Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Harga Rp. 6000,- Luar jawa Rp. 9000,-
www.mediaumat.com
Fokus: Deklarasi dan Resolusi Jakarta
Wawancara: Mustofa B Nahrawardaya
Peluru Hampa Bagi Israel
Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF)
Ustadz Menjawab
Bisa Lebih Bahaya dari Orba Mancanegara
Hizbut Tahrir Serukan Khilafah dari Ankara Turki
Mengurus Izin Usaha Dimintai Uang, Bagaimana Menyikapinya? Siyasah Syar’iyyah
Cara Khilafah Mengatasi Teror
2
Salam
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Media Pembaca
Salam Redaksi Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu Salam Perjuangan! Pembaca yang dirahmati Allah, apa kabar Anda saat ini? Semoga tetap luar biasa dan senantiasa bersemangat menatap kehidupan ini dengan tetap berpegang teguh kepada Islam. Aamiin. Sadarkah Anda, saat ini kita berada di tahun yang ke92—berdasarkan hitungan kalender Masehi—tanpa memiliki pemimpin umat. Pasca runtuhnya Khilafah Utsmaniyah di Turki 3 Maret 1924, kaum Muslim seperti ayam kehilangan induk. Mereka tidak memiliki lagi tempat mengadu. Kaum Muslim di Myanmar, bingung ke mana mereka meminta pertolongan? Negeri-negeri Muslim tak mau menerima mereka dengan alasan nasionalisme. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) diam saja atas kebiadaban yang menimpa mereka karena mereka adalah Muslim. Demikian pula kaum Muslim di Palestina, ke mana mereka harus mengadu? Setiap hari mereka harus berperang dengan Israel secara tak seimbang. Sementara negara-negara tetangganya tak peduli. Arab Saudi, Mesir, Yordania, asyik dengan urusannya. Juga rakyat Suriah, kepada siapa minta bantuan? Setiap saat kekejian Bashar Assad tak terperi dan harus dihadapi sendiri. Dan masih banyak lagi nasib mengenaskan umat Islam karena hilangnya perisai umat dari muka bumi. Padahal, berdasarkan ijma' sahabat, kaum Muslim ini hanya boleh kosong dari kepemimpinan selama tiga hari saja. Ingat, tiga hari saja! Selebihnya itu kaum Muslim menanggung dosa. Bahkan Nabi menggambarkan mereka yang tidak berbaiat kepada khalifah—yang sebenarnya, bukan sekadar nama—kemudian mati maka matinya laksana mati jahiliyah. Naudzubillah. Kita butuh pemersatu umat yang bisa memuliakan Islam dan kaum Muslim. Kita butuh institusi Islam yakni khilafah untuk menerapkan Islam secara kaffah. Dengan penerapan Islam secara kaffah dalam naungan khilafah inilah, Islam akan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam semesta. Tanpa khilafah kita akan terus menjadi sasaran kerakusan kaum imperialis dan liberalis global. Kaum Muslim akan terus disudutkan dan dilemahkan. Pembaca yang dirahmati Allah, ini pula tampaknya yang sedang kita alami di negeri ini. Kaum Muslim yang dulu punya jasa terbesar di negeri ini terus menerus jadi sasaran tembak. Sejak Orba, kita disingkirkan. Padahal betapa banyak darah mengalir dari para ulama dan pejuang Islam—yang oleh Belanda disebut sebagai ekstrimis—demi kemerdekaan negeri ini. Lalu apakah nasib umat ini telah berubah? Akankah kita tetap dibidik sebagai musuh negara? Media Utama kali ini akan memberi perspektif atas revisi UU Terorisme yang akan dilakukan rezim Jokowi dengan Luhut Panjaitan sebagai komandan lapangannya. Jangan lupa, nikmati sajian kami yang tak kalah menarik adalah pembahasan tentang Organisasi Kerja Sama Islam—dulu Organisasi Konferensi Islam—atau OKI. Organisasi itu baru saja mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Jakarta. Bagaimana hasilnya? Akankah mengubah nasib saudara kita di Palestina? Akhirnya, kami berharap sajian kami kali ini bermanfaat bagi Anda semua dalam memperluas cakrawala berpikir Anda. Kritik dan saran selalu kami nantikan. Selamat membaca! Semoga Allah memberikan keberkahan. Aamiin. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
JELAJAHI
www.mediaumat.com
Lebih dari seribu warga Jakarta, Depok dan Tangsel mengikuti Daurah Akbar: Syariah dan Khilafah Wujudkan Islam Rahmatan lil 'Alamin, Ahad (13/3) di Masjid Al-Ittihad, Tebet, Jaksel. Kajian diisi KH Hafidz Abdurrahman dengan ditutup doa oleh KH Shoffar Mawardi.[]
Media Pembaca Pemikiran Liberal Merajalea Zaman yang kita hadapi ini sangat menakutkan. Pemikiran liberal sudah merajalela ke semua unsur, baik dari lingkungan maupun media elekronik. Sarana yang semakin canggih membuat anak-anak mudah mengakses pemikiran liberalisme. Tidak itu saja, banyak anak terbengkalai karena ibu sibuk mencari nafkah, seakan-akan di dunia ini materi adalah nomor satu, itu juga salah satu pemikiran liberal. Bagaimana kita mengatasi supaya pemikiran liberal itu tidak sampai masuk ke lingkungan keluarga kita? Tentunya sejak dini kita tanamkan akidah Islam pada keluarga kita. Selain itu, peran lingkungan pun harus yang islami dan semuanya ada pada peran negara, tentunya negara yang memakai aturan Islam, daulah khilafah rasyidah. Neneng. Meruya Selatan, Jakarta Barat. 085860248xxx
Tertutup Kaum Muslimin Al Islamu mahjubun bilmuslimin (Islam tertutup oleh kaum Muslimin), demikian kata Muhammad Abduh, maka kita tidak heran—ketika masih ada tersisa umat yang bangkit untuk menegakan kembali khilafah ala manhajin nabuwah yang menjadi rahmat bagi seluruh alam dalam naungan ridha Allah—muncul ide pemikiran untuk pembiaran umat Islam tetap dalam kesyirikan tidak melek kepada hukum-hukum Islam dengan dalih kearifan lokalnya di bawah naungan Islam Nusantara, bukan Islam ya'lu wa laa yu'la alaih dalam kawalan khilafah. Fashbir innallaha ma'a shabirin. Rohanda A Gani. Bale Endah. 082130593xxx
Tuhannya Siapa? Saya mau nanya ke Pak Mahasin, Dirjen Bimas Islam. Islam Nusantara itu tuhannya siapa? Kitabnya apa? Nabinya siapa? Shalatnya menghadap ke mana? Surga nerakanya di mana? Kalau sama dengan yang
pernah ngaji dari mbah kyai saya, itu namanya ora kacek, gombal mukiyo, kurang gaweyan, mending angon bebek slamet dunyo akhirat. Umur sudah menjelang surup srengenge mau ke mana Pak? Bambang. Pamenang, Jambi. +6281271502xxx
Masihkah Ragu? Assalamu'alaikm Wr Wb. Wahai umat Islam Indonesia, wahai umat Islam di dunia ini, masihkah antum ragu dengan solusi Islam yang kami tawarkan? Masihkah antum ragu dengan pengorbanan dan perjuangan yang kami lakukan untuk membela tegaknya dinul Islam di muka bumi ini? Antum semua tahu bahwa negeri ini sedang dalam keadaan rusak. Antum semua tahu umat Islam di belahan dunia sedang dalam keadaan terjajah, teraniaya, terzalimi. Tolong beritahu kami, ajari kami, kritik kami, nasihati kami jikalau kami salah, kami lalai, kami maksiat. Kami hanya mengingkan kembali pada aturan Allah yakni penerapan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah. Abu Nijam. Majalaya. +6285659351xxx
Dapatkan Pahala Sebanyaknya Menjadi Muslim adalah peluang, sebab semua amal akan bernilai dan diperhitungkan. Momentum untuk sebanyak mungkin meraup fasilitas pahala yang disediakan. Saya menyebutkan itu adalah fasilitas, sebab kita Muslim sudah punya cek, tinggal mengisi angka-angkanya saja. “Setiap umatku pasti akan masuk surga,” kata Nabi, “kecuali yang enggan atau menolaknya.” Manfaatkan momentum kita di dunia meraih pahala dan setiap masalah dan kerusakan di negeri kita ubah dan atur dengan syariat Islam. Sheh Muhammad. Indralaya, Ogan Ilir. +6285788383xxx
Jokowi Sengsarakan Rakyat
SMS Media Pembaca/Komentar untuk MU: 081315263110. SMS Redaksi: 081288020261. Sertakan Nama dan Asal Sertakan Nama dan Asal daerah.
Kebijakan liberal yang diambil rezim Jokowi-JK
SMS Berlangganan: 0857 8013 7043
Penerbit: Pusat Kajian Islam dan Peradaban. Dewan Penasihat : KH Ma'ruf Amien, KH Nazri Adlani, KH Amrullah Ahmad, KH Syukron Makmun, KH Muhammad Arifin Ilham , KH Athian Ali M Dai, Achmad Michdan SH, H Azwir, KH dr Muhammad Utsman, H Hari Moekti, AGH Sanusi Baco, Lc, KH DR Miftah Faridl, Dra Hj Nurdiati Akma M.Si, Dra Hj Nurni Akma, Prof Dr Ir Zoer’aini Djamal Irwan MS, KH Husin Naparin, Lc, MA. Penasihat Hukum: Achmad Michdan SH. Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi: Farid Wadjdi. Pemimpin Perusahaan: Anwar Iman. Sidang Redaksi: Hafidz Abdurrahman, MR Kurnia, Yahya Abdurrahman, Muhammad Ismail Yusanto, Rochmat S. Labib. Redaktur Pelaksana: Mujiyanto. Redaksi: W almaroky, Zulkifli, Joko Prasetyo, Zulia Ilmawati, Nanik Wijayati, Iffah Ainur Rochmah, Kholda. Kontributor Daerah: Rifan (Jatim), Fakhruddin (Babel), Apri Siswanto (Riau), Rikhwan Hadi (Sumbar), Kurdiyono & Ahmad Sudrajat (DIY), Eko (Sultra), Fatih Sholahudin & Farhan (Jabar), Bahrul Ulum (Sulsel), Abduh (Kalsel), Budianto Haris (Sumsel), Dani Umbara Lubis (Sumut), Dadan Hudaya (Banten) Desain dan Pracetak: Kholid Mawardi. Keuangan: Budi Darmawan . Marketing: Muhammad Ihsan. Sirkulasi: W Wahyudi. Iklan: Aris Rudito, M Rosyid Aziz. Alamat Redaksi: Jl. Prof. Soepomo No. 231, Jakarta Selatan 12790. Email:
[email protected]. Iklan Pemasaran: Jl. Prof. Soepomo No. 231, Jakarta Selatan 12790. Email Iklan:
[email protected] . Email Marketing:
[email protected] Hunting Pemasaran: 085711044000, sms: 089650202478. Hunting Iklan: 085780137043. Rekening: Bank Muamalat No Rek 9064150699 a.n Budi Darmawan.
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Editorial
3
saat ini telah menyengsarakan rakyat. Karena dalam kebijakan liberal, meminimalisir peran negara dalam mengurusi rakyat. Urusan rakyat diserahkan kepada swasta atau individu. Dan ini bertentangan dengan Islam. Oleh karena itu harus dicampakkan dan kembali kepada khilafah Islam. Allahu Akbar! Abu Luthfi. Pasuruan Kota. +6281553137xxx
LGBT I Saat ini banyak orang yang mengatasnamakan HAM untuk dijadikan alasan melegalkan segala hal yang sifatnya kemaksiatan. Contoh kasus LGBT dan aliran sesat Gafatar, mereka tidak hanya bermaksiat, mereka juga menyesatkan umat Islam. Bukankah Gafatar membuat ribuan pengikutnya murtad? Bukankah gerakan LGBT dengan mengatasnamakan HAM ingin tindak kriminal seksualnya dianggap sebagai kenormalan? Jadi pada hakikatnya yang memperjuangkan HAM itu sama dengan memperjuangkan kebebasan berperilaku (liberal) tidak ada bedanya dengan hewan yang bebas berprilaku mengikuti hawa nafsu bahkan lebih hina lagi. Jelas sekali, itu sangat bertentangan dengan ajaran/tuntunan agama Islam. Karena Islam mengajarkan/menuntun manusia dalam menjalani kehidupan, berprilaku dan dalam segala aspeknya sesuai dengan fitrah manusia. Ai Sri Hayani. Katapang, Bandung. +6285220550xxx
LGBT II Isu LGBT saat ini banyak diperbincangkan di masyarakat, banyak yang kontra tapi tidak sedikit pula yang pro. Apakah LGBT penyakit bawaan? LGBT tidak terbukti secara ilmiah merupakan fenomena dari faktor gen. Bagaimana dengan dalih kebebasan HAM? HAM menganggap LGBT adalah bagian dari ekspresi diri. Islam memandang ide kebebasan dan HAM yang mendasari dan digunakan sebagai pembenaran perilaku seks menyimpang, termasuk perilaku LGBT, adalah yang menyalahi dan sangat bertentangan dengan aturan Islam. Semua ini terjadi dari sistem yang salah. Mari kita ganti dengan sistem Islam, dengan mewujudkan Khilafah Rasyidah 'ala minhaj an-nubuwwah sebagai sistem yang menerapkan seluruh hukum Islam secara kaffah. Wallahu 'alam bi ash shawab. Neneng. Meruya Selatan. Jakarta Barat. +6285860248xxx
Komentar untukMU Hukum Ikan Cupang Assalamualaikum Wr Wb. Mohon dijelaskan hukum budidaya ikan cupang yang terkadang ikan cupang yang kami budidaya dan dijual sering dipetarungkan, jadi alat perjudian. Bambang Sutejo. Batu Bara. +6285297764xxx
Bahas Deponering BW MU, saya juga sudah membaca akhirnya kasus BW dan AS dipetieskan alias tidak dilanjutkan ke pengadilan atau dalam kode polisinya 86. MU. Tolong bahas deponering kasus AS dan BW adalah hasil kompromi dari hukumhukum buatan manusia yang banyak bolongnya. Terima kasih, jazakallah khairan katsiraa. Barakallahu fiikum. Freddy. Jawa Barat. +6281320577xxx Waalaikumsalam Wr Wb. Insya Allah, nanti kita pertimbangkan usulannya untuk dibahas. Terima kasih atas pertanyaan dan masukannya. Redaksi
Soal Jawab bersama Amir Hizbut Tahrir Ata Bin Khalil Abu Al-Rashtah klik www.hizbut-tahrir.or.id
Kesalahan Berulang Densus
W
ajah Marso Diyono (61 tahun) tampak sedih dan lelah. Marso sangat kaget saat menerima kabar anak bungsunya yang dikenal baik, Siyono meninggal saat diperiksa Densus. Padahal saat penangkapan anaknya dalam keadaan sehat. Marso tidak menyangka shalat maghrib berjamaah di masjid, saat Siyono ditangkap Densus merupakan shalat jamaah terakhir bersama anaknya. Dua hari setelah penangkapan pada Jumat (11/3), anaknya dibawa pulang dengan dibungkus kain kafan. Terkait kematian Siyono, awalnya polisi menyatakan Siyono meninggal karena kelelahan setelah berkelahi melawan Densus. Namun kemudian, polisi seperti yang dinyatakan Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Brigjen Pol Arthur Tampi menjelaskan Siyono terbunuh akibat pendarahan di kapala disebabkan hantaman benda tumpul. Sementara pihak keluarga setelah melihat kondisi jenazah Siyono menjelaskan kemungkinan terjadinya penyiksaan. Saat pergantian kain kafan dari jenazah tampak ada lebam pada kedua mata, lebam berwarna biru kehitaman di pelipis, hidung patah, kepala bagian belakang masih meneteskan darah segar. Pada kedua kaki dari paha sampai mata kaki bengkak berwarna hitam. Kuku jari kaki kiri mau lepas. Kematian Siyono pun menyulut kecaman kepada Densus. Ketua Pimpinan Muhammadiyah menyoroti kinerja Densus selama ini yang tidak bisa diverifikasi pertanggungjawabannya. Pihaknya menduga ada pelanggaran HAM dan tidak profesionalnya Densus 88. Sementara Komisioner Komnas HAM Maneger Nasution menilai Densus perlu dievaluasi. Menurutnya, Komnas HAM sudah menerima 118 laporan terduga teroris yang ditembak mati tanpa pemeriksaan. Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Netta S Pane menyatakan, penembakan yang kerap dilakukan Detasemen Khusus (Densus) 88 terhadap terduga teroris malah terkesan seperti algojo. Jauh sebelumnya, Ismail Yusanto, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia, juga mempertanyakan profesionalisme Densus. Menurutnya, dalam operasinya kerap melakukan salah tangkap. Sebelum kasusnya ini, Densus juga pada tanggal 29 Desember 2015, pernah menangkap dua orang tidak bersalah yang hendak berangkat shalat Dhuhur berjamaah di sebuah masjid di Solo. Meskipun akhirnya dilepas, Ayum Penggalih dan Nur Syawaludin mengaku sempat mengalami siksaan saat ditangkap. Termasuk saat keduanya berada di dalam kendaraan yang membawanya ke Mapolsek Laweyan. Baik Galih maupun Nur mengaku tak diizinkan untuk shalat. Bahkan, Nur sendiri selain tak diizinkan untuk shalat, dirinya dengan rasa sakit luar biasa memutar borgol yang mengikat tangannya ke arah depan, agar bisa buang air kecil. Pernyataan Ismail Yusanto perlu kita perhatikan. Menurut Jubir HTI ini, berulangkali Densus melakukan salah tangkap dan juga salah tembak menunjukkan ada masalah pada Densus. Seharusnya ada tindakan hukum terhadap kesalahan-kesalahan itu. Namun selama ini Densus 88 nyaris tidak tersentuh. Bahkan ada dugaan, Kapolri sendiri, sulit mengendalikan Densus. Pertanyaannya sebenarnya Densus 88 itu bekerja untuk apa dan untuk siapa? Tentu sangat berbahaya kalau kerja Densus seolah menjadi proyek mencari dana elite-elite tertentu di kepolisian. Mengingat dana untuk Densus sangatlah besar. Terakhir, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, pemerintah menyiapkan alokasi anggaran hingga Rp 1,9 trilyun untuk Densus 88. Belum lagi sumbangan dari negara-negara asing. Tentu patut dipertanyakan kalau dana sebesar itu yang juga dari rakyat, digunakan untuk membangun 'mesin pembunuh' yang tidak tersentuh hukum. Termasuk kita khawatir, Densus menjadi proyek karir, bagi orang-orang tertentu di kepolisian yang haus kekuasaan. Ada dugaan selama ini karir di Densus termasuk 'batu loncatan emas ' untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi. Apakah demi karir, rakyat boleh dibunuh ? Yang harus kita tolak keras adalah kalau Densus justru bekerja untuk asing. Menjadi kaki tangan perang melawan terorisme yang dipimpin Amerika Serikat. Sementara kita tahu , perang ala Amerika ini tidak lain hanyalah untuk kepentingan negara adidaya tersebut. Untuk memperkuat penjajahannya di negara-negara lain termasuk Indonesia. Perang ala Amerika ini pun secara jelas telah menjadikan umat Islam dan Islam menjadi target mereka. Tentu sangat menyedihkan kalau Densus menjadi bagian dari proyek asing ini . Sesuatu yang sangat berbahaya, ketika institusi negara yang dibiayai rakyat mengabdi kepada kepentingan asing dengan menjadikan rakyat sebagai korban. Ini jelas kejahatan besar. Kita setuju, bahwa apa pun yang meneror rakyat, yang mengancam rakyat, harus kita cegah dan hentikan. Namun bukan berarti dilakukan tanpa koridor hukum. Sangat berbahaya kalau dengan hanya tuduhan apalagi terduga terorisme, telah menjadi legalitas untuk memperlakukan seseorang dengan semenamena, apalagi membunuhnya. Alih-alih menyelesaikan terorisme, tindakan seperti ini akan membangkitkan kebencian, dendam dan kemarahan baru bagi keluarga dan anak-anak korban di masa depan. Apakah ini yang kita inginkan? [] farid wadjdi
4
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Media Utama
UU yang ada sudah sangat represif. Tidak perlu direpresifkan lagi.
D
i tengah rezim Jokowi akan merevisi UU No 15 tahun 2013 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, rakyat disuguhi dampak penerapan UU itu kepada warga negara. Siyono (39), warga Dusun Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten, tewas usai ditangkap Densus 88. Karo Penmas Polri Brigjen Agus Rianto membenarkan Siyono ditangkap Tim Densus 88 Antiteror Polri pada Selasa (8/3) lalu. Ia menyebut, Siyono tewas karena kelelahan dan lemas setelah berkelahi dengan Densus 88. Banyak pihak mempertanyakan penyebab kematian orang yang statusnya belum jelas ini di tangan Densus 88. Pengamat terorisme Mustofa B Nahrawardaya menilai alasan kepolisian ini tidak masuk akal. “Itu tidak mungkin terjadi!” katanya. Ia pun kemudian menjelaskan—dari perlakuan Densus 88 selama ini yang dipertontonkan-, para terduga yang ditangkap itu pasti tangannya diborgol, kakinya diborgol, kepala dilakban, sampai di Jakarta, sampai masa pengawalan, tidak akan dibuka itu borgol. “Jadi bagaimana mungkin dikatakan terduga itu berkelahi dengan Densus, kelelahan terus mati. Inikan seperti penjelasan kepada anak-anak SD.
Kalau orang sudah sekolah akal sehatnya tidak akan bisa menerima keterangan seperti itu,” jelasnya. Apalagi, kata Mustofa, orang tahu persis bahwa Densus itu keras. Sering menembak mati orang-orang yang baru diduga teroris. “Maka keterangan tersebut menimbulkan kecurigaan, kok Densus berubah menjadi banci, hanya berkelahi saja. Kalau terduga melawan, ya ditembak mati saja, kan biasanya begitu? Wong tidak melawan saja ditembak mati, kok bagaimana bisa melawan dengan berkelahi?” terangnya. Dan sejauh ini, dengan berlindung di bawah UU Terorisme, sepak terjang Densus 88 ini seperti tidak pernah salah. Mereka bisa dengan semena-mena memperlakukan siapapun dengan dalih terduga teroris. “Kesalahan-kesalahan dalam operasi terorisme tidak pernah diakui oleh negara,” kata Haris Azhar, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). Dalam kondisi seperti ini, rezim Jokowi ingin merevisi UU Terorisme. Sebagai jembatannya adalah peristiwa bom Thamrin pada pertengahan Januari 2016 lalu. Pemerintah berpandangan, UU Terorisme masih lemah sehingga perlu direvisi. Alasan ini yang dikritik banyak pihak. Soalnya, sejauh ini belum ada evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan UU tersebut. Benarkah UU itu tidak mampu mengatasi permasalahan yang ada atau justru aparat saja yang tidak berhasil menerapkan UU tersebut. Fakta menunjukkan, pelak-
sanaan UU itu telah menimbulkan sikap represif terhadap rakyat. Sudah banyak korban yang jatuh oleh tim Densus 88 atas nama pemberantasan terorisme. Ini karena wewenang yang luas kepada Densus 88 dan hampir tidak ada kontrol. Bahkan dalam soal anggaran, banyak pihak menyebut tidak ada audit terhadap tim elite kepolisian ini atas penggunaan uang rakyat. Belakangan bahkan anggaran mereka ditingkatkan lagi dari Rp 600 milyar setahun menjadi Rp 1,9 trilyun. Walhasil, menurut Mustofa, UU yang ada sekarang sudah sangat lengkap dan sangat represif. “Jadi tidak perlu lebih direpresifkan lagi. Kalau ditambahtambah lagi lalu disahkan dengan penambahan masa tahanan jadi sebulan maka ke depannya akan lebih berbahaya lagi daripada Orde Baru,” tandasnya.
Membidik Islam? Melihat berbagai fakta yang terjadi selama ini, istilah teroris selalu disematkan kepada kaum Muslim. Tak ada ceritanya orang kafir disebut teroris. Di Papua, meski OPM telah membunuh tentara, polisi, dan rakyat biasa, mereka tetap saja tak pernah disebut teroris. Demikian juga kasus di Alam Sutra Tangerang. Orang yang meledakkan bom di pusat perbelanjaan itu tak juga dikatakan teroris karena ternyata agamanya Katolik. Maka, banyak orang patut menduga bahwa perang melawan terorisme ini tak lain adalah perang melawan Islam. Kebijakan ini bukanlah produk asli Indonesia, tapi ini adalah kebijakan
global Amerika Serikat yang dipaksakan ke seluruh dunia. Dengan diplomasi stick and carrot, semua negara di dunia diberi pilihan yaitu ikut Amerika atau ikut teroris. Dan dalam berbagai pernyataan, sangat jelas dan gamblang, yang dimaksud teroris oleh Amerika itu adalah Islam, yakni mereka yang ingin membangun kembali khilafah dan melaksanakan syariah serta mengobarkan jihad. Amerika pun membuat daftar organisasi teroris di dunia. Hampir semuanya organisasi Islam. Negara adidaya itu pun dengan semena-mena menahan orang-orang yang dianggapnya teroris dan membawanya ke Guantanamo meski tanpa mengikuti prosedur hukum yang berlaku. Dan sudah banyak ahli bicara, bahwa Islamlah kini satusatunya ancaman bagi adidaya dunia Amerika setelah kehancuran komunisme. Makanya, mereka berusaha mencegah bangkitnya Islam menjadi kekuatan politik global karena itu akan menghancurkan sistem kapitalis yang kini tengah berkuasa. Makanya, mereka mencoba membelokkan pemikiran Islam agar sesuai dengan pemikiran Barat. Mereka ciptakan Islam ala Barat. Mereka didik anak-anak kaum Muslim agar sepandangan dengan Barat dan kemudian menerjunkannya di tengah-tengah komunitas kaum Muslim. Mereka gencarkan proyek deradikalisasi. Dan proyek ini sangat jelas, sasarannya adalah kaum Muslim. Mengapa yang lain tidak? Maka, sulit dielakkan bahwa perang melawan terorisme ini tidak diarahkan untuk
membidik Islam dan kaum Muslim, meski ada bantahan dari mana pun.
Bukan Ancaman Islam adalah agama rahmat. Islam diturunkan untuk membawa kebaikan bagi manusia. Ajarannya turun dari Yang Maha Pencipta. Dia-lah yang mengetahui karakter manusia dengan segala interaksinya. Dialah Yang Maha Baik, Maha Adil, dan Maha Benar. Tidak mungkin ajarannya membawa keburukan dan ketidakadilan bagi manusia. Islam telah dipraktikkan selama lebih dari 13 abad lamanya. Hasilnya bisa dirasakan hingga sekarang meskipun institusi penerap Islam yakni khilafah telah tiada. Beberapa peradaban manusia yang kini ada adalah buah dari penerapan Islam. Kemajuan ilmu dan teknologi di Barat tak lepas dari sumbangan peradaban Islam. Penerapan Islam secara kaffah di bawah naungan khilafah merupakan kewajiban Allah SWT. Allah menjanjikan keberkahan dari langit dan bumi bila suatu kaum beriman dan bertakwa—artinya menerapkan syariah semuanya. Islam akan menjanjikan kebaikan bagi manusia di dalamnya, baik Muslim dan non Muslim, bahkan termasuk bagi alam semesta. Inilah sesuatu yang tidak ada dalam sistem manapun. Walhasil, inilah Islam rahmatan lil alamin yang sebenarnya. Bukan Islam ala Barat, atau Islam ala Indonesia. Tapi Islam yang diterapkan sesuai manhaj (metode) kenabian.[] mujiyanto
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Syahwat Revisi Rezim Jokowi Kewenangan aparat menangkap siapapun yang dianggap terlibat terorisme lewat revisi UU Terorisme berpotensi menghidupkan kembali pola-pola lama Orde Baru. Ia berharap, UU Terorisme yang baru ini bisa membatasi ruang gerak para teroris ataupun berbagai pihak yang mengancam keamanan negara. Ia pun memastikan bahwa dengan lahirnya UU ini, tidak akan merugikan orang lain. Kendati begitu, Luhut tak menampik munculnya kekhawatiran UU ini akan banyak membatasi gerakan warga. Ia menegaskan, revisi UU Terorisme yang berlaku di Indonesia tak akan seketat di Malaysia dan Singapura.
Sudah Represif
T
anpa ada landasan dan kajian akademik, rezim Jokowi bernafsu merevisi UndangUndang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme atau juga sering disebut UU Anti Terorisme. Syahwat revisi itu begitu nyata sehari setelah peristiwa bom Thamrin, Kamis, 14 Januari 2016. Hampir semua jajaran kabinet Jokowi menyuarakan perubahan itu. Mulai dari Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso, Kapolri Jenderal Pol Badroddin Haiti, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, dan Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan. Meski banyak pihak tak sepakat dengan rencana perubahan itu, pemerintah keukeuh melakukan revisi itu. Dari 47 pasal dalam UU tersebut, menurut informasi yang beredar, ada 19 pasal direvisi, atau sekitar 35 persen dari isi undang-undang ini. Hingga berita ini diturunkan, belum didapatkan draft lengkap perubahan UU itu. Namun Menko Polhukam telah memberikan gambaran atas perubahan tersebut. Ada beberapa poin penting. Enam poin di antaranya adalah: Pertama, soal perluasan definsi dari terorisme dan kekerasan. Dalam revisi UU Terorisme itu diperjelas apa itu terorisme dan bentuk kekerasan, seperti ancaman dan perbuatan yang merugikan negara.
Kedua, polisi sudah bisa menangkap orang yang terlibat dalam jaringan terorisme. Indikator orang tersebut bisa ditangkap apabila ia berkumpul dan melakukan pertemuan dengan membahas aksi-aksi teror dan menyerempet pada aksi radikalisme. Ketiga, polisi bisa menahan mereka dengan maksimal masa tahanan 30 hari. Selain itu, pada saat penuntutan, akan ditambah 120 hari masa penahanan sebelum perkaranya diputuskan. Keempat, polisi juga bisa menahan mereka dengan berbekal minimal dua alat bukti. Jika sebelumnya alat bukti harus berupa aksi dan bentuk ancaman, dalam revisi ini cukup bukti komunikasi via surat elektronik dan alat elektronik lainnya. Termasuk di dalamnya adalah analisis transaksi keuangan. Kelima, soal deradikalisasi. Program deradikalisasi masuk dalam UU. Sebelumnya, tidak ada. Di sana, disebutkan deradikalisasi bersifat holistis dan melibatkan tujuh kementerian terkait. Pendekatan dilakukan secara soft approach dengan pendekatan agama, psikologi, pendidikan, dan vocational. Keenam, nantinya para narapidana terorisme akan dibedakan selnya. Menurut Luhut, nanti tak ada lagi pencampuran tahanan. Semuanya dikelompokkan menjadi kelompok berbeda. Mana yang otak pelaku, mana yang jadi aktor lapangan, dan mana yang hanya ikut-ikutan. Terkait dengan institusi BIN
dan TNI, kata Luhut, tidak ada perubahan. Kedua institusi itu tetap ditugaskan sebagaimana tupoksinya. TNI dalam penanganan terorisme tetap bersifat sebagai back up. Kepada pers, Luhut menegaskan, UU ini tidak hanya berlaku pada gerakan radikal yang kerap menyasar para umat Muslim. Bagi siapa saja yang masuk dalam kategori membahayakan negara, bisa dikenakan pasal ini. “Jadi, ini konteksnya bukan Islam. Awas jangan salah. Ini bisa siapa saja. Misal di Aceh, Papua, atau tanah Batak sendiri, tapi ada gerakan dan kelompok yang masuk dalam definisi teror dan membahayakan negara, maka bisa dikenakan pasal ini," kata mantan Kepala Staf Kepresidenan ini.
Syahwat tinggi rezim Jokowi untuk merevisi UU Terorisme ini mendapat penolakan berbagai kalangan. Termasuk di antaranya kalangan wakil rakyat. Di awal rencana ini muncul, pasca bom Thamrim, kalangan Dewan pun sudah menyuarakan penolakannya. Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan, ada keberatan dari anggota Dewan untuk mengikuti keinginan pemerintah merevisi Undang-undang (UU) Terorisme demi penguatan kewenangan aparat penegak hukum. “Yang kita khawatirkan, bisa saja kemunduran demokrasi bila diluncurkan security approach. Misalnya preemptive action. Nanti aparat bisa menangkap orang dengan alasan subyektif. Itu bisa kemunduran demokrasi, kalau arahnya ke sana,” kata Fadli di Jakarta. Menurutnya, kewenangan aparat menangkap siapapun yang dianggap terlibat terorisme lewat revisi UU Terorisme berpotensi menghidupkan kembali pola-pola lama Orde Baru. “Jangan sampai Indonesia meniru negara tetangga seperti Singa-
pura dan Malaysia, yang dengan Internal Security Act-nya, mengamankan dengan represif,” kata orang dekat Prabowo ini. Sementara itu menurut Wakil Ketua Dewan Pembina Tim Pengacara Muslim (TPM) Achmad Michdan, UU yang ada sudah sangat ketat dan represif. Apatah lagi nanti akan ada perubahan yang memberi kewenangan lebih kepada aparat keamanan. Menurutnya, sejak UU diberlakukan masalah tidak juga berakhir malah semakin banyak perlawanan. Ini menunjukkan ada yang salah dalam pemberantasan terorisme. Ia yakin justru muncul masalah baru setelah ada revisi UU ini. “Selama akar masalahnya tidak disentuh, selama itu pula masalah terorisme tidak akan pernah selesai,” kata Michdan yang telah 16 tahun mendampingi para terduga teror. Niat pemerintah merevisi UU itu, menurut Haris Azhar, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), hanyalah akalakalan atau untuk menutupi kesalahan berbagai institusi negara dalam mencegah terorisme. Juga, ada agenda lain yang ingin dicari dari kewenangan yang berlebihan tersebut. Pengamat terorisme Mustofa B Nahrawardaya menilai UU yang ada sudah sangat lengkap dan sangat represif. “Jadi tidak perlu lebih direpresifkan lagi. Kalau ditambah-tambah lagi lalu disahkan dengan penambahan masa tahanan jadi sebulan maka ke depannya akan lebih berbahaya lagi daripada Orde Baru,” tandasnya. [] joy/emje
Hantu Kopkamtib Itu
K
endati rezim Orde Baru telah berlalu, kekejaman rezim Soeharto itu tak bisa dilupakan begitu saja. Selama hampir 32 tahun lamanya, rezim ini menggunakan cara-cara represif untuk mempertahankan kekuasaannya. Siapapun yang berseberangan dengan pemerintah, pasti disikat. Di masa awal Orde Baru, Soeharto memiliki lembaga super body yakni Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib). Kopkamtib ini mempunyai kewenangan yang luar biasa. Sepak terjangnya tak ada yang bisa mengawasinya dan terkadang di luar hukum. Kekejamannya tak ada yang berani mempermasalahkannya pada saat itu, kendati banyak orang mengetahuinya. Saat itu, Kopkamtib menangkap dan menjebloskan orang ke dalam penjara hanya karena dicurigai berpotensi mengganggu ketertiban dan keamanan, tanpa bukti yang jelas. Maka ketika orang
ditangkap dan ditahan tanpa proses peradilan, itu bukan hal aneh. Keberadaan Kopkamtib membuat waswas banyak pihak. Bisa saja seseorang yang dicurigai langsung "diambil" dan diteror secara fisik. Saat itu khutbah dan ceramah para dai diawasi secara ketat. Bila dianggap "membahayakan" stabilitas nasional, mereka akan segera "diamankan" oleh Laksus (pelaksana khusus). Para mubaligh diseleksi termasuk materi ceramah mereka. Yang "keras" tak boleh naik mimbar. Buku 'Neraka Rezim Soeharto' menggambarkan bagaimana kekejaman dan penyiksaan terhadap para tahanan saat itu. Tanpa ada peradilan, mereka diculik dan disiksa di tempat-tempat yang tak manusiawi. Akankah Kopkamtib lahir lagi dengan wajah baru, Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri? [] emje
6
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Media Utama
Membidik Islam! “UU kita juga diarahkan untuk menggiring kita semua agar yang disebut teroris itu hanyalah orang Islam.”
I
slam lagi-lagi terus dibidik. Tidak hanya di masa Orde Baru dengan sebutan ekstrim kanan, di era berikutnya, bahkan hingga sekarang, Islam tetap jadi sasaran. Hanya saja sebutannya berbeda: teroris! Menurut pengamat terorisme Mustofa B Nahrawardaya, faktanya memang seperti itu. Dan itu pula yang terkandung dalam UU Terorisme selama ini. “UU kita juga diarahkan untuk menggiring kita semua agar yang disebut teroris itu hanyalah orang Islam,” katanya kepada Media Umat. Ia menjelaskan, definisi teroris itu selalu mengacu pada tiga hal. Pertama, didorong oleh ideologi tertentu. Kedua, memiliki jaringan internasional. Ketiga, memiliki pendanaan yang dilakukan oleh kelompok. Kalau dulu definisi itu dikaitkan dengan Alqaidah, sekarang dengan ISIS. “Karena kalau tidak dikaitkan tidak memiliki jaringan internasional, ya tidak disebut teroris,” paparnya. Mustofa mencontohkan, OPM tidak disebut teroris tetapi
hanya separatis saja. Padahal korbannya sama, polisi mati, tentara mati, rakyat mati karena ulah OPM itu. Padahal OPM dibiayai oleh jaringan internasional, dan memiliki pendanaan yang dilakukan oleh kelompok. “Tetapi OPM tidak didorong oleh ideologi seperti agama Islam yang kita miliki. Contoh lain bom Alam Sutra. Pelakunya jelas, melakukan pemboman, bomnya sangat besar tetapi agamanya Katolik, ya tidak disebut teroris,” kata Mustofa. Fakta di lapangan pun kental sekali membidik Islam. Saat ada orang terduga teroris ditangkap, barang buktinya adalah Alquran. Demikian pula lembaga yang dituduh sebagai sarang teroris adalah pesantren. Padahal tidak pernah ada selama ini yang mengatakan kampus atau perguruan tinggi adalah sarang koruptor karena hampir semua koruptor adalah lulusan perguruan tinggi. Demikian pula dalam program deradikalisasi, semua menyasar umat Islam. Tidak ada deradikalisasi umat Kristen, Hindu, Budha, atau lainnya. Padahal, ada
pelaku teror ternyata beragama Katolik. Menurut Mustofa, itu semua terjadi karena wakil rakyat tidak memahami undang-undang yang mereka buat. “Bagaimana mereka bisa dikadali dengan pasal-pasal pesanan dari Barat, pesanan dari Amerika dan konco-konconya supaya seluruh dunia itu bunyi pasalnya sama persis,” tandasnya
Terkait Latar Belakang Program pemberantasan tindak pidana terorisme di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari program dunia: global war on terrorism (GWOT) yang dikomandoi oleh Amerika Serikat. Peraih hadiah Nobel Noam Chomsky dari Massachussetts Institute of Technology, AS, menyebutkan Amerika memanfaatkan terorisme sebagai instrumen kebijakan standar untuk memukul atau menindas lawan-lawannya dari kalangan Islam. Isu perang melawan terorisme ini, menurut Chomsky dalam beberapa tulisannya digulirkan sejak awal 1990-an, jauh sebelum
Program Deradikalisasi=Proyek
K
etika banyak lembaga beramai-ramai ikut mengadakan atau bergabung dengan program deradikalisasi, tidak demikian dengan organisasi Muhammadiyah. Berbicara dalam seminar nasional ”Moderasi Antitesis Radikalisme dan Deradikalisme” di kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Senin (29/2), Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, Muhammadiyah tidak terjebak dalam kepentingan proyek. Ia berpendapat, gerakan keagamaan memang seharusnya tidak terjebak dengan hal-hal yang kelihatannya menguntungkan namun sebenarnya merugikan bangsa dan negara sendiri. Ia menjelaskan, program deradikalisme yang kemudian dikaitkan dengan program nasional akan juga terkait dengan sumber
pendanaan, sponsor, dan sebagainya. Jika hal itu terjadi maka program ini akan sulit sekali dihentikan. Bahkan, meski teroris tidak ada sekalipun, program itu akan tetap ada. “Kita tidak ingin dengan program deradikalisme justru tercipta kesan Indonesia isinya terorisme,” katanya seperti dikutip republika.co.id. “Para pejabat mengatakan bukan Islam, namun yang terjadi selalu dilakukan kelompok tertentu yang terkait dengan agama Islam,” ujarnya. Muhammadiyah, katanya, memang tidak setuju dengan tindakan terorisme. Namun, deradikalisme juga akan memberi dampak yang tidak sederhana. Sebab, gerakan radikalisme sendiri selalu memiliki kepentingan ekonomi yang tidak sederhana.[]
tragedi WTC maupun berbagai pemboman di sejumlah kawasan di dunia Islam. Maka tak bisa ditutupi, perang terhadap terorisme itu sebenarnya ditujukan untuk kepentingan yang luas yakni perang terhadap Islam. Presiden AS George W Bush sejak awal perang mengisyaratkan ini dengan menyebut perang melawan terorisme adalah crusade (perang salib). Meskipun mengaku salah ucap, kata-kata yang senada diulangi lagi oleh Bush dan pejabat di bawahnya. Perang ini pun menjadikan Islam sebagai monster dan iblis. Tampak dari istilahistilah berkonotasi buruk yang disandingkan dengan Islam oleh Bush untuk menamakan musuhnya seperti istilah Islam fasis, Islam radikal, atau Islam militan. Bush di depan The National Endowment for Democracy (September 2003) menyebut ideologi teroris dengan istilah 'the murderous ideology of the Islamic radical' dan menyamakan perang ini sama dengan perang melawan komunisme. Bush dan sekutunya pun menjadikan konsepsi Islam seperti syariah, jihad dan khilafah menjadi musuh dalam perang ini. Jihad yang demikian mulia dalam pandangan Islam pun dikonotasikan jelek dan merusak. Mereka juga sering mengaitkan bahwa ideologi teroris yang menurutnya bercita-cita menerapkan syariah Islam dan khilafah. Bush dalam sebuah pidatonya mengatakan para teroris hendak membangun sebuah imperium radikal Islam dari Spanyol sampai Indonesia. Perdana Menteri Inggris sebelumnya Tony Blair—sekutu dekat Bush—pun lebih jelas lagi dengan menyebut empat ciri ideologi setan para teroris: anti Israel, anti nilai-nilai Barat, ingin menerapkan syariah Islam, dan mempersatukan umat Islam
dengan khilafah (BBC News, 16/07/2005).
Maksud Sebenarnya Perang melawan terorisme ini merupakan kepentingan politik luar negeri Amerika. Program ini dimaksudkan: Pertama, untuk legitimasi intervensi. Dengan alasan ini AS menduduki Irak, Afghanistan, Pakistan. Termasuk campur tangan dalam urusan Sudan, Yaman, dan Thailand (Pattani), dan Filipina Selatan (Moro). Termasuk melakukan kerja sama-kerja sama yang mendikte negara lain dengan alasan memerangi terorisme. AS kemudian membagi dunia menjadi dunia: pengikut Amerika atau pengikut teroris. Politik stick and Carrot pun dilakukan. Kedua, GWOT juga digunakan untuk penyesatan politik (tadhdhlil as siyasi), dalam politik penjajahan Amerika untuk menutupi kekejaman dan kebrutalan politik luar negerinya. Ketiga, di balik GWOT ini ada maksud yang lebih penting yakni war on idea, perang pemikiran. Terorisme kemudian dikaitkan dengan kewajiban-kewajiban mulia dan penting umat Islam seperti penegakan syariah Islam secara total, khilafah, dan jihad. Stigma negatif terhadap tiga hal ini sangat penting untuk menjauhkannya dari umat Islam. Amerika Serikat sangat mengerti ketiga kewajiban penting dalam Islam ini akan membahayakan eksistensi ideologi kapitalisme di dunia yang notabene dipimpin Amerika. Walhasil, meski Menko Polhukam Luhut B Panjaitan menolak pengaitan revisi UU ini dengan gerakan radikal yang kerap menyasar umat Muslim, fakta bicara lain. Sasarannya tetap, umat Islam. Waspadalah! [] emje
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Media Utama
7
Islam Harapan, Bukan Ancaman Islam harus dianggap sebagai modal dasar yang penting, bahkan paling penting, dalam membangun bangsa ini.
I
slam adalah agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk negeri ini. Keberadaannya di Indonesia jauh lebih lama dibandingkan adanya negara ini. Berkat para ulama dan pejuang Islamlah, negeri ini bisa dibebaskan dari penjajah asing. Bahkan cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah laskar-laskar pejuang Islam. Kiprah kaum Muslim sangat besar dalam memerdekakan dan menjaga negeri ini. Sayangnya, kini Islam sering dituding sebagai ancaman negeri ini. Lebih aneh lagi, yang menuding itu mengaku juga beragama Islam. Jika yang menuduh itu adalah orang kafir, mungkin itu masih wajar. Bagaimana mungkin mereka menuding agama yang dianutnya sendiri? Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia M Ismail Yusanto menegaskan, sesungguhnya Islam adalah potensi besar bagi bangsa ini, dan juga bangsa lain. “Lihatlah, berkat Islam lahir para pahlawan yang dengan semangat jihad berani berjuang melawan penjajah Belanda. Tanpa semangat jihad, mungkin kita masih terus dijajah, karena mana ada yang berani berhadapan dengan Belanda?” jelasnya. Oleh karena itu, menurutnya, Islam harus dianggap sebagai modal dasar yang penting, bahkan paling penting, dalam membangun bangsa ini. “Tidak boleh dianggap sebagai ancaman,” tandasnya. Ia menjelaskan, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Yang Maha Baik dan Maha Benar yakni Allah SWT. Dalam praktiknya selama lebih dari 13 abad, Islam mampu mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya, baik itu Muslim maupun non Muslim. Bahkan para orientalis Barat sendiri mengakui bagaimana keberhasilan Islam membangun perabadan manusia dengan berbagai kemajuan yang hasilnya
bisa dinikmati hingga sekarang. “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu pun telah menyediakan berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa… (Will Durant – The Story of Civilization). Berkat Islam pula, bangsa Arab yang sebelumnya tidak diperhitungkan sama sekali dalam kancah politik internasional saat itu berubah menjadi bangsa besar dan titik sentral peradaban dunia. Dengan karakter Islam yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam menyebar ke berbagai kawasan di seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat. Bisa dibayangkan, andai saja tidak ada Islam, bagaimana kondisi manusia sekarang? Saat Islam sampai di Andalusia, Spanyol, Barat dalam masa kegelapan. Peradabannya terbelakang. Mereka hidup liar. Agama mereka, Nasrani, tak mampu mengarahkan peradaban mereka. Pengaruh peradaban Islam kemudian mengubah mereka. Mereka mulai belajar ke negerinegeri Islam. Anak-anak raja dikirim untuk belajar ke wilayah khilafah. Mereka pun belajar peradaban Islam dan kemudian mempraktikkannya. Itu sebabnya, WE Hocking berkomentar, “Oleh karena itu, saya merasa benar dalam penegasan saya, bahwa Quran mengandung banyak prinsip yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya sendiri. Sesunguhnya dapat dikatakan, bahwa hingga pertengahan abad ke tiga belas, Islam-
lah pembawa segala apa yang tumbuh yang dapat dibanggakan oleh dunia Barat.” (The Spirit of World Politics, 1932, hlm. 461) Ismail mempertanyakan, apakah kebaikan Islam ini perlu ditakuti? Siapa yang tidak mau negeri yang mayoritas Muslim ini akan memiliki peradaban tinggi? Siapa yang tidak ingin negeri ini rakyatnya sejahtera dan mendapat ridha Allah SWT? Siapa yang tidak suka negeri ini menjadi barometer peradaban dunia? Siapa yang tidak suka negeri ini bebas dari tindak kriminal dan pergaulan yang rusak? Siapa yang mau negeri ini bebas dari penjajahan dan intervensi asing? “Tentu saja Islam adalah ancaman buat para perampok kekayaan alam negara ini, koruptor, para komprador negara kapitalis dan imperialis, juga menjadi ancaman bagi mereka yang suka melakukan kemaksiatan dan sebagainya. Karena semua itu bakal dihapus oleh Islam,” tegasnya.
Kerugian Ia menjelaskan, rugi besar bagi bangsa ini jika menjadikan
Islam sebagai ancaman. Sebab, Islam adalah agama mayoritas rakyat. “Itu seperti menjadikan diri kita sendiri sebagai ancaman,” kata Ismail. Rezim yang menjadikan rakyatnya sebagai musuh maka akan gagal membawa perubahan. Bagaimana mungkin memperbaiki kondisi negara sementara mereka tidak mendapatkan dukungan dari rakyatnya? Menjadikan Islam sebagai ancaman, berarti rezim itu tidak berkiblat kepada Islam. Kalau tidak berkiblat kepada Islam, dapat dipastikan berkiblat kepada kekufuran. Itulah yang kini sedang menguasai dunia dalam wujud nyata. Maka jangan bermimpi menjadi negara yang besar jika masih menjadikan negara lain [baca: Barat] sebagai kiblat. Negeri ini akan tetap menjadi jajahan negara-negara kafir. Lebih dari itu, menjadikan Islam sebagai ancaman, berarti menentang kewajiban Allah SWT untuk menerapkan Islam secara kaffah di muka bumi ini. Dapat dipastikan, keberkahan tidak akan turun dari langit dan bumi. Karena keberkahan Allah terha-
dap penduduk sebuah negeri sangat ditentukan oleh keimanan dan ketaatannya terhadap seluruh aturan Allah.
Musuh Nyata Juru bicara HTI menegaskan, musuh sejati bangsa ini ada dua. Yang pertama adalah neoliberalisme dan neoimperialisme. Kedua adalah siapa saja yang mendukung neoliberalisme dan neoimperialisme itu sendiri. Musuh ini, menurutnya, nyata dan sedang berkuasa di negeri ini. Para pendukung neoliberalisme dan neoimperialisme sedang mempraktikkan sistem kapitalisme liberal di segala bidang kehidupan. Walhasil, puluhan juta rakyat miskin, tingginya angka pengangguran, meluasnya kemaksiatan, perampokan atas nama privatisasi BUMN, investasi, dan pasar bebas, termasuk maraknya korupsi dan manipulasi. Negara disetir oleh asing melalui intervensi terhadap penyusunan undang-undang. Agama disingkirkan atas nama sekulerisme. [] emje
Syariah dan Khilafah Wujudkan Islam Rahmatan lil Alamin
A
llah SWT mengutus Rasulullah Muhammad SAW membawa risalah Islam. Risalah itu dimaksudkan tidak lain kecuali membawa rahmat bagi seluruh alam. Itulah Islam rahmatan lil alamin. (QS al-Anbiya' [21]: 107). Kerahmatan Islam bagi seluruh alam semesta ini hanya akan tampak manakala seluruh syariahnya diterapkan secara sempurna. Dan itu tidak mungkin diterapkan oleh sistem kufur: demokrasi, federasi, kerajaan, kekaisaran atau lainnya. Aturan Islam yang mulia ini pun hanya bisa diterapkan oleh sistem yang sesuai yakni khilafah—sistem yang diwajibkan Islam. Dan begitulah dulu Rasulullah mencontohkan. Rasulullah membangun Daulah Islam yang pertama di Madinah, sebuah miniatur pemerintahan yang khas yang tidak ada sebelumnya, dengan menerapkan
seluruh aturan Islam bagi warga negaranya—Muslim maupun non Muslim. Penerapan Islam secara kaffah ini kemudian diikuti oleh para khalifah berikutnya secara terus menerus hingga akhirnya sistem khilafah runtuh tahun 1924 oleh Mustafa Kemal Attaturk —Yahudi terlaknat. Islam yang dulunya menjadi mercusuar peradaban dunia akhirnya tenggelam. Negeri-negeri Muslim yang dulunya bersatu dan kuat serta ditakuti, terpecah belah tak berdaya serta menjadi jajahan kaum kafir Barat yang rakus. Walhasil, penerapan syariah kaffah dalam naungan khilafah akan mengembalikan kemuliaan umat. Tentu bukan khilafah ala ISIS, tapi Khilâfah 'ala Minhâj al-Nubuwwah. Di sanalah Islam sebagai rahmatan lil alamin akan terwujud nyata.[] emje
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Mustofa B Nahrawardaya, Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF)
Bisa Lebih Bahaya
dari Orba
Pemerintah bertekad bulat merevisi UU Anti Terorisme. Rezim Jokowi telah menyerahkan draft perubahan itu ke DPR. Banyak hal baru di sana. Mengapa pemerintah melakukan itu sementara UU yang ada saja begitu kejam? Ikuti wawancara wartawan Tabloid Media Umat Joko Prasetyo dengan Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) Mustofa B Nahrawardaya berikut ini.
Pemerintah ngebet merevisi UU Anti Terorisme. Di dalamnya aparat diberikan kewenangan menahan terduga teroris selama sebulan. Tanggapan Anda? Dengan UU yang ada selama ini saja, yang membolehkan penahanan 7 x 24 jam sudah banyak sekali pelanggaran HAM apalagi kalau disahkan menjadi 30 hari. Beberapa waktu lalu saja yang di Klaten baru dua hari ditahan langsung mati. Tanggal 9 Maret ditangkap, tanggal 11 Maret mati. Ini contoh penanganan kepada orang yang baru saja diduga terlibat terorisme. Waktu sepekan itu sudah lebih dari cukup meskipun bagi kita itu terlalu lama—mengingat dalam kasus kriminal yang lain hanya 1 X 24 jam saja. Apalagi kalau ditambah jadi sebulan, maka waktu untuk melakukan pelanggaran HAM itu semakin panjang. Menghormati pasal yang ada saja tidak bisa, mengapa harus ditambah lagi? UU kita ini sudah terlalu banyak, ada KUHP, ada UU yang insidental (ad hoc), untuk kasus terorisme. Tinggal bisa atau nggak aparat itu tunduk pada UU tersebut. Karena yang selama ini banyak melanggar kan bukan masyarakatnya. Mohon maaf sekali, dengan segala hormat Densus 88 kan yang banyak melanggar. Kita sama sekali tidak bisa melihat prosesnya secara transparan. Contohnya? Yang di Klaten. Dikatakan pihak kepolisian, terduga itu melakukan perlawanan dengan berkelahi melawan Densus 88. Menurut saya, itu tidak mungkin terjadi!
Mengapa? Para terduga itu, kalau kita lihat di televisi kalau orang yang ditangkap itu tangannya diborgol, kakinya diborgol, kepala dilakban, sampai di Jakarta, sampai masa pengawalan, tidak akan dibuka itu borgol. Jadi bagaimana mungkin dikatakan terduga itu berkelahi dengan Densus, kelelahan terus mati. Ini kan seperti penjelasan kepada anakanak SD. Kalau orang sudah sekolah akal sehatnya tidak akan bisa menerima keterangan seperti itu. Jadi UU Terorisme yang berlaku saat ini bagaimana? Sudah sangat lengkap dan sangat represif. Jadi tidak perlu lebih direpresifkan lagi. Kalau ditambah-tambah lagi lalu disahkan dengan penambahan masa tahanan jadi sebulan maka ke depannya akan lebih berbahaya lagi daripada Orde Baru. Kalau dulu Orde Baru melakukan represifitas itu tidak melibatkan media massa. Sekarang represifitas itu melibatkan media, sehingga efek yang ditimbulkan dari penegakkan hukum yang represif itu tidak hanya 'dinikmati' oleh aparat, tetapi sekarang 'dinikmati' oleh seluruh rakyat Indonesia bahkan dunia internasional. Sehingga yang kita lihat bahwa Indonesia ini aman, garagara blow up yang luar biasa melalui media massa itu, seolaholah negeri yang mayoritas Muslim ini tidak aman. Dan kejadian ini berulang-ulang terus. Bagaimana tanggapan Anda dengan keputusan DPR yang menaikkan anggaran buat
Densus? Sudahlah melanggar HAM, sudah represif, sudah brutal lalu anggarannya dinaikkan. Di APBN Perubahan jadi Rp 1,9 trilyun tadinya hanya sekitar Rp 600700 milyar. Ini sangat luar biasa! Uang itu akan digunakan untuk apa? Adakah yang mengaudit? Siapa yang mengawasi Densus? Lalu laporan penggunaan uang itu ke mana? Nah, kalau sekarang hanya menimbulkan kematian seseorang dan dari tahun ke tahun terus naik korbannya, tentu ini tidak elegan dan tidak elok. Maka dari itu saya usulkan agar Densus itu dinonaktifkan dulu. Dikembalikan ke Brimob sambil ditata. Empat ratus orang ini dikembalikan dulu mentalnya supaya baik. Kemudian ditata ulang supaya menjadi pasukan yang elite, benar-benar elite. Bukan membunuh orang tetapi melumpuhkan terduga. Kemudian tidak menutup saksi mata atau tidak membuka saksi mata. Itu yang paling penting. Jangan sampai ada fakta-fakta diciptakan hanya untuk mencapai target tertentu. Ini yang penting untuk diperhatikan bagi tim elite yang disebut Densus 88 ini. Tapi nampaknya Densus kebal hukum ya... Masyarakat ini masuk angin, siapa yang mau mengkritik Densus 88? Saya dengar tidak banyak. Termasuk Komisi III DPR, tidak seperti dulu berani kritis, sekarang DPR mlempem. Lalu, teman-teman di Komisi III ini kerjanya apa kalau melihat rakyat yang dibantai Densus seperti itu hanya didiamkan saja? Densus itu punya alat khusus, punya ketrampilan
khusus, kok bisa lepas, kok bisa berkelahi ya dilayani. Ini yang harus dikritisi, jangan cepat percaya. Kalau cepat percaya, kita tidak perlu intelijen kan? Mengapa harus ada intelijen? Di Densus juga kan ada satuan intelijen, apa fungsinya? Mengapa orang baru selesai shalat Jumat ditabrak mobil Densus? Nggak perlu begitu. Orang habis shalat di masjid yang ditabrak itu kan tidak membawa bom, kan tidak membawa rangsel juga. Jadi Densus itu tidak perlu pamer kekuatan, karena ini negara Indonesia bukan Amerika. Apakah Anda melihat ada campur tangan Amerika untuk bertindak semakin brutal kepada orang-orang yang baru saja diduga teroris? Siapa yang bisa menolak dugaan keterlibatan itu? Kita tidak bisa menolak keterlibatan Amerika, Australia. Misal, bom Sarinah kemarin, kita tahu informasinya dari Amerika. Alatalat komunikasi kita dari bantuan mereka. Artinya, mereka menguasai teknologinya, sudah terungkap pula Australia menyadap percakapan presiden kita. Kita harus menanggung risiko yang sangat berat ketika alat-alat itu dibantu oleh asing, ketika ketrampilan atau keahlian Densus itu dilatih oleh negara asing. Kita harus berani menanggung resikonya karena dengan begitu, berarti negara asing seperti Amerika, Australia, Inggris dan konco-konconya itulah yang mengetahui rahasia Densus, kelemahannya apa, kelebihannya apa. Dan sejarah terorisme di seluruh negara di dunia memang tidak ada yang tidak di bawah pengaruh Amerika.
Karena Amerika sendiri yang mengajak perang melawan terorisme toh? Amerika memberikan pilihan dua, mau ikut kami (Amerika) memerangi teroris atau kamu ikut teroris yang akan kami perangi. Mendengar omongan Amerika begitu ya seluruh negara ikut Amerika termasuk Indonesia. Maka, mau tidak mau, diminta tidak diminta, kita dipengaruhi. Intervensi itu selalu ada, pasti. Apakah yang dijadikan target sebagai tertuduh teroris itu memang umat Islam? Ya faktanya seperti itu. UU kita juga diarahkan untuk menggiring kita semua agar yang disebut teroris itu hanyalah orang Islam. Contohnya, definisi teroris itu selalu mengacu pada tiga hal. Pertama, didorong oleh ideologi tertentu. Kedua, memiliki jaringan internasional. Ketiga, memiliki pendanaan yang dilakukan oleh kelompok. Berdasarkan definisi itu kan dulu dikaitkan dengan Alqaidah, sekarang dengan ISIS karena kalau tidak dikaitkan tidak memiliki jaringan internasional, ya tidak disebut teroris. Kalau tidak didorong oleh ideologi tertentu tidak disebut teroris. Itu yang terjadi pada OPM dan bom Alam Sutra (Tangerang). Memang kita mayoritas Islam tetapi orang-orang yang membuat UU itu tidak paham bagaimana mereka bisa dikadali dengan pasal-pasal pesanan dari Barat, pesanan dari Amerika dan konco-konconya supaya seluruh dunia itu bunyi pasalnya sama persis.[]
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Muhammad Ismail Yusanto, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia
Jelas untuk Membidik Islam! Dengan UU yang sekarang diberlakukan saja, Islam dan umat Islam selalu menjadi sasaran, mulai dari salah tangkap, tembak mati di tempat, dan disiksa selama masa tahanan. Lantas mengapa UU yang begitu keras mau diperkeras lagi? Siapa yang dibidik oleh UU ini? Apa kerugiannya bila Islam dianggap musuh? Dan siapa musuh sebenarnya bagi bangsa ini? Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan tabloid Media Umat Joko Prasetyo dengan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto. Berikut petikannya.
Bagaimana tanggapan Anda dengan revisi UU Terorisme yang sekarang ini tengah dibahas di DPR? Kita belum mendapatkan draft revisi itu. Dalam pandangan pemerintah khususnya, masalah terorisme di Indonesia masih terus terjadi oleh karena penanganan yang dinilai kurang tegas akibat kewenangan yang ada pada aparat dinilai terbatas. Revisi UU Teroris ini diperlukan untuk memberikan kewenangan lebih kepada aparat agar masalah terorisme ini bisa diatasi lebih dini. Pertanyaannya, apakah benar seperti itu? Apakah benar terorisme ini terus terjadi karