Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371
Ersida, Hermansyah, Mutiawati
Home Visit Perawat dan Kemandirian Keluarga dalam Perawatan Halusinasi pada Pasien Schizophrenia Nurse Home Visit and Family Independency in Hallucination Care of Schizophrenic Patients Ersida¹, Hermansyah2, Endang Mutiawati3 ¹Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala 2 Bagian Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan, Kemenkes Aceh 3 Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala Abstrak Diperkirakan 70% dari pasien Schizophrenia mengalami halusinasi sebagai salah satu gejala positifnya. Diantara upaya pencegahan yang dilakukan oleh tim kesehatan di Puskesmas Dewantara dan Nisam adalah kegiatan home visit bagi penderita gangguan jiwa di komunitas. Kegiatan home visit yang dilakukan terdiri dari client engagement, client assessment dan client teaching. Namun kegiatan ini tidak dilakukan pada semua pasien gangguan jiwa dan secara khusus belum pernah dilakukan evaluasi efektifitasnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan home visit dengan perawatan halusinasi pada pasien Schizophrenia di Puskesmas Dewantara dan Nisam Kabupaten Aceh Utara. Penelitian kuantitatif survey analitik dengan menggunakan desain cross-sectional ini dilakukan sejak tanggal 20 Agustus sampai dengan 20 November 2015 pada 108 orang anggota keluarga pasien sebagai sampel yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian didapatkan 66.7% kegiatan home visit perawat aktif dan 66.7% perawatan halusinasi dilakukan secara mandiri. Terdapat hubungan antara home visit perawat yang aktif dengan kemandirian keluarga dalam perawatan halusinasi pada pasien Schizophrenia (p=0.000). Terdapat hubungan antara kegiatan client engagement yang aktif dengan kemandirian keluarga dalam perawatan halusinasi pada pasien Schizophrenia (p=0.000). Disarankan kepada keluarga agar dapat memanfaatkan kegiatan home visit sebagai sarana belajar dan memperoleh informasi, serta konsultasi terkait perawatan halusinasi pada pasien Schizophrenia. Kata kunci: . Home visit, Kemandirian Keluarga, Perawatan halusinasi
Abstract It was estimated that 70% of Schizophrenic patients under go hallucination as one of its symptoms. Among the prevention strategies that proposed by the health team in Dewantara and Nisam Public Health Centers to deliver health care services was home visit to the patients with mental disorders who remained in community. Some activities which employed during home visit were client engagement, client assessment, and client teaching. However, these activities were not particularly evaluated for the effectiveness. This research aimed to identify the association between home visit with hallucination care of Schizophrenic patients at Dewantara and Nisam Public Health Center in North Aceh Regency. The research was an analytic survey quantitative research using a cross-sectional design conducted from August 20th to November 20th, 2015 on 108 family member as samples through interviews and observations questionnaire. The result of study found that 66.7% home visit activity was active and 66.7% hallucination care was independent. There was an association between active nurse home visit with family independency in hallucination care of Schizophrenic patients (p=0.000). It was recommended for family to utilize home visit activity as a facility to learn, gain information, and consultation about hallucination care on Schizophrenic patients. Key words:, Family independency, Hallucination care, Home visit
Korespondensi: * Ersida, Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah37 Kuala, Darussalam, Banda Aceh, Email:
[email protected]
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371
Ersida, Hermansyah, Mutiawati
Latar Belakang
pelayanan, tetapi konten dan fokus home visit
Schizophrenia merupakan suatu gangguan
sebagaimana karakteristik home visitors dan
jiwa yang serius yang sering berkembang
target hasilnya, berbeda-beda sesuai dengan
sejak masa remaja atau dewasa awal dan
model yang digunakan.
mengenai sekitar 24 juta orang di dunia.
