Jurnal Ekologi Birokrasi, Vol.1, No.2. Juni 2015 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN INFORMASI SOSIAL PETUGAS KEPADA PASIEN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD BIAK NUMFOR La Jumu Abstract The tittle of research: the relationship of social information supporting by employee to the satisfaction of staying patient in RSUD in Biak Numfor (Public Hospital of Biak Regency). Objective; to analyze the positive or the significant relationship of free variable (x) from the employee to support the social information for the bound variable (y) as the variable for the satisfaction of staying patient in RSUD in Biak Numfor (Public Hospital of Biak Regency). Hypothesis of working: (H1 or Ha) based on the result, significant test by using the test result of r accounting / r empirical ≥ r table or r theory as the following calculation r accounting = 0.275 ≥ r table = 0,245, with α = 0,05, then the r accounting is significant, where the conclusion of hypothesis (H1, or Ha) is : there is a significant or benefit relationship between the social information supporting from the employee for the satisfaction of staying patient in RSUD in Biak Numfor in 2015 (Public Hospital of Biak Regency). Research Methodology : by using the approach of explanative survey, the paradigm of quantitative descriptive, the method of research survey and the method of cross sectional as the way of collecting the data, the number of research sample is 66 responders with the statistic test where the simple coefficient. key words: the social information supporting, the health employee; the completeness of information, the service, and patient‟s satisfaction. sumber Purnomo, 2002, download, 5-92014) yang menjelaskan tentang perasaan puas atau kepuasan pasien adalah : tingkat kepuasan dari persepsi atau perasaan pasien dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan merupakan salah satu indikator kinerja rumah sakit. Tugas pelayanan kesehatan tersebut merupakan kewajiban rumah sakit kepada pasien untuk memberikan informasi yang benar tentang pelayanan kesehatan rumah sakit kepada masyarakat (pasal 29 ayat 1 huruf a, UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Selain itu kewajiban rumah sakit kepada masyarakat adalah melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/ miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan bencana dan kejadian luar biasa atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan,
I. PENDAHULUAN Dukungan informasi sosial petugas terhadap kepuasan pasien merupakan salah satu bentuk, bantuan sosial sesama manusia yang dilakukan oleh satu orang atau lebih, untuk membantu memenuhi kebutuhan manusia atau kebutuhan perasaan puas pasien/ klien. Yang dimaksud dengan pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung di rumah sakit, (pasal 1 ayat 4, UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Sedangkan yang dimaksud dengan Rumah Sakit adalah : Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat, (pasal 1, ayat 1, UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit). Sejalan dengan (Kotler, 1997,
104
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … (pasal 29 ayat 1 huruf f, UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Kewajiban rumah sakit seperti uraian tersebut di atas melekat pula pada kewajiban setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit yaitu harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar operasional prosedur yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien, dan mengutamakan keselamatan pasien, (pasal 13 ayat 3, UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Sejalan dengan Sarafino, (1994: pada www.psykologimania.com/ 2012, download tanggal 10-02-2014), tentang jenis-jenis dukungan sosial, salah satu di antaranya adalah dukungan informasi sosial yaitu : Information Support Social adalah jenis dukungan mencakup pemberian nasihat, petunjuk, saran-saran, ataupun umpan balik tentang apa yang telah dikerjakan; melalui interaksi dengan orang lain, individu akan dapat mengevaluasi dan mempertegas keyakinannya dengan membandingkan pendapat, sikap, keyakinan, dan perilaku orang lain. Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi. Informasi tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara praktis, terutama yang berhubungan dengan kepuasan. Berdasarkan Konsep tersebut adalah semakin mempertegas pentingnya hubungan antara dukungan informasi sosial petugas dengan kepuasan pasien melalui pemenuhan hak-hak pasien dan perasaan puas pasien. Hak pasien yang termaktub pada alinea kewajiban rumah sakit tersebut di atas adalah: 1) hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit, 2) hak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien, 3) hak mendapatkan informasi diagnosis, tata cara tindakan medis dan alternatif tindakan, 4) hak
mendapatkan informasi risiko komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan, 5) hak mendapatkan informasi perkiraan biaya pengobatan, (pasal 32 huruf a, b, dan huruf j, UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Hak pasien tersebut di kategorikan sebagai bentuk kelengkapan data informasi yang harus disampaikan petugas kepada pasien sebagai wujud hubungan kepusan pasien. Esensi penetapan hak dan kewajiban institusi, petugas/ tenaga serta pasien adalah untuk mewujudkan korelasi antara dukungan informasi sosial dengan kepuasan pasien sebagai pelanggan. Pelanggan atau pasien menggantungkan harapan atau keinginan yaitu terpenuhi kebutuhannya, meliputi : komponen Biopsiko-sosiospiritual dengan kegiatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara komprehensif paripurna, dengan dukungan berbagai komponen terutama dukungan informasi sosial petugas, seperti bunyi pasal 13 ayat 3 UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, dengan indikator adalah kepuasan. Argumen indikator kepuasan pasien” bahwa terjawabnya kepuasan pasien memerlukan pelayanan yang integral, dari komponen dukungan informasi sosial petugas, kepada pasien dalam menjalankan kewajiban sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sejalan dengan : Homans (1967:60) : dalam teori pertukaran yang berbunyi : Besar fakta sosial adalah norma sosial dan norma kelompok yang pasti memaksakan kecocokan perilaku terhadap banyak orang. Persoalannya bukanlah keberadaan paksaan tetapi penjelasannya Norma tidak secara otomatis memaksa; individu menyesuaikan diri, jika mereka berbuat demikian, karena mereka merasakan mendapatkan keuntungan dengan menyesuaikan diri itu dan psikologilah yang menjelaskan pengaruh perilaku yang di anggap menguntungkan. 105
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … Sebagai asumsi dasar dari teori tersebut” adalah bahwa hubungan dukungan informasi sosial petugas dengan pasien merupakan proses pertukaran atau interaksi yang saling menguntungkan, sehingga apabila makin lancar hubungan atau korelasi informasi sosial antara petugas rumah sakit dengan pasien, maka akan semakin meningkatkan kepuasan, terutama kepuasan pasien. Esensi Korelasi Dukungan informasi sosial petugas dengan kepuasan pasien adalah sangat manusiawi sebagai makhluk sosial, sekaligus sebagai makhluk individual. Artinya bahwa manusia sebagai makhluk sosial, yang sangat unik karena memiliki motif untuk mengadakan hubungan sosial dengan orang lain serta manusia merupakan sistem yang adaptif (model adaptasi Roy, yang dikembangkan oleh : Fawcett, 2000, dalam Kusuma, 2011: 8), dalam rangka menunjang pemenuhan kebutuhan dasar hidup manusia yang disebut dengan dukungan sosial. Fokus utama latar masalah adalah mengenai information support social atau informasi sosial yang bersifat informasional, dengan dimensi sebagai berikut: 1) informasi tata tertib rumaah sakit , 2) informasi hak dan keawajiban pasien, 3) informasi diagnosis dan tindakan, 4) informasi risiko komplikasi dan prognosis serta altenatif tindakan, 5) informasi biaya pengobatan kepada pasien, yang dapat meningkatkan minat, meningkatkan penghayatan, meningkatkan perhatian petugas dan pasien/klien sebagai jembatan menuju rasa puas, dengan jasa layanan kepuasan pasien mengenai : 1) penampilan fisik rumah sakit; 2) Jaminan; 3) empati; 4) Kehandalan; 5) Daya tanggap petugas rumah sakit; tentunya dengan mempedomani sistem pertukaran yaitu pertukaran informasi antara petugas dan pasien di bidang pelayanan kesehatan, yang berupa material
