Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2014, Volume 9 Nomor 1, ( 103 – 109 )
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan stres dalam menghadapi ujian nasional. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMU yang akan menghadapi ujian nasional baik laki-laki maupun perempuan yang bersekolah di Palangkaraya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Alat pengumpulan data menggunakan skala yaitu Skala Stres Menghadapi Ujian Nasional dan Skala Dukungan Sosial. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi sebesar r = -0,312 dengan taraf signifikansi sebesar p = 0,014 (p < 0,05). Hasil kategorisasi menunjukkan mayoritas subjek penelitian sebesar 82% subjek mengalami stres menghadapi ujian nasional pada kategori sedang dan 86% subjek mendapatkan dukungan sosial pada kategori sedang. Kesimpulan penelitian yaitu ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan stres menghadapi ujian nasional. Semakin tinggi dukungan sosial akan semakin rendah stres menghadapi ujian nasional, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka akan semakin tinggi stres yang dialami dalam menghadapi ujian nasional.
Kata Kunci : Ujian Nasional, Dukungan Sosial, Stres PENDAHULUAN Ujian nasional merupakan bagian dari pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia sebagai implementasi dari operasional pelaksanaan UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan Undang-undang No 20 Tahun 2003. Standar kelulusan yang terus ditingkatkan tak pelak menjadi momok dan sumber stres bagi siswa yang akan menghadapi ujian nasional. Rasa takut dan cemas ditambah dengan tuntutan dari pihak sekolah dan orang tua mengakibatkan siswa yang akan menghadapi ujian nasional semakin tertekan. Idealnya siswa yang akan menghadapi ujian nasional haruslah terhindar dari stres agar dapat menyelesaikan ujian nasional dengan hasil yang optimal. Stres yang dialami oleh siswa yang menghadapi ujian nasional dapat berakibat buruk bagi baik bagi kondisi psikologis maupun akademis
yaitu ancaman tidak lulus. Secara nasional, total siswa yang tidak lulus dalam UN 2011 mencapai 16.098. Jumlah ketidaklulusan siswa itu terdiri dari siswa SMA/MA sebanyak 11.443 (0,78%) dan siswa SMK 4.655 (0,49%). UN kali ini diikuti 1.461.941 peserta SMA/MA dari 16.835 sekolah, dan 942.698 peserta SMK dari 8.074 sekolah (Suara Pembaruan, Mei 2011). Stres menurut Anoroga (2006) pada dasarnya disebabkan oleh kekurang mengertian individu akan keterbatasanketerbatasannya sendiri. Mahfar dkk (2007) mengemukakan bahwa siswa yang merasa tidak siap dalam menghadapi ujian akan meningkatkan tekanan yang dihadapi dan melebihi ketahanan tubuh sehingga akan mengakibatkan ketakutan dan stres dalam menghadapi ujian.
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
103
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2014, Volume 9 Nomor 1, ( 103 – 109 )
Siswa yang akan menghadapi ujian nasional pada umumnya merasa tegang dan tertekan. Oleh karena itu diperlukan dukungan sosial untuk menetralisir tekanan yang dirasakan. Dukungan sosial diartikan sebagai bantuan yang diterima individu dari lingkungannya untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi (Setiasih, dkk, 2008). Dukungan sosial yang diberikan dapat berupa dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan penilaian dan dukungan penghargaan. Taylor (2000) mengemukakan bahwa dukungan sosial dipercaya dapat menyangga orang untuk melawan efek yang merugikan dari stres dan dapat meningkatkan kesehatan fisik. Cassel & Cobb (Almasitoh, 2011) menyatakan bahwa dukungan yang dirasakan secara lebih konsisten mampu meningkatkan kesehatan psikis dan melindungi psikis dalam kondisi stres. Almasitoh (2011) mengemukakan bahwa dukungan yang diberikan dapat mengurangi efek-efek dari stres yang merugikan. PERUMUSAN MASALAH Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengungkap korelasi antara dukungan sosian dan tingkat stress. Dengan harapan asumsi adalah semakin tinggi dukungan sosial akan semakin rendah stres menghadapi ujian nasional, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka akan semakin tinggi stres yang dialami dalam menghadapi ujian nasional. Tinjauan Pustaka 1. Stres Menghadapi Ujian Nasional Wahyuningsih (2007) menjelaskan stres sebagai ketegangan fisik, mental dan emosional karena tubuh memberikan respon secara tuntutan, tekanan dan gangguan yang ada disekelilingnya. Stres terjadi karena adanya suatu pencentus yang
