HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN HIDUP REMAJA DENGAN BERSYUKUR PADA SISWA SMAIT ABU BAKAR BOARDING SCHOOL YOGYAKARTA
Nurul Hidayatul Rohma Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan hidup dengan bersyukur pada remaja. Sampel penelitian ini adalah siswa yang tinggal di asrama SMAIT Abu Bakar Boarding School Yogyakarta berjumlah 80 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, data berupa skor diambil menggunakan skala kepuasan hidup remaja(x) dan skala Bersyukur (y). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment dari Pearson.Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi r = 0,225 dengan nilai p = 0,163 (p>0,01) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kepuasan hidup pada remaja dengan bersyukur, sehingga hipotesis yang diajukan ditolak. artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan hidup remaja dengan Bersyukur. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan hidup dengan bersyukur
Kata Kunci : Kepuasan hidup dan Bersyukur.
ABSTRACT This research aim is to know about relation between life satisfaction with gratitude at adolescent. Sample of this research are students who life at dormitory of SMAIT Abu Bakar Boarding School Yogyakarta.Research method is used quantitative method research. Skor collecting data applies life satisfaction scale and gratitude scale. Data analysis technique applies a product moment technique from Pearson. The Result obtained correlation coefficient r = 0,225 with p= 0,163 (p< 0,01) so conclusion from this result is there no significant correlation between adolescent life satisfaction with gratitude, so that hypotesis that asked are not accepted, it’s mean there no significant correlation between adolescent life satisfaction with gratitude.The conclusion of this research is that there no significant relationship between adolescent life satisfaction with gratitude. Keyword : Life Satisfaction, Gratitude
PEDAHULUAN Ajaran-ajaran Islam merupakan salah satu ajaran yang dianggap penting dalam psikologi positif, karena ajarannya yang mengandung hikmah, dan moral. Bersyukur salah satu dari ajaran islam. Syukur meupakan salah satu bentuk dari ekspresi
Kebahagiaan dan berhubungan dengan Well-being. Syukur merupakan salah satu bentuk perilaku dari emosi positif, Syukur bertolak belakang dengan emosi negatif seperti marah, cemas,cemburu, dan bentuk emosi negatif lainnya (Emmons, 2004). Menurut Emmons (2007) bersyukur bisa membuat seseorang lebih baik, seseorang yang lebih bijaksana dan menciptakan keharmonisan antara dirinya dengan lingkungan dan komunitasnya. Sedangkan ketidakbersyukuran akan merusak keharmonisan yang sudah ada. Ketidakbersyukuran diumpakan seperti sebuah kejahatan. Menurut Emmons (2007) Orang yang tidak besyukur cenderung tidak menyukai kebaikan yang diterima dari orang lain dan berpikiran sempit dalam menyikapi kebaikan yang di terimanya. Orang yang tidak bersyukur akan menyikapi kebaikan dengan cemoohan, caci maki, dan kemarahan. Oleh karena itu bersyukur dapat dijadikan sebagai pondasi untuk membantu orang lain , karena adanya sense terhadap orang lain untuk berbuat baik. Schwarz ( Emmons & Shelton, 2010) menyebutkan bahwa tidak besyukur itu memunculkan kedengkian, banyak mengeluh, dan memunculkan banyak ketimpangan pada dirinya. Orang yang tidak besyukur hanya terfokus pada yang tidak dimilikinya, dan membandingkan dengan yang dimiliki oleh orang lain. Orang yang tidak bersyukur menjadikan dirinya terasing dari lingkungan sosialnya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan siswa SMA IT Abu Bakar, bersyukur merupakan akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, namun terkadang bersyukur tidak dapat dilakukan dengan sendirinya. Bersyukur terkadang dilakukan ketika dalam keadaan genting , terlalu banyak lupanya, bersyukur biasanya dilakukan setelah terkena mengalami kesulitan. Bersyukur biasanya dilakukan ketika siswa merasa puas dengan prestasinya, mendapatkan barang yang diinginkannya, mendapatkan kiriman dari orangtua. Siswa merasa kurang bersyukur ketika tidak belum terpenuhi kebutuhannya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di asrama SMAIT Abu Bakar, beberapa siswa sering melakukan protes, mengeluh, dan marah-marah. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan siswa SMA IT Abu Bakar, bersyukur merupakan akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, namun terkadang bersyukur tidak dapat dilakukan dengan sendirinya. Bersyukur terkadang dilakukan ketika dalam keadaan genting , terlalu banyak lupanya, bersyukur biasanya dilakukan setelah terkena mengalami kesulitan. Bersyukur biasanya dilakukan ketika siswa merasa puas dengan prestasinya, mendapatkan barang yang diinginkannya, mendapatkan kiriman dari orangtua. Siswa merasa kurang bersyukur ketika tidak belum terpenuhi kebutuhannya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di asrama SMAIT Abu Bakar, beberapa siswa sering melakukan protes, mengeluh, dan marah-marah. Mencapai Kepuasan hidup ( life satisfaction ) merupakan harapan dari setiap manusia, tak terkecuali pada remaja. Kepuasan hidup erat kaitannya dengan kebahagiaan atau secara ilmiah disebut subjective well-being. Kepuasan merupakan salah satu dari dimensi dari subjective well-being. Kepuasan hidup digambarkan sebagai bentuk penilaian individu secara menyeluruh dalam menilai puas atau tidaknya kehidupan yang dialaminya ( Hurlock, 2009). Kepuasan merupakan salah satu bentuk emosi positif dimana terdapat keselarasan antara keinginan yang terpenuhi dan kelegaan perasaan karena sesuai dengan yang diharapkan. Kepuasan bersifat subjektif sehingga penilaian terhadap kepuasan setiap individu berbeda-beda. Terdapat kepuasan yang global dimana standar penilaian yang diberikan rata-rata setiap individu sama, namun terdapat juga