dan non material seperti : jasa dan perasaan. Argumen mengangkat indikaotr tersebut karena pelayanan kesehatan belum memuaskan atau masih berciri negatif antara lain : pertama adalah : kepentingan yang berkaitan dengan kelengkapan informasi belum memuaskan bila dibandingkan kebutuhan kepuasan secara umum misalnya: 1) penampilan fisik (tangibles), 2) Jaminan (assurance), 3) Empati (Empathy), 4) Kehandalan (reliability), 5)Daya tanggap (responsiveness), Dengan final gap sebesar –1.4084; artinya RSUD Biak termasuk dalam kategori pelayanan rumah sakit, telah memiliki nilai rata-rata perusahaan perumahsakitan di dunia; berarti telah memuaskan tetapi kepentingan pasien belum memuaskan seperti informasi standar keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien di rumah sakit misalnya informasi : sarana keselamatan dan keamanan serta kenyamanan anak-anak, ibu menyusui, orang cacat, lanjut usia (pasal 29 dan 43 undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit), hal tersebut senada dengan hasil penelitian (Butarbutar, Ayomi, Earlely, 2013). Indikasi kedua : Pasien banyak mengelu terlambat di tangani atau dilayani (fenomena, opini publik). Indikasi ketiga: pasien/ klien terlambat di bawah kerumah sakit (fenomena, opini publik). Indikasi keempat: petugas saling mengharap, kadang apatis (fenomena, opini public, contoh ungkapan Drs. Sefnat Korwa,MS. Kadinkes Biak, pada kuliah umum program studi D3 Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kampus Biak tahun 2011). Argumen sesuai fakta empiris yang merupakan Gap antara teori dan fakta di lapangan adalah, Indikator baik dan buruknya kinerja rumah sakit di Indonesia berhubungan dengan kepuasan pasien seperti BOR (Bed Occupancy Rate) atau 106
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … prosentasi yang menunjukkan rata-rata tempat tidur yang dipakai setiap harinya yang ada selama ini masih berada dibawah standar yang seharusnya dicapai. Contoh Tingkat BOR (Bed Occupancy Rate) yang dicapai rumah sakit umum yang ada di Indonesia sekarang ini masih berkisar antara 50% Padahal standar nilai atau angka ideal yang seharusnya dicapai dengan mengacu pada standar Depkes RI yaitu 70-85%. Rendahnya tingkat BOR (Bed Occupancy Rate) yang dicapai sebenarnya menggambarkan bahwa kualitas pelayanan di rumah sakit yang bersangkutan kurang baik. Jika BOR (Bed Occupancy Rate) rendah dan ALOS (Average Length of Stay) tinggi, maka berarti pelayanan rumah sakit buruk yang pada gilirannya tidak memuaskan pasien (Profil Kesehatan Indonesia, 2008/ 2009). Tetapi fakta di RSUD Biak Numfor memiliki BOR di atas rata-rata,dari BOR nasional. Diskripsi perbandingan yaitu : BOR nasional 50% sedangkan RSUD Biak memiliki BOR : 80% dan ALOS 7 artinya BOR dan ALOS adalah ideal sesuai standar; (BPS Biak Numfor tahun 2012). Namun pelayanan kesehatan di RSUD Biak tetap bermasalah secara fenomenal, opini publik karena banyak faktor yang mempengaruhinya seperti : segmen pemasaran sosial, segmen simbolsimbol pasien, dan faktor orientasi organisasi. Karena pada umumnya dukungan yang diminta berupa : finansial, material, hadiah, pujian dari Pemerintah, BUMN, BUMD, maupun dari swasta. Argumen yang tidak kalah penting bersumber dari para sosiolog tentang dukungan informasi sosial kesehatan yang sebenarnya telah memainkan peran sangat strategis baik dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti data empiris yang dikemukakan, sosiolog kesehatan : Max Weber, Marxis, Parsons, Foucault, Feminim tentang hubungan dukungan sosial dan perubahan dukungan sosial dari masa kemasa, baik klasik, kontemporer, postmodernitas, post industrlialisme, kelas,
struktur, yaitu : dideskripsikan bahwa penyebab penyakit tidak terlepas dari pengaruh sosial, ekonomi, politik dan budaya, sehingga pengobatannya lebih didominasi pelayanan sosial yaitu dengan tabib atau pengobatan gaib , seperti contoh penelitian dari Leibrich dkk, di Selandia Baru (Leibrich dkk.,1987, sumber : White, 2009:144),terdeskripsi bahwa 94%, mengetahui tentang praktik komplementer di wilayah mereka (hipnotis, akupunkturis, dan chiropractors), dan 80% dari mereka merujuk pasien ke praktik nonmedis;. Asumsi dasar : “Jika dukungan informasi sosial petugas kesehatan di Implementasikan dengan kesungguhan hati “maka kepuasan pasien akan terwujud. Karena Implementasi program harus diperhatikan dan diselenggarakan secara sungguh-sungguh sebab yang namanya kepuasan pasien berdampak antagonis yaitu : di satu sisi sebagai pintu kesembuhan dan sisi lain sebagai pintu konflik yang menimbulkan penyakit mental, dan penyakit sosial yang akan merusak reputasi rumah sakit di mata masyarakat luas, baik nasional maupun mancanegara. Asumsi dasar tersebut sejalan dengan asumsi dasar‟ pemikiran teori pertukaran yang dikembangkan oleh : George Caspar Homans, Peter M. Blau, Richard Emerson, John Thibout dan Harold H. Kelly, terutama pemikiran Blau (sumber : Dasmar, 2012: 62) sebagai berikut : Perilaku pertukaran sosial terjadi apabila : (1) perilaku tersebut harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melalui interaksi dengan orang lain; dan (2) perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Asumsi dari Blaw ini, menurut Poloma (1984), juga sejalan dengan pemikiran Homans tentang pertukaran, bahwa perilaku sosial terjadi melalui interaksi sosial yang mana para pelaku berorientasi pada tujuan. Karena untuk memperoleh kasih sayang misalnya, maka seseorang harus 107
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … berorientasi pada perolehan kasih sayang tersebut. Perolehan kasih sayang tersebut hanya mungkin dilakukan melalui interaksi dengan orang lain. Perilaku untuk mendapatkan kasih sayang tersebut memerlukan sarana bagi pencapainya, misalnya “hubungan persahabatan antara petugas rumah sakit dengan pasien, pedagang dan pembeli, pemberi informasi dan pencari informasi.
informasi sosial petugas kepada pasien dengan kepuasan pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Biak Numfor. I.4.Kegunaan Hasil disertasi ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsi sebagai berikut: 1. Bagi RSUD Kabupaten Biak Numfor. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan rumah sakit dapat mengetahui hubungan dukungan informasi sosial petugas kepada pasien dengan kepuasan pasien rawat inap 2. Bagi Akademi, Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi referensi baru untuk penulis selanjutnya, di bidang kajian sosiologi dan ilmu -ilmu lain dalam rumpun ilmu-ilmu sosial, dan kesehatan. 3. Bagi Pihak Lain. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru, terutama kajian isu sosiologi dalam hubungannya dengan kepuasan pasien/ klien terutama pasien rawat inap
I.1 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar masalah disertasi ini maka, rumusan masalah adalah : Apakah ada Hubungan antara Dukungan Informasi Sosial Petugas kepada pasien dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Kabupaten Biak Numfor? I.2. Pembatasan Masalah Penelitian ini membahas mengenai hubungan dukungan informasi sosial petugas mengenai aspek : informasi tata tertib rumah sakit; informasi hak dan kewajiban pasien ; informasi diagnosis dan tindakan kesehatan; informasi risiko komplikasi dan alternatif tindakan serta prognosis penyakit; informasi biaya pengobatan kepada pasien; dan kepuasan pasien rawat inap di RSUD Biak, mengenai aspek kepuasan meliputi : penampilan fisik (Tangibles); kehandalan yang akurat (Reliability); daya tanggap (Respon sivenss); jaminan (assurance); empati (empathy) petugas di RSUD Biak. Analisis hubungan dukungan dibatasi hanya pada analisis aspek informasi dan aspek kepuasan pasien seperti uraian alinea pertama, pembatasan masalah tersebut diatas dan sesuai pula dengan instrumen yang terkemas dalam lampiran penelitian ini.
I.5. Manfaat Berdasarkan pada tujuan penulisan disertasi ini, maka diharapkan hasil dapat memberikan manfaat baik, secara teoritis maupun praktis pada berbagai pihak yaitu: 1. Manfaat secara teoritis: a. Dapat digunakan sebagai pertimbangan manajemer rumah sakit dalam mengambil keputusan dan menentukan arah kebijaksanaan dalam meningkatkan sinerjitas pelayanan untuk kepuasan pasien. b. Dengan melakukan penulisan disertasi ini diharapkan dapat diperoleh suatu manfaat dan dipergunakan sebagai bahan referensi di dalam melakukan penulisan karya ilmiah atau penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Dapat menjadi input bagi para petugas di Rumah Sakit Umum Daerah Biak, sehingga dapat mengembangkan upaya dukungan informasi sosial petugas kepada
I.3.Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini dapat di uraikan sebagai berikut : Untuk menganalisis hubungan antara dukungan 108
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … pasien dalam pasien.
meningkatkan
kepuasan
dan jasa (Turner, 1978 : 202-203, sumber : Sunarto, 2004 : 220).