menimbulkan situasi tidak nyaman yang berkelanjutan sehingga terjadi gangguan penyesuaian. Lazarus (Cristian, 2005) mengemukakan bahwa stres adalah situasi dan perasaan yang dialami ketika seseorang merasakan adanya tuntutan yang melebihi daya kemampuan pribadi dan sosial yang bisa dikerahkan. Sarafino (Gunawati dkk, 2006) menyatakan bahwa stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Maka dapat disimpulkan bahwa stres mengahadapi ujian nasional adalah pengalaman emosi negatif yang meliputi kondisi ketegangan fisik, mental dan emosional sebagai respon dari persepsi adanya kesenjangan antara tuntutan dengan sumber daya yang dimiliki dalam menghadapi evaluasi pendidikan secara nasional sebagai standar penetapan kelulusan. Aspek-aspek stres dalam menghadapi Ujian Nasional menurut Crider (Behr, 1995) : a. Gangguan emosional Yaitu ada tidaknya gangguan gejala stres yang berwujud keluhankeluhan berupa perasaan tegang, cemas, marah, gelisah dan perasaan bersalah. b. Gangguan fungsi berfikir Gangguan gejala fungsi berfikir merupakan gejala yang tampak pada gangguan kemampuan fungsi berfikir, mental images, konsentrasi dan ingatan. c. Gangguan aktifitas fisiologis
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
104
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2014, Volume 9 Nomor 1, ( 103 – 109 )
Yaitu terganggunya pola-pola normal dari aktivitas fisiologik yang ada. d. Gejala gangguan otot Gangguan otot meliputi sakit kepala, mulut terasa kering, bibir dan tangan gemetar, nyeri leher dan punggung, otot tegang dan mengkerut, dada terasa nyeri, nyeri rahang, lemas dan sesak nafas. e. Gejala organ tubuh dalam Gangguan organ tubuh bagian dalam meliputi tangan dan kaki gemetar, kehilangan gairah seksual, mual, kejang-kejang dan jantung berdebar-debar. f. Gangguan sosial Gangguan sosial terwujud dalam bentuk ketidakmampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik dalam hubungan interpersonal maupun peran sosial. Smet (1994) menjelaskan bahwa stres yang terjadi pada individu dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: a. Variabel dalam diri individu meliputi umur, tahap kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktorfaktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan dan kondisi fisik. b. Karakteristik kepribadian meliputi ekstrovert-introvert, stabilitas emosi secara umum, kepribadian ketabahan (hardiness) dan locus of control. c. Hubungan dengan lingkungan sosial yang merupakan integrasi dalam jaringan sosial. d. Strategi coping, yaitu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan dengan sumber
daya yang digunakan dalam menghadapi situasi yang stresfull. 2.
Dukungan Sosial House (Smet, 1994) mengemukakan bahwa dukungan sosial sebagai transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek yang terdiri dari informasi, perhatian emosional, penilaian dan bantuan instrumental. Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai, diperhatikan, dihargai dan menjadi bagian dari kelompok. Johnson & Johnson (2000) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah makna hadirnya orang lain yang dapat diandalkan untuk dimintai bantuan, dorongan dan penerimaan apabila individu yang bersangkutan mengalami kesulitan. Sarafino (Rensy & Sugiarti, 2010) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, pengenaan akan kepedulian atau membantu dan menerima pertolongan dari orang lain atau dari kelompok lain. Maka bahwa dukungan sosial adalah transaksi interpersonal sebagai hasil dari proses sosial, emosional, kognitif dan perilaku dari orang lain yang dapat diandalkan untuk menghadapi masalah sehingga individu merasa dicintai, diperhatikan dan menjadi bagian dari kelompok. Smet (1994) mengungkapkan dukungan sosial mempunyai empat aspek yaitu: a. Perhatian emosi Perhatian secara emosional yang berupa kehangatan, kepedulian dan empati yang diberikan oleh orang lain yang dapat meyakinkan bahwa dirinya diperhatikan orang lain. b. Instrumental
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
105
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2014, Volume 9 Nomor 1, ( 103 – 109 )
Bantuan instrumental merupakan bantuan nyata yang berupa dukungan materi seperti layanan, barang-barang dan finansial. c. Informasi Informasi dapat berupa saran-saran, nasehat, petunjuk yang diperoleh dari orang lain sehingga individu dapat mengatasi masalahnya dan mencoba mencari jalan keluar untuk memecahkan masalahnya. d. Penilaian Penialain berisi penghargaan positif, dorongan maju atau persetujuan terhadap gagasan atau perasaan orang lain. Carter dkk (Setiasih dkk, 2008) mengemukakan dukungan sosial terdiri dari: a. Emotional support Tipe dukungan emosional dapat membuat seseorang merasa dihargai apa adanya dan merasa diterima. Perilaku yang mencerminkan penghargaan, afeksi, kepercayaan dan perhatian termasuk dalam dukungan emosi. b. Companionship support Dukungan ini berfungsi untuk mengalihkan perhatian seseorang dari masalah yang dihadapi atau untuk memberikan suasana hati yang positif. c. Tangible (or material) support Dukungan ini meliputi bantuan keuangan, barang dan semua kebutuhan konkret yang diperlukan.
