PENGELOLAAN WADUK BAGI PENGEMBANGAN PERIKANAN BERKELANJUTAN BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS: WADUK SEMPOR KEBUMEN)
FUQUH RAHMAT SHALEH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengelolaan Waduk Bagi Pengembangan Perikanan Berkelanjutan Berbasis Masyarakat (Studi Kasus: Waduk Sempor Kebumen) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2015 Fuquh Rahmat Shaleh NIM C251130091
RINGKASAN FUQUH RAHMAT SHALEH. Pengelolaan Waduk Bagi Pengembangan Perikanan Berkelanjutan Berbasis Masyarakat (Studi Kasus: Waduk Sempor Kebumen). Dibimbing oleh KADARWAN SOEWARDI dan SIGID HARIYADI. Waduk Sempor merupakan salah satu waduk serbaguna yang berada di Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Pemanfaatan Waduk Sempor di bidang perikanan meliputi perikanan tangkap dan budidaya keramba jaring apung (KJA). Saat ini pengembangan perikanan di Waduk Sempor masih belum tepat terbukti terjadinya penurunan hasil tangkapan nelayan dan produksi budidaya ikan di KJA yang tidak maksimal. Pengelolaan di Waduk Sempor ini harus sesuai dengan pendekatan ekologi yang di dukung dari aspek ekonomi dan aspek sosial berupa kelembagaan. Oleh karena itu penulis memilih topik penelitian mengenai pengelolaan sumberdaya perairan waduk guna pengembangan perikanan berkelanjutan di Waduk Sempor. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun strategi pengelolaan sumberdaya perairan Waduk Sempor berbasis masyarakat untuk pengembangan perikanan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari-Maret 2014 di Waduk Sempor. Potensi perairan di Waduk Sempor dapat dilihat dari data kualitas air dan struktur komunitas ikan. Perhitungan daya dukung keramba jaring apung dilakukan dengan pendekatan beban P menurut Beveridge 1987, sedangkan daya dukung perikanan alami dengan pendekatan produktivitas primer. Aspek ekonomi dilakukan dengan analisis usaha perikanan dan aspek sosial dilihat dari kelembagaan di Waduk Sempor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air di Waduk Sempor berdasarkan baku mutu air PP No. 82 tahun (2001) masih sesuai untuk kegiatan perikanan. Komunitas ikan di Waduk Sempor adalah ikan lohan (40%), nila (37%), betutu (20%), tawes (1%), lobster air tawar (1%) dan bandeng (1%). Daya dukung perikanan alami berdasarkan produktivitas primer saat ini adalah 51,85 ton//tahun. Pengembangan keramba jaring apung di Waduk Sempor berdasarkan pendekatan ekologi dan aturan yang berlaku adalah sebanyak 113 unit. Daya dukung perikanan alami setelah dilakukan penambahan KJA menjadi 81,72 ton/tahun dikarenakan pemanfaatan sisa pakan yang terbuang. Jumlah benih ikan yang ditebar sebanyak 579 580 ekor/tahun dengan bobot benih 25 g. Jenis ikan yang dapat ditebar antara lain ikan Nila, Tawes dan Bandeng. Kegiatan usaha perikanan di Waduk Sempor berdasarkan analisis usaha bahwa budidaya keramba jaring apung dan nelayan tangkap menguntungkan tetapi pendapatan yang didapat masih di bawah dari UMR Kabupaten Kebumen 2014. Dengan adanya penerapan teknologi budidaya yang tepat serta adanya peneberan benih, pendapatan akan meningkat. Pembentukan Kelompok Bersama dalam kelembagaan di Waduk Sempor untuk mengelola perikanan tangkap, budidaya dan wisata dalam satu manajemen. Kata kunci: daya dukung, pengelolaan, perikanan alami, waduk
SUMMARY FUQUH RAHMAT SHALEH. Reservoir Management For Sustainable Development of Community-Based Fisheries (Case Study: Sempor Reservoir Kebumen). Supervised by KADARWAN SOEWARDI and SIGID HARIYADI. Sempor Reservoir is one of the multipurpose reservoirs located in the Kebumen district, Central Java, one of the utilization in the fisheries. The utilization of Sempor Reservoir for fisheries and aquaculture floating net cage (KJA). A decrease in the catch and aquaculture production of fish in cage because management has not been right. Management of Sempor Reservoir must be comply with the ecological approach in support of the economic and social aspects such as institutional. The aim of this study was to develop a management strategy of aquatic resources of Sempor Reservoir management for fisheries development based on community. The research was conducted from January to March 2014 in the Sempor Reservoir. The potential of Sempor Reservoir can be seen from the data of water quality and fish community structure. Carrying capacity of the floating net cage calculated followed Beveridge 1987 based on P loading and carrying capacity of the natural fisheries whereas with the approach of primary productivity. Economic aspects using fisheries profit analysis and the social aspects using stakeholder and institutional analysis in Sempor Reservoir. The results showed that the water quality in the Sempor reservoir based on water quality standard PP No 82 tahun 2001 was still appropriate for fishing activities. Fish communities in Reservoir Sempor consist of Lohan fish (40%), Tilapia (37%), Betutu (20%), Tawes (1%), fresh lobster (1%) and Bandeng (1%). Carrying capacity of natural fisheries based on primary productivity was 51.85 tons/year. Development of floating cages in the Sempor Reservoir based on ecology and applicable rules were 113 units. Carrying capacity of the natural fishery after the addition of KJA could be 81.72 tons/year due to the utilization of residual feed by fish. The juvenile capable number of stocked fish are 579 580 fishes/year with the juvenile weight of 25 g. Types of fish that can be stocked consist Tilapia, Tawes and Bandeng. Fisheries business activity in Sempor Reservoir based on profit analysis show that floating net cage aquaculture and fishing capture profitable but still below the income obtained from UMR Kebumen District 2014. Needed new group at Sempor Reservoir with one management for natural fisheries, aquaculture and tourism Keywords: carrying capacity, management, natural fisheries, reservoirs
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGELOLAAN WADUK BAGI PENGEMBANGAN PERIKANAN BERKELANJUTAN BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS: WADUK SEMPOR KEBUMEN)
FUQUH RAHMAT SHALEH
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji luar komisi pembimbing pada ujian tesis: Dr. Ir. Niken TM Pratiwi, MSi
PRAKATA Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah pengelolaan perairan waduk, dengan judul Pengelolaan Waduk Bagi Pengembangan Perikanan Berkelanjutan Berbasis Masyarakat (Studi Kasus: Waduk Sempor Kebumen). Pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tuaku yang tercinta Bapak (Sriyanto Agung Wiryono SH) dan Ibu (Enny Suyanti) atas kasih sayang dan suka cita pengorbanan yang diberikan. 2. Prof Dr Kadarwan Soewardi dan Dr Ir Sigid Hariyadi, Msc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan kepada Penulis dari tahap awal pelaksanaan penelitian sampai tahap akhir penulisan karya ilmiah ini. 3. Dr Ir Niken TM Pratiwi, Msi selaku dosen penguji dari program studi yang telah memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan tulisan ini. 4. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc selaku Ketua Program Studi SDP untuk tahun studi 2014-2017 yang telah membantu tahapan penyelesaian studi dan penelitian. 5. Seluruh keluarga, terutama Mbak Leny Suci Respitowati dan Adekku Hendrianto Noor Ikhwan, Mbah Puteri Banjar, Mas Adi, keponakanku tercinta (Adli dan Alesya), Om Thomas, dan Siti Rachela Nurbhaita atas doa dan dukungan yang tidak pernah putus sehingga tulisan ini berhasil diselesaikan. 6. Seluruh kolega Unconditionally buddies (Panji, Bambang, Wahyu, Dede, Alim, Ka Apri, Dita, Ntaa, Mbak Pepen, Ka Cha-cha, Zulmi), Bang Brow (M Suhaemi Syawal) dan Mas Ammar, MSP UNDIP ( Sebrina, Mas Tain,Vian, Mas Andreas, Ita), Kru Kapal Waduk Sempor atas kerjasamanya dalam pengambilan sampel penelitian. 7. Seluruh rekan SDP 2011, SDP 2012, Bimiers, rekan pondok D’Qaka serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan yang telah diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2015 Fuquh Rahmat Shaleh
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1 PENDAHULUAN
1
Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian 2 METODE Waktu dan lokasi Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Pelaksanaan Penelitian Analisis Data 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan 4 SIMPULAN DAN SARAN
2 3 4 4 5 5 6 10 10 22 24
Simpulan Saran
24 25
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
28
RIWAYAT HIDUP
31
DAFTAR TABEL 1. Titik lokasi penelitian 2. Parameter air yang diamati 3. Konversi ∑PP dengan areal ikan yang dapat dipanen pada perairan dengan produktivitas primer yang berbeda (Beveridge 1987) 4. Karakteristik fisika, kimia dan biologi perairan Waduk Sempor bulan Januari-Maret 2014 5. Bobot ikan yang tertangkap di Waduk Sempor 6. Perhitungan daya dukung saat ini 7. Daya dukung keramba jaring apung 8. Perhitungan penambahan daya dukung perairan alami setelah ada KJA 9. Biaya pengeluaran per unit KJA di Waduk Sempor 10. Analisis usaha KJA di Waduk Sempor 11. Biaya pengeluaran nelayan tangkap Waduk Sempor 12. Analisis usaha nelayan tangkap Waduk Sempor 13. Asumsi analisis biaya setelah penerapan teknologi budidaya yang tepat 14. Asumsi analisis usaha nelayan tangkap setelah penebaran benih
4 6 7 11 13 14 15 15 17 18 18 19 19 20
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Diagram alir perumusan masalah Lokasi penelitian di Waduk Sempor Kebumen Rata-rata unsur hara Waduk Sempor bulan Januari-Maret 2014 Produktivitas Primer Waduk Sempor bulan Januari-April 2014 Komunitas ikan di Waduk Sempor Hasil tangkapan harian nelayan Waduk Sempor
3 4 12 12 13 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Perhitungan daya dukung KJA dan Perikanan Alami Area Waduk Sempor yang memungkinkan dikembangkan KJA
28 30