II. Landasan Teori Konsep hubungan dukungan informasi sosial petugas kepada pasien dalam rangka, mencari atau menemukan kondisi rasa puas dari pasien yang sedang menjalani rawat inap pada suatu rumah sakit, merupakan suatu aktifitas interaksi sosial yang sangat dinamis dan fenomenal. Interaksi sosial yang dinamis memerlukan grand theory sebagai penghubung atau perekat agar supaya menjadi satu kesatuan yang harmonis, maka teori yang di angkat adalah teori pertukaran. Teori Pertukaran sebagai dalil untuk menjelaskan dan memperkokoh hubungan dukungan informasi sosial petugas kepada pasien, sebagaimana tercermin dalam peran dan fungsi teori pertukaran dalam sosiologi, sebagai upaya menjelaskan fenomena sosial atau interaksi sosial. Hubungan atau korelasi antara teori pertukaran dan masalah disertasi ini adalah berdasarkan antara lain: pokok pikiran, inti, dan asumsi para ahli teori pertukaran, baik klasik maupun modern seperti : Jeremy Bentham filosof Inggeris, Bronislaw Malinowski Antropolog Inggris, Marcel Mauss dan Claude Levi Strauss antropolog Perancis, isi teori tersebut diringkas oleh : Turner, 1978 : 202-203, 1978 : 201-215, serta Beck, 1979 : 67-86, berbunyi sebagai berikut : Ringkasan teori pertukaran (1) manusia selalu berusaha mencari keuntungan dalam transaksi sosialnya dengan orang lain; (2) dalam melakukan transaksi sosial manusia melakukan perhitungan untung rugi; (3) manusia cenderung menyadari adanya berbagai alternatif yang tersedia baginya; (4) manusia bersaing satu dengan yang lain; (5) hubungan pertukaran secara umum antarindividu berlangsung dalam hampir semua konteks sosial; dan (6) individu pun mempertukarkan berbagai komoditas tak berwujud seperti perasaan
Artinya adalah bahwa teori pertukaran melihat manusia sebagai makhluk sosial terus menerus terlibat dalam memilih di antara perilaku-perilaku alternatif, dengan pilihan mencerminkan biaya dan ganjaran (cost and reward) yang diharapkan berhubungan dengan garis-garis perilaku alternatif kepuasan dalam transaksi biaya dan ganjaran. Perilaku sosial tersebut dipandang ekuivalen dengan tindakan ekonomis atau tindakan yang rasional berdasarkan perhitungan untung rugi atau pengeluaran baiaya dan kepuasan jasa pelayanan yang diterima pasien. Sedangkan inti teori pertukaran berbunyi : Adalah bahwa manuisa adalah makhluk yang mencari keuntungan (benefit) dan menghindari biaya (cost) ; manusia, dalam perspektif para penganut teori pertukaran, merupakan makhluk pencari imbalan (reward-seeking animal), (Turner, 1978 : 201-215, sumber, Sunarto, 2004 : 220). Uraian isi teori tersebut sangat relevan dengan kondisi yang dihadapi oleh seseorang yang sedang mengalami gangguan kesehatan karena mau tidak mau atau senang dan tidak senang harus mencari sumber kesembuhan dengan biaya sebesar apapun demi untuk kesembuhan tersebut dan atau perasaan legah. Jadi contohnya membayar biaya pelayanan kesehatan dan mengharapkan kesembuhan yang memuaskan. Lebih lanjut para ahli teori pertukaran berasumsi bahwa : suatu tindakan dianggap adil, baik, atau bermoral manakala tindakan tersebut mengakibatkan hal yang menyenangkan; bila suatu tindakan mengakibatkan penderitaan maka tindakan tersebut dianggap buruk, tidak adil, tidak bermoral (Beck, 1979 : 67-86, sumber, Sunarto, 2004 : 220)
109
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … Dasar asumsi tersebut di atas adalah mengingatkan bahwa para pelaku pelayanan atau pemberi jasa harus memperhatikan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk sosial yaitu perlakuan yang adil dan jujur, agar supaya menghindari penyakit sosial, tetapi menonjolkan rasa keadilan dan kelegahan bersama. Upaya lebih lanjut lagi, untuk menjelaskan interkasi sosial , seperti di deskripsikan oleh George Hormans dalam mengembangkan teori pertukaran adalah : berdasarkan prinsip-prinsip transaksi ekonomi, yaitu : manusia menawarkan jasa/ barang tertentu dengan harapan memperoleh imbalan jasa/ barang lain. Interaksi sosial pun menggunakan prinsip resiprositas seperti dalam transaksi ekonomi. Artinya adalah bahwa individu melalukan suatu tindakan demi mendapat imbalan atau justru untuk menghindari hukuman (Noor kasiani dkk, 2009:27). Sehubungan dengan penjelasan fenomena sosial tersebut di atas; maka Homans dalam teori pertukarannya : menggunakan contoh hubungan pertukaran yang mampu menerangkan semua perilaku sosial Bayangkan dua orang sedang melakukan pekerjaan tulis-menulis di sebuah kantor. Menurut peraturan kantor, masingmasing harus mengerjakan pekerjaannya sendiri atau bila memerlukan bantuan ia harus berkonsultasi dengan pengawas. Salah seorang di antaranya, sebut saja Person, tak begitu trampil bekerja dan hanya akan dapat bekerja lebih baik dan lebih cepat bila ia mendapat bantuan dari waktu-kewaktu. Meski peraturan kantor membolehkan, ia enggan berkonsultasi dengan pengawas karena dengan mengakui ketidak-mampuannya dapat merugikan peluangnya untuk promosi. Malahan ia mencari orang lain, sebut saja Dicky, untuk meminta bantuannya. Dicky lebih berpengalaman bekerja ketimbang Person. Dicky dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan cepat dan melewatkan waktu istirahat dan mempunyai alasan
untuk mengira bahwa pengawas takkan memeriksa pelanggaran peraturan yang dibuatnya. Dicky membantu Person dan imbalannya Person menyatakan terima kasih dan persetujuannya kepada Dicky. Kedua orang tersbut telah bertukar bantuan dan persetujuan (Homans, 1961:3132,sumber : George Ritzer, Douglas J. Goodman, 2002:361), Esensi teori pertukaran berjalan tidak semulus apa yang bayangkan semua orang tetapi banyak juga problem yang dihadapi, dan kondisi tersebut wajar-wajar saja dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, karena sesuai dengan fenomena sosial yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, selanjutnya kondisi tersebut harus dipahami semua orang agar tidak terjadi konflik sosial yang berkepanjangan. Selanjutnya Homans” lebih mempertegas teori pertukaran dengan mengembangkan asumsi kesuksesan atau proposisi sukses (The Succes Proposition) : Untuk semua tindakan yang dilakukan seseorang, makin sering tindakan khusus seseorang diberi hadiah, semakin besar kemungkinan orang melakukan tindakan itu (Homans : 1974:16.sumber : George Ritzer, Douglas J. Goodman, 2002:361). Asumsi tersebut diatas sangat relevan dengan masalah disertasi dengan judul Hubungan antara dukungan informasi sosial petuagas kepada pasien dengan kepuasan pasien, karena objeknya samasama manusia yaitu petugas dan pasien; yang bertransaksi yaitu : petugas memberi layanan jasa dan pasien memberi finansial/ membayar jasa. Kedua pelaku sama-sama berada dalam satu lingkungan atau tempat yaitu : Institusi rumah sakit serta keduanya mengharapkan kepuasan bersama, melalui pertukaran dan persetujuan bersama, yaitu : perasaan bersama, jasa bersama dan fokus adalah kepuasan pasien sebagai objek dan juga sebagai subjek penelitian ini. Sejalan dengan konsep dorongan atau dukungan dalam latar masalah ini, maka dalam teori pertukaran, terdapat asumsi 110
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … pendorong atau proposisi pendorong (The Stimulus Proposition) yang sangat memungkinkan menimbulkan perulangan perilaku : Bila dalam kejadian di masa lalu dorongan tertentu atau sekumpulan dorongan telah menyebabkan tindakan orang diberi hadiah, maka makin serupa dorongan kini dengan dorongan di masa lalu, semakin besar kemungkinan orang melakukan tindakan serupa (Homans, 1974:23, sumber, George Ritzar, Douglas J. Goodman, 2002,364). Deskripsi asumsi tersebut di atas. Homans memberi satu contoh kejadian yang lebih sederhana yaitu “Pemancing yang melemparkan kailnya kedalam kolam yang keruh dan berhasil menangkap seekor ikan, maka orang tersebut akan lebih senang memancing di kolam yang keruh kembali” Apa yang digambarkan oleh Homans tersebut dalam konteks fenomena sosial atau interaksi sosial, sering terjadi dalam pelayanan kesehatan terutama di rumah sakit, baik di pusat sampai ke daerah -daerah, namun masih menjadi masalah. Konflik atau masalah berlatar belakang informasi dan kepuasan, terutama kepuasan pasien belum terakomodasi dalam regulasi informasi pelayanan kesehatan. Pada hal sering dikeluhkan oleh masyarakat, baik sementara di rawat maupun di mintai tanggapan, baik setelah tindakan medis dan tindakan keperawatan maupun setelah keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu studi tentang Hubungan dukungan informasi sosial petugas kepada pasien dengan kepuasan pasien, masih menyodorkan permasalahan menarik sebagai sebuah objek kajian studi. Kajian teoretik ini akan menganalisis beberapa konsep kunci seperti : Analisis teori pertukaran, model interaksi dan model transaksional, Informasi Sosial Petugas dan Kepuasan Pasien rawat inap di RSUD Biak sebagai berikut : 2.1.1 Analisis Dinamika Teori Pertukaran.
Dinamika teori pertukaran diwujudkan dalam bentuk analisis bahwa “pertukaran merupakan salah satu analisis yang secara serius dan tegas membicarakan bagaimana pemberi jasa dan penerima jasa pelayanan bisa muncul dalam suatu proses hubungan pertukaran melalui salah seorang tokoh pertukaran” Peter Blau (1964, dikutip dalam Dasmar, 2012 : 75), menjelaskan analisis munculnya struktur kekuasaan atau kepuasan yang berujut konflik, misalnya karena terjadinya suatu hubungan pertukaran yang tidak seimbang yang berakhir dengan ketidak puasan atau ketimpangan. Contoh : Katakanlah Hendrik memerlukan suatu pelayanan atau memiliki suatu kebutuhan terhadap sesuatu, yang hanya dapat diraih melalui orang lain, sebutkanlah Santos. Apa yang dilakukan Hendrik, jika ia tidak memiliki sesuatu yang dapat diperlukan dengan Santos, sehingga Hendrik mau memenuhi kebutuhan atau memberikan suatu pelayanan terhadap Hendrik? Suatu hal umum dilakukan orang adalah memohon bantuan atau meminta pertolongan dengan suatu rasa hormat tertentu. Cara unilateral (tanpa menerima imbalan terhadap apa yang dilakukan) tidak bisa dipertahankan lama jika tidak ada sesuatu yang diperoleh dalam suatu transaksi. Apabila transaksi pertukaran ini ingin dipertahankan, maka pihak yang selalu menerima pertolongan atau bantuan sepihak, dalam hal ini Hendrik, maka ia harus menerima posisi subordinasi terhadap Santos. Konsekuensi logis dari keadaan ini adalah terjadinya perbedaan status antara Santos dan Hendrik. Ketika ucapan terima kasih sudah tidak dianggap lagi sesuatu yang berharga dalam transaksi, sementara Hendrik masih tetap membutuhkan bantuan dan pertolongan Santos, maka satu-satunya usaha yang bisa dilakukan adalah menyesuaikan diri atau menerima saja apa yang dituntut Santos. Disinilah munculnya rasa puas atau tidak puas atau kekuasaan menurut menurut teori pertukaran Blau. 111
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … Menurut Blau (1964), dengan mengikuti Richard M. Emerson, ada empat kemungkinan yang logis di mana individu dapat menjauhi kepatuhan dalam pelayanan meliputi : 1) Ia dapat memperoleh pelayanan yang sama sehingga, dengan demikian hubungan dengan yang lainnya masih merupakan hubungan timbal balik yang sama. 2) Ia dapat memperoleh pelayanan yang sama di mana-mana. 3) Ia dapat menekan yang lain untuk memberikan pelayanan, hal ini merupakan hasil dari dominasinya terhadap yang lain. 4) Ia dapat bekerja tanpa mengharapkan pelayanan seperti itu atau ia menemukan beberapa penggantinya. Dari pandangan Blau tersebut, maka disimpulkan bahwa ketidak puasan merupakan hasil hubungan pertukaran yang timpang. Ketidak puasan muncul ketika seseorang atau kelompok orang membutuhkan sesuatu dari seseorang atau kelompok orang lainnya, namun tidak mempunyai sesuatu yang sama nilainya sebagai penukar sehingga barang dan jasa yang dibutuhkan tersebut hanya bisa dipenuhinya melalui ketundukan atau kepatuhan terhadap peraturan mereka yang menguasai barang dan jasa tertentu. Substansi yang paling krusial dari pertukaran adalah meliputi : 1) Deskripsi pengertian pertukaran berikut ini bahwa pertukaran adalah interaksi manusia berlangsung dalam proses timbal balik yang dimaknai oleh pertimbangan biaya (cost), imbalan (reward) dan keuntungan (profit). (Damsar, 2012 : 63). Pertukaran sosial dalam bentuk proses interaksi sosial memberikan pertukaran informasi. Ketika mendapat penyampaian sesuatu dari seseorang kita berusaha untuk membalas pada waktunya dalam hal yang positif ataupun dalam hal yang negatif. 2) Pertimbangan Pertukaran antara lain :
a) Tindakan yang dilakukan pada masa lalu yang menguntungkan cenderung untuk diulangi kembali. b) Aktivitas yang menguntungkan, imbalan yang memadai akan ditiru oleh orang lain. c) Aktivitas yang menguntungkan akan sering diulangi oleh pelaku atau publik. d) Aktivitas yang tidak memberi keuntungan cenderung untuk tidak diulang. e) Tidak mengulangi suatu kegiatan, karena menghindari hukuman, (Noorkasiani dkk, 2009 : 27). Menurut Peter Blau, pertukaran sosial berlangsung manakala me-menuhi 2(dua) unsur yaitu : 1. Ganjaran/imbalan/hadiah ekstrinsik; berkaitan dengan hal materi seperti tanah, rumah, uang dan barang-barng bergerak lainnya. 2. Ganjaran/ imbalan/ hadiah intrinsik. Terkait dengan hal nonmateri seperti kasih sayang, kepercayaan, penghargaan dan penghormatan. Keberhasilan pertukaran sosial sangat berhubungan erat dengan model inter-aksi dan model transaksional seperti uraian berikut ini : 1) Model interaksi; Model interaksi yang berhubungan dengan kepuasan; Bahwa secara sederhana interaksi dipahami sebagai suatu tindakan timbal balik, bukan tindakan sepihak atau satu arah, tetapi tindakan dua arah. Dalam model interaksi adalah suatu komunkasi layanan jasa tidak dipandang sebagai proses stimuli respon yang mekanik, tetapi sebaliknya suatu proses aksi dan reaksi yang dinamis yang diantarai oleh adanya interpretasi atau proses pemaknaan dari penerima pesan. Komunikasi interaksi pelayanan jasa dikatakan berhasil apabila pemahaman makna atau makna yang dikonstruksi tentang pesan antara sumber (pemberi informasi) dan penerima informasi tidak 112
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … berbeda (sama) dan penerima melakukan sesuatu sesuai dengan yang diaharapkaan oleh sumber. Proses interaksi ini berawal dari sumber mengolah pesan. Kemudian pesan tersebut disalurkan melalui media. Pesan yang disampaikan lewat media tersebut diinterpretasi oleh penerima. Proses interpretasi penerima pesan akan relatif sama dengan apa yang dimaksud
oleh sumber, apabila antara sumber dan penerima pesan memiliki tujuan yang sama. Hasil interpretasi atas pesan oleh penerima akan berujud umpan balik dalam bentuk aksi atau perilaku yang dilakukan oleh penerima. Berikut gambar yang diharapkan bisa memahami secara mudah model interkasi ini.
Interpretasiatas pesan oleh penerima
Pesan disampaikan sumber lewat media
Umpan balik dalam bentuk perilaku oleh
penerima
Gambar : 2.1. Model interaksi informasi (Damsar, 2012 : 219)
2) Model transaksional : Model transaksional yang berhubungan dengan kepuasan bahwa Transaksional menunjuk pada suatu proses transaksi antara seseorang dengan orang lain. Dengan kata lain, model komunikasi ini terjadi dalam komunikasi antarpersonal oleh dua orang partisipan komunikasi. Dalam komunikasi terdapat proses diaglog, yaitu proses bersama dalam pembentukan makna. Dalam model transaksional layanan jasa pasien, kedua belah pihak aktif saling bertukar pesan dan interpretasi. Artinya, pesan yang disampaikan diinterpretasi. Hasil interpretasi disampaikan dan menjadi pesan. Proses tersebut berakhir ketika telah terbentuk suatu pemahaman bersama
terhadap suatu pesan. Sejalan dengan PP RI nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan (pasal 61 ayat (4) berbunyi bahwa penyebarluasan data dan informasi kesehatan dilakukan menggunakan media elektornik, termasuk penggunaan teknologi standar berupa Electronic Data Interchange, dan atau media nonelektronik melaui kegiatan sesuai bunyi : huruf “c” adalah pertukaran dari pasal 61 ayat 4) tersebut diatas III.Pembahasan Pada hakekatnya setiap orang dalam usaha memenuhi kebutuhannya berbeda satu dengan yang lain. Kebutuhan pasien yang satu akan berbeda dengan kebutuhan 113
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … pasien yang lainnya. Seseorang yang sudah tertera pada 7.4 „menunjukkan bahwa berhasil memenuhi kebutuhan yang satu kelengkapan informasi‟ dimana responden akan lebih beralih kepada jenis kebutuhan menjawab lengkap (ya,) sebesar 74,24% lain, misalnya berhubungan pada ekspekdan tidak hanya 25,76%. Deskripsi tentang tasi dan persepsi seseorang tentang infordimensi kelengkapan informasi berdasarmasi kesehatan tertera pada tabel 7.4 dan kan hasil isin instrumen oleh responden layanan jasa kepuasan pasien-pasien yang sebagai berikut : Informasi diagnosis dan lainnya. Seseorang yang sudah berhasil tindakan medis serta tindakan keperawatan, memenuhi kebutuhan yang satu akan lebih dimana responden menjawab telah memberalih kepada jenis kebutuhan lain, missalperoleh informasi selama dirawat mencapai nya berhubungan pada ekspektasi dan skor tertinggi atau 83,33% responden, persepsi seseorang tentang informasi disusul item informasi tentang tata tertib kesehatan tertera pada tabel 7.4 dan dan peraturan rumah sakit sebanyak layanan jasa kepuasan pasien tabel 7.5 77,27% responden, sedangkan item menunjukkan tanggapan responden untuk informasi dengan responden menjawab memberikan jawaban terhadap pertanyaan tidak memperoleh informasi adalah dengan sebgai berikut (tabel : 7.4 dan 7.5). prosentasi rendah yaitu tentang hak dan Indikator distribusi kelengkapan informasi kewajiban pasien 30,30% responden serta yang diterima atau diperoleh pasien selama biaya pengobatan 30,30%, responden. dirawat sebagai objek penelitian ini seperti Tabel 7.4. Distribusi frekuensi dukungan informasi sosial petugas kepada pasien Rawat inap di RSUD Biak tahun 2015 NILAI Kelengkapan informasi (X)
Ya f
Tidak %
f
Jumlah
%
f
%
1. Tata tertib dan peraturan RS
51
77,27 15
22,73
66
100
2. Hak dan kewajiban pasien
46
69,70 20
30,30
66
100
3. Diagnosis dan tindakan medis serta tindakan keperawatan
55
83,33 11
16,67
66
100
4. Risiko komplikasi tindakan prog
47
71,21 19
28,79
66
100
5. Biaya pengobatan
46
69,70 20
30,30
66
100
74,24
25,76
Total rata-rata
100
Sumber: Data primer yang diolah Dalam pelaksanaan layanan jasa kepuasan pasien rawat inap di RSUD Biak, pada objek penelitian ini berdasarkan ekspektasi dan persepsi pasien menunjukkan bahwa responden menyatakan atau menjawab puas (Ya) sebesar 88,48% dan menjawab tidak puas (jawaban tidak) hanya 11,52%. Deskripsi tentang dimensi instrumen kepuasan dengan gambaran persentase
sebagai berikut: tentang daya empati petugas rumah sakit dengan menjawab Ya‟ 95,45% responden, dan yang tidak hanya 4,55% responden, disusul perasaan puas tertinggi kedua tentang jaminan rumah sakit, dimana responden menjawab Ya‟ 90,91% responden, dan menjawab tidak hanya 9,09% responden, perasaan puas tertinggi ketiga adalah tentang keandalan
114
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … rumah sakit, responden menjawab Ya‟ 90,91% dan menjawab tidak puas layanan adalah tentang keandalan 9,09% responden,
(kepuasanan jaminan dan keandalan persentase sama).
Tabel 7.5 Distribusi frekuensi kepuasan pasien rawat inap di RSUD Biak Tahun 2015 NILAI Layanan jasa kepuasan pasien Ya Tidak Jumlah (Y) f % f % f % 1. Penampilan fisik (tangibles)
53
80,30
13
19,70
66
100
2. Keandalan (reliability)
60
90,91
6
9,09
66
100
3. Jaminan (assurance)
60
90,91
6
9,09
66
100
4. Daya tanggap (responsiveness)
56
84,85
10
15,15
66
100
5. Daya empati (empathy)
63
95,45
3
4,55
66
100
Total (%)
88,48
11,52
100
Sumber : Data primer yang diolah Kepuasan layanan jasa daya tanggap responden. Langkah selanjutnya dalam petugas urutan keempat dimana responden upaya penjabaran deskripsi dan rekapitulasi memberi jawaban Ya‟ 84,85% responden, hasil penelitian ini adalah melakukan dan tidak puas dengan layanan jasa daya modifikasi jawaban dari bentuk Ya dan tanggap petugas 15,15% responden, Tidak kedalam bentuk skala Likert‟ guna kemudian kepuasan layanan jasa penammencari derajat hubungan antara dukungan pilan fisik lembaga dan petugas, responden informasi sosial petugas kepada pasien memberi jawaban Ya‟ 80,30% responden dengan kepuasan pasien rawat inap di dan memberi jawaban tidak puas tentang RSUD Biak, seperti tertera pada tabel 7.6 penampilan fisik dan petugas 19,70% dan tabel 7.7 sebagai berikut : Tabel. 7.6 Rekapitulasi frekwensi Dukungan informasi sosial petugas kepada pasien (kelengkapan informasi yang diperoleh/didapat oleh pasien (X)) Dukungan informasi sosial petugas kepada pasien Indikator kelengkapan informasi yang diperoleh pasien (X)
N
5
66
F
%
29
43,94
f
SKOR NILAI 4 3 % F %
15 22,72
7
Sumber : Data primer yang di olah Keterangan : skor 5 = sangat lengkap skor 4 = lengkap skor 3 = kurang lengkap skor 2 = tidak lengkap skor 1 = sangat tidak lengkap 115
10,61
2
1
f
%
f
%
7
10,61
8
12,12
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … Berdasarkan hasil rekapitulasi secara responden, memberi jawaban lengkap kesuluruhan item pertanyaan tentang sebanyak 22,72% responden, memberi dukungan informasi sosial petugas jawaban kurang lengkaap 10,61% reskepada pasien sesuai tabel 7.6 tersebut ponden, memberi jawaban tidak lengkap diatas menunjukkan bahwa responden sebanyak 10,61% responden dan memberi memberi jawaban telah memperoleh atau jawaban sangat tidak lengkap 12,12% mendapat informasi dari petugas dengan responden. sangat lengkap sebanyak 43,94% Tabel 7.7. Rekapitulasi frekwensi layanan jasa kepuasan pasien rawat inap di RSUD Biak (Y) tahun 2015 SKOR NILAI Kepuasan pasien
N
5 F
Indikator layanan jasa kepuasan pasien (Y)
66
51
4 %
f
3 %
77,27 10 15,15
2
1
F
%
f
%
f
%
0
0
1
1,52
4
6,06
Sumber : Data primer yang diolah Keterangan : skor 5 = sangat puas skor 4 = puas skor 3 = kurang puas skor 2 = tidak puas skor 1 = sangat tidak puas di RSUD Biak dalam penelitian ini terangkum dalam tabel 7.8 dan tabel 7.9 serta tabel 7.10 sebagai berikut : Tabel 7.8 menunjukkan bahwa sebaran kuesioner sangat merata ; artinya sampel yang di ambil representatif seluruh pasien yang sedang menjalani rawat inap di RSUD Biak, termasuk memilih jawaban dimana para responden menjawab sangat objektif sesuai dengan kondisi yang di alami, sebagai bukti bahwa semua item kuesioner mendapat jawaban dari responden, sedangkan yang membedakan hanya frekwensi atau jumlah responden yang memilih‟ dimana terdapat item yang banyak dipilih dan sedikit item yang dipilih, yaitu ada yang banyak memilih jawaban ya‟‟ semuanya telah mendapat informasi dan ada juga menjawab semua pertanyaan
Berdasarkan hasil rekapitulasi secara kesuluruhan item pertanyaan tentang kepuasan pasien rawat inap di RSUD Biak sesuai tabel 7.7 tersebut diatas menun-jukkan bahwa responden memberi jawaban sesuai ekspektasi dan tanggapan atau per-sepsi tentang layanan jasa kepuasan pasien, tergambarkan bahwa responden menjawab sangat puas sebanyak 77,27% responden, memberi jawaban puas se-banyak 15,15% responden, memberi jawa-ban kurang puas 0% responden, memberi jawaban tidak puas sebanyak 1,52% res-ponden dan memberi jawaban sangat tidak puas 6,06% responden. Deskripsi secara keseluruhan hasil persepsi responden ten-tang dukungan informasi sosial petugas kepada pasien dengan kepuasan pasien rawat inap
116
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … dengan jawaban semua (pada lima butir kepada pasien dan variabel dependen (Y) pertanyaan) dengan jawaban tidak‟‟.Sama yaitu kepuasan pasien rawat inap di RSUD halnya butir kuesioner kepuasan (sebanyak Biak, dengan deskripsi skor masinglima butir), terdapat responden menjawab masing variabel, sebagai data awal meya‟‟ pada kelima butir kuesioner namun netapkan skor antara varaibel X dan ada juga menjawab tidak, pada kelima varibel Y, dalam penelitian ini. Sumber kuesioner yang diberikan. data tabel 7.8 berasal dari hasil kuesioner/ Tabel 7.8 menggambarkan angka-angka instrumen yang diisi oleh reponden yaitu murni antara variabel independen (X) pasien rawat inap di RSUD Biak. yaitu dukungan informasi sosial petugas Tabel 7.8 Deskripsi distribusi hasil pengisian item pertanyaan penelitian tentang dukungan informasi sosial petugas kesehatan kepada pasien (X) dengan Kepuasan Pasien rawat inap (Y) di RSUD Biak tahun 2015 Kelengkapan Informasi (X) No. Resp.
