RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL SUPPORTS WITH CONFIDENCE WHILE LOOKING FOR A JOB (AN OVERVIEW OF WORKERS IN THE WORLD ARE ENTERING A NEW WORK) Fransiska Anggun Prasetyo Undergraduate Program, Faculty of Psychology Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id
Keywords: social support, self-confidence
ABSTRACT The existence of belief in today's job seeker is a very difficult and the emergence of a sense of pessimism when facing intense competition, and fear of failing when applying for work often get attacked by adults who are just entering the world of work without exception university graduates. Facts and conditions can make a less confident in your job seekers. For that job seekers were in dire need of social support. When a job seeker received social support seems to face the competitive world of work and not easily give up on the challenge. This study aims to examine the relationship between social supports with self-confidence when looking for work. The hypothesis is that there is a positive relationship between social support with self-confidence when looking for work, where the higher the social support the higher the confidence of workers while seeking employment. Conversely the lower the social support, hence the lower the sense of confidence when looking for work. The sample used in this study was male sex workers and women, aged 22-24 years, educated S1 and maximum working period of one year. Sampling study using purposive sampling technique, is sampling technique based
on
certain
characteristics
are
closely related
to
the
purpose
of
research.
The data were then analyzed the data using statistical analysis technique Pearson Product Moment correlation with SPSS program version 16. Hypothesis testing has been done to obtain the results of the correlation coefficient of 0.465 with significance level of 0.001 (p ≤ 0.01). Thus, the hypothesis proposed in this study according to which there is a positive relationship between social supports with self-confidence when looking for work.
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SAAT MENCARI PEKERJAAN (SUATU TINJAUAN PADA PEKERJA YANG BARU MEMASUKI DUNIA KERJA) Fransiska Anggun Prasetyo Dra. Lieke E.M. Waluyo, MSc.Eng, PhL Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
ABSTRAK
Adanya keyakinan mencari kerja pada zaman sekarang adalah suatu hal yang sangat sulit dan timbulnya rasa pesimis ketika mengahadapi persaingan yang ketat, serta takut gagal ketika melamar kerja sering menghinggapi orang dewasa yang baru memasuki dunia kerja tanpa terkecuali lulusan Perguruan Tinggi. Fakta dan kondisi tersebut dapat membuat tidak percaya diri pada diri pencari kerja. Untuk itu itu pencari kerja sangat membutuhkan dukungan sosial. Bilamana seorang pencari kerja mendapat dukungan sosial kiranya dapat menghadapi persaingan dunia kerja dan tidak mudah menyerah terhadap tantangan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada saat mencari pekerjaan. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan yang positif antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada saat mencari pekerjaan, dimana semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi pula kepercayaan diri pekerja saat mencari pekerjaan. Sebaliknya makin rendah dukungan sosial, maka semakin rendah pula rasa kepercayaan diri pada saat mencari pekerjaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja berjenis kelamin pria dan wanita, berusia 22-24 tahun, berpendidikan S1 dan lama kerja maksimal satu tahun. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik sampling purposive, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri tertentu yang berhubungan erat dengan tujuan penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis statistik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 16. Uji hipotesis yang telah dilakukan memperoleh hasil koefisien korelasi sebesar 0,465 dengan taraf signifikansi sebesar 0,001 (p≤0,01). Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sesuai yaitu ada hubungan yang positif antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada saat mencari pekerjaan. Kata Kunci: dukungan sosial, kepercayaan diri