yang bersifat khusus dimana membutuhkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kepuasan tersebut (Seligman,2005). Penelitian mengenai kepuasaan hidup pada remaja mulai di gagas baru-baru ini. Kepuasaan hidup pada remaja merupakan aset yang seharusnya diupayakan pada setiap remaja. Menurut Ma dan Huebner (2008) Remaja yang memiliki kepuasan hidupnya tinggi berdampak yang positif dalam tahap perkembangan selanjutnya, remaja juga lebih tahan terhadap dalam menghadapi Stressor yang dialaminya. kepuasan hidup pada remaja penting. Remaja yang merasa puas akan hidupnya akan bersyukur sebagai ungkapan kepuasannya. Remaja yang merasa tidak puas akan menuntut pada dirinya, keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan teman sebayanya agar terpenuhi kepuasannya. Remaja perlu untuk dapat menilai kepuasan hidupnya, karena sebelum mencapai kepuasasan, remaja akan memiliki cita-cita dan harapan untuk dicapai pada masanya. Ketidak tercapaian harapan, dan cita-cita pada remaja akan memunculkan ketidak puasan dan dapat memicu hal negatif pada diri remaja. Kepuasan hidup remaja merupakan hal yang penting , sehingga perlu untuk diteliti agar berdampak pada remaja. Bersyukur merupakan hal terpenting, bersyukur muncul sebagai aksi dari rasa kepuasan. ketidakbersyukuran akan memunculkan emosi negatif, seperti mengeluh, marah, dan kedengkian. Masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan antara kepuasan hidup remaja dengan bersyukur?”. Kajian Pustaka Syukur secara bahasa arab berasal dari kata Syakara dalam bahasa arab yang berarti pujian atas kebaikan, penuhnya sesuatu, dan menampakkkan pada permukaan, dalam hal ini maksud dari menampakkan adalah dalam bentuk memberikan sebagian nikmat yang telah telah diterima kepada orang lain yang membutuhkan (Syam,2010). Menurut istilah syara’ bersyukur merupakan pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah yang disertai dengan ketundukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah. Imam Al-Qusyairi mengatakan bahwa hakikat bersyukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang telah diberikan Allah dan dibuktikan dengan ketundukan kepada Allah(Sucipto & Firdaus, 2011). Menurut Imam Ghazali bersyukur terdiri atas tiga perkara. Pertama, memiliki pengetahuan tentang nikmat, bahwa seluruh nikmat, kebaikan berasal dari Allah dan Allah-lah yang memberikan pengetahuan tersebut kepada orang yang dikehendakinya. Kedua, memiliki sikap jiwa yang tetap dan tidak berubah, sehingga hasil dari pengetahuan yang dimiliki tersebut mendorong untuk selalu senang, mencintai yang memberi nikmat tersebut dengan bentuk kepatuhan kepadaNya. Ketiga, menghindari perbuatan maksiat kepada Allah (Al-Bantanie, 2009). Menurut Puyser (Emmons, 2004) kata syukur dalam penelitian ilmiah sering disebut dengan kata Gratitude dan Thankfull. Kata gratitude berasal dari bahasa latin, yaitu ”gratia”, yang berarti keanggunan atau keberterimakasihan. Arti dari bahasa latin ini berarti melakukan sesuatu dengan kebaikan, kedermawanan, kemurahan hati, dan keindahan memberi dan menerima. Bersyukur berasal dari persepsi bahwa seseorang telah diuntungkan oleh tindakan orang lain. Bersyukur muncul karena adanya penghargaan saat seseorang menerima karunia dan sebuah apresiasi terhadap nilai dari karunia tersebut (Emmons, 2004). Peterson dan Seligman (2004) mendefinisikan bersyukur sebagai rasa berterimakasih dan bahagia sebagai respon penerimaan karunia, baik karunia tersebut dirasakan oleh orang lain atau keadaan nyaman,aman, dan terjadi secara alamiah.
Secara singkat, orang yang bersyukur adalah seseorang yang menerima sebuah karunia dan sebuah penghargaan dan mengenali nilai dari karunia tersebut. Bersyukur bisa diasumsikan sebagai kekuatan dan keutamaan yang mengarahkan kehidupan yang lebih baik (Peterson, 2004). Menurut Emmons & Mc.Colough (2004) syukur atau berterimakasih adalah pengalaman seseorang ketika menerima sesuatu yang berharga, Ini merupakan bentuk ungkapan perasaan ketika seseorang berbuat baik atau memberi pertolongan kepada orang lain. Syukur didefinisikan sebagai bentuk terimakasih dan respon kesenangan ketika menerima hadiah atau pemberian yang berharga dan nyata serta mampu memunculkan perasaan bahagia. Syukur meupakan salah satu bentuk dari ekspresi Kebahagiaan dan berhubungan dengan well-being. Syukur merupakan salah satu bentuk perilaku dari emosi positif, Syukur bertolak belakang dengan emosi negatif seperti marah, cemas,cemburu, dan bentuk emosi negatif lainnya (Emmons, 2004). Peterson & Seligman (2004) membedakan bersyukur menjadi dua jenis, yaitu personal dan transpersonal. Bersyukur personal adalah rasa berterimakasih yang ditujukan kepada orang lain secara khusus yang telah memberikan kebaikan atau sebagai adanya diri mereka. Sementara bersyukur transpersonal adalah ungkapan terima kasih terhadap Tuhan, kepada kekuatan yang lebih tinggi, atau kepada dunianya. Sehingga dapat disimpulkan pengertian syukur adalah pengakuan atas nikmat yang diterima manusia dari Allah berupa emosi positif yang mengekspresikan kebahagiaan dan berterimakasih karena adanya penghargaan, pemberian, kebaikan yang diterimanya dan mendorong seseorang untuk lebih mencintai Tuhannya sehingga menjadikan seseorang bersikap baik dan menggunakan nikmat yang diberikan sesuai dengan kehendakNya, Fitzgerald (Emmons,R.A &Mccullough, M.E, 2004) mengidentifikasi tiga komponen dari bersyukur, yaitu : a. A Warm Sense Of Appreciation Penilaian dan penghargaan terhadap orang lain dan yang hangat untuk seseorang atau sesuatu, meliputi perasaan cinta, dan kasih sayang. b. A Sense Of Goodwill Kehendak yang baik (Goodwill) yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu, meliputi keinginan untuk membantu orang lain yang kesusahan, keinginan untuk berbagi, dll. c. A Disposition To Act Kecenderungan untuk bertindak positif untuk memberikan penghargaan dan berkehendak baik kepada orang lain, lingkungan dan tuhan, meliputi intensi menolong orang lain, membalas kebaikan orang lain, beribadah, dll. Menurut Smith (Snyder dan Lopez, 2002 ) mengindikasikan komponen dari bersyukur menjadi tiga, yaitu : a. A motivationally relevant outcome Adanya dorongan untuk melakukan tindakan yang sesuai atau timbal balik atas perilaku atau pemberian yang diterima individu tersebut. b. A motivationally congruent or desirable for the person Adanya dorongan untuk melakukan/ membalas tindakan yang sama kepada orang lain yang telah memberikan penghargaan kepada individu tersebut sesuai dengan yang diinginkan atau disukainya, dengan kata lain diartikan dengan adanya dorongan untuk menyenangkan seseorang yang telah memberikan penghargaan atau kebaikan. c. Credited to the efforts of another.
