Vol. 1 No. 01 Desember 2015
HUBUNGAN ANTARA KEMELIMPAHAN LARVA POLYCENTROPODIDAE (TRICHOPTERA) DAN KARAKTERISTIK SEDIMEN DI WADUK SEMPOR, KEBUMEN, JAWA TENGAH Kisworo Rahayu1, Rr. Vicky Ariyanti2 Penata Pengelolaan Sumber Daya1, Teknik Pengairan Ahli Pertama2 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Email:
[email protected],
[email protected] Abstract The purpose of this research to know the abundance Polycentropodidae larva in Sempor Reservoir. Related to abundance Polycentropodidae larva with sediment characteristic and its factors. The sediment samples was taken by using a Petersen Dredge, 25 x 30 cm2 sampling area and the water sample on sediment’s surface was taken using Van Dorn Water Sampler in four different stations, that were station I (Pakuwuhan), station II (Pengantalan), station III (Kumambang), and station IV (Kedungwringin). To obtain Polycentropodidae larva’s sample, the sediment was filtered by using bentos mest net, size of 20, 40, and 60. The sample were identified and calculated. Analysis data by using Anava test dan DMRT test, to know the related of abundance with environment factor’s by using Correlation test. The result showed that the highest of abundance Polycentropodidae larva 53,3 ind/m2 in station IV (Kedungwringin), and the lowest 4 ind/m2 in station II (Pengantalan). Phisical dan chemistry characteristic of sediment influence the abundance Polycentropodidae larva. The environment factor’s that has a lot of influence in abundance Polycentropodidae larva are Ca, N, detritus and depth. Keywords: sempor reservoir, polycentropodidae larva, sediment characteristic Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kemelimpahan larva Polycentropodidae di Waduk Sempor, hubungan kemelimpahan larva Polycentropodidae dengan karakteristik sedimen dan faktor yang mempengaruhinya. Sampel sedimen diambil dengan menggunakan Petersen Dredge ukuran 25 x 30 cm2 dan sampel air permukaan diambil dengan menggunakan Van Dorn Water Sampler, di empat stasiun yang berbeda, yaitu stasiun I (Pakuwuhan), stasiun II (Pengantalan), stasiun III (Kumambang), dan stasiun IV (Kedungwringin). Untuk mendapatkan sampel larva Polycentropodidae, sedimen disaring menggunakan saringan bentos bertingkat ukuran 20,40 dan 60 mesh kemudian sampel diidentifikasi dan dihitung. Analisis data menggunakan Anava tes dan tes DMRT serta untuk mengetahui hubungan dengan faktor lingkungan menggunakan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemelimpahan larva Polycentropodidae tertinggi 53,3 ind / m2 di stasiun IV (Kedungwringin), dan terendah 4 ind / m2 di stasiun II (Pengantalan). Karakteristik fisik dan kimia sedimen berpengaruh terhadap kelimpahan larva Polycentropodidae. Parameter lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kemelimpahan larva Polycentropodidae adalah kadar Ca, N, detritus dan jeluk/kedalama. Kata kunci: waduk sempor, larva polycentropodidae, karakteristik sedimen
1 - 48
JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 1 No. 01 Desember 2015
I. PENDAHULUAN Waduk merupakan suatu kolam besar tempat mengumpulkan dan menyimpan air (stored water) dengan jalan membendung sungai. Saat ini pemakaian waduk tidak sekedar untuk pengairan dan pengendali air banjir semata, tetapi untuk berbagai keperluan seperti pembangkit tenaga listrik tenaga air, penggerak mesin-mesin kebutuhan perkotaan, mengairi kanal-kanal dan perikanan (Anonim, 1980). Waduk Sempor merupakan danau buatan yang berlokasi di Desa Sempor, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. Waduk ini mempunyai daerah tangkapan air hujan yang berada pada sisi selatan Pegunungan Serayu Selatan. Pada daerah tangkapan ini mengalir Sungai Pletuk, Sungai Bleduk dan Sungai Penusupan yang ditampung untuk mengisi air waduk. Secara astronomi, daerah tangkapan Waduk Sempor terletak pada 7 30’ 00’’ sampai 7 35’ 00’’ dan antara 109 25’57’’ sampai 109 33 27’’ BT. Daerah tangkapanWaduk Sempor terdiri dari 3 buah sub daerah tangkapan, yaitu: Sub daerah tangkapan Sungai Pletuk dengan luas 23,5 km2, Sub daerah tangkapan Sungai Bleduk dengan luas 15,4 km2, dan Sub daerah tangkapan Sungai Penusupan dengan luas 4,1 km2. Waduk Sempor yang beroperasi mulai awal tahun 1978, berada pada daerah tangkapan waduk (cathment area) seluas kurang lebih 43 km2 dengan kondisi fisik yang kompleks. Daerah ini memiliki kemiringan yang bervariasi dari 25 – 50o. Penggunaan lahan pada pada jenis tanah pod solik dan regosol sebagian besar berupa hutan dan non hutan. Luas daerah non hutan ini mencapai 42% daerah tangkapan waduk yang terdiri dari sawah, tegal dan perkampungan (Mardjohan, 1980). Kondisi ini bila terus dipertahankan akan sesuai dengan fungsi hutan, yaitu sebagai sabuk hijau (green belt), sebagai daerah tangkapan air hujan dan sebagai daya dukung perairan Waduk Sempor. Haryanto (1999), melaporkan bahwa telah terjadi penebangan kayu hutan (logging) di sekitar Waduk Sempor terutama yang berada pada daerah aliran Sungai Pengantalan sekitar 36 m2 setiap tahunnya. Penebangan merupakan masalah besar karena dapat menyebabkan erosi dan mengakibatkan terjadinya sedimentasi waduk. Peningkatan sedimen dan eutrofikasi akan mempercepat pendangkalan waduk dan mempengaruhi kondisi ekologi perairan waduk. Harsono dalam Anonim (2002) menyebutkan bahwa hingga akhir September 2012, sedimentasi pendangkalan Waduk Sempor mencapai 12 juta m3. Selain itu hal yang tidak mungkin dihindari adalah masuknya aliran sungai kedalam waduk membawa angkutan sedimen yang akan diendapkan sehingga menyebabkan pendangkalan waduk. Peningkatan material-material yang masuk ke dalam suatu perairan khususnya waduk akan membuat perubahan lingkungan waduk tersebut.
Kondisi sedimen di suatu perairan dapat menggambarkan proses erosi di daerah tangkapannya, selain itu dapat pula mencerminkan produktivitas danau atau waduk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kemelimpahan Larva Polycentropodidae di Waduk Sempor dan hubungan kemelimpahan Larva Polycentropodidae dengan karakteristik sedimennya. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kedudukan taksonomi dan ciri umum Polycentropodidae Klasifikasi Polycentropodidae (Caddisfly Larvae). Phylum : Arthopoda Kelas : Insekta Divisio : Endopterygota Ordo
: Trichoptera
Familia : Polycentropodidae (Stehr, 1987) Larva Polycentroterdistribusi di berbagai macam habitat akuatik mulai dari rawa-rawa, waduk dan sungai. Bentuk badannya kecil dan lembut (delicate) Larva Polycentropodidae termasuk dalam divisio Endopterygota (holometabola) maka ia bermetamorfosisi secara sempurna, yaitu dari telur yang diletakkan pada masa bergelatin, permukaan air atau tanah yang lembab. Telur kemudian akan menetas setelah 3-4 hari dan menjadi larva yang tinggal di dalam sedimen di dasar sungai atau danau. Keunggulan keberadaan larva Polycentropodidae pada komunitas danau yang kaya nutrien diperkiakan tidak hanya sebagai anggota komunitas, tetapi juga sebagai agen dari siklus nutrien. Larva yang ada di habitat akuatik kebanyakan merupakan detritivor dan pemakan tanaman akuatik (Stehr, 1987). Larva melakukan adapatasi untuk dapat hidup di dalam sedimen perairan dan untuk menghindari dari arus bawah perairan dengan cara membangun sebuah bangunan dari butiran pasir dan detritus (caddis) (Ward, 1992). Meskipun larva Polycentropodidae tidak dianggap memberikan manfaat ekonomi yang besar, akan tetapi mereka merupakan komponen penting organisme indikator biologi untuk mengetahui kualitas perairan (Mackay&Wiggins, 1978). Larva Polycentropodidae biasanya sebagai makanan untuk ikan dan vertebrata akuatik lainnya. Larva Polypodidae mempunyai variasi sensitifitas terhadap berbagai macam pencemaran dam kemampuan hidup pada temperatur yang tinggi serta kadar okseigen yang rendah (Rosenberg&Resh, 1993). 2.2. Kemelimpahan Kemelimpahan suatu organisame merupakan baJURNAL INFRASTRUKTUR
1 - 49
Vol. 1 No. 01 Desember 2015