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Tata tertib Ya 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Tdk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Layanan Jasa Kepuasan Pasien (Y)
Hak dan kewjiban
Diagnosis dan tdkn
Risiko komplikasi
Ya 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
Ya 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Ya 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
Tdk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tdk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tdk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya pengobatan Ya Tdk 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
Skor (X) 4 1 4 5 5 5 0 5 3 3 4 4 3 4 5 1 5 4 5 4 5 5 3 2 1 1 1 3 2 3 5 2 4 1 5 5 5 4 4 5 5 5 5
117
Penampilan fisik
Keandalan
Ya 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Ya 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Tdk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tdk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jaminan Ya 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Tdk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Daya tanggap Ya 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Tdk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Daya empati Ya 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Tdk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Skor (Y) 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 N66 ∑X MX ∑Y MY
1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 5 3 4 4 2 2 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 1 4 5 5 5 5
1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 5 2 5 4 4 1 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 1 4 5 4 5 5
248 3,74 302 4,58
Keterangan : N = Total Responden, = 66 ∑X = Jumlah nilai X, = 248 MX = nilai rata-rata X, = 3,74 ( di bulatkan 4, maka dapat di kategorikan Informasi lengkap) ∑Y = Jumlah nilai Y, = 302 MY = nilai rata-rata Y = 4,58 (dibulatkan 5, maka dapat dikategorikan sangat puas. Tabel 7.9 Skor dukungan informasi sosial petugas kepada pasien dengan kepuasan pasien rawat inap di RSUD Biak tahun 2015 peresponden. Nomor urut responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
X
Y
4 1 4 5 5 5 1 5 2 3 4 4 3 4 5 1 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 1 5 5 5 5 5
118
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
4 5 4 4 5 3 2 1 1 1 3 2 3 5 2 4 1 5 5 5 4 4 5 5 3 5 3 5 3 4 4 2 2 4 5 4 5 5 5 5 5 4 1 4 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 4 4 1 5 5 5 5 5 5 4 4 4 1 3 5 4 5 5 5
Sumber : Data primer yang diolah Hasil rekapitulasi Skor data yang tertera pada tabel 7.9 tersebut diatas dipergunakan untuk penghitungan koefisien korelasi antara dukungan informasi sosial
petugas kepada pasien dengan kepuasan pasien rawat inap di RSUD Biak, seperti tabel 7.10 sebagai berikut :
119
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … Tabel 7.10 Koefisien korelasi antara dukungan informasi sosial petugas kepada pasien dengan kepuasan pasien rawat inap di RSUD Biak tahun 2015 Nomor urut responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
X
Y
X2
Y2
XY
4 1 4 5 5 5 1 5 2 3 4 4 3 4 5 1 5 4 5 4 4 5 3 2 1 1 1 3 2 3 5 2 4 1 5 5 5 4 4 5 5 3 5 3 5 3 4 4 2
5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 4 4
16 1 16 25 25 25 1 25 4 9 16 16 9 16 25 1 25 16 25 16 16 25 9 4 1 1 1 9 4 9 25 4 16 1 25 25 25 16 16 25 25 9 25 9 25 9 16 16 4
25 25 25 25 25 25 25 25 25 9 16 1 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 16 9 25 25 16 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 4 25 16 16
20 5 20 25 25 25 5 25 10 9 16 4 15 20 25 5 25 20 25 20 20 25 15 10 4 3 5 15 8 15 25 10 20 5 25 25 25 20 20 25 25 15 25 15 25 6 20 16 8
120
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 N 66
2 4 5 4 5 5 5 5 5 4 1 4 5 5 5 5 5 ∑X 248
1 5 5 5 5 5 5 4 4 4 1 3 5 4 5 5 5 ∑Y 302
4 16 25 16 25 25 25 25 25 16 1 16 25 25 25 25 25 ∑X2 1.051
1 25 25 25 25 25 25 16 16 16 1 9 25 16 25 25 25 ∑Y2 1.432
2 20 25 20 25 25 25 20 20 16 1 12 25 20 25 25 25 ∑XY 1.156
Sumber : Data primer yang diolah
2. Kepuasan pasien rawat inap yang berkontribusi agak lemah adalah penampilan fisik (tangibles) yaitu 11,52%, namun bila ditinjau dari segi kualitas telah mencapai kategori baik yaitu 88,48%. 3. Dukungan informasi sosial petugas kepada pasien dengan kepuasan pasien rawat inap di RSUD Biak, berkorelasi positif atau signifikan, maka apabila dihubungkan dengan BOR RSUD Biak, yaitu 80% sesuai standar Nasional dan ALOS RSUD Biak sebesar 7 dan sesuai dengan standar Nasional serta Final Gap RSUD Biak sebesar -1,8048 artinya kepuasan pelanggan RSUD Biak telah memiliki rata-rata perusahaan perumahsakitan di dunia, maka hasil penghitungan penelitian ini telah sesuai dengan kondisi gambaran umum RSUD Biak tahun 2013 dan 2014.
IV.PENUTUP Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan informasi sosial petugas kepada pasien dengan kepuasan pasien rawat inap di RSUD Biak, berkorelasi positif atau signifikan pada α 0,05, namun dikategorikan berkorelasi lemah karena : 1. Informasi tentang hak dan kewajiban pasien serta informasi biaya pengobatan belum disampaikan petugas kepada pasien rawat inap sebelum pengambilan data penelitian ini, yaitu 25,76%. Namun bila ditinjau dari segi kualitas maka pelayanan informasi telah mencapai kategori baik yaitu 74,24%. Kondisi pelayanan kesehatan identik dengan istilah transkasi atau interaksi sehingga hal tersebut berkorelasi dengan prinsip utama teori pertukaran yaitu pada dasar nya manusia meng-hindari cost dan mengutamakan reward dan profit, maka yang menyangkut biaya dan hak pasien sangat menentukan kepuasan pasien.
Saran : Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, maka dapat disarankan dalam penelitian ini sebagai berikut : Hubungan dukungan informasi sosial petugas kepada pasien dengan kepuasan pasien rawat inap di
121
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … RSUD Biak masih berkorelasi lemah, maka dipandang perlu : 1. Untuk meningkatkan penyampaian informasi kepada pasien terhadap setiap tindakan medis dan keperawatan dengan cara menyampaikan sebelum dan sesudah tindakan. 2. Untuk meningkatkan jasa layanan kepuasan seperti : tangibles, reliability, assurance, responsiveness, empathy, dengan cara memberi respon, tanggapan, perasaan kepada pasien sebelum dan sesudah terhadap tindakan medis dan tindakan keperawatan atau umpan balik tentang tindakan kesehatan dan harapan yang sesungguhnya diinginkan oleh pasien. 3. Untuk mempertahankan atau meningkatkan hasil baik yang telah diperoleh dengan cara meningkatkan penyampaian informasi tentang elemen hak dan kewajiban pasien, risiko komplikasi tindakan dan risiko komplikasi penyakit bawaan serta prognosis penyakit, dibarengi dengan penyampaian informasi tentang biaya pengobatan, serta mempertahankan hasil baik yang telah diperoleh dan bila perlu ditingkatkan lagi dibidang layanan jasa kepuasan pasien dengan elemen : penampilan fisik, keandalan, jaminan dan daya empati petugas kepada pasien, walaupun sesuai hasil penghitungan telah mencapai hasil positif atau signifikan karena hasil tersebut sifatnya statis kalau tanpa di tindak lanjuti.
