 2. O’Brein & Marakas (2008:324 ) "information is data presented in a form that is useful in a decision-making activity. The information has value to decision maker because it reduces uncertainty and increases knowledge about a particular area of concern. Data are facts or figure in raw form. Data represent the measurements or observations of objects and events. To become useful to a decision maker, data must be transformed into information." Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa informasi merupakan data baru dan dibutuhkan penerima informasi yang berguna bagi perusahaan dan manajer untuk pengambilan keputusan dalam mencapai tujuan perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (200:46) yang mendefinisikan informasi adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat. Informasi merupakan hasil pengolahan data akan tetapi tidak semua hasil dari pengolahan data bisa menjadi informasi, hasil pengolahan yang tidak memberikan arti dan tidak bermanfaat bagi seseorang bukanlah merupakan informasi. Pengolah data yang ada dalam sebuah perusahaan adalah sistem informasi. O'Brien & Marakas (2008:4) mengemukakan mengenai definisi sistem informasi sebagai berikut: "Can be any organized combination of people, hardware, software communications networks, data resources, and policies and procedures that stores, retrieves, transforms, and disseminates information in an organization.” Beberapa ahli memberikan definisi yang berbeda tapi intinya sama. Susanto (2004:61 ) mengemukakan bahwa : “Sistem informasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem baik phisik maupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berguna “ Laudon (2005:7 ) mengemukakan bahwa sistem informasi : “As a set of interrelated components that collect ( or retrieve), process, store, and distribute information to support decision making and control in an organization.In addition to supporting decision making, coordinating, and control, Information system may also help managers and workers analyze problem, visualize complex subjects, and create new products.” Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi sebuah perusahaan merupakan kumpulan dari sub sistem yang bertujuan untuk memproses data menjadi informasi yang berguna bagi para penerimanya. Peran utama dari sistem informasi sesuai dengan pendapat di atas adalah menghasilkan informasi. Lebih jauh mengenai peran sistem informasi disampaikan oleh O’Brien (2008:9) bahwa sistem informasi berperan dalam : 1. Support of business processes and operations 2. Support of decision making by employees and managers 3. Support of strategies for competitive advantage 3.2. Komponen Sistem Informasi Untuk mengolah data menjadi informasi maka sebuah sistem informasi ini merupakan integrasi dari beberapa komponen yang bertugas untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Loudan (2005:11) menyatakan bahwa : “Using information systems effectively requires an understanding of organization, management, and technology shaping the systems. All information systems
13
Portofolio Vol. 8 No. 1 Mei 2011 can be described as organizational and management solutions to challenges posed by the environment” Manajer dalam sebuah perusahaan bertugas mengelola perusahaan untuk dapat bertahan dalam menghadapi persaingan bisnis dalam lingkungannya, mereka harus dapat menentukan strategi organisasi untuk menghadapi persaingan dan mengalokasikan sumber daya manusia dan keuangan untuk memenuhi strategi usaha dan mengkoordinasikan pekerjaan (Loudan, 2005:12). Dilain pihak menurut Loudan (2005:12-13) menyatakan bahwa teknologi sistem informasi merupakan satu alat yang tersedia bagi manajer untuk menghadapi perubahan. Suatu sistem informasi berbasis komputer merupakan integrasi dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, tempat penyimpanan data, dan teknologi telekomunikasi. O’Brien & Marakas (2008:30) menyatakan bahwa komponen dari sebuah sistem informasi dalam sebuah perusahaan terdiri dari : “ An information system depends on the resources of people ( end users and IS specialists), hardware ( machines & Media), Software ( programs & procedures), data (data & knowledge bases), and Networks ( communications media and network support).” Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Susanto (2004:67), yang mengelompokkan komponen-komponen sistem informasi sebagai berikut : “ Perangkat keras (hardware) Perangkat lunak ( software) Manusia (Brainware) Prosedur (Procedures) Basis data (Database) Jaringan komunikasi (Communication network)”. Dari uraian pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa komponen dari sebuah sistem informasi berbasis komputer adalah struktur organisasi, uraian tugas, koordinasi, prosedur, perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian, perangkat keras, perangkat lunak, basis data, dan jaringan komunikasi. 3.3. Pengembangan Sistem Informasi Bentley dan Whitten (2007:76) mengemukakan bahwa pengembangan sistem informasi perusahaan bermanfaat untuk peningkatan keuntungan usaha, mengurangi biaya usaha, beban dan manfaat sistem, peningkatan nilai pasar, meningkatkan hubungan dengan pelanggan, meningkatkan efisiensi, membantu pengambilan keputusan, kepatuhan terhadap aturan, mengurangi kesalahan, meningkatkan keamanan, dan peningkatan kapasitas. Alasan utama pengembangan sistem informasi dalam perusahaan disebabkan dalam pelaksanaan tugasnya perusahaan tersebut mengalami beberapa masalah sistem yang potensial. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Wetherbe dalam Bentley dan Whitten (2007:77) bahwa pengembangan sistem informasi perusahaan disebabkan adanya masalah potensial yang dihadapi sistem. Untuk itulah Wetherbe membangun satu formula yang dikenal dengan istilah PIECES (the need to correct or improve performance, the need to correct or improve information, the need to correct or improve economics, control costs, or increase profits, the need to corect or improve ,control or security, the need to correct or improve efficiency of people and process and the need to correct or improve service to customers, suppliers, partners, employees, and so on.).