d. Informational support Bantuan berupa penyediaan informasi atau pengetahuan yang dapat membantu seseorang untuk meningkatkan efisiensi dalam menyelesaikan suatu masalah. Sumber-sumber dukungan sosial menurut Johnson & Johnson (2000) menyatakan bahwa ada tiga sumber dukungan sosial yang berasal dari orangorang yang berarti bagi individu meliputi keluarga, atasan dan rekan kerja. Dukungan sosial dapat diperoleh dari orang lain yang ada di sekitar individu misalnya pasangan, keluarga, teman dan sahabat, tetangga, rekan kerja serta individu masyarakat lainnya (Sarafino, 1994).. Thoits (Anggorowati, 2007) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat diperoleh dari orang-orang yang dekat seperti pasangan hidup, keluarga, teman dekat, rekan kerja, saudara dan tetangga. Orang-orang tersebut diharapkan dapat memberi dukungan pada waktu seseorang menghadapi masalah. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Uji Coba Hasil uji coba menunjukkan Skala Stres Menghadapi Ujian Nasional terdiri dari 20 aitem valid. Koefisien reliabilitas skala 0,936 dengan rentang rerata indeks daya beda aitem 0,291-0,785. Skala dukungan sosial terdiri dari 24 aitem valid. Koefisien reliabilitas skala sebesar 0,955 dengan rentang rerata indeks daya beda aitem bergerak dari 0,501-0,806.
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
106
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2014, Volume 9 Nomor 1, ( 103 – 109 )
2.
Deskripsi Data Penelitian a. Skor Empirik Variabel Stres Dukungan social
Min 27 59
Skor Empirik Maks Mean 59 44,7 81
SD 6,7
66,6
4,6
Skor Hipotetik Maks Mean 80 50
SD 10
b. Skor Hipotetik Variabel Stres Dukungan social
Min 20 24
96
60
12
c. Norma Kategorisasi Interval X < (M – 1 SD Hipotetik) (M – 1 SD Hipotetik) < X ≤ (M + 1 SD Hipotetik) X ≥ (M + 1 SD Hipotetik)
d. Hasil Kategorisasi Hasil kategorisasi menunjukkan bahwa dari seluruh subjek penelitian mayoritas terdapat 82% subjek yang mengalami stres dalam menghadapi Ujian Nasional pada kategori sedang. Kategorisasi dukungan sosial menunjukkan mayoritas subjek yaitu sebanyak 86% subjek mendapatkan dukungan sosial termasuk pada kategori sedang. 3. Hasil Penelitian a. Uji Asumsi Hasil uji normalitas menunjukkan variabel stres menghadapi ujian nasional memiliki nilai KS-Z sebesar 0,953 dengan p = 0,324 (p > 0,05). Variabel dukungan sosial memiliki nilai KS-Z sebesar 0,676 dengan p = 0,751. Maka masing-masing data penelitian terdistribusi normal.