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Waduk merupakan salah satu sumber air tawar yang menunjang kehidupan makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Sumberdaya perairannya, sangat mendasar untuk menunjang pengembangan ekonomi di wilayah sekitarnya. Pengembangan pengelolaan waduk selain dari fungsi utama waduk sebagai penyelesaian kekeringan, juga memiliki fungsi pemanfaatan di berbagai bidang, salah satunya adalah perikanan dan wisata. Pengembangan usaha perikanan yang optimal dan berkelanjutan dapat tercapai jika memperhatikan beberapa aspek, yaitu (1) mempertahankan ketersediaan stok perikanan di perairan, (2) mempertahankan kelestarian dan kualitas lingkungan, (3) meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan tersebut, (4) meningkatkan keterpaduan dan pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan menetapkan zona pengembangan (Laetje 2012). Pemanfaatan perikanan tangkap di waduk tergantung dari sumberdaya perairannnya. Di sisi lain pengembangan budidaya KJA juga mempengaruhi perikanan tangkap yang berada di waduk tersebut. Limbah pakan dari KJA tersebut akan menyebabkan eutrofikasi dan mempengaruhi hasil tangkap nelayan. Siagian (2014) menyatakan bahwa peningkatan produksi budidaya di waduk sampai batas tertentu akan diikuti dengan peningkatan produksi tangkapannya. Pemanfaatan waduk sebagai tempat budidaya ikan sistem keramba jaring apung (KJA), selain untuk mengejar keuntungan ekonomi yang maksimum perlu memperhitungkan batasan ekologinya agar pertumbuhan KJA dapat terkendali. Kelalaian dalam memperhatikan kondisi lingkungan perairan dan ekspansi secara besar-besaran yang melebihi daya dukung lingkungan dalam kegiatan budidaya ikan seringkali dihadapkan kepada resiko kerugian yang cukup besar dan berkepanjangan (Sachoemar 2006). Pada saat jumlah KJA melampaui batas tertentu dapat mengakibatkan proses sedimentasi yang tinggi berupa penumpukan sisa pakan di dasar perairan yang akan menyebabkan penurunan kualitas perairan (pengurangan pasokan oksigen dan pencemaran air danau/waduk). Kondisi inilah yang mengakibatkan salah satunya adalah kematian massal ikan tiap tahun terjadi di berbagai danau/waduk di Indonesia misalnya Waduk Cirata. Pemanfaatan sumberdaya perikanan pada umumnya bersifat terbuka oleh siapa saja dan kepemilikan bersifat umum. Pemanfaatan sumber daya perikanan harus membawa kesejahteraan kepada nelayan dan petani ikan, dengan tanpa mengabaikan kelestariannya. Partisipasi secara aktif masyarakat lokal dalam mengelola sumberdaya perairan sangat diperlukan pada saat ini. Dengan demikian masyarakat lokal dapat lebih aktif ikut berperan dalam menangani permasalahanpermasalahan yang ada di lingkungan mereka (Panjaitan, 2007). Waduk Sempor merupakan salah satu waduk yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah, tepatnya berada di Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen sekitar 7 km sebelah utara Kota Gombong. Sumber air waduk ini diperoleh dari Sungai Cincinguling dan Sampang yang mengalir di kaki Gunung Serayu selatan. Berdasarkan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (2010) diketahui bahwa Waduk Sempor memiliki volume air total rata-rata 38 juta m3 dan luas genangan + 250 Ha. Pemanfaatan perairan Waduk Sempor dalam perikanan tangkap cukup
2 banyak memberi kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar waduk. Terjadinya penurunan akan hasil produksi tangkap nelayan yang semulanya pada tahun 1990, yaitu 20 kg/hari/nelayan menjadi 3 kg/hari/nelayan sehingga pendapatan nelayan semakin sedikit (Supriyanto 2011). Pemanfaatan budidaya keramba jaring apung (KJA) saat ini masih kurang optimal. Hal ini terlihat pada luas pemanfaatan budidaya KJA di Waduk Sempor hanya 0,02% (400m2) yang dikelola secara tradisional oleh Kelompok Mina Marga Mulia dan perserorangan. Oleh karena itu, dibutuhkan kajian pengelolaan yang bijak dalam pengembangan perikanan yang berkelanjutan berbasis masyarakat agar tidak menimbulkan eksploitasi berlebihan yang menimbulkan kerusakan sumberdaya perairan dan mensejahterakan masyarakat sekitar waduk. Rumusan Masalah Salah satu informasi atau komponen teknologi pengelolaan yang penting dalam rangka upaya mengelola suatu sumber daya perikanan adalah data atau pengetahuan tentang potensi sumber daya perikanan umum yang bersangkutan (Sarnita 2001). Variabel potensi sumberdaya perairan yang diamati meliputi parameter kualitas air, komunitas ikan, dan produktivitas perairan di Waduk Sempor. Pengelolaan waduk untuk pengembangan perikanan berkelanjutan harus berdasarkan dengan pendekatan ekologi. Pengembangan perikanan budidaya keramba jaring apung (KJA) menyumbang masukan nutrien khususnya P dari sisa pakan. Beban P yang masuk ke perairan dapat memicu pertumbuhan fitoplankton, yang apabila berlebihan dapat mengganggu keberlangsungan hidup biota akuatik dan kegiatan keramba itu sendiri. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan kegiatan keramba jaring apung dengan menerapkan konsep daya dukung berdasarkan beban P . Penebaran benih ikan merupakan salah satu tindakan upaya peningkatan produksi perikanan tangkap dan pencegahan Pencegahan ledakan alga yang disebabkan masukan P. Produktivitas perairan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan produksi tangkap alami. Penebaran benih harus sesuai dengan kapasitas daya dukung perikanan alami karena apabila jumlah benih terlampau banyak atau sedikit, maka produksinya tidak optimum akibat kekurangan ketersediaan pakan alami dan tingginya kompetisi makan. Kegiatan pengelolaan perikanan di waduk perlu didukung aspek ekonomi guna mengetahui kebutuhan di sekitar waduk sehingga tercipta kesejahteraan masyarakat. Suatu kelembagaan dari aspek sosial diperlukan dalam menuntun masyarakat memanfaatkan sumberdaya perairan yang dilandasi oleh keberlanjutan ekologi. Berbagai pertimbangan tersebut akan digabungkan menjadi desain pengelolaan perairan waduk yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat (Gambar 1).
3
Waduk Sempor
- Masukan bahan organik - Komunitas Ikan - Masukan sisa pakan dan sisa metabolisme KJA
- Kualitas Air - Hidrologi Waduk
Beban P Produktivitas Primer Daya Dukung Keramba Jaring Apung
Daya Dukung Perikanan tangkap alami Penebaran benih
- Hak kepemilikan - Aturan representasi - Batas yudiksi dan koordinasi
Wisata
Produksi Perikanan
Analisis Usaha
Kelembagaan
Pengelolaan Perikanan
Gambar 1. Diagram alir Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengelolaan sumberdaya perairan Waduk Sempor berdasarkan pendekatan ekologi, ekonomi, dan sosial. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah informasi dan rekomendasi untuk pengelolaan waduk guna pengembangan perikanan yang berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakat sekitar.
4
2 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Waduk Sempor, Kebumen, Jawa Tengah. Kegiatan penelitian meliputi dua macam kegiatan yakni kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Kegiatan di lapangan berupa pengambilan data primer dan sekunder, sedangkan kegiatan di laboratorium berupa analisis kualitas air yang dilakukan di Laboratorium Produktivitas Perairan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan UNDIP dan P2 Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan dari bulan Januari sampai Maret 2014. Lokasi pengambilan sampel air dibagi menjadi 4 stasiun (Gambar 2) dan pada masing-masing stasiun dibagi menjadi 3 substasiun. Selang waktu pengambilan sampel dilakukan selama 1 bulan. Penentuan stasiun mewakili lokasi dengan jenis kegiatan yang diduga menentukan dinamika kondisi perairan Waduk Sempor secara keseluruhan (Tabel 1).
Gambar 2. Lokasi penelitian Waduk Sempor, Kebumen Tabel 1. Titik Lokasi Penelitian No 1 2 3 4
Lokasi Inlet Sungai Kedung Waringin Inlet Sungai Sampang Keramba Jaring Apung (KJA) Outlet Waduk
Koordinat BT 109o 30' 09.1 '' LS 07o 32' 52.5" BT109o 28' 34.5" LS 07o 33'24.0" BT 109o 29' 08.3 '' LS 07o 33' 22.1" BT 109o 29' 15.9 '' LS 07o 33' 57.8"
Keterangan Daerah masukan sungai utama Waduk Sempor . Daerah masukan sungai yang melintasi pemukiman Budidaya Ikan Nila dan Gurame Daerah keluarnya air waduk
5 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Van Dorn Water Sampler, botol sampel, Secchi disk, freezer/cool box, peralatan analisis kimia di laboratorium, kertas pH, dan GPS (Global Positioning System). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh air yang diambil setiap stasiun pengamatan serta bahan kimia untuk analisis kualitas air dan untuk keperluan pengawetan. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung di lapangan melalui pengambilan sampel yang selanjutnya dianalisis di laboratorium. Data primer meliputi data kualitas perairan (parameter fisika, kimia dan biologi), data komunitas ikan, data produksi KJA, hasil tangkapan nelayan, pendapatan masyarakat dengan melakukan wawancara dan kuisioner menggunakan metode Sensus sebagaimana yang dikemukakan oleh Sarnita (2001); serta data sosial (variabel koordinasi, batas yuridiksi, property right, dan aturan representasi) yang diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling pada respoden. Responden kelembagaan berasal dari Kementrian Pekerjaan Umum (PU) Balai Besar Serayu Opak, Dinas Perikanan Kabupaten Kebumen, Kelompok Budidaya Ikan, dan Kelompok Nelayan. Data sekunder merupakan data hidrologi waduk dan data berhubungan dengan penelitian yang diperoleh dari instansi terkait . Pengambilan sampel air dilakukan pada setiap stasiun pengamatan menggunakan Van Dorn Water Sampler. Sampel air diambil secara vertikal pada kedalaman berbeda yaitu 0 m (permukaan), 2 m, dan 6 m mewakili lapisan permukaan, lapisan tengah, dan batas bawah zona eufotik. Penentuan zona eufotik diduga berdasarkan persamaan Viner (1984) in An & Jones (2000), Z eufotik = 2,3 x Kecerahan (m) Sampel air dimasukkan ke dalam botol sampel untuk keperluan analisis laboratorium. Penyimpanan sampel air dilakukan dalam cool box yang berisi es (2-4oC) dan sebagian diberi bahan pengawet. Analisis fosfat, sampel air disimpan di cool box tanpa diberi pengawet (APHA 1989). Analisis oksigen terlarut, pH dan suhu air dianalisis secara langsung. Parameter air yang akan diamati tercantum pada Tabel 2.
