Hubungan Antara Bobot Potong .................................................... Fajar Muhamad Habil HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN PERSENTASE KARKAS DAN TEBAL LEMAK PUNGGUNG DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING Fajar Muhamad Habil*, Siti Nurachma, dan Andiana Sarwestri Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 E-mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian mengenai hubungan antara bobot potong dengan persentase karkas dan tebal lemak punggung domba Garut jantan yearling telah dilaksanakan pada bulan November 2014 – Januari 2015 di Assolihin Aqiqah Jl. Gedebage Selatan Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara bobot potong dengan pesentase karkas dan tebal lemak punggung domba Garut jantan yearling. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, sehingga diperoleh 30 ekor domba Garut jantan yang berumur 1-2 tahun dan bobot badan dengan kisaran 23-40 kg. Data yang diperoleh dianalisa untuk mengetahui hubungannya dengan menggunakan koefisien korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan linier positif antara bobot potong dengan persentase karkas dengan nilai korelasi (r = 0,011), dan terdapat hubungan negatif antara bobot potong dengan tebal lemak punggung dengan nilai korelasi (r = -0,246). Nilai rata-rata persentase karkas 47,276% ± 2,557% dan nilai ratarata tebal lemak punggung 0,647 cm ± 0,1085 cm. Kata Kunci : Domba Garut Jantan Yearling, Bobot Potong, Persentase Karkas, Tebal Lemak Punggung. THE CORRELATION BETWEEN SLAUGHTER WEIGHT WITH CARCASS PERCENTAGE AND BACK FAT THICKNESS OF GARUT SHEEP (Ovis aries) YEARLING ABSTRACT The research about the correlation between slaughter weight with carcass percentage and back fat thickness of Garut sheep had been done from November 2014 – January 2015 at Assolihin Aqiqah South Gedebage street Bandung. The objective of this research was to study the correlation of slaughter weight with carcass percentage and back fat thickness of Garut sheep. Survey method combined with purposive sampling was applied to obtain 30 Garut sheep aged 1-2 years old and samples weight were between 23-40 kg. The research showed had a positive linier between the correlation slaughter weight with carcass percentage and correlation value is (r = 0,011), but the research showed negative correlation about slaughter weight with back fat thickness, and correlation value is (r = -0,246). The average of carcass percentage 47,276% ± 2,557%, and the average value of back fat thickness 0,647 cm ± 0,1085 cm. Key Words : Garut Sheep Yearling, Slaughter Weight, Carcass Percentage, Back Fat Thickness
1.
PENDAHULUAN
Hubungan Antara Bobot Potong .................................................... Fajar Muhamad Habil Domba Garut merupakan salah satu rumpun domba di Indonesia, dan sangat dikenal oleh masyarakat khususnya di Jawa Barat, karena selain penghasil daging, memelihara Domba Garut juga merupakan budaya melalui seni ketangkasan domba. Domba Garut diharapkan dapat berperan untuk mensukseskan swasembada daging yang dicanangkan pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Peternakan. Menurut SNI (7532:2009) domba Garut memiliki kombinasi telinga rumpung atau ngadaun hiris dengan ekor ngabuntut bagong atau ngabuntut beurit. Daun telinga rumpung adalah bentuk daun telinga yang tumbuh kecil panjangnya kurang dari 4 cm, sedangkan telinga ngadaun hiris adalah bentuk daun telinga yang menyerupai daun hiris atau kacang gude (cajanus cajan) dengan panjang 4-8 cm. Ekor ngabuntut bagong adalah bentuk ekor domba yang menyerupai segi tiga dengan timbunan pada pangkal ekor dengan lebar lebih dari 11 cm dan mengecil pada ujung ekor, sedangkan ekor ngabuntut beurit adalah bentuk ekor domba yang menyerupai segi tiga tanpa timbunan lemak dengan bentuk yang mengecil pada ujung ekor (Heriyadi, 2011). Bobot potong erat kaitannya dengan bobot karkas yang dihasilkan seekor domba. Lemak punggung sebagai lemak eksternal berfungsi mempertahankan penampilan karkas yang segar dan untuk mencegah penyusutan karkas berlebih, selain itu lemak juga merupakan salah satu indikator dalam menilai kualitas karkas. Pengukuran tebal lemak punggung merupakan bagian yang ikut berperan dalam menentukan kualitas karkas. Perbedaan komposisi tubuh dan karkas disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh dewasa atau berat pada saat dewasa. Pada umur yang sama domba yang berasal dari bangsa yang besar akan memiliki bobot tubuh yang lebih besar dibandingkan bangsa yang kecil. Karkas merupakan produk utama dari domba khususnya domba pedaging. Bobot karkas erat kaitannya dengan bobot potong, meningkatnya bobot potong akan diikuti dengan meningkatnya bobot karkas dan komponen pendukungnya. Selain itu bobot potong juga akan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soeparno (2005) bahwa faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat, dan komposisi kimia komponen karkas. Lemak punggung memiliki peranan penting sebagai bagian dari suatu karkas di samping sebagai faktor penentu besar kecilnya persentase daging. Lemak punggung memiliki ketebalan yang berbeda-beda, kisaran normal ketebalan lemak punggung menurut Boggs dan Merkel (1993) tebal lemak punggung normal pada domba berkisar antara 0,05 – 0,5 inchi atau sekitar 0,15 – 1,2 cm. 2.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan domba Garut jantan berumur 1-2 tahun (Yearling). Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 ekor berasal dari Assolihin Aqiqah. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode “survey” terhadap domba Garut jantan yang akan dipotong. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu penarikan sampel yang didasarkan pada berbagai pertimbangan, yaitu sample penelitian yang digunakan domba Garut jantan dengan
Hubungan Antara Bobot Potong .................................................... Fajar Muhamad Habil umur 1-2 tahun. Domba yang dipilih memiliki kombinasi ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong dengan kombinasi telinga rumpung atau ngadaun hiris. Variabel yang Diteliti Terdapat dua variabel yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nilai persentase karkas dan tebal lemak punggung domba Garut jantan yearling, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah bobot potong. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi pearson product moment, teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel antara bobot potong (X) dengan persentase karkas (Y), dan hubungan dua variabel antara bobot potong (X) dengan tebal lemak punggung (Y). 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan antara Bobot Potong dengan Persentase Karkas Domba Garut Jantan Yearling Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap bobot potong dan persentase karkas domba Garut jantan yearling diperoleh data yang tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Garut jantan Yearling Standar No Keterangan Rataan Minimum Maksimum Deviasi 1 Bobot Potong (kg) 33,009 5,154 23,315 40,021 2
Persentase Karkas (%)
47,276
2,557
42,316
51,014
Berdasarkan data tersebut bobot potong rata-rata 33,009 kg, dengan Standar Deviasi 5,154 kg. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulliadi (2009), bobot hidup domba Garut jantan umur 1 - 2 tahun adalah 42,08 kg – 52,26 kg. Perbedaan ini diduga karena manajemen yang berbeda, diantaranya manajemen pemeliharaan yang kurang baik, pakan seadanya, dan perkawinan tidak terarah berdampak terjadinya inbreeding. Pengaruh inbreeding pada domba umumnya merugikan performa produksi. Peningkatan 1% inbreeding dapat mengakibatkan penurunan 0.017 kg wool, 0.013 kg bobot lahir, 0.111 kg bobot sapih dan 0.178 kg bobot pra sapih (Rahmat, 2010). Persentase karkas rata-rata dalam penelitian ini adalah 47,276% Standar Deviasi 2,557% dengan kisaran persentase karkas 42,316% - 51,014%. Hasil penelitian masih di dalam kisaran yang dikemukakan oleh Williamson dan Payne (1993), bahwa persentase karkas domba di daerah Tropis berkisar antara 40-48%, sedikit berbeda dengan hasil penelitian Santoso dkk (2012) pada domba Priangan, bahwa persentase karkas domba berkisar antara 44-54%. Untuk mengetahui hubungan antara bobot potong dengan persentase karkas domba Garut jantan maka dilakukan analisa statistik uji korelasi, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Dari analisis statistik diperoleh nilai r = 0,011 yang artinya terjadi
Hubungan Antara Bobot Potong .................................................... Fajar Muhamad Habil hubungan linier antara bobot potong dengan persentase karkas, namun relatif kecil. Uji signifikansi antara bobot potong dengan persentase karkas menunjukkan non signifikan (t < 0,05). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan meningkatnya bobot potong tidak selalu diikuti dengan meningkatnya persentase karkas, diduga faktor penyebabnya adalah bobot saluran pencernaan, isi saluran pencernaan, dan bobot kulit dan bulu sesuai dengan pendapat Boggs dan Merkel Menurut (1993) faktor-faktor yang paling besar mempengaruhi persentase karkas yaitu : fill (isi bagian ruangan perut dan usus), pelt (berat kulit dan bulu), derajat perototan, dan derajat perlemakan. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa domba yang memiliki bulu panjang , maka persentase karkas domba tersebut akan lebih rendah dari domba berbulu pendek. Tabel 2. Hasil Analisis Statistik Hubungan antara Bobot Potong (X) dengan Persentase Karkas (Y) Domba Garut Jantan Yearling Uraian Hasil Penelitian Bobot Potong (X) 33,009 Rata-rata (kg) 5,154 Simpangan Baku (kg) Persentase Karkas (Y) Rata-rata (%) Simpangan Baku (%)
47,276 2,557 0,011
Koefisien Korelasi
Seiring hewan tumbuh maka terdapat perubahan dalam bentuk tulang yang dapat dihubungkan dengan fungsi dari tulang tersebut. Fungsi tulang selain sebagai kerangka penopang tubuh dan melindungi organ-organ vital adalah sebagai melekatnya otot-otot, seiring bertambahnya panjang tulang maka akan bertambah juga jumlah otot, karena otot tersebut melekat pada tulang, hal ini dapat menyebabkan persentase karkas meningkat. Hubungan antara Bobot Potong dengan Tebal Lemak Punggung Domba Garut Jantan Yearling. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap bobot potong dan tebal lemak punggung domba Garut jantan yearling diperoleh data yang tersaji pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Bobot Potong dengan Tebal Lemak Punggung Domba Garut jantan Yearling Standar No Keterangan Rataan Minimum Maksimum Deviasi 1 Bobot Potong (kg) 33,009 5,154 23,315 40,021 2
Tebal Lemak Punggung
0,647
0,108
0,450
0,858
Hubungan Antara Bobot Potong .................................................... Fajar Muhamad Habil Tebal lemak punggung yang diperoleh dalam penelitian ini rata-rata 0,647 cm Standar Deviasi 0,011 cm dengan kisaran 0,450 cm – 0,858 cm. Sejalan dengan pernyataan Boggs dan Merkel (1993), bahwa tebal lemak punggung normal pada domba berkisar antara 0,05 – 0,5 inchi atau sekitar 0,15 – 1,2 cm. Selanjutnya dicari korelasi antara bobot potong dengan tebal lemak punggung domba Garut jantan yearling. Hasil dari perhitungan tersebut di dapat r = -0,246 yang artinya terjadi hubungan negatif antara bobot potong dengan tebal lemak punggung. Uji signifikansi antara bobot potong dengan tebal lemak punggung menunjukkan non signifikan (t < 0,05). Keadaan ini diduga adanya perbedaan umur (domba berumur 1 – 2 tahun) sehingga terjadi perbedaan kecepatan tumbuh kembang komponen tubuh ternak. Sebagian domba telah mengalami tingkat perlemakan yang optimal, sebagian lagi belum. Kecepatan pertumbuhan lemak maksimal terjadi pada saat domba mencapai dewasa tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (2005) bahwa saat pubertas pada domba yang dicapai pada umur 6-8 bulan, proporsi otot dan lemak akan lebih kecil dibandingkan dengan proporsi tulang, sedangkan pada saat tingkat kedewasaan tubuh, proporsi otot hampir mencapai optimum dan pertumbuhan selanjutnya hanya deposisi lemak. Tabel 4. Hasil Analisis Statistik Hubungan antara Bobot Potong (X) dengan Tebal Lemak Punggung (Y) Domba Garut Jantan Yearling Uraian Hasil Penelitian Bobot Potong (X) 33,009 Rata-rata (kg) 5,154 Simpangan Baku (kg) Tebal Lemak Punggung (Y) Rata-rata (cm) Simpangan Baku (cm) Koefisien Korelasi
0,647 0,108 -0,246
Lemak punggung sangat diperlukan dalam suatu karkas, karena menurut Boggs dan Merkel (1993) lemak punggung sebagai lemak eksternal berfungsi untuk mempertahankan penampilan karkas yang segar dan untuk mencegah penyusutan karkas yang berlebihan, lemak subkutan pada karkas domba berjumlah 40%, sedangkan untuk lemak intermuskular atau seam fat berjumlah 34%, marbling berjumlah 9-10%, dan lemak sisa atau lemak ginjal dan pelvis berjumlah 13%. Pada saat domba berumur 1-2 tahun komponen karkas yang terdiri dari otot, tulang, dan lemak mengalami kecepatan pertumbuhan yang berbeda-beda. Lemak akan terus tumbuh dibandingkan otot dan tulang, sehingga kecepatan pertumbuhan lemak akan semakin tinggi dibandingkan kecepatan pertumbuhan otot dan tulang. Pada saat domba mencapai dewasa tubuh, pertumbuhan tulang dan otot hampir mencapai optimum sehingga proporsi otot dan tulang akan mengalami penurunan dan pertumbuhan selanjutnya hanya deposisi lemak, karena lemak akan terus bertambah selama domba tersebut mengalami pertumbuhan.
Hubungan Antara Bobot Potong .................................................... Fajar Muhamad Habil
4.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara bobot potong dengan persentase karkas dengan nilai r = 0,011, dan terdapat hubungan negatif antara bobot potong dengan tebal lemak punggung dengan nilai r = -0,246. Meningkatnya bobot potong diikuti dengan meningkatnya persentase karkas, namun mengakibatkan menurunnya tebal lemak punggung pada domba Garut jantan Yearling. 5.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2009. Standar Nasional Indonesia Bibit Domba Garut. Jakarta. Boggs, D.L. dan Merkel R.A. 1993. Live Animal Carcass Evaluation and Selection Manual. Kendall/Hunt Publishing Company.South Dacota State University and Michigan State University. Heryadi, D. 2011. Pernak-Pernik dan Senarai Domba Garut. Unpad Press. Bandung . Rahmat, D. 2010. Model Pola Pemuliaan (Breeding Scheme) Ternak Berkelanjutan. Fakultas Peternakan UNPAD. Sumedang. Santoso, U. Nurachma, S. dan Sarwestri, A. 2012. Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Fakultas Peternakan UNPAD. Sumedang. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Penerjemah S. G. N. Djiwa Darmadja. Gadjah Mada University Press. Hal 572.