LAPORAN PENELlTlAN HIBAH BERSAING TAHUN II
Pengembangan Model Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Graphic Organizers Melalui Pendekatan Belajar Kooperatif Teknik STAD .-.--
-7-.-
.
',""(..-
,
,
.
.--
. .
Ketua Peneliti Drs. Masril,M.Si
Anggota : Dra. Yulia Jamal, M.Si
..
..
,.
.
, .
. .
:
,.,.,
-.
!
..., .. ..
,
:,
Y::F;-:-:. i-'.
,
HI --~7 .
. --.-
..v.-
.,
.
:-.;
-
.
.. . .: . ."
c
..
. ,
..
:.I
-
.-. .
-. .--,
I4 -..-.
~ 2 / H J ! z ~ 0- P9L ( 5 ) 7 3 0 -0 .Ma$, -
,
,
Dibiayai oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor : 006/SP2H/PP/DP2M/ll1/2008 Tanggal 6 Maret 2008
UNIVERSITAS NEGERI PADANG Nopember 2008
.
. ..
.
- ,
J ;
-
.
\'3-3-03 . . - -- .-
~.
- . ,- . - .. . .
.
7
-.--
k2-
.-
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHlR HlBAH BERSAING 2008
Pengembangan Model Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Graphic Organizer Melalui Pendekatan Belajar Kooperatif Teknik STAD
1. Judul
2. Ketua Peneliti a. Nama b. Jenis Kelamin c. NIP d. Jabatan Struktural e. Jabatan Fungsional f. Bidang Keahlian g. FakultaslJurusan h. Perguruan Tinggi i. Tim Peneliti
No 1.
NAMA
Dra. Yulia Jarnal, M.Si
Drs. Masril, M.Si Laki-laki 131 851 511
-
Lektor Kepala 1 IVIa Fisika FMIPA / Fisika Universitas Negeri Padang
3. Pendanaan dan Jangka Waktu Penelitian a. Jangka Waktu Penelitian : yang Diusulkan : b. Biaya Total yang Diusulkan c. Biaya yang Disetujui Tahun II :
I
FAKULTASI JURUSAN FMIPN FISIKA
BIDANG KEAHLIAN Fisika
I
PERGURUAN TINGGI UNP
2 Tahun
Rp. 98.800.000,Rp. 45.000.000, I
Padang, 25 Nopember 2008
.
,. -,.>..
,---, 7 !.+J{~;.-$36 365 634
..
11
RINGKASAN DAN SUMMARY Pengembangan Model Pembelaiaran Fisika SMA E e r ~ a s i scrraonlc urpc:: Melalui Pendekatan Belajar Kooperatif Teknik STAD (Drs. Masril, M.Si dan Dra. Yulia Jamal, M.Si) Tujuan umurn penelitian ini adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan khusus penelitian ini untuk Tahun 1 adalah dihasilkan suatu model pembelajaran Berbasis Graphic Organizer. Tujuan khusus untuk tahun I1 adalah menghasilkan model perangkat pembelajaran yang sudah valid melalui proses validasi ke sample yang lebih luas. Untuk mencapai tujuan di atas maka langkah-langkah yang dilakukan untuk tahun I adalah: 1) mengidentifikasi masalah-masalah siswa di sekolah, 2) melakukan diskusi dengan guru-guru Fisika dalam bentuk lokakarya, 3) merancang model pembelajaran, dan 4) melakukan uji model terbatas kepada pakar dan guru-guru fisika SMA, dan 5) Revisi model sesuai dengan saran. Sedangkan untuk mencapai tujuan tahun kedua dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : 1) Menentukan sekolah sampel berdasarkan tingkatan sekolah berdasarkan Nilai Ujian Sekolah tahun 2008. Sarnpel yang terpilih adalah SMA Negeri 9 (Strata Tinggi), SMA Negeri 4 (Strata Menengah) dan SMA 8 (Strata rendah).
2)
melakukan ujicoba model pembelajaran kepada siswa yang menjadi sampel penelitian dengan cara melakukan pretest di awal pembelajaran dan posttest setelah pembelajaran berlangsung.
Dari hasil uji model pada ketiga sekolah sampel diperoleh skor pretes di bawah rata-rata angka 45 dan skor posttes di atas angka 60, dan rata-rata kenaikan skor dari pretes ke posttes untuk masing-masing sekolah adalah : SMA 9 (43,9) menjadi (67,3) dengan kenaikan skor
67,24%, SMA 4 (38,2) menjadi (63,2) dengan kenaikan 76,15%, dan SMA 8 (34,l) menjadi (60,3) dengan kenaikan skor 86,65%. Hal ini menujukkan adanya pengaruh pembelajaran menggunakan model yang diberikan terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Berdasarkan hasil validasi model pembelajaran melalui pakar, guru-guru fisika SMA, dan siswa sebagai sampel, dapat disimpulkan bahwa model yang dirancang sudah valid walaupun masih banyak saran-saran yang perlu diperhatikan.
PENGANTAR Kegiatan penelitian mendukung pengcmbangan ilmu serta terapannya. Dalam ha1 ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk melakukan penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajarnya. baik yang secara langsung dibiayai oleh dana Universitas Negeri Padang maupun dana dari sumber lain yang relevan atau bekerja sama dengan instansi terkait. Sehubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang bekerjasama dengan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Dikti Depdiknas dengan surat perjanjian kerja Nomor : 006/SP2H/PP/DP2M/III/2008 Tanggal 6 Maret 2008, dengan judul Pengembangan Model Pembelajnran Fisika SMA Berbasis Graphic Organizers Melalui Pendekatan Belajar Kooperatq Tekr~ikSTAD Kami menyambut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk menjawab berbagai permasalahan pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan perrnasalahan penelitian tersebut di atas. Dengan selesainya penelitian ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang telah dapat memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya penting dalam peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Di samping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan masukan bagi instansi terkait dalam rangka penyusunan kebijakan pembangunan.
, r
Hasil penelitian ini telah ditelaah oleh tim pembahas usul dan laporan penelitian, kemudian untuk tujuan diseminasi, hasil penelitian ini telah diseminarkan ditingkat nasional. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pada umumnya, dan peningkatan mutu staf akademik Universitas Negeri Padang.
! 1
I
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu pelaksanaan penelitian ini. Secara khusus, kami menyampaikan terima kasih kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Dikti Depdiknas yang telah memberikan dana untuk pelaksanaan penelitian ini. Kami yakin tanpa dedikasi dan kerjasama yang terjalin selama ini, penelitian ini tidak akan dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan dan semoga kerjasama yang baik ini akan menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Terima kasih.
$'.,
iZ-'- NIP. 130365634
.'-..- .
DAFTAR IS1
I
..
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
11
RINGKASAN DAN SUMMARY
111
PENGANTAR
iv
DAFTAR IS1
v
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB 11.
KAJIAN PUSTAKA
5
BAB 111.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN TAHUN
18
BAB IV.
METODE PENELITIAN
19
BAB IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN
36
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
...
37
OAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Hasil Belajar Siswa SMA 9 Padang
Tabel 4.2
Hasil Belajar Siswa SMA 4 Padang
Tabel 4.3
Hasil Belajar Siswa SMA 8 Padang
Tabel 4.4
Angket Uji Model Pembelajaran Graphics Organizers pada SiswaSMAN 9 Padang
Tabel 4.5
Angket Uji Model Pembelajaran Graphics Organizers pada SiswaSMAN 4 Padang
Tabel 4.6
Angket Uji Model Pembelajaran Graphics Organizers pada SiswaSMAN 8 Padang
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 .
Contoh Concept Map Dalarn Bidang Mekanika
Gambar 2.
Fishbone Map
Gambar 3.
Mind Map Dinamika
Gambar 4.
Skema KWHL
Gambar 5 .
Langkah-langkah Operasional Penelitian
vii
BAB 1. PENDAHULUAN Salah satu masalah pendidikan yang dihadapi di Kota Padang saat ini adalah rendahnya kualitas pendidikan mulai dari tingkat SD sampai SMA. Hal ini terlihat pada hasil yang dicapai siswa pada Ujian Akhir Sekolah WAS) khususnya tingkat SMA. Hasil UAS mata pelajaran Fisika yang diperoleh siswa yang tergolong rendah dari 14 SMAN yang ada di Kota Padang pada tahun 2006 (Diknas Kota Padang, 2006) adalah : SMA 4 (6,38), SMA 5 (5,29), SMA 6 (5,90), SMA 8 (4,84), SMA 9 (6,24), SMA 11 (4,70), SMA 12 (5,26), SMA 13 (4,35), dan SMA 14 (4,68). Hal ini menandakan kualitas pendidikan matapelajaran fisika di sekolah masih rendah, karena belum mencapai ketuntasan belajar yang dipersyaratkan dalarn kurikulum yaitu 6,5. Dalam Ujian Nasional (UN) tahun 2008, mata pelajaran fisika juga mendapat nilai rata-rata yang paling rendah dibandingkan dengan mata pelajaran P A (Kimia, Biologi) dan mata pelajaran Matematika. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika sudah banyak dilakukan secara intensif indikator-indikator peningkatan mutu pendidikan diantaranya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan
sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan yang dilakukan belum menunjukkan peningkatan kualitas yang berarti. Gejala umum yang tampak adalah tidak adanya peningkatan yang berarti nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS) atau Ujian Nasional (UN) dari tingkat SD sampai tingkat SMA (Depdiknas, 2005). Gardner (1999a; 1999b) mengatakan bahwa penghalang utama bagi pemahaman bagi siswa sehingga mereka merasa kesulitan menguasai isi materi pelajaran, dapat disebabkan oleh tiga faktor, (1) pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat dan kebanyakan berorientasi pada
unitary ways of Knowing, (2) substansi kurikulum yang tidak mengacu kepada kebermanfaatannya bagi siswa di masa yang akan datang, dan (3) perurnusan tujuan pembelajaran yang tidak berfokus pada pemahaman yang dapat mendemonstrasikan aktivitas yang dapat dilihat, dikritik, dan diperbaiki. Kesalahan yang bersifat teknis dan substansial ini, di samping menghambat pemahaman, juga berpeluang menimbulkan
salah
pernahaman
(misconception) di kalangan para siswa.
(misunderstanding)
atau
miskonsepsi
Dari hasil penelitian Kumaidi (1 999) ditemukan bahwa untuk beberapa sekolah negeri di kota Padang, lima sekolah yang memiliki rata-rata prestasi terbaik dalam Ebtanas berturut-turut SMAN 1, 2, 3, 10, dan 4. Prestasi (NEM) lulusan SMAN di Kodya Padang untuk program studi IPA dalam mata pelajaran fisika dan matematika adalah : SMAN 1 (5.5351; 7,221 7); SMAN 2 (5,1549; 5,9808;); SMAN 3 (4,6227; 5,2337); SMAN 10 (4,5110; 5,1010); SMAN 4 (4,0135; 4,4167;). Selain itu
dinyatakan juga bahwa dari hasil survey kualitatif SMA/MA Sumbar diketahui mayoritas SMAfMA memiliki prestasi relalif rendah. Rata-rata NEM Fisika di Sumbar adalah 4,23. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas penguasaan siswa terhadap konsep-konsep fisika relatif rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika berasal dari faktor internal. Faktor internal tersebut adalah pola belajar yang bersifat hafalan belaka, bertahan pada pola pikir intuitif, menerapkan pengetahuan sehari-hari mereka dalam kasus-kasus yang bersifat ilmiah, bertahan dengan miskonsepsimiskonsepsi yang dibawanya sejak duduk di bangku pendidikan yang lebih rendah bahkan yang telah bercokol di otaknya sejak masa kanak-kanak. Pola-pola pikir tersebut sering memperkuat miskonsepsi
dan bahkan
akan menimbulkan
miskonsepsi baru. Berdasarkan temuan-temuan di atas mencirikan bahwa proses pengajaran fisika di SMA belum optimal. Berkaitan dengan proses pembelajaran fisika di
SMA, ada beberapa faktor yang diduga kuat mempengaruhi secara signifikans rendahnya pemahaman konsep siswa antara lain :
1) pembelajaran konsep masih didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa, 2) pembelajaran sering mengabaikan strategi konflik kognitif
3) pembelajaran
sering
mengabaikan
penerapan
strategi
pembelajaran
perubahan konseptual, 4) pembelajaran konsep-konsep fisika sering bersifat dekontekstual,
5) pembelajaran yang bertumpu pada konsep role learning yang hanya mentoleransi respon-respon yang bersifat konvergen, 6) pembelajaran belum menerapkan secara optimal model belajar kooperatif
Dalam rangka mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalarn pemahaman konsep fisika diperlukan suatu pendekatan yang dapat merubah pola pikir
siswa dari sifat pasif ke sifat aktif yaitu pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Dalam pembelajaran konstruktivis, siswa akan mengkonstruksi pengetahuannya, lebih mudah menemukan dan memahami pemecahan konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah yang dihadapinya dengan temannya (Slavin, 1995). Salah satu pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang digunakan adalah dengan menggunakan gruphic organizers (G-0). Graphic organizers are valuable instructional tools. Satu sifat umum yang
ditemukan dalam graphic organizers adalah dapat menunjukkan keteraturan dan kelengkapan proses pemikiran dan kemampuan kelemahan pengertian siswa dengan jelas.
yang mampu
G - 0 ini
menunjukkan
sangat fleksibel dalam
penggunaannya terutama untuk membuat belajar lebih bermakna, maksudnya siswa marnpu menjelaskan gejala atau fenomena dalam kehidupan sehari-hari menggunakan konsep-konsep fisika yang telah dipelajarinya. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berorientasi kepada student center, G - 0 ni sangat cocok diterapkan karena dilihat dari fungsinya seperti yang dikemukakan oleh
Meyer
(1995) adalah sebagai : brainstorm ideas, develop, organize, and communicate ideas, see connections, patterns, and relationships, highlight important ideas, classrfj, or categorize concepts, ideas, and information, and improve social interaction between students, andfacilitate group work and collaboration amongpeers.
Berdasarkan fungsi-fungsi G-0 diatas, maka penulis mencoba melakukan penelitian awal dengan menggunakan model G - 0 (Masril dkk, 2006) di SMA Negeri 4 Padang untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep kinematika dan dinamika. Hasil penelitian yang dilakukan belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Dengan menggunakan tes diagnostik ditemukan hampir sebagian besar materi kinematika dan dinamika tejadi kesalahan konsep pada siswa dengan persentase rata-rata 47,6 %. Disamping itu juga telah dilakukan
penelitian
menggunakan peta konsep (Masril dkk, 2004) di SMA Negeri 8 Padang untuk melihat pengetahuan siswa terhadap jalinan konsep fisika secara menyeluruh. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teknik wawancara ditemukan bahwa guru jarang sekali mernulai suatu pembelajaran menggunakan jalinan konsep untuk menjelaskan materi fisika sehingga siswa tidak mengerti jalinan konsep-konsep fisika secara baik.
Berdasarkan dua penelitian
ini,
penulis menyimpulkan
bahwa
untuk
meningkatkan pemahaman siswa dalam pemahaman konsep perlu dicari strategi atau model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsepkonsep fisika dengan baik. Di samping itu sejauh pengamatan penulis, belum ada buku-buku SMA yang menjelaskan materi-materi yang membuat jalinan konsep yang lebih rinci pada setiap pokok bahasan sehingga dalam uraian materi tidak tergambar bagaimana hubungan antar konsep. Untuk itulah penelitian ini sangat perlu dilakukan agar jalinan konsepkonsep fisika yang terkandung dalam setiap topik menjadi lebih bermakna bagi siswa dan guru dalam pembelajaran di dalam kelas. Oleh sebab itu dalam penelitian ini, penulis mencoba merancang suatu model pembelajaran menggunakan graphic organizers untuk mengatasi kelemahan siswa dalam memahami konsep fisika sehingga guru dan siswa dapat menggunakan dalam pembelajaran di dalam kelas (Produk). Dengan adanya model pembelajaran ini diharapkan akan membawa dampak positit terhadap pemahaman siswa dalam meningkatkan pemaharnan konsep-konsep fisika.
BAB 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Awal Pengetahuan awal (prior knowledge) disebut juga sebagai knowledge store, prior knowledge state, expertise, expert knowledge, preknowledge, dan personal knowledge (Dochy, 1996). Untuk tujuan-tujuan penelitian empiris, pengetahuan awal didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan aktual seseorang (Dochy, 1996), yaitu (1) telah ada sebelum pembelajaran, (2) terstrukturisasi dalam skemata, (3) sebagai pengetahuan deklaratif dan prosedural, (4) sebagian eksplisit, (5) rnengandung pengetahuan isi dan pengetahuan metakognitif, (6) dinamis di alam dan tersimpan dalam basis pengetahuan awal. Kualitas pengetahuan awal yang inheren
dapat
dibedakan
atas
enam
kategori
(Dochy,
1996),
yaitu
(1)
incompleteness, (2) misconception, (3) accessibility, (4) availability, (5) amount, dan (6) structure. Pada hakekatnya konsepsi prapembelajaran yang diberi nama berbeda-beda tersebut memiliki makna yang sama, yaitu struktur kognitif yang telah ada di kepala siswa. Perbedaannya, adalah masing-masing memiliki status yang dicirikan oleh kekuatan masing-masing dalam menginterpretasikan obyek di sekitarnya. Statusstatus struktur kognitif tersebut dibedakan dari yang paling kuat hingga yang paling lemah posisinya untuk berubah adalah fruitful
(dapat diterapkan), jlausible
(konsisten dengan pengalaman), intelligible (dipahami secara internal), dan dissatisfaction (ketidakpuasan) (Posner, et a1.,1982; Stofflett, 1994). Sebagai akibat struktur kognitif yang dimiliki siswa, maka ia mampu menginterpretasi obyek yang diamati, dibaca, diraba, dirasakannya, yang apabila salah menginterpretasikan akan menimbulkan miskonsepsi. Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Novak (1984), mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsepkonsep dalarn suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Brown (1989;1992) menjelaskan miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefinisikannya
sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Feldsine (1987), menemukan miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep.