6 Tabel 2. Parameter air yang diamati No. Parameter Fisika 1 Suhu 2 Kecerahan 3 Kekeruhan (TSS) 4 TDS Kimia 5 pH 6 DO 7 Total P 8 Orthofosfat 9 Nitrat (NO3) 10 Nitrit (NO2) 11 Amonia (NH4)
Satuan 0
C m NTU mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Metode/Alat Termometer Secchi disc Turbiditymeter Grafimetrik Indikator pH Titrimetrik Winkler Ascorbic acid method Ascorbic acid method Brucine sulfat Sulfanilamid method Phenate method
Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dalam tiga aspek, yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial. Analisis aspek ekologi meliputi analisis produktivitas primer, analisis status kesuburan perairan, analisis daya dukung perairan, dan analisis struktur kommunitas ikan. Analisis aspek ekonomi berupa analisis usaha, sedangkan analisis sosial menggunakan analisis kelembagaan. Analisis produktivitas primer Pengukuran produktivitas primer dapat diketahui dengan pendekatan kandungan klorofil-a (Smith 2006) sebagai berikut:
Keterangan : PP = Produktivitas Primer (gC/m2/th) CHL = Klorofil-a (mg/m3) Kandungan klorofil-a dapat diketahui dengan pendekatan kandungan total P dengan persamaan sebagai berikut Walmsley & Thornton (1985) : Keterangan : P = Total P (mg/m3) CHL = Klorofil-a (mg/m3) Analisis daya dukung perikanan alami Daya dukung perikanan alami dapat diketahui dengan pendekatan analisis kandungan produktivitas primer suatu perairan. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui kapasitas perairan untuk memproduksi hasil tangkapan serta dapat diketahui jumlah benih yang layak ditebarkan. Perhitungan daya dukung perikanan alami menggunakan pendekatan metode Beveridge (1987).
7 Data tentang produktivitas primer, diperoleh dengan menggunakan metode konversi nilai klorofil-a (Smith 2006). Nilai dari produktivitas primer akan dikonversikan dengan menggunakan tabel konversi sesuai dengan nilai persen yang telah ditetapkan untuk merubah karbon plantonik menjadi karbon ikan. Berikut adalah tahapan pengukuran daya dukung perikanan alami : 1. Ditentukan gross primary production (∑PP) dari data produktivitas primer (g C/m2/th) 2. Nilai ∑PP tersebut dikonversikan kedalam biomassa ikan yang akan dihasilkan, dengan menggunakan tabel konversi. Dihitung produksi ikan tahunan (Fy) berdasarkan tabel konversi (Tabel 3). Dalam hal ini diasumsikan kandungan Fy = 10% berat basah ikan. Tabel 3. Konversi ∑pp dengan areal ikan yang dapat dipanen pada perairan dengan produktivitas primer yang berbeda (Beveridge 1987) ∑PP % Konversi ke areal ikan (gC/m2/th) ( g ikan C/m2/th) 1-1,2 < 1000 1,2 - 1,5 1000-1500 1,5 - 2,1 1500-2000 2,1 - 3,2 2000-2500 2500-3000 3,2 - 2,1 2,1 - 1,5 3000 -3500 1,5 - 1,2 3500-4000 1,2 - 1,0 4000-4500 -1,0 > 4500 Analisis daya dukung budidaya keramba jaring apung Pendugaan daya dukung di penelitian ini berdasarkan limbah total fosfor dengan asumsi bahwa fosfor adalah nutrien utama sebagai pembatas kehidupan fitoplankton. Analisis data daya dukung untuk penerapan skenario pengembangan KJA digunakan dengan pendekatan Model Beveridge. Berikut adalah tahapan pendugaannya menurut Beveridge (1987). 1. Pengukuran steady state konsentrasi total P = [P]i, merupakan hasil pengukuran rata-rata konsentrasi P dalam badan air sebelum adanya pengembangan keramba jaring apung, yang diperoleh dari sejumlah sampel yang representative selama penelitian; 2. Penentuan konsentrasi total P maksimum yang dapat ditelorir oleh badan air [P]f sebagai akibat adanya kegiatan budidaya ikan dalam KJA, hal ini berkaitan dengan jumlah klorofil dan biomass. 3. Penentuan kapasitas badan air untuk budidaya secara intensif (∆P), yaitu selisih antara total P pada kondisi steady state [P]i dengan fosfor yang dapat diterima [P]f setelah keberadaan KJA sehingga: ∆P = [P]f – [P]i Oleh karena ∆P (gm-3) berhubungan dengan beban P, maka dari keramba yaitu L fish (gm-3 th-1), luasan badan air (A), Laju pembilasan (ρ) dan kemampuan badan air untuk menangani beban P,, maka :
8
Dimana : L fish = ∆(P). z /(1-Rfish) = P loading dari jaring apung = Proporsi total P yang hilang secara permanen ke sedimen = x + [(1-x)R] = Proporsi total P terlarut yang hilang ke sedimen = Proporsi total P yang masuk ke sedimen secara tetap sebagai hasil deposisi solid (0,5) Penentuan Total Allowable Loading (TAL) yang diperoleh adalah TAL = Lfish x A P yang hilang ke lingkungan dihitung selama budidaya dalam KJA, dengan perhitungan : PL= (FCR x P pakan) –P fish Bila diketahui PL,, maka Total Acceptable Production (TAP) dengan perhitungan : TAP = TAL / PL Menurut Hidonis (2014) daya dukung multispesies dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:
Lfish R fish R fish R X 4. 5.
6.
7.
∑ Keterangan : Qi = Proporsi produksi ikan jenis ke-I yang dibudidayakan pada jaring utama i = Jenis ikan (i = 1, 2, 3…) Analisis struktur komunitas ikan Analisis struktur komunitas ikan yang diperoleh di Waduk Sempor meliputi indeks dominansi (c). Indeks dominansi (c) digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keberadaan biota yang mendominasi pada habitat tersebut. Indeks ini dihitung menggunakan rumus Odum (1993) : ni c = N
2
Dimana : c = Indeks dominansi ni = jumlah individu spesies ke i N = jumlah total individu kriteria: 0 < c <0,5 = tidak ada spesies yang mendominasi 0,5 < c < 1= ada spesies yang mendominasi
9 Analisis Usaha Dalam perhitungan analisis usaha, suatu cabang usaha dapat ditinjau dari keberhasilannya mendapatkan profit/keuntungan (Fausia & Popong 1996). Analisis usaha merupakan analisis jangka pendek yang dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha dalam waktu satu tahun. Kelayakan usaha atau kelayakan bisnis dari suatu kegiatan industri akan memerlukan pertimbangan teknik dan ekonomi (Wiji 2010). Analisis usaha dilakukan pada berbagai usaha perikanan pada Waduk Sempor meliputi usaha budidaya keramba jaring apung, dan usaha perikanan tangkap oleh nelayan. Analisis usaha dalam penelitin ini terdiri atas analisis keuntungan, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), dan analisis pay back periode (PBP). Analisis keuntungan Analisis ini bertujuan mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan dalam satu siklus produksi. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut. ∑ dengan : π Y X Py Pxi Py.Y Pxi.Xi
= keuntungan ( Rp per musim) = total produksi (kg per hektar/musim) = jumlah input yang digunakan (unit) = harga per satuan produk (Rp) = harga per satuan imput (Rp) = Total penerimaan = TR (Rp) = Total Pengeluaran = TC (Rp)
Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha dalam periode tertentu. Analisis R/C bertujuan untuk melihat seberapa jauh setiap nilai rupiah yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya (Nasution et al. 2005). Persamaan untuk menghitung R/C adalah sebagai berikut: dimana: TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total pengeluaran (Rp) Kriteria usaha sebagai berikut: R/C > 1, usaha tersebut menguntungkan R/C = 1, usaha tersebut berada pada titik impas (tidak untung dan tidak rugi) R/C < 1, usaha tersebut rugi
10 Analisis Pay Back Period (PBP) Analisis ini untuk melihat waktu yang diperlukan oleh kegiatan usaha untuk mengembalikan investasi, yaitu dengan membandingkan investasi dengan tingkat keuntungan selama satu periode produksi (satu tahun) (Kadariah et al. 1978 in Alauddin 2010). Persamaannya PBP adalah sebagai berikut:
Analisis kelembagaan Data sosial meliputi variabel koordinasi, batas yuridiksi, property right dan aturan representasi terhadap pengelolaan perairan waduk. Data tersebut sudah termasuk didalamnya hak dan kewajiban, pengaturan izin usaha, tata ruang waduk, pengaturan kuantitas air, persepsi dan sistem pengorganisasian pengelolaan lingkungan waduk. Data dianalisis secara deskriptif dan diintepretasikan menggunakan metode logik. Metode logik adalah cara dimana data diamati dan dipilih-pilih, buktinya dicari dan dipertimbangkan/dianalisis dan kesimpulan diambil ( Nazir 1988 in Nasution 2005)
3 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kualitas Perairan Waduk Sempor Waduk Sempor merupakan waduk serbaguna yang dibangun tahun 1974 terletak +7 km utara Gombong tepatnya pada 70LS dan 109,0 BT. Luas permukaan waduk Sempor sekitar 270 Ha dengan volume 38,3 juta m3 dan kedalaman rata-rata 14.7 m. Waduk Sempor digunakan untuk mengairi area pertanian sebanyak 6.478 ha dan potensi pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas 1,1 MW. Tipe iklim di wilayah Sempor termasuk tipe sedang dengan curah hujan tertinggi 4492 mm/tahun dan rata-rata tahunan adalah 3495 mm/tahun (BBWSO 2013, Ariyanto & Widjianto 2008). Inlet utama Waduk Sempor berasal dari Sungai Cincingguling dan Sungai Mampang.Daerah Hulu Sungai Cincinguling merupakan area hutan pinus yang dikelola oleh Dinas Kehutanan Kebumen serta area sawah sedangkan hulu Sungai Mampang melalui pemukiman masyarakat. Daerah aliran sungai (DAS) Waduk Sempor masuk kedalam DAS wilayah Sungai Serayu Opak. Pembukaan pintu air Bendungan Waduk Sempor disesuaikan dengan permintaan kebutuhan air pertanian masyarakat kebumen. Kualitas air Waduk Sempor yang ditujukan oleh nilai beberapa parameter fisika, kimia dan biologi perairan selama penelitian cukup beragam. Angka hasil pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi disajikan pada Tabel 4. Suhu perairan Waduk Sempor berkisar antara 29-31 oC dengan rata-rata 29,9oC. Riyadi (2006) mengemukakan bahwa suhu yang baik untuk kehidupan ikan di daerah tropis berkisar antara 25-32 oC. Angka kecerahan berkisar antara 0,94-1,91 m dengan rata–rata keseluruhan 1,73 m. Daerah yang memiliki angka kecerahan
11 terendah terletak di Inlet 1 (0,94 m), sedangkan tertinggi di KJA (1,91 m). pH perairan waduk ini tergolong netral berkisar 7,32-7,73 dengan rata-rata keseluruhan 7,63. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai angka pH sekitar 7-8,5 (Novotny & Olem 1994). Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 5,47-6,27 mg/L dengan rata rata keseluruhan 5,98 mg/L dan tertinggi di daerah inlet 2. Kandungan oksigen di Waduk Sempor masih batas yang mendukung kehidupan akuatik (perikanan), menurut UNESCO (1992) bahwa konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 4 mg/L dapat menimbulkan efek kurang menguntungkan bagi hampir smua organisme akuatik, jika kurang dari 2 mg/L dapat menyebabkan kematian ikan. Tabel 4. Karakteristik fisika, kimia dan biologi perairan Waduk Sempor bulan Januari-Maret 2014 Parameter
Inlet 1
Inlet 2
KJA
Outlet
Fisika Suhu (C) 29 30-31 29-31 31 Kecerahan (m) 0,94+0.3 1,65+0,69 1,91+0,63 1,87+03 TSS (NTU) 7,19+2,81 7,53+4,92 7,71+ 5,77 9,31+6,42 TDS (mg/L) 100,7+9,62 95,77+6,93 97,55+7,24 90,48+12,09 Kedalaman (m) 4-6 6-12 23-25 20-24 Kimia DO (mg/L) 5,47+ 1,99 6,27+1,66 5,96+1,41 6,22+1,86 pH 7,52+1,1 7,59+1,08 7,73+0,95 7,68+1,05 Total P (mg/L) 0,22+0,13 0,17+0,14 0,13+0,01 0,05+0,02 Ortofosfat (mg/L) 0,10+0,1 0,052+0,09 0,02+0,02 0,01+0,01 Nitrat (mg/L) 0,468+0,15 0,449+0,31 0,327+0,15 0,198+0,08 Amonia(mg/L) 0,095+0,02 0,078+0,046 0,03+0,007 0,02+0,008 Nitrit (mg/L) 0,02+0,02 0,02+0,032 0,005+0,008 0,006+0,01
Kelas III PP No. 82 tahun 2001 Deviasi 3 400 1000
>3 6-9 1 20 0,06
* Kelas III untuk perikanan Hasil analisis kandungan nitrat berkisar 0,19-0,46 mg/L dengan rata-rata keseluruhan 0,36 mg/L. Kadar nitrit berkisar antara 0,006-0,02 mg/L dengan ratarata keseluruhan 0,01 mg/L. Kadar ammonia berkisar 0,02-0,095 dengan rata-rata keseluruhan 0,057 mg/L, merupakan kisaran konsentrasi yang masih dalam batas yang ditoleransi bagi kehidupan ikan. Pescod 1973; Samuel et al. 2010 menyatakan suatu kriteria pada perairan di daerah tropis yang tidak membahayakan kehidupan ikan, kadar amonianya tidak lebih dari 1,0 mg/L. Kandungan ortofosfat pada perairan Waduk Sempor berkisar 0,01-0,1 dengan rata-rata keseluruhan 0,05 mg/L. Menurut Millero & Sohn 1991, pertumbuhan semua jenis fitoplankton tergantung konsentrasi ortofosfat, untuk pertumbuhan optimal membutuhkan konsentrasi berkisar 0,27-5,51mg/L bila di bawah 0,009 mg/L, maka perkembangan sel akan terganggu. Konsentrasi ortofosfat perairan Waduk Sempor tergolong rendah, tetapi masih mendukung untuk pertumbuhan fitoplankton walapun belum optimal. Kandungan total P berkisar 0,05-0,22 mg/L dengan rata-rata 0,143 mg/L. Menurut Smith 2006, perairan yang memiliki kandungan klorofil-a 25 mg/m3 atau kandungan total P sebanyak 0,431 mg/L termasuk dalam kategori eutrofik. Sehingga bisa dikatakan perairan di Waduk Sempor masih belum kategori eutrofik. Daerah yang memiliki kandugan total P tertinggi terletak di Inlet 1.