nyaknya individu dari suatu populasi yang ditemukan pada seluruh area tertentu. Kemelimpahan menggambarkan besarnya populasi pada suatu area. Kemelimpahan suatu populasi diperngaruhi oleh kompetitor atau pemangsa, kondisi fisik lingkungan dan tingkat sumber daya (Odum, 1971). 2.3. Sedimen dan sedimentasi Sedimen merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam ekosistem perairan. Hal ini disebabkan sedimen berfungsi sebagai habitat organisme. Sedimen adalah material-material yang terangkut dalam bentuk suspense atau mineral yang diendapkan (bed load) oleh air atau angin (Linsely, 1949). Sumber sedimen berasal dari suatu bahan yang didalamnya tidak hanya terdapat aktivitas mekanis saja akan tetapi juga terdapat aktivitas biologi berupa aktivitas biomassa vegetasi atau biomassa hewani (Goenadi, 2003). Salah satu akhir dari perjalanan materi yang terbawa oleh air adalah waduk sebagai tempat penampungan air.Di waduk ini, materi dapat mengalami pengendapan karena berbagai faktor yang mempengaruhi. Gaya gravitasi, berat materi, berkurangnya kecepatan dan turbulensi air sungai merupakan faktor-faktor yang menyebabkan pengendapan tersebut. Oleh karena pengendapan materi tersebut berlangsung di waduk, maka proses itu biasa dikenalsebagai sedimentasi waduk atau “reservoir sedimentation” (Gupta, 1979). Materi-materi yang diendapkan dapat berupa muatan dasar (bed load) dan muatan suspensi (suspensi load). Yang dimaksud muatan dasar adalah partikel-partikel sedimen yang bergerak dengan cara meluncur pada lapisan dasar sungai, sedangkan muatan suspense adalah partikel-partikel yang bergerak diatas muatan dasar dan bercampur dengan aliran (Hsien Wen Sien, 1971). Disamping muatan di atas terdapat muatan terlarut, yang merupakan komposisi kimia dari air, yang dihasilkan dari berbagai gas serta dapat pula dihasilkan dari bahan yang dilarutkan selama perjalanannya melalui batuan atau larutan yang berasal dari reaksi kimia serta hasil-hasil yang disebabkan oleh aktivitas manusia (John, 1971). Hal tersebut dapat menyebabkan sedimen menjadi tempat akumulasi nutrient dan bahan-bahan yang bersifat toksis dan menjadi penyebab dasar kerusakan lingkungan dalam ekosistem perairan tawar. 3. METODE PENELITIAN Pengambilan sampel sedimen menggunakan alat Petersen Dredge, pengambilan sampel air permukaan menggunakan Van Dorn Water Sampler. Alat yang lain adalah kantong plastik untuk tempat sedimen, jerigen air untuk tempat sampel air, saringan bentos bertingkat ukuran 20, 40 dan 60 mesh untuk menyaring sampel sedimen, termometer untuk mengukur temperatur, pH meter untuk mengukur derajat keasaman, DO kit untuk 1 - 50
JURNAL INFRASTRUKTUR
mengukur kandungan oksigen terlarut. meliputi 3 tahap penelitian yaitu:
Penelitian
A. Persiapan, berupa survei lapangan, persiapan alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian B. Pelaksanaan di lapangan 1.
Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada empat lokasi yaitu Stasiun I (Pakuwuhan), Stasiun II (Pengantalan), Stasiun III (Kumambang) dan Stasiun IV (Kedungwringin), masing-masing stasiun diambil sebanyak 20 kali ulangan secara random. Pengambilan sampel menggunakan alat petersen Dredge 25 x 30 cm2.
2. Pengukuran parameter fisik-kimia, meliputi : pengukuran suhu, transparansi cahaya, DO, CO2 bebas, alkalinitas, pH, kesadahan, C. Pengamatan laboratorium berupa pengukuran N tersedia, P tersedia, C-organik dan tekstur tanah serta identifikasi bentos. Analisis Data dari sampel bentos yang diperoleh dengan Petersen dredge 25 x 30 cm2 diekspresikan dalam satuan luas area meter persegi. Kemelimpahan bentos dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : N=
O A.S
x 10.000
dengan : N = Kemelimpahan A = Luas mulut dredge S = Jumlah pengambilan dengan dredge O = Jumlah individu yang terhitung (WELCH, 1952) Analisis korelasi untuk menguji hubungan perubahan antara variabel. Hasil penelitian yang dianalisis korelasinya meliputi korelasi antara larva Polycentropodidae dengan parameter lingkungan sedimen, tipe sedimen dan detritus. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan adanya kemelimpahan larva Polycentropodidae yang cenderung berbeda di empat stasiun pengamatan yaitu Stasiun I (Pakuwuhan), Stasiun II (Pengantalan), Stasiun III (Kumambang) dan Stasiun IV (Kedungwringin). Hasil kemelimpahan di daerah penelitian dijabarkan pada Tabel 1 berikut ini.
Vol. 1 No. 01 Desember 2015
Tabel 1. Kemelimpahan Larva Polycentropodidae di Waduk Sempor Stasiun
menjadi sampah organik. Penggenangan ini diduga dapat mengakibatkan pertambahan jumlah mineral di perairan yang disuplai dari mineral daratan yang sekarang tergenang, akibat penggenangan tersebut akan mempersubur perairan. Meningkatnya mineral dan material tersuspensi di perairan dapat berasal dari erosi lahan sekitarnya oleh air hujan dan masuk ke perairan danau atau waduk. Dalam perairan yang subur akan menjadikan kemantapan populasi organisme yang ada di dalamnya termasuk larva Polycentropodidae.
Kemelimpahan (ind/m2) Agustus
November
Februari
I
3.3
0
4
II
0
4
0
III
20
8
7.3
IV
33.3
6
14
Perbedaan kemelimpahan larva Polycentropodidae di empat stasiun selama bulan Agustus, November dan Februari diduga disebabkan kondisi habitat baik secara fisik maupun kimia antar stasiun satu dengan lainnya berbeda. Perbedaan kondisi habitat dapat mempengaruhi kemelimpahan larva Polycentropodidae. Larva Polypocentropodidae yang melimpah di Stasiun IV (Kedungwringin) disebabkan di Stasiun IV memiliki kondisi fisik dan kimia lingkungan yang cocok atau sesuai dengan kehidupan larva antara lain jeluk yang dangkal, kandungan oksigen yang mencukupi dan detritus yang melimpah. Kondisi lingkungan juga berkaitan dengan keadaan cuaca saat penelitian. Peningkatan curah hujan ini akan menyebabkan terjadinya kenaikan permukaan air yang akan mengakibatkan pertambahan volume waduk dan memperluas daerah genangan. Adanya penggenangan daerah di sekitar waduk yang sebagian besar merupakan pohon pinus, pohon jati dan semak akan segera mengalami pembusukan
A. Parameter lingkungan perairan Waduk Sempor Parameter lingkungan perairan berupa pengukuran faktor fisik, kimia perairan yaitu pengukuran suhu, transparansi, pH, alkalinitas, oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, kesadahan, berat kering detritus, kadar C-organik, N tersedia, P tersedia dan tekstur sedimen B. Karakteristik sedimen Waduk Sempor Karakteristik fisik sedimen Waduk Sempor umumnya disusun oleh fraksi lempung (0 < 63 um), kecuali pada tepian dengan kedalaman 0-5 m di Stasiun III disusun terutama oleh pasir (Tabel 2). Karakteristik kimia sedimen dicirikan dengan rendahnya bahan organik, umumnya di bawah 10 % ( > 100 mg.g-1 sedimen), proporsi karbon organik < 4 % dan rasio C:N relatif tinggi.
Tabel 2. Karakteristik Sedimen Waduk Sempor Bahan
Lokasi Strata (m)
Tekstur Sedimen
Stasiun I
0–5
lempung
5 – 10
lempung
10 – 15
geluh lempung db
15 – 20
lempung
20 – 25
lempung
Stasiun II
0–5
lempung db
5 – 10
lempung
10 – 15
geluh lempung db
15 – 20
lempung
20 – 25
lempung
Stasiun III
0-5
pasir
5 – 10
lempung
geluh lempung db
15 – 20
lempung
20 – 25
lempung
Stasiun IV
0–5
lempung db
5 – 10
lempung
10 – 15
geluh lempung db
10 – 15
Lempung Pasir Debu Organik (%) (%) (%) (%) 120,46 1,68 69,72 4,2 26,09
C-Organ- Rasio ik (%) C:N 1,225
1,09
76,52
1,81
0,82
0,81
48,27
78,35
53,71
7,3
38,95
2,03
1,58
28,85
30,98
9,31
61,83
18,98
50,04
JURNAL INFRASTRUKTUR
1 - 51
Vol. 1 No. 01 Desember 2015
Fraksi lempung dan debu, dominan pada sedimen Waduk Sempor, bahkan berdasarkan kajian lebih lanjut ternyata pada lokasi yang dalam terutama Stasiun I (Pakuwuhan), lempung yang merupakan fraksi halus menunjukkan proporsi yang cukup tinggi yaitu 69,72 %. Keadaan alami dan ukuran daerah tangkapan danau atau waduk merupakan penentu masukan material yang mengendap. Daerah sekitar Waduk Sempor sebagian besar merupakan hutan, yaitu 57,67% dari seluruh luas cathment area Waduk Sempor memberikan kontribusi berupa seresah dengan komponen erosi yang rendah dan menunjang tingginya proporsi lempung tersebut. C.