PENDAHULUAN Seiring dengan era globalisasi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat sangat membutuhkan tenaga kerja yang berbakat, yang menuntut profesionalisme, kesiapan dan kejelian dalam mengenali dan menangkap setiap peluang usaha agar mampu bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang layak serta mempunyai prospek yang baik dimasa mendatang. Keadaan tidak percaya diri sering menghinggapi orang dewasa yang baru memasuki dunia kerja. Gejala tidak percaya diri yang sering terjadi ketika seseorang memasuki dunia kerja, antara lain sering dihantui oleh suatu keyakinan bahwa mencari kerja pada zaman sekarang adalah suatu hal yang sangat sulit dan timbulnya rasa pesimis ketika menghadapi saingan yang banyak dan persaingan yang ketat, serta takut gagal ketika melamar kerja (Hakim 2002). Fakta menggambarkan bahwa memperoleh suatu pekerjaan merupakan hal yang sangat sulit, tanpa terkecuali lulusan perguruan tinggi sekalipun. Hal ini dibuktikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) (Pikiran Rakyat, 6 Maret 2009), yang menyatakan pada 2007 jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 10,55 juta (9,75%) dari jumlah angkatan kerja. Ditambahkan pula menurut Purnomo (Detik finance, 2 Agustus 2009) bahwa angka pengangguran tahun 2010 diperkirakan masih akan tinggi, berkisar antara 810%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 yang diproyeksikan
sebesar 5%, dinilai tidak akan cukup untuk menyerap seluruh tenaga kerja yang memasuki usia kerja. Fakta dan kondisi tersebut membuat banyak pihak merasa khawatir dan tidak percaya diri. Tidak percaya diri terjadi pada diri pekerja saat mereka bersaing untuk memperoleh pekerjaan tanpa terkecuali yang menyandang gelar sarjana yang merupakan kelompok potensial pencari kerja. Lulusan perguruan tinggi berharap bahwa proses pendidikan yang sedang dijalaninya akan mempermudah mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Namun pada kenyataannya, pekerjaan itu sendiri bukanlah hal yang mudah untuk diperoleh. Terlebih lagi ketika mereka melihat para seniornya yang telah lulus terlebih dahulu, tetapi masih berstatus sebagai pengangguran. Calon pekerja yang menyandang gelar sarjana sebagai salah satu sumber daya yang dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja juga harus menghadapi fenomena yang sama dengan SDM yang lain. Persaingan yang ketat dalam mendapatkan pekerjaan hingga persaingan meniti jenjang karier membuat para calon pekerja yang akan memasuki dunia kerja harus siap menghadapi keadaan seperti ini. Untuk itu pentingnya kepercayaan diri guna meyakinkan diri pencari kerja terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan membuat merasa mampu untuk bisa mengatasi masalah dan mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Seorang pencari kerja yang
mempunyai rasa percaya diri akan berpikir positif bahwa dirinya bernilai dan mampu mendapatkan pekerjaan yang diharapkan dengan pasti. Salah satu cara yang dapat membantu seeorang mengatasi permasalahan pada diri individu adalah dukungan sosial. La Rocco (dalam Sarafino, 1998) mengemukakan bahwa dukungan sosial berperan dalam pembentukan kepercayaan diri yang bermanfaat untuk mengatasi berbagai permasalahan hidup. Maka berdasarkan berbagai uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengungkap dan mengetahui: ”Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada saat mencari pekerjaan?”
karyawan yang mempunyai kemampuan fisik, tingkat kecakapan dan pendidikan yang dituntut, serta ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan memenuhi secara memuaskan standar keamanan kerja, kuantitas dan kualitas. Dalam Macmillandictionary (2010) pencari kerja adalah seseorang yang sedang mencari suatu pekerjaan untuk keberlangsungan hidupnya. Menurut Syuhada (2008), seseorang yang dalam posisi sukar mencari pekerjaan akan merasakan kecemasan. Perasaan ini ditandai dengan kegelisahan, kebingungan, kekhawatiran, dan ketakutan akan masa depannya.