Fowler (1987), menjelaskan
dengan lebih rinci arti miskonsepsi. la memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contohcontoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Sedangkan Duit (1 996) memandang miskonsepsi adalah salah pemahaman yang disebabkan oleh pembelajaran sebelumnya Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi atau konsep alternatif adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli. Miskonsepsi ini dapat terjadi di semua jenjang pendidikan, dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Gagasan-gagasan untuk memperbaikinya sangat diperlukan karena ada miskonsepsi yang mudah dibetulkan dan ada yang sulit. B. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik
Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asirnilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktw: kognitihya (Piaget dalam Traver, 1982). Menurut Piaget (dalam Dykstra; 1992) pada proses asimilasi seseorang menggunakan struktur kognitif dan kemampuan yang sudah ada untuk beradaptasi dengan masalah atau informasi baru yang datang dari lingkungannya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. Proses tersebut berupa ".....constructing and re-
structuring of knowledge and skills (schemata) within the individual in a complex network of increasing conceptual consistency..... " (Dahar, 1989). Pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan secara sendirisendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran hams diutamakan pada pengelolaan siswa dalam memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti
nilai, ijasah, dan sebagainya. Dalam setting kelas konstruktivistik, para siswa bertanggung jawab terhadap pembelajarannya, menjadi pemikir yang otonomi, mengembangkan konsep terintegrasi, mengembangkan pertanyaan yang menantang, dan menemukan jawabannya secara mandiri (Brook & Brook, 1993: Duit, 1996; Savery & Duffy, 1996). Tujuh nilai utarna dalam konstruktivisme, yaitu:
kolaborasi, otonomi individu, generativitas, reflektivitas,
keikutsertaan secara aktif, relevansi individu, dan pluralisme, menyediakan peluang kepada para siswa untuk mecapai pemahaman secara mendalam (Savery & Duf'fy, 1996). Setting pengajaran konstruktivistik yang mendorong konstruksi pemaharnan secara
aktif merniliki beberapa ciri (Brook & Brook, 1993): (1) membebaskan siswa belajar dari tujuan dan membiarkan mereka untuk memfokuskan ide-ide secara mandiri; (2) menempatkan kemandirian siswa sesuai dengan minatnya, membuat hubungan, merumuskan kembali ide-ide, dan menarik kesimpulan din; (3) sharing dengan siswa mengenai pentingnya pesan bahwa dunia adalah tempat yang kompleks di mana terdapat pandangan yang multi dan kebenaran sering merupakan hasil interpretasi; (4) mengakui bahwa pernbelajaran clan proses penilaian hams disesuaikan dengan apa yang menjadi kreativitas para siswa. Urutan-urutan mengajar konstruktivistik (Duit, 1996) melibatkan suatu periode dimana konsepsi-konsepsi prapembelajaran para siswa dalam
kelas memperkenalkan
konsepsi untuk dipelajari dan memperkembangkannya. Strategi konflik kognitif cenderung memainkan peranan utama ketika prakonsepsi-prakonsepsi para siswa diperbandingkan dengan konsepsi-konsepsi yang diperlihatkan oleh guru. Untuk maksud tersebut, menjaring pengetahuan awal, prakonsepsi, dan rniskonsepsi para siswa sebelum pembelajaran adalah langkah awal pembelajaran konstruktivistik (Brook & Brook, 1993; Duit, 1996). Menurut pandangan konstruktivist, guru bukan lagi sebagai satu-satunya penyaji informasi di dalam kelas yang tujuannya mengajari siswa supaya tahu, tetapi sebagai seorang nara sumber yang berperan aktif dalarn mempersiapkan fasilitas belajar dan membangun suasana belajar mengajar yang kondusif. Guru tidak lagi fungsinya hanya mengajar, tetapi dia juga perlu belajar untuk memahami pandangan siswanya atas konsepkonsep sains yang sedang dibahas, mempelajari dan memahami kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep itu, serta mempelajari cara untuk membantu mereka memaharninya.
Guru bertanggung jawab membimbing dan membantu murid mempelajari sesuatu pelajaran dengan bermakna. Murid yang membina fahaman sendiri.
Guru memberi
peluang untuk membentuk kemahiran dan pengetahan di mana mereka mengaitkan pengalaman lampau mereka dengan kegunaan masa depan, murid bukan hanya dibekalkan dengan fakta-fakta sederhana, sebaliknya penekanan diberi kepada proses berfikir dan kemahiran berkomunikasi. Dalam proses ini murid akan mengalami prosedur yang digunakan oleh seorang saintis seperti menyelesaikan masalah dan memeriksa hasil yang diperoleh.
C. Pernbelajaran Melalui Graphic Organizers Graphic organizers' adalah alat bantu pengajaran. Tidak seperti alat bantu yang lainnya, graphic organizers pemakaiannya fleksibel dan dan tidak ada habisnya. Satu sifat urnum yang ditemukan dalarn graphic organizers adalah keteraturan dan kelengkapan
proses pemikiran siswa, clan mampu menunjukkan kelemahan pengertian siswa dengan jelas. Sutrisno (2002)',
merekomendasikan bahwa graphic organizer dapat digunakan
baik oleh siswa maupun oleh guru. Siswa hendaknya menggunakan grapic organizer
untuk mempersiapkan ringkasan (briefi) sebelum masuk kelas, untuk membuat catatan dan untuk mempersiapkan ujian. Guru seharusnya menggunakan graphic organizer untuk membuka pengajaran, menjelaskan pelajaran, menyimpulkan pelajaran dan mendiagnosa kesulitan belajar siswa. Ada beberapa bentuk grafik dalam graphic organizer diantaranya concept map,
mind map, spider map, cluster map, Pshbone diagram, continuum diagam, Venn diagram dun double bubble map, diagram KKHL dan lain sebagainya. Narnun dalarn penelitian ini dibatasi sesuai dengan keperluan penelitian yaitu concept map, mind map, fishbone
diagram, dun diagram KWHL. Berikut dijelaskan tentang 4 bentuk grafik yang digunakan dalarn penelitian, antara lain : 1. Concept Map
Concept map atau peta konsep adalah alternatif untuk mengorganisasi materi dalarn bentuk peta (gambar) secara holistik, interelasi, dan kemprehensif. Konsep itu akan meletakkan guru sebagai seorang yang ahli dalam disiplinnya (ekspertise based
http://www.writedesignonline.com/organizers/ Sutrisno,Leo (2002), Helping teacher though utilizing a "graphic organizer" in reaching phyisics
teacher) dan meletakkan seorang guru lebih naturalistik pada tabiatnya, yaitu seorang
"raja" pada wilayah kajiannya; dan dia bukan seorang "prajurit". Dalam konteks pengorganisasian materi perkuliahan guna persiapan mengajar satu semester, concept map dapat digunakan sebagai cara untuk membangun struktur pengetahuan para guru dalam merencanakan materi perkuliahan (Kim Fraser, 1996). Desain content berdasarkan concept map memiliki karakteristik khas. Pertama, hanya memiliki konsep-konsep atau ide-ide pokok (sentral, mayor, utama), Kedua, memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Ketiga, memiliki label yang membunyikan arti hubungan yang mengaitkan antara konsepkonsep. Keempat, desain itu berwujud sebuah diagram atau peta yang merupakan satu bentuk representasi konsep-konsep atau materi-materi pelajaran yang penting. Concept map sebagai satu teknik telah digunakan secara ekstensif dalam
pendidikan tinggi lebih dari tiga puluh tahun. Teknik concept map diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif (subsumpition) dari David P Ausubel, yang menyatakan bahwa belajar bermakna (meaningfiul learning) terjadi dengan mudah apabila konsepkonsep baru dimasukkan ke dalam konsep-konsep yang lebih inklusif. Dengan kata lain, proses belajar terjadi bila mahasiswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang baru (Ausubel, 1963). Dengan mengambil ide dari teori asimilasi Ausubel, Novak mengembangkan teori ini dalarn penelitiannya tentang mahasiswa pada tahun 1974. la berhasil merumuskan concept map sebagai satu diagram yang berdemensi dua, yaitu analog dengan sebuah peta jalan yang tidak hanya mengidentifikasi butir-butir utama kepentingan (konsep-konsep), tetapi juga rnenggambarkan hubungan-hubungan antara konsep-konsep utama (mayor), sebagaimana banyak kesamaan garis-garis yang menghubungkan antara kota-kota besar yang tergambarkan dengan jalan-jalan utama dan jalan bebas hambatan atau highways (Novak, 1989). Pengembangan teori itu didukung dengan mempertimbangkan tiga faktor kunci, yaitu
1. belajar bermakna yang melibatkan asimilasi konsep-konsep baru dan proposisiproposisi ke dalam bangunan struktur kognisi yang memodifikasi struktur-struktur i tu,
I0
2. pengetahuan adalah terorganisasi secara hirarkis di dalam struktur kognisi dan kebanyakan belajar yang baru melibatkan subsumption konsep-konsep dan proposisi-proposisi ke dalam hirarkis yang ada, dan 3. pengetahuan yang diperoleh dengan hafalan tidak akan terasimilasi ke dalam
bingkai kognisi yang ada dan tidak akan memodifikasi bingkai proposisi yang ada. Berdasarkan teori asimilasi kognisi, Putman dan Peterson (1 990) menegaskan bahwa pengetahuan adalah struktur kognitif dari seseorang (knowledge is the cognitive structure of the individual). Selanjutnya Goldsmith, Johnson, dan Aton
menambahkan
bahwa
untuk
dapat
dikatakan
"mengetahui"
suatu
bidang
(pengetahuan) adalah seseorang dapat memahami hubungan antara konsep-konsep pokok dan penting di dalamnya. Pengetahuan tentang hubungan itu disebut pengetahuan yang terstruktur (structural knowledge). Dalam teori itu ditemukan bahwa ;
1. makna dari beberapa konsep akan mudah dipahami dengan melihat hubungan atau keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain,
2. belajar efektif (bermakna) akan terjadi apabila pengetahuan yang baru itu dikaitkan, dihubungkan dengan konsep-konsep (pengetahuan) yang telah dimiliki oleh pembelajar. Berkenaan dengan ha1 itu, subsumption terjadi apabila pembelajar dapat mengkaitakan pengetahuan yang baru dan spesifik pada konsep yang lebih general dan lebih tinggi (golongan, kategori) tingkatannya dalam struktur pengetahuan mereka yang telah ada dalam long term memory (ingatan jangka panjang). Berdasarkan uraian di atas, maka peta konsep dapat digunakan sebagai alat bantu dalarn pembelajaran. Mata pelajaran fisika penuh dengan konsep-konsep, baik yang konkrit maupun abstrak, maka untuk proses pembelajarannya diperlukan peta konsep karena peta konsep dapat menerangkan konsep-konsep fisika yang lebih mendalam. Contoh peta konsep dalam fisika sub bidang mekanika:
O m CA.,Y;;m Gambar 1. Contoh concept map bidang Mekanika
2. Fishbone Ma-p Fishbone ~a~~ digunakan untuk menunjukkan causal interaction dari sesuatu kejadian yang kompleks seperti nuclear explosion atau penomena yang kompleks
Pertanyaan kunci untuk membuat peta ini adalah: What are the factors that cause X ? How do they interrelate? Are the factors that cause X the same as those that cause X to persist? Dalam proses pembelajaran, Fishbone Map ini akan mampu menambah pengetahuan siswa tentang bagian-bagian materi yang lebih mendetail, seperti d a l m materi dinamika gambar 2.
DINAMIKA
kuantilsltl
Gambar 2. Fishbone MapBidang Dinamika
12
3. Mind maps
Mind mapsJ pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1960. Silberman (2004 :216) mengemukakan bahwa mind mapping merupakan cara kreatif bagi tiap siswa
untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru. Meminta siswa untuk membuat peta pikiran
memungkinkan
mereka untuk
mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif apa yang telah mereka rencanakan. Porter (2004 : 175) mengungkapkan bahwa peta pikiran membantu kita mengingat perkataan dan
bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi dan memberi wawasan baru. Selain itu Mind Map juga dapat mengefisienkan penggunaan waktu individu dalam mempelajari suatu informasi. Hal ini disebabkan karena Mind Map dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas suatu ha1 sehingga individu dapat menguasai suatu hal dalam waktu yang lebih singkat. Dengan kata lain mind map marnpu memangkas waktu belajar dengan mengubah pola pencatatan linear yang memakan waktu menjadi pencatatan efektif yang sekaligus langsung dapat dipahami oleh individu. Banyak bukti di lapangan yang mengindikasikan mind map dapat memangkas waktu belajar hingga 50%. Perusahaa. konsultasi manajemen temama, McKinsey & Company, mewajibkan para konsultannya semenjak perekrutan menguasai teknologi mind map sehingga dapat lebih mengefisienkan kerja sekaligus memberikan pemahaman menyeluruh atas kondisi yang tengah dihadapi. Aplikasi mind map memungkinkan terciptanya kreatifitas individu sehingga secara otomatis "memaksa" setiap individu untuk berpikir melampaui batasannya. Menurut Ryuta Kawashima, head of the neuroscientist dari Tohoku University di Jepang, pencipta brain training, pikiran (bukan otak) memiliki usianya sendiri yang berbeda dengan usia biologis
individu. Jika individu menggunakannya, maka ia membuatnya lebih muda. Sebalilcnya jika individu tidak menggunakannya ia membuatnya menjadi lebih tua. Sehingga tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa aplikasi mind map dapat mempermuda usia pikiran anda. Sehingga jelaslah dari berbagai manfaat yang telah diuraikan di atas, penguasaan kemampuan mind map merupakan suatu keharusan karena memberikan banyak manfaat baik bagi individu maupun bagi kelompok. Mind map telah banyak digunakan sebagai teknik belajar di seluruh dunia yang
digunakan untuk mewakili bahan-bahan yang akan dipelajari serta hubungan inrormas
tersebut secara keseluruhan. Menurut Parlindungan Pasaribu (2005:71) kelebihan mind map antara lain :
Menghemat waktu karena mengurangi penulisan kata-kata yang tidak berkaitan. Mempercepat waktu membaca karena hanya membaca kata-kata kunci. Mempercepat waktu mereview. Konsentrasi terhadap informasi yang penting dan berkaitan. Menambahkan perhatian terhadap kata kunci. Meningkatkan kreatifitas. Momotivasi anak karena benvama, bergambar dan berdimensi. Fleksibel, dalam arti memberikan ruang untuk penemuan baru atau rnenambahkan ide-ide atau informasi yang baru. Menyelaraskan ritme otak dan bacaan pada gelombang yang sama. Dari uraian di atas terlihat bahwa mind map dapat meningkatkan potensi otak karena bisa meningkatkan kreatifitas, penggunaan kata-kata kunci pada mind map juga nembantu dalam menyiapkan informasi yang diterima oleh otak, sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan.
Cara kerja mind map adalah menuliskan tema utama sebagai titik sentral atau tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari titik tengah tersebut dan mencari hubungan antara tema turunan. Hal ini berarti setiap kali kita mempelajari sesuatu hal, fokus kita diarahkan pada apakah tema utamanya, poin-poin penting dari tema utama yang sedang kita pelajari, pengembangan dari setiap poin penting tersebut, dan mencari hubungan antara setiap poin. Dengan cara ini, kita bisa mendapatkan gambaran hal-ha1 apa saja yang telah kita ketahui dan area mana saja yang masih belum kita kuasai dengan baik. Mind map yang terbaik adalah mind map yang diwamai dengan menggunakan
banyak gambar dan symbol. Menurut pendapat Thomas L. Madden (2002: 15) menyatakan bahwa : " Warna juga cara yang sangat baik untuk menyimpan informasi dalam berbagai bagian otak. Warna merangsang emosi yang berkaitan dengan materi-materi yang sedang dipelajari. Warna mengaktifkan otak kanan". Dari pendapat yang dikemukakan, jelaslah bahwa wama dapat mengidentifikasi informasi baru serta merangsang bagian otak yang emosional dan emosinya dapat membantu dalam rnengembangkan memori yang h a t . Bobbi DePorter, dkk (2003:176) menyatakan bahwa: " Otak mengambil informasi , campuran gambar, bunyi, aroma, pikiran dan perasaan dan kemudian memisah-misahkan ke dalam bentuk linier. Saat otak mengingat informasi biasanya dilakukan dalam bentuk gambar warna-warni, simbol, bunyi, dan perasaan".
Manfaat mind map menurut pendapat Bobbi dePorter, dkk (2003: 172) adalah sebagai berikut: 1) Bersifat fleksibel, 2) Dapat memusatkan perhatian, 3) Meningkatkan pemahaman, dan 4) Menyenangkan. Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa mind map tidak bersifat kaku atau
dibatasi. Mind map yang dibuat oleh masing-masing orang akan berbeda, tergantung dari kemampuan dan kreativitas yang membuatnya. Semakin spesifik dan banyak cabang yang dihasilkan dari mind map tersebut, semakin bagus dan lengkap mind map tersebut. Menggunakan mind map dalam pembelajaran dapat membantu memusatkan perhatian siswa dalam proses belajar mengajar, karena mind map ditampilkan dalam bentuk gagasan dalarn kata kunci, gambar dan simbol yang diwarnai, sehingga membuat siswa betah dalam mengikuti dan memahami pelajaran. Apabila siswa telah menikrnati pembelajaran dengan suasana hati yang senang maka pembelajaran yang diberikan akan mudah dipahami dan dapat meningkat minat serta motivasi siswa dalarn belajar. Hal ini tentu diharapkan berdarnpak baik terhadap hasil belajar siswa. Berikut ini diberikan contoh mind map berkaitan denga Gerak melingkar. dim-pn
massa
."k
IIMnsTik
r-~=i
Gambar 3. Mind Map Dinamika 4. Diagram KWHL (Know, What, How, Learn) Diagram KWHL' digunakan untuk menganalisa dan mengorganisasi apa yang diketahui d m apa yang ingin dipelajari tentang suatu topic. K mewakili apa yang telah ketahui
tentang
pokok materi. W mewakili apa yang ingin dipelajari. H mewakili
15
bagaimana mempelajari suatu topic dan L mewakili apa yang dipelajari seperti anda membaca. Dalam diagram ini dituntut kemampuan siswa untuk menganalisa suatu masalah sesuai dengan konsep-konsep yang sudah dipelajari. Siswa akan mengorganisir konsepkonsep yang ada kemudian mencari solusinya sendiri. Contoh diagram KWHL dalam materi gerak jatuh bebas dalam Fisika dapat dilihat dalam Garnbar 4.
Know Gerak Jatuh Bebas
What Kecepatan benda yang dijatuhkan pada ketinggian tertentu Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan benda yang jatuh bebas
How
Learn
Dengan melakukan 1. benda akan jatuh secara demonstrasi. bersamaan jika hambatan udara diabaikan Menjatuhkan paku dan 2. faktor-faktor yang lidi secara bersamaan mempengaruhi kecepatan pada ketinggian yang benda jatuh bebas adalah sama grafitasi dan ketinggian Menjatuhkan lidi dan (massa tidak kertas secara bersamaan berpengaruh) pada ketinggian yang sama
Gambar 4. Skema KWLH
Dari berbagai bentuk grafik yang telah diuraikan di atas, diduga akan memberi dampak berbeda terhadap proses belajar siswa dan hasil belajar yang diperoleh siswa juga akan berbeda. Indikasi ini diduga karena setiap bentuk grafik mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda. D. Belajar Kooperatif (Cooperative Learning) Untuk memudahkan guru dalam menerapkan graphic organizers, maka diperlukan pembelajaran berkelompok agar antara siswa selalu terjadi interaksi satu sama lain, siswa pandai bisa membantu siswa yang lemah. Salah satu bentuk belajar kelompok adalah belajar kooperatif. Belajar kooperatif adalah suatu alternatif pembelajaran tradisional yang mencoba menetapkan tanggung-jawab individu di dalam kelompok itu ( Schultz
198911990; Slavin, dan Stevens 19891 1990). Pada dasarnya metoda ini memfasilitasi saling ketergantungan antar para siswa, belajar kooperatif melibatkan suatu spektrum yang luas/lebar tentang struktur yang mencakup peer-tutor, belajar pengajaran timbal balik antara siswa satu sama lain.
kolaboratif, dan proses
Secara alami, belajar kooperatif menciptakan berbagai kesulitan filosofis untuk guru tradisional yang mengikuti kurikulum yang ditentukan. lklim akademis saat ini, bagaimanapun hams menilai individual dan interaksi kelompok. Oleh karena pengaruh dari ahli teori seperti Vygotsky ( Van Belokan D, Vygotsky, dan Jenet, 1988) menyatakan belajar sendiri sesungguhnya adalah sosial yang baku, belajar kooperatif telah memperoleh popularitas.
Studi sudah menunjukkan bahwa model belajar kooperatif sudah
meningkatkan sikap siswa ke arah pelajaran, mengagumi diri sendiri, dan hubungan antar kelompok ( Slavin 1977, 198911990, 1991;Madden dan Slavin 1986; Blaney, Stephen, dan Rosenfeld 1977). Banyak teknik
pembelajaran
kooperatif
yang dapat digunakan
dalam
pembelajaran, salah satu diantaranya adalah teknik Student Team-Achievement Divisions (STAD). Teknik kooperatif Student Team-Achievement Divisions (STAD) memiliki landasan konseptual menumt psikologi behavioristik (Jacob, et al., 1996). Teknik STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (Slavin, 1995). Praktek-praktek kerja kelompok kooperatif STAD cenderung bersifat kompetitif. Teknik kooperatif STAD memiliki ciri-ciri (Jacob, et al., 1996): (1) lebih menekankan motivasi ekstrinsik, (2) tugas-tugas pada tataran kognitif rendah, (3) memandang semua siswa secara seragam, (4) mengabaikan sikap dan hasil belajar diukur dengan tes obyektif, (5) berorientasi pada hasil, (6) guru memutuskan .ma yang aKan dipelajari siswa dan memberikan informasi untuk dipelajari pula oleh siswa. Berdasarkan ciri-ciri STAD di atas memungkinkan akan berdampak pada proses belajar dan hasil belajar karena : (I) pengetahuan fisika bersifat tidak tetap, (2) kebebasan adalah unsur utama dalam belajar fisika, (3) belajar fisika melibatkan pendekatan m ind-on dan hand-o n, (4) belajar fisika menghendaki kerja siswa secara kolaboratif, (5) belajar fisika tidak terlepas dari dunia nyata; maka dapat diduga bahwa teknik STAD akan memberikan dampak positif terhadap hasil belajar fisika. Langkah-langkah pembelajaran dalam STAD (M. Nur, 2005) terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individual, dan penghargaan tim.
1. Presentasi Kelas.
Presentasi ini dapat menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini siswa bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pengajaran guru. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pengajaran biasa, pada presentasi tersebut siswa menyadari bahwa mereka harus sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik, dan skor kuis mereka menentukan skor timnya. 2. Kerja tim. Tim tersusun dari empat atau lima siswa yang mewakili heteroginitas kelas dalam kine rja akademik, jenis-kelamin, dan suku. Fungsi utama tim adalah menyiapkan
anggotanya
agar
berhasil
menghadapi
kuis.
Ketika
siswa
mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama tim membuat kesalahan. 3. Kuis. Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua periode
latihan tim, para siswa tersebut dikenai kuis individual. Siswa tidak dibenarkan saling membantu selama kuis berlangsung. Hal ini menjamin agar siswa secara individual bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar yang ada. 4. Skor Perbaikan Individu.
Setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum
kepada timnya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang siswa pun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kine rja masa lalu. Setiap siswa diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya. Kemudian siswa memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
5. Penghargaan Tim. Tim dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melampaui kriteria tertentu.
BAB III .TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Padang. Tujuan khusus penelitian ini untuk Tahun I adalah dihasilkan suatu model pembelajaran Berbasis Graphic Organizers. Tujuan khusus untuk tahun 11 adalah menghasilkan model perangkat pembelajaran yang sudah valid melalui proses validasi.
B. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa manfaat: (1) Untuk membantu siswa memecahkan masalah pembelajaran fisika di SMA yang selama ini belum dapat megembangkan kemampuan berpikir siswa (2) Perangkat pembelajaran yang dihasilkan akan dapat digunakan dalam pembelajaran untuk masa selanjutnya.
(3) Pada penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan hanya terbatas pada materi Fisika SMA Kelas 1, diharapkan hasil penelitian ini
menjadi
motivasi bagi peneliti lain untuk mengembangkan model pembelajaran seperti yang sudah dikembangkan ini pada mata pelajaran lain di sekolah menengah.
.
BAB IV. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan tennasuk dalam penelitian pengembangan karena dalam penelitian ini dilakukan perencanaan pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika. Model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran graphic organizers dalam bentuk modul yang sudah valid. Langkah-langkah yang ditempuh adalah : Langkah-langkah penelitian
pengembangan yang digunakan merupakan
kombinasi dari modifikasi dari Borg dan Gall (1983) dan Degeng (2000) dalam Asim (2001) dan Fenrich, 1997( dalam Nur, 2006), seperti berikut: (I) analysis, (2) planning,
(3) design,
(4) development,
(5)
implementation, dun
(6)
dissemination. Langkah-langkah di atas dikembangkan lebih rinci dalam tahap-
tahap penelitian tiap tahun yang lebih operasional. Gambar 5. Langkah-langkah Operasional Penelitian
-
,,,,,
-d-hny" , h ,,, pods *on=-pkonrrp
TAHUN I
-
donpan -ndrhnyl pcmnnrmrn s1-rrr p'da *onoapCons-p
a
kon-epkorlsep fisike y m g rnclihs~tkpRkar.guru dm" t , ~ ~ j " ~ m . l tu f k rnclihnt jalin, konaep d n l ~ n fisika
+
1. P-iappensernbansmodel pcrn~lojr-m -phi= o r LUIIZL-~ 2.~ ~ ~ c p e n y c m W ~ u nmods1 i pernb=lajurnn -phi= '>r,3l-'"cm 3 . 17cnyus-mn Mod=l pc,nh=laj=., arapi,.c orpnn nzc-rrs
Model -belajaran -pl>ic or=-izm
DihasilkModcl pernbclaj-an saphi= orpmii-.err. untuk
rncnamhah p5"".l,;lrnkon k<>nhcp f.sika < ~ = k )
v TAHUN
II
ihaailksn Produk yana telah direvial
20 B. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMAN di Kota Padang yang pada tahun pelajaran 200812009. Teknik pengambilan sampel
terdaftar
dilakukan dengan teknik sfratified random sampling. Strata sekolah diperoleh melalui ranking ujian Nasional tahun 2008. Dari 15 sekolah SMA Negeri yang ada di Kota Padang maka yang terpilih menjadi sample adalah SMA Negeri 9 (Strata Tinggi), SMA Negeri 4 (Strata Menengah) dan SMA 8 (Strata rendah). C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis graphic
organizers melalui pendekatan belajar kooperatif teknik
STAD. Sebagai variabel terikat adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah pembelajaran berlangsung.
D. Langkah-langkab Penelitian Rincian kegiatan yang dilakukan pada tahun 11 ini adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan tes awal terhadap siswa yang menjadi sample penelitian. Tes
yang dilaksanakan adalah tes diagnostic dalam materi kinematika dan dinamika.
2. Melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan belajar kooperatif teknik
STAD. Pembelajaran dilaksanakan oleh tim dosen bersama
mahasiswa sebanyak 3 orang. Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa berlatih menggunakan graphic organizers untuk menambah pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Di samping itu siswa juga diajarkan menggunakan mencari solusi dari masalah yang ditemukan melalui diagram KWHL.
3. Diakhir pembelajaran dilakukan evaluasi untuk melihat pencapaian indikator yaitu peningkatan hasil belajar dengan menggunakan instrumen: Tes, untuk mengetahui dampak perlakukan terhadap hasil belajar Kuesioner, untuk melihat dampak dari model pembelajaran yang diterapkan.
4. Hasil penelitian ini diolah dengan statistik deskriptif dengan mencari skor ratarata dan persentase.
21
5. Tahap akhir dari kegiatan tahun kedua ini adalah melakukan disseminasi atau
sosialisasi model pembelajaran. Disseminasi sudah dilakukan dua kali yaitu : 1) Pertemuan SEMIRATA BKS-PTN Wilayah Barat Bidang MIPA di
Universitas Bengkulu,
13 dan 14 Mei
2008. Kegiatan sosialisasi ini
dilakukan dalam bentuk makalah seminar. 2) Di Lembaga Penelitian UNP dengan melibatkan staf pengajar dari berbagai
Jurusan di UNP yang mendapat penelitian Hibah Bersaing. Dari kegiatan bagaimana
merancang
mengaplikasikannya.
ini diharapkan para peserta mempunyai pengetahuan model
pembelajaran
yang
bermutu
dan
cara
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian tahun I dan tahun I1 ,maka dalam bagian ini akan dilaporkan hasil produk yang dikembangkan dalam penelitian dan hasil uji model kepada sampel yang lebih luas. 1. Produk yang Dikembangkan
Berikut ini dijelaskan tentang produk yang dikembangkan dalam penelitian yaitu : a) Buku Ajar Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah berupa baku ajar yang memuat tentang graphic organizers yang terdiri dari peta konsep, peta tulang ikan, peta pikiran, dan tabel KWHL. Buku ajar ini dirancang berdasarkan silabus mata pelajaran Fisika SMA Kelas 1. Pola umum buku ajar yang dikembangkan terdiri atas : 1) Standar Kompetensi
2) Kompetensi Dasar 3) Kegiatan Belajar yang mencakup :
- Tujuan kegiatan pembelajaran
- Uraian Materi
dimulai dengan pengembangan peta konsep, peta
pikiran dan peta tulang ikan.
- Tugas
- Tes Formatif 4) Rangkuman
5) Evaluasi dan kunci jawaban evaluasi. Standar
kompetensi
dan
kompetensi
dasar
(SKKD)
disusun
berdasarkan standar kurikulum KTSP untuk kelas 1 SMA/MA. Tujuan kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar peserta didik mendapat gambaran minimal apa yang harus dikuasai setelah mempelajari isi buku ini. Materi buku diambil dari berbagai buku sumber yang dinilai bermutu, terutama yang diadopsi dari buku-buku yang banyak dipakai di kalangan SMA. Sebelum uraian materi dibahas, maka terlebih dahulu ditampilkan model graphic organizer dalam bentuk peta konsep, peta pikiran dan peta tulang
2-4 ikan. Kemudian dalam materi juga disajikan berbagai gambar dan contoh untuk memudahkan memahami materi. Di samping itu dalam setiap akhir pembahasan selalu ada tugas mandiri yang hams dikerjakan siswa dan rangkuman. Rangkuman berisi inti sari dari setiap bab,
yang menjelaskan
bagian yang urgen dari setiap bab. Kemudian bagian akhir bab dilakukan evaluasi untuk merangsang peserta didik agar dapat berpikir menganalisa sehingga siswa terbiasa untuk berpikir tingkat tinggi. Dari evaluasi
ini,
siswa juga mendapat gambaran sejauhmana mereka telah menguasai materi buku ajar yang dipelajarinya. b) Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Program (RPP). RPP yang dirancang sesuai dengan format kurikulum KTSP. Dalam rancangan RPP digunakan pendekatan Belajar Kooperatif teknik STAD. RPP ini digunakan sebagai pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan pengajaran di dalam kelas. Pendekatan Belajar Kooperatif teknik STAD digunakan agar siswa dapat berinteraksi dengan teman lain dalam mencari solusi suatu masalah sehingga siswa mempunyai ketrampilan berpikir yang kreatif.
2. Hasil Uji Coba Produk Sesuai dengan perencanaan bahwa pada tahun ke dua ini adalah tahap uji coba produk yang lebih luas kepada sekolah menjadi sampel. Dalam penelitian ini diambil 3 SMA Negeri di Kota Padang yang dipilih berdasarkan strata dari yang tinggi ke yang rendah yaitu SMA 9 , SMA 4 dan SMA 8 . Pada sekolah sampel ini masing-masing dipilih 1 kelas sebagai kelas eksperimen. Untuk masing-masing kelas dilakukan pretes dan posttes. Nilai pretes dan posttes untuk masing-masing kelas sample dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa SMA 9 Padang
Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa SMA 4 Padang
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa SMA 8 Padang
Dari tabel 4.1, 4.2 dan 4.3 di atas untuk 3 sekolah sampel terlihat bahwa rata-rata hasil pretes sangat rendah dengan nilai rata-rata untuk masing-masing sekolah sebagai berikut : SMA 9 (43,9), SMA 4 (38,2), dan SMA 8 (34,l). Sedang nilai posttes sudah lebih baik dari pretes dengan rata-rata sebagai berikut : SMA 9 (67,3),
SMA 4 (63,2), dan SMA 8 (60,3). Perubahan nilai rata-rata dari pretes dan post test untuk masing-masing sekolah adalah : SMA 9 (23,4), SMA 4 (24,9), dan SMA 8 (26,1), sedangkan rata-rata kenaikan skor untuk masing-masing sekolah adalah : S M 9 (67,24%), SMA 4 (76,15%), dan SMA 8 (86,65%). Tabel 4.4. Angket Uji Model Pembelajaran Graphics Organizers pada Siswa SMAN 9 Padang
No.
Pernyataan
1
8
Konten modul sesuai dengan materi kurikulum yang berlaku sekarang. Memperhatikan keterkaitan sains, teknologi, dan masyarakat Format modul sangat sistimatis, sesuai dengan struktur keilmuan. Bahasa yang digunakan dalam modul mudah dimengerti Bahasa yang digunakan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar Istilah yang digunakan dalam modul dapat dipahami Penyajian contoh-contoh soal dalam model yang dikembangkan cukup memadai. Membangkitkan motivasilminatl rasa ingin tahu
9
Dalam modul menyediakan bervariasi kegiatan
10 11
Materi modul sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan membaca siswa Materi modul mendorong siswa terlibat aktif
12
I Memperhatikan siswa dengan kemarnpuanlgaya I
2 3 4 5 6 7
I
13 14
15 16
17
belajar yang berbeda Penyajian materi dalam modul menarik dan menyenangkan Penyaj ian modul pembelajaran yang dikembangkan menunjang tumbuhnya sikap kreatif siswa. Soal-soal formatif dalam modul sesuai dengan cakupan materi yang disajikan Penyajian materi modul mengingatkan saya pentingnya mengetahui jalinan konsep dalam belajar. Model pembelajaran yang dikembangkan menekankan penerapan-penerapan pada dunia nyata atau kehidupan sehari-hari
Pendapat (%) SST
I
ST
I
TS
I
STS
30
70
0
0
80
17
3
0
18
82
0
0
8
87
5
0
50
50
0
0
80
17
3
0
15
75
10
0
70
12
8
10
72
18
10
0
85
77
8
0
30
70
0
0
82
18
0
0
87
8
5
0
30
60
10
0
40
50
10
0
75
17
8
0
70
22
8
0
I
18 19
20 21 22 23 24 25
Model pembelajaran yang dikembangkan menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang banyak melibatkan siswa. Model pembelajaran yang dikembangkan membatu mengembangkan ketrampilan proses dalarn belajar Model pembelajaran yang dikembangkan membantu saya dalam pemecahan masalah dalam fisika Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan kreativitas dalam belajar. Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan berpikir kreatif saya Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan ketrampilan berpikir saya da1am belajar Fisika Model pem belajaran yang dikembangkan mampu mengundang keingintahuan saya lebih lanjut tentang fisika Model pembelajaran yang dikembangkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesalahan konsep dalam belajar Fisika. Tabel 4.5.