12
mg/l
Persebaran kandungan nutrien pada semua stasiun memiliki pola yang sama (Gambar 3). Kandungan nutrien yang paling tinggi terletak pada daerah inlet dan inlet 2 dikarenakan daerah tersebut menerima langsung aliran sungai yang digunakan untuk penyediaan air bagi warga. Limbah pemukiman warga seperti tersebut yang menyumbang masukan nutrien yang berasal dari aktivitas pertanian, peternakan dan limbah rumah tangga. 0,500 0,450 0,400 0,350 0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,000
Nitrat Amonia NItrit Total P Ortofosfat
Inlet
Inlet 2
KJA
Outlet
Gambar 3. Rata- rata konsentrasi nutrien Waduk Sempor Januari-Maret 2014
gC/m2
Produktivitas Perairan Produktivitas primer di Waduk Sempor, berdasarkan kandungan klorofil-a diduga oleh pendekatan total P (Wamsley & Thorton 1985), pada bulan JanuariMaret 2014 berkisar antara 208,91–280,71 gC/m2 dengan rata-rata 265,81 gC/m2. Produktivitas primer Waduk Sempor dapat dilihat pada Gambar 4. Produktivitas primer tertinggi terletak pada daerah inlet, sedangkan yang terendah yaitu daerah outlet, Hal ini sesuai dengan kandungan nutrien yang mempengaruhi produktivitas primer, yaitu fosfat total. 350 300 250 200 150 100 50 0
Rata-rata
Inlet 1
Inlet 2
KJA
Outlet
Gambar 4. Produktivitas Primer Waduk Sempor Januari – Maret 2014 Struktur komunitas ikan dan hasil tangkapan nelayan Berdasarkan hasil tangkapan nelayan selama penelitian, jenis ikan yang terinventarisasi di Waduk Sempor terdapat lima spesies yaitu ikan lohan (Cichlasoma trimaculatum), nila (Oreochromis niloticus), betutu (Oxyeleotris marmorata), tawes (Barbonimus gonyonotus), dan udang air tawar. Komunitas
13 ikan di Waduk Sempor dari 335 sampel ikan didominasi oleh ikan lohan (40%) dan ikan nila (36%) (Gambar 5). Tawes 1% 1% 1% Lobster air tawar Bandeng 20% Betutu 37% Nila
40%
Louhan
Gambar 5. Struktur komunitas ikan di Waduk Sempor pada Januari-Maret 2014 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan 11 responden dari 24 nelayan, alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan adalah gillnet dengan ukuran 3 inci. Jenis perahu yang digunakan adalah perahu fiber dan kayu dengan mesin ketinting 2-5 PK. Nelayan Waduk Sempor merupakan terdiri dari nelayan harian dan musiman yang menebar jaring di malam hari dan di ambil ketika pagi hari. Hasil tangkapan nelayan Waduk Sempor berkisar 23kg/hari/orang dengan komoditas ikan tertangkap adalah Ikan Nila (Gambar 6). 12 kg/hari
10 8 6 4 2 0 Nila
Lohan
Betutu
Tawes
Lobster air Bandeng tawar
Gambar 6. Hasil tangkapan nelayan Waduk Sempor selama Januari-Maret 2014 Tabel 5. Bobot ikan yang tertangkap di Waduk Sempor No Jenis Ikan Kisaran (g) 1 Ikan Nila 100-600 2 Ikan Lohan 30-90 3 Ikan Betutu 100-250 4 Ikan Tawes 80-170 5 Lobsterair tawar 80-140 6 Ikan Bandeng 250-500
Rata-rata (g) 256 55 197 132 110 250
14 Bobot ikan yang tertangkap di Waduk Sempor berkisar antara 50-600 g/ekor dengan rata-rata bobot paling tinggi ditunjukkan oleh jenis Ikan Nila sebagaimana yang disajikan pada Tabel 5. Rata-rata bobot ikan hasil tangkapan secara keseluruhan jenis ikan adalah 166 g/ekor. Pada Tabel 3 terlihat bahwa walaupun Ikan Lohan mendominasi dalam struktur komunitas tetapi produksi hasil tangkapannya rendah karena bobot ikan yang kecil dengan rata-rata 55 g. Hal ini terkait dengan kebiasaan, makan ikan yang berbeda. Ikan Nila di Waduk Sempor cenderung sebagai herbivora, yaitu fitoplankton (65,87%) dan makrofita (33,99%) sedangkan ikan lohan sebagai karnivora dengan, makanan utamanya ikan kecil (55,03%) dan serangga (43,18%) (Purnomo et al. 2013). Daya dukung tangkapan alami dan keramba jaring apung Penentuan daya dukung perairan alami Waduk Sempor dilakukan melalui pendekatan produktivitas primer. Daya dukung Waduk Sempor berdasarkan produktivitas primer kondisi saat ini adalah 51,83 ton/tahun atau 142 kg/hari, artinya kemampuan optimum perikanan tangkap saat ini dapat memproduksi ikan sebanyak 51,83 ton (Tabel 6). Tabel 6. Perhitungan daya dukung perairan alami saat ini Parameter Satuan Hasil 2 Produktivitas primer gC/m /tahun 265,81 Produktivitas ikan % 0,78 Produksi ikan gC ikan/m2/tahun 20,73 Daya dukung ton ikan /tahun 51,83 Pengembangan KJA harus sesuai daya dukungnya yang diperlihatkan pada Tabel 7. Daya dukung perairan Waduk Sempor dengan pendekatan total P sebagai faktor pembatas. Konsentrasi total P maksimum yang dapat ditelorir oleh badan air [P]f di Waduk Sempor ditentukan kandungan klorofil saat nilai eutrofik maksimum adalah 25 mg/m3 (Smith 2006) kemudian dikonversikan menjadi TP dengan persamaan Walmsley & Thornton (1985) sehingga nilainya adalah 0,431 mg/L atau 431 mg/m3. Berdasarkan hasil yang diuji, diketahui steady state total P [P]i perairan Waduk Sempor yang diperoleh 0,147mg/L atau [P]i =147mg/m3. Laju pembilasan air Waduk Sempor adalah 1,54 per tahun. Kandungan fosfor yang terdapat pada pakan komersil untuk budidaya Ikan Nila adalah 1,3% per berat pakan sedangkan untuk budidaya Ikan Gurame 1,82% (Schumittou 1991). Adapun kebutuhan fosfor pada Ikan Nila yaitu 0,34%, sedangkan Ikan Gurame 0,89% (Suprayudi & Setiawati 2003) FCR yang digunakan yaitu 1,5. Apabila produksi satu unit KJA setiap tahunnya adalah 3 ton, maka jumlah unit sesuai dengan daya dukungnya adalah 1336 unit untuk ikan Nila dan 1088 unit untuk ikan Gurame.