(2011) juga menegaskan bahwa home visit
Orang-orang
Schizophrenia
pada pasien gangguan jiwa berbeda dalam
mengalami berbagai gejala yang menyulitkan
fokus, waktu yang dibutuhkan, dan intensitas
mereka untuk menentukan realitas (World
dan
Federation for Mental Health, 2008). Hasil
kunjungan rumah yang biasa dilakukan pada
Riskesdas 2013 dinyatakan bahwa rata-rata
pasien dengan penyakit lainnya. Adapun
nasional penderita gangguan mental berat,
kegiatan yang dilakukan dalam home visit
seperti Schizophrenia di Indonesia adalah
terdiri
1,7%
assessment dan client teaching.
dengan
dengan angka tertinggi adalah Aceh
hasilnya
dari
jika
Basavanthappa
dibandingkan
client
dengan
engagement,
client
dan DI Yogyakarta sebesar 2,7% (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan laporan Profil Kesehatan Provinsi Aceh
tahun 2012 sebanyak 24.942 jiwa
Diantara upaya pencegahan yang dilakukan
masyarakat
oleh
memberikan
gangguan jiwa dengan rincian penderita
pelayanan kesehatan adalah pelayanan home
mandiri/sudah pulih 6.953 jiwa, dengan
visit atau kunjungan rumah bagi penderita
bantuan pasien parsial
gangguan jiwa di komunitas (Hussain HAA,
1.956 orang penderita yang masih tergantung
Tarada M, Redha M, & Segueira RP., 2009).
(Dinkes Aceh 2012). Hasil pengambilan data
Clark
(2009)
awal di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh
menggambarkan home visit sebagai suatu
Utara didapatkan data bahwa tahun 2013
pendekatan keperawatan kesehatan yang
angka penderita gangguan jiwa mulai ringan
tradisional untuk merawat individu dan
sampai berat sebanyak 2.535 orang. Awal
keluarga. Paulsell, b, Boller, Hallgren, &
tahun 2015 angka tersebut menurun menjadi
Esposito (2010) menjelaskan bahwa home
2.128 orang dengan tingkat keluhan mulai
visit merupakan suatu strategi pemberian
dari ringan sampai berat. Di Puskesmas
tim
kesehatan
dalam
untuk
Mahamba
38
Aceh
terindikasi mengalami
4.472 orang
dan
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371
Ersida, Hermansyah, Mutiawati
Dewantara dari 46.091 orang penduduk (BPS
Pengukuran dengan menggunakan alat ukur
Kabupaten Aceh Utara, 2014) tercatat 150
berupa kuesioner.
orang penderita Schizophrenia dimana 64 Pengumpulan
orang (42,6%) diantaranya mengalami gejala
terhadap
orang penduduk (BPS Kabupaten Aceh Utara,
total
2014) terdapat 104 penderita Schizophrenia
halusinasi.
itu,
program
CMHN
108 orang yang diambil secara sampling.
Pengolahan
data
Karakteristik responden dapat dilihat pada
telah
table beikut ini:
diterapkan pada seluruh Puskesmas di Aceh Namun
Puskesmas
yang
Tabel 1. Distribusi karakteristik responden (n=108)
aktif
Karakteristik Umur : 1. 17-25 2. 26-35 3. 36-45 4. 46-55 5. 56-65 6. 65-lebih Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan Suku : 1. Aceh 2. Padang Pendidikan : 1. Tdk sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. PT Pekerjaan : 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja Hubungan keluarga dengan pasien : 1. Orang tua 2. Anak 3. Saudara 4. Pasangan 5. Kerabat Jumlah kunjungan rumah : 1. 1 kali 2. 2 kali 3. 3 kali 4. > 3 kali
melakukan home visit hanya ada 6 Puskesmas yaitu Muara Batu, Dewantara, Samudera, Syamtalira Bayu, Lhoksukon, dan Nisam. Tetapi kegiatan inipun secara khusus tidak dilakukan pada semua pasien gangguan jiwa belum
pernah
dilakukan
evaluasi
efektifitasnya. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengidentifikasi hubungan home visit kemandirian
perawatan
keluarga
dalam
pada
pasien
halusinasi
Schizophrenia di Puskesmas Dewantara dan Nisam Kabupaten Aceh Utara.