72
23
5
0
72
13
15
0
25
75
0
0
80
17
3
0
10
75
15
0
80
10
10
0
75
17
8
0
23
78
0
0
Angket Uji Model Pembelajaran Graphics Organizers pada Siswa SMAN 4 Padang -
No. I
Pendapat (%)
Pernyataan
SST
ST
TS
STS
73
27
O
0
22
72
57
43
73
24
84
16
30
61
65
32
3
0
70
30
O
0
8
Konten modul sesuai dengan materi kurikulum yang berlaku sekarang. Memperhatikan keterkaitan sains, teknologi, dan masyarakat Format modul sangat sistimatis, sesuai dengan struktur keilmuan. Bahasa yang digunakan dalam modul mudah dimengerti Bahasa yang digunakan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar Jstilah yang digunakan dalam modul dapat dipahami Penyajian contoh-contoh soal dalam model yang dikembangkan cukup memadai. Membangkitkan motivasilminatl rasa ingin tahu
9
Dalam modul menyediakan bervariasi kegiatan
73
21
G
0
10
Materi modul sesuai dengan taraf berfikir dan
24
76
O
0
2
3 4 5
6 7
0 0
1 0
0
0 0
11
12 13 14
15 16
17
18
19
20 21 22 23 24
25
kemampuan membaca siswa Materi modul mendorong siswa terlibat aktif Memperhatikan siswa dengan kemampuan/gaya belajar yang berbeda Penyajian materi dalam modul menarik dan menyenangkan Penyajian modul pembelajaran yang dikembangkan menunjang tumbuhnya sikap kreati f siswa. Soal-soal formatif dalam modul sesuai dengan cakupan materi yang disajikan Penyaj ian materi modul mengingatkan saya pentingnya mengetahui jalinan konsep dalam belajar. Model pembelajaran yang dikembangkan menekankan penerapan-penerapan pada dunia nyata atau kehidupan sehari-hari Model pembelajaran yang dikembangkan belajar menunjang terlaksananya proses mengajar yang banyak melibatkan siswa. Model pembelajaran yang dikembangkan membatu mengembangkan ketrampilan proses dalam belajar Model pembelajaran yang dikembangkan membantu saya dalam pemecahan masalah dalam fisika Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan kreativitas dalam belajar. Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan berpikir kreatif saya Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan ketrampilan berpikir saya dalam belajar Fisika Model pembelajaran yang dikembangkan mampu mengundang keingintahuan saya lebih lanjut tentang fisika Model pembelajaran yang dikembangkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesalahan konsep dalam belajar Fisika.
0
78
16
73
27
O
0
22
72
ti
0
57
43
(I
0
73
24
16
84
30
61
0
65
32
0
70
30
O
0
73
21
(5
0
24
70
3
70
16
8
30
68
0
73
21
24
70
0
O
fj
0
0
0
Tabel 4.6.
I I
Angket Uji Model Pembelajaran Graphics Organizers pada Siswa SMAN 8 Padang
NOI
1
( Konten modul sesuai dengan materi kurikulum
3
4 5
6 7 8
1
10
13 14
15 16
17 18
19
I
1
I
I
1 Materi
I
I
I
1 Dalam modul menyediakan bewariasi kegiatan I modul sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan membaca siswa Materi modul mendorong siswa terlibat aktif
I Memperhatikan
I
I
1
1
I TS I
STS
I
I
1
8
20
70
5
5
70
25
5
0
77
15
8
0
80
20
0
0
60
10
20
10
85
15
0
0
I
15
11
1
25
1
2
0 I
2
1
1 0 1 5 ) 0
I
79
19
I
I
85
I
1 7 5 1 8 1
75
siswa dengan kemampuan/gaya 1 belajar yang berbeda Penyajian materi dalam modul menarik dan menyenangkan Penyajian modul pembelajaran yang dikembangkan menunjang tumbuhnya sikap kreatif siswa. Soal-soal formatif dalarn modul sesuai dengan cakupan materi yang disajikan Penyajian materi modul mengingatkan saya pentingnya mengetahui jalinan konsep dalam belajar. Model pembelajaran yang dikembangkan menekankan penerapan-penerapan pada dunia nyata atau kehidupan sehari-hari Model pembelajaran yang dikembangkan belajar menunjang terlaksananya proses mengajar yang banyak melibatkan siswa. Model pembelajaran yang dikembangkan membatu mengembangkan ketrampilan proses dalarn belajar
ST
75 (
15
70
I
11 12
SST
yang berlaku sekarang. Memperhatikan keterkaitan sains, teknologi, dan masyarakat Format modul sangat sistimatis, sesuai dengan struktur keilmuan. Bahasa yang digunakan dalam modul mudah dimengerti Bahasa yang digunakan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar Istilah yang digunakan dalam modul dapat dipahami Penyajian contoh-contoh soal dalam model yang dikembangkan cukup memadai. Membangkitkan motivasi/minat/ rasa ingin tahu
2
9
Pendapat (%)
Pernyataan
0
14
1
0 I
I
7
1
0
85
10
5
0
70
20
10
0
85
15
0
0
82
1I
7
0
15
75
8
2
90
10
0
0
75
25
0
0
I
20 21 22 23 24 25
Model pembelajaran yang dikembangkan membantu saya dalam pemecahan masalah dalam fisika Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan kreativitas dalam belajar. Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan berpikir kreatif saya Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan ketrampilan berpikir saya dalam belajar Fisika Model pembelajaran yang dikembangkan mampu mengundang keingintahuan saya lebih lanjut tentang fisika Model pembelajaran yang dikembangkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesalahan , konsep dalam belajar Fisika. Keterangan :
82
II
I
v
15
75
8
2
90
10
0
0
74
26
0
0
77
15
8
0
70
30
0
0
A
SST : Sangat Setuju ( 76 % - 100 % )
TS :Tidak Setuju ( 26 % - 50 % ) STS : Sangat Tidak Setuju ( 0 % - 25 % )
B. PEMBAHASAN 1 . Hasil Belajar Dari hasil uji model pada ketiga sekolah sampel diperoleh skor pretes di bawah rata-rata angka 45 dan skor posttes di atas angka 60, dan rata-rata kenaikan skor dari pretes ke posttes untuk masing-masing sekolah adalah : SMA 9 (43,9) menjadi (67,3) dengan kenaikan skor 67,24%, SMA 4 (38,2) menjadi (63,2) dengan kenaikan 76,1596, dan SMA 8 (34,l) menjadi (60,3) dengan kenaikan skor
86,65%, Rendahnya skor pretes yang diperoleh siswa ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal peserta didik sebelum masuk kelas masih sangat rendah. Ada beberapa ha1 yang menyebabkan rendahnya skor pretes siswa diantaranya : a) siswa belum pernah mendapatkan materi-materi yang akan diujikan kepadanya; dan b) bentuk tes yang digunakan merupakan tes diagnostik yang merupakan tes pendalaman konsep. Dilihat dari perubahan nilai pretes dan posttes terjadi perubahan yang signifikan bagi siswa, ha1 ini mengindikasikan
adanya
keberhasilan proses pembelajaran, artinya model pembelajaran yang diterapkan berhasil meningkatkan hasi l belajar secara signifikan.
32 Terjadinya kenaikan dari nilai pretes ke posttes secara umum disebabkan bahwa siswa sudah mengalami proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya sendiri. Dalarn pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi
yang
diutamakan
adalah
kemampuan
siswa
untuk
memperoleh
pengetahuannya sendiri. Belajar berpikir dalam proses pembelajaran diarahkan untuk pembentukan keterampilan mental tertentu, seperti ketrampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan lain sebagainya. Dengan demikian, pembelajaran ini lebih menekankan usaha menciptakan linghngan yang dapat mendorong terhadap pengembangan kognitif. Asumsi yang mendasari pembelajaran berpikir adalah bahwa pengetahuan itu tidak datang dari luar, akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya. Atas dasar asumsi itulah pembelajaran berpikir memandang bahwa mengajar itu bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru pada siswa, melainkan suatu aktivitas yang memungkinkan siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. Menurut Bettencourt (1 985) mengajar dalam pembelajaran berpikir adalah berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Dengan adanya asumsi tersebut siswa lebih cendrung untuk mencoba mencari pengetahuan melalui apa saja yang bermakna baginya. Di samping itu siswa juga terlibat secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, mengoperasikan, melahkan sendiri, dan lain sebagainya. Dengan demikian,
pengalaman itu juga bisa dilakukan dalam bentuk kerjasama dan
interaksi dalam kelompok. lnteraksi dalam kelornpok yang dilakukan siswa dalam pembelajaran kooperatif akan memudahkan siswa menimba pengalaman dari teman-temannya, yang akhirnya berdampak pada peningkatan hasil belajar. Oleh karena itu, wajarlah model yang diterapkan ini dapat meningkatkan basil belajar siswa dengan baik.
33 2. Uji Model Melalui Angket
Berdasarkan uji model melalui angket Tabel 4.4, 4.5, dan 4.6, dapat diketahui bahwa pendapat siswa terhadap pengembangan model pembelajaran termasuk kategori baik karena siswa menjawab angket pada kategori setuju dan sangat setuju dengan persentase besar dari 50 %. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran yang dikembangkan sudah baik, sehingga mereka cenderung menilai positif terhadap komponen-komponen yang ada dalam model. Penilianan positif siswa terhadap model yang dikembangkan berkaitan erat dengan persepsi (perception) siswa terhadap objek yang diberikan kepadanya Persepsi dalah proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu. Persepsi merupakan suatu proses mental dengan menyederhanakan (simplify) dan menyusun (organize) pengalaman. Proses biasanya terjadi secara otomatis dan mungkin juga
secara disengaja (Store dan Nielson, 1982) dalam Lufri (2007). Persepsi merupakan penggunaan dari pikiran (sense) untuk memandu (to guide) aksi gerak (motor action). Di dalam proses persepsi, individu dituntut untuk membentuk penilaian terhadap suatu objek yang dapat bersifat positif atau negative, senang atau tidak senang. Apabila siswa memandang positif terhadap apa yang diberikan kepadanya maka akan berpengaruh terhadap aktivitas belajar anak. Di samping itu penilaian positif siswa terhadap model yang dikembangkan adalah adanya inovasi baru yang diperoleh siswa adalah berkaitan dengan
. Inovasi baru dalarn angket
pengembangan ketrampilan proses dalam belajar,
pemecahan masalah, meningkatkan kreativitas dalam belajar,
meningkatkan
ketrampilan berpikir siswa dalam belajar, dan mengundang keingintahuan siswa lebih lanjut tentang belajar Fisika. Secara umum komponen-komponen ini tidak terlepas dari konsep belajar aktif yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa merupakan salah satu bentuk inovasi dalarn memperbaiki kualitas proses belajar
mengajar bertujuan untuk
membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat memperoleh pengetahuar keterampilan, clan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri Wina Sanjaya, 2006). Pengetahuan ketrampiladkemampuan yang diperoleh siswa dari hasil pengembangan model ini
adalah ketrampilankemampuan berpikir karena siswa diajak untuk belajar melakukan sambil menggunakan pikirannya untuk menyelesaikan suatu masalah. Selanjutnya dalam angket juga diminta pendapat siswa selama mengikuti pelajaran Fisika Melalui Belajar Kooperatif Teknik STAD. Dari hasil angket yang diungkapkan untuk soal nomor 1 , lebih dari 90 % siswa menyatakan senang dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Rasa senang yang ditunjukkan siswa adalah berkaitan dengan : a. gurunya mengajarnya tidak menoton b. soal-soal tes yang diberikan banyak yang baru c. menambah ilmu pengetahuan d. kesempatan bekej a dalam kelompok e. dapat belajar mandiri f. suasana kelas yang menyenangkan g. banyak memperoleh kesempatan berbicara, mengeluarkan pendapat, atau bertanya kepada guru atau teman h. mengerti kaitan pelajaran Fisika di sekolah dengan praktek atau kehidupan sehari-hari dari membaca modul yang diberikan. i.
Belajar di ruang laboratorium
j.
Banyak hal-ha1 baru yang belum pernah atau jarang saya alami pada pelajaran Fisika yang pernah saya ikuti. Untuk soal nomor 2, siswa yang merasa tidak senang terhadap pembelajaran
yang dilakukan adalah : a. banyak prakteknya b. menerangkannya tidak jelas, banyak yang belum mengerti c. membosankan d. bekej a dalam kelompok e. Sama saja atau atau tidak berbeda jauh dengan pelajaran Fisika yang pernah saya alami. Kemudian dalam angket nomor 3, ditanyakan pendapat atau harapan siswa tentang pelajaran Fisika yang diajarkan. Hasil yang diperoleh dari jawaban siswa adalah : a. Cara mengajar seperti ini agar diterapkan untuk semua mata pelajaran b. Banyak hal-ha1 yang baru menyenangkan selama pelajaran
c. Waktu pelajaran Fisika ini terlampau pendek
d. Pelajaran Fisika terasa semakin mudah e. Modul Fisika yang dibagikan mudah dipahami bahasanya
f. Saya dapat mengerjakan sebagian besar soal tes setelah materinya diajarkan
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan
Berdasarkan uji validasi model yang dirancang, secara umum sudah menunjukkan rancangan model yang baik karena : 1. Hasil belajar yang diperoleh siswa terjadi kenaikan signifikan antara nilai
pretes dan posttes. 2. Hasil angket terhadap 3 sekolah sample memberi jawaban yang positif
terhadap pengembangan model yang dikembangkan. 3. Hasil angket untuk KBM dalam kelas, siswa menyatakan senang belajar
dengan model yang dikembangkan.
4. Secara umum model yang dikembangkan sudah merupakan model yang valid karena telah dilakukan uji validasi kepada pakar, guru-guru Fisika, dan pada sample yang lebih luas yaitu siswa.
B. Saran 1. Dalam merancang model pembelajaran yang baik dan bermutu diperlukan
persiapan yang baik agar model yang dirancang ini dapat lebih efektif dan dapat digunakan sebagai bahan ajar di sekolah-sekolah.
2. Pada peneliti lain supaya dapat mengembangkan model ini untuk materi kelas dua dan kelas tiga SMA agar dihasilkan model yang lengkap untuk semua materi Fisika SMA.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.1, 1998, Learning to Teach, Mc Graw-Hill Book, Singapore. Ausubel, D.P, 1963, Educational Psycology : A Cognitive View, Holt, Rinehart & Winston, New Y ork Bennett, el a1 ., 1991 ; Dunlap & Grabinger, 1996; Slavin, 1994; 1993, Cooperative Learning : Where Heart Meets Mind, Proffesional Development Associates, Bothell, Washington. Berg, E.V, 1991, Misonsepsi Fisika dan Remediasi, Univesitas Satya Wacana, Salatiga. Brian R. Gaines and Mildred L. G. Shaw, 1995, Concept Maps as Hypermedia Components, Knowledge Science Institute University of Calgary Dahar, R.W, 1991. Peta konsep Sebagai Pengungkapan Konsepkonsep, Proseding Seminar nasionaf hasil penelitian perguruan tinggi, 21-24 Januari, sawangan Bogor
--, 1989. Teori-teori Belajar, Jakarta, Erlangga DePorter, Bobbi dan Reardon, Mark. 2003. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa Dunlap, J.C, & & Grabinger, 1996, Rich Environment for Active Learning in the Higher Education Classroom, Educational Technology Publications Englewoo Clifs, New Jersey. Dykstra, D., Boyle, F, & Monarch, 1. 1992. Studying Conceptual Change In Learning Physics, Science Education, 76(6), 6 15-652. Fraser, Kym, 1996. Student Centeed Teaching: The Development an d Use of Conceptual Frameworks, Jamison Centre, Australia.
Gardner , H, 1999b, Intelligency Reframed : Multiple Intelligency for the 21'' Century, Basic Book, New York Gardner, H, 1999%The Dicipline Mind: What all Students Should Understand, Simon &Schuster Inc, New York Gunstone, R.F, et all., 1992, Some Long Term Effects of Uniformed Conceptual Change, Science Education, 76(2)., pp 175-197. Jacob, E, 1999, Cooperative Learning in Context :An Educational Innovation; I n Everyday Classroom, State University, New York Jacob, G.M, 1996, Learning Cooperative Learning via Cooperative Learning : A Sourcebook of Plans for Teacher Education on Cooperative Learning : SEAMEO Regional Language Center. Kumaidi, 1999, Model Pengujian untuk Menilai Perkembangan Mutu Pendidikan, Laporan Penelitian HB. Lufi-i, dkk, 2007, Pembelajaran Biologi Berbasis Pemecahan Masalah, Belajar Bermakna dan Berorientasi Kecakapan Hidup di UNP, Laporan Penelitian HB Th 111
Masril, Yurnetti, 2006, Model Pembelajaran Graphic Organizer untuk Marerii Kinematika dan Dinamika di SMA Negeri 4 Padang, Laporan Peneiirlan Dana DIPA UNP Masril, Gusnedi, Nur Asma, , Jasman, 2004, Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Dan Aplikasinya Melalui Penekanan Arti Fisis Formula Fisika Dan Penggunaan Concep Map (Classrom Action Research Pada Mata Pelajaran Fisika SMU) (Dibiyai oleh Dikti) Mayer, R.E, 1995, Designing Instruction For Constructivist Learning, Lawrence Erlbaum Associates, New Jersey Novak & Gowin. 1984. Learning How To Learn, Cambridge: University Press. Nur Asma, Masril, dkk, 2002, Model Pembelajaran Untuk menanggulangi Miskonsepsi Bidang Studi Fisika SMA Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sumatera Barat, Laporan Penelitian HI3 Tahun I Porter dan Reardon, 2004, Quantum Teaching :Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas, Kaifa, Bandung Putnam, J. W. 1995.