14
Hubungan Antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi dan Kualitas Informasi Pengembangan sistem informasi suatu perusahaan tentu saja ditujukan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif menurut Porter (1985) dalam Bentley dan Whitten (2007) adalah suatu konsep yang luas tentang bagaimana perusahaan akan bersaing, apa tujuan seharusnya, dan rencana serta kebijakan apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu Porter (1985) dalam Bentley dan Whitten (2007) menyampaikan satu model pencapaian keunggulan bersaing dengan istilah value chain model. Menurut model ini aktivitas yang ada dalam sebuah perusahaan dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Porter (1985) dalam Bentley dan Whitten (2007) menyimpulkan bahwa kompetisi usaha dipengaruhi oleh teknologi informasi dalam 3 (tiga) hal yaitu struktur industri dan aturan kompetisi berubah, organisasi telah berubah karena pesaing menggunakan teknologi informasi dan organisasi harus ditujukan ke bisnis baru dengan menggunakan teknologi informasi. Oleh karena itulah peranan teknologi informasi, khususnya dalam pengembangan sistem informasi, saat ini sangat diperlukan untuk menghadapi persaingan usaha. Untuk mengembangkan sistem informasi berbasis teknologi informasi maka diperlukan beberapa tahapan pekerjaan. Tahapan-tahapan pengembangan sistem informasi meliputi setiap aktivitas yang dilakukan untuk membangun sebuah solusi sistem informasi terhadap permasalahan yang dihadapi organisasi atau terhadap tantangan organisasi (Loudan, 2005:400). Tahapan-tahapan tersebut, menurut Loudan (2005:401) terdiri dari analisis sistem, rancangan sistem, pemograman, pengecekan, konversi, memproduksi dan memelihara. Sementara menurut Susanto (2004:340) menyatakan bahwa tahapan dalam siklus pengembangan sistem adalah : “ Perencanaan (Planning) Analisis ( Analysis ) Perancangan ( Design ) Penerapan ( Implementation ) Pemeliharaan ( Maintenance )” Bentley & Whitten (2007:30), menyatakan bahwa proses pengembangan sistem yang sederhana (tahapan klasik) terdiri dari : system initiation, system analysis, system design, and system implementation. Sementara dalam pengembangan lebih lanjut Bentley & Whitten (2007:77 - 79) mengemukakan suatu metodologi pengembangan sistem yang lebih luas yang dikenalkan dengan istilah FAST ( Framework for the Application of Systems Thinking). Dalam metode pengembangan sistem ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : “ 1 Scope definition 2. Problem analysis 3. Requirements analysis 4. Logical design 5. Decision analysis 6. Phisycal design and integration 7. Construction and testing 8. Installation and delivery” Beberapa hal yang harus digarisbawahi dalam pengembangan sistem agar sistem ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, Bentley dan Whitten (2007:72–76) menyatakan terdapat 10 (sepuluh) prinsip umum dalam metodologi pengembangan sistem yang harus diperhatikan, yaitu : “ 1. Get the System Users Involved
15
Portofolio Vol. 8 No. 1 Mei 2011 2. Use a Problem-Solving Approach 3. Establish Phases and Activities 4. Document throughout Development 5. Establish Standards 6. Manage the process and projects 7. Justify Information Systems as Capital Investments 8. Don’t be Afraid to cancel or Revise Scope 9. Divide and Conquer 10. Design Systems for Growth and Change” Diharapkan dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, maka pembangunan sistem informasi ini dapat mendukung kebutuhan perusahaan dalam menghadapi berbagai masalah, seperti yang dikemukakan dalam PIECES. 3.4. Kualitas Sistem Informasi Studi tentang kesuksesan penerapan sistem informasi yang berhubungan dengan variabel kualitas sistem informasi menggunakan sesi-segi dari sistem itu sendiri untuk menilai kualitas (DeLone & McLean, 2003). Lebih lanjut, DeLone & McLean mengemukakan bahwa kualitas sistem informasi adalah adaptability, availiability, reliability, respon time dan usability. Kualitas sistem informasi menurut Bentley dan Whitten (2007) dilihat dari kinerja sistem diantaranya jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam satu periode dan waktu tanggap atas segala permintaan pengguna. Davis (1989) mengembangkan ukuran kualitas sistem dalam 2 (dua) dimensi yaitu kegunaan yang dirasakan dan kemudahan penggunaan