15 Tabel 7. Daya dukung keramba jaring apung Parameter Satuan Luas Perairan m2 Rata-rata kedalaman M Laju pembilasan /tahun ∆P (selisih [P]f dan [P]i) mg/m3 R Rfish (asumsi; x=0.5) Lfish g/m2/tahun TAL (Total Accepted Loading) g/tahun Jenis Ikan Loading P/ton ikan g/ton ikan Daya dukung ton ikan/tahun Unit
Hasil 2500000 14,72 1,54 284 0,52 0,76 26,78 66960587 Nila Gurame 16700 20500 4006.61 3266.37 1336 1088
Luasan area perairan yang dibutuhkan satu unit Waduk Sempor dengan tiga petak yang berukuran 4 x 4 adalah 46 m2. Pembangunan KJA di Waduk Sempor dilakukan dengan menggabung empat unit KJA menjadi satu kelompok, jarak antar kelompok tersebut 50 m sehingga apabila pengembangan KJA dilakukan secara maksimum sesuai daya dukung, area yang diperlukan mencapai 49-60 ha. Sedangkan luasan area yang dapat dikembangkan KJA sesuai kriteria kedalaman dan aturan Balai Besar Serayu Opak sebagai pengelola fungsi Waduk Sempor mengenai larangan aktivitas pada area pintu air dengan jarak 1km, hanya seluas 12,35 ha atau 113 unit (Lampiran 2). Penambahan KJA sebanyak 113 unit akan memberikan masukan total P dari pakan yang terbuang. Jika proporsi jenis ikan nila dan gurame 1:1, maka akan memberikan masukan P sebanyak 5 747,85 kg/tahun atau konsentrasi total P yang diperoleh di perairan sebesar 24,37 mg/m3. Peningkatan konsentrasi ini dikonversikan ke klorofil-a dengan persamaan Walmsley & Thornton (1985) untuk diketahui peningkatan produktivitas primernya sebesar 155,26 gC/m2/tahun. Hasil produktivitas primer tersebut dikonversikan pada tabel konversi efisiensi (Beveridge 1987). Hasil yang diperoleh dikalikan dengan luas area perairan waduk diperoleh daya dukungnya adalah 29,89 ton ikan /tahun (Tabel 8). Potensi produksi perairan tangkap alami Waduk Sempor dengan adanya penambahan KJA meningkat menjadi 81,72 ton ikan/ tahun atau 223,89 kg/hari Tabel 8. Perhitungan penambahan daya dukung perairan alami setelah ada KJA Saat ini Penambahan Parameter Satuan 2 Produktivitas primer gC/m /tahun 265,81 155,26 Produktivitas ikan % 0,78 0,77 Produksi ikan gC ikan/m2/tahun 20,73 11,96 Daya dukung ton ikan /tahun 51,83 29,89
16 Penentuan penebaran benih ikan untuk perikanan alami Produksi tangkapan ikan di Waduk Sempor saat ini masih sangat kecil, yaitu 21 kg/hari dibandingkan potensi produksi jika adanya pengembangan keramba jaring apung mencapai 223,89 kg/hari atau 81,72 ton ikan/tahun. Oleh karena itu peluang peningkatan produksi perikanan masih tinggi, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penebaran benih ikan. Dalam penebaran benih ikan harus memperhatikan jumlah tebar, jenis ikan, dan titik penebaran. Jumlah penebaran benih ikan diketahui melalui nilai hasil produksi perikanan alami dibagi dengan nilai perubahan bobot (Laetje 2011). Salah satu kegagalan penebaran benih ikan di perairan salah satunya adalah ukuran ikan yang terlalu kecil sehingga pemangsa mudah memakannya (Syafei 2005) oleh karena itu ukuran benih ikan yang ditebar cukup besar yaitu 25 g/ekor agar tidak dimangsa oleh ikan lohan yang memiliki kebiasan, makan ikan kecil (Purnomo et al. 2013). Rata-rata bobot hasil tangkapan Waduk Sempor adalah 166 g/ekor. Sesuai hasil tersebut, maka diketahui perubahan bobot adalah 141 g/ekor, sehingga jumlah tebar benih yaitu nilai hasil produksi (81,72 ton ikan/tahun) dibagikan dengan nilai perubahan bobot ialah 579 580 ekor/tahun. Teknik penyebaran benih ikan pada perairan adalah tebar spot (pada satu titik), tebar scatter (pada beberapa titik), dan tebar trickle (beberapa kali) (Syafei, 2005). Purnomo et al. (2013) mengemukakan bahwa penebaran ikan nila yang selama ini sering dilakukan diperkirakan tidak akan banyak meningkatkan rekruitmen alaminya karena Waduk Sempor mempunyai daerah litoral yang sangat terbatas. Oleh karena itu penebaran harus dilakukan secara berulang menyesuaikan laju tumbuh ikan sesuai dengan bobot rata-rata hasil tangkapan dan di beberapa titik. Hasil penelitian Diana et al. (1994) laju pertumbuhan ikan Nila adalah 1,5-3,0 g/hari/, maka jika diasumsikan laju pertumbuhannya adalah 2-2,5 g/hari sehingga lama pemeliharaannya adalah 57-70 hari. Penebaran ikan bisa dilakukan sebanyak lima kali penebaran dengan jumlah benih adalah 115 916 ekor/masa tebar. Penebaran benih di Waduk Sempor dilakukan pada daerah yang memiliki sumber pakan, yaitu produktivitas perairan tinggi ialah Inlet 1 dan Inlet 2; dan sisa pakan budidaya keramba jaring apung (KJA). Daerah yang memiliki produktivitas perairan yang tinggi memiliki fitoplankton yang melimpah sehingga menciptakan sumber, makanan untuk pertumbuhan benih ikan. Jadi penebaran benih bisa dilakukan secara bergantian agar terjadi peningkatan produksi yang merata di seluruh area waduk. Jenis ikan yang ditebar yaitu jenis ikan yang bersifat pemakan fitoplankton (phytoplankton grazer). Hal ini dikarenakan salah satu usaha pencegahan eutrofikasi untuk mengurangi populasi fitoplankton di perairan apabila terjadi penambahan jumlah KJA di Waduk Sempor serta terhindar dari kompetisi makanan antar jenis ikan. Jenis ikan yang cocok di Waduk Sempor antara lain Ikan Nila, Tawes, dan Bandeng. Agar tidak terjadinya pemijahan sehingga berpotensi meningkatkan stok maka ikan yang ditebar hendaklah mono sex.
17 Analisis usaha kegiatan perikanan di Waduk Sempor Kegiatan perikanan di Waduk Sempor terlihat pada analisis usaha keramba jaring apung (KJA) dan nelayan. Analisis usaha budidaya KJA terbagi menjadi dua budidaya yaitu ikan nila oleh Kelompok Mina Marga Mulia dan ikan Gurame kepemilikan Perorangan oleh Pak Supriyanto. Analisis usaha nelayan di Waduk Sempor dari 11 responden dari 24 nelayan yang tergabung dalam Kelompok Mina Sari Asih dan Telaga Asri. a. Analisis usaha budidaya KJA Biaya pengeluaran pada suatu usaha dapat terlihat pada biaya investasi dan operasional. Biaya investasi dan operasional per unit/tahun KJA di Waduk Sempor terlihat pada Tabel 9. Tiap unit KJA terdiri dari 4 petak dengan padat tebar sebanyak 1000 ekor/petak. Biaya investasi KJA per unit Kel Mina Marga Mulia sebesar Rp. 22 500 000,- sedangkan milik Perorangan Rp. 14 500 000,-. Untuk biaya operasional yang diperlukan setiap unit/tahun pada KJA Kel Mina Marga Mulia sebesar Rp 33 055 000,- sedangkan KJA Perorangan sebesar Rp. 31 310 000,-. Tabel 9. Biaya pengeluaran per unit KJA di Waduk Sempor NO Keterangan Kel. Mina Marga Mulia (Rp) Biaya Investasi 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7
Keramba Pos Jaga Perahu dan Mesin Perlengkapan Total Investasi Biaya Operasional Bibit ikan Pakan Bensin Makan Sewa kapal Upah pekerja Perlengkapan Total Operasional
12 000 000,10 000 000,-
Perorangan (Rp) 8 000 000,-
500 000,22 500 000;-
5 500 000,1 000 000,14 500 000,-
2 000 000,16 500 000,4 670 000,3 040 000,45 000,6 600 000,300 000,33 055 000;-
2 000 000,15 120 000,4 640 000,3 020 000,30 000,6 400 000,200 000,31 310 000,-
Penerimaan pendapatan tiap KJA berbeda berdasarkan jumlah produksi dan harga jual ikan. Siklus produksi pada budidaya KJA di Waduk Sempor antara lain Ikan Nila setiap 4 bulan, sedangkan Ikan Gurame 12 bulan. Produksi KJA pada Kelompok Mina Marga Mulia dengan Survival Rate (SR) adalah 80% pada ukuran ikan 5 ekor/kg atau 200g/ekor yaitu 640 kg/produksi sedangkan KJA Perorangan SR 70% dengan ukuran ikan 400 g/ekor yaitu 1130 kg/produksi. Harga jual Ikan Nila sebesar Rp. 17 500,-/kg sedangkan ikan Gurame Rp. 30 000,/kg. Adapun total pendapatan budidaya di Waduk Sempor selama 1 tahun yaitu KJA Kelompok Mina Marga Mulia dan Perorangan adalah Rp. 33 600 000,-. Hasil analisa usaha tersajikan pada Tabel 10.
18 Tabel 10. Analisis usaha KJA di Waduk Sempor Kel Mina Marga Mulia Pendapatan (Rp) 33600000 Pengeluaran (Rp) 33055000 Keuntungan (Rp) 545000 Analisis Imbangan penerimaan R/C 1,02 Pay back per periode (Pbp) 41,28
Perorangan 33600000 31311000 2 289 000 1,07 6,33
Pada Tabel 10 terlihat bahwa nilai analisis Imbangan penerimaan R/C adalah 1,02 untuk Kelompok Mina Marga Mulia sedangkan 1,07 untuk KJA Pak Supriyanto. Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya KJA di Waduk Sempor masih menguntungkan dikarenakan R/C > 1 akan tetapi keuntungannya masih sangat kecil hanya Rp 545 000,-/tahun atau Rp. 45 400,-/bulan untuk KJA Kel Mina Marga Mulia sedangkan KJA Perorangan Rp 2 289 000,-/tahun atau Rp. 190 750,-/bulan. Pendapatan dari usaha budidaya ini masih di bawah dari Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten. Kebumen yaitu Rp. 975 000/bulan. Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi pada KJA Kel Mina Marga Mulia adalah 41,28 tahun, sedangkan Pak Supriyanto selama 6,33 tahun. b. Analisis usaha nelayan Biaya investasi dan operasional nelayan tangkap di Waduk Sempor terlihat pada Tabel 11. Biaya investasi nelayan tangkap sebesar Rp. 5 077 050,- dan untuk operasional membutuhkan biaya sebesar Rp. 7 498 200,-. Penerimaan pendapatan nelayan di Waduk Sempor berbeda-beda sesuai dengan hasil tangkapan, trip penangkapan dan jenis ikan yang tertangkap. Rata-rata trip penangkapan di Waduk Sempor yaitu 20 hari/bulan selama 10 bulan setiap tahunnya. Rata-rata pendapatan nelayan di Waduk Sempor setiap tahunnya adalah Rp. 8 926 300,-. Analisis usaha nelayan tangkap di Waduk Sempor terlihat pada Tabel 12. Tabel 11. Biaya pengeluaran nelayan tangkap Waduk Sempor No Keterangan Biaya Investasi 1 Perahu 2 Alat tangkap 3 Mesin Total Investasi Biaya Operasional 1 Perawatan alat tangkap 4 bulan sekali 2 Perawatan mesin 3 bulan sekali 3 Perawatan perahu 1 tahun sekali 4 Makan 5 Bensin 6 Rokok Total Operasional
Jumlah (Rp) 2.875 000 914 545 1 287 500 5 077 045 131 818 111 818 100 000 1 881 818 3 818 182 1 454 545 7 498 182
19 Tabel 12. Analisis usaha nelayan tangkap Waduk Sempor Pendapatan (Rp) Pengeluaran (Rp) Keuntungan (Rp) Analisis Imbangan penerimaan R/C Pay back per periode (Pbp)
Nelayan Waduk Sempor 8 926 300 7 498 200 1 428 100 1,19 3,56
Berdasarkan hasil perhitungan analisis Imbangan penerimaan R/C nilainya adalah 1,19 atau masih menguntungkan (Nasution et al. 2005), akan tetapi keutungan yang didapat setiap tahun masih sangat kecil yaitu Rp 1 428 100,- atau Rp. 119 000,-/bulan. Hal ini masih di bawah dari UMR Kabupaten Kebumen yaitu Rp. 975 000,-/bulan. Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi yaitu 3,56 tahun. Analisis usaha perikanan setelah penerapan teknologi dan penambahan KJA Secara umum budidaya ikan sistem KJA merupakan kegiatan ekonomi yang menguntungkan jika dikelola dengan baik. Keuntungan yang kecil pada usaha budidaya KJA di Waduk Sempor dikarenakan penerapan teknologi budidaya yang tidak tepat. Hal ini ditunjukkan pada Kelompok Mina Marga Mulia kecilnya produksi ikan dikarenakan ukuran panen yang masih kecil Ikan Nila (200 g/ekor) dan Ikan Gurame (400 g/ekor) yang lama dalam pembesarannya. Ukuran panen ikan yang masih kecil salah satunya kurangnya pemberian pakan. Apabila dilakukan teknologi budidaya yang tepat, maka produksinya akan banyak sehingga keuntungan yang didapatkan pun akan bertambah. Dengan asumsi dilakukan peningkatan teknologi budidaya yang tepat jika ukuran ikan saat panen bertambah menjadi 300 g/ekor untuk ikan Nila dan 500 g/ekor untuk ikan gurame, maka keuntungan yang diperoleh (asumsi tidak ada perbedaan harga jual yaitu Rp. 17 500,-/kg dan Rp. 30 000,-/kg) tertera pada Tabel 13. Tabel 13. Asumsi analisis biaya setelah penerapan teknologi budidaya yang tepat Kel Mina Marga Mulia Perorangan sebelum sesudah Sebelum sesudah Pendapatan (Rp) 33 600 000 50 400 000 33 600 000 42 000 000 Pengeluaran (Rp) 33 055 000 38 555 000 31 311 000 34 371 000 Keuntungan (Rp) 545 000 11 845 000 2 289 000 7 629 000 Analisis Imbangan R/C 1,02 1,31 1,07 1,22 Pay back per periode 41,28 1,90 6,33 1,90 Keuntungan yang diperoleh setelah dilakukan teknologi budidaya yang tepat mengalami peningkatan pendapatan tahunan menjadi Rp 11 845 000,- atau Rp 987 500,- setiap bulan untuk Ikan Nila Kelompok Mina Marga Mulia sedangkan pendapatan tahunan Ikan Gurame milik perorangan Rp 7 629 000,atau Rp 635 750,- setiap bulan. Jika dibandingkan dengan UMR Kabupaten Kebumen setiap bulan Rp 975 000,-, maka hasil pendapatan budidaya KJA di Waduk Sempor yang melebihi UMR adalah KJA Kelompok Mina Marga Mulia dengan membudidayakan Ikan Nila. Hal ini menunjukkan ternyata usaha
20 budidaya dengan kelompok lebih menguntungkan dan yang dibudidayakan adalah Ikan Nila dikarenakan siklus produksi cepat walaupun biaya operasionalnya lebih besar. Hasil tangkapan nelayan di Waduk Sempor saat ini adalah 2,3kg/hari/orang dengan pendapatan berkisar Rp 8 926 300,-/orang/tahun. Dengan adanya penebaran benih ikan di Waduk Sempor, apabila hasil tangkapan dapat ditingkat secara maksimum berdasarkan wawancara dengan responden mencapai 6,7 kg/hari, maka pendapatan meningkat menjadi Rp. 20 100 000,-/orang/tahun (asumsi tidak ada perbedaan biaya yang dikeluarkan). Sehingga keuntungan bersih yang diperoleh nelayan pertahun berdasarkan analisis usaha yang tertera pada Tabel 14 yaitu Rp 12 601 700,- atau Rp 1 050 200,- setiap bulannya. Jika dibandingkan dengan UMR Kabupaten Kebumen 2014 Rp 975 000,-/bulan, maka hasil pendapatan tersebut diatas rata-rata pendapatan masyarakat Kebumen. Nilai R/C pun meningkat menjadi 2,68 sehingga usaha ini sangat menguntungkan setelah dilakukan penebaran benih. Tabel 14. Asumsi analisis usaha nelayan tangkap setelah penebaran benih Sebelum Sesudah Total Pendapatan (Rp) 8 926 299 20 100 000 Total Pengeluaran (Rp) 7 498 181 7 498 181 Keuntungan Bersih (Rp) 1 428 117 12 601 818 R/C 1,19 2,68 Pay back periode (Pbp) 3,56 0,40 Pengembangan wisata pemancingan di Waduk Sempor Pengembangan wisata pemancingan di Waduk Sempor dikembangkan guna memanfaatkan sisa penebaran benih ikan setelah adanya penambahan KJA yang tidak tertangkap oleh nelayan. Daya dukung perikanan alami di Waduk Sempor dengan adanya penambahan KJA adalah 223,9 kg/hari. Jika diasumsikan tangkapan nelayan maksimum berdasarkan wawancara responden adalah 6,7 kg/hari dengan jumlah nelayan saat ini adalah 24 orang, maka masih terdapat sisa produksi 63 kg/hari. Apabila tangkapan pemancing rata-rata harian adalah 2,5 kg/orang/hari, maka jumlah pemancing maksimum adalah 25 orang/hari. Pengaturan ukuran mata kail juga harus diatur agar ukuran ikan yang tertangkap adalah ukuran panen (166 g/ekor), bukan ikan yang sedang tumbuh setelah penebaran. Oleh karena itu mata kail yang digunakan minimal adalah no 4. Hal ini didasarkan hasil wawancara dengan penjual pancing yakni ukuran no. 3-4 digunakan untuk ikan ukuran > 3 jari (> 100 g), no. 5-6 digunakan untuk ikan ukuran > 4 jari (> 175 g), dan 7-8 digunakan untuk ikan ukuran > 5 jari (> 250 g) (Novita 2015). Penarikan retribusi untuk memancing di suatu perairan waduk juga perlu dilakukan. Biaya retribusi setiap pemancing ditentukan oleh kesepakatan bersama antara pemancing dengan stakeholder lain yang terkait. Salah satu contohnya yaitu Waduk Malahayu di Brebes telah melakukan penarikan retribusi kepada pemancing untuk melestarikan stok ikan yaitu sebesar Rp. 4000,-/orang/hari dan wira restocking telah terjadi secara teratur.
21 Kelembagaan Waduk Sempor Waduk Sempor merupakan waduk yang memiliki berbagai pemanfaatan bagi masyarakat sekitar diantaranya perairan (irigasi), perikanan dan wisata. Pemangku kepentingan (stakeholder) di Waduk Sempor yang terlibat adalah Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO), Kelompok budidaya (Mina Marga Mulia dan Mina Giri Mukti), Kelompok nelayan (Mina Sari Asih dan Telaga Sari), Dinas Perikanan Kabupaten Kebumen, Dinas Pariwisata Kabupaten Kebumen, pemancing dan pengepul/bakul ikan. Pengelolaan Waduk Sempor direkomendasikan dalam satu manajemen kelembagaan dalam pengaturan kegiatan perikanan tangkap dan budidaya serta wisata berupa pemancingan. Satu manajamen kelembagaan ini disepakati bersama dengan seluruh stakeholder Waduk Sempor khususnya pelaku langsung. Stakeholder pelaku langsung di Waduk Sempor, adalah Kelompok budidaya (Mina Marga Mulia dan Mina Giri Mukti) dan Kelompok nelayan (Mina Sari Asih dan Telaga Sari). Penggabungan antara kelompok nelayan dengan kelompok budidaya untuk menjadi suatu kelompok bersama dalam satu manajemen akan menciptakan pengelolaan yang berbasis masyarakat di Waduk Sempor. Pembentukan Kelompok Bersama ini akan menyatukan tujuan dan pelaksanaan pengelolaan di Waduk Sempor yang berkelanjutan serta menghindari terjadinya bentrokan antar Kelompok nelayan dan Budidaya. Kelompok Bersama ini akan didampingi Dinas Perikanan serta Pariwisata Kabupaten Kebumen selaku pembimbing dan penyuluh. Pengembangan perikanan di Waduk Sempor yang diatur oleh Kelompok Bersama meliputi: (1) Pengaturan dan penarikan biaya retribusi pemancing serta produksi ikan baik hasil tangkapan nelayan maupun budidaya. Penarikan retribusi bertujuan sebagai sumber dana untuk kegiatan dalam Kelompok Bersama untuk meningkatkan produksi perikanan di waduk baik untuk KJA dan perikanan tangkap. Biaya retribusi setiap hasil tangkapan nelayan dan produksi ikan KJA setiap kilonya adalah Rp. 500-1000,- sepertinya yang diterapkan di Waduk Malahayu,Brebes. Penarikan retribusi ini dilakukan dengan bekerjasama stakeholder lain yaitu pengepul nelayan dan KJA. (2) Pengawasan penggunaan alat tangkap nelayan yang ramah lingkungan salah satunya ukuran mata jaring (mesh size) >2,5 inci serta pelepasan kembali ikan tangkapan yang masih kecil kecuali ikan lohan. Hal ini bertujuan untuk menghindarai penangkapan ikan masih kecil dan pengendalian ikan lohan karena ikan lohan merupakan spesies asing invasif kompetitor, makanan dan ruang (habitat) dengan ikan nila serta bukan merupakan ikan ekonomis penting (Purnomo et al. 2013). (3) Pengembangan KJA di Waduk Sempor dilakukan dengan perizinan Kelompok Bersama pada lokasi yang telah ditentukan yaitu stasiun 3. Kepemilikan KJA diharuskan warga sekitar Waduk Sempor, dengan cara tergabung dalam Kelompok Bersama, apabila setiap 1 unit KJA dimiliki oleh 1 keluarga, maka dari usaha budidaya KJA akan membantu dalam peningkatan kesejahteraan sebanyak 113 keluarga Waduk Sempor.
22 Pembahasan Pengelolaan sumberdaya perairan berbasis masyarakat merupakan pengelolaan yang diharapkan mampu menjawab persoalan yang terjadi di suatu wilayah berdasarkan karakteristik sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Dalam hal ini, suatu komunitas mempunyai hak untuk dilibatkan atau mempunyai kewenangan secara langsung dalam membuat perencanaan pengelolaan wilayahnya disesuaikan dengan kapasitas dan daya dukung lingkungan. Karakteristik sumberdaya alam di Waduk Sempor dapat dilihat dari aspek ekologinya. Kualitas perairan di Waduk Sempor tergolong baik untuk pengembangan perikanan, karena berdasarkan paramater fisika-kimianya masih berada dibawah baku mutu air PP No. 82 tahun (2001) Kelas III untuk perikanan. Pengembangan perikanan baik perikanan budidaya maupun tangkap dapat ditingkatkan sepanjang tidak melebihi batas perairan eutrofik. Perairan dikategorikan eutrofik apabila perairan tersebut memiliki kandungan klorofil-a sebesar 25 mg/m3 atau total P sebesar 0,431 mg/L (Smith 2006). Kandungan total P di perairan Waduk Sempor saat ini rata-rata adalah 0,143 mg/L, sehingga pengembangan perikanan baik budidaya maupun tangkap masih dapat dikembangkan sampai perairan eutrofik. Peningkatan perikanan alami dapat terjadi seiring peningkatan kesuburan perairan. Peningkatan kesuburan di perairan waduk dapat dilakukan dengan pengembangan budidaya keramba jaring apung (KJA) yang memberikan masukan nutrien dari buangan pakan. Siagian (2014) menyatakan bahwa peningkatan produksi budidaya di waduk sampai batas tertentu akan diikuti dengan peningkatan produksi tangkapnya. Pemanfaatan danau/waduk untuk kegiatan budidaya ikan sistem KJA harus dilakukan secara rasional dan tetap mengacu pada tata ruang yang telah ditentukan serta kondisi sumber daya dan daya dukung perairannya dengan maksud untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mempertahankan fungsi utama waduk (Ilyas et al, 1989). Pengembangan perikanan KJA di Waduk Sempor tidak dilakukan secara maksimal sesuai dengan daya dukungnya yaitu 1336 unit untuk ikan Nila atau 1088 unit untuk ikan Gurame, hal ini dikarenakan pengaturan lokasi KJA memerlukan persyaratan kedalaman serta adanya aturan pelarangan kegiatan KJA pada jarak 1 km dari pintu air oleh Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWSO). Salah satu penyebab kematian massal ikan budidaya adalah penurunan tinggi muka air. Apabila tinggi muka air menurun, maka jarak karamba jaring apung dengan dasar menjadi lebih dekat, akibatnya ikan budidaya semakin mendekati lapisan hipolimnion yang reduktif. Menurut Krismono (1999), kegiatan budaya ikan sistem KJA di danau/waduk, kedalaman air disyaratkan minimal 5 m pada jalur yang berarus horizontal. Kedalaman tersebut dimaksudkan untuk menghindari pengaruh langsung kualitas air yang jelek dari dasar perairan. Oleh karena itu area yang memungkin untuk KJA yaitu disekitar stasiun 3 sebanyak 113 unit dikarenakan kedalamannya berkisar 23-25 m dan telah melewati jarak 1 km dari pintu air. Masukan nutrien dari pengembangan KJA di Waduk Sempor akan meningkatkan kesuburan dan terjadinya peningkatan produktivitas perairan. Daya dukung perikanan alami Waduk Sempor berdasarkan produktivitas perairan saat ini adalah 51,8 ton/tahun atau 142 kg/hari. Dengan adanya penambahan KJA sebanyak 113 unit maka daya dukung perikanan tangkap alami meningkat
23 menjadi 81,72 ton/tahun atau 223,89 kg/hari. Penebaran benih merupakan salah satu upaya pemanfaatan potensi perikanan alami sehingga produksi tangkapan ikan meningkat. Syafei (2005) menyatakan bahwa penebaran ikan ke dalam perairan salah satu tujuannya yaitu meningkatkan produksi perairan; menyeimbangkan populasi; serta mengendalikan tumbuhan atau ledakan alga (blooming algae). Dengan adanya penebaran benih maka dampak eutrofikasi yang merugikan akibat KJA yang memacu pertumbuhan plankton dan alga dapat dicegah (Koeshendrajana et al. 2011). Oleh karena itu jenis ikan yang ditebar adalah plankton feeder seperti ikan nila yang komposisi makanannya yaitu fitoplankton (65,87%) dan makrofita (33,99%) (Purnomo et al. 2013) selain itu merupakan ikan target tangkapan nelayan . Peningkatan pendapatan nelayan di waduk dapat terjadi setelah adanya penambahan KJA dan penebaran benih ikan yang sesuai dengan daya dukungnya dikarenakan hasil tangkapan nelayan meningkat. Berdasarkan analisa usaha setelah adanya penambahan KJA dan penebaran benih maka pendapatan nelayan meningkat dengan signifikan sehingga keuntungan yang didapat melebihi batas UMR Kab. Kebumen (Rp 975 000,-/bulan) yaitu dari Rp 199 000,-/bulan menjadi Rp 1 050 200,-/bulan dan menunjang terciptanya kesejahteraan masyarakat. Hal ini didukung dengan pernyataan Pushpalatha & Chandrasoma (2010) bahwa penebaran benih ikan dengan kepadatan yang berkisar 217–870 ekor/ha/tahun di 15 waduk yang luasnya <250 ha di Srilanka dapat meningkatkan hasil tangkapan berkisar 42,8–134,4%. Kegiatan usaha budidaya KJA di Waduk Sempor saat ini belum mensejahterakan pembudidaya, walaupun menguntungkan tetapi keuntungan per bulannya sangat kecil yaitu berkisar Rp 45 400-190 550,- jauh dari UMR Kab. Kebumen (Rp 975 000,-/bulan). Hal ini dikarenakan penerapan teknologi belum tepat dan masih sistem semi intensif, ukuran ikan saat panen masih kecil sehingga produksinya sedikit dan keuntungannya pun kecil. Dengan asumsi dilakukan peningkatan teknologi budidaya yang tepat yaitu pemberian pakan yang efektif, efisien dan secara intensif maka keuntungan yang didapat pun bertambah dikarenakan produksi yang meningkat. Setelah adanya peningkatan teknologi budidaya usaha KJA secara Kelompok yang membudidayakan ikan Nila memberikan keuntungan yang terbesar dan melebihi UMR Kab Kebumen yaitu Rp. 987 500,-/bulan. Wisata pemancingan di Waduk Sempor masih belum diatur secara baik padahal pengembangan wisata pemancingan di waduk akan memberikan manfaat terhadap masyarakat sekitar yaitu menciptakan peluang-peluang usaha seperti berjualan makanan, minuman, umpan dan penjualan ikan kepada pemancing sehingga mampu menopang kehidupan masyarakat itu sendiri (Nasution 2009). Penarikan retribusi pada pemancing juga perlu dilakukan guna menjadi salah satu sumber dana untuk melakukan penebaran benih secara mandiri oleh masyarakat sekitar (Suyono 2011) agar stok ikan tetap berkelanjutan (Syafei 2005). Pengaturan ukuran mata kail yang digunakan oleh pemancing yaitu ukuran 4 perlu diterapkan, hal ini agar benih ikan yang ditebar tidak tertangkap. Berdasarkan wawancara dengan nelayan Waduk Sempor karena tidak adanya pengaturan mata kail, benih ikan banyak yang tertangkap oleh pemancing setelah dilakukan penebaran benih.
24 Pembentukan Kelompok Bersama di Waduk Sempor dimaksud untuk menciptakan suatu kelembagaan yang bertujuan menyamakan suatu tujuan dan pelaksanaan terciptanya pengembangan perikanan berkelanjutan. Pembentukan Kelompok Bersama ini akan menciptakan kondisi pengelolaan satu manajemen yang ide dan pelaksanaannya oleh masyarakat sekitar Waduk Sempor. Kelompok Bersama akan menjadi wadah dalam peningkatan kualitas masyarakat Waduk Sempor berupa pelatihan-pelatihan dan penerimaan bantuan pemerintah. Fungsi pengaturan kelembagaan di Waduk Sempor belum tercipta seperti pengaturan penangkapan ikan, pengaturan konservasi perairan, pengaturan pemasaran ikan dan wisata. Waduk Malahayu Brebes telah melakukan fungsi pengaturan tersebut sehingga diharapkan produksi perairan umum waduk dapat berkelanjutan dan pemanfaatan serta pengelolaan sumberdaya perikanannya dapat berlangsung sesuai dengan prinsip pembangungan perikanan yang bertanggung jawab (Purnomo et al. 2009 in Nasution 2011). Kelompok Bersama perlu membentuk bagian kelompok pengawas masyarakat (pokwasmas) sebagai pelaksana fungsi pengawasan pengaturan penangkapan ikan, konservasi perairan dan wisata. Pembentukan pokwasmas juga telah dilakukan di Waduk Jatiluhur (Koeshendrajana et al. 2011), Waduk Gajah Mungkur (Yusuf & Kurniawan 2011) sebagai fungsi pengawas pengelolaan waduk. Pokwasmas harus menjangkau seluruh wilayah perairan dan menguasai teknik pengawasan serta kemampuan pengetahuan atas aturan-aturan terkait pengawasan dan tindakan indikasi pelanggaran. Pengawasan pokwasmas pada Waduk Sempor diantaranya adalah pengawasan penggunaan alat tangkap pada nelayan dan pemancing sesuai dengan kesepakatan, penarikan retribusi pemancing untuk wirastoking, dan penertiban pendirian lokasi KJA. Oleh karena itu perluya bimbingan dari penyuluh yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan Kab Kebumen agar petugas lapangan pokwasmas bisa menguasai tugas dan fungsinya.
4 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan kualitas air dan kandungan nutrien, Waduk Sempor masih bisa dilakukan pengembangan perikanan dan wisata. Berdasarkan analisis produktivitas primer, daya dukung perikanan alami di Waduk Sempor adalah 51,85 ton ikan/tahun. Kegiatan usaha perikanan tangkap maupun budidaya berdasarkan analisa usaha masih menguntungkan tetapi jauh dibawah dari UMR Kab Kebumen. Strategi pengelolaan di Waduk Sempor adalah 1. Peningkatan produktivitas perairan dengan penambahan keramba jaring apung (KJA) maksimal sebanyak 113 unit pada lokasi stasiun 3 yaitu area sekitar KJA; 2. Penebaran benih ikan sebanyak 579 580 ekor/tahun dengan jenis ikan yang ditebar adalah ikan nila; 3. Pengembangan wisata pemancingan yang ramah lingkungan dan alat tangkap; 4. Pembentukan Kelompok Bersama guna koordinasi pengelolaan perikanan tangkap, budidaya dan wisata.