Cooperative Learning And Strategies For Inclusion: Celebrating Diversity In The Classroom. Baltimore: Paul H . Brookes
Publishing Co., Inc. Silberman, 2004, Active Learning, Nusa Media dan Nuansa, Bandung, Slavin, R. E, 1995. Cooperative Learning. Second edition. Boston: Allyn and Bacon Sutrisno,Leo (2002), Helping teacher though utilizing a "graphic organizer" in teaching phyisics ,Makalah, Bengkulu
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FlSlKA SMA BERBASIS GRAPHIC ORGANlZER MELALUI PENDEKATAN BELAJAR KOOPERATIF TEKNIK STAB
Oleh : Masril dan Yulia Jamal
ABSTRACT Especial target of Research is to design instructional model base on Graphic Organizers as one of the alternative instructional model to increase the understanding of student to Physics concepts in SMA. To design the model is beforehand identifyed to problem of student in school through diagnostic test. To identify the problem of student in school, hence taken sampel with Stratified Random Sampling technique. Result of diagnostic test in mechanics (dynamics and kinematics) at sampel class, then to analysed, hence found mistake in understanding of physics concepts (misconception). To overcome this problem, then made instructional model with graphic organizers models. Result of which is obtained then conducted by validation to expert, Physics SMA teachers, and students. Pursuant to result of validation instructional model, can be concluded that designed model have goodness categorized although still many suggestion from evaluator. Key words : Graphic Organizers, diagnostic test, instructional model
Pendahuluan Salah satu masalah pendidikan yang dihadapi di Kota Padang saat ini adalah rendahnya kualitas pendidikan mulai dari tingkat SD sampai SMA. Hal ini terlihat pada hasil yang dicapai siswa pada Ujian Akhir Sekolah (UAS) khususnya tingkat SMA. Hasil UAS mata pelajaran Fisika yang diperoleh siswa yang tergolong rendah dari 14 SMAN yang ada di Kota Padang pada tahun 2006 (Diknas Kota Padang, 2006) adalah : SMA 4 (6,381, SMA 5 (52% SMA 6 (5,90), SMA 8 (4,84), SMA 9 (6,24), SMA 11 (4,70), SMA
12 (5,26), SMA 13 (4,35), dan SMA 14 (4,68). Hal ini menandakan kualitas pendidikan matapelajaran fisika di sekolah masih rendah, karena belurn mencapai ketuntasan belajar yang dipersyaratkan dalam kurikulum yaitu 6,5. Dalam Ujian Nasional (UN) tahun 2008 (Diknas Kota Padang, 2008), mata pelajaran fisika juga mendapat nilai rata-rata yang paling rendah dibandingkan dengan mata pelajaran IPA (Kimia, Biologi) dan mata pelajaran Matematika.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika sudah banyak dilakukan secara intensif indikator-indikator peningkatan mutu pendidikan diantaranya pengembangan kurikulurn nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan yang dilakukan belurn menunjukkan peningkatan kualitas yang berarti. Gejala urnum yang tarnpak adalah tidak adanya peningkatan yang berarti nilai Ujian Akhir Sekolah WAS) atau Ujian Nasional (UN) dari tingkat SD sampai tingkat SMA (Depdiknas, 2005). Gardner (1 999a; 1999b) mengatakan bahwa penghalang utama bagi pemahaman bagi siswa sehingga mereka merasa kesulitan menguasai isi materi pelajaran, dapat disebabkan oleh tiga faktor, (1) pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat dan kebanyakan berorientasi pada unitary ways of knowing, (2) substansi kurikulurn yang tidak mengacu kepada kebermanfaatannya bagi siswa di masa yang akan datang, dan (3) perurnusan tujuan pembelajaran yang tidak berfokus pada pemahaman yang dapat mendemonstrasikan aktivitas yang dapat dilihat, dikritik, dan diperbaiki. Kesalahan yang bersifat teknis dan substansial ini, di samping menghambat pernahaman, juga berpeluang menimbulkan salah pemahaman (misunderstanding;) atau miskonsepsi
(misconception) di kalangan para siswa. Dari hasil penelitian Kurnaidi (1999) ditemukan bahwa untuk beberapa sekolah negeri di kota Padang, lima sekolah yang memiliki rata-rata prestasi terbaik dalam Ebtanas berturut-tumt SMAN 1, 2, 3, 10, dan 4. Prestasi (NEM) lulusan SMAN di Kodya Padang
untuk program studi IPA dalam mata pelajaran fisika dan matematika adalah : SMAN 1 (5.5351; 7,2217); SMAN 2 (5,1549; 5,9808;); SMAN 3 (4,6227; 5,2337); SMAN 10 ( 4 3 110; 5,1010); SMAN 4 (4,0135; 4,4167;). Selain itu dinyatakan juga bahwa dari hasil survey kualitatif SMA/MA Surnbar diketahui mayoritas SMA/MA memiliki prestasi relalif rendah. Rata-rata NEM Fisika di Sumbar adalah 4,23. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas penguasaan siswa terhadap konsep-konsep fisika relatif rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika berasal dari faktor internal. Faktor internal tersebut adalah pola belajar yang bersifat hafalan belaka, bertahan pada pola pikir intuitif, menerapkan pengetahuan sehari-hari mereka dalam kasus-kasus yang bersifat ilmiah, bertahan dengan miskonsepsimiskonsepsi yang dibawanya sejak duduk di bangku pendidikan yang lebih rendah
bahkan yang telah bercokol di otaknya sejak masa kanak-kanak. Pola-pola pikir tersebut sering memperkuat miskonsepsi dan bahkan akan menimbulkan miskonsepsi baru. Berdasarkan temuan-temuan di atas mencirikan bahwa proses pengajaran fisika di
SMA belum optimal. Berkaitan dengan proses pembelajaran fisika di SMA, ada beberapa faktor yang
diduga kuat mempengaruhi secara signifikans rendahnya
pemahaman konsep siswa antara lain :
7) pembelajaran konsep masih didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa,
8) pembelajaran sering mengabaikan strategi konfli k kogniti f 9) pembelajaran sering mengabaikan penerapan strategi pembelajaran perubahan konseptual, 10)pembelajaran konsep-konsep fisika sering bersifat dekontekstual, 1l)pembelajaran yang bertumpu pada konsep role learning yang hanya mentoleransi respon-respon yang bersifat konvergen, 12) pembelajaran belum menerapkan secara optimal model belajar kooperatif Dalam rangka mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam pemahaman konsep fisika diperlukan suatu pendekatan yang dapat merubah pola pikir siswa dari sifat pasif ke sifat aktif yaitu pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Dalam pembelajaran konstruktivis, siswa akan mengkonstruksi pengetahuannya, lebih mudah menemukan dan memahami pernecahan konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah yang dihadapinya dengan temannya (Slavin, 1995). Salah satu pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang digunakan
adalah dengan
menggunakan graphic organizers (G-0).
Graphic organizers are vu~uable instructional tools. Satu sifat umum yang ditemukan dalam graphic organizers adalah dapat menunjukkan keteraturan dan kelengkapan proses pemikiran dan kemampuan yang mampu menunjukkan kelemahan pengertian siswa dengan jelas. G - 0 ini sangat fleksibel dalam penggunaannya terutama untuk membuat belajar lebih bermakna, maksudnya siswa mampu menjelaskan gejala atau fenomena dalarn kehidupan sehari-hari menggunakan konsep-konsep fisika yang telah dipelajarinya. Dalam Kurikulurn Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berorientasi kepada student center, G-0ni sangat cocok diterapkan karena dilihat dari h g s i n y a seperti
..
r-.
1
~
-
% -- - - . ;, 1 . .. . .. --;
.
*
I.'.. ' '
-
- * : 3
*
Z
.
-
' - % - - .-..,,.,
3
+:
Y.
!142
.-!-:! C..?;, , --\-.u ; :'
.-
'."
,
yang dikemukakan oleh
q ,
?
,-
?
',
-3,-
Meyer (1995) adalah sebagai : brainstorm id&&, develop,
organize, and communicate ideas, see connections, patterns, and relationships, highlight important ideas, classijj or categorize concepts, ideas, and information, and improve social interaction between students, and facilitate group work and collaboration among peers.
Sutrisno (2002), merekomendasikan dalam penelitiannya bahwa grapic organizer dapat digunakan baik oleh siswa maupun oleh guru. Siswa hendaknya menggunakan grapic organizer untuk mempersiapkan ringkasan (brieft) sebelum masuk kelas, untuk membuat catatan dan
untuk mempersiapkan ujian. Guru seharusnya menggunakan
graphic organizer untuk membuka pengajaran, men-jelaskan pelajaran, menyimpulkan pelajaran dan mendiagnosa kesulitan belajar siswa. Untuk
mengoptimalkan
penggunaan
graphics
ini,
organizer
diperlukan
pembelajaran yang bernuansa kolaborasi karena kolaborasi dapat mengakomodasi keragaman peserta didik dan akan menghasilkan sinergi yang pada akhirnya bermuara pada proses dan produk belajar yang optimal (Dunlap & Grabinger, 1996). Salah satu bentuk pembelajaran yang memiliki aspek kolaborasi adalah pembelajaran yang berorientasi model belajar kooperatif (Bennett, et al., 1991; Dunlap & Grabinger, 1996; Slavin ; 1995). Pembelajaran kooperatif sangat diperlukan dalam
pembelajaran fisika. Bekerja secara kooperatif menyediakan peluang pada siswa untuk lebih mungkin dapat memecahkan masalah kompleks yang seringkali tidak akan mereka capai bila bekerja sendirian. Pembelajaran kooperatif menyediakan peluang bagi siswa untuk melakukan praktek memecahkan masalah belajar melalui interaksi sosial. Praktek pemecahan masalah bidang studi fisika dapat dilakukan oleh para siswa dalarn kelompok-kelompok
kecil
mulai
dari
penyelesaian
pekerjaan
rurnah,
penyelesaian masalah-masalah di kelas, dan di laboratoriurn. Dalarn pembelajaran kooperatif banyak tipe yang digunakan salah satu diantaranya adalah tipe kooperatif Student Team-Achievement Divisions (STAD) yang memiliki landasan konseptual menurut psikologi behavioristik (Jacob, et al., 1996). Teknik STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (Slavin, 1995). Praktek-praktek kerja kelompok kooperatif STAD cenderung bersifat kompetitif. Tipe kooperatif STAD memiliki ciri-ciri (Jacob, et
a].,
1996): (1) lebih
menekankan motivasi ekstrinsik, (2) tugas-tugas pada tataran kognitif rendah, (3)
memandang semua siswa secara seragam, (4) mengabaikan sikap dan hasil belajar diukur dengan tes obyektif, (5) berorientasi pada hasil, (6) guru rnnemutuskan apa yang akan dipelajari siswa dan memberikan informasi untuk dipelajari pula oleh siswa. Berdasarkan ciri-ciri STAD di atas memungkinkan akan berdampak pada proses belajar dan hasil belajar karena : (1) pengetahuan sains bersifat tidak tetap, (2) kebebasan adalah unsur utama dalam belajar sains, (3) belajar sains melibatkan pendekatan mind-on dan hand-on, (4) belajar sains menghendaki kerja siswa secara kolaboratif, (5) belajar sains tidak terlepas dari dunia nyata; maka dapat diduga bahwa tipe STAD akan memberikan darnpak positif terhadap h a i l belajar P A . Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, tampaknya kualitas proses pembelajaran di SMA perlu dioptimalkan dalarn upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu perlu dinunuskan perrnasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana nunusan model pembelajaran Graphic
Organizers yang efektif untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika di SMA ? Untuk membuat rancangan model yang baik, maka tujuan penelitian ini adalah untuk Merumuskan dan menghasilkan model pembelajaran berbasis graphic organizers dengan pendekatan belajar kooperatif tipe STAD yang valid.
Tujuan Penelitian Tujuan umurn penelitian ini adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Padang. Tujuan khusus penelitian ini untuk Tahun
I adalah dihasilkan suatu model pembelajaran Berbasis Graphic Organizers. Tujuan khusus untuk tahun I1 adalah menghasilkan model perangkat pembelajaran yang sudah valid melalui proses validasi.
Manfaat Penelitian 1) Untuk membantu siswa memecahkan masalah pembelajaran fisika di SMA yang selama ini belum dapat megembangkan kemampuan berpikir siswa
2) Perangkat pembelajaran yang dihasilkan akan dapat digunakan dalarn pembelajaran untuk masa selanjutnya.
3) Pada penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan hanya terbatas pada materi Fisika SMA Kelas 1, diharapkan hasil penelitian ini menjadi motivasi bagi
peneliti lain untuk mengembangkan model pembelajaran seperti yang sudah dikembangkan ini pada mata pelajaran lain di sekolah menengah.
.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian pengembangan karena dalam penelitian ini dilakukan perencanaan pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan pemaharnan siswa terhadap konsep-konsep fisika. Model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran graphic organizers dalam bentuk modul yang sudah valid. Langkah-langkah penelitian
pengembangan yang digunakan merupakan
kombinasi dari modifikasi dari Borg dan Gall (1983) dan Degeng (2000) dalam Asim (2001) dan Fenrich, 1997 (dalam M. Nur, 2006), seperti berikut: (1) analysis, (2)
planning, (3) design, (4) development, (5) implementation, dun (6) dissemination. Langkah-langkah di atas dikembangkan lebih rinci dalam tahap-tahap penelitian tiap tahun yang lebih operasional. INDIKATOR
OPERASIONAL
I
"'92=y2,l
I
i
~dentlv#k--Irn=rrl-n a-na-n
I
KEBERHAS'-N
i
.
----,.-----. ___
fi$-ka IF___
-
-__-
m
IT-rleentmkrrlnyr konrop-kon.=p n1-k-
-.-..-.-Y
;--dcl
pernm=Iqi=r-
1
[ k y n s q dnl-
I
II
I
fisnka
I pcxnhclaj"r;.n g r n p h i c c-r~:.a~r~rs 2. l'crencannan
C>",.-,
I I
Pembuhaaan tentong konsep-konsep iirika
I
Wed-1 prmhelajarg r a p h i c orgnnirerr
I
I
Dlhesilkan Produk
I
I
r n r r a l r n -ahubuna-n denOsn -ma-nnyr prrnz.hrrn"n -I--"
I
I
.
I
BAGAN OPERASIONAL PENELITIAN
I
Rincian kegiatan yang dilakukan pada tahun I1 ini adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan tes awal terhadap siswa yang menjadi sample penelitian. Tes yang dilaksanakan adalah tes diagnostic dalam materi kinematika dan dinamika.
2. Melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan belajar kooperatif teknik STAD. Pembelajaran dilaksanakan oleh tim dosen bersama mahasiswa sebanyak
3
orang.
Dalam
pelaksanaan
pembelajaran,
siswa
berlatih
menggunakan graphic organizers untuk menambah pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Di samping itu siswa juga
diajarkan
menggunakan mencari solusi dari masalah yang ditemukan melalui diagram KWHL.
3. Diakhir pembelajaran dilakukan evaluasi untuk melihat pencapaian indikator yaitu peningkatan hasil belajar dengan menggunakan instrumen: Tes, untuk mengetahui dampak perlakukan terhadap h a i l belajar Kuesioner, untuk melihat dampak dari model pembelajaran yang diterapkan. 4. Hasil penelitian ini diolah dengan statistik deskriptif dengan mencari skor rata-rata dan persentase dari pretes dan posttes .
5. Tahap akhir dari kegiatan tahun kedua ini adalah melakukan disserninasi atau sosialisasi model pembelajaran. Disseminasi sudah dilakukan dua kali yaitu : 1) Pertemuan SEMIRATA BKS-PTN Wilayah Barat Bidang MIPA di Universitas Bengkulu,
13 dan 14 Mei
2008. Kegiatan sosialisasi ini
dilakukan dalarn bentuk makalah seminar.
2) Di Lembaga Penelitian UNP dengan melibatkan staf pengajar dari berbagai Jurusan di UNP yang mendapat penelitian Hibah Bersaing.
Dari kegiatan ini diharapkan para peserta mempunyai pengetahuan bagaimana merancang model pembelajaran yang bermutu dan cara mengaplikasikannya.
Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian tahun I dan tahun I1 , maka dalam bagian ini akan dilaporkan hasil produk yang dikembangkan dalam penelitian dan hasil uji model kepada sampel yang lebih luas.
2. Produk yang Dikernbangkan Berikut ini dijelaskan tentang produk yang dikembangkan dalarn penelitian yaitu : a) Buku Ajar (Modul) Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah berupa baku ajar (modul) yang memuat tentang graphic organizers yang terdiri dari peta konsep, peta tulang ikan, peta pikiran, dan tabel KWHL. Modul ini dirancang berdasarkan silabus mata pelajaran Fisika SMA Kelas 1. Pola umurn modul yang dikembangkan terdiri atas :
6) Standar Kompetensi
7) Kompetensi Dasar 8) Kegiatan Belajar yang mencakup :
- Tujuan kegiatan pembelajaran - Uraian Materi dimulai dengan pengembangan peta konsep, peta pikiran dan peta tulang ikan.
- Tugas - Tes Formatif 9) Rangkuman 10)Evaluasi dan kunci jawaban evaluasi. Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) disusun berdasarkan standar kurikulurn KTSP untuk kelas 1 SMA/MA. Tujuan kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar peserta didik mendapat gambaran minimal apa yang hams dikuasai setelah mempelajari isi buku ini. Materi buku diarnbil dari berbagai buku sumber yang dinilai bermutu, terutama yang diadopsi dari buku-buku yang banyak dipakai di kalangan SMA. Sebelum uraian materi dibahas, maka terlebih dahulu ditampilkan model graphic organizer dalam bentuk peta konsep, peta pikiran dan peta tulang ikan.
Kemudian dalam materi juga disajikan berbagai gambar dan
contoh untuk mernudahkan memahami materi. Di samping itu dalam setiap akhir pembahasan selalu ada tugas mandiri yang hams dikerjakan siswa dan rangkuman. Rangkuman berisi inti sari dari setiap bab,
yang menjelaskan bagian yang urgen
dari setiap bab. Kemudian bagian akhir bab dilakukan evaluasi untuk merangsang peserta didik agar dapat berpikir menganalisa sehingga siswa terbiasa untuk
berpikir tingkat tinggi. Dari evaluasi
ini, siswa juga
mendapat gambaran
sejauhmana mereka telah menguasai materi buku ajar yang dipelajarinya. b) Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Program (RPP). RPP yang dirancang sesuai dengan format kurikulum KTSP. Dalam rancangan RPP digunakan pendekatan Belajar Kooperatif teknik STAD. RPP ini digunakan sebagai pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan pengajaran di dalam kelas. Pendekatan Belajar Kooperatif teknik STAD digunakan agar siswa dapat berinteraksi dengan teman lain dalam mencari solusi suatu masalah sehingga siswa mempunyai ketrampilan berpikir yang kreatif. 2. Hasil Uji Coba Produk
Sesuai dengan perencanaan bahwa pada tahun ke dua ini adalah tahap uji coba produk yang lebih luas kepada sekolah menjadi sample. Dalam penelitian ini diambil 3 SMA Negeri di Kota Padang yang dipilih berdasarkan strata dari yang tinggi ke yang rendah yaitu SMA 9 , SMA 4 dan SMA 8 . Pada sekolah sample ini masing-masing dipilih 1 kelas sebagai kelas eksperimen. Untuk masing-masing kelas dilakukan pretes dan posttes. Persentase untuk nilai rata-rata pretes dan posttes untuk masing-masing kelas sample adalah : SMA 9 (43,9), SMA 4 (38,2), dan SMA 8 (34,l). Sedang nilai posttes sudah lebih baik dari pretes dengan rata-rata sebagai berikut : SMA 9 (67,3), SMA 4
(63,2), dan SMA 8 (60,3). Perubahan nilai rata-rata dari pretes dan post test untuk masingmasing sekolah adalah : SMA 9 (23,4), SMA 4 (24,9), dan SMA 8 (26,1), sedangkan ratarata kenaikan skor untuk masing-masing sekolah adalah : SMA 9 (67,24%), SMA 4
(76,15%),dan SMA 8 (86,65%). Di samping itu juga dilakukan uji model melalui angket yang terdiri 25 item pernyataan dengan
alternative pilihan ada 4 yaitu : Sangat Setuju ( 76 %
-
100 % ),
Setuju ( 5 1 % - 75 % ), Tidak Setuju ( 26 % - 50 % ), dan Sangat Tidak Setuju ( 0 % - 25 % ). Hasil yang diperoleh dari pengisian angket adalah berada pada kategori setuju dan
sangat setuju, dengan arti kata model yang dikembangkan bernilai poitif bagi siswa.
PEMBAHASAN Hasil Belajar Dan hasil uji model pada ketiga sekolah sampel diperoleh skor pretes di bawah ratarata angka 45 dan skor posttes di atas angka 60, dan rata-rata kenaikan skor dari pretes ke posttes untuk masing-masing sekolah adalah : SMA 9 (43,9) menjadi (67,3) dengan kenaikan skor 67,24%, SMA 4 (38,2) menjadi (63,2) dengan kenaikan 76,15%, dan SMA
8 (34,l) menjadi (60,3) dengan kenaikan skor 86,65%. Rendahnya skor pretes yang diperoleh siswa ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal peserta didik sebelum masuk kelas masih sangat rendah. Ada beberapa ha1 yang menyebabkan rendahnya skor pretes siswa diantaranya : a) siswa belurn pernah mendapatkan materi-materi yang akan diujikan kepadanya; dan b) bentuk tes yang digunakan merupakan tes diagnostik yang merupakan tes pendalaman konsep. Dilihat dari perubahan nilai pretes dan posttes terjadi perubahan yang signifikan bagi siswa, ha1 ini mengindikasikan
adanya keberhasilan proses
pembelajaran, artinya model pembelajaran yang diterapkan berhasil meningkatkan hasil belajar secara signifikan. Terjadinya kenaikan dari nilai pretes ke posttes secara umum disebabkan bahwa siswa sudah mengalami proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya sendiri. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutarnakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Belajar
berpikir dalam
proses pembelajaran diarahkan untuk
pembentukan
keterampilan mental tertentu, seperti ketrampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan lain sebagainya. Dengan demikian, pembelajaran ini lebih menekankan usaha menciptakan lingkungan yang dapat mendorong terhadap pengembangan kognitif. Asumsi yang mendasari pembelajaran berpikir adalah bahwa pengetahuan itu tidak datang dari lux, akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya. Atas dasar asumsi itulah pembelajaran berpikir memandang bahwa mengajar itu bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru pada siswa, melainkan suatu aktivitas yang memungkinkan siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. Menurut Bettencourt (1985) mengajar dalam pembelajaran berpikir adalah berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis,
dan mengadakan justifikasi. Dengan adanya asumsi tersebut siswa lebih cendrung untuk mencoba mencari pengetahuan melalui apa saja yang bermakna baginya. Di samping itu siswa juga terlibat secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, mengoperasikan, melakukan sendiri, dan lain sebagainya. Dengan demikian, pengalaman itu juga bisa dilakukan dalam bentuk kerjasama dan interaksi dalarn kelompok. Interaksi dalam kelompok yang dilakukan siswa
dalam pembelajaran kooperatif akan memudahkan siswa menimba
pengalaman dari teman-temannya, yang akhirnya berdampak pada peningkatan hasil belajar. Oleh karena itu, wajarlah model yang diterapkan ini dapat meningkatkan basil belajar siswa dengan baik.
Uji Model Melalui Angket Berdasarkan uji model melalui angket, dapat diketahui bahwa pendapat siswa terhadap pengembangan model pembelajaran tennasuk kategori baik karena siswa menjawab angket pada kategori setuju dan sangat setuju dengan persentase besar dari 50 %. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran yang dikembangkan sudah baik, sehingga
mereka cenderung menilai positif terhadap komponen-komponen yang ada dalam model. Penilianan positif siswa terhadap model yang dikembangkan berkaitan erat dengan persepsi (jerception) siswa terhadap objek yang diberikan kepadanya Persepsi dalah proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu. Persepsi merupakan suatu proses mental dengan menyederhanakan (simplify) dan menyusun (organize) pengalaman. Proses biasanya terjadi secara otomatis dan mungkin juga secara disengaja (Store dan Nielson, 1982) dalam Lufri (2007). Persepsi merupakan penggunaan dari pikiran (sense) untuk memandu (to guide) aksi gerak (motor action). Di dalam proses persepsi, individu dituntut untuk membentuk penilaian terhadap suatu objek yang dapat bersifat positif atau negative, senang atau tidak senang. Apabila siswa memandang positif terhadap apa yang diberikan kepadanya maka akan berpengaruh terhadap aktivitas belajar anak. Di samping itu penilaian positif siswa terhadap model yang dikembangkan adalah adanya inovasi baru yang diperoleh siswa . Inovasi baru dalam angket adalah berkaitan dengan
pengembangan ketrampilan proses dalam belajar, pemecahan masalah,
meningkatkan kreativitas dalam belajar, meningkatkan ketrampilan berpikir siswa dalam belajar, dan mengundang keingintahuan siswa lebih Ianjut tentang belajar Fisika. Secara urnum komponen-komponen ini tidak terlepas dari konsep belajar aktif yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa merupakan salah satu bentuk inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar mengajar bertujuan untuk membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat memperoleh pengetahuar keterampilan, dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri (Wina Sanjaya, 2006). Pengetahuan ketrampilan/kemampuan yang diperoleh siswa dari hasil pengembangan model ini adalah ketrampilankemampuan berpikir karena siswa diajak untuk belajar melakukan sambil menggunakan pikirannya untuk menyelesaikan suatu masalah. Selanjutnya dalarn angket juga diminta pendapat siswa Selama mengikuti pelajaran Fisika Melalui Belajar Kooperatif Teknik
STAD. Dari hasil angket yang
diungkapkan untuk soal nomor 1, lebih dari 90 5% siswa menyatakan senang dalarn proses pembelajaran yang dilakukan. Rasa senang yang ditunjukkan siswa adalah berkaitan dengan : k. gurunya mengajarnya tidak menoton
1. soal-sod tes yang diberikan banyak yang baru m. menambah ilmu pengetahuan n. kesempatan bekerja dalam kelompok o. dapat belajar mandiri p. suasana kelas yang menyenangkan
q. banyak memperoleh kesempatan berbicara, mengeluarkan pendapat, atau bertanya kepada guru atau teman r. mengerti kaitan pelajaran Fisika di sekolah dengan praktek atau kehidupan sehari-hari dari membaca modul yang diberikan. s. Belajar di ruang laboratoriurn t. Banyak hal-ha1 baru yang belurn pernah atau jarang saya alami pada pelajaran Fisika yang pernah saya ikuti.
Untuk soal nomor 2, siswa yang merasa tidak senang terhadap pembelajaran yang dilakukan adalah : b. banyak prakteknya
c. menerangkannya tidak jelas, banyak yang belum mengerti d. membosankan e. bekerja dalam kelompok
f. Sama saja atau atau tidak berbeda jauh dengan pelajaran Fisika yang pernah saya alami. Kemudian dalam angket nomor 3,
ditanyakan pendapat atau harapan siswa
tentang pelajaran Fisika yang diajarkan. Hasil yang diperoleh dari jawaban siswa adalah : g. Cara mengajar seperti ini agar diterapkan untuk semua mata pelajaran h. Banyak hal-ha1 yang baru menyenangkan selama pelajaran
i. Waktu pelajaran Fisika ini terlampau pendek j.
Pelajaran Fisika terasa semakin mudah
k. Modul Fisika yang dibagikan mudah dipahami bahasanya
1. Saya dapat mengerjakan sebagian besar soal tes setelah materinya diajarkan Kesimpulan Dan Saran. I 1
Kesimpulan Berdasarkan uji validasi model yang dirancang, secara urnum sudah menunjukkan
I
I
rancangan model yang baik karena : i. Hasil belajar yang diperoleh siswa terjadi kenaikan signifikan antara nilai pretes dan posttes. ii. Hasil angket terhadap 3 sekolah sample memberi jawaban yang positif terhadap pengembangan model yang dikembangkan. iii. Hasil angket untuk KBM dalam kelas, siswa menyatakan senang belajar dengan model yang dikembangkan.
iv. Secara umum model yang dikembangkan sudah merupakan model yang valid karena telah dilakukan uji validasi kepada pakar, guru-guru Fisika, dan pada siswa.
Saran 1. Dalam merancang model pembelajaran yang baik dan bermutu diperlukan persiapan yang baik agar model yang dirancang ini dapat lebih efektif dan dapat digunakan sebagai bahan ajar di sekolah-sekolah. 2. Pada peneliti lain supaya dapat mengembangkan model ini untuk materi kelas dua d m kelas tiga SMA agar dihasilkan model yang lengkap untuk semua materi Fisika SMA.
DAFTAR PUSTAKA Arends, R.1, 1998, Learning to Teach, Mc Graw-Hill Book, Singapore. Asim, 2001, Sistematika Langkah-langkah Penelitian Pengembangan, Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Lokakarya Nasional Metodologi Penelitian Pengembangan Angkatan 1,23-25 Februari, Malang. Ausubel, D.P, 1963, Educational Psycology : A Cognitive View, Holt, Rinehart & Winston, New York Bennett, el a1 ., 1991; Dunlap & Grabinger, 1996; Slavin, 1994; 1995), Cooperative Learning : Where Heart Meets Mind, Proffesional Development Associates, Bothell, Washington. Berg, E.V, 1991, Misonsepsi Fisika dan Remediasi, Univesitas Satya Wacana, Salatiga. Brian R. Gaines and Mildred L. G. Shaw, 1995, Concept Maps as Hypermedia Components, Knowledge Science Institute University of Calgary Dahar, RW, 1991. Peta konsep Sebagai Pengungkapan Konsep-konsep, Proseding Seminar nasionaf hasil penelitian perguruan tinggi, 2 1-24 Januari, sawangan Bogor , 1989. Teori-teori Belajar, Jakarta, Erlangga
Dunlap, J.C, & & Grabinger, 1996, Rich Environment for Active Learning in the Higher Education Classroom, Educational Technology Publications Englewoo Clifs, New Jersey.
Dykstra, D., Boyle, F, & Monarch, 1. 1992. Studying Conceptual Change in Learning Physics, Science Education, 76(6),615-652. Fraser, Kym, 1996. Student Centeed Teaching: The Development an d Use of Conceptual Frameworks, Jamison Centre, Australia.
Gardner ,H, 1999b, Intelligency Reframed :Multiple Intelligency for the 21h Century, Basic Book, New York Gardner, H, 1999%The Dicipline Mind: What all Students Should Understand, Simon &Schuster Inc, New York Gunstone, R.F, et all., 1992, Some Long Term Effects of Uniformed Conceptual Change, Science Education, 76(2)., pp 175-197.
Jacob, E, 1999, Cooperative Learning in Context : An Educational Innovation; In Everyday Classroom, State University, New York Jacob, G.M, 1996, Learning Cooperative Learning via Cooperative Learning :A Sourcebook of Plans for Teacher Education on Cooperative Learning : SEAMEO Regional Language Center. Kurnaidi, 1999, Model Pengujian untuk Menilai Perkembangan Mutu Pendidikan, Laporan Penelitian HB.
Lufri, dkk, 2007, Pembelajaran Biologi Berbasis Pemecahan Masalah, Belajar Bermakna dan Berorientasi Kecakapan Hidup di UNP, Laporan Penelitian HB Th 111 Masril, Yurnetti, 2006, Model Pembelajaran Graphic Organizer untuk Materi Kinematika dan Dinamika di SMA Negeri 4 Padang, Laporan Penelitian Dana D P A UNP Masril, Gusnedi, Nur Asma, , Jasman, 2004, Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Dan Aplikasinya Melalui Penekanan Arti Fisis Formula Fisika Dan Penggunaan Concep Map (Classrom Action Research Pada Mata Pelajaran Fisika SMU) (Dibiyai oleh Dikti) Mayer, R.E, 1995, Designing Instruction For Constructivist Learning, Lawrence Erlbaum Associates, New Jersey M. Nur dan Wikandri, 2006, Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran, Edisi ke-3, Surabaya,UNESA Novak & Gowin. 1984. Learning How To Learn, Cambridge: University Press. Nur Asma, Masril, dkk, 2002, Model Pembelajaran Untuk menanggulangi Miskonsepsi Bidang Studi Fisika SMA Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sumatera Barat, Laporan Penelitian HB Tahun I Porter dan Reardon, 2004, Quantum Teaching :Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas, Kaifa, Bandung Putnam, J. W. 1995. Cooperative Learning And Strategies For Inclusion: Celebrating Diversity In The Classroom. Baltimore: Paul H . Brookes Publishing Co., Inc.
Silberman, 2004, Active Learning, Nusa Media dan Nuansa, Bandung, Slavin, R. E, 1995. Cooperative Learning. Second edition. Boston: Allyn and Bacon
Sutrisno,Leo (2002), Helping teacher though utilizing a "graphic organizern in teaching phyisics ,Makalah, Bengkulu Wina Sanjaya, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Edisi 1, Kencana Prenada Media, Jakarta
Angket Penelitian Dalarn angket ini, dirninta anda untuk memberi pendapat sehubungan dengan Penilaian Model Pernbelajaran Graphic Organizers Melalui Belajar Kooperatif Teknik STAD. Berilah tanda cek (V) pada kolom yang sudah disediakan dengan criteria sbb : SST : Sangat Setuju ( 76 % - 100 % ) ST : Setuju(51 % - 7 5 % ) TS : Tidak Setuju ( 26 % - 50 % ) STS : Sangat Tidak Setuju ( 0 % - 25 % )
No.
Pernyataan
Pendapat (%) SST
1 2 3
4
5 6
Konten modul sesuai dengan materi kurikulum yang berlaku sekarang. Memperhatikan keterkaitan sains, teknologi, dan masyarakat Format modul sangat sistimatis, sesuai dengan struktur keilmuan. Bahasa yang digunakan dalam modul mudah dimengerti Bahasa yang digunakan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar Istilah yang digunakan dalam modul dapat dipahami
8
Penyajian contoh-contoh soal dalam model yang dikembangkan cukup memadai. Membangkitkan motivasi/minatl rasa ingin tahu
9
Dalam modul menyediakan bervariasi kegiatan
10
Materi modul sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan membaca siswa Materi modul mendorong siswa terlibat aktif
7
11 12
13 14
15 16
Memperhatikan siswa dengan kemampuan/gaya belajar yang berbeda Penyajian materi dalarn modul menarik dan menyenangkan Penyajian modul pembelajaran yang dikembangkan menunjang tumbuhnya sikap kreatif siswa. Soal-soal formatif dalam modul sesuai dengan cakupan materi yang disajikan Penyajian materi modul mengingatkan saya pentingnya mengetahui jalinan konsep dalam belajar.
ST
TS
STS
17
18
19
20 21 22
23 24
25
Model pembelajaran yang dikembangkan menekankan I penerapan-penerapan pada dunia nyata atau kehidupan sehari-hari Model pembelajaran yang dikembangkan menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang banyak melibatkan siswa. Model pembelajaran yang dikembangkan membatu mengembangkan ketrampilan proses dalam belajar Model pembelajaran yang dikembangkan membantu saya dalam pemecahan masalah dalarn fisika Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan kreativitas dalam belajar. Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan berpikir kreatif saya Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan ketrampilan berpikir saya dalam belajar Fisika Model pembelajaran yang dikembangkan marnpu mengundang keingintahuan saya lebih lanjut tentang fisika Model pembelajaran yang dikembangkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesalahan konsep dalam belajar Fisika.
I
I
I
1
I I
I
PENDAPAT SISWA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MODEL GRAPHIC ORGANIZER MELALUI BELAJAR TEKNIK STAD ----
I
!1 I
Setelah kamu sekalian melakukan pertemuan dengan kegiatan belajar mengajar model graphic organizer melalui belajar teknik STAD, kami ingin mengetahui pendapatmu tentang
KBM yang karnu alarni selama belajar Fisika dengan gurumu tersebut. Pendapatmu ini sangat berharga untuk dijadikan pertimbangan dalam merencanakan perbaikan ICBM Fisika di masa mendatang. Apapun isi jawabanmu, sama sekali tidak terkait dengan penilaian rapormu. Untuk
I
itu pada lembaran jawaban tidak boleh menulis namamu pada angket ini. 1. Selama mengikuti pelajaran Fisika Melalui Belajar Kooperatif Teknik STAD, bagaimana pendapatmu ? a. Senang
b. Tidak Senang
c. Biasa-biasa saja
Pertanyaan nomor 2 di bawah ini khusus untuk siswa yang menjawab senang pada sod no. 1
2. Seandainya kamu merasa senang, ha1 apa saja yang membuat pelajaran tersebut terasa menyenangkan ? Kamu boleh memilih lebih dari satu jawaban. a. banyak prakteknya, bisa mengetahui alat-alat yang dipakai dalam Fisika b. menerangkannyajelas, yang belum mengerti menjadi mengerti
c. gurunya d. mengajarnya tidak menoton e. soal-soal tes yang diberikan banyak yang baru f. menambah ilmu pengetahuan g. kesempatan bekerja dalam kelompok h. dapat belajar mandiri i. suasana kelas yang menyenangkan
j.
banyak memperoleh kesempatan berbicara, mengeluarkan pendapat, atau bertanya kepada guru atau teman
k. mengerti kaitan pelajaran Fisika di sekolah dengan praktek atau kehidupan sehari-hari dari membaca modul yang diberikan.