Metode Penelitian
20
Hasil Sementara
dengan
pada
menggunakan komputerisasi.
dengan 40 orang (38,4%) menunjukkan gejala
dan
dilakukan
Agustus sampai dengan 20 November 2015
halusinasi. Di Kecamatan Nisam dari 17.702
Utara.
data
ini
dilakukan
menggunakan
penelitian kuantitatif survey analitik dengan menggunakan
desain
cross-sectional. 37
f
%
9 20 31 32 15 1
8.3 18.5 28.7 29.6 13.9 .9
53 55
49 51
107 1
99.1 .9
8 23 23 34 20
7.4 21.3 21.3 31.5 18.5
67 41
62.0 38.0
40 20 29 16 3
37.0 18.5 26.9 14.8 2.8
13 17 20 58
12.0 15.7 18.5 53.7
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371
Ersida, Hermansyah, Mutiawati
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa
Berdasarkan Diagram 2 dapat dilihat bahwa
karakteristik
banyak
sebagian besar kegiatan client engagement
berumur antara 46-65 tahun berjumlah 32
berada pada kategori aktif yang dinyatakan
orang (29.6%), 55 orang (51%) berjenis
oleh sebanyak 70 responden (64.8%).
responden
paling
kelamin perempuan, suku Aceh berjumlah Tabel 2. Hubungan client engagement dengan kemandirian keluarga dalam perawatan halusinasi pada pasien Schizophrenia (n=108)
107 orang (99.1%). latar belakang pendidikan SMA berjumlah 34 (31.5%). Responden yang bekerja sejumlah 67 orang (62.0%), 40 orang (37.0%)
responden
memiliki
Aktif Kurang Aktif
Perawatan halusinasi Mandiri Ketergantunga n n % n % 57 81.4 13 18.6 15 39.5 23 60.5
n 70 38
% 100 100
Jumlah
72
108
100
Client engagement
hubungan
66.7
36
33.3
Total
OR (95%CI)
p value
6.723 2.77016.316
0.000
keluarga dengan pasien sebagai orang tua pasien.
Sejumlah
58
orang
(53.7)
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil
mendapatkan kunjungan home visit lebih dari
uji chi-square diperoleh p value = 0.000 <
3 kali.
α=0.05. Dengan demikian maka Ho ditolak
Diagram 1. Persentase kemandirian keluarga dalam perawatan halusinasi pada pasien Schizophrenia (n=108)
yang berarti bahwa ada hubungan antara client
engagement
dengan
perawatan
halusinasi pada pasien Schizophrenia. OR 33.3%
=6,723
menunjukkan
bahwa
perawatan
halusinasi pada pasien Schizophrenia dengan
Mandiri Ketergantungan
kegiatan client engagement aktif memiliki
66.7%
kesempatan hampir 7 kali lebih mandiri Berdasarkan Diagram 1 dapat dilihat bahwa
dibandingkan dengan perawatan halusinasi
perawatan
pada pasien Schizophrenia dengan kegiatan
halusinasi
pada
pasien
client engagement kurang aktif.
Schizophrenia secara umum berada pada kategori mandiri yaitu sebanyak 72 orang
Diagram 3.Persentase kegiatan client assessment (n=108)
(66.7%).
Diagram 2. Persentase kegiatan client engagement (n=108)
Aktif
45.4%
35.2%
Kurang Aktif aktif
54.6%
kurang aktif 64.8%
38
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371
Ersida, Hermansyah, Mutiawati
Berdasarkan Diagram 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar kegiatan client assessment
Berdasarkan Diagram 4 dapat dilihat bahwa
berada pada kategori aktif yang dinyatakan
sebagian besar kegiatan client teaching
oleh sebanyak 59 responden (54.6%).
berada pada kategori aktif yang dinyatakan oleh sebanyak 86 responden (79.6%).