Hubungan larva Polycentropodidae karakteristik sedimen Waduk Sempor
dengan
Larva Polycentropodidae merupakan salah satu serangga akuatik dari ordo Trichoptera yang pada tahapan larvanya berada pada sedimen perairan. Oleh karena itu karakteristik sedimen merupakan faktor yang menentukan distribusi dan kemelimpahan serangga akuatik khususnya larva Polycentropodidae. Dari hasil analsisi terhadap sampel sedimen di perairan Waduk Sempor diketahui ada 3 tekstur sedimen di keempat stasiun yaitu lempung, lempung debuan dan geluh lempung debuan serta terdapat perbedaan komposisi sedimen antara lempung, pasir dan debu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sedimen di keempat stasiun memiliki kandungan pasir relatif lebih rendah dibanding lempung dan dijumpai kemelimpahan larva Polycentropodidae relatif berbeda pula. Adanya perbedaan komposisi sedimen di perairan Waduk Sempor diduga berpengaruh terhadap kemelimpahan larva Polycentropodidae. Hasil analisis korelasi antara tekstur sedimen dengan kemelimpahan larva Polycentropodidae menunjukkan bahwa kandungan pasir dalam sedimen berpengaruh negatif terhadap kemelimpahan larva. Substrat pasir dan kerikil paling sedikit kandungan makanannya. Sedangkan kandungan lempung dalam sedimen menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan terhadap kemelimpahan larva Polycentropodidae. Semakin tinggi kandungan lempung semakin tinggi pula kemelimpahan larva Polycentropodidae. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kemelimpahan larva Polycentropodidae tertinggi yaitu 53,3 ind/m2 di Stasiun IV (Kedungwringin) dan kemelimpahan terendah yaitu 4 ind/m2 di Stasiun II (Pengantalan). Karakteristik fisik dan kimiawi sedimen waduk berpengaruh terhadap kemelimpahan larva Polycentropodidae. Parameter lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kemelimpahan larva Polycentropodidae adalah kadar Ca, N, detritus dan jeluk.
1 - 52
JURNAL INFRASTRUKTUR
5.2. Saran Kualitas air di Waduk Sempor perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Hal ini mengacu pada melimpahnya larva Polycentropodidae terutama di daerah Stasiun IV (Kedungwringin). Daftar Pustaka Goenadi, S. (2003). Sedimen Transport, dalam makalah Seminar Nasional Optimalisasi Fungsi Danau Sebagai Mikrokosmos. Gupta, B.L. (1979). Water Resources Engineering and Hydrology. New Delhi: New Chand Jain. Haryono, E. (1999). Distribusi dan Kemelimpahan Larva Chironomus sp (Diptera Chironomidae) di Waduk Sempor. Skripsi. Universitas Gadjah Mada. Linsely, R.K., Kohler, M.A & Paulhus, IKH. (1949). Applied Hydrology. New York : McGraw-Hill.. Mackay, R.J & Wiggins, G.B. (1978). Ecological Diversity in the Trichoptera. Annual Review of Entimology. Diunduh dari http://www. Tolweb.org/ tree?group=Trichoptera&contgr oup=Endopterygota tanggal 2 Maret 2013. Mardjohan. (1980). Studi Volume Penimbunan Sedimen di Waduk Sempor Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Geografi. UGM. Yogyakarta. Rosenberg, D.M. & Resh V.H. (editors). (1993). Freshwater Biomonitoring and Benthic Macroinvertebrates. New York: Chapman and Hall. Stehr, F.W. (1987). Immature Insect. Volume 2. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.. Ward, J.V.(1992). Aquatic Insect Ecology. Biology and Habitat. New York: John Willey and Sons Inc.