25
Saran Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyajikan teknologi budidaya keramba jaring apung yang efektif dan menguntungkan. Kelembagaan untuk pengembangan perikanan di Waduk Sempor dilakukan secara komprehensif agar pengelolaan dapat dilakukan secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA Alauddin MHR. 2010. Optimasi pemanfaatan wilayah pesisir berbasis daya dukung bagi pengembangan budidaya tambak udang di kecamatan Manggara Bombang. Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [APHA] American Public Health Association. 2005. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater. 21thEdition. DC. USA:American Public Health Assosiation/American Water Work Association/Water Enviroment Federation Washington. An, K.G & J.R. Jones. 2000. Factors regulat ing bluegreen dominance in a Reservoir Directly Influenced by the Asian Monsoon. Hydrobiologia 432: 37-48 Ariyanto DW, Widijanto H. 2008. Kajian klasifikasi bahaya erosi dengan sistem informasi geografi di daerah hulu Waduk Sempor, Gombong. J Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 5 (2): 121-128 [BBWS Serayu Opak] Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak. 2013. Laporan Rutin Inflow Bulan Juli – Agustus 2013. Kebumen Beveridge MCM.1987. Cage Aquaculture. Survey (GB): Fishing News Book Ltd. Diana JS, Lin Ck, Yi Y. 1994. Stocking density dan supplemental fishing. Aquaculture Colabrative Research Support Program Sustainable Aquaculture for a Secure Future. [Internet]. [diunduh 2015 September 10]. Tersedia pada: http://www. pdacrsp.oregonstate.edu/pubs/techincal/ 13techhtml/2.d.2/2.d.2.html Hidonis K . 2014. Model pengelolaan waduk berbasis sistem KJA Multispesies (Studi Kasus Waduk Cirata). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Laetje K. 2012. Kajian daya dukung lingkungan perairan bagi pemanfaatan perikanan berbasis ranching dan budidaya ikan KJA di Waduk Malahayu. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kismono. 1999. Pengelolaan lingkungan budidaya ikan di keramba jaring apung. J Warta Penelitian Indonesia 5(8):15-18 Koeshendrajana S, Apriliani T, Firdaus M, Nasution Z, Nurfiarini A. 2011. Penebaran ikan bandeng di Waduk Jatiluhur: analisis dampak dan kebijakan pengembangan. J Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan 1(1):1-17 Kordi MGH, Andi BT. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Millero FJ, Sohn ML. 1991. Chemical Oceanograhy. London (GB): CRC Press
26 Nasution SH. 2009. Peranan wisata pemancingan dalam pengembangan wilayah KabupatenDeli Serdang Propinsi Sumatera Utara. [Tesis]. Medan (ID): Universitas Sumetera Utara. Nasution Z, Rudhy G, Yanti S. 2005. Kelayakan finansial usaha budidaya ikan bandeng dan nila sistem keramba jaring apung (Studi Kasus di Perairan Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) J Penelitian Perikanan Indonesia 11(3):11-19 Nasution Z. 2005. Analisis kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan perairan waduk (Studi Kasus di Perairan Waduk Jatiluhur, Jawa Barat). Buletin Ekonomi Perikanan 6(1):1-11 Novita MZ. 2015. Penentuan daya dukung ekosistem perairan untuk wisata pemancingan (Studi Kasus: Situ Cilala, Kabupaten Bogor). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Novotny V, Olem H. 1994. Water quality, prevention, identification, and management of diffuse pollution. NewYork (US): Van Nostrans Reinhold Odum E. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Ed 3th. Yogjakarta (ID):Gajahmada Universty Press [PP] Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pakpahan, A. 1991. Perspektif ekonomi institusi dalam pengelolaan sumber daya Alam. J Ekonomi dan Keuangan.1:445-464 Papyne, M. 1997. Modern Social Work Theory. Second Edition. London (GB): McMillan Press, Ltd. Pescod MB. 1973. Investigation of National Efluent and Stream Standar for Tropical Countries. London (GB): AIT Purnomo K, Andri W, Endi SK, 2013. Daya dukung dan potensi produksi ikan Waduk Sempor Di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. JLitPerikan Ind, 19 (4): 203-212. Pusphalatha KBC, Chandrasoma J. 2010. Culturebased fisheries in minor perenial reservoirs in Sri Lanka: Variability in production, stocked species and yield implication. J. Appl. Ichthyol 26: 99 – 104p Rahmawati S . 2002.Pengelolaan Sumberdaya Perairan Waduk Secara Optimal dan Terpadu. (ID): USU Digital Library Rifa’I R S dan K Pertagunawan. 1983. Biologi Perikanan 1. Jakarta (ID): CV Kayago:143 Riyadi A. 2006. Kajian kualitas air Waduk Tirta Shinta di Kotabumi Lampung. J Hidrosfir 1(2):75-82. Ryding SO, Rast W. 1989. (ed) The control of eutrophication of lakes and reservoirs. Paris (FR): The Parthenon Publishing Group. Sachoemar, S. 2006. Analisis daya dukung lingkungan perairan marikultur Batam ESTET (BME) Batam. Jakarta. J.Hidrosfir. 1 (2): 52-60. Sarnita AS. 2001. Karakteristik sumberdaya perikanan betutu, Kalimantan Timur. J Penelitian Perikanan Indonesia 7 (3):1-9 Shannon CE, Weaver W. 1963. The Mathematical Theory of Communication. Urbana (US): University of Illinois Press. Schmittou HR. 1991. Budidaya keramba: Suatu metode produksi ikan di Indonesia. Alih bahasa:Ilyas, S. FRDP. Puslitbang Perikanan. 125p
27 Siagian M. 2014. Pengelolaan Waduk yang Berkelanjutan Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas Perairan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Produktivitas Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Smith VH. 2006. Using primary productivity as an index of coastal eutrphication: the units of measurement matter.Journal of Plankton Research 29 (1): 1-6 Suprayudi M & Setiawati M. 2003. Kebutuhan ikan gurame (Osphronemus gouramy lac) akan mineral fosfor. J Akuakultur Indonesia 2 (2): 67-71 Supriyanto. 2011. Ikan di Waduk Sempor semakin berkurang. Suara Merdeka. Semarang Suyono. 2011. Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Waduk Cacaban dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Jurusan Budidaya Fakultas Perikanan . Tegal (ID) :Universitas Pancasakti. Syafei L S. 2005. Penebaran ikan untuk pelestarian sumberdaya perikanan. J Ikhtiologi Indonesia 5 (2):69-75 UNESCO. 1992. Water quality assement. Chapman. London (GB): Chapman and Hall Ltd Walmsley RD, Thornton JA. 1985. Evaluation of OECD type phosphorus eutrophication model for predicting the trophic status of Southern African man-made lakes. S. Afr. J.Sci. 80 :257-259 Wetzel RG. 2001. Limnology. Lake and River Ecosiytem 3 Ed. London (GB): Academic Press. Yasa PRM. 2015. 111 000 Ha Lahan Kekeringan. Kompas. 31 Juli 2015. Jakarta. Yusuf R & Kurniawan T. 2011. Asessment efektivitas kelembagaan eksisting dalam pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk GajahMungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Prosiding Forum Nasional Pemancuan Sumberdaya Ikan III
LAMPIRAN 1. Perhitungan Daya Dukung KJA & Perikanan tangkap alami Daya Dukung KJA Ikan Nila Parameter Pf Pi delta P X Q (debit) Volume ρ R R fish Z (kedalaman) L fish Luas Danau TAL (Total Accepteble loading)
Satuan mg/m3 3
mg/m mg/m3 3 m /tahun m3 volume/tahun meter (mg/m2/y ) (gr/m2/y) Ha m2 gr/th
Rumus Eutrofik maksimum Smith 2006 Pf-Pi 0,45-0,55 3, 15 m3/detik /tahun R = 1/(1+0.747 0.507 ) X + [(1 – X) R] – R fish] L fish * L Danau
ton/th Loading P per ton ikan Kandungan P dalam pelet Kandungan P dalam 1 ton pelet FCR Kandungan P dalam ikan Nila P yang hilang ke perairan FCR
% gram 1.5 % gram/ton ikan
ton
Produksi ikan per-KJA Total KJA yang diperbolehkan
ton/unit/tahun unit
431.8 147 284.84 0.5 56846000 36800000 1.54 0.52 0.76 14.72 26863.98 26.86 250 2500000 67159939.45 671.5993945
1.34% 13400 20100 0,34%=3,4 kg/tonikan P dalam pelet-P dalam tubuh
1.5
Daya Dukung
Perhitungan
20100 3400
16700 (L fish x A)/P yang hilang ke perairan
1 unit= 3 petak KJA
4021.55 3 1340
29
Daya Dukung KJA ikan Gurame Parameter Satuan Pf Pi delta P X Q (debit) Volume ρ R R fish Z (kedalaman) L fish Luas Danau TAL (Total Accepteble loading)
mg/m3 3
mg/m mg/m3 3 m /tahun m3 volume/tahun Meter (mg/m2/y ) (gr/m2/y) Ha m2 gr/th
Rumus Eutrofik maksimum Smith 2006 Pf-Pi 0,45-0,55 3, 15 m3/detik /tahun R = 1/(1+0.747 0.507 ) X + [(1 – X) R] – R fish] L fish * L Danau
ton/th Loading P per ton ikan Kandungan P dalam pelet Kandungan P dalam 1 ton pelet FCR Kandungan P dalam ikan Nila P yang hilang ke perairan FCR
% Gram 1.5 % gram/ton ikan
Ton
Produksi ikan per-KJA Total KJA yang diperbolehkan
ton/unit/tahun Unit
431.8 147 284.84 0.5 56846000 36800000 1.54 0.52 0.76 14.72 26863.98 26.86 250 2500000 67159939.45 671.5993945
1.34% 13400 20100 0,34%=3,4 kg/tonikan P dalam pelet-P dalam tubuh
1.5
Daya Dukung
Perhitungan
27300 6800
20500 (L fish x A)/P yang hilang ke perairan 1 unit= 3 petak KJA
3276.09 3.6 910
30 2. Area Waduk Sempor yang memungkinkan pembangunan KJA
31
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Kota Banjarmasin pada tanggal 10 Juni 1988, merupakan putra kedua dari pasangan suami istri Bapak Sriyanto Agung Wiryono dan Ibu Enny Suyanti. Penulis menamatkan program sarjananya di jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Diponegoro (UNDIP) pada tahun 2011 dengan judul penelitian “Tingkat Kesuburan Perairan di Waduk Sempor dan Wadas Lintang Kabupaten Kebumen Berdasarkan Carlson’s Trophic State Index”. Penulis melanjutkan pendidikan pascasarjana pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012. Sebuah karya ilmiah yang merupakan bagian dari tesis Penulis telah diterbitkan pada Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia tahun 2014 dengan judul “Status Kesuburan dan Kualitas Air di Waduk Sempor Kabupaten Kebumen”. Penulis menyelesaikan master dengan judul “Pengelolaan Waduk Bagi Pengembangan Perikanan Berkelanjutan Berbasis Masyarakat (Studi Kasus: Waduk Sempor Kebumen)”.