HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG Urfaa Fajarwati Dosen Universitas Bina Darma Jalan A. Yani No. 12 Palembang Surel:
[email protected] Abstract: This study aims to determine the relationship between social interaction in families with assertive behaviour among eighth grade students of junior high school 7 Palembang. The hypothesis proposed in this study is there a relationship between social interactionin families with assertive behaviour among eighth grade students of junior high school 7 Palembang. The population in this study were 360 subjects who are students of eight grade, and sampled as many as 177 subject. This research used simple random sampling technique, and Analysis techniques using simple regression analysis by using SPSS version 20.0 for windows. The results showed a correlation coefficient (r) of 0,654 with a coefficient of determination (R-square) of 0.746, and p = 0,000 (p<0,01). This suggests that the hypothesis is accepted which showed that there is a significant relationship between social interaction in families with assertive behaviour among eighth grade students of junior high school 7 Palembang. Keywords: assertive behavior, social interactions within the family
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi sosial dalam keluarga dengan perilaku asertif pada siswa kelas VIII di SMP N 7 Palembang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara interaksi sosial dalam keluarga dengan perilaku asertif pada siswa kelas VIII di SMP N 7 Palembang. Hasil analisis data penelitian dengan komputer menggunakan program SPSS 20.0 for Windows, menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,654 dengan koefisien determinasi (R square) sebesar 0.428, serta nilai p = 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara interaksi sosial dalam keluarga dengan perilaku asertif pada siswa kelas VIII di SMP N 7 Palembang. Kata kunci: perilaku asertif, interaksi sosial dalam keluarga
dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan
1. PENDAHULUAN
sosial, anak harus belajar tentang cara-cara Perkembangan
sosial
merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat diartikan juga sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri
terhadap
norma-norma
kelompok, moral dan tradisi; meleburkan diri menjadi
suatu
berkomunikasi
kesatuan dan
bekerja
dan
saling
sama.
Anak
dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul
menyesuaikan
diri
dengan
orang
lain.
Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orangtua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya (Yusuf, 2011). Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma
Hubungan Antara Interaksi Sosial Dalam Keluarga dengan …… (Urfaa Fajarwati)
13
kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan
sebagai individu yang unik, baik sifat-sifat
memberikan contoh kepada anaknya bagaimana
pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasaannya.
menerapkan
Pemahaman
norma-norma
tersebut
dalam
ini,
mendorong remaja
untuk
berkehidupan sehari-hari (Yusuf, 2011).
menjalin hubungan sosial yang lebih akrab
Istilah remaja sering dikenal dalam bahasa asing
dengan mereka (terutama teman sebaya), baik
„adolescence‟, berasal dari kata latin yaitu
melalui jalinan persahabatan maupun percintaan.
adolescere, yang artinya tumbuh atau tumbuh ke
Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih
arah kematangan. Remaja adalah suatu periode
teman yang memiliki kualitas psikologi yang
transisi, dimana individu mengalami perubahan
relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut
baik secara fisik maupun psikis dari masa anak-
interest, sikap, nilai, dan kepribadian. Pada masa
anak menuju ke masa dewasa (Hurlock, 1991).
remaja juga berkembang sikap kecenderungan
Pada fase ini, remaja merupakan segmen
untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat,
perkembangan individu yang sangat penting,
nilai kebiasaan kegemaran, atau keinginan orang
yang diawali dengan matangnya organ-organ
lain atau teman sebaya. Perkembangan sikap
fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.
seperti ini pada remaja dapat memberikan
Menurut Konopka (Yusuf, 2011), usia remaja
dampak yang positif maupun negatif
awal berada pada usia12-15 tahun.
remaja (Yusuf, 2011).
Secara
umum
perkembangan
Selama masa perkembangan remaja
remaja menurut Kay (Yusuf, 2011) antara lain
harus mampu mengekspresikan perasaannya
seperti;
berikut
dengan berani dan tegas terhadap stimulus yang
keragaman kualitasnya, mencapai kemandirian
datang dari lingkungannya. Remaja identik
emosional dari orangtua atau figur-figur yang
dengan teman sebaya, yang artinya kebanyakan
mempunyai
otoritas,
remaja sulit untuk menolak ajakan teman
ketrampilan
komunikasi
menerima
tugas
bagi
fisiknya
sendiri
mengembangkan interpersonal
dan
sebayanya, remaja lebih cenderung mengikuti
belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang
apa saja yang akan dikerjakan temannya asalkan
lain baik secara individual maupun kelompok,
mereka bersama-sama. Berkaitan dengan hal ini,
menemukan manusia model yang dijadikan
remaja seharunya memiliki ketegasan, maupun
identitasnya, menerima dirinya sendiri dan
keberanian untuk menolak ajakan lingkungan
memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya
atau teman sebayanya tanpa memiliki rasa
sendiri, memperkuat self-control (kemampuan
keragu-raguan atau rasa bersalah ketika menolak
mengendalikan
diri) atas dasar skala nilai,
ajakan temannya, apalagi jika hal tersebut tidak
prinsip-prinsip atau falsafah hidup, mampu
ada manfaat positif bagi kehidupan remaja
meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap
sendiri. Perilaku semacam ini disebut dengan
atau perilaku) keakanak-kanakan.
perilaku asertif.
Pada masa remaja berkembang “social
Rathus & Nevid (1983), mendefinisikan
cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami
perilaku asertif adalah tingkah laku yang
orang lain. Remaja memahami orang lain
menampilkan keberanian untuk secara jujur dan
14
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.7 No.1 Juli 2013: 13-22
terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan dan
Dengan
demikian,
perilaku
asertif
pikiran-pikiran apa adanya, mempertahankan
seharusnya dikembangkan remaja dengan baik
hak-hak pribadi, serta menolak permintaan-
agar remaja tidak memiliki hambatan dalam
permintaan yang tidak masuk akal termasuk
menyampaikan
tekanan yang datang dari figur otoritas dan
rasa takut akan salah ketika mengekspresikan
standar-standar
perasaannya,
kelompok.
yang
berlaku
Sedangkan
pada
menurut
suatu
Alberti
&
pendapatnya, tidak memiliki
sekalipun
hal-hal
yang
akan
disampaikannya itu berbeda dari orang lain.
Emmons (Anindyajati dan Karima, 2004),
Perilaku
perilaku asertif adalah perilaku individu yang
kemungkinan besar dapat dipengaruhi dari
bisa melakukan sesuatu atas dasar keinginannya
berbagai faktor, salah satunya adalah faktor
sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain,
interaksi sosial di dalam keluarganya.
menegakkan
hak-hak
yang
kurang
asertif
ini
tanpa
Palmer & Froehner (Anindyajati dan
mengesampingkan hak-hak orang lain, serta
Karima, 2004), asertivitas tidak terjadi dengan
mampu
begitu saja secara langsung ketika kita dilahirkan
untuk
pribadinya
remaja
mengekspresikan
perasaan-
perasaannya secara nyaman.
melainkan
Alberti dan Emmons (2002), sikap asertif perlu
Asertivitas berkembang secara bertahap sebagai
dikembangkan agar remaja mempunyai kontrol
seluruh hasil interaksi antar individu seperti anak
diri dan mempunyai kemampuan untuk berkata
dengan orangtuanya dan orang-orang lain di
“tidak” tanpa merasa bersalah ketika menolak
lingkungan sekitarnya. Apabila lingkungannya
ajakan teman untuk melakukan hal-hal yang
mendukung dan memberi kesempatan pada
negatif. Remaja harus berani menolak dan dapat
munculnya asertivitas, maka individu tersebut
menilai
akan cenderung berprilaku asertif.
secara
kritis
hal-hal
yang
dapat
tingkah
laku
yang
dipelajari.
merugikan dan membahayakannya. Menolak
Salah satu faktor yang mempengaruhi asertivitas
pengaruh
harus
pada remaja menurut Alberti dan Emmons
dilakukan dengan kasar atau marah, tetapi dapat
(2002), adalah keluarga; Anak yang memutuskan
dilakukan dengan perkataan yang halus, sopan,
untuk berbicara mengenai hak-haknya sering
tegas, dan dengan alasan yang masuk akal tanpa
mendapatkan sensor dari anggota keluarga,
menyakiti perasaan orang lain.
seperti dilarang untuk berbicara, anak dianggap
Lange dan Jakubowski (1978), memberikan ciri-
sebagai individu yang mengetahui apapun, atau
ciri perilaku individu asertif yaitu, memulai
anak dianggap kurang ajar terhadap orangtuanya.
interaksi, menolak permintaan yang tidak layak,
Tanggapan
mengekspresikan
tersebut
atau
ajakan
teman
tidak
ketidaksetujuan
dan
yang
diberikan
menjadi
tidak
oleh
orangtua
kondusif
bagi
ketidaksenangan, berbicara dalam kelompok,
perkembangan asertivitas anak. Sedangkan pada
mengekspresikan pendapat dan saran, mampu
faktor eksternal yang mempengaruhi asertivitas
menerima kecaman dan kritik, memberi dan
adalah pola asuh orangtua; kualitas perilaku
menerima umpan balik.
asertif individu sangat dipengaruhi oleh interaksi individu tersebut dengan orangtua maupun Hubungan Antara Interaksi Sosial Dalam Keluarga dengan …… (Urfaa Fajarwati)
15
anggota keluarga lainnya. Hal tersebut akan
dalam keluarga yang dapat mempengaruhi
menentukan
perkembangan individu sebagai makhluk sosial
pola
respon
individu
dalam
merespon masalah.
(Ahmadi, 2007).
Bonner (Santosa, 2009) mengemukakan bahwa
Adapun
interaksi sosial adalah suatu hubungan antara
Soekanto (2005) yaitu, ada pelaku dengan
individu atau lebih, di mana kelakuan individu
jumlah lebih dari satu orang, ada komunikasi
yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
antar pelaku dengan menggunakan simbol-
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau
simbol, ada dimensi waktu (masa lampau, masa
sebaliknya.
keluarga
kini, dan masa mendatang) yang menentukan
menurut Djamarah (2004) adalah suatu kesatuan
sifat aksi yang sedang berlangsung, dan ada
yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau
tujuan-tujuan
interaksi dan saling mempengaruhi dengan yang
tidaknya
lainnya, walaupun diantara mereka tidak terdapat
diperkirakan oleh pengamat. Namun tidak semua
hubungan darah.
tindakan merupakan interaksi. Hakikat interaksi
Di dalam keluarga tentunya terjadi interaksi
terletak pada kesadaran mengarahkan tindakan
sosial
Keluarga
pada orang lain. Harus ada orientasi timbal-balik
merupakan kelompok sosial pertama dalam
antara pihak-pihak yang bersangkutan, tanpa
kehidupan manusia di mana ia belajar dan
menghiraukan isi perbuatannya: cinta atau benci,
menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam
kesetiaan atau pengkhianatan, maksud melukai
hubungan interaksi dengan kelompoknya. Di
atau menolong.
antar
Sedangkan
anggota
pengertian
keluarga.
ciri-ciri
interaksi
tertentu
tujuan
sosial
terlepas
tersebut
menurut
dari
sama
dengan
yang
dalam keluarga, manusia pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan oranglain, belajar
bekerja
sama,
dan
saling
bantu
2.
METODOLOGI PENELITIAN
membantu. Dengan kata lain, ia pertama-tama belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial
yang
memiliki
kecakapan-kecakapan
norma-norma tertetu
2.1. Identifikasi Variabel Penelitian
dan dalam
pergaulannya dengan orang lain (Ahmadi, 2007).
1. Variabel Tergantung
Pengalaman interaksi sosial di dalam keluarga,
2. Variabel Bebas
turut menentukan pula cara-cara
tingkah
: Perilaku Asertif :
Interaksi
Sosial
dalam Keluarga
lakunya terhadap orang lain. Apabila interaksi sosialnya di dalam keluarga tidak lancar, maka
2.2.Definisi Operasional
besar kemungkinan interaksi sosialnya dengan masyarakat juga berlangsung dengan tidak lancar. Jadi selain keluarga itu berperan sebagai tempat manusia berkembang sebagai manusia sosial, terdapat pula peranan-peranan tertentu di
16
1.
Perilaku Asertif Perilaku asertif merupakan kemampuan
siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Palembang Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.7 No.1 Juli 2013: 13-22
dalam
menampilkan
tingkah
laku
dan
2.3. Hipotesis
perasaannya secara jujur, tegas, dan apa adanya tanpa rasa takut atau cemas, serta mampu
Ada hubungan antara interaksi sosial
mempertahankan hak-hak pribadinya (termasuk
dalam keluarga dengan perilaku asertif pada
berani mengatakan „tidak‟) namun tetap tanpa
siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Palembang.
mengesampingkan kepentingan orang lain. Variabel perilaku asertif siswa SMP Negeri
7
Palembang
diukur
2.4. Populasi Dan Sampling
dengan
menggunakan skala yang dibuat oleh peneliti
Menurut Sugiyono (2011), populasi
dengan mengacu berdasarkan pada aspek-aspek
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
perilaku asertif menurut Palmer & Froehner
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
(Anindyajati dan Karima, 2004) yang meliputi,
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
permintaan, penolakan, pengekspresian diri,
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
pujian, dan berperan dalam pembicaraan.
kesimpulannya.
2.
bagian dari jumlah dan karakteristik yang
Interaksi Sosial dalam Keluarga
Sedangkan
sampel
adalah
Interaksi sosial dalam keluarga adalah
dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi dalam
hubungan timbal balik antara siswa kelas VIII
penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP
SMP Negeri 7 Palembang dengan sekumpulan
Negeri 7 Palembang dengan rentang usia 12-15
orang, atau individu dengan individu lainnya,
tahun, yang berjumlah 360 siswa. Sebanyak 177
individu dengan kelompok, atau kelompok
digunakan sebagai sampel dan dilakukan uji
dengan kelompok, yang hidup bersama dalam
coba (Try Out) skalakepada 183 siswa.
tempat tinggal bersama dan saling berhubungan atau
berinteraksi dan saling mempengaruhi
antara satu dengan yang lainnya, walaupun
2.5. Metode Pengumpulan Data
diantara mereka tidak terdapat hubungan darah. Variabel interaksi sosial dalam keluarga diukur dengan menggunakan skala interaksi sosial dalam keluarga yang disusun oleh peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek menurut Sarwono (2012), meliputi aspek komunikasi, sikap, tingkah laku kelompok, dan norma-norma sosial.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat yaitu perilaku asertifdan variabel bebas yaitu interaksi sosial dalam keluarga. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 177 siswa.Metode pengumpulan
data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah metode skala likert.
Hubungan Antara Interaksi Sosial Dalam Keluarga dengan …… (Urfaa Fajarwati)
17
1. Validitas
1. Skala Perilaku Asertif Perilaku menggunakan
asertif skala
diukur
perilaku
dengan
Menurut Azwar (2012), Validitas adalah
yang
sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu alat
asertif
diadaptasi oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek
ukur
perilaku
Froehner
Koefisien validitas hanya punya makna apabila
(Anindyajati dan Karima, 2004)sebagai berikut
mempunyai harga positif. Walaupun semakin
(a).
(c).
tinggi mendekati angka 1,00 berarti suatu tes
pengekspresian diri, (d). pujian, dan (e). berperan
semakin valid hasil ukurnya namun pada
dalam pembicaraan.
kenyataanya suatu koefisien validitas tidak
Skala perilaku asertif disajikan dalam 60
pernah
pernyataan yang terdiri dari 30 pernyataan
2012).Pengujian validitas aitem-aitem alat ukur
favourabel dan 30 unfavourabel yang harus
dalam penelitian ini menggunakan teknik Alpha
direspon subjek berdasarkan empat alternatif
Cronbach dengan sistem output satu paket
jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS
reliabilitas dengan bantuan program SPSS 20.0
(Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).
for Windows.
asertif
dari
permintaan,
Palmer
(b).
&
penolakan,
dalam
melakukan
mencapai
fungsi
angka
ukurannya.
1,00
(Azwar,
2. Reliabilitas
2. Skala Interaksi Sosial Dalam Keluarga Skala interaksi sosial dalam keluarga ini
Besarnya koefisien reliabilitas berkisar 0,00
disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek
sampai dengan 1,00. Bila koefisien reliabilitas
interaksi sosial dalam keluarga menurut Sarwono
semakin
(2012)yaitu, aspek komunikasi, sikap, tingkah
pengukuran semakin reliabel (Azwar, 2012).
laku kelompok, dan norma-norma sosial.
tinggi
mendekati
1,00
berarti
Uji reliabilitas yang dilakukan dalam
Skala interaksi sosial dalam keluarga
penelitian ini menggunakan teknik Alpha
disajikan dalam 56 aitem pernyataan yang terdiri
Cronbach dengan bantuan program komputer
dari
SPSS (Statistical Packege Sosial Science) 20.0
28 pernyataan
unfavourabel
yang
favourabel
harus
dan
direspon
28
subjek
for Windows.
berdasarkan empat alternatif jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).
3.
Metode Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah teknik analisis regresi
2.6.
Validitas dan Reliabilitas
sederhana (simple regression). Analisis regresi dikembangkan untuk mengkaji dan mengukur
Untuk mengetahui apakah skala mampu
hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam
menghasilkan data yang akurat dan konsisten
analisis
regresi
dikembangkan
persamaan
atau tidak, tergantung pada validitas dan
estimasi untuk mendeskripsikan pola atau fungsi
reliabilitas alat ukur yang akan digunakan.
hubungan antara variabel-variabel.
.
18
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.7 No.1 Juli 2013: 13-22
3.
melalui uji Kolmogorov Smirnov (Ks-Z=0,935)
HASIL
dan nilai signifikan p=0.346, sedangkan pada variabel perilaku asertif uji Kolmogorov Smirnov
A. Hasil Coba Alat Ukur
(KS-Z=0.962) dan nilai signifikan p=0.313. Seleksi terhadap aitem-aitem perilaku
Hasil uji normalitas inimenunjukkan bahwa
asertif dan interaksi social dalam keluarga yang
variabel interaksi sosial dalam keluarga dan
akan digunakan dalam penelitian dilakukan
perilaku asertif berdistribusi normal.. Berdasarkan hasil uji linieritas antara
dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach. Skala perilaku asertif yang berjumlah 60
variabel interaksi sosial dalam keluarga dengan
aitem,
perilaku asertif berhubungan secara linier, dilihat
peneliti menggunakan batas minimum koefisien
dari kolom P yang nilainya P=0,000, berarti
korelasi 0,30 sehingga diperoleh 44 aitem yang
hipotesis yang diajukan diterima. Selanjutnya,
valid dan 16 aitem yang gugur, yaitu aitem
analisis data dengan statistik parametrik dapat
nomor 1, 2, 5, 11, 12, 13, 15, 27, 28, 32, 37, 41,
dilakukan.
aitem
kemudian
dilakukan
analisis
42, 46, 56, dan 58. Skala berjumlah
interaksi
sosial dalam keluarga
56 aitem dan
terdiri
dari
C. Hasil Uji Hipotesis
28
pernyataan
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa
unfavourable telah dilakukan analisis validitas
nilai korelasi antara variabel interaksi sosial
dengan batas minimum koefisien korelasi 0,30.
dalam keluarga dengan perilaku asertif yaitu R =
Sehingga diperoleh 49 aitem yang valid dan 7
0.654dengan dan p=0,000 dimana p<0,01. Ini
aitem yang gugur yaitu nomor3, 7, 11, 17, 20,
berarti bahwa ada hubungan yang sangat
21, dan 37.
signifikan antarainteraksi sosial dalam keluarga
pernyataan
favourable
dan
28
Uji reliabilitas pada skala interaksi sosial
dengan perilaku asertif padasiswa kelas VIII di
dalam keluarga menunjukkan reliabilitas sebesar
SMP Negeri 7 Palembang. Kemudian, besarnya
0,941 sedangkan untuk uji reliabilitas pada skala
sumbangan
perilaku asertif sebesar 0,913.. Dengan demikian
variabelinteraksi sosial dalam keluarga dengan
kedua skala tersebut dapat dikatakan reliabel,
perilaku asertif
sehingga memenuhi syarat untuk dipergunakan
atau42,8%. Hal ini berarti bahwa masih terdapat
sebagai alat ukur untuk pengambilan data dalam
57,2%
penelitian ini.
berhubungan dengan perilaku asertif namun
efektif
yang
diberikan
oleh
adalah sebesar R²=0,428
pengaruh dari faktor-faktor lain yang
tidak diteliti oleh peneliti. B.
Hasil Uji Asumsi Berdasarkan hasil dengan menggunakan
D. Pembahasan
teknik Kolmogorof-Smirnov Test dari program SPSS 20.0 for Windows menunjukkan nilai untukvariabel
interaksi sosial dalam keluarga
Hasil
penelitian
secara
kuantitatif
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
Hubungan Antara Interaksi Sosial Dalam Keluarga dengan …… (Urfaa Fajarwati)
19
sangat signifikan antara interaksi sosial dalam
mengekspresikan perasaan-perasaannya secara
keluarga dengan perilaku asertif padasiswa kelas
nyaman.
VIII di SMP Negeri 7 Palembang. Berdasarkan
Kemudian berdasarkan pengolahan data
hasil analisis regresi sederhanadapat diketahui
yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti
bahwa koefisien korelasi (r) sebesar 0.654
melakukan ketegorisasi terhadap siswa kelas
dengan p = 0.000 (p<0,01).
VIII di SMP N 7 Palembang dari 177 siswa yang
Besarnya
sumbanganinteraksi
dijadikan subjek penelitian terdapat 106 siswa
sosial dalam keluarga (variabel bebas) terhadap
(59,88%) yang melakukan perilaku asertif yang
perilaku asertif (variabel terikat) adalah42,8%
baik, sebanyak 87 siswa (40,12%) yang memiliki
yang berarti bahwa masih terdapat 57,2% dari
perilaku asertif yang sedang, dan 0 siswa (0%)
faktor lain yang mempengaruhi perilaku asertif
dengan perilaku asertif yang buruk. Dari hasil
tetapi variabel itu tidak diteliti oleh peneliti.
kategorisasi di atas dapat disimpulkan bahwa
Faktor-faktor lain itu diantaranya adalah jenis
rata-ratasiswakelas
kelamin,
tingkat
Palembang melakukan perilaku asertif yang baik.
pendidikan, situasi-situasi tertentu disekitarnya
Salah satu faktor yang mempengaruhi
(Rathus & Nevid, 1980). Keluarga, sekolah, usia,
asertivitas pada remaja menurut Alberti dan
jenis kelamin, konsep diri, pola asuh orang tua
Emmons (2002), adalah keluarga; Anak yang
dan kondisi sosial budaya (Alberti dan Emmons,
memutuskan untuk berbicara mengenai hak-
2002).
haknya sering mendapatkan sensor dari anggota
harga
nilai
diri,
kebudayaan,
VIII
SMP
Negeri
7
Rathus & Nevid (1983), mendefinisikan
keluarga, seperti dilarang untuk berbicara, anak
perilaku asertif adalah tingkah laku yang
dianggap sebagai individu yang mengetahui
menampilkan keberanian untuk secara jujur dan
apapun, atau anak dianggap kurang ajar terhadap
terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan dan
orangtuanya. Tanggapan yang diberikan oleh
pikiran-pikiran apa adanya, mempertahankan
orangtua tersebut menjadi tidak kondusif bagi
hak-hak pribadi, serta menolak permintaan-
perkembangan asertivitas anak. Sedangkan pada
permintaan yang tidak masuk akal termasuk
faktor eksternal yang mempengaruhi asertivitas
tekanan yang datang dari figur otoritas dan
adalah pola asuh orangtua; kualitas perilaku
standar-standar
asertif individu sangat dipengaruhi oleh interaksi
yang
berlaku
pada
suatu
kelompok.
individu tersebut dengan orangtua maupun
Sedangkan menurut Alberti & Emmons
anggota keluarga lainnya. Hal tersebut akan
(Anindyajati dan Karima, 2004), perilaku asertif
menentukan
adalah perilaku individu yang bisa melakukan
merespon masalah.
