MARITA /HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN
Hubungan antara Body Image dan Imaginary Audience dengan Kepercayaan Diri pada Siswi Kelas X SMA Negeri 2 Nganjuk Relationship between Body Image and Imaginary Audience toward Self Confidence of the Tenth Grade Female Students of SMA Negeri 2 Nganjuk Gita Arum Dwi Marita , Istar Yuliadi, Nugraha Arif Karyanta Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebalas Maret
ABSTRAK Masa remaja adalah salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami perubahan baik dari segi fisik, kognitif dan psikososial. Sejalan dengan perubahan fisik, remaja putri cenderung mengembangkan kepedulian yang tinggi terhadap perubahan fisiknya. Cara pandang remaja terhadap keadaan fisiknya akan mempengaruhi rasa kepercayaan diri. Dengan body image positif dan imaginary audience yang positif akan meningkatkan kepercayaan diri remaja tersebut. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui : (i) Hubungan antara body image dan imaginary audience dengan kepercayaan diri pada siswi kelas X SMA Negeri 2 Nganjuk; (ii) Hubungan antara body image dengan kepercayaan diri pada siswi SMA Negeri 2 Nganjuk; (iii) Hubungan antara imaginary audience dengan kepercayaan diri pada siswi kelas X SMA Negeri 2 Nganjuk. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas X SMA Negeri 2 Nganjuk. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 siswi. Sampling menggunakan cluster random sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan skala kepercayaan diri, skala body image, skala imaginary audience. Skala kepercayaan diri terdiri dari 30 aitem valid dengan koefisien reliabilitas 0,905. Skala body image terdiri dari 23 aitem valid dengan koefisien reliabilitas 0,868. Skala imaginary audience terdiri dari 21 aitem valid dengan koefisien reliabilitas 0,870. Berdasarkan teknik analisis regresi ganda diperoleh F hitung 462.581 > F Tabel 3.159 ; p = 0,000 (p<0,05). Koefisien determinasi (R²) variabel prediktor terhadap variabel kriterium sebesar 94% dan sisanya (6%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan imaginary audience dengan kepercayaan diri pada siswi kelas X SMA Negeri 2 Nganjuk. Secara parsial menunjukan ada hubungan positif yang signifikan antara body image dengan kepercayaan diri dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,613; p=0,000 (p<0,05) dan ada hubungan positif antara imaginary audience dengan kepercayaan diri dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,860; p=0,000 (p<0,05). Kata kunci: body image, imaginary audience, kepercayaan diri
PENDAHULUAN
masa remaja ditandai dengan perubahan fisik,
Masa remaja merupakan masa peralihan dari sikap serta perilaku yang sangat cepat. Beberapa masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada perubahan yang umumnya dialami oleh para masa ini remaja akan mengalami berbagai remaja
yaitu
meningginya
emosi,
adanya
perubahan baik segi fisik, kognitif, maupun perubahan fisik, minat dan sikap. Salah satu psikososial. Hurlock (1999) menyatakan bahwa 145
MARITA /HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN
perubahan yang paling mudah terlihat adalah merupakan impian yang di inginkan setiap perubahan fisik. Pada
masa
orang, khususnya remaja untuk menambah rasa remaja,
pertumbuhan
fisik percaya diri. Sehingga mereka berusaha sebaik
berlangsung dengan cepat, sehingga dapat mungkin untuk menampilkan yang terbaik dari dipahami jika perubahan-perubahan tersebut dirinya agar terlihat ideal sesuai harapannya dan menjadi
perhatian
Perubahan
fisik
mempengaruhi
utama
yang
para
terjadi
penampilan
remaja. mendapatkan sambutan positif dari orang lain.
tentu
fisik,
saja Penampilan fisik yang tidak sesuai dengan
seperti gambaran
idealnya
akan
menimbulkan
pertambahan berat badan, tinggi badan, dan ketidakpuasan terhadap penampilan fisiknya lain-lain. Pada remaja perubahan terhadap sekarang sehingga menimbulkan rasa kurang fisiknya
akan
perkembangan
berpengaruh psikologisnya,
juga
terhadap percaya diri. Santrock (2001) mengatakan
serta
akan bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh
membawa pengaruh terhadap rasa percaya diri.
seseorang sangat kuat terjadi pada remaja
Kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu berusia 13 hingga 18 tahun, baik pada remaja keyakinan terhadap diri sendiri yang dimiliki putri
maupun
remaja
laki-laki.
Namun
setiap orang dalam kehidupan serta bagaimana ketidakpuasan dalam bentuk tubuh banyak orang tersebut memandang dirinya secara utuh dialami oleh remaja putri.
Remaja putri
dengan mengacu pada konsep dirinya (Rahmad, cenderung memiliki gambaran tubuh yang 1991). Maka untuk menumbuhkan rasa percaya negatif. Hal itu dikarenakan ketika mulai diri yang baik, individu harus memulai dari memasuki
masa
remaja,
perempuan
akan
dalam dirinya sendiri. Untuk melihat suatu taraf mengalami peningkatan lemak tubuh sehingga kepercayaan diri yang dimiliki seseorang adalah mengakibatkan bentuk tubuh menjadi kurang dengan melihat sejauh mana tanggapan yang ideal (Brooks-Gun & Paikoff dalam Santrock, diberikan dalam menerima pandangan orang 2001). Selain itu, gambaran tubuh ideal yang lain mengenai aspek fisik, moral, dan sosial.
sering ditampilkan di media massa menjadi
Menurut Sarwono (2007) penyebab utama yang acuan tersendiri para remaja putri tentang mempengaruhi rendahnya harga diri dan rasa bentuk tubuh yang harus dimiliknya. percaya
diri
adalah
faktor
kondisi
fisik Proses pembentukan body image yang baru
seseorang. Faktor kondisi fisik ini berhubungan pada masa remaja adalah bagian dari tugas dengan gambaran tubuh ideal para remaja. perkembangan yang penting, dan biasanya Gambaran tubuh inilah yang disebut dengan remaja putri mengalami penyesuaian diri lebih body
image,
yaitu
bagaimana
remaja sulit dari pada remaja putra (Blyth et,al,, 2001).
memandang dan menilai penampilannya sendiri Hal ini didukung oleh pernyataan dari Levine & (Wright dalam Santrock, 2001). Berpenampilan Smolak (dalam Retnowati, 2008) bahwa 40 – menarik dan memiliki wajah cantik terawat 70% wanita mengalami ketidakpuasan pada dua
146
MARITA /HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN
atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada (Santrock, 2001). Pada usia remaja awal, remaja bagian pinggul, perut dan paha. Hal itulah yang mulai melihat suatu hal dari prespektif orang menyebabkan banyak remaja terutama remaja lain untuk untuk mendapatkan gambaran apakah putri kadang merasa minder jika berada di suatu hal itu baik atau buruk. Namun, karena tengah-tengah masyarakat dengan body image perkembangan kogntif yang belum benar-benar yang dirasa tidak sempurna. Mereka merasa matang, kadang menyebabkan prespektif orang orang
disekitarnya
akan
memperhatikan lain
yang
di
pahaminya
sama
dengan
penampilannya dan mungkin akan memberikan prespektifnya sendiri. komentar kurang baik akan penampilannya saat Imaginary audience merupakan konsekuensi itu.
yang dialami
remaja
dalam
hubungannya
Menurut Santrock (2001) hal yang berperan dengan pematangan psikologisnya. Hal ini, dalam pembentukan body image seseorang lebih
ditekankan
sebagai
konsekuensi
adalah komponen sosiokultural disekitarnya. pemisahan-individu masa remaja dan diikuti Komponen sosiokultural, menjelaskan bahwa dengan
perkembangan
otonomi
diri
yang
keindahan tubuh dan standart tentang tubuh koheren (Vartanian dalam Kelly, Jones & ditentukan oleh masyarakat. Dengan kata lain Adams, 2002). Pemisahan individu ditandai masyarakat ikut menentukan apa yang dikatakan dengan peningkatan keterikatan terhadap orang ideal dan apa yang tidak. Untuk mendapatkan lain di luar keluarga, dan mulai berpikir atau label ideal dari masyarakat remaja berusaha berfantasi mengenai bagaimana penilaian yang untuk menampilkan diri mereka secara positif. diberikan orang lain terhadap perilaku atau Hal ini menunjukkan bahwa remaja ingin tampil penampilannya, terkait dengan konsekuensinya sebaik mungkin di hadapan orang lain untuk terjun dalam kelompok sosial (Lapsley, 1993). mendapatkan penilaian positif dari orang lain, Menurut
Murphy
(dalam
Lapsley,
1993)
karena remaja merasa dirinya sebagai pusat imaginary audience merupakan hal yang normal perhatian dari orang-orang di sekitarnya.
dan umumnya dilalui oleh remaja sebagai
Remaja seringkali merasa bahwa orang lain bentuk dari tahapan perkembangannya. memperhatikan dirinya seperti sama halnya Keyakinan remaja dirinya menjadi objek dari dengan dirinya sendiri. Remaja akan melihat para “penontonnya” akan berakibat pada rasa bagaimana
reaksi
orang
lain
terhadap percaya diri yang dimilikinya. Jika remaja
penampilan atau perilaku mereka. Hal ini memiliki imaginary audience yang positif sebagai perwujudan egosentrisme yang memang dalam dirinya, maka rasa percaya dirinyapun umunya dimiliki oleh remaja awal. Keyakinan akan bertambah karena dirinya merasa bahwa remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya orang lain memandang dirinya secara positif sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri juga,
begitu
juga
sebaliknya.
Hal
ini
inilah yang disebut dengan imaginary audience dikarenakan, kepercayaan diri lebih banyak
147
MARITA /HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN
dikaitkan dengan sikap individu yang tidak pendapat tersebut, menurut Feltz (dalam Maria, merasa inferior dihadapan orang lain dan tidak dkk, 2009) kepercayaan diri merupakan salah canggung ketika berhadapan dengan banyak satu orang.
faktor
psikologis
mendasar
yang
merupakan faktor kunci untuk kinerja yang sukses. Rasa percaya diri merupakan salah satu DASAR TEORI
dimensi
penilaian
menyeluruh
dalam
diri
Percaya diri berasal dari bahasa Inggris sehingga rasa percaya diri dapat menunjukkan yaitu self confidence yang artinya percaya pada gambaran diri. kemampuan, kekuatan dan penilaian diri sendiri. Kepercayaan diri bukan merupakan bakat atau Adler (dalam Anthony, 1992) menyatakan bawaan, melainkan berupa pencapaian dari bahwa kebutuhan manusia yang paling penting proses pendidikan dan disertai tekad yang kuat adalah kebutuhan akan rasa percaya diri. Rasa untuk mencapai sesuatu yang dinilai bermanfaat percaya diri juga dapat diartikan sebagai suatu dalam hidupnya sehingga terbina keyakinan dari kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki dalam diri. Angelis (2000) berpendapat bahwa setiap orang dalam kehidupan serta bagaimana kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman orang tersebut memandang dirinya secara utuh hidup, dimana kepercayaan diri berhubungan dengan
mengacu
pada
konsep
dirinya. dengan kemampuan melakukan ssesuatu dengan
Kepercayaan diri lebih banyak dikaitkan dengan baik dan sejumlah kemampuan yang bisa sikap individu yang tidak merasa inferior dikuasai. Aspek kepercayaan diri menurut dihadapan orang lain dan tidak canggung ketika Lautser berhadapan dengan banyak orang.
(dalam
keyakinan
akan
Alsa,
2006)
kemampuan
terdiri diri
atas
sendiri,
Lautser (dalam Hurlock, 1980) kepercayaan diri optiisme, objektif, bertanggung jawab, rasional merupakan sikap atau perasaan yakin atas dan realistis. kemampuan sendiri sehingga individu yang Body image menurut Cash & Pruzinsky (2002) bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap adalah sikap yang dimiliki individu terhadap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif disukai dan bertanggung jawab atas segala maupun negatif. Body Image merupakan konsep perbuatan yang dilakukan, hangat dan sopan diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat tentang bagaimana individu menggambarkan menerima dan menghargai orang lain, memiliki dirinya sendiri. Dalam hal ini gambaran yang dorongan berprestasi serta dapat mengenal diberikan individu terhadapa dirinya sendiri kelebihan dan kekurangan diri.
belum tentu benar – benar mempresentasikan
Kepercayaan diri pada dasarnya adalah salah keadaan
yang
sebenarnya.
Body
image
satu aspek yang membentuk suatu hasil dari seseorang merupakan suatu evaluasi terhadap arah tujuan hidup individu. Sejalan dengan aspek–aspek fisiknya. Hal ini di dukung oleh
148
MARITA /HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN
Honigman & Castle (dalam Hurlock, 1999) kematangan mentalnya. Cara pandang remaja mengatakan bahwa body image merupakan terhadap tubuhnya sendiri dipengaruhi antara gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan lain pertumbuhan fisiknya yang masih tengah ukuran tubuhnya, yaitu bagaimana dirinya berubah
dan
berkembang,
tayangan
dan
memberikan penilaian atas dirinya sendiri dan tampilan media massa yang menampilkan bagaiman
pendapat
orang
lain
mengenai bentuk
tubuh
model
yang
ideal,
juga
dirinya. Jade (1999) mengatakan body image kecenderungan untuk membandingkan bentuk merupakan
perasaan
subjektif
individu tubuhnya dengan bentuk tubuh orang lain
mengenai tubuh dan penampilannya.
seusianya. Jika seorang remaja memiliki cara
Body image dibentuk oleh individu dalam pandang yang baik terhadap tubuhnya maka ia pikirannya,
hal
menggambarkan
ini penilaian
bertujuan fisiknya
untuk akan memiliki kepercayaan diri dan perilaku yang positif terhadap hubungan sosialnya. Aspek
mencakup perasaan seperti cantik atau jelek, body image menurut Cash & Pruzinsky (2002) tinggi atau sedang, gemuk atau kurus dan terdiri atas body image evaluation, appearance sebagainya. Seperti dipaparkan oleh Stuart & orientation, bodys area satisfication, overweight Sundeen (dalam Sipahutar, 2008) body image occupation, dan self-classified weight. adalah sikap individu terhadap tubuhnya secara Imaginary audience menurut Elkind (dalam sadar maupun tidak sadar. Sikap ini mencakup kelly, Jones & Adams, 2002) adalah keyakinan persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, remaja bahwa orang lain memperhatikan fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini penampilan dan tingkah lakunya sebagaiman dan masa lalu yang secara berkesinambungan halnya dengan dirinya sendiri. Dalam Papalia, dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap Old & Feldman (2008) dijelaskan bahwa remaja individu. Persepsi mengenai gambaran tubuh dapat berpikir tentang pemikirannya sendiri dan yang ideal bagi setiap individu berbeda–beda pemikiran orang lain, yaitu suatu keadaan tergantung sudut pandangnya. Umumnya pada dimana remaja mencoba melihat dari prespektif remaja perhatian terhadap body image atau pandangan orang lain mengenai suatu hal. cenderung sangat besar. Calhoun & Acocella Remaja percaya bahwa dirinya adalah “aktor” (dalam Sipahutar, 2008) mngatakan bahwa dan orang lain adalah “penonton” dirinya, penampilan fisik memang relatif, tetapi remaja contohnya seperti seorang remaja putri mungkin dapat mengukur dari respon dan pendapat beranggapan bahwa ketika dirinya berjalan di lingkungan terhadap diri mereka dan remaja depan kelas, semua mata tertuju padanya selalu ingin tampil semenarik mungkin. Close dan Giles
(dalam
(Santrock, 2001). Menurut Elkind & Bowen
Hurlock, 2001) (dalam Ryan & Kuczkowski, 1994) remaja putri
menambahkan pada remaja body image mulai cenderung memiliki imaginary audience yang terbentuk seiring dengan pertubuhan fisik dan lebih tinggi dari remaja putra karena remaja 149
MARITA /HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN
putri lebih memperhatikan penampilan mereka. sosial remaja untuk mencapai keseimbangan Namun, diungkapkan oleh Elkind (dalam Ryan kognitifnya. &
Kuczkowski,
1994)
bahwa
imaginary
audience adalah aspek normal perkembangan
METODE PENELITIAN
remaja dalam hubungannya dengan tahap Penelitian ini mengambil populasi seluruh siswi perkembangannya
dan
kemudian
akan kelas X SMA Negeri 2 Nganjuk. Teknik
berkurang seiring usia dewasa (Kelly,Jones, & pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Adams, 2002).
cluster random
sampling. Sampel yang
Menurut Elkind (dalam Goossens & Bayers, et digunakan dalam penelitian ini ditentukan al, 2002) keyakinan remaja bahwa orang lain dalam jumlah yang telah ditetapkan oleh tingkah peneliti. Penelitian ini menggunakan 88 siswi lakunya mengakibatkan terjadinya peningkatan kelas X SMA Negeri 2 Nganjuk yang terdiri kesadaran diri (self-consciousness), yaitu atas 29 siswi untuk try-out dan 59 siswi untuk memperhatikan
penampilan
dan
kecenderungan untuk mengantisipasi reaksi atau penelitian. pemikiran orang lain terhadap dirinya, terlepas Metode pengumpulan data dilakukan dengan apakah penonton tersebut benar-benar ada atau alat ukur berupa skala penelitian. tidak. Konsep egosentrime remaja merupakan penelitian yang digunakan, yaitu
Skala skala
hal yang berkaitan dengan imaginary audience, kepercayaan diri yang disusun oleh peneliti karena imaginary audience merupakan salah dengan menggunakan dimensi yang disusun satu aspek dalam egosentrisme remaja. Piaget oleh Lautser (1997) yang terdiri dari 50 aitem. (dalam Papalia, Olds & Feldmans, 2008) Nilai validitas skala bergerak dari -0,186– 0,718 sendiri dan koefisien reliabilitas sebesar 0,905. Skala merupakan salah satu dari perkembangan body image disusun oleh peneliti dengan kognitif masa kanak-kanak yang belum menggunakan dimensi yang disusun oleh Cash menerangkan
bahwa
egosentrisme
sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja. Menurut (2002) yang terdiri dari 40 aitem. Nilai validitas Lapsley (1988) imaginary audience adalah hal bergerak dari -0,473–0,446 dan koefisien normal yang umumnya dilalui oleh remaja reliabilitas sebesar 0,868. Skala imaginary dalam rangka untuk mencapai tingkat kognitif audience disusun oleh Lapsley (1988) yang yang lebih matang. Imaginary audience bukan telah dimodifikasi oleh peneliti yang terdiri atas merupakan sutu indikasi atau gejala gangguan 40 aitem. Nilai validitas bergerak dari 0,185 – kepribadian. Akan berlebihan bila menyamakan 0,618 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,870. imaginary
audience
dengan
karena
imaginary
gangguan
HASIL- HASIL audience Metode analisis data yang digunakan adalah merupakan bagian dari proses perkembangan analisis regresi ganda dengan menggunakan ego dan perwujudan dari perkembangan kognisi kepribadian,
150
MARITA /HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN
bantuan program komputer Statistical and Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat Service Solution (SPSS) versi 16.0.
persoalan heterokedastisitas pada model regresi.
1. Uji Prasyarat Analisis
3) Uji Autokorelasi
a. Uji Asumsi Dasar
Uji autokorelasi menunjukkan bahwa nilai DW
1) Uji Normalitas
hitung (1,674) berada diantara dU (1,6) dan 4-
Hasil uji normalitas dengan menggunakan Du (2,4). Hal tersebut menunjukkan tidak teknik One Sample Kolmogorov Smirnov, terjadi autokorelasi. diperoleh nilai signifikansi untuk skala body 2. Uji Hipotesis image sebesar 0,200, skala imaginary audience Hasil perhitungan menggunakan analisis regresi sebesar 0,200, dan skala kepercayaan diri ganda menunjukkan korelasi
adalah 0,613
sebesar 0,200. Hal tersebut menunjukkan bahwa dan p<0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa data dari ketiga variabel, yaitu body image, terdapat korelasi positif antara body image imaginary audience, dan kepercayaan diri dengan kepercayaan diri. Korelasi adalah memiliki sebaran normal dan sampel penelitian 0,860 dan p<0,01. Hal tersebut memiliki arti dapat mewakili populasi.
bahwa
2) Uji Linearitas
signifikan antara imaginary audience dengan
terdapat
hubungan
positif
yang
Hasil uji linearitas menunjukkan nilai Sig. pada kepercayaan diri. Sedangkan nilai F regresi kolom linearity antara body image dengan 462,581 dengan p < 0,01 menunjukkan bahwa kepercayaan diri sebesar 0,000 ( 0,000 < 0,05), terdapat hubungan antara body image dan dan imaginary audience dengan kepercayaan imaginary audience dengan kepercayaan diri. diri sebesar 0,00 (0,00 < 0,05). Hal tersebut Sumbangan efektif body image dan imaginary menunjukkan
bahwa
keduanya
memiliki audience dengan kepercayaan diri dilihat dari
hubungan yang linear.
koefisien determinan (
b. Uji Asumsi Klasik
94% yang berarti terdapat 6% faktor lain yang
1) Uji multikolinearitas
mempengaruhi kepercayaan diri selain body
Hasil uji multikolinearitas menunjukkan nilai VIF
sebesar
2,918
<
5.