TINJAUAN PUSTAKA Menurut Utami (2007) kepercayaan diri adalah suatu keyakinan yang dimiliki individu untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapi serta menerima segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sehingga dapat mengaktualisasikan diri terhadap lingkungan yang dihadapinya. Gottlieb (dalam Smet, 1994) mengatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan/atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Dalam Kamus istilah Manajemen (1994) pengertian dari pekerja yaitu
DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SAAT MENCARI PEKERJAAN Secara ideal, seorang pencari kerja yang menyandang gelar sarjana mempunyai potensi dalam mendapatkan suatu pekerjaan yang layak. Hal ini dikarenakan pencari kerja memiliki tingkat pendidikan formal yang tinggi dimana hal tersebut merupakan salah satu kunci di dalam memenangkan persaingan dan meningkatkan karier dalam dunia kerja. Namun, adanya suatu keyakinan bahwa mencari kerja pada zaman sekarang adalah suatu hal yang sangat sulit dan ditambah rasa pesimis ketika menghadapi saingan yang banyak dan persaingan yang ketat, serta takut gagal ketika melamar kerja menjadi kendala yang akhirnya dapat
menyebabkan kecemasan yang ditandai dengan rasa gelisah, bingung, khawatir dan takut akan nasib masa depannya. Darajad (1995) juga menambahkan bahwa reaksi kecemasan sering ditandai gejala rasa takut, perasaan akan ditimpa bahaya, tidak mampu memusatkan perhatian, tidak berdaya, rasa rendah diri, dan hilangnya rasa percaya diri. Pada umumnya pencari kerja yang memiliki kepercayaan diri yang baik lebih memiliki kemungkinan untuk dapat berpikir positif, tidak mudah putus asa, memiliki keberanian untuk bertindak dan optimis serta mengugurkan rasa cemas saat menghadapi persaingan yang ketat dan takut gagal ketika melamar kerja. Sebaliknya apabila pencari kerja memiliki kepercayaan diri yang kurang maka kecemasaanya akan tinggi yang dapat menghambat pencari kerja dalam mencari pekerjaan. Bila pencari kerja kurang percaya diri tentunya akan menampilkan sikap kurang berani untuk melakukan suatu kegiatan atau usaha. Yulianto dan Nashori (2006) menyatakan kurangnya kepercayaan diri akan menyebabkan seseorang tidak dapat memecahkan masalah yang rumit. Individu sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan individu lain disampingnya. Dukungan sosial sangat diperlukan oleh siapa saja dalam berhubungan dengan orang lain demi melangsungkan hidupnya di tengahtengah masyarakat. Rook (dalam Smet, 1994) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu fungsi dari ikatan sosial.
Pada saat memasuki tahap dunia kerja seperti ini pencari kerja sangat membutuhkan bantuan dan dukungan terutama dari keluarga, teman-teman serta lingkungan agar pencari kerja memiliki keyakinan bahwa ada sejumlah orang disekitarnya dimana orang-orang tersebut dapat diandalkan pada saat dibutuhkan sehingga pencari kerja dapat merasakan dan merespon semua dukungan yang ada dilingkungannya. Smet (1994) menegaskan bahwa jika individu merasa didukung oleh lingkungan, segala sesuatu dapat menjadi lebih mudah pada waktu mengalami kejadian-kejadian yang menegangkan. Sementara itu, ketidakhadiran dukungan sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian dan kehilangan yang juga dapat mengganggu rasa percaya diri. Fungsi-fungsi dukungan sosial terhadap kepercayaan diri para pencari kerja yang baru memasuki dunia kerja dapat dijelaskan melalui aspek-aspek yang terkandung dalam dukungan sosial, diantaranya yaitu: Pertama, dukungan emosional yang berupa kesediaan untuk mendengarkan keluhan-keluhan pencari kerja akan membawa efek positif yaitu untuk melepaskan emosi dan mengurangi kecemasan akan kemampuan diri pencari kerja dalam memenangkan persaingan di dunia kerja. Pencari kerja yang memiliki rasa percaya diri tinggi akan memiliki emosi yang dapat menguasai dirinya untuk bertindak tenang dan memiliki konsentrasi yang tinggi tanpa merasa perlu khawatir akan hal-hal yang merintangi tujuannya. Thoits (dalam