sesuatu atas dasar keinginannya sendiri tanpa
pola
respon
individu
dalam
Raharjo (2011), mendefinisikan interaksi
adanya paksaan dari orang lain, menegakkan
sosial
hak-hak pribadinya tanpa mengesampingkan
(sosial) berupa aksi saling mempengaruhi, yaitu
hak-hak
interaksi
orang
lain,
serta
mampu
untuk
merupakaan
antara
hubungan
individu
timbal
dengan
balik
individu,
individu dengan kelompok maupun kelompok
20
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.7 No.1 Juli 2013: 13-22
dengan
kelompok.
pengertian
sedang, ditemukan sebanyak 71 siswa (40,12%)
keluarga menurut Djamarah (2004) adalah suatu
yang memiliki tingkat perilaku asertif yang
kesatuan
sedang pula.
yang
berhubungan
Sedangkan
diikat atau
oleh
adanya
interaksi
dan
saling saling
mempengaruhi dengan yang lainnya, walaupun
4. Simpulan
diantara mereka tidak terdapat hubungan darah. Kategorisasi
interaksi
sosial
dalam
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan
keluarga menunjukkan bahwa dari 177 siswa
penelitian didapat hasilnya ada hubungan yang
kelas VIIIdi SMP Negeri 7 Palembang yang
sangat signifikan antara interaksi sosial dalam
dijadikan subjek penelitian, terdapat 110 siswa
keluarga dengan perilaku asertifpadasiswa kelas
(62,14%)yang melakukaninteraksi sosial dalam
VIII di SMP Negeri 7 Palembang
keluargayang baik, dan 67siswa (37,86%)siswa yang melakukan interaksi sosial dalam keluarga yangsedang, serta 0 siswa (0%) yang melakukan interaksi
sosial
buruk.Sehingga
dalam dapat
keluarga
yang
disimpulkan
rata-
ratasiswakelas VIII di SMP Negeri 7 Palembang melakukaninteraksi sosial dalam keluarga yang baik. Secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa interaksi sosial dalam keluarga siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Palembang berada pada kategori baik dengan perilaku asertif yang juga berada pada kategori baik. Hal ini sedikit berbeda dengan fenomena awal yang ditemukan peneliti dimana siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Palembang menunjukkan tingkat interaksi sosial dalam keluarga yang buruk dengan tingkat perilaku asertif yang buruk pula. Ditemukan dalam penelitian dari 110 siswa (62,14%) yang memiliki interaksi sosial dalam keluarga yang baik, hanya 106 siswa (59,88%) yang memiliki perilaku asertif yang baik sementara sisanya memiliki perilaku asertif yang sedang. Dan dari 67 siswa (37,86%) yang memiliki interaksi sosial dalam keluarga yang Hubungan Antara Interaksi Sosial Dalam Keluarga dengan …… (Urfaa Fajarwati)
21
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, S. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.
Ahmadi, A. 2007. Psikologi Sosial: Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Alberti, R. dan Emmons, M. 2002. Your Perfect Right. Penerjemah Buditjahya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Yusuf, S. 2011. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Anindyajati, M. & Karima, C.M. 2004. Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahguna Narkoba (Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba). Jurnal Psikologi, 1, 2, 49-73. Azwar, S. 2012. Tes Prestasi; Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: pustaka Belajar. ________. 2012. Penyusunan Skala psikologi. Yogyakarta: pustaka Belajar. Djamarah. 2004. Penerimaan Diri pada istri Pertama dalam Keluarga Poligami Yang Tinggal dalam Satu Rumah. Diakses dari http://www.gunadarma.ac.id/library/article s/graduate/psychology/2008/Artikel_1050 2073.pd Hurlock, E. B. 1991. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlanggga. Lange, A dan Jakubowski, P. 1978. Responsible Assertive Behavior: Cognitive Behavior Procedures for Trainners. USA: Research Press. Palmer dan Froehner. 2002. Harga Diri Remaja: Penuntun Menumbuhkan Harga Diri Bagi Remaja. Jakarta: Gramedia. Rathus, S.A., & Nevid, J.S. 1983. Adjustment & Growth: The Challenges of Life, (2nd ed). New York: CBS College Publising. Santosa, S. 2009. Dinamika Kelompok Edisi Resvisi. Jakarta: Bumi Aksara. Sarwono, S. W. 2012. Penghantar Psikologi Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
22
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.7 No.1 Juli 2013: 13-22