Arinanto Satya, 2008. Dimensi-Dimensi HAM mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Arifin Anwar. 2010. Ilmu Komunikasi, sebuah pengantar ringkas, cetakan ke sembilan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Azwar Agus dan Jacob,1996.Antropologi Kesehatan Indoensia. Jilid I Pengobatan Tradisional. EGC. Jakarta Aspuah Siti, 2013. Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan, cetakan: pertama. Penerbit :Muha Medika. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Biak Numfor, (2013). Biak Numfor dalam Angka, May Be Cited with Reference To The Source. Badan Pusat Statistik Kabupaten Biak Numfor, Biak. Badrujaman Aip, 2010. Sosiologi untuk mahasiswa Keperawatan, Edisi Revisi. Trans Info Media Jakarta. Beaglehole, R dan Bonita, R. 1997. Public Health at the Crossroads: Achievements and Prospec. Cambridge: Cambridge University Press. [Suatu tinjauan yang bagus tentang perkembangan kesehatan masyarakat dan tentang perubahan epidemiologi masa kini]. Berry L.L dan Parasuraman, A. (1991), Marketing Service, competing through quality, New York: the Free Press. Bessiel L. Marquis, Carol J. Huston ,2010. Leadership Roles and Management Function In Nursing : Theory and Application. (Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori dan Aplikasi). Ali Bahasa: Widyawati, S.Kp.,M.Kes, edisi ke 4. EGC, Jakarta Bouman. P.J.DR. 1976. Sosiologi Pengertian dan Masalah,
Daftar Pustaka Agung I Gusti Ngurah, 2011. Manajemen Penulisan Skripsi, tesis, disertasi, cetakan ke-4. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi. Rineka Cipta Jakarta.
122
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … diterjemahkan oleh : SugitoSujitno, cetakan ketiga belas. Yayasan Kasinus. Yogyakarta. Brockopp, Hasting-Tolmas, 1995. Fundamental Of Nursing Research, One , Exeter Plaza, Boston. Butarbutar Tahi G., Ayomi Kalvaros M, dan Sanci Joiz Erlely, 2013. Kepuasan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah di Tanah Papua (Survey Kepuasan pada 10 RSUD di Tanah Papua). Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YPKM) Papua. Jayapura. Cohen, S., Syrne, S.L.,1985.Social Support and Health.London. Academic Pres Inc. Connor & Davidson, 2003. Develompment of The New Resilience Scale : The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC). Journal of Depression and Anxiety. Vol 18 : 76-83 Conrad, P (ed) 2001. The Seciology of Health and lllnes: Critical Perspective. New York : Worth. [suatu kumpulan tulisan yang bagus yang membahas hubungan sosiologi, politik, ekonomi, dan gender dengan kedokteran modern Creswell Jhon. 2009. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, Thousand Oask California. Crook, S., Pakulski, J., dan Waters, M. (1992) Postmodernization: change in Advanced Society. London: Sage. [Suatu tinjauan yang bagus tentang transformasi sosial, politik dan ekonomi masyarakat kentenporer]. Denzin, 1994 & Guba, 1990. Handbook of Qualitative Research (Denzin) dan GubaThe Paradigma Dialog ...........2001. Teori dan Paradigma Penelitian sosial, Penyunting :
Agus Salim. Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta. Dati Fatimah, Aditya M. Yana, Rinto Adriono, Wahyu W Basjir, 2001. Nestapa Pembangunan Sosial, Studi atas Dampak Beban Utang terhadap PembangunanPendidikan dan Kesehatan, cetakan: Pertama. Yayasan Litera Indonesia, Yogyakarta Dreyfus, H. dan Rabinow, P. 1982. Michel Foucault: Beyond Strukturalism and Hermeneutics. Sussex: Harvester Press. [salah satu tinjauan terbaik karya-karya Fou cault dan khususnya bagus untuk bahasan bio-power]. Duverger Maurice, 1998. Sosiologi Politik, Penerjemah, Daniel Dhakidae, Cetakan keenam, Penerbit : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Foster George M dan Anderson Barbara Gallatin, 1986. Antropologi Kesehatan, Penerjemah : Priyanti Pakan Suryadarma, Meutia F. Hatta Swasono. Cetakan pertama. UIPress. Jakarta. Freud.J. dan McGuire.M. 1999. Health, lllness and social body.englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. [suatu buku teks yang bagus, terutama menggunakan data Amerika, membahas hubungan social penyakit]. Gaffar, 1999. Keperawatan Profesional, Cetakan pertama. EGC. Jakarta. Germov, J.(ed) 2005. Second Opinion:An Intordiction to Health sociology. Melborne: oxford University Press. [suatu kumpulan artikal yang mencakupi topik-topik kesehatan dan isu-isu yang berkaitan dengan dimensi kelas, gender dan usia, dan kesejahteraan dengan satu bab yang di peresembahkan kepada keperawat an dan sosiologi].
123
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … George Ritzer, Douglas J. Goodman, 2005, Modern Sociological Theory, 6th Edition, McGraw-Hill. Diterjemahkan oleh: Alimandan, Teori Sosiologi Modern. Kencana Prenada Media, Jakarta.Hasan Anwar, 2010. Pendekatan Sistem Sosial Suatu Kerangka Analisis Promosi Kesehatan. Rineka Cipta Jakarta. Hidayat Rahmat Dede, 2009. Ilmu Perilaku Manusia, Pengantar Psikologi untuk tenaga kesehatan. Trans Info Media Jakarta. Hadi Sutrisno, 1980. Metodologi Research, Jilid I, Cetakan ke IX. Yayasan Peneribitan Fakultas Psikologi UGM ...........1980, Metodologi Research, Jilid II, cetakan ke IX. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM Holton, R dan Turner, B. (1986) Talcott Parsons on Economy and Society. London: Routladge dan Kegan Paul. Bab 2, “Sickness and Social Structure: Parsons” Contribution to Medical Sociology”.] IKAPI, 2010. Undang-Undang Kesehatan, Nomor 36 Tahun 209. Fokusmedia, Bandung. Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur, Teori dan Aplikasi Bisnis. Andi Offset. Yogyakarta. Karisma A. 2003. Kepuasan Pasien dan Hubungannya dengan Kepatuhan Penerapan Standar Asuhan Keperawatan dan Kinerja Perawat di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, Sikripsi (unpublished), UGM Yogyakarta. Kariyoso, 1994. Pengntar Komunikasi Bagi Siswa Perawat, cetakan I, EGC, Jakarta.