1. Belajar di ruang laboratorium m. Banyak hal-ha1 baru yang belurn pernah atau jarang saya alami pada pelajaran Fisika yang pemah saya ikuti. n. Lain-lain, tuliskan ................
Pertanyaan nomor 3 di bawah ini khusus untuk siswa yang menjawab Tidak Senang pada soal no. 1
3. Seandainya kamu merasa tidak senang, ha1 apa saja yang membuat pelajaran tersebut terasa tidak menyenangkan ? Kamu boleh memilih lebih dari satu jawaban.
a. banyak prakteknya a. menerangkannya tidak jelas, banyak yang belurn mengerti b. gurunya c. membosankan d. soal-soal tes yang diberikan banyak yang terasa asing e. tidak menambah ilmu pengetahuan
f. bekej a dalam kelompok g. suasana kelasnya tidak menyenangkan h. Belajar di ruang laboratorium i.
Sama saja atau atau tidak berbeda jauh dengan pelajaran Fisika yang pernah saya alami.
j.
Lain-lain, tuliskan ................
4. Unuk semua siswa : Sarnpaikan pendapat atau harapanmu tentang pelajaran Fisika yang
diajarkan. Kamu boleh memilih lebih dapan muari satu jawaban. a. Cara mengajar seperti ini agar diterapkan untuk setiap pokok bahasan b. Banyak hal-ha1 yang baru menyenangkan selama pelajaran c. Pelajaran Fisika ini sama saja dengan pelajaran Fisika yang pernah saya ikuti dan terasa membosankan d. Waktu pelajaran Fisika ini terlampau pendek e. Waktu pelajaran Fisika ini terlampau panjang
f. Pelajaran Fisika terasa semakin sulit g. Pelajaran Fisika terasa semakin mudah h. Modul Fisika yang dibagikan sulit dipahami bahasanya i. Modul Fisika yang dibagikan mudah dipahami bahasanya j.
Saya dapat mengerjakan sebagian besar soal tes setelah materinya diajarkan
k. Saya tidak dapat mengerjakan sebagian besar soal tes meskipun materinya telah diajarkan
1. Lain-lain tuliskan .........................
SOAL TES AWAL (PRE-TEST)
1
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dari 5 option jawaban yang disediakan
'i I
I
I
1. Jika suatu benda bergerak melingkar beraturan, maka ... a. Kecepatan tetap b. Percepatan tetap c. Lajunya tetap d. Momentumnya tetap e. Gaya sentripetalnya tetap 2. Apakah yang dimaksud dengan perioda ... a. Waktu yang diperlukan oleh suatu benda untuk mengelilingi satu lingkaran penuh b. Banyaknya putaran yang dilakukan oleh suatu benda dalarn selang waktu tertentu c. Banyaknya putaran yang dilakukan dalarn satu detik d. Waktu yang diperlukan suatu benda untuk mengelilingi % lingkaran e. Banyaknya putaran yang dilakukan oleh suatu benda
3. Diketahui benda berrnassa m bergerak melingkar beraturan dengan kecepatan sudut w dan jari-jari lingkaran r. Energi kinetik benda itu adalah ............... a. 2mw 2r b. 1/2mw2? c. 2mw? d. 1/2m2wr e. 1/2mw2? 4. Pada gerak melingkar beraturan, bila w adalah kecepatan sudut, f adalah fiekuensi, d m T adalah period& maka hubungan antara w ,f,dan T adalah .....
I
e. T = -
1
f
dan w=21rT
5. Sebuah benda tegar berputar dengan kecepatan sudut 10 rad/s. Kecepatan linier suatu titik pada benda yang berjarak 50 cm dari sumbu putar adalah ... a. 2 d s b. 5 d s c. 20 d s
d. 200 d s
e. 1000 m/s
6. Sebuah benda berrnassa 0,l kg diikatkan pada ujung sebuah tali, kemudian diputar mendatar sehingga terjadi gerak melingkar beraturan dengan kecepatan 2 m/s. Jika panjang tali 1 m, maka besar periode dan frekuensinya adalah ..... a. 1,37 s dan 0,5 Hz b. 1,47 s dan 0,6 Hz c. 3,14 s dan 0,32 Hz d. 137 s dan 0,63 Hz e. 15,7 s dan 0,63 Hz 7. Fungsi dari percepatan pada benda yang bergerak beraturan adalah ... a. Menarnbah kecepatan benda b. Mempertahankan arah kecepatan supaya tetap c. Mengubah arah kecepatan d. Memberikan gaya tambahan e. Mempertahankan kelajuan benda 8. Sebuah benda yang massanya 56 kg bergerak secara beraturan dalam lintasan yang melingkar dengan kecepatan 2 mls. Bila jari-jari lingkaran itu 0,5 m, maka.. ..... 1. periodenya 0,s R sekon 2. besar percepatan sentripetalnya 8 m/s2 3. gaya sentripetalnya 40 N 4. vektor kecepatannya tidak tetap Dari penyataan di atas yang benar adalah pernyataan nomor.. .. a. l , 2 , dan 3 b. 1 dm3 c. 2 dm4 d. 4 saja e. 1,2,3,dan4
9. Dua buah benda masing-masing dengan jari-jari 10 cm dan 30 cm. Dihubungkan dengan tali hingga tampak susunan roda seperti tampak pada garnbar di bawah ini:
Jika roda I melakukan 360 putaran tiap menit, berapa putaran yang dilakukan roda I1 tiap menit ....... a. 34 putaran d. 64 putaran b. 44 putaran e. 74 putaran c. 54 putaran
10. Sebuah benda diputar horizontal dengan jari-jari r. Agar gaya sentripetalnya menjadi 4 kali, maka kecepatan linearnya harus dijadikan.. . a. 4 kali d. %kali b. 2 kali e. % kali c . lkali
11. Sebuah selinder berputar dengan kecepatan sudut konstan dan menempuh 6,28 rad tiap 2 detik. Lama waktu yang dibutuhkan untuk menempuh 10 kali putaran adalah.. . a. 23 s d. 20 s b. 22 s e. 19s c. 21 s 12. Dari Hukum I1 Newton dapat disimpulkan bahwa, jika gaya yang bekerja pada sebuah benda berubah, maka.. .. a. Volumenya berubah b. Massa dan percepatannya berubah c. Massa dan percepatannya tidak berubah d. Massa berubah dan percepatan tidak e. Massa tidak berubah dan percepatannya berubah 13. Sesuai dengan Hukum I Newton, bila resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan nol, maka.. .. a. Benda itu pasti dalam keadaan diam b. Benda itu pasti dalam keadaan bergerak c. Benda itu mungkin bergerak lurus beraturan d. Benda itu tidak mungkin diam e. Benda itu mungkin bergerak dipercepat 14. Di bawah ini merupakan gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda: 1. gaya berat dan gaya normal 2. gaya tarik antara bumi dan bulan 3. gaya tarik antara dua muatan listrik Yang terrnasuk gaya aksi-reaksi adalah.. . a. 1 d. 2,3 b. 2 e. 1,2,3 c. 1,3 15. Sebuah mobil meluncur dengan kecepatan 36 M j a m , direm dengan gaya 5000 N. Jika massa mobil 1 ton, mobil berhenti setelah.. .. a. 1 detik b. 2 detik c. 3 detik d. 4 detik e. 5 detik 16. Sebutir kelereng terletak di atas balok besar yang bergerak lurus beraturan dengan kecepatan v m/s. DC licin sempurna, kemudian bila balok dengan tiba-tiba berhenti, maka kelereng akan.. .
a. Tetap ditempat b. Jatuh sejauh BE didepan balok
c. Jatuh sejauh BF dibelakang balok d. Jatuh di B e. Jatuh dibelakang A 17. Jika sebuah benda dengan massa m bergerak lurus dan tidak ada gaya yang bekerja pada massa tersebut, akan diperoleh percepatan.. . a. 0 b. 1 m/s2 c. 9 m/sZ d. 4 m/s2 e. Tak terhingga 18. Garnbar yang menunjukkan benda bergerak dengan percepatan paling besar adalah.. ..
+
lkg 19. Gaya gesek yang berlaku untuk benda yang masih diam disebut.. . a. Gaya gesek kinetik b. Gaya gesek statis c. Gaya gesek dinarnis d. Inersia e. Gaya gravitasi
20. Apakah yang dimaksud dengan gaya gesek? a. Gaya sentuh antara permukaan bidang dengan benda yang melawan arah gerak benda b. Gaya sentuh antara perrnukaan bidang dengan benda yang searah gerak benda c. Suatu gaya yang dimiliki oleh benda sehingga benda itu berat d. Gaya dorong yang diberikan kepada benda e. Gaya tarik yang diberikan pada benda 21. Besarnya gaya gesekan benda yang terletak pada bidang miring dipengaruhi oleh.. .. 1 . koefisien gesekan 2. massa benda 3. kemiringan benda Dari ketiga pernyataan diatas yang benar adalah.. .. a. 1 d. 2 , 3 b. 1,2 e. 1,2,3 c. 1,3 22. Gaya gesekan statis maksimurn terjadi pada saat benda.. ... a. Mulai bergerak b. Bergerak kebawah c. Berhenti d. Tepat akan bergerak e. Setelah benda bergerak 23. Tiga buah benda a, b, dan c masing-masing diberi gaya seperti pada gambar dibawah ini:
Benda yang tidak akan bergerak adalah... a. 1 d. 2,3 b. 2 e. 1,2,3 c. 1,3 24. Sebuah benda bermassa 5 kg terletak pada bidang datar seperti pada garnbar disamping, bila FI = 40 N, p, =0,2 F2= 20 N dan p, =0,1 ,maka besarnya kecepatan benda adalah.. . a. 1 m/s2 d. 4 m/s2 b. 2 m/s2 e. 2 m/s2 c. 3 m/s2
25. Sebuah benda yan terletak pada bidang miring, gaya normal pada benda itu adalah.. . a. Sarna dengan berat benda b. Lebih besar dari berat benda c. Lebih kecil dari berat benda d. Sama sengan massa benda e. Sama atau lebih kecil dari berat benda
26. Gaya normal pada seseorang yang berada didalam lift lebih besar dari berat orang itu, jika keadaan .... a. Diam b. Bergerak kebawah dengan kecepatan konstan c. Bergerak kebawah dengan percepatan konstan d. Bergerak keatas dengan percepatan konstan e. Bergerak keatas dengan perlambatan 27. Manakah dari gambar berikut ini yang melukiskan arah gaya yang benar.. .
28. Perhatikan garnbar berikut:
Diketahui massa mz > ml, berapakah besar percepatan yang ted adi.. .
29. Bola bermassa 0,15 kg diikatkan pada ujung tali yang panjangnya 1,l m. Besar laju putaran minimum bola agar dapat mencapai puncak lintasan vertikal adalah.. . a. 2,6 m/s c. 4,7 m/s e. 4,2 m/s b. 3,3 m/s d. 5,2 m/s 30. Sebuah piring diletakkan ditepi sebuah meja putar yang bergerak 1 m dari pusat meja. Jika koefisien gesek statik antara meja putar dan piring 0,55. Tentukan besar kecepatan sudut dari putaran meja agar piring tidak terlempar dari tepi meja.. .. a. 3,00 radls b. 3,62 rads c. 4,OO radls d. 1,56 rads e. 2,32 radls
SOAL TES AKHIR (POST TEST) Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dari 5 option jawaban yang disediakan 1. Sebuah benda yang melakukan gerak melingkar beraturan mempunyai ...
a. b. c. d. e.
Laju yang konstan Percepatan yang konstan Sudut simpangan yang konstan Frekuensi yang konstan Jari-jari konstan
2. Dalam waktu 30 sekon, sebuah partikel dapat mengitari lintasan sebanyak 6 kali. Berapakah perioda dan frekuensi partikel tersebut... a. T = 6 sekon dan f = 0,2 Hz b. T = 6 sekon dan f = 0,5 Hz c. T = 5 sekon dan f = 0,2 Hz d. T = 5 sekon dan f = 0,5 Hz e. T = 4 sekon dan f = 0,2 Hz
3. Sebuah roda berputar pada 420 rpm (rotasi per menit). Berapakah besar frekuensi dan perioda roda tersebut... a. f = 7 H z d a n T = 1,2sekon b. f = 7 H z d a n T = 0 , 1 4 3 sekon c. f = 6 Hz dan T = 2 sekon d. f = 6 HzdanT = 0,167 sekon e. f = 5 Hz dan T = 0,2 sekon 4. Diketahui benda berrnassa m bergerak melingkar beraturan dengan kecepatan sudut w dan jari-jari lingkaran r. Energi kinetik benda itu adalah... a. 2 m w 2 r d. % m 2 0 r b. % m w 2 r 3 e. % m o 2 r 2 c. 2 m w r 3
5. Pada gerak melingkar beraturan, bila o adalah kecepatan sudut, f adalah frekuensi, dan T adalah perioda, maka hubungan antara w ,f, dan T adalah...
1 b. f = - dan w = 27f T
e. T = -
1
f
dan w = 2 r T
6. Pada hubungan dua buah roda dengan sabuk berlaku ... a. Vektor kecepatan linear konstan b. Vektor kecepatan sudut konstan c. Kecepatan sudut sama d. Kecepatan linear sama e. Arah kedua roda berlawanan
7. Sebuah motor listrik memutar roda A yang mempunyai jari-jari 10 cm. Roda ini dihubungkan dengan tali karet pada roda lain yang berjari-jari 50 cm, seperti gambar. Jika motor memberikan kecepatan sudut 100 ra&s untuk roda A, maka kecepatan sudut roda B adalah...
8. Roda A dan roda B bersinggungan luar jari-jari roda A adalah 2 cm dan tiap menit roda A berputar 30 kali, sedang B tiap menit berputar 20 kali. Berapa besar jari-jari roda B .. a. 1,5 cm d. 2,5 cm b. 3,O cm e. 3,5 cm c. 4,O cm
9. Seorang siswa berlari pada suatu lintasan yang berbentuk lingkaran jika perpindahan sudut 90' dan jari-jarinya 256 m, berapakah jarak yang ditempuhnya... a. 512m d. 402m b. 128 m e. 64 m c. 256 m 10. Sebuah benda diputar horizontal dengan jari-jari r. Agar gaya sentripetalnya menjadi 4 kali, maka kecepatan linearnya harus dijadikan.. a. 4 kali d. '/z kali b. 2 kali e. % kali c. 1 kali 11. Sebuah mobil mempunyai massa 2000 kg bergerak dengan kecepatan konstan 36 M j a m melalui tikungan berupa lingkaran dengan jari-jari 20 m. Berapakah percepatan sentripetal dan gaya sentripetal yang bekerja pada mobil tersebut ... a. 6 m/sz dan 5.000 N b. 6 m/s2 dan 10.000 N c. 7m/s2dan25.000 N
d. 8 m/s2dan 50.000 N e. 5 m/s2 dan I 0.000 N
, I
I
! i
I
I
12. Seorang tentara mengamati baling-baling helikopter yang berputar 15 putaran/s. Berapakah kecepatan sudut baling-baling ... a. 20 n rads d 30x radh b. 40n r a y s e. 45 n rads c. 50 n radk 13. Sebuah benda yang diarneternya 30 m berputar 60 putaran / menit kecepatan linear suatu titik yang terletak dipinggir roda adalah ... a. $On d s d. 60n m/s b. 3 0 d~ s e. 70n m/s c. 50n d s 14. Sesuai dengan hukum I Newton, jika gaya yang bekerja pada sebuah kelereng sama dengan nol, maka ... a. Kelereng dalam keadaan bergerak b. Kelereng selalu d i m c. Kelereng bergerak di percepat d. Kelereng tidak mungkin bergerak lurus beraturan e. Perubahan kecepatan kelereng tetap
15. Sebuah balok terletak di atas meja, gaya-gaya yang bekerja pada balok adalah gaya normal N, dan gaya berat W (seperti pada gambar di bawah). Besar gaya normal balok jika balok dalam keadaan diam adalah ...
16. Hukurn I Newton menjelaskan tentang ... a. Gaya sentripetal pada benda bergerak melingkar b. Sifat kelembaman 1 inersia pada benda c. Gaya aksi-reaksi d. Besarnya percepatan karena pengaruh gaya e. Gaya tarik-menarik antara dua benda
17. Menurut hukum I1 Newton, percepatan yang timbul pada benda yaitu ... a. Sarna dengan gaya yang bekej a b. Berlawanan dengan gaya yang bekerja c. Berbanding terbaiik dengan gaya yang bekej a d. Berbanding lurus dengan gaya yang bekej a
II 1
I
I
l I
1
I
e. Berbanding lurus dengan massa benda
18. Jika suatu benda diberi gaya 10 N mengalami percepatan 2 d s . Percepatan benda jika diberi gaya 15 N adalah ... a. 3 d s 2 d. 6 m/s2 b. 4 m/s2 e. 7 d s 2 c. 5m/s2
19. Sebuah gaya bekerja pada sebuah benda berrnassa 20 kg. Akibat gaya itu, benda bergerak dengan percepatan 35 d s . Besar gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah ... a. 500N d. 650 N b. 550 N e. 700 N c. 600 N 20. Menurut Hukurn I11 Newton, jika benda A mengerjakan gaya pada benda B, maka benda B akan mengerjakan gaya pada benda A, maka besar gaya kedua benda adalah a. Sama dan arahnya sama b. Sama dan arah berlawanan c. Tidak sama dan arah sama d. Tidak sama dan arah berlawanan e. Tidak sama dan searah 21. Dari gambar dibawah ini yang merupakan pasangan aksi-reaksi adalah ...
a. NAdun NB b. N ~ d a nWB c. NAdun FBA
d. NBdan FAB e. F ~ ~ d FAB an
22. Garnbar yang menunjukkan benda bergerak dengan percepatan paling besar adalah ... a. ION L
O
N
23. Pernyataan yang tidak benar tentang gaya gesekan adalah ... a. Gaya gesekan akan minimal jika dua gaya bersentuhan b. Gaya gesekan selalu melawan arah gerak benda c. Gaya gesekan tergantung pada koefisien gesekan d. Gaya gesekan selalu searah dengan arah gerak benda e. Gaya gesekan tergantung pada gaya normal
24. Benda berrnassa m meluncur pada sebuah bidang datar (seperti gambar dibawah ini) dan memiliki gaya gesekan. Besar gaya gesekan benda adalah ...