Tabel 3. Hubungan client assessment dengan kemandirian keluarga dalam perawatan halusinasi pada pasien Schizophrenia (n=108) Client assessment Aktif Kurang Aktif Jumlah
Perawatan halusinasi Mandiri Ketergantunga n n % n % 47 79.7 12 20.3 25 51.0 24 49.0
n 59 49
% 100 100
72
108
100
66.7
36
33.3
Total
OR (95%CI)
p value
3.760 1.6148.761
0.003
Tabel 4.Hubungan client teaching dengan kemandirian keluarga dalam perawatan halusinasi pada pasien Schizophrenia (n=108)
Aktif Kurang Aktif
Perawatan halusinasi Mandiri Ketergantunga n n % n % 68 79.1 18 20.9 4 18.2 18 81.8
n 86 22
% 100 100
Jumlah
72
108
100
Client teaching
66.7
36
33.3
Total
OR (95%CI)
p value
17.000 5.11256.529
0.000
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil uji chi-square diperoleh p value = 0.003 <
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil
α=0.05. Dengan demikian maka Ho ditolak
uji chi-square diperoleh p value = 0.000 <
yang berarti bahwa ada hubungan antara
α=0.05. Dengan demikian maka Ho ditolak
client
perawatan
yang berarti bahwa ada hubungan antara
Schizophrenia.
client teaching dengan perawatan halusinasi
assessment
halusinasi
pada
dengan pasien
OR=3,760 menunjukkan bahwa perawatan
pada
pasien
Schizophrenia.
OR=17,000
halusinasi pada pasien Schizophrenia dengan
menunjukkan bahwa perawatan halusinasi
kegiatan client assessment aktif memiliki
pada pasien Schizophrenia dengan kegiatan
kesempatan hampir 4 kali lebih mandiri
client teaching aktif memiliki kesempatan 17
dibandingkan dengan perawatan halusinasi
kali lebih mandiri dibandingkan dengan
pada pasien Schizophrenia dengan kegiatan
kemampuan keluarga dengan kegiatan client
client assessment kurang aktif.
teaching kurang aktif.
Diagram 4.Persentase kegiatan client teaching (n=108)
Diagram 5. Persentase kegiatan home visit (n=108)
20.4%
33.3%
Aktif
Aktif Kurang Aktif
Kurang Aktif
66.7%
79.6%
39
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371
Ersida, Hermansyah, Mutiawati
Berdasarkan Diagram 5 dapat dilihat bahwa
pada kelompok ‘cukup baik’ dan ‘baik’.
sebagian besar kegiatan home visit berada
Namun demikian, masih ada 24.1% responden
pada kategori aktif yang dinyatakan oleh
yang masih memiliki kemampuan yang sangat
sebanyak 86 responden (66.7%).
tidak baik terkait keterlibatannya dalam pengaturan jadwal kegiatan pasien.
Tabel 5. Hubungan Home visit dengan kemandirian keluarga dalam perawatan halusinasi pada pasien Schizophrenia (n=108)
Aktif Kurang Aktif
Perawatan halusinasi Mandiri Ketergantunga n n % N % 60 83.3 12 16.7 12 33.3 24 66.7
n 72 36
% 100 100
Jumlah
72
108
100
Home visit
66.7
36
33.3
Total
Pengaturan
jadwal
kegiatan
pasien
OR (95%CI)
p value
merupakan
10.000 3.94725.337
0.000
mencapai keberhasilan perawatan pasien.
unsur
yang
penting
dalam
Pasien gangguan jiwa termasuk halusinasi Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa hasil
mengalami pengaturan dalam pengaturan
uji chi-square diperoleh p value = 0.000 <
kegiatan sehari-hari (activities of daily living)
α=0.05. Dengan demikian maka Ho ditolak
dan pengaturan jadwal pengobatan, sehingga
yang berarti bahwa ada hubungan antara
membutuhkan bantuan orang lain untuk
home visit dengan perawatan halusinasi pada
memperbaikinya. Bantuan tersebut utamanya
pasien
harus didapat dari keluarga sebagai orang
Schizophrenia.
OR=10,000
menunjukkan bahwa perawatan halusinasi
terdekat
pada pasien Schizophrenia dengan kegiatan
memperhatikan hal tersebut, maka ada
home visit aktif memiliki kesempatan 10 kali
kemungkinan pasien tidak akan mampu
lebih
memenuhi kebutuhan aktifitas kehidupan
mandiri
perawatan
dibandingkan
halusinasi
pada
dengan
pasien.
sehari-hari,
pasien
Bila
termasuk
keluarga
kurang
penjadwalan
pengobatannya.
Schizophrenia dengan kegiatan home visit kurang aktif.
Penelitian Avasthi (2010) menemukan bahwa keluarga merupakan sumber daya kunci
Pembahasan Perawatan
dalam perawatan pasien dengan penyakit
Halusinasi Pada Pasien Schizophrenia. Hasil
jiwa. Keluarga menjalankan peran sebagai
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
pemberi pelayanan primer bagi pasien karena
keluarga dalam perawatan halusinasi pada
dua alasan. Pertama, adanya rasa saling
pasien Schizophrenia secara umum berada
ketergantungan dan kepedulian satu sama
Kemandirian
Keluarga
Dalam
40
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371
Ersida, Hermansyah, Mutiawati
lain sebagai sesama anggota keluarga. Kedua,
pada sesi kunjungan yang akan berlangsung.
karena kurang tenaga profesional kesehatan
Dalam
jiwa terlatih yang dibutuhkan untuk melayani
keperawatan,
populasi yang sangat banyak; oleh karenanya,
penting dilakukan pada fase orientasi yaitu
tenaga
pada
membuat kontrak dengan pasien dan/atau
keluarga. Sehingga, memiliki keluarga dengan
keluarga. Melalui kontrak, perawat dan
kemampuan dan dukungan yang adekuat
keluarga
membuat
kesepakatan
tentang
merupakan kebutuhan pasien, klinisi, dan
lamanya
interaksi
berlangsung,
tempat
administrator lainnya. Keluarga merupakan
interaksi, dan hasil akhir apa yang diharapkan
perpanjangan tangan perawat dalam merawat
dalam setiap sesi interaksi. Tanpa kontrak
pasien.
yang jelas, maka tujuan kunjungan menjadi
klinis
sangat
bergantung
tidak Hubungan
Client
Kemandirian Halusinasi
Engagement
Keluarga Pada
dalam
Pasien
dengan
strategi
jelas,
pelaksanaan
salah
dan
satu
komunikasi
kegiatan
mungkin
tidak
yang
akan
memberikan hasil intervensi yang bermakna
Perawatan
bagi kedua belah pihak.
Schizophrenia.
Kegiatan client engagement dalam home visit
Penelitian Ingoldsby (2010) yang menyatakan
menurut responden kegiatan yang dilakukan
bahwa
oleh petugas pada saat client engagement
mempertahankan
sebagian besar berada pada kelompok pernah
pencegahan dan program-program intervensi
dan sering dilakukan. Akan tetapi, masih ada
kesehatan jiwa merupakan satu hal yang
kegiatan yang paling tidak pernah dilakukan
sangat penting untuk memastikan dampak
oleh petugas yaitu membuat kontrak dengan
komunitas yang maksimum. Pelibatan dan
keluarga yang dinyatakan oleh sejumlah 31
retensi keluarga yang rendah merupakan
responden (28.7%).
masalah yang berarti dalam program promosi dan
Kontrak
antara
petugas/perawat
dengan
dengan
melibatkan keluarga
intervensi
Mempertahankan
dalam
dan upaya
kesehatan
jiwa.
keluarga
terlibat
agar
keluarga pasien yang dilakukan dalam setiap
secara aktif dalam pelayanan menjadi suatu
kali kunjungan terdiri dari kontrak waktu,
tantangan.
tempat
(tindakan
termotivasi untuk sejak awal untuk mencari
keperawatan) yang hendak dilakukan perawat
pelayanan kesehatan jiwa, pengalaman yang
dan
topik
intervensi
41
Walaupun
jika
keluarga
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371
Ersida, Hermansyah, Mutiawati
banyak dapat mempengaruhi keterlibatan
mengkaji aspek fisik, psikososial, intelektual,
keluarga dalam perawatan.