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Hasil uji lineritas menunjukkan hubungan linier antara dukungan sosial dengan stres menghadapi ujian nasional dengan F = 4,49 dan p = 0,042 (p < 0,05). b. Uji Hipotesis Hasil analisis menggunakan Product Moment dari Pearson menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan stres dalam menghadapi ujian nasional dengan koefisien rxy = -312 dan p = 0,014 (p < 0,05). 4. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan stres menghadapi ujian nasional. Semakin tinggi dukungan sosial akan semakin rendah stres menghadapi ujian nasional,
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
107
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2014, Volume 9 Nomor 1, ( 103 – 109 )
sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka akan semakin tinggi stres yang dialami dalam menghadapi ujian nasional. Hasil kategorisasi menunjukkan bahwa 82% subjek penelitian mengalami stres pada kategori sedang. Hal ini dapat dikatakan bahwa mayoritas subjek penelitian secara umum mengalami pengalaman emosional yang negatif diikuti dengan perubahan-perubahan fisiologis, kognitif dan perilaku yang ditjukan untuk mengurangi atau menghilangkan emosiemosi negatif tersebut (Taylor, 2003). Stres yang dialami oleh subjek adalah stres pada kategori sedang. Artinya siswa yang akan mengikuti ujian nasional mampu dengan baik mengelola stres yang dialaminya sehingga stres yang ada menjadi eustres yang kemudian mendorong subjek mempersiapkan ujian nasional dengan sungguh-sungguh. Kategorisasi dukungan sosial menunjukkan bahwa 86% subjek mendapatkan dukungan sosial pada kategori sedang. Artinya subjek mendapatkan transaksi interpersonal sebagai hasil dari proses sosial, emosional, kognitif dan perilaku dari orang lain yang dapat diandalkan untuk menghadapi masalah. Secara empiris telah terbukti bahwa dukungan sosial memberikan pengaruh dengan signifikan terhadap stres dalam menghadapi ujian nasional. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adams, dkk (Almasitoh, 2011) bahwa manfaat dukungan sosial memiliki efek secara langsung pada stressor dan dukungan sosial memiliki hubungan negatif dengan stres. Cohen & Syme (1985) mengemukakan bahwa dukungan sosial yang dirasakan berfungsi mengurangi
efek-efek negatif dari gangguan dan mengembalikan individu pada keadaan kesehatan mental yang baik. Dukungan perhargaan yang diberikan oleh lingkungan berguna untuk membangun harga diri. Sarason dkk (1983) menunjukkan bahwa individu yang mendapatkan hal-hal positif dalam kehidupannya memiliki harga diri yang tinggi dan mempunyai pandangan yang lebih optimis. Sikap optimis ini sangat berguna untuk meminimalisir terjadinya stres pada individu. Dukungan dalam bentuk peralatan merupakan dukungan yang paling bersifat nyata dirasakan individu. Melalui adanya dukungan yang nyata dan tampak oleh individu akan mampu membantu individu untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional. Dukungan informasi dapat termanifestasi dengan memberikan informasi yang terkait dengan situasi individu. Sudut pandang dari pihak lain atau nasihat mampu memberikan pemahaman bagi individu mengenai situasi yang dihadapinya. Johnson & Johnson (Almasitoh, 2011) mengemukakan bahwa dukungan informasi berguna sebagai manajemen stres yang produktif dalam rangka penanganan terhadap stres. Dukungan emosional terwujud dalam rasa empati, perhatian dan kepedulian pada individu. Dukungan emosional yang didapat individu dari orang-orang disekitanya membuat individu merasa diperhatikan dan dicintai. Adanya dukungan secara emosional akan mengurangi ketegangan yang dirasakan individu dalam menghadapi ujian nasional.
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
108
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Maret 2014, Volume 9 Nomor 1, ( 103 – 109 )
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial secara empirik mempunyai hubungan negatif yang signifikan dengan stres menghadapi ujian nasional. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah stres menghadapi
ujian nasional, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka akan semakin tinggi stres yang dialami siswa dalam menghadapi ujian nasional. Stres dalam menghadapi ujian nasional yang dialami oleh siswa dalam kategori sedang.
DAFTAR PUSTAKA Almasitoh, U. H. 2011. Stres Kerja Ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial Pada Perawat. PSIKOISLAMIKA. Vol 8 No 1. Hal 63-82. Anggorowati, R. P. 2007. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan Menghadapi pension. Humanitas. Vol 4, No 1. Hal 45 – 53. Anoroga, P. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Behr, T. A. 1995. Psychological Stress in Work Place. London: Rouledge. Cristian, M. 2005. Jinakkan Stres Kiat Hidup Bebas Tekanan. Bandung: Nexx Media. Gunawati, R. Hartati, S & Listiara, A. 2006. Hubungan antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa-Dosen Pembimbing Utama Skripsi dengan Stres Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol 3 No 2 Desember 2006. Johnson, D. W, & Johnson, F. 2000. Joining Together . Group Theory and Group Skill (7th Ed). New Jersey: Prentice Hall. Rensi., & Sugiarti, L. R. 2010. Dukungan Sosial, Konsep Diri dan Prestasi Belajar. Siswa SMP Kristen YSKI Semarang. Jurnal Psikologi. Vol 3. No 2. Hal 148 – 153. Sarafino, E. P. 1994. Health Psychology. Second Edition. New York: John Willey & Sons. Inc. Setiasih, Rahardjo, L & Setianingrum, I. 2008. Jenis dan Sumber Dukungan Sosial Pada Mahasiswa. Anima. Indonesian Psychological Journal. Vol 23 No 3. Hal 277-286. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo Taylor, S. E. 2003. Health Psychology 5th Edition. New York: Mc Graw Hill. Wahyuningsih, A. S. 2007. Stres Akibat Kerja. KEMAS. Vol. 3 No 1. Hal 48-55.
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
109