Kelana Kusuma Dharma, 2011. Medotologi Penelitian Keperawatan. Trans Info Media, Jakarta. Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudyaan di Indonesia, cetakan kesembilan belas. Djambatan. Jakarta. Kresno Sudarti. 2010. Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan dengan Perilaku Kesehatan, Edisi Revisi. Rineka Cipta Jakarta. Malik, 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Trans Info Media Jakarta. Maliki Zainuddin. 2010, Sosiologi Politik Makna Kekuasaan dan Trans formasi Politik, Cetakan Pertama. Gajah Mada University Press, Yog yakarta. Manuaba Ida Bagus Gede, 2012. Obstetri dan Ginekologi Sosial, Cetakan Pertama.Trans Info Media, Jakarta. Marmot, M. 2004. Status Syndrome: How Your Social Standing Directly Affects Your Health and Life Expectancy. Oxford : Bloomsbury. [Teks berbasis penelitian mengenai penyebab social kondisi sakit] Mubarak Wahid Iqbal, 2009. Sosiologi untuk keperawatan Pengantar dan Teori. Salemba Medika, Jakarta. Muhammad Abdulkadir, 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar, Cetakan ke II. Citra Aditya Bakti, Bandung. Mohammad Adib, 2011. Filsafat Ilmu, Cetakan Kedua, Pengantar : Sukartono Taat Putra. Pustaka Pelejar. Yogyakarta. Narwoko J. Dwi, Bagong Suyanto, 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Edisi kedua, Cetakan kedua. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Nasution dan Thomas, 2008. Buku Penuntun Membuat Tesis Skripsi
124
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … Disertasi Makalah, Cetakan kedua belas. PT Bumi Aksara, Jakarta. Neuman, 1997. Social Research Methods, Qualitative and Quantitative Approaches Noorkasiani, Heryati, Rita Ismail, 2009. Sosiologi Keperawatan, cetakan I. EGC, Jakarta. Notoatmodjo, 2010. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. .................(2010). Promosi Kesehatan di Rumah Sakit. Rineka Cipta. Jakarta. Parasuraman, A. & VA Zeithhamal dan LL Berry (1985), A Conceptual Model of Sevice Quality and its Im plication for Future Research, Journal of Marketing, Vol 49, Fall. Parsons, T. 1978. Action Theory and the Human Condition. London “Free Press. [Buku ini mencakup bab-bab yang berjudul, Health and Disease: A Sociological and Action Perspektive” dan “The Sick Role and the role of the Physician Reconsidered”] Partino H.R. dan Sutoro, 2008. Statistika Inferensial, Edisi ketiga, cetakan ketiga. Pustaka mhs Yogyakarta. Peterson, C. 1999. Sterss at Work: A Sociological Approach. New York: Baywood. [Suatu tinjauan kepustakaan sosio-psikologis tentang stres]. Priharjo,1995. Praktik Keperawatan Profesional Konsep Dasar & Hukum. Cetakan Pertama. EGC. Jakarta. Purwadarminta, 2011. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cetakan ke empat belas. Balai Pustaka Jakarta. Rubenfeld M. Gaie dan Barbara K. Scheffer, 2006. Berfikir Kritis dalam Keperawatan, Alih Bahasa : Ana Lusiyana, dkk. Edisi kedua. EGC, Jakarta.
Reivich, K. And Shatte, A. 2002. The Resilience Factor . New York : Random House, Inc. Roger B. Ellis, Robert J. Gates dan Neil Kenworthy, (2000) Interpersonal Communication in Nursing: Theory and Practice, (Komunikasi Inter personal dalam Keperawatan Teori dan Praktik : Alih Bahasa Susi Purwoko, Cetakan I. EGC, Jakarta. Saifuddin Fedyani Achmad, 2006. Antropologi Kontemporer, suatu pengantar kritis mengenai Paradigma, cetakan ke dua. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Sallis Edward, 2008. Total Quality Management in Education, Alih Bahasa: Dr. Ahmad Ali Riyadi, Fahrurrozi,M.Ag.IRCiSoD, Jogjakarta. Sarafino,E.P, 1997.Health Psychology, Third Edition. New York. John Wiley & Son.Inc. Saunders Company Philadelphia WB, 1996. Kamus Kedokteran Dorland, Alih bahasa : Rina M. Harjono dkk, Cetakan kedua, Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Scott John, 2012. Social Theory : Central Issues In Sociology (Teori sosial Masalah-Masalah Pokok dalam Sosiologi) Alih Bahasa : Ahmad Lintang Lazuardi, cetakan pertama. Pustaka Pelajar Yogyakarta. Siegler Eugenia L dan Whitney Fay W. 2000. Nurse-Physician Colaboa ration. Care of Adults and The Elderly. Alih Bahasa : Indraty Secillia, Cetakan pertama. Buku kedokteran EGC, Jakarta. Silalahi, 2009. Metode Penelitian Sosial. Refika Aditama Bandung. SiloAkbar. 2012, Faktor-faktor determinan implementasi strategi pelayanan pendidikan. Unpad Press Bandung.
125
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … Singaribuan Masri dan Effendi Sofian, 2008. Metode Penelitian Survai, Cetakan ke sembilan belas. Pustaka LP3SE Indonesia. Jakarta. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Grasindo, Jakarta Sri Kusumadewi dkk, 2009. Informatika Kesehatan, Cetakan Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Su‟adah. 2005. Sosiologi Keluarga. UMM, Malang. Sumiatun. 2009. Manajemen Keperawatan Konsep Dasar dan aplikasi Pengambilan Keputusan Klinis. Cetakan Pertama. Trans Info Media. Jakarta. Sudijono Anas, 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. RajaGrafindo Persada, Jakarta Sukardjo dan Komarudin Ukim, 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, Kata Pengantar, Prof. Dr. Toeti Soekamto. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Supranto, 2011. Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan untuk kenaikan pangsa pasar. Cetakan keempat. Rineka Cipta. Jakarta. Suria Sumatri Jujun‟S. 2001. Filsafat Ilmu, Cetakan Keempat belas, Kata Pengantar Andi Hakim Nasution. Muliasari. Jakarta. Susilo, 2012. Statistika & Aplikasi Untuk Penelitian Ilmu Kesehatan. Trans Info Media. Jakarta. Susilo dan Limakrisna, 2012. Cermat menyusun kuisioner Penelitian Ilmu Keperawatan. Trans Info Media, Jakarta. Suyanto, 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan, Muha Medika Jogyakarta. Sztompka, Piotr, 2005. Sosiologi Perubahan Sosial (The Sociology of Social Change), Alih bahasa
oleh : Alimandan, cetakan kedua. Prenada Media, Jakarta. Trisnantoro Laksono, 2006. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen rumah Sakit. Cetakan ketiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Turner, B. S. 1992. Regulating Bodies. London: Routletge. [Tulisan ini merangkum suatu rankaian esai tentang tubuh yang menggunakan pendekatan Foucault]. Townsend, P. dan Davidson, N. 1988. (ed). Inequality in Health: The Black Report and the Health Divide. Harmondsworth : Penguin. [Tulisan klasik dalam ranah ketidak setaraan structural kesehatan]. Undang-undang RI, nomor 38 tahun 2014. Tentang keperawatan, dilengkapi : UU RI nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, UU RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, PP RI nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan, Edisi terbaru. Citra Umbara Bandung. Undang-undang kesehatan, nomor 36 tahun 2009. Tentang kesehatan di lengkapi : PP RI nomor : 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan dan PP RI nomor : 61 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi. Edisi terbaru.Fokusindo Mandiri, Bandung. White Kevin, 2009. In Introduction to the Sociology of Healt English language edition Published by SAGE Publication of London, Thousand Oaks New Delhi and Singapore, penerjemah Achmad Fedyani Saifudin–Ed.3–1–Rajawali Pers, 2011 Jakarta. Wieke Anjaryani, 2009. Analisis Kepuasan Pasien terhdapa Pelayanan Perawat di RSUD Tugurejo
126
La Jumu-Hubungan Antara Dukungan Informasi Sosial Petugas Kepada Pasien … Semarang. Tesis Unpublished Universitas Diponegoro, Semarang. Wilkinson, R. 1996. Unhealthy Societies: The Afflictions of Inequality. London: Routledge. [suatu tinjauan ringkas tentang dampak organisasi materi dalam masyarakat terhadap kesehatan]. Wiraratha I Made, 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Edisi pertama. Andi Offset. Yogyakarta. Yu,X & Zhang. J.2007. Factor Analysis and Psychometric Evaluation of The Connor-Davidson Resilisnce Scala (CD-RISC) with Chinese People. Journal of social Behavior and Personality. 2007:35(1), 19- 35. Grotberg, E.H. 1999. Tapping Your Inner Strength. Oakland : New Harbiger Publication Inc. http://wwww.sarjanaku.com/2013/11/resilin si-pada-penderita-kanker.html (Konsep Dukungan Sosial Sarafino, 1994, download, 10-02-2014) http://repository.usu.ac.id/betstream/12345 6789/173242/4/charpter II.pdf
(Konsep Kepuasan Pasien, Purnomo,2002, download,3-5- 2015) http://syakira_blog.blogsport.com/2009/10k kepuasan_pasien/html (Soejadi, 1996, Kepuasan Pasien, download: 17-09-2014) http://dunia.pintar.dan.cemerlang.blogsport. com/2012/01/teorikepuasan.html (konsep kepuasan, Kotler, 1997, download : 5 – 9 - 2014 http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengert ian-resiliensi-definisi-konsep.htm (Gerson, Klasifikasi kepuasan download : 17-09-2014) http://www.depkes.go.id/ peran petugas paramedic non paramedic (download: 20 – 10 – 2014). http/www.ajikristianto/2013/advokasi. Konsep advokasi (download: 5-92014) submitted by admin on Tue, 05/07/2011-15-19 tags edisi C3I eKonsel 249- penyakit sosial (download, 8 Mei 2015). http://www.Word-to-PDF-Converter.net, Kepuasan pasien (download, 20 April 2015).
127