sosial, dan spiritual individu. Pengkajian fisik meliputi pemeriksaan fisik, pengkajian tahap
Penelitian Larsen-rife & Brooks (2009) yang
kehidupan
menyatakan bahwa perawat perlu melibatkan
predisposisinya, dan pemeriksaan penunjang.
keluarga
Pada aspek psikologis dilakukan pengkajian
terutama
orang
tua
dalam
biologis
klien
pengalaman
dan
masa
faktor
perawatan kesehatan jiwa terutama pada
tentang
kanak-kanak,
anak,
untuk membangun keterampilan
kepribadian serta tanda dan gejala gangguan
advokasi dan pengasuhan (parenting skill)
jiwa yang terjadi saat ini. Informasi ini
baru untuk mendukung perkembangan sosial
dikumpulkan melalui wawancara dengan
emosional anak yang sehat. Pelibatan orang
pasien dan keluarga, dengan melakukan tes
tua dalam perawatan rumah juga dapat
status mental, tes psikologis tertentu, dan tes
memperpendek masa pengobatan redensial
fungsi kognitif. Pengkajian sosial terdiri dari
bagi pasien.
eksplorasi budaya, lingkungan, dan pengaruh keluarga dalam ekspresi dan pengalaman
Hubungan Kemandirian
Client
Assessment
Keluarga
dalam
dengan
penyakit. Pengkajian spiritual mengeksplorasi
Perawatan
dimensi
religious
dan
spiritual
pasien.
Halusinasi Pada Pasien Schizophrenia. Secara
Kemampuan untuk mengkaji klien merupakan
umum kegiatan yang dilakukan oleh petugas
keterampilan yang paling penting yang harus
pada saat client assessment berada dalam
dimiliki oleh perawat jiwa.
kelompok pernah dan sering dilakukan. Hanya saja, masih ada kegiatan yang paling tidak
Penelitian Coonbs, Curtis, & Crookes (2011)
pernah dilakukan oleh petugas pada saat
menemukan
client assessment yaitu menanyakan tentang
merupakan
sikap tetangga terhadap penyakit pasien yang
keperawatan
dinyatakan oleh sejumlah 39 responden
merupakan
(36.1%).
kebutuhan klien diidentifikasi dan rencana
hasil hal
bahwa
esensial
kesehatan pondasi,
pengkajian
untuk jiwa.
landasan
praktik
Pengkajian dimana
intervensi keprawatan disusun. Pemahaman Moran (2013) menjelaskan bahwa suatu
tentang pengkajian keperawatan kesehatan
pengkajian yang komprehensif, dan holistik,
jiwa dan praktik keperawatan jiwa lainnya 42
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371
Ersida, Hermansyah, Mutiawati
merupakan pondasi praktik yang adekuat dalam mengidentifikasi klien melalui cara
Terputusnya kontinuitas pengobatan akibat
klien. Pengkajian keperawatan memberikan
persepsi yang salah tentang kesembuhan
jaminan bagi konsistensi dan kompleksitas
pasien dapat menjadi pemicu terjadinya
data.
kekambuhan Mahamba
Hubungan
Client
Kemandirian
Keluarga
(2009)
pasien.
Penelitian
menyatakan
bahwa
dengan
kekambuhan berarti terjadinya kembali atau
Perawatan
meningkatkanya keparahan kumpulan gejala
Schizophrenia.
penyakit, terutama yang mengikuti suatu
Kegiatan yang dilakukan oleh petugas pada
periode dimana telah terjadi perbaikan atau
saat client teaching sebagian besar berada
stabilitas. Penderita yang tidak teratur dalam
pada kelompok pernah dan sering dilakukan.
meminum
Namun demikian, terdapat kegiatan yang
kekambuhan gangguan jiwa. Penderita kronis,
paling tidak pernah dilakukan oleh petugas
khususnya
pada saat client teaching yaitu menjelaskan
adanya halusinasi sukar mengikuti aturan
kepada keluarga tentang pentingnya menjaga
minum obat karena adanya gangguan realitas
keberlangsungan
yang
dan ketidak mampuan mengambil keputusan.
dinyatakan oleh sejumlah 17 responden
Oleh karena itu, perawat perlu untuk selalu
(15.7%).
mengingatkan pasien dan keluarga tentang
Halusinasi
Pada
Teaching
pada
dalam
Pasien
pengobatan
pentingnya Fenomena di lapangan, pasien dan/atau
obat
dapat
menyebabkan
skizofrenia yang sertai dengan
menjaga
keberlangsungan
pengobatan pasien.
keluarga seringkali menghentikan kontinuitas pengobatannya
tanpa
melalui
proses
Penelitian
Basavanthappa,
(2011)
yang
konsultasi dengan tim medis. Alasan yang
menyatakan bahwa home visit merupakan
paling sering mendasari perilaku tersebut
suatu
antara lain, yaitu pasien sudah tidak lagi
mengajarkan kemandirian keterampilan hidup
merasakan gejala sehingga dipersepsikan
dasar kepada klien yang mengalami defisit
sebagai telah sembuh, tidak tahan dengan
pengetahuan. Selama pembelajaran di rumah,
efek samping obat, dan tidak mampu
klien
mencapai fasilitas pengobatan.
menggunakan peralatan mereka sendiri pada 43
pendekatan
memiliki
yang
efektif
kesempatan
untuk
untuk
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371
Ersida, Hermansyah, Mutiawati
tatanan mereka sendiri, yang meningkatkan
ketiadaan perawat atau petugas kesehatan
potensi tekat untuk mengerjakan tugas yang
lainnya.
dianjurkan. Proses pembelajaran perlu diulang
Penelitian Eassom, Giacco, Dirik, & Priebe
jika klien berpindah tempat tinggal.
(2014) yang menemukan bahwa pelibatan keluarga dalam pelayanan kesehatan jiwa
Hubungan Home visit dengan Perawatan
dapat dilakukan dalam bentuk yang berbeda-
Halusinasi Pada Pasien Schizophrenia. Hasil
beda sesuai dengan tingkat kebutuhan dan
penelitian menunjukkan bahwa kegiatan yang
ketersediaan pelayanan. Secara singkat dapat
paling dominan dilakukan oleh perawat
dikatakan bahwa pelibatan keluarga berkisar
selama
dari fungsi yang paling dasar sampai ke
home
keluarga
visit
(client
adalah
cara
intervensi yang lebih khusus. Pada tingkat
merawat pasien. Temuan ini sesuai dengan
yang paling meliputi penyediaan informasi
hasil
tentang
penelitian
teaching)
mengajarkan
Mahamba
tentang
(2009)
yang
layanan
kesehatan
jiwa
dan
menyatakan bahwa anggota keluarga dalam
pengkajian-pengkajian. Pada tingkat yang
kesehariannya membagi tugas, tujuan, rasa
lebih
memiliki, dan kasih sayang dalam keluarga.
psikoedukasi, konseling, intervensi dan terapi
Kesehatan
keluarga.
setiap
anggota
keluarga
khusus
dapat
dilakukan
dengan
mempengaruhi kesehatan angota keluarga yang lainnya dan berkontribusi pada derajat
Basavanthappa (2011) menjelaskan bahwa
kesehatan
home visit dalam perawatan pasien penyakit
Kemampuan
keluarga
secara
anggota
keseluruhan. untuk
jiwa sangat dibutuhkan dikarenakan banyak
mendukung anggota keluarga yang sakit
pasien dengan penyakit jiwa terbiasakan
berbvariasi
tahap
dengan gejala primer seperti menarik diri atau
meningkatkan
isolasi sosial, di komunitas. Home visit
sesuai
perkembangannya. kemampuan
dalam
keluarga
dengan Untuk
merawat
anggota
memberikan kesempatan kepada perawat
keluarga yang sakit, keluarga perlu mendapat
untuk memahami klien secara lebih terbuka.
bantuan pelayanan seperti bantuan sosial,
Melihat klien di tempat hidupnya sendiri
rehabilitasi dan pendidikan kesehatan agar
memberikan perawat pengetahuan yang luas
keluarga mampu merawat pasien pada saat
tentang
bagaimana
pasien
mengelola
hidupnya sehari-hari. Rumah seorang pasien 44
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371 memberikan
lebih
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan
pasien
bagi keluarga agar dapat memanfaatkan
berfungsi pada tigkat yang lebih mendasar
kegiatan home visit sebagai sarana belajar dan
(misalnya dengan aktifitas kehidupan sehari-
memperoleh
hari dan kemandirian dalam keterampilan
terkait perawatan halusinasi pada pasien
hidup sehari-hari).
Schizophrenia agar menjadi lebih mandiri
mendalam
perawat tentang
rasa
yang
Ersida, Hermansyah, Mutiawati
bagaimana
informasi,
serta
konsultasi
dalam merawat anggota keluarganya. Penelitian Hussain HAA, Tarada M, Redha M, & Segueira RP. (2009) yang menyatakan
Referensi
bahwa home visit efektif dan merupakan
Avasthi, A. (2010). Preserve and strengthen family to promote mental health. Indian J Psychiatry, 113-126.
standar yang tinggi bagi pengobatan rawat jalan pada pasien Schizophrenia dalam hal
Basavanthappa, B. (2011). Essential of Mental Health Nursing (1st ed.). India: Jaypee Brother Medical Publisher.
mengurangi jumlah dan durasi rawat inap. Di samping itu, saat home visit, perawat juga berkesempatan untuk mengenal tanda-tanda
Coonbs, T., Curtis, J., & Crookes, P. (2011). What is comprehensive mental health nursing assessment? a review of literature. International journal mental health nurses, 364-370.
awal terjadinya kekambuhan, termasuk pada pasien halusinasi.
Kesimpulan
Eassom, E., Giacco, D., Dirik, A., & Priebe, S. (2014). Implementing Family Involvement in the Treatment of Patients with Psychosis: A Systematic Review of Facilitating and Hindering Factors. BJM Open, 4.
Studi ini menemukan ada hubungan antara home visit yang aktif dengan kemandirian keluarga dalam perawatan halusinasi yang mandiri
pada
pasien
Schizophrenia
di
Puskesmas Dewantara dan Nisam Kabupaten
Hussain HAA, Tarada M, Redha M, & Segueira RP. (2009). Evaluation of Community Psychiatric-Home Visit Treatment versus Outpatient Treatment of Chronic Schizophrenic Patients in Bahrain. The Arab Journal Of Psychiatry, 34-41.
Aceh Utara sebesar 10 kali lebih mandiri dibandingkan dengan perawatan halusinasi pada pasien Schizophrenia dengan kegiatan home visit kurang aktif (p=0.000).
45
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371
Ersida, Hermansyah, Mutiawati
Ingoldsby, E. M. (2010). Review of interventions to improve family engagement and retention in parent and child mental health programs. NIH Public Access, 629-645.
SERASI,CCH,USAID (2010). Modul Pelatihan Basic Course CMHN. Jakarta: FIK UI. Tamaki, A. (2007). Effectiveness of Home Visits by Mental Health Nurses for Japanesse Women with Post-Partum Depression. International journal of Mental Health Nurses, 419-427.
Katakura, N., Yamamoto-Mitami, N., & Kakuzo, I. (2010). Home-Visit Nurses'attitude for Providing Effective Assistance to Client with Schizophrenia. International Journal Of Mental Health Nursing, 19(2), 102-109. Kemendagri RI., (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa. Diakses 5 April 2015 dari http://www.kemendagri.go.id/media/ documents/2014/10/29/u/u/uu_no.18 -2014.pdf Kemenkes RI.,(2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Diakses 2 September 2014 dari www.depkes.go.id. Larsen-rife, D., & Brooks, S. (2009). The importance of family engagement in child welfare services. northern california training academy, 1-8. Mahamba, N. D. (2009). Factors Influencing Relaps of Psychiatric Patients in Rural Communities of the Eastern Cape Province. Eastern Cape Province: University of South Africa. Moran, c. c. (2013). The psychiatric mental heallth nursing. philladelphia: Jones and Bartlett Publishers.
46