Adanya rasa menghargai orang lain atas usaha yang telah di lakukan. Ibnu Qudamah (Al-bantanie, 2010; Syam, 2009) menyebutkan bahwa syukur dilakukan dengan tiga unsur : 1) Bersyukur dengan hati Tercermin dengan timbulnya rasa puas, rasa gembira, dan pengakuan terhadap nikmat yang diterimanya itu datangnya dari Allah. 2) Bersyukur dengan lisan Syukur melalui ucapan tercermin dalam ucapan pujian terhadap Allah SWT, misalnya dengan mengucapkan “ Alhamdulillah 3) Bersyukur dengan Perbuatan Syukur kepada Allah dengan perbuatan dengan menaati segala perintah dan menjauhi larangannya, menggunakan nikmat yang diterimanya untuk berbuat kebaikan dan juga melakukan sujud syukur. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tabrani dan Ahmad yang artinya : “ orang yang paling bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling berterimakasih kepada manusia (HR. Thabrani dan Ahmad) Dalam hadist tersebut menyebutkan bahwa orang yang memiliki kesadaran untuk bersyukur kepada Tuhannya secara otomatis akan berbuat baik kepada orang lain, seperti berterimakasih, dan menghargai orang lain. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek –aspek dari bersyukur yang akan digunakan sebagai alat ukur bersyukur meliputi : besyukur dengan hati, bersyukur dengan lisan, dan bersyukur dengan perbutan. Pemilihan aspek tersebut karena penelitian menggunakan konsep syukur berdasarkan islam. Menurut Froh,Yurkewicz, C & Kashdan (2009), faktor- faktor yang mempengaruhi syukur pada masa remaja adalah : a. Positive Affect Afek yang positif adalah berupa perasaan positif yang dirasakan individu. Perasaan yang positif mampu menimbulkan rasa bersyukur b. Persepsi teman Sebaya Persepsi teman sebaya memberikan pengaruh pada remaja dalam bersyukur. c. Familial Social Support Peran keluarga dalam memberikan dukungan pada remaja dalam menghadapi permasalahan menjadikan remaja lebih merasa bersyukur karena adanya bentuk perhatian yang diberikan dan juga dukungan yang diterimanya. d. Optimis Remaja yang memiliki perasaan optimis, cenderung memiliki kepribadian yang baik sehingga mampu menilai segala sesuatu secara positif. Sedangkan menurut Mc.Cullough, dkk (2002) faktor yang mempengaruhi bersyukur adalah : a. Emotionality/ Well-being Satu kecenderungan atau tingkatan dimana seseorang bereaksi secara emosional dan merasa menilai kepuasan hidupnya. b. Prosociality Kecenderungan seseorang untuk diterima oleh lingkungan sosialnya. c. Spiriuality/ Religiousness Berkaitan dengan keagamaan, keimanan, yang menyangkut nilai-nilai transedental Bersyukur pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor. Berdasarkan
penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi bersyukur pada remaja yaitu : afeksi yang positif, adanya dukungan dari keluarga, persepsi teman sebaya, optimis, emotionality/well-being, prosocial, dan religiousness. kepuasan hidup, dalam Hurlock (2009) adalah keadaan sejahtera atau kepuasan hati yang merupakan kondisi yang menyenangkan dan timbul bila kebutuhan dan harapan tertentu terpenuhi. Kepuasan hidup dapat juga diartikan sebagai bentuk emosi positif terhadap masa lalu. Menurut Seligman (2005), emosi positif dapat meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Emosi positif terhadap masa lalu meliputi kepuasan, optimisme, harapan, keyakinan, dan kepercayaan. Emosi positif pada masa sekarang meliputi semangat yang meluap-luap, rasa senang dan Flow. Sedangkan emosi positif pada masa lalu meliputi kepuasan, rasa bersyukur, kelegaan, kebanggaan, kesuksesan dan kedamaian. Menurut Schultz (Basar,2006), kepuasan hidup merupakan gambaran yang menyeluruh tentang kehidupan secara umum, atau merupakan kepuasan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan seseorang. Menurut Alston dan Dudley (Hurlock,2009), kepuasan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalaman yang disertai oleh tingkat kegembiraan. Sedangkan menurut Diener (Diponegoro, 2010) konsep kepuasan hidup sejajar dengan konsep well-being. Diener (Diponegoro, 2010) mendefinisikan kepuasan hidup merupakan hasil dari perbandingan segala peristiwa yang dialami dengan harapan dan keinginan, definisi lainnya menyebutkan bahwa kepuasan hidup adalah penilaian kognitif terhadap hidupnya. Menurut Sheldon Dan Houser – Marko (Diponegoro, A.M & Anam,C, 2006) kepuasan hidup akan tercapai kalau terdapat kesesuaian antara apa yang dicita-citakan dengan kenyataan. Hal ini dapat berupa prestasi, atau dimensi kehidupan yang lainnya, kepuasan hidup tercermin dari sikap optimisme diri yang dimiliki oleh individu. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan hidup merupakan kemampuan kognitif individu dalam menilai kebahagiaan dalam hidupnya, yaitu penilaian akan perasaan dan ketercapaian keinginan dan pengalaman yang dialami dalam kehidupan individu. Selain itu kepuasan hidup merupakan gambaran perbandingan antara peristiwa dan harapan dalam kehidupan individu. Kepuasan hidup merupakan ukuran dari kebahagiaan, terdapat lima komponen dalam mengukur kepuasan hidup pada remaja (Huebner,2001) yaitu: a. Kepuasan terhadap Keluarga Hubungan Remaja dengan keluarga pada masa remaja awal cenderung memiliki jarak pemisah, karena terdapat perbedaan pandangan orang tua kepada remaja bahwa mereka masih kanak-kanak, sedang remaja merasa dirinya bukan lagi anak-anak, sehingga sering kali perbedaan ini menjadi jurang pemisah hubungan harmonis dalam keluarga (Hurlock, 2009). Namun dalam mencapai Kebahagiaan dan kepuasan hidup, remaja membutuhkan kasih sayang dari orang lain, termasuk didalamnya keluarga. Pada masa puber mendambakan kasih sayang, seperti halnya remaja lainnya, dan sering kali remaja menginginkan kasih sayang yang lebih banyak karena ia merasa tidak bahagia dan tidak puas dengan dirinya sendiri dan dengan kehidupannya. Keluarga menjadi tolak ukur remaja dalam menilai kepuasan hidup. Pola asuh keluarga, serta peran ayah dan ibu dalam keluarga merupakan salah satu yang mempengaruhi kepuasan hidup, sehingga Hubungan dalam keluarga membentuk nilai-nilai pada remaja dalam menentukan kepuasan hidup yang di alami pada masa remaja. Remaja yang merasa puas dengan keadaan keluarga, baik secara pola asuh, peran ayah dan ibu, keharmonisan keluarga, dan sebagainya menjadi prediktor
kepuasan hidup remaja. b. Kepuasan terhadap Pertemanan Pada masa remaja, remaja cenderung lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah. Kecenderungan remaja dekat dengan teman sebaya sangat tinggi. Hubungan pertemanan merupakan faktor paling berpengaruh selama masa remaja. Dalam menentukan kepuasan hidup remaja dengan hubungan pertemanan adalah dengan melihat kualitas hubungan yang terjalin dengan sesama teman sebayanya (Hurlock, 2009) c. Kepuasan terhadap Pendidikan/sekolah Dalam masa remaja, sebagian besar waktu remaja dihabiskan di sekolah. sekolah merupakan wadah siswa menuntut ilmu sekaligus menyalurkan serta mengembangakan kemampuan, bakat, Skill yang dimiliki remaja. Adanya keinginan remaja untuk mengembangkan potensi dirinya di sekolah. Prestasi remaja di sekolah menjadi tolak ukur remaja telah mencapai harapan, cita-cita, keinginan yang ingin diraih remaja tersebut. Emmons dan Diener (Diener, Suh , & Oishi,1997) menyebutkan bahwa kepuasan pada prestasi akademik merupakan prediktor yang kuat dalam menentukan kepuasan hidup pada mahasiswa. Hurlock (2009) juga menyebutkan Prestasi juga merupakan unsur dalam mengukur kebahagiaan. d. Kepuasan terhadap Lingkungan tempat tinggal Selain hubungan dengan pertemanan, Remaja tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan tempat tinggal, nilai-nilai serta aturan yang berlaku di lingkungannya membentuk remaja dalam menentukan kepuasan yang dirasakan remaja, ketika remaja merasa aturan sesuai dengan keinginnannya maka remaja merasa puas, namun ketika aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tempat lingkungannya banyak menuntut remaja, ada kemungkinan remaja menjadi tidak puas dengan lingkungan tempat tinggalnya. kepuasan remaja terhadap lingkungan tempat tinggalnya menjadi prediktor dalam menentukan kepuasan hidup remaja. e. Kepuasan terhadap Diri sendiri Dalam tugas perkembangan remaja adalah pencarian identitas diri. Kepuasan terhadap diri sendiri merupakan salah satu hal yang penting dalam menentukan kepuasan hidup pada remaja. Remaja yang merasa tidak puas dengan dirinya sendiri menjadikan kepuasan hidup remaja tersebut menjadi rendah, sebaliknya ketika remaja mampu menjadikan dirinya Pribadi yang diinginkan, Remaja cenderung memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa komponen dari kepuasan hidup adalah: kepuasan terhadap keluarga, pertemanan, pendidikan, kondisi lingkungan hidup, dan diri sendiri. Kepuasan hidup pada remaja merupakan salah bentuk subjektive well-being. Mencapai subjektive well-being berarti mencapai kepuasan hidup. kepuasan hidup pada remaja mencakup kemampuan remaja dalam menilai puas atau tidaknya hidup. Kepuasan hidup pada remaja dapat bersifat universal yang secara umum dirasakan oleh semua remaja, namun juga dapat bersifat individual atau khusus, dimana kepuasan hidup yang didapatkan berdasarkan pengalaman atau kejadian yang dialami semasa remaja (Huebner , 2009). Berdasarkan kondisi pada masa remaja, kepuasan hidup pada masa remaja dipengaruhi berbagai macam faktor. Baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Kepuasan hidup pada remaja mencakup kemampuan kognitif remaja dalam menilai puas atau tidaknya hidup yang dijalani oleh remaja. Bentuk kepuasan hidup berdasar pada kondisi realitas dan keinginan yang ada dalam hidup remaja. Realitas mencakup pada kenyataan-kenyatan berupa kejadian – kejadian yang dialami oleh
remaja. Sedang keinginan meliputi mimpi-mimpi, cita-cita dan harapan yang ingin dicapai oleh remaja pada tahap remaja. Bersyukur merupakan bentuk emosi positif yang mengekspresikan kebahagiaan dan berterimakasih karena adanya penghargaan, pemberian, kebaikan yang diterimanya. Individu yang bersyukur disebabkan karena adanya kesadaran diri menerima kebaikan, penghargaan, pemberian dari Tuhan, orang lain, dan lingkungan sekitarnya sehingga mendorong untuk membalas, memberi penghargaan, berterimakasih atas yang diterimanya, dan bentuk Bersyukur dapat berupa perkataan, perbuatan, dan perasaan. Ketika Remaja mampu berbersyukur, maka remaja tersebut mampu mengambil nilai positif yang diterimanya sehingga ia bersyukur. Sedang ketika remaja dikatakan puas akan hidupnya, yaitu ketika remaja tersebut mampu menilai akan keterpenuhannya keinginan yang ingin dicapainya. Remaja dengan kepuasan hidup akan merasakan kebahagiaan, karena kepuasan hidup merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kebahagiaan. Ketika remaja yang bersyukur dan remaja yang puas akan hidupnya dihubungkan, keduannya menjadi saling berkaitan dan mempengaruhi. Bersyukur pada remaja menunjukkan bahwa remaja mampu menilai hal positif yang diterimanya, sehingga ketika mampu menilai positif pada dirinya dan sesuai dengan yang ia ingin, dapat diartikan remaja tersebut telah mencapai kepuasan hidupnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kepuasan hidup pada remaja dengan bersyukur. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kepuasan hidup dengan bersyukur pada remaja. Artinya semakin tinggi tingkat kepuasan hidup remaja maka semakin sering bersyukur , sebaliknya semakin rendah tingkat kepuasan hidup remaja.maka semakin sedikit bersyukur yang dilakukan Metode penelitian Variabel penelitian a. Bersyukur(variabel tergantung/ terikat) adalah pengakuan atas nikmat yang diterima manusia dari Allah berupa emosi positif yang mengekspresikan kebahagiaan dan berterimakasih karena adanya penghargaan, pemberian, kebaikan yang diterimanya dan mendorong seseorang untuk lebih mencintai Tuhannya sehingga menjadikan seseorang bersikap baik dan menggunakan nikmat yang diberikan sesuai dengan kehendakNya, Aspek-aspek bersyukur adalah : bersyukur dengan hati, bersyukur dengan lisan, bersyukur dengan perbuatan. Tinggi rendahnya skor ditentukan dengan skala bersyukur. Skor yang tinggi pada skala bersyukur menunjukkan bahwa bersyukur yang tinggi dan skor yang rendah pada skala bersyukur menunjukkan bahwa tingkat bersyukur yang rendah. b. Kepuasan Hidup Remaja (variabel bebas), merupakan kemampuan individu secara kognitif dalam menilai kehidupannya, penilaian akan perasaan dan ketercapaian keinginan dan pengalaman yang dialami dalam kehidupan individu. Aspek-aspek kepuasan hidup remaja adalah : kepuasan remaja terhadap keluarga, kepuasan remaja terhadap pertemanan, kepuasan remaja terhadap pendidikan atau sekolah, kepuasan remaja terhadap kondisi lingkungan hidup, dan kepuasan remaja terhadap diri sendiri.Tinggi rendahnya skor ditentukan dengan skala kepuasan hidup pada remaja. Skor yang tinggi pada skala kepuasan hidup remaja menunjukkan bahwa tingkat kepuasan hidup remaja yang tinggi dan skor yang rendah pada skala kepuasan hidup remaja menunjukkan bahwa tingkat kepuasan hidup remaja yang rendah.
Sampel penelitian Sampel penelitian adalah remaja, siswa yang tinggal di Asrama SMAIT Abu Bakar Boarding School Yogyakarta sebanyak 80 orang Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik klaster (cluster random sampling), artinya melakukan randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap subjek secara individual (Azwar, 2009). Penelitian menetapkan mengambil sampel kelas X sebanyak 40 , dan kelas XI sebanyak 40. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Adapun skala yang digunakan adalah skala kepuasan hidup dan skala bersyukur. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, skala tersebut di atas akan diujicobakan lebih dahulu untuk mengetahui indeks daya diskriminasi aitem dan reliabilitasnya. Skala disusun berdasarkan validitas isi (content validity). Analisis reliabilitas pada skala bersyukur dan kepuasan hidup remaja dilakukan dengan mengunakan analisis Alpha Cronbach (α). Analisis tidak mengikutkan aitem-aitem yang gugur. Pada skala bersyukur diperoleh koefisien Alpha (α) sebesar 0,928, sedangkan pada skala kepuasan hidup remaja diperoleh koefisien Alpha (α) sebesar 0,892. Analisis data Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisis statistik. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi product moment. Teknik statistik ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi atau hubungan antara Bersyukur dengan kepuasan hidup remaja pada siswa SMAIT Abu Bakar Boarding School Yogyakarta. Analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan program Statistical package for Social Science (SPSS) 16.0 for Windows. Alasan pemakaian teknik analisis statistik tersebut adalah karena penelitian ini akan menguji hubungan antara satu variabel bebas dengan satu variabel tergantung yang jenis datanya interval (skor). Kuat lemahnya hubungan antara kedua variabel tergantung besar kecilnya angka koefisien korelasinya. Koefisien korelasi yang besarnya semakin mendekati angka 1,0 menunjukkan semakin kuatnya hubungan positif, sedangkan koefisien korelasi yang mendekati angka 0 menunjukkan semakin lemahnya hubungan positif antar kedua variabel yang dikorelasikan tersebut (Azwar, 2011). Hasil dan pembahasan Uji Hipotesis Analisis data untuk mengetahui korelasi antara variabel bersyukur dengan kepuasan hidup remaja menggunakan analisis korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa korelasi antara variabel bersyukur dengan kepuasan hidup remaja menunjukkan koefisien korelasi r = 0,225 dengan nilai p = 0,163 (p>0,01) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat korelasi positif antara kepuasan hidup remaja dengan bersyukur, sehingga hipotesis yang diajukan tidak diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan r2= 0,51 , hal ini menunjukkan bahwa variabel kepuasan hidup remaja memberi sumbangan sebesar 51% terhadap variabel bersyukur.
Data penelitian dapat didiskripsikan dengan kategorisasi pada masing-masing variabel. Penelitian menggunakan kriterian kategorisasi untuk mengetahui gambaran subjek. Data yang telah diskor kemudian dianalisis untuk mendapatkan deskripsi sebaran skor subjek pada masing-masing skala, deskripsi data dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 berikut : Tabel 1. Kategorisasi skor dalam skala perilaku besyukur Interval Frekuensi % X ≥ 72 32 80 48≤ X <72 8 20 X < 48 0 0 Jumlah 40 100
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Berdasarkan kategori diatas dapat disimpulkan skor skala perilaku besyukur, subjek penelitian memiliki perilaku besyukur dalam kategori tinggi (80 % dari 40 subjek). Tabel 2. Kategorisasi skor dalam skala kepuasan hidup remaja Interval Frekuensi % Kategori X ≥ 72 9 22,5 Tinggi 48≤ X <72 31 77,5 Sedang X < 48 0 0 Rendah Jumlah 40 100 kategori diatas dapat disimpulkan skor skala kepuasan hidup remaja subjek penelitian memiliki kepuasan hidup dalam kategori sedang (77,5 % dari 40 subjek). Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan statistika menggunakan teknik korelasi product moment dengan level signifikansi sebesar 0,01, diketahui bahwa besarnya koefisien (rxy) antara kedua variabel tersebut adalah 0,225 dengan peluang kesalahan (p) = 0,163 (p< 0,01), hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara skor kepuasan hidup remaja dengan skor bersyukur. Ini menunjukkan bahwa hipotesis peneliti tidak diterima, artinya tidak terdapat hubungan antara kepuasan hidup remaja dengan bersyukur. Berdasarkan hasil kategorisasi bersyukur menunjukkan bahwa 80% dari 40 subjek penelitian dari variabel bersyukur dalam kategori tinggi, 20% sisanya dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil kategorisasi kepuasan hidup menunjukkan bahwa 77,5 % dari 40 subjek penelitan dalam kategori sedang, dan 22,5 sisanya dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil kategorisasi skala bersyukur menunjukkan 80 % dari sampel penelitian berada pada tingkat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa SMAIT Abu Bakar bersyukur. Dalam hal ini tak lepas dari peran proses pendidikan, siswa SMAIT Abu Bakar dengan program berasrama tinggal di lingkungan yang dikondisikan dengan menerapkan nilai-nilai islami. Bersyukur juga merupakan salah satu akhlak terpuji yang ditanamkan pada siswa. Ada beberapa hal kemungkinan yang menyebabkan hipotesis ditolak. Menurut Widhiarso (2012) karena adanya aitem dalam alat ukur yang bersifat normatif atau
sosial desirabel sehingga menjadikan jawaban sampel penelitian menyetujui pernyataan dalam aitem. Menurut Azwar (2011) Isi aitem tidak boleh mengandung sosial desirability, yaitu aitem yang isinya sesuai dengan keinginan sosial umumnya, atau dianggap baik oleh norma sosial. Aitem yang bermuatan sosial desirability cenderung untuk disetujui oleh semua orang. Variabel tergantung yang diangkat dalam penelitian ini adalah bersyukur, bersyukur dalam konsep islam bersifat normatif, beberapa aitem dalam skala bersyukur yang bermuatan tentang pujian kepada Allah, mengingat Allah termasuk aitem yang mengandung sosial desirabelity. sehingga menjadikan sampel penelitian menyetujui pernyataan pada aitem skala bersyukur yang bersifat normatif. Selain aitem yang bersifat normatif, penyebab hasil uji hipotesis tidak signifikan dimungkinkan karena operasionalisasi konsep yang kurang tepat. Menurut Azwar (2011) kejelasan konsep mengenai atribut yang hendak diukur memungkinkan perumusan indikator-indikator perilaku yang menunjukkan adanya atribut yang saling berhubungan dan terukur. Kurang mengoperasionalisasikan konsep teoritik dapat melahirkan aitem yang kurang valid. Hasil uji yang tidak signifikan bukan berarti menunjukkan bahwa terdapat kesalahan, hal ini dapat juga disebabkan berbedanya hasil penelitian dengan hasil wawancara dan observasi sebelum melakukan observasi. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi siswa menunjukkan tanda-tanda ketidakbersyukuran, sedangkan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa bersyukur. Selain itu juga dapat juga dikarenakan keadaan siswa ketika dilakukan wawancara dan observasi berbeda dengan keadaan ketika skala diberikan. Perbedaan kondisi itu dapat juga membuat respon jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan bukan berdasarkan pada keadaan yang sebenarnya, dalam hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (2011) yang menyatakan bahwa responden memberikan respons yang sesungguhnya dan sesuai dengan keadaan dirinya sendiri sehingga data informasi psikologis yang diperoleh merupakan data yang reliabel. Tidak signifikannya hasil uji hipotesis dapat juga disebabkan pengaruh faktorfaktor dari bersyukur yaitu Positive Affect, perasaan positif yang dirasakan remaja menjadikan remaja merasakan nilai-nilai positif disekitarnya, seperti perasaan gembira, senang, dan rasa bersyukur. Menurut Seligman (2005) orang-orang dengan afek positif tinggi lebih merasa nyaman menikmati waktunya. Hal-hal baik memberikan kegembiraan dan keceriaan. Seseorang yang memiliki afek positif tinggi menurut Tellegen (Diponegoro, 2010) ditandai dengan energi yang tinggi, rasa kenyamanan, dan penuh konsentrasi. Sedangkan seseorang dengan afek positif yang rendah ditandai dengan kesedihan, tidak bersemangat. Sedangkan menurut Mc.Cullough, dkk (2002) salah satu faktor yang mempengaruhi bersyukur adalah religiousness. Religiusitas remaja berkaitan pemahaman remaja dengan nilai-nilai keagamaan yang di yakininya. Pemahaman remaja terhadap nilai-nilai agama mempengaruhi remaja dalam bersyukur. Semakin remaja memahami nilai- nilai yang terkandung dalam bersyukur, maka semakin bersyukur. Menurut Rahmat (Puspitasari, Dkk, 2005) sebagian remaja memperoleh ketenangan dalam menjalani agamanya. Selain itu, agama memberikan kerangka moral sehingga remaja dapat membandingkan tingkah lakunya.
Menurut penelitian Puspitasari (2005) yang berjudul hubungan antara komitmen beragama dan subjective well-being menunjukkan bahwa, semakin tinggi intensitas remaja bertingkah laku sesuai dengan ajaran agamanya maka semakin semakin baik pula evaluasi remaja terhadap hidupnya, hal ini menunjukkan bahwa, pemahamanan serta melakukan nilai-nilai agama lebih memberi pengaruh terhadap kepuasaan hidup. Menurut Braden (Rakhmat, 2004) menyebutkan bahwa agama memberikan makna pada kehidupan. Bersyukur menjadikan seseorang merasa bahagia, optimistis dan merasakan kepuasan hidup (Froh, dkk. 2008), berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kepuasan hidup muncul karena bersyukur. bukan sebaliknya bahwa kepuasan hidup mempengaruhi bersyukur. Hal ini sejalan dengan penelitian Emmons & McCullough (2003) yang berjudul Counting Blessing Versus Burdens : An Experimental Investigation Of Gratitude and Subjective Well-Being in Daily Life yang hasilnya adalah bahwa mahasiswa yang bersyukur dengan mencatat kebaikan yang diterimanya menunjukkan peningkatan hubungan sosial, kesehatan yang meningkat, merasakan kepuasan hidup serta merasa bahagia. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai hubungan antara kepuasan hidup remaja dengan bersyukur pada siswa SMAIT abu bakar boarding school yogyakarta dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepuasan hidup remaja dengan bersyukur pada siswa SMAIT Abu Bakar Boarding School Yogyakarta. Berdasarkan hasil kategorisasi bersyukur menunjukkan bahwa 80% dari 40 subjek penelitian dari variabel bersyukur dalam kategori tinggi, 20% sisanya dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil kategorisasi kepuasan hidup menunjukkan bahwa 77,5 % dari 40 subjek penelitan dalam kategori sedang, dan 22,5 sisanya dalam kategori tinggi. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, peneliti mengajukan beberapa saran kepada pihak kepada peneliti lain di bidang psikologi positif dan perkembangan yang tertarik dengan tema serupa dengan penelitian ini, sebagai berikut : 1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mempertimbangkan dan mengkaji faktor lain yang mempengaruhi kepuasan hidup pada remaja. 2. Bagi peneliti yang tertarik dengan tema bersyukur atau berterimakasih disarankan untuk mengkaji dari perspektif yang berbeda. Terdapat perbedaan kosep dasar antara syukur berdasarkan teori barat dengan konsep syukur berdasarkan pandangan agama khususnya islami. 3. Bagi peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan penulisan aitem-aitem dalam penyusunan alat ukur psikologi. selain itu penelitian selanjutnya agar lebih memperhatikan kaidah-kaidah penulisan aitem sehingga menghasilkan alat ukur yang lebih valid dan reliabel. 4. Bagi instansi pendidikan agar lebih memperhatikan peserta didik untuk terpenuhi well-beingnya, pendidik di harapkan lebih bersyukur setelah merasakan kepuasan hidup. 5. Bagi Instansi pendidikan islam diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai islami seperti bersyukur dalam proses belajar mengajar sehingga nilainilai agama terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari
Daftar Pustaka Albantanie, S. (2010). Dahsyatnya Syukur. Jakarta : QultumMedia Ali, M & Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja perkembangan peserta didik. Jakarta. Buana aksara. Aljauzy, I. (2005). Sabar & Syukur: Kiat Sukses Menghadapi Problematika Hidup. Semarang: Pustaka Nun Aznar, F & Estrada, M. (2005). Values And Their Influence On Life Satisfaction Of Adolescent Age 12 To 16: A Study Of Some Correlates. Psychology In Spain Volume 9 No. 1 Azwar, S.( 2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka pelajar Azwar, S . (2011). Reliabititas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, S. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Basar,I.I & Purwadi. (2006). Hubungan antara kecenderungan hidup sehat dengan kepuasan hidup pada lansia. Humanitas Indonesian Psychoogical Journal.Yogyakarta Fakultas Psikologi Universitas Ahmad dahlan Bono,G & Emmons, R.A & McCullough, M.E. (2004). Gratitude In Practiced And The Praticed Of Gratitude. In P.A. Linsey & S. Joseph. Positive Psychology In Practice. Hoboken NJ, US; John Wiley & Sun Inc. Chaplin, J.P. (2008). Kamus lengkap Psikologi. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada Diener, E, Diener M, & Diener C. (2009). Factor Predicting The Subjective WellBeing Of Nation. In Ed Diener. Culture and Wellbeing. Social indicators research series, Volume 38 Diener, E, Suh, E & Oishi. (1997). Recent Finding On Subjectie Well-Being Retrieved. Indian Journal of Clinical Psychology. Volume 24 Diponegoro,A.M. (2010). Psikologi Konseling Islami dan Psikologi Positif. Yogyakarta : UAD Press Diponegoro, A.M, (2006), Peran Stress management terhadap kesejahteraan subjektif. Humanitas Indonesian Psychological Journal. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Emmons, R.A . (2007). Thanks: How The New Science Of Gratitude Can Make You Happier. Boston: Houghton Miflin Company Emmons, R.A & McCullough, M.E. (2004). The Psychology Of Gratitude. New York : Oxford University Press
Emmons, RA. (2004). An Introduction, In Emmons, R.A & McCullough, M.E. The Psychology Of Gratitude. New York : Oxford University Press Emmons, R.A & Sheldon, C. (2010). Gratitude and The Science of Positive Psychology. Handbook of Positive Psychology. Snyder ,C & Lopes, S. Oxford: Oxford University Press Fahmi, N. (2009). Spiritual Excellent . Jakarta : Gema Insani Press Froh, J.J & Miller, D & Snyder, S. (2007). Gratitude in Childern and Adolescent: Development, Assessment, And School-Based Intervention. School Psychology Forum: Research In Practice. Volume 2 Froh, JJ & Sefick, W & Emmons, M. (2008). Counting blessing in early adolescent : An experimental study of Gratitude and Subjective Well-Being. Journal of School Psychology Volume 46 Ghazali, I. (1993). Ihya’ Ulumiddin Volume 4. Pakistan: Darul Ishaat Gilman, R, Huebner, E & Furlong, M. (2009). Handbook of Positive Psychology in Schools. New York : Taylor & Francis Routledge Gough, I & McGregor, J.A.( 2007). Wellbeing in Developing Countries From Theory to Research. Cambridge: Cambridge University Press Hawa, S. (2010). Mensucikan Jiwa : Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu. Jakarta: Robbani Press Huebner . E. S & Antamarian . (2008). Adolescent Life Satisfaction. Applied Psychology: An International Review, 57, 112–126 Huebner, E. S. (2001). Manual For the Multidimensional Students’ Life Satisfaction Scale. Unpublished manuscript available from author, University of South Carolina Hurlock, E.B. (2009). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Linley, A & Joseph S . (2004). Positive Psychology in Practice. New Jersey ; John Wiley & Sons, Inc Ma, C. Q & Huebner, E.S. (2008). Attacment Relationships And Adolescents’ Life Satisfaction : Some Relationships Matter More To Girls than Boys. Psychology In The School Volume 45(2) Mansur, Y. (2011). Dahsyatnya Bersyukur. Jakarta : Zikrul Hakim
Maradona, S. (2011). Tingkat Kebahagiaan Rakyat Indonesia di Level Medium.http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/11/07/lu9wj1html. 11 desember 2011 McCullough, M.E & Bono G. (2006). Positive Responses to Benefit and Harm: Bringing Forgiveness and Gratitude Into Cognitive Psychotherapy. Journal of Cognitive Psychotherapy: An International Quarterly Volume 20, Number 2 McCullough, M E,& Emmons R.A & Tsang, J.A. (2002). The Gateful Disposition : A Conceptual And Empirical Topography. Journal Of Personality And Social Psychology Volume 82, No 1. McCullough, M E,& Emmons, R.A & Kilpatrick, S.D & Larson, D . (2001). Is Gratitude a Moral Affect ?. Psychological Bulletin Volume 127, No 2. Naito,Ti & Wangwan, J & Tani, Mo. (2005). Gratitude in University Students in Japan and Thailand.Journal of Cross-Cultural Psychology 2005 36: 247 : http://jcc.sagepub.com/content/36/2/247, 14 april 2011 Najiyah, Y . (2009). Hubungan Antara Bersyukur Dengan Emosi Positif Pada Siswa Siswi SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Skripsi. Universitas Ahmad Dahlan Oishi, S.,Diener E, .(2010). International Differences In Well-Being Culture and Well-Being: Conceptual and Methodological Issues, New York,Oxford University Press Peterson & Seligman . (2004). Character Strenght And Virtues : A Handbook And Classifications. New York ; Oxford University Press Puspitasari, T & Nisfiannnor, M.( 2005). komitmen beragama dan subjective wellbeing. Jurnal Phronesis. Volume 7 Rakhmat, J.( 2004). Psikologi Agama : Sebuah Pengantar. Bandung : Mizan Ryff , Carol D. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on the Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, The American Psychological Association, Vol. 57, No. 6, 10691081 Rosevianda. (2011). Hubungan Antara Bersyukur Dengan Berempati Pada Siswa Siswi SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta. Skripsi. Universitas Ahmad Dahlan. Santrok, JW. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga Seligman, Martin. ( 2005). Authentic Happines. Bandung : Mizan Pustaka Sentanu, E. (2007). Quantum Ikhlas. Jakarta : Elex Media Komputindo Shahar, T.B. (2010). Even Happier A Gratitude Journal Of Daily Joy And Lasting Fullfillment. United States : Mc Graw Hill Companies
Snyder, C.R & Lopez, S J. (2002). Handbook of Positive Psychology. Oxford: Oxford University Press Sucipto, H & Firdaus, A.I, . (2011). Dahsyatnya Syukur & Sabar,. Jakarta : Best Media Supradewi, R. (2008). Efektivitas Pelatihan Dzikir Untuk Menurunkan Afek Negatif Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi Vol.1 No.2 Desember 2008 Syam,Y .( 2009). Sabar Dan Syukur Bikin Hidup Lebih Bahagia. Yogyakarta ; Mutiara media. Widhiarso, W. (2012). Hasil uji tidak Signifikan bisa jadi karena penulisan butir kurang tepat.http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2012/05/11/hasil-uji-tidaksignifikan-bisa-jadi-karena-penulisan-butir-yang-kurang-tepat/ . 10 Januari 2013