yang dirasakan. Diidentifikasikan dalam tiga indikator untuk mengidentifikasikan kualitas sistem yaitu sumbersumber teknologi organisasi, bentuk sistem pengelolaan pengetahuan, dan tingkat pengetahuan organisasi. Sementara Laudon (2005) mengembangkan pengukuran kualitas sistem dalam 5 (lima) dimensi yaitu kemudahan penggunaan (ease of use), konsistensi interface pengguna ( user interface consistency), keterpeliharaan (maintability), waktu tanggap (respon time) dan reliabilitas sistem (system reliabity). Hasil penelitian Daskalkis dan Mantas (2008) dalam O Brien & Marakas (2008) mengembangkan tambahan pengukuran kualitas sistem dengan satu variabel tambahan yaitu hubungan secara harmonis (interoperability). Hal ini didasarkan pada alasan sebaik apapun pengembangan sistem informasi dan digunakan oleh berbagai pihak jika tidak berhubungan secara harmonis antar bagian maka hasil yang diperoleh tidak akan sesuai dengan harapan. Penelitian yang dilakukan oleh Halawi (2005) menggunakan ukuran kualitas sistem dalam waktu tanggap, penyelesaian kesalahan, keamanan data, dokumentasi sistem dan prosedur, fleksibilitas, kemudahan ekspor dan impor data, manipulasi data, mudah dipelajari dan mudah digunakan.. kualitas sistem informasi yang ada dalam sebuah perusahaan merupakan faktor yang menyebabkan kesuksesan penerapan sistem informasi dilihat dari segi kemanfaatan, kemudahan menggunakan, dan keakuratan.. Loudan (2005:11) menyatakan bahwa sistem informasi merupakan integrasi yang harmonis dari berbagai komponen yang mendukungnya yang secara garis besar dikelompokkan ke dalam organisasi, manjemen, dan teknologi informasi. Secara rinci sistem informasi merupakan integrasi dari sumber daya manusia, perangkat keras, perangkat lunak, basis data, dan jaringan (O’Brien & Marakas, 2008:30). Kualitas sistem informasi menunjukkan bagaimana integrasi dari komponen-komponen sistem informasi dapat memenuhi kriteria dan memuaskan penggunanya.
16
Hubungan Antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi dan Kualitas Informasi 3.5. Kualitas Informasi Sistem informasi dikembangkan dalam rangka mengolah data menjadi informasi. Informasi merupakan sumberdaya perusahaan yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan usaha. Mc Leod (2004:86) mengatakan suatu informasi yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:: 1. Relevancy. Information has relevancy when it pertains to the problem at hand. The user should be able to select the data that is needed without wading through a volume of unrelated facts. In fact, only when data is relevant to the decision to be made should it be called information. 2. Accuracy Ideally, all information should be accurate, but features that contribute to system accuracy add to the cost. For that reason, the user is often forced to settle for less than perfect accuracy. Applications involving money, such as payroll, billing, and accounts receivable, seek 100 percent accuracy. Other applications, such as longrange economic forecasts and statistical reports, often can be just as useful when the data is not 100 percent accurate. 3. Timeliness. Information should be available for problem solving before crisis situations develop or opportunities are lost. The user should be able to obtain information that describes what is happening now, in addition to what happened in the past. Information that arrives after the decision is made has no value. 4. Completeness. The user should be able to obtain information that presents a complete picture of a problem or a solution. However, systems that drown the user in a sea of information should not be designed. The term information overload suggests the harm that can come from too much information. The user should be able to determine the amount of detail that is needed. Information is complete when it has the correct amount of aggregation and supports all areas of the decision being made. 3.6. Kualitas Pelayanan Sistem Informasi Kualitas pelayanan dihubungkan dengan fungsi operasi dari sistem informasi karena sistem informasi dapat dianggap sebagai fungsi pelayanan yang melayani kebutuhankebutuhan seluruh pengguna dalam organisasi. Oleh karena itu organisasi merasa sangat berkepentingan terhadap pengukuran kualitas pelayanan dari fungsi sistem informasi. Departemen