Hal
Negeri 2 Nganjuk berada pada kategori sedang
2) Uji Heterokedastisitas Hasil uji heterokedastisitas menunjukkan nilai Sig. pada kolom linearity antara body image dengan kepercayaan diri sebesar 0,507 ( 0,507 > imaginary
3. Analisis Deskriptif Skor kepercayaan diri pada siswi kelas X SMA
terjadi multikolinearitas
dan
image dan imaginary audience.
tersebut
menunjukkan skala pada penelitian ini tidak
0,05),
) sebesar 0,940 atau
audience
dengan
kepercayaan diri sebesar 0,901 (0,901 > 0,05).
dengan prosentase 50% dengan rentang 60≤ X < 90 dengan mean empirik sebesar 75 dan mean hipotetik 83,07. Data tersebut menunjukkan kepercayaan diri pada siswi kelas X SMA Negeri 2 Nganjuk cenderung sedang.
151
MARITA /HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN
Hasil olah data pada penelitian ini menunjukkan imaginary
audience
siswi
maka
akan
bahwa skor body image pada siswi kelas X menunjukkan semakin rendah kepercayaan diri SMA Negeri 2 Nganjuk berada pada kategori siswi. sedang dengan prosentase 50%, 46 ≤ X < 69 Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat diketahui dengan rerata empirik 57,5 dan rerata hipotetik bahwa terdapat hubungan antara body image sebesar 62,73. Rerata hipotetik yang lebih besar dan imaginary audience dengan kepercayaan dari pada rerata empirik menunjukkan body diri. Hal tersebut terlihat pada nilai
sebesar
image pada siswi kelas X SMA Negeri 2 0,613 dengan p-value 0,000 dimana p-value < Nganjuk cenderung sedang. 0,01. Nilai tersebut menunjukkan terdapat Imaginary audience pada siswi kelas X SMA hubungan yang positif antara body image Negeri 2 Nganjuk berada pada kategori sedang dengan kepercayaan diri pada siswi kelas X dengan prosentasi 47 % , 42 ≤ X < 63 dengan SMA Negeri 2 Nganjuk. Seperti yang rerata empirik 52,5 dan rerata hipotetik 57,5. dikemukakan oleh Santrock (2001) bahwa Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penampilan fisik atau body image merupakan imaginary audience pada siswi kelas X SMA penyumbang yang kuat pada harga diri dan Negeri 2 Nganjuk cenderung sedang. kepercayaan diri seseorang. Hasil Studi yang dilakukan oleh Cash & PEMBAHASAN
Pruzinsky tahun 1999, menunjukan bahwa
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan ketika diberikan pertanyaan mengenai apa yang adanya hubungan antara body image dan tidak disukai dari diri meraka sendiri, hanya imaginary
audience
secara
bersama-sama sedikit yang mengatakan akan hal-hal yang memberikan kontribusi yang sangat signifikan berhubungan dengan kemampuan mereka dan terhadap kepercayaan diri. Hasil analisis dengan lebih dari 60% remaja menjawab hal-hal menggunakan teknik analisis regresi ganda mengenai penampilan fisik mereka. Remaja diperoleh p-value 0,000 (kurang dari 0,01) dan berusaha memberikan penampilan sebaik F hitung sebesar 462,581 (lebih besar dari pada mungkin termasuk penampilan fisik. Perhatian skor F tabel sebesar 3,159). Hal tersebut yang besar terhadap diri sendiri merupakan menunjukkan body image dan imaginary minat yang kuat pada remaja putri (Hurlock, audience dapat digunakan sebagai prediktor 2001).Hasil uji hipotesis hubungan antara untuk memprediksi tingkat kepercayaan diri imaginary audience dengan kepercayaan diri pada siswi kelas X SMA Negeri 2 Nganjuk. dapat terlihat dari nilai sebesar 0,860 Semakin tinggi body image dan imaginaryt dengan p-value 0,000 dimana p-value < 0,01. audience maka akan semakin tinggi tingkat Nilai tersebut mempunyai makna bahwa kepercayaan diri dalam dirinya. Demikian pula semakin tinggi imaginary audience maka akan jika semakin rendah tingkat body image dan semakin tinggi kepercayaan diri. Sebaliknya, 152
MARITA /HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN
semakin rendah tingkat imaginary audience akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri maka akan semakin rendah tingkat percaya diri.
individu tersebut.
Hasil analisis data melalui korelasi parsial PENUTUP
menunjukan korelasi positif antara imaginary audience
dengan
kepercayaan
diri
Kesimpulan pada penelitian ini, yaitu :
pada
individu. Adanya hubungan positif antara
a. Terdapat hubungan antara body image dan
imaginary audience dengan kepercayaan diri
imaginary audience dengan kepercayaan
pada individu menunjukan bahwa semakin
diri pada siswi kelas X SMA Negeri 2
positif tingkat imaginary audience individu
Nganjuk.
maka akan semakin tinggi pula kepercayaan diri
b. Terdapat hubungan antara body image
dalam diri para individu tersebut. Namun
dengan kepercayaan diri pada siswi kelas
sebaliknya, semakin negatif imaginary audience
X SMA Negeri 2 Nganjuk.
individu,
makin
kepercayaan
rendah
dirinya.
pula
Dengan
tingkat memiliki
imaginary audience yang positif, individu akan
c. Terdapat
hubungan
antara
imaginary
audience dengan kepercayaan diri pada siswi kelas X SMA Negeri 2 Nganjuk.
cenderung berpikir positif akan dirinya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lapsley Saran yang dapat disampaikan oleh peneliti (1988) pada sejumlah remaja di Inggris, adalah agar siswa yang telah yang memiliki rasa menunjukan
bahwa
imaginary
audience kepercayaan diri tinggi diharapkan mampu
memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku mempertahankannya dan membagikan cara dan kepercayaan diri mereka. Hal tersebut untuk memiliki rasa percaya diri yang baik sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh kepada siswa lain sehingga membantu siswa Elkind dan Bowen (dalam Goossens, et.al, lain agar memiliki rasa percaya diri yang baik 2002) bahwa terdapat korelasi yang sangat pula.
Siswa
juga
hendaknya
tinggi antara imaginary audience dengan konsep mengembangkan body image
selalu
dan imaginary
diri, termasuk didalamnya adalah kepercayaan audience yang positif agar dapat lebih percaya diri. Menurut Rosen (dalam Cash & Purzinsky, diri dalam melakukan interaksi sosial dengan 2002) penilaian yang diberikan oleh orang lain lingkungannya. Bagi pihak sekolah agar dapat akan mempengaruhi perasaan dan rasa percaya bekerjasama dengan instansi atau biro konsultan diri individu. Penilaian orang lain terhadap diri psikologi untuk mengadakan pelatihan maupun individu selanjutnya akan mengembangkan pembelajaran mengenai pengembangan dalam persepsi
tentang
bagaimana
orang
lain berperilaku positif sehingga diharapkan dapat
memandang dirinya, sehingga dapat membuat lebih meningkatkan kepercayaan diri pada individu melakukan perbandingan sosial dan siswa. Bagi peneliti lain agar menyempurnakan
153
MARITA /HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN
penelitian ini, antara lain dengan memperluas tinjauan teori.
Egocentrism- Sociocentrism and Self-Consciousness. Journal of Youth and Adolescenc, 9, 101-116.
Fatimah, E. (2006). Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Pustaka Setia. Alsa, Asmadi. (2006). Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Kepercayaan Diri Remaja Frankerberger, Kristina D. (2000). Adolescent Egocentrism: A Comparison Among Penyandang Cacat Fisik. Semarang. Adolescentc and Adult. Journal of Jurnal Psikologi, 1, 47-48. Adolescence, 23, 343-354. Angelis, B.D. (2000). Percaya Diri : Sumber Sukses dan Kemandiarian. Jakarta : Galanaki, Evangelia, P. (2008). The Imaginary Audience and the Personal Fable: A Gramedia Pustaka Utama. Test of Elkind’s Theory of Adolescent Egocentrism. Journal of Anthony, R. (1992). Rahasia Membangun Psychology, 3, 457-466. Kepercayaan Diri (terjemahan Rita Wiyadi). Jakarta : Binarupa Aksara. Goossens, Luc; Mieke Emmen & Marcel A.G. (2002). The Imaginary Audience and Azwar, S. (2010). Sikap Manusia dan Teori dan Personal Fable: Factor Analyses and Pengukurannya. Yogyakarta : Concurrent Validity of the “ New Pustaka Pelajar. Look” Measures. Journal of Research On Adolescence, 12, 193Baron, R.A & Byrne, D. (2004). Psikologi 215. Sosial edisi 10. Jakarta : Erlangga. DAFTAR PUSTAKA
Bell, Joanna H. & Rachel D. Beomnick. (2003). Hadi, S. The Social Reality of The Imaginary Audience : A Grounded Theory Approach. Journal of Adolescence, 38, 205–219. Hurlock, Blyth, Dale A; Roberta G, Simmons, David F. Zakin. (1985). Satisfication with Body Image for Early Adolescent Females: The Impact of Pubertal Timing Within Different School Environments. Journal of Youth and Adolescence, 14, 207-225.
2000. Manual Seri Program Statistik (SPS-2000). Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang RentangKehidupan. (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
. (2001). Psikologi Perkembangan edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Burns, R.B. (1995). Terapi Kognitif : Jade, D. (1999). Body Image In Our Time. Educational and Psychological Pendekatan Baru bagi Penanganan Measurement, 45, 341 – 354. Depresi (terjemahan Waskito). Jakarta : Erlangga. Jahnke, Heather Casper & Fredda BlanchardFields. (1993). A Test Of Two Cash, T.F. Dan Pruzinsky, T. (2002). Body Models Of Adolescent Egocentrism. Images: A Handbook of theory, Journal of Youth and Adolescence, research, and clinical practice. New 22, 313-326. York: Guilford Press. Enright, Robert D ;Diane G. Shukla & Daniel Kelly, Kristine M; Werren H. Jones & Jeffrey M. Adams. (2002). Using The K. Lapsley. (1979). Adolescent 154
MARITA /HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN
Imaginary Audience Scale As A Retnowati, Sofia. (2008). Remaja dan Measure Of Social Anxiety In Permasalahannya. Yogyakarta: Young Adults. Educational and Gadjah Mada University Press. Psychological Measurement, 62, 896-914. Ryan, Richard M. & Rebecca Kuczkowski. (1994). The Imaginary Audience, Lapsley, D. & Rice, K. (1988). The “new look” Self- Consciousness, and Public at the imaginary audience and Individuation in Adolescence. personal fable: Toward a general Journal of Personality, 62, 219-238. theory of adolescent ego development. In D.K. Lapsley & Santrock, J. W. (2001). Adolescence: F.C. Power (Eds)., Self, ego, perkembangan remaja Edisi Ke-6.. identity: Integrative Jakarta: Erlangga. approaches. New York: SpringerVerlag. Sarwono, Sarlito Wirawan. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Lerner, Richard. M. (2004). Handbook of Persada Adolescent Psychology (Second Edition). New Jersey : John Willey Sipahutar, M. Adil. (2008). Gangguam Konsep & Sons, Inc. Diri. Bandung: Pustaka Setia. Louw, D.A. (1998). Human Development Edisi Walgito, B. (1993). Pengantar Psikologi Umum. ke-2. Jakarta: Erlangga. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Maria. C.Abdullah; M.S. Omar Fauzi, Geok. Mada. S.K., Raweewat Rattanakoses, Chairat C., M.Nizam, H.Nordin. (2009). Evaluating the Relationship of Imagery and Self-confidence in Female and Male Athelets. European Journal of Social Sciences, 10, 129142. Monks,
F.J., Knoers, A.M.P. dan Haditono, S.R. (2001). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta ; Gadjah Mada University Press.
Papalia, Diane E., Sally Wendkos Olds & Ruth Duskin Feldman. (2008). Human Development. Terjemahan oleh A.K. Anwar. 2008. Jakarta: Prenada Media Group. Partman, Hether. (2003). Female Adolescent Body Image. Journal of Adolescence, 27, 145–155. Rahmad, D.J. (1991). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
155