HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU AGRESI PADA KELOMPOK SUPORTER ULTRAS DI KELURAHAN BUKIT SANGKAL PALEMBANG Rina Oktaviana Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang Jalan A. Yani No. 12 Palembang Email :
[email protected]
ABSTRACT : This study aimed to determine the relationship between conformity with behavior of aggression at supporters ultras group in Bukit Sangkal Palembang. Methods of data analysis using simple regression correlation techniques. The results showed there was a significant relationship between conformity with behavior of aggression at supporters ultras groups in Bukit Sangkal Palembang. That relationship is the show of the correlation coefficient r = 0.482 with a significance value (p) = 0.000 or in other words p <0.01.. The value of donations conformity to aggressive behavior was 23,2%. The conclusion of this study is that there was a significant relationship between conformity and behavior aggression in supporters ultras groups in Bukit sangkal Palembang. Keywords: Behavior Aggression, Conformity ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku agresi pada kelompok suporter ultras di kelurahan Bukit Sangkal Palembang. Subjek penelitian ini adalah anggota suporter dari korwil ultras Palembang, alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku agresi dan skala konformitas. Metode analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang sangat signifikan antara konformitas dengan perilaku agresi pada kelompok suporter ultras di kelurahan Bukit sangkal Palembang. Hubungan tersebut di tunjukan dari nilai koefisien korelasi r = 0,482 dengan nilai signifikansi (p) = 0,000 atau dengan kata lain p < 0,01. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara konformitas dengan perilaku agresi pada kelompok suporter ultras di kelurahan Bukit sangkal Palembang. Besarnya nilai sumbangan konformitas terhadap perilaku agresi adalah 23,2 %. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara konformitas dengan perilaku agresi pada kelompok suporter ultras di kelurahan Bukit sangkal Palembang Kata Kunci: Perilaku Agresi, Konformitas
PENDAHULUAN Sriwijaya
FC
sepakbola
nasional pertama yang mampu menjuari dua
nasional yang berasal dari kota pempek yaitu
kompetisi nasional sekaligus dalam satu
Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Klub
musim. Klub Sriwijaya FC dapat menjadi
Sriwijaya FC berdiri pada tahun 2005 dan
tim besar seperti sekarang tidak terlepas
bermarkas di stadion Gelora Sriwijaya yang
dari peran manager klub, official, sponsor,
berada di jakabaring yang memiliki kapasitas
dan yang lebih penting yaitu suporter yang
stadion 50.000 penonton.
Pada tahun 2006
selalu Jurnal Fakultas Psikologi Universitas
,Sriwijaya FC mampu mejuarai dua kompetisi
Bina Darma Palembang 2015 setia menonton
nasional sekaligus dalam satu tahun yaitu ISL
dan mendukung klub ini. Suporter ultras
(Indonesia Super Liga) dan Piala Copa
adalah
Indonesia
sepakbola Sriwijaya FC
yang
adalah
disebut
klub
dengan
Double
Winner dan mencatatkan Rekor sebagai tim 122
kelompok
sosial pendukung tim yang berdiri tahun
2013 dan merupakan cabang dari suporter
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 122-133
sriwijaya mania yang memiliki nama sendiri
(http://m.news.viva.co.id/news/read/531906-
yaitu
bentrok-antarsuporter-pecah--siswa-
simanis
ultras.
(Widyastuti,
2014),
orang
lebih
atau
Menurut Myers
kelompok adalah dua yang
untuk
beberapa
smadibacok). Menurut
Anantasari
(2006),
ciri-ciri perilaku agresi sebagai berikut: 1)
waktu yang cukup lama saling berinteraksi
perilaku menyerang
dan mempengaruhi satu sama lain dan
menyakiti hati, atau merusak barang orang
memandang
lain, dan secara sosial tidak dapat diterima, 2)
satu
sama
lain.
Suporter
merupakan salah satu elemen penting dalam
perilaku
menyakiti
keberhasilan
sendiri,
orang
suatu klub
tapi
kedatangan
suatu perilaku untuk
atau
lain,
merusak
atau
diri
objek-objek
suporter saat pertandingan bagaikan pisau
penggantinya, 3) perilaku yang melanggar
bermata
norma sosial, 4) sikap bermusuhan terhadap
dua karena
satu
kelompok suporter ultras
sisi
kehadiran
dapat membuat
orang lain. Saat
tidak
ada
pertandingan
pemain lebih bersemangat dan percaya diri
Sriwijaya FC pada tanggal 6 November 2014
tapi di lain sisi tindakan-tindakan agresi yang
beberapa anggota ultras berkumpul di KCH
dilakukan suporter pada saat pertandingan
yang diketuai oleh Erik karena beberapa
seperti mengejek pemain tim lawan, wasit,
anggota ultras tinggal disana. Saat malam
dan tawuran antar suporter serta melakukan
minggu adalah jadwal rutin untuk semua
perusakan perusakan atribut stadion dapat
anggota ultras berkumpul, karena anggota
membuat
yang berkumpul
tim
tuan
rumah
malu
dan
yang jumlahnya
cukup
menjatuhkan mental tim. Kelompok suporter
banyak sekitar 30-40 orang sehingga sering
ultras
tidak terkontrol
merupakan
pendukung
tim
salah-satu kelompok sriwijaya
yang berada
tindakan
dan memicu
agresi
seperti
agresi
dibawah induk organisasi Sriwijaya mania,
(tawuranantar
suporter
korwil ultras diketuai oleh AJ keberadaan
perumnas, dan
tindak
korwil
orang
agresi pada
ini
berada
di
Bukit Sangkal.
lain,
tindakan -
yang
fisik
berada
pemerasan
di
dengan
objek benda
Keberadaan kelompok ultras ini memberikan
(perusakan atribut atribut
warna dalam masayarakat untuk mendukung
membakar
tim Sriwijaya Fc, akan tetapi kelompok
warga,
ultras memiliki beberapa rekor yang buruk
(menghina saat ada orang lain yang lewat),
ini disebabkan karena banyaknya aksi-aksi
dan sering memicu keributan dengan orang
anarkis
disekitar lingkungan karena tindakan suporter
yang
pertandingan
dilakukan
maupun
saat
ada
diluar pertandingan
ultras
umum
seperti
taman, mencoret tembok rumah
membakar
ban),
agresi
yang sering membuat
verbal
kebisingan
seperti yang terjadi pada tanggal 25 agustus
seperti memukul gendang dan bernyanyi pada
2014 terjadi bentrokan antar suporter ultras
malam
dengan singa mania yang terjadi dijalan
dilakukan para anggota suporter dari korwil
pakjo yang mengakibatkan siswa SMA di
ultras tersebut
bacok
dengan norma, nilai-nilai yang ditanamkan
hari.
Tindakan-tindakan
sebenarnya
tidak
yang
sesuai
123
didalam visi dan misi kelompok suporter
dan Jauhar (2014), yang mengatakan suatu
Sriwijaya mania sebagai induk kelompok
jenis
suporter. Jadi dapat
bahwa
mengubah sikap dan tingkah laku mereka
kelompok ini telah melanggar aturan yang
agar sesuai dengan norma sosial yang ada
telah ditetapkan oleh kelompok
merupakan
dikatakan
induk
pengaruh
sosial
pengertian
dimana
dari
individu
konformitas.
suporter sehingga dapat dikatakan sebagai
Dayaksini & Hudaniah (2003) menyebutkan
kelompok
bahwa salah satu faktor penyebab perilaku
yang menyimpang. Tindakan
tindakan yang dilakukan suporter tergolong
agresi adalah kekuasaan dan
dalam
Kepatuhan merupakan salah satu aspek dari
perilaku
agresi, menurut
(Kulsum & Jauhar,
Aronson
2014), agresi
adalah
konformitas
kepatuhan.
yang memiliki
tingkah laku yang dijalankan oleh individu
tekanan
dengan maksud melukai atau mencelakakan
seseorang individu rela melakukan tindakan
individu
walaupun
lain.
Disamping
itu, menurut
atau
pengertian
tuntutan yang
individu
Atkinson dkk. (Kulsum & Jauhar, 2014),
menginginkannya
agresi adalah tingkah laku yang diharapkan
Menurut
untuk
merupakan suatu
merugikan
orang
lain, berperilaku
tersebut
Sears,
Sears,
dkk
membuat
tidak
dkk (2005).
(2005), konformitas
situasi dimana seseorang
yang dimaksud untuk melukai orang lain
menyesuaikan
(baik secara fisik atau verbal) atau merusak
didalam kelompok sosialnya karena individu
harta benda. Tindakan-tindakan
perusakan
merasa ada tuntutan, tekanan, atau desakan
yang dilakukan oleh kelompok ini disebabkan
untuk menyesuaikan diri. Sarwono (2005)
oleh hilangnya
menyatakan
kewaspadaan
diri
dan
dirinya dengan
bahwa
keadaan
konformitas
sebagai
penangkapan evaluasi, terjadi dalam situasi
bentuk perilaku sama dengan orang lain
kelompok
yang
yang
mendukung
respons
didorong
oleh
keinginan
sendiri.
terhadap norma kelompok, baik atau buruk
Konformitas dapat terlihat dengan adanya
atau yang disebut dengan deindividualisasi,
perubahan dari perilaku atau keyakinan yang
Widyastuti (2014). Baron dan Byrne (2005)
disebabkan adanya tekanan dari kelompok.
mengungkapkan bahwa salah satu aspek
Baron
yang
melakukan
konformitas memiliki ciriciri antara lain: a)
perilaku agresi adalah dikarenakan adanya
kesepakatan (pengaruh sosial yamg meliputi
daya
akan
permintaan langsung dari seseorang kepada
memiliki
orang lain), b) kepatuhan (pengaruh sosial
menyebabkan
tarik
mengakibatkan
seseorang
in-group
yang
individu merasa
&
Bryne
kesamaan dengan sesama anggota kelompok
dimana
(ingroup) dan cenderung melihat berbeda
melakukan beberapa
tindakan)
,
c)
terhadap anggota kelompok lain (outgroup).
indoktrinasi (menerima
aturan-aturan
dari
Kesamaan yang dimiliki meliputi sikap,
kelompok tanpa banyak bertanya agar dapat
kepercayaan,
menjadi anggota), d) norma sosial (aturan-
nilai,
perasaan,
norma dan
gaya bicara. Hal ini diperkuat oleh Kulsum 124
seseorang
(2005) mengemukakan
aturan bagaimana
memerintahkan
individu
untuk
seharusnya
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 122-133
berperilaku didalam kelompok. Pada suporter
berkumpul perilaku
saat
konformitas
tawuran
antar
suporter, merusak atribut
perlengkapan umum adalah perilaku
biasanya yang sering terjadi antara lain:
buruk
setiap
memakai
namun walaupun mereka tahu bahwa itu
pakaian, atribut, aksesoris dan yel-yel (motto)
perilaku buruk mereka tetap dengan senang
yang merupakan ciri khas dari suporter ultras,
hati
menolong anggota yang sedang
melakukanya secara bersama sama. Menurut
anggota
ultras harus
kesusahan
merupakan
melakukannya
seperti kalau teman diserang suporter lain,
Kulsum
dan
kesolidaritasan dalam kelompok
beberapa
alasan
(paksaan
untuk
beralkohol), dilakukan
ikut
ikut
pesta
setiap
oleh
kelompok
seperti
perilaku yang
yang
karena
buruk
mereka
Jauhar
(2014), terdapat
yang
mengapa individu
minuman
melakukan konformitas yaitu a) keinginan
kegiatan yang
untuk disukai yaitu pada dasarnya kebanyakan
ultras,
dan
orang senang akan pujian, yang membuatnya
mengikuti aturan dalam kelompok ultras,
berusaha
Dengan demikian mereka dapat diterima
keadaan, b) rasa takut akan penolakan yaitu
dan
ultras.
konformitas penting dilakukan agar individu
Berdasarkan wawancara dan observasi yang
mendapatkan penerimaan dari kelompok atau
dilakukan
lingkungan tertentu
diakui
dalam
di
November
kelompok
Sukerejo sekitar
12
meyesuaikan diri
,
dengan
c) keinginan untuk
50-60 anggota
merasa benar yaitu jika orang lain dalam
Kusoi selaku
kelompok mengambil keputusan yang dirasa
dewan pembina dari suporter ultras, saat
benar, maka akan ikut serta agar dianggap
melakukan
benar, d) konsekuensi
ultras
2014
pada tanggal
untuk
berkumpul
anggota
dirumah
wawancara diperoleh
dengan beberapa
hasil
bahwa anggota
kebanyakan
kognitif
individu
yang
yaitu berpikir
kelompok ultras selalu berusaha mengikuti
melakukan konformitas adalah konsekuensi
kelompoknya agar selalu diterima dan diakui
kognitif akan keanggotaan mereka terhadap
karena mereka merasa kelompok ini tempat
kelompok dan lingkungan dimana mereka
mereka bergaul dan berteman. Selanjutnya
berada. Menurut Mullen (Widyastuti, 2014)
mereka akan menggunakan pakaian, atribut,
menyatakan
yel-yel
penyebab perilaku agresi adalah pengaruh
dan
identitas
syal
dari
yang melambangkan
kelompok ultras. Menurut
Siswati dan Masykur (2011), dasar
kelompok
bahwa
karena
salah
pada
satu
saat
faktor
mereka
dari
melakukan tindakan tindakan agresi secara
saat individu
bersama sama terdapat perancuan tanggung
dimana terdapat
jawab (tidak merasa ikut tanggung jawab
tendensi yang kuat untuk melakukan sesuatu
karena dikerjakan beramai ramai), dan ada
hal
desakan kelompok (kalau tidak ikut dianggap
konformitas mejalankan
yang
adalah
pada
aktivitas
sama
dengan yang
lainnya,
walaupun tindakan tersebut adalah perilaku
bukan
yang menyimpang. Perilaku yang dilakukan
tawuran
oleh
anggota harus ikut karena kalau mereka
kelompok
suporter ultras
seperti
anggota antar
kelompok). suporter
Saat maka
terjadi seluruh
125
tidak ikut mereka langsung dikucilkan dan tidak diterima lagi sebagai anggota suporter ultras.
2. METODE PENELITIAN Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat yaitu perilaku agresi dan
Anggota-anggota menjaga
suporter
solidaritas
selalumendapatkan
ultras selalu
variabel bebas yaitu konformitas Perilaku
mereka
agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh
agar penerimaan
dari
suporter
ultras Palembang
dengan
tujuan
kelompok serta memiliki pandangan dan
untuk menyakiti Orang
perilaku yang sama dengan nilai nilai dalam
fisik,
kelompok tersebut. Mereka melakukan apa
pemukulan, pelemparan, penginaan, berkata
saja
yang dilakukan oleh kelompok walau
kasar serta merusak atribut-atribut umum.
mereka tahu bahwa itu perilaku yang buruk
Perilaku ini akan diukur dengan skala yang
seperti berkelahi, mencoret coret dinding,
dibuat oleh peneliti yang mengacu pada
membuat kerusuhan dll, itu dilakukan agar
aspek-aspek perilaku agresi dari Medinus
mereka dapat diakui dalam kelompok. Akibat
dan Johnson (Dayaksini & Hudaniah, 2003),
tindakan mereka yang selalu mengikuti dan
yaitu : menyerang fisik, menyerang secara
menyamakan
verbal atau simbolis,menyerang suatu objek,
norma
perilaku
dan
kelompoknya
agar sama
dapat
diterima
(konformitas)
dengan dalam
seringkali
verbal
pelanggaran
lain baik secara
ataupun nonverbal
terhadap
hak
seperti
milik
atau
menyerang daerah orang lain. Konformitas
menyebabkan mereka melakukan perbuatan
adalah
yang menyimpang dan tidak sesuai dengan
Palembang yang memiliki kencenderungan
norma
tindakan
untuk menyesuaikan diri dengan perilaku
tindakan agresi yang merugikan orang lain.
didalam kelompok karena adanya tekanan
Fenomena
dijelaskan diatas
atau desakan dari kelompok maupun dari
maka peneliti tertarik untuk menghubungkan
keinginan sendiri. Perilaku konformitas ini
antara konformitas dengan perilaku agresi
akan
pada kelompok supoter ultras di
peneliti
Sangkal
dimasyarakat
yang
seperti
sudah
Palembang
Bukit
dan membuktikan
tingkah
diukur
laku dari
dengan
mengacu
suporter
ultras
skala
yang dibuat
pada
aspek-aspek
konformitas dari Sears, dkk (2005) yakni
adanya hubungan antara konformitas dengan
kekompakan,
perilaku agresi pada kelompok supoter ultas
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel
di Bukit Sangkal Palembang. Berdasarkan
penelitian adalah suporter Ultras di KCH RT
fenomena
X
terdorong
yang dijelaskan
diatas
RW
X
Kelurahan
dan
ketaatan.
Bukit
Sangkal
secara
Palembang. Jumlah anggota suporter ultras
penelitian
yang berada di kelurahan bukit sangkal
dengan judul “hubungan antara konformitas
bejumlah 140 orang. Dari 140 orang dengan
dengan perilaku
mengacu
empirik
untuk membuktikan
peneliti
kesepakatan,
dengan mengadakan
agresi
pada
kelompok
suporter ultras di Bukit Sangkal Palembang”. 126
sampel
pada dari
tabel populasi
penentuan tertentu
jumlah yang
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 122-133
dikembangkan
oleh
Isaac
dan
Michael
science) versi 20.00 for windows. Hasil dan
(Sugiyono, 2013) dengan taraf kesalahan 5%
Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan
maka diperoleh sampel sebanyak 100 orang
stastistik
dan try out sebanyak 40 orang.
membuktikan
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah skala. Skala adalah perangkat pertanyaan yang disusun untuk mengungkap atribut tertentu melalui respon terhadap pertanyaan tersebut. Bentuk skala yang digunakan dalam penellitian ini adalah bersifat tertutup, yaitu subjek diminta untuk memilih salah
satu
dari
beberapa
pilihan
jawaban yang
perilaku
agresi menggunakan skala rating
scale
tersedia.
Skala
yang dalam bentuk angka, alasan
peneliti menggunakan skala
rating scale
karena skala ini tidak hanya mengukur sikap tetapi juga dapat mengukur persepsi, perilaku, dan
kompetensi (Sugiyono,
2014).
Skala
konformitas menggunakan skala likert yang dibuat dalam bentuk checklist. Uji hipotesis menggunakan sederhana
teknik
analisis
regresi
(simple regression).
Analisis
regresi dikembangkan untuk mengkaji dan mengukur hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam analisis regresi dikembangkan persamaan estimasi untuk mendeskripsikan pola atau fungsi hubungan antara variabelvariabel. Sesuai dengan namanya, persamaan estimasi
atau persamaan
regresi
digunakan
untuk mengestimasi
nilai
itu dari
suatu variabel berdasarkan variabel lainnya. Analisis data untuk keseluruhan perhitungan statistik
dalam
penelitian
dengan
menggunakan
ini dilakukan
bantuan komputer
program SPSS (statistical package for social
yang
telah
dilakukan
bahwa
terdapat
untuk
hubungan
yang sangat signifikan antara konformitas dengan
perilaku
agresi
pada
kelompok
suporter ultras dikelurahan Bukit Sangkal Palembang.
Analisis
dilakukan
dengan
menggunakan uji regresi sederhana yang hasilnya
adanya
penerimaan
terhadap
hipotesis yang diajukan. Hasil tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi R = 0,482 dengan nilai signifikansi (p) = 0,000 atau dengan kata lain p < 0,01. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara konformitas dengan perilaku agresi pada kelompok suporter ultras di kelurahan Bukit Sangkal Palembang. Besarnya sumbangan konformitas
(variabel
nilai bebas)
terhadap perilaku agresi (variabel terikat) adalah 23,2% yang berarti bahwa masih terdapat 76,8%
dari
faktor
mempengaruhi perilaku variabel
itu
tidak
lain
agresi,
yang tetapi
diteliti oleh peneliti.
Menurut Baron & Bryne (2005) Faktor-faktor lain itu diantaranya adalah faktor sosial yang terdiri dari frustasi, provokasi agresi
yang
dipindahkan,
langsung, pemaparan
kekerasan di media dan Keterangsangan yang meningkat: emosi, kognisi,
dan
seksual.
Kemudian faktor pribadi yang terdiri dari pola perilaku tipe a dan tipe b, mempersepsikan maksud jahat dari dalam diri orang lain, narsime
dan ancaman ego, serta perbedaan
gender. Atkinson dkk. (Kulsum & Jauhar, 2014)
mengatakan
berhubungan
dengan
bahwa cara
agresi seseorang 127
berperilaku yang mrugikan orang lain seperti
adalah
melukai orang lain (baik secara fisik atau
menuliskan
verbal) atau merusak harta benda. Senada
mengindentifikasikan identitas dari kelompok
dengan
(2005)
mereka dan menulikan kata-kata menghina
laku
kelompok suporter lain. Perilaku anggota
itu
Baron
mengatakan
dan
agresi
Bryne
adalah
tingkah
individu yang ditujukan untuk melukai dan
ultras
mecelakakan
individu
menginginkan
lain
menunjukkan
dari
dinding
kata
Palembang
dengan
Ultras
ini
yang
sesuai
tidak
karakteristik
tingkah
laku
Anantasari (2006), ciri-ciri perilaku agresi
perilaku
agresi
sebagai berikut: 1) perilaku menyerang suatu
orang
anggota
perilaku untuk menyakiti hati, atau merusak
100
perilaku
dengan
yang
datangnya
tersebut. Kategorisasi
mencoretcoret
agresi menurut
suporter ultras Palembang yang dijadikan
barang
subjek penelitian, terdapat 54 orang atau
dapat diterima, 2) perilaku menyakiti atau
54%
merusak diri sendiri, orang lain, atau objek-
yang
memiliki memiliki
perilaku
orang lain, dan secara sosial tidak
agresi yang tinggi dan 46 orang atau 46%
objek penggantinya,
anggota yang memiliki perilaku agresi yang
melanggar norma sosial, 4) sikap bermusuhan
rendah.Tingginya
terhadap orang lain. Dengan demikian dapat
suporter ultras
perilaku agresi anggota Palembang
anggota suporter
ultras
terlihat yang
dari
banyak
3)
perilaku
yang
disimpulkan bahwa perilaku agresi pada kelompok
suporter
ultras
palembang
melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang
kecenderungan cukup tinggi, seperti yang di
dilakukan baik saat mereka menonton bola di
peroleh
stadion maupun
menunjukkan dari 100 anggota terdapat 54
saat
mereka
berkumpul
dari
hasil
analisis
data
yang
diluar. Tindakan kekerasan yang dilakukan
anggota suporter atau (54%)
anggota suporter
perilaku agresi sedangkan sisanya yang 46%
ultras
disebabkan
oleh
melakukan
beberapa faktor antara lain kekecewaan saat
hanya ikut-ikut saja seperti
tim Sriwijaya Fc kalah dalam pertandingan
coret-coret
maka sering terjadi amukan dari suporter
melakukan kekerasan fisik . Hasil penelitian
sehingga terjadilah tawuran antar suporter,
dari Wijayati (2009) dengan judul hubungaan
aksi saling hina,
antara
perusakan
saling
atribut
lempar
konformitas
dan
sangat
kelompok
jarang
dengan
Tingginya
kecenderungan agresi pada kelompok balap
antara sesama anggotanya
liar dapat ditarik kesimpulan interaksi sosial
juga menjadi penyebab terjadinya tindakan-
dalam kelompok akan menimbulkan perasaan
tindakan agresi sehingga saat ada salah satu
perasaan untuk tidak ingin berbeda dari yang
anggota yang bentrok maka seluruh anggota
lain, sekaligus agar dianggap sebagai bagian
yang lain akan ikut membantu akibatnya
dari
yang
perasaan tersebut, muncul
kesolidaritasan
terjadi
kelompok. mereka 128
stadion.
serta
dinding
saling ejek,
adalah bentrokan
antar
Serta perusakan-perusakan yang
lakukan saat
mereka
berkumpul
kelompok
tersebut.
Terkadang
dari
tingkah
laku
seseorang yang cenderung mengikuti norma - norma kelompok
untuk
menyesuaikan
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 122-133
kondisi
di lingkungannya
agar
sesuai
merasa ada desakan atau
yang
lazim
menyesuaikan diri dengan kelompok dan
disebut dengan konformitas. Adanya pengaruh
cenderung menyamakan sikap dan tingkah
yang menyebabkan
laku
dengan kelompoknya,
atau
individu
cenderung
sesuai
norma
tekanan
dalam
kelompok.
konform pada kelompoknya tersebut dapat
Kategorisasi
memunculkan
perilaku
bahwa dari sebanyak 100 anggota suporter
seseorang. Hal
ini
ketika perilaku berada
tertentu
pada
menunjukkan
bahwa
agresi
yang
dilakukan
pada tingkatan yang tinggi
seperti
ultras
konformitas
untuk
Palembang
menunjukkan
yang dijadikan
subjek
penelitian, terdapat 83 anggota (83%) yang memiliki konformitas yang tinggi, kemudian
melakukan aksi membuat anggota suporter
27 anggota atau 27% yang
lain terluka, menyerang dan menghancurkan
konformitas yang rendah. Sehingga dapat
markas suporter lain maka anggota akan
disimpulkan
mengakui dan memuji anggota tersebut di
ultras Palembang memiliki kecenderungan
dalam kelompok.
konformitas
kemudian jika
perilaku
rata
yang
– rata anggota suporter
cukup tinggi. Hal
ini
agresi rendah seperti hanya ikut menghina
dapat
suporter lain tapi takut untuk berkelahi,
suporter
biasanya mereka dianggap biasa-biasa saja
konformitas yang tinggi
dan adapaun yang hingga mereka dikucilkan.
berperilaku sama dengan kelompok seperti
Konformitas
menggunakan pakaian
menurut
Sears,
dkk (2005)
dilihat
memiliki
dari kebanyakan
anggota
ultras Palembang yang
memiliki
berusaha
dan
untuk
atribut
khas
mendefenisikan suatu situasi dimana seseorang
ultras, menolong sesama anggota ultras, ikut
menyesuaikan
setiap
dirinya
dengan keadaan
kegiatan yang
dilakukan
didalam kelompok sosialnya karena individu
kelompok
merasa ada tuntutan, tekanan, atau desakan
dalam kelompok mereka diakui dan dianggap
untuk
sebagai bagian penting dari kelompoknya, dan
menyesuaikan diri. Sarwono (2005)
menyatakan
bahwa
konformitas sebagai
serta mengikuti
oleh
bagi anggota yang
aturan-aturan
memiliki
konformitas
bentuk perilaku sama dengan orang lain yang
yang rendah seperti kurang peduli dengan
didorong
anggota kelompok,
oleh
keinginan
sendiri.
Konformitas dapat terlihat dengan adanya
lebih mementing
perubahan dari perilaku atau keyakinan yang
kelompok
disebabkan adanya
tekanan dari kelompok.
Sementara itu, Baron dan Bryne (2005) mendefenisikan
konformitas
adalah suatu
jenis pengaruh sosial dimana individu mau mengubah sikap dan tingkah laku agar sesuai dengan norma yang ada. Hal konformitas
ini
dapat disimpulkan
berarti adalah
jarang diri
ikut
kegiatan,
sendiri
daripada
mereka tersisih dari anggota-anggota yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Kulsum dan Jauhar (2014) yang mengatakan beberapa alasan yang mengapa individu melakukan
konformitas
antara
lain:
a)
keinginan untuk disukai b) rasa takut akan penolakan, c) keinginan untuk merasa benar
tingkah laku yang muncul karena individu 129
yaitu
jika
kelompok
perilaku agresi ini seperti mereka selalu
mengambil keputusan yang dirasa benar,
kompak saat ada pertandingan Sriwijaya fc
maka akan ikut serta agar dianggap benar, d)
saat
konsekuensi
mereka secara serentak
individu
orang
kognitif yang
konformitas akan
lain
dalam
yaitu
kebanyakan
berpikir
melakukan
adalah
mereka menghina suporter lain maka menghina
dengan
cara menyanyikan lagu-lagu dengan unsur-
konsekuensi
kognitif
unsur menghina. Serta mereka selalu taat
mereka
terhadap
pada ketua kelompok suporter sehingga saat
keanggotaan
kelompok dan lingkungan dimana mereka
ketua
berada. Dengan demikian dapat disimpulkan
kelapangan
anggota-anggota kelompok suporter ultras
anggotaanggota akan langsung melakukanya
Palembang
karena saat
memiliki
kecenderungan
menyuruh untuk melempar atau
keorang
anggota
benda
lain
tidak
maka
mengikuti
konformitas yang tinggi seperti yang di
biasanya mereka langsung diusir terkadang
peroleh
ada yang sampai
dari
hasil
analisis
data
yang
dipukuli
oleh
sesama
menunjukkan dari 100 anggota terdapat 83
anggota suporter juga biasnya itu terjadi
anggota (83%) memiliki konformitas yang
karena anggota tersebut protes dengan ketua.
tinggi. Adapun
yang
Berdasarkan uraian dan hasil analisis data,
dilakukan Wilujeng dan Budiani (2012)
peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis yang
dengan judul pengaruh konformitas pada
diajukan oleh peneliti yaitu ada hubungan
geng remaja terhadap perilaku agresi di SMK
antara konformitas dengan perilaku agresi
PGRI
tersebut
pada kelompok suporter ultras di Kelurahan
menunjukkan banyak siswa (84,2%) yang
Bukit sangkal palembang dalam penelitian ini
memiliki perilaku konform. Sebagian besar
diterima. yaitu ada hubungan yang sangat
siswa (64%) mempunyai tingkat konformitas
signifikan
yang tinggi terhadap kelompok sosialnya. Hal
perilaku agresi pada kelompok suporter ultras
ini
di Kelurahan Bukit sangkal palembang.
7
hasil
Surabaya.
menunjukkan
dapat
penelitian
Hasil
tekanan
meningkatkan
dari kelompok
konformitas pada
antara konformitas
dengan
DAFTAR PUSTAKA
anggota kelompoknya yang sering terwujud dalam
bentuk
anggota
sebagai
kesolidaritasan
terhadap
kelompok.
perilaku agresi dan kepatuhan
Anantasari.
(2006).
Menyikapi
Perilaku
Agresif Anak. Yogyakarta: Kanisus
Anggota-anggota
Anggraraningtyas, Y., Lilik, S., & Nugroho,
suporter yang memiliki kesolidarisan dan
A.A. (2011). Hubungan Antara Koping
kepatuhan
Stres
yang
tinggi akan
membantu
Dan
teman-teman dari kelompok yang sedang
Remaja
berkelahi
Konformitas
dan
saat ada perintah untuk
Perilaku
Yang
Agresi
Pada
Dimodernisasi
Oleh
Teman
Sebaya
Pada
menyerang suporter lain maka akan langsung
Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 4
melakukannya. Sikap
Boyolali. Artikel Penelitian psikologi.
anggota juga 130
menjadi
kekompakan pemicu
antara
terjadinya Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 122-133
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi
2.
Yogjakarta:
Pustaka
Pelajar.(2012).Tes Prestasi Fungsi Dan Pengembangan Pengukuran
Prestasi
Belajar.Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Kesepuluh
Jilid
2.
Jakarta:
Erlangga.
Fauziah,
S.
(2012).
Pengaruh
Kepribadian
Big-Five
Trait Dan
Agresivitas
Anak
Jabodetabek
Punk
(Skripsi,
Di tidak
diterbitkan). Fakultas Psikologi Uin
Bushman, B. J. & Anderson, C. A. (2001). Is It Time to Pull The Plug on the Hostile Versus
Vol. 1. No. 02.
Konformitas Teman Sebaya Terhadap
Baron, RA., Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Edisi
Psikologi Universitas Negeri Surabaya.
Instrumental
Aggression
Syarif Hidayatullah, Jakarta. Febriani, A.S. (2012). Hubungan Antara Konformitas
Dengan
Perilaku
Dicthonomy. Journal of Psichology.
Konsumtif Pada Remaja Putri Kelas
A.P.A: Vol. 108. No. 273.
XI di SMA Bina Warga 2 Palembang
Buss. A. H. & Perry, M. (1992). The Aggression Questionnaire. Journal of Personality
and
Social Psychology.
Vol 63. No. 3, 452-459. American
Cialdini, R B & Goldstein, Noah J. 2004. Compliance and
Conformity.Annual
Psikologi Universitas
Bina
Darma
Palembang. Gunawan (2013). Statistik Untuk
Penelitian
Pendidikan.
Yogjakarta: Parama Publishing.
Psychological association
Social Influence :
( skripsi, tidak diterbitkan). Fakultas
review
of
Guswani. A. M. & Kawuryan. F. (2011). Perilaku
Agresi
Ditinjau
Dari
Pada
Mahasiswa
Kematangan
Emosi.
Jurnal Psikologi. Vol. 1. No. 02.
psychology 55 proQuest p 591. Dayaksini, T., Hudaniah. (2003). Psikologi
Harsanti,
I.
(
2009).
Organisasional
Sosial. Malang : UMM Press.
Sebagai
Kecenderungan Eagly, A. H. & Steffen, V. J. (1986).
Faktor-faktor
Agresi
Pencetus di
Tempat
Perilaku
Agresif.
Kerja. Vol. 36. No. 2.
Gender and Aggressive Behavior :A MetaAnalitic Review of the Social Psychological
literature.
Journal
of
Psychology. Vol. 100. No. 3. Fardhani.
P.R.
&
Izzati.
U.A.
(2013).
Konsumtif
Pada
B.
(2005)
.
Yogyakarta : Pustaka Belajar. Kulsum,
Hubungan Antara Konformitas Dan Perilaku
Krahe,
U.
&
Jauhar,
Pengantar Psikologi
M.
(2014).
Sosial.
Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Remaja
Kurnia, R., Hardjajani, T., & Nugroho, A.
(Studi Pada Siswa Kelas Xi Sma
N. (2009). Hubungan Antara Konsep
Trimurti Surabaya). Jurnal penelitian
Diri Dan Kecerdasan Emosi Dengan 131
Agresivitas Pada Siswa Kelas XI MAN
Universitas
Klateng. Jurnal Penelitian Psikologi.
Semarang.
Kusumo, N. (2007). Agresivitas Remaja Ditinjau
dari
Perilaku
Megawati,
N.
(2014).
komunitas
diterbitkan).
Jurnal
Psikologi
Soegijapranata,
Hubungan
antara
konformitas dengan perilaku agresi pada
MinumMinuman keras (Skripsi, tidak Fakultas
Katolik
punk
di
kota Malang.
psikologi.
Universitas
Brawijaya. Myers, D. G., (2005). Social Psychology. New
Perilaku Agresi Remaja (Skripsi, tidak
York : McGraw Hill, Higher Education.
diterbitkan). Fakultas Ekologi Manusia
Nando.(2011). Hubungan Antara Perilaku
Institut Pertanian Bogor, Jawa barat.
Menonton Film Kekerasan Dengan Nisfiannoor,
M.
Yulianti,
E. (2005).
Sears, D. O., Freedman, J.L., Peplau, L.
Perbandingan Perilaku Agresif Antara
A. (2005). Psikologi Sosial. Edisi Ke-
Remaja Yang Berasal
5. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dari Keluarga
Yang Bercerai Dengan Keluarga Utuh. Jurnal
Psikologi.
Universitas
Tarumanegara, Jakarta.
(2012).
Validation
and
Application of the French Version of the
Aggressive
Questionnaire:
(2012).
Kuantitatif
Provocation
Gender
and
Kualitatif
Dan
R&D.
-----------.
(2013).
Pendidikan. Kualitatif
Penelitian
Pendekatan
Kuantitatif
Dan
R&D.
Bandung:
Alfabeta. Sujarwo, S. (2013). Diktat Kuliah Dan
Palembang: Putri, K.R.A. (2013). Hubungan Dan
Metode
Praktikum Aplikasi Komputer SPSS.
Psychology. Vol. 3. No. 12.
Sosial
Penelitian
Age
Differences in Aggression. Journal of
Identitas
Metode
Bandung: Alfabeta.
Pahlavan, F., Amirezzvani, A., O’Connor, D.B.
Sugiyono.
Antara
Fakultas
Psikologi
Universitas Bina Darma.
Konformitas
Dengan Perilaku Agresi Pada Suporter
Taylor, S.E., Peplau, L.A & Sears, D.O.
Sepakbola Persisam Putra Samarindah.
(2009). Psikologi Sosial Edisi XII.
eJurnal Psikologi. Vol. 1 . No. 3.
Jakarta:
Kencana
diakses
dari
:
http://nie2608.blogspot.com/2014 Sarwono. W. S. (2005). Psikologi Sosial: psikologi
kelompok
dan
terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
/02/konformitas.html
psikologi Utomo. H. & Warsito . H. (2012). Hubungan Antara
Frustasi
Dan
Konformitas
Dengan Perilaku Agresi Pada Suporter 132
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 Desember 2014: 122-133
Bonek
Persebaya.
Jurnal Penelitian
Psikologi . Vol. 1 . No. 2. Vintaro, F., Brendgen, M., & Barker, E. D. (2006).
Subtypes
Behavior:
A
Of
Agressive
Developmental
Perspective. International Journal Of Behavioral Development. University of Montreal, canada. Vol. 30. No. 01. Widyastuti,
Y. (2014).
Psikologi
sosial.
Yogyakarta : Graha Ilmu. Wilujeng, P. & Budiani. M. Konformitas
S.(2012). Pengaruh
Pada
Geng Remaja
Terhadap Perilaku Agresi di SMK PGRI 7 Surabaya. Jurnal penelitian psikologi. Universitas Negeri Surabaya.
133