25. Tiga buah benda a, b, dan c masing-masing diberi gaya seperti pada garnbar dibawah ini:
ION p, =0.5
3.
40N ps=0.5 Benda yang tidak akan bergerak adalah ... a. 1 d. 2 d a n 3 b. 2 e. 1,2 dan 3 c. 1 d m 3
26. Benda bermassa m meluncur pada sebuah bidang miring pennukaan licin diperlihatkan pada gambar berikut :
Besar gaya yang bekerja pada benda pada surnbu x adalah ... a. F + W s i n Q = m . a b. F-WsinO=m.a c. W s i n Q + F = m . a d. Wsin0-F=m.a e. F = W s i n 0
27. Berdasarkan soal no 26, besar gaya normal yang bekerja pada sumbu y adalah ... a. b. c. d. e.
N=W N = Wsin 8 N=WcosO N = Wsin B + m.a N = Wsin 8 - m . a
28. Sebuah benda yang terletak pada bidang miring, gaya normal pada benda itu adalah... a. Sama dengan berat benda b. Lebih besar dari berat benda c. Lebih kecil dari berat benda d. Sama dengan massa benda e. Sama atau lebih kecil dari berat benda 29. Perhatikan gambar dibawah ini!
,2E?-'
Jika bidang miring licin dan diketahui massa benda 5 kg dan g=10 m/s2 ,maka percepatan benda adalah a. 25 m/s2 d. 10m/s2 b. 20m/s2 e. 5 m/s2 c. 15 m/s2
30. Sebuah lukisan digantungkan pada dinding rumah, seperti gambar dibawah ini. Bila berat lukisan 10 N, 0 = 30" dan 8, = 60". Maka tegangan tali T, dan T2 berturut-turut adalah
,
LAMPIRAN SILABUS M a t a Pelajaan KelaslSernester
: Fisika : XI1
Standar Kompetensi: 1.Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
1,l Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu)
Pengukuran massa, panjang, dan waktu
Kegiatan Pembelajaran Merancang graphic Organizers untuk mempelajari besaran-besaran fisika. Membuat daftar (tabel) nama besaran, alat ukur, cara mengukur, dan satuan yang digunakan secara individu Dalam model kooperatif tipe STAD siswa mengukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur
lndikator Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur
Penilaian
- Penilaian kinerja (sikap
Alokasi Waktu 6 jam
dan praktek)
Penjumlahan vektor
Sumber: Modul Fisika
m:Lembar
- tes tertulis
Kerja, bahan presentasi
Mengukur besaran panjang, rnassa dan waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan
Alat: jangka -
sorong, mikrometer sekrup, neraca lengan, neraca pegas, media presentasi
Mengolah hasil pengukuran dengan rnempertimbangkan kesalahan relatif pengukuran dalam diskusi kelas 1.2 Melakukan penjumlahan vektor
Sumberl BahanlAlat
Merancang graphic Organizers untuk materi vektor
Menjumlahkan dua vektor atau lebih secara grafis
- Penilaian kinerja (sikap dan praktik),
Sumber: Modul flSlKA
Menggambar vektor, resultan vektor, komponen vektor serta menghitung besar dan arah resultan vektor dalam diskusi kelas
Menjumlahkan dua vektor secara analisis
- laporan praktik
m:Lembar
Dalam model kooperatif tipe STAD siswa Melakukan percobaan untuk menemukan resultan dua vektor sebidang Menerapkan operasi vektor dalam pemecahan masalah secara individu
- tes tertulis
6 jam
kerja, bahan presentasi
Alat;neraca pegas, busur, media presentasi
.-
.-cn
=r
Z Z .*% 33
m
'C
-Y
C
m m
.c x
w
z m
s
."u-;.
5 $
n
sgs
2 a 3 V)
..-
h-2
s .- QZ
al
3 I
I
.V)
C
s
m
3, X
L
0
a .
m
Y -0 c
-
a m = . = k-0
fa si
.-m u -
z@ 9sr
.EE
-C".-, E Z ? , - s E c w
zm ms- ;-=
5 sss h m m
L
Em o Qw "~ G P F 3 - s z s .ez n Q c u -
g* m r
3
z
a , , w o
Z t m m r
m
z .CFS mzSLY &x .-
F!
aa,E m - =p% , cap -J,mE?5 %Fx.G
m a w " "'"" E gsz I23 Z n u E &jmm a C m
.-
L
m
"
.-
24
L.
m .-.. -m
aJ
-
m s tu m
.-a
P
--
r
e m
V)
I=
.m -
C w - . - Y
2
0)
a
y o my
$ 9-
s .-
L
C .3 .-
' S
E c
Q)
L
n .I=
a#
) . I
Q) Q
E
guoc.%?--
2dSE
,.I-
s
I
.S .E 'zx
3
W C p L.3 c c w 9 , c OJ F a"", m
gaag
3 %X
X
c tu
m
$d
cs
-, =P Cm x s c m a m u- 5 SLZ a, o
F .CZC $Z &- o%mZu k z g g d ? p ,"s g m ;
0-0
.
m V) m
Y
rn
2-.-
-
yz E % ~
~
U
U
U
E 1 2 2 E!-2
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran 2.3 Menerapkan Hukum Newton sebagai pnnsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak rnelingkar beraturan
Kegiatan Belajar
Hukurn Newton tentang gerak
Merancang graphic Organizers untuk rnateri dinarnika
Hukum Newton I
Dalam model kooperatif tipe STAD siswa Melakukan percobaan hukum Newton 1 dan 2 secara berkelompok di kelas
Hukurn Newton 2 Hukum Newton 3 Gesekan statis dan kinetis
Menggambar gaya berat, gaya normal, dan gaya tegang tali dalam diskusi pernecahan rnasalah dinamika gerak lurus tanpa gesekan Dalarn model kooperatif tipe STAD siswa Melakukan percobaan gerak benda rnisalnya dalarn bidang miring untuk mernbedakan gesekan statis dan kinetis Menghitung percepatan benda dalarn sistern yang terletak pada bidang miring, bidang datar, dan sistern katrol dalarn diskusi keias Dalam model kooperatif tipe STAD siswa Melakukan praktik gaya sentripetal Menghitung gaya normal pada sistem benda bergerak dalarn bidang lingkaran dalarn diksusi pernecahan masalah
lndikator Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 1 Newton (hukurn inersia) dalarn kehidupan seharihari Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 2 Newton dalarn kehidupan sehari-hari Menyelidiki karakteristik gesekan statis dan kinetis melalui percobaan Mengidentifikasipenerapan prinsip hukurn 3 Newton dalarn kehidupan sehari-hari Menerapkan hukurn newton pada gerak benda pada bidang miring tanpa gesekan Menerapkan hukurn Newton pada gerak vertikal Menerapkan hukurn Newton pada gerak melingkar
Penilaian
- Penilalan kinerja (sikap dan praktik)
- laporan praktik - tes tertulis
Alokasi Waktu 8 jam
Sumberl BahanlAlat Surnber: Modul Fisika
m:lernbar
kerja, hasil kerja siswa, bahan presentasi
m:kereta
dinamik , tiker timer, katrol, beban gantung, media presentasi
Mata Pelajaan KelaslSemester
: Fisika :X12 Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik
Standar Kompetensi: 3. Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis alatalat optik secara kualitatif dan kuantitatif
Materi Pembelajaran Alat optik
Kegiatan Pembelajaran
lndikator
Merancang graphic Organizers untuk materi alat-alat optik
Menganalisis pembentukan bayangan pada lup, kaca mata, mikroskop, dan teropong
Fungsi dan bagian alat optk seperti mata, kacamata, kamera, mikroskop, dan teropong
Dalam model kooperatif tipe STAD siswa Mengidentifikasi fungsi dan bagian alat optik pada mata dan kacamata, kamera, mikroskop, dan teropong secara berkelompok
Prinsip pembentukan bayangan pada alat optik
Melukis jalannya sinar pada pembentukan bayangan alat-alat optik (lup, kacamata, mikroskop, dan teropong)
Dalam kOO~eratii STAD siswa Menganalisis prinsip pembentukan bayangan dan perbesaran pada kacamata, lup, mikroskop, dan teropong dalam diskusi kelas
3.2 Menerapkan alatalat optik dalam kehidupan seharihari
Alat optik P"nsip keja teropong bumi, dan teropong bintang
Penilaian Tes tertulis
Alokasi Waktu 6 jam
Sumberl BahanlAlat Sumber: Modul fisika =: lernbar kerja, bahan presentasi
Mendeskripsikanfungsi dan bagian alat optik mata dan kacamata, mikroskop, dan teropong
Alat: kaca mata -
baca dobel lensa, , teropong mainan, mikroskop, media presentasi
Membedakan pengamatan tanpa akomodasi dan akomodasi maksimum Menentukan kekuatan lensa kacamata pada penderita miopi dan hipermetropi Menghitung perbesaran lup, mikroskop, dan teropong
Membuat daftar alat-alat optik dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengidentifikasi penerapan berbagai aiat optik dalarn kehirupan sehari-hari
Dalam model kooperatif tipe STAD siswa Merancang dan membuat teropong sederhana rnisalnya dengan menggunakan paralon dan lensa positip secara berkelornpok
Merancang dan membuat teropong sederhana
- Penugasan, - tes tertulis
2 jam
Alat: pipa paralon, lensa positip, lem
77 Standar Kompetensi: 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasienergipada berbagaiperubahan energi Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
4.1 Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat
Kalor, perubahan wujud dan suhu benda
Merancang graphic Organizers untuk materi Kalor, perubahan wujud dan suhu benda
Hubungan antara suhu dan kalor
Hubugan antara kalor dan perubahan wjud
Dalarn model kooperatif tipe STAD siswa Melakukan percobaan pemanasan benda (rnisalnya es atau rnentega) sambil mmgarnati perubahan suhu dan wujudnya
lndikator Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda Menganalisis pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran benda (pemuaian)
Penilaian
- Penilaian kinerja
(sikap dan praktik), -- tes tertulis
Alokasi Waktu 4 jam
Sumberl BahanlAlat Sumber: Modul Fisika
w:lernbar kerja, bahan presentasi
Alat: pemanas,
Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda
bejana, mentega beku, termometer, media presentasi
Menggunakan persarnaan kalor Q= m.c.At Dalam model kooperatif tipe STAD siswa Menganalisis pengaruh kalor pada suhu, ukuran benda dan w j u d nya dalarn pemecahan rnasalah melalui diksusi kelas
4.2 Menganalisis cara perpindahan kalor
.
Perpindahan Kalor
Konduksi Konveksi Radiasi
Mengamati demonstrasi perpindahan kalor cara konduksi, konveksi, dan radiasi
Dalam kOO~eratif STAD siswa Menganalisis konduksi, konveksi, dan radiasi kalor serta penerapannyadalam pemecahan masalah melalui diskusi kelas
Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konduksi Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konveksi Me,.,ganalisiS perpindahan kalor dengan cara radiasi
Penugasan, tes tertulis
4 jam
Surnber: Modul Fisika Bahan: lembar kerja, bahan presentasi
Alat: pernanas, bejana, zat cair, rnanik-manik betwarna, media presentasi
78 Kompetensi Dasar 4.3 Menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah
Materi Asas Black pada pertukaran kalor Prinsip petukaran kalor Prinsip kej a kalorimetri
Kegiatan Pembelajaran Dalam model kooperatif tipe STAD siswa Menganalisis prinsip pertukaran kalor, asas Black dan kalor jenis zat dalam diskusi kelas Dalam model kooperatif tipe STAD siswa Praktik menentukan kalor jenis logarn dengan kalorimeter secara berkelompok
lndikator
Penilaian
Alokasi Waktu 4 jam
Menerapkan asas Black dalarn peristiwa pertukaran kalor
tes tertulis
Sumberl BahanlAlat Sumber: Modul Fisika
m:lembar kerja, bahan presentasi
Alat: pemanas, -
kalorirneter, kubus logam, terrnometer, media presentasi
79 Standar Kompetensi: 5. Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagaipenyelesaianmasalah dan berbagaiproduk teknologi Kompetensi Dasar 5.3 Menggunakan alat ukur listrik
Materi Pembelajaran Alat ukur Listrik Cara menggunakan voltmeter, dan amperemeter Cara membaca pengukuran voltmeter dan amperemeter
Hukum Ohm dan 5.1 Memformulasikan hukum Kirchoff besaran-besaran listrik rangkaian Hukumohm tertutup sederhana tentang kuat arus (satu loop) dan hambatan Hambatan seri Hukum Kirchoff I
Kegiatan Pembelajaran
lndlkator
Penilaian
Merancang graphic Organizers untuk materi alat ukur listrik
Menggunakanvoltmeter dalam rangkaian
Penilaian kerja (sikap dan praktik)
Dalam model kooperatif tipe STAD siswa Praktik menggunakan alat ukur voltmeter, amperemeter, dan multimeter secara berkelompok
Menggunakan amperemeter dalam rangkaian
Merancang graphic Organizers untuk materi Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff
Memformulasikanbesaran kuat arus dalam rangkaian tertutup sederhana
Dalam model kooperatif tipe STAD siswa Mengukur kuat arus, tegangan dan hambatan pada rangkaian tertutup sederhana seeara berkeiompok
Memformulasikanbesaran hambatan dalarn rangkaian seri
Dalam model kooperatif tipe STAD siswa Memforrnulasikan dan menganalisis hukum ohm, tegangan jepit , hambatan dalam, dan hukum Kirchoff, dalam diskusi kelas
Alokasi 2 jam
Sumber: Modul Fisika e : lembar kerja, bahan presentasi
Menggunakan multimeter dalam rangkaian
Memformulasikanbesaran tegangan dalam rangkaian tertutup sederhana dengan menggunakan hukum Kirchoff II
Sumberl BahanlAlat
Alat: voltmeter, amperemeter, multirneter, power suply,resistor, kabel , media
- Penugasan, - tes tertulis
6 jam
Sumber: Modul Fisika e : lembar kerja, hasil praktikurn siswa, bahan presentasi Alat: voltmeter, -
amperemeter, multimeter, power suply,resistor, kabel, media presentasi
Kompetensi Dasar 5.2 Mengidentifikasi penerapan listrik AC dan DC dalarn kehidupan seharihari
Materl Pembelajaran Listrik AC dan DC dalam kehidupan Penggunaan arus searah dan arus bolak balik Energi dan days listrik
Kegiatan Pembelajaran Merancang graphic Organizers untuk materi listrik AC dan DC Membuat daftar penggunaan listrik searah dan bolak-balik serta sumbemya (batere, generator, dan lain-lain) dalarn kehidupan seharihari di rurnah masing-masing (rnisalnya: lampu, TV, telpon, dan lain-lain) secara individu Mengidentifikasi karakteristik hambatan seri-paralel pada rangkaian listrik di rumah tangga Dalam model kooperatif tipe STAD siswa Menghitung energi listrik yang digunakan di rumah masingmasing per bulan
lndikator Mengidentifikasi penerapan arus listrik searah dalam kehidupan sehari-hari Mengidentitikasi penerapan arus listrik bolak-balik dalarn kehidupan sehari-hari
Penilaian
- Penugasan, - tes tertulis
Alokasi WaMu 4 jam
Sumberl BahanlAlat Sumber: Modul Fisika Bahan: lembar keja, bahan presentasi
Alat: multirneter, osiloskop, media presentasi
I
I
81 6. Memahami konsep dan prins$ gelombang elektromagnetik
Materi Pembelajaran
Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan spektrum gelombang elektromagnetik
Spektrum gelombang elektrornagnetik
r
Kegiatan Pembelajaran
lndikator
Merancang graphic Organizers untuk materi Gelombang elektmmagnetik
Mencari dan menelusuri literatur tentang gelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik dalam kehidupan r
I
Manfaat sinar gamma, sinar X, ultraviolet dan infra merah, dan gelombang elektrornagnetik lainnya dalam komunikasi
r
2 jam
Sumberl BahanlAlat Sumber: Modul Fisika
m:Petunjuk Penugasan, Bahan presentasi
m:media presentasi
Mengidentifikasi penggunaan gelombang elektromagnetik dalam komunikasi
Mengumpulkan informasi pernanfaatan gelombang elektromagnetik dalam kehidupan sehari-hari dalam bidang komunikasi, kesehatan, industri dan lainlain
Mengidentifikasi penggunaan gelombang elektromagnetik (seperti infra merah, ultra violet, sinar laser, dan lain-lain) dalam kesehatan dan industrri
Dalam model kooperatif tipe pernanfaatanMendeskripsikan gelombang elektromeagnetik dalarn kehidupan melalui presentasi kelompok
- Penugasan, - tes tertulis
Alokasi Waktu
Men),usUn deret gelombang elektrornagnetik berdasarkan frekuensi atau panjang gelombang
Dalam model kooperatif tipe STAD siswa Mendeskripsikan ciri dan karakteristik spektrum gelombang elektromagnetik melalui presentasi kelompok
6.2 Menjelaskan aplikasi gelombang elektromagnetik pada kehidupan sehari-hari
Penilaian
I
Menjelaskan perbedaan penggunaan r e ~ k n gfrekuensilpanjjanggelombang pada komunikasi radio, radar, telepon dan lain-lain
- Penugasan, - tes tertulis
2 jam
Sumber: Buku Paket Internet
W:Petunjuk penugasan, Bahan presentasi Alat: media presentasi