sistem informasi adalah penyedia pelayanan, oleh karena itu kemampuan dari departemen ini untuk memberikan bantuan instalasi, pengetahuan produk, pelatihan dan dukungan perangkat lunak, dan bantuan online merupakan faktor-faktor yang akan memberikan dampak terhadap hubungan antara sistem informasi dengan para pengguna. Parasuraman, Zeirhaml dan Berry (1988:19) mengembangkan instrumen kualitas pelayanan (SERVQUAL) untuk menilai persepsi pengguna tentang kualitas pelayanan organisasi yaitu “(1) Tangible, (2) Reliability, (3) Responsiveness, (4) Assurance, and (5) Empathy. Halawi (2005) mengemukakan bahwa dimensi kualitas pelayanan sama seperti yang dikemukakan oleh Parasuraman sementara Delone dan McLean (2002), kualitas pelayanan sistem informasi diukur dengan 3 (tiga) dimensi yaitu assurance, empathy dan responsiveness. Sementara Susanto (2004:12) mengemukakan bahwa dimensi kualitas jasa adalah : 1. “Berwujud – merupakan segala sesuatu yang dapat dilihat oleh pelanggan ketika layanan sedang diberikan seperti peralatan dan ruangan yang digunakan, fasilitas yang diberikan, dan keramahan para pegawai, 2. Keandalan – menunjukkan kemampuan dari pemberi jasa untuk melakukan pekerjaan secara konsisten, akurat, dan dapat diandalkan,
17
Portofolio Vol. 8 No. 1 Mei 2011 3. Responsif – menunjukkan kecepatan pemberi jasa memberi pelayanan kepada konsumen, 4. Jaminan kepastian – penampilan pemberi jasa seringkali menunjukkan kemampuan dari pemberi jasa tersebut. Seorang pemberi jasa yang bersikap sopan, terpelajar, dan ahli dibidangnya yang ditunjukkan melalui tindakan dan penampilan selama memberikan pelayanan akan memberikan tingkat keyakinan atau kepastian yang tinggi bagi konsumen, 5. Empathy – merupakan perhatian yang diberikan kepada konsumen dengan rasa tulus tanpa prasyarat kondisi tertentu. IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hubungan antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi, dan Kualitas Informasi di RSU Cibabat Kota Cimahi . Hubungan antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi, dan Kualitas Informasi dianalisis dengan menguji hipotesis “terdapat hubungan yang erat signifikan antara variabel Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi, dan Kualitas Informasi”. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan besarnya angka taraf signifikansi penelitian dengan taraf signifikansi sebesar α = 0,05 sebagaimana tertera dalam tabel di bawah ini. Tabel 1: Tabel Anova ANOVA(b) Sum of Mean Squares df Square F Sig. Regression 1470.118 3 490.039 91.945 .000(a) Residual 271.816 51 5.330 Total 1741.933 54 a Predictors: (Constant), Kualitas_Informasi, Kualitas_SI, Kualitas_Pelayanan_Sistem b Dependent Variable: Kepuasan_Pengguna Model 1
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai F sebesar 91,945 dengan tingkat signifikansi 0,00 lebih kecil dari α = 0,05 artinya terdapat hubungan yang erat signifikan antara variabel Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi, dan Kualitas Informasi di RSU Cibabat Kota Cimahi. Hubungan antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Informasi, dan Kualitas Pelayanan Sistem Informasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
18
Hubungan Antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi dan Kualitas Informasi Tabel 2: Tabel Korelasi Correlations Kualitas_Pel Kualitas_ ayanan_Sist Kualitas_Inf SI em ormasi Kualitas_SI
Pearson 1 Correlation Sig. (1-tailed) N 56 Kualitas_Pelayana Pearson .723(**) n_Sistem Correlation Sig. (1-tailed) .000 N 56 Kualitas_Informasi Pearson .707(**) Correlation Sig. (1-tailed) .000 N 56 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.723(**)
.707(**)
.000 56
.000 56
1
.909(**)
56
.000 56
.909(**)
1
.000 56
56
Untuk menginterpretasikan angka korelasi digunakan kriteria sebagai berikut (Jonathan Sarwono, 2007, 22) : a. 0 - 0,25 : Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada) b. > 0,25 - 0,5 : Korelasi cukup kuat c. > 0,5 - 0,75 : Korelasi kuat d. > 0,75 - 1 : Korelasi sangat kuat Dengan demikian interpretasi dari koefisien korelasi antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Informasi, dan Kualitas Pelayanan Sistem Informasi adalah sebagai berikut : 1. Koefisien Korelasi antara Kualitas Sistem Informasi dan Kualitas Pelayanan Sistem sebesar 0,723 artinya adalah hubungan antara variabel Kualitas Sistem Informasi dan Kualitas Pelayanan Sistem Informasi kuat dan searah. Searah artinya jika Kualitas Sistem Informasi tinggi maka Kualitas Pelayanan Sistem juga tinggi, dan sebaliknya. Hubungan kedua variabel signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,00 < 0,01. 2. Koefisien Korelasi antara Kualitas Sistem Informasi dan Kualitas Informasi sebesar 0,707 artinya adalah hubungan antara variabel Kualitas Sistem Informasi dan Kualitas Informasi kuat dan searah. Searah artinya jika Kualitas Sistem Informasi tinggi maka Kualitas Informasi juga tinggi, dan sebaliknya. Hubungan kedua variabel signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,00 < 0,01. 3. Koefisien Korelasi antara Kualitas Pelayanan Sistem Informasi dan Kualitas Informasi sebesar 0,909 artinya adalah hubungan antara variabel Kualitas Pelayanan Sistem Informasi dan Kualitas Informasi sangat kuat dan searah. Searah artinya jika Kualitas Pelayanan Sistem Informasi tinggi maka Kualitas Informai juga tinggi, dan sebaliknya. Hubungan kedua variabel signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,00 < 0,01.
19
Portofolio Vol. 8 No. 1 Mei 2011 V.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil simpulan sebagai berikut : Terdapat hubungan yang erat signifikan antara variabel Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi, dan Kualitas Informasi. Koefisien Korelasi masing-masing variabel yang menggambarkan hubungan antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi, dan Kualitas Informasi adalah : a. Koefisien Korelasi antara Kualitas Sistem Informasi dan Kualitas Pelayanan Sistem sebesar 0,723. b. Koefisien Korelasi antara Kualitas Sistem Informasi dan Kualitas Informasi sebesar 0,707. c. Koefisien Korelasi antara Kualitas Pelayanan Sistem Informasi (X 2) dan Kualitas Informasi (X3) sebesar 0,909. DAFTAR PUSTAKA
Al-Rasyid, Harun. 1994. Analisis Jalur (Path Analysis). Dalam Nirwana SK Sitepu. Analisis Jalur. Jurusan Statistik UNPAD, Bandung Azhar Susanto, 2004. Sistem Informasi Manajemen, Edisi 3, Lingga Jaya, Bandung Azhar Susanto, 2004. Sistem Informasi Akuntansi : Konsep dan Pengembangan Berbasis Koputer, Edisi Perdana, Lingga Jaya, Bandung Bentley, Lonnie D. & Whitten, Jeffrey L. 2007. Systems Analysis & Design for the Global Enterprise. McGraw-Hill Irwin. Seventh Edition, new York Davis, FD. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and Acceptance of information Technology. MIS Quarterly, September, pp 319-340 DeLone, WH & McLean, ER. 2002. Information Systems Success revisited, Proceedings of The 35th International Conference on System Science(HICSS 3502), Hilton Waikoloa Village, Island of Hawaii, IEEE Computer Society, 7-10 January, DeLone, WH & McLean, ER. 2003. The DeLone and McLean Model of Information Systems Success : a ten year Update, Journal of Management Information Systems, Vol 19 No 4, pp-9-30 Halawi, Leila H. 2005. Knowledge Management System Success in Knowledge – Based Organizations : An Empirical Validation Utilizing The DeLone & Mc Lean Information Syatem Success Model, ProQuest Information & Learning Company, UMI Microform 3169717,disertasi Jonathan Sarwono, Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, 2007, Penerbit Andi, Yogyakarta
20
Hubungan Antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi dan Kualitas Informasi Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2006. Marketing Management, 12 Edition, Pearson International Edition, New Jersey. Mc Leod, Raymond JR. 2006. Management Information System, Fifth Edition, Macmillian Publishing Company, New York O’Brien, James A. & Marakas, George M. 2008. Introduction To Information Systems, Fourteenth Edition, MCGraw-Hill Irwin, New York Parasuraman, Zeithaml Valarie A, and Berry Leonardi. 1988. A Conceptual Models of Service Quality and it’s Implication for Future Research, Journal Marketing, Vol 49, pp 41-50 Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai, LP3ES Sugiama, A Gima. 2008. Metode Riset Bisnis dan Manajemen, Edisi Pertama, Guardaya Intimarta, Bandung Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.
BIODATA : Nunung Aini Rahmah, SE., MSi adalah Dosen Tetap pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Achmad Yani.
21