Shinta, 1995) menyatakan bahwa dukungan emosi dari orang yang berarti dapat bersifat menurunkan distres dengan menyokong satu atau lebih aspek dari individu yang terancam oleh kesulitan yang ada. Harter (dalam Santrock, 2003) menambahkan bahwa dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam bentuk konfirmasi dari orang lain merupakan pengaruh yang juga penting bagi rasa percaya diri. Kedua, dukungan penghargaan dapat berfungsi membantu pencari kerja dalam memasuki dunia kerja. Melalui interaksi dengan orang lain pencari kerja dapat mengevaluasi dan mempertegas rasa percaya dirinya dalam membandingkan pendapat, sikap dan keyakinan orang lain. Adanya pujian, penilaian dan penghargaan terhadap pencari kerja dapat menimbulkan berbagai kesenangan (enjoyment) dalam memasuki dunia kerja. Dengan kesenangan yang dimilikinya tersebut, pencari kerja akan dapat berfungsi secara optimal sehingga bermanfaat bagi perkembangan jiwanya dan juga memudahkannya dalam menyesuaikan diri menghadapi persaingan ketat untuk memperoleh pekerjaan. Ketiga, dukungan instrumental berfungsi memperlancar dan memudahkan pencari kerja dalam melakukan segala aktivitasnya. Dukungan instrumental ini dapat berupa penyediaan sarana dan pelayanan. Adanya dukungan ini membuat pencari kerja merasa terbantu secara materi. Selanjutnya, jenis dukungan sosial yang lain yaitu dukungan informasi yang berfungsi
membantu individu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam bentuk pemberian nasehat, arahan, serta pertimbangan bagaimana seseorang harus berbuat. Adanya informasi yang berupa nasehat atau petunjuk membantu pencari kerja dalam mengarahkan pada sasaran yang tepat dan pekerja dapat merasa optimis untuk memacu dirinya berupaya lebih baik. Cohen (dalam Shinta, 1995) menyatakan bahwa pemberian dukungan informasi dan dukungan materi dapat membantu individu untuk merubah situasi dan merubah pemahaman dari situasi, sehingga mempengaruhi penilaian stresnya. Dukungan sosial yang dirasakan saat mencari pekerjaan bekerja sebagai pelindung untuk melawan perubahan peristiwa kehidupan yang berpotensi penuh rasa kecemasan. Namun menurut sarafino (1998) dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi kejadian. Ada beberapa efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu, dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu, sumber dukungan memberi contoh buruk pada individu, dan dukungan terlalu menjaga atau atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkan. Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa berbagai jenis dukungan sosial yang diperoleh dapat membantu membentuk kepercayaan diri pada individu yang sedang berada dalam tahap memasuki dunia kerja
yakni saat mencari pekerjaan. Pada diri individu tersebut akan tertanam rasa mampu dan optimis untuk memperoleh suatu pekerjaan yang sesuai harapannya serta memperoleh bimbingan, rasa cinta dan perlindungan dalam menghadapi tuntutan eksternal yakni menghadapi dunia kerja dan tidak menyerah dalam usahanya mencapai tujuan yang terganggu atau terhambat oleh rasa tidak percaya diri. HIPOTESIS Berdasarkan tinjauan teori di atas, maka hipotesis penelitian ini yaitu: Terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada saat mencari pekerjaan. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Karakteristik sampel dalam penelitian ini yaitu: 1. Jenis kelamin pria dan wanita. 2. Lama kerja maksimal 1 tahun. Karakteristik ini dipilih karena penelitian ini merupakan suatu tinjauan pada pekerja yang baru memasuki dunia kerja yakni maksimum satu tahun bekerja, dimana sampel masih mengingat dan merasakan dukungan sosial dan rasa percaya diri pada saat mencari pekerjaan dahulu. Selain itu karakteristik pekerja yang telah bekerja maksimal satu tahun dipilih karena mengacu pada self report inventory, yaitu satu kuesioner di mana individu dapat menandai item-item yang
menyatakan sifat-sifat atau ciriciri yang dimiliki individu. 3. Pendidikan S1. Karakteristik ini dipilih karena sulitnya mencari pekerjaan tanpa terkecuali lulusan perguruan tinggi (Pikiran Rakyat, 6 Maret 2009). 4. Usia 22-24 tahun. Karakteristik ini dipilih dengan pertimbangan karena usia tersebut merupakan usia dewasa awal dimana sampel telah menyelesaikan hampir seluruh pendidikan formal yang dibutuhkan (Monks, 2002) dan diharapkan sudah memiliki pilihan pekerjaan tertentu. Adapun pengambilan sampel menggunakan teknik Sampling Purposive, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri tertentu yang berhubungan erat dengan tujuan penelitian (Hadi, 1996) TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner terdiri dari variabel dukungan sosial dan kepercayaan diri. Alat ukur/kuesioner yang digunakan terhadap hubungan dukungan sosial dan kepercayaan diri menggunakan method of summated rating dari Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat/opini, dan persepsi seseorang terhadap fenomena sosial atau psikologis (Prabowo & Fakhrurrozi, 2004). HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode try out terpakai terhadap skala dukungan sosial dan skala kepercayaan diri. Skala dukungan sosial sebanyak 34 item dan skala kepercayaan diri dengan jumlah 42 item sebanyak 40 eksemplar. Peneliti menggunakan dua sistem dalam penyebaran kuesioner yaitu dengan membagikan kuesioner secara langsung dan mengirimkan kuesioner melalui email. Peneliti menyebar kuesioner dibeberapa perusahaan, yaitu di PT. Henkel Indonesian Talavera Office Park 21st floor yang berada di Jl. Letjen TB. Simatupang kav. 22-26, Cilandak-Jakarta Selatan sebanyak 6 eksemplar , PT. Unixindo Ekatama Senta yang berada di Citeurup-Bogor sebanyak 4 eksemplar, PT. Samudra Montaz yang berada di Lippo Cikarang 1 sebanyak 6 eksemplar, BRI Pusat yang berada di Jl. Jendral Sudirman 44-46, Jakarta sebanyak 8 eksemplar , dan RS. BHAYANGKARA BRIMOB yang berada di Jl. Akses UI, CimanggisDepok sebanyak 3 eksemplar. Pada sistem kedua yaitu lewat email peneliti mengirimkan kuesioner kepada subjek yang sesuai karakteristik penelitian,sebanyak 13 eksemplar. HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS a. Uji Validitas Pada skala dukungan sosial dari 34 item yang digunakan diperoleh 27 item yang valid. Item yang valid memiliki nilai korelasi berkisar antara 0,308 sampai 0,717. Sedangkan pada skala kepercayaan diri dari 42 item
yang digunakan diperoleh 28 item yang valid. Item yang valid memiliki nilai korelasi berkisar antara 0,328 sampai 0,693. b. Uji Reliabilitas Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada skala dukungan sosial diperoleh angka koefisien reliabilitas sebesar 0.881. Sedangkan hasil uji reliabilitas pada skala kepercayaan diri diperoleh angka koefisien 0,891. HASIL UJI ASUMSI a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan One Sample Kolmogoro-Smirnov Test. Berdasarkan pengujian normalitas pada variabel dukungan sosial diperoleh hasil signifikasi sebesar 0,200* (p0,05). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor dukungan sosial pada sampel penelitian dianggap normal. Sedangkan pengujian normalitas pada variabel kepercayaan diri diperoleh hasil signifikasi sebesar 0,032 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor kepercayaan diri pada sampel penelitian dianggap tidak normal. b.Uji Linearitas Dari hasil pengujian linearitas diperoleh signifikasi sebesar 0,003 (p0,05), hasil pengujian ini menunjukkan bahwa hubungan variabel diatas adalah linear. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ini menggunakan uji korelasi dengan teknik Product Moment Pearson. Adapun uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode parametrik karena data berdistribusi normal N>30. Berdasarkan analisis data yang diperoleh korelasi sebesar 0,465** dengan signifikasi sebesar 0,001 (p0,01). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada saat mencari pekerjaan. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,001 (p<0,01) dan nilai korelasi sebesar 0,465 yang berarti hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima dan diketahui bahwa arahnya positif. Ini dapat diartikan semakin tinggi dukungan sosial yang dirasakan maka semakin tinggi rasa percaya diri pada saat mencari pekerjaan, begitupun sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang dirasakan, semakin rendah pula rasa percaya diri pada saat mencari pekerjaan. Dengan demikian, hipotesis yang telah peneliti ajukan sebelumnya dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sarason (1990) bahwa individu dengan dukungan sosial yang tinggi memiliki pengalaman hidup yang lebih baik, harga diri yang lebih tinggi, serta memiliki pandangan yang lebih positif terhadap kehidupan dibandingkan individu dengan dukungan sosial rendah. Berdasarkan pengkategorian dapat diketahui bahwa skor rata-rata dukungan sosial berada dalam kategori tinggi dengan ME>MH (91,18>67,5),
sehingga secara umum menunjukkan sampel merasakan dukungan yang cenderung tinggi. Tingginya dukungan sosial yang dirasakan juga dapat terlihat dari jumlah sampel sebanyak 21 orang (52,5%) yang berada pada kategori tinggi dan 12 orang (30%) tergolong sangat tinggi. Hal ini menunjukkan sampel penelitian cenderung merasakan dukungan sosial saat sedang mencari pekerjaan. Hal ini dapat diartikan sampel merasa diperhatikan, dicintai, dihormati, dan dihargai oleh lingkungan karena sifatnya yang membantu individu untuk dapat memecahkan masalahnya, yakni saat sampel memasuki dunia kerja. Sampel dengan dukungan sosial yang tinggi akan mempunyai pikiran lebih positif terhadap situasi yang sulit bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat dukungan rendah, seperti saat mencari pekerjaan di kondisi yang sulit. Sedangkan untuk kepercayaan diri, dilihat dari pengkategoriannya diketahui bahwa skor rata-rata kepercayaan diri berada pada kategori tinggi dengan ME>MH (84,28>70). Tingginya rasa percaya diri juga dapat terlihat dari jumlah sampel sebanyak 19 orang (47,5%) yang berada pada kategori tinggi yang menunjukkan sampel cenderung memiliki rasa percaya diri yang tinggi saat mencari pekerjaan. Kepercayaan diri dapat berada pada taraf ini dikarenakan sampel merasakan dukungan sosial, sehingga membantu sampel dalam menumbuhkan kepercayaan diri. Hal tersebut di dukung oleh La Rocco (dalam Sarafino 1998) yang mengemukakan bahwa dukungan
sosial berperan dalam pembentukan kepercayaan diri. Tingginya kepercayaan diri juga dapat disebabkan oleh faktor pendidikan. Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja yang memiliki pendidikan tinggi (sarjana). Monks (2002) menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh dalam menentukan kepercayaan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak yang telah dipelajari individu berarti semakin mengenal diri baik kekurangan maupun kelebihannya sehingga mampu menentukan sendiri standar keberhasilannya. Kembali kemasalah awal, individu yang sedang dalam tahap mencari atau memperoleh suatu pekerjaan adalah individu yang berada dalam kondisi cemas dan pesimis akan perjalanan hidupnya. Kehadiran dukungan sosial merupakan salah satu variabel penting yang membantu individu menghadapi permasalahan saat dalam kondisi mencari pekerjaan. Adanya dukungan sosial yang dirasakan membuat individu yang berada dalam posisi mencari pekerjaan menjadi percaya diri untuk memasuki dunia yang baru, yakni dapat berpikir dan bersikap secara positif saat individu mencari pekerjaan, interview, hingga mendapatkan pekerjaan yang diidamkan dan selebihnya hingga meniti jenjang karier yang maksimal. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang
sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada saat mencari pekerjaan. Dimana semakin tinggi dukungan sosial yang dirasakan oleh pencari kerja maka semakin tinggi rasa percaya diri pencari kerja pada saat mencari pekerjaan. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang dirasakan oleh pencari kerja maka rasa percaya dirinya juga akan semakin rendah. DAFTAR PUSTAKA Anastasi, A. & Urbina, S. (2007). Tes psikologi. Jakarta: Indeks.
Andarika, R. (2004). Burnout pada perawat putri RS ST. Elizabeth Semarang ditinjau dari dukungan sosial. Dalam Binadarma, website: http://www.psikologi. binadarma.ac.id/jurnal/jurnal rita.pdf. Akses 29 Maret 2009. Angelis, B.D. (1997). Percaya diri sumber sukses dan kemandirian. Alih Bahasa: Baty Subakti. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Anoraga, P. (2005). Psikologi kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Anthony, R. (1996). Rahasia membangun kepercayaan diri, Alih Bahasa: Wiryadi, R. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
As’ad, M. (2008). Seri ilmu sumber daya manusia-psikologi industri (edisi ke 4). Yogyakarta: Liberty. Azwar, S. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______.
(2005).
Reliabilitas
dan
validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Daradjat, Z. (1990). Kesehatan mental. Jakarta: Haji Massagung Dariyo,
A.
(2004).
Psikologi
perkembangan remaja. Bogor: Ghalia Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1991). Kamus besar bahasa Indonesia (edisi ke 2). Jakarta: Balai Pustaka. Donelson, E. (1990). Asih asah asuh– keutamaan
kaum
Yogyakarta: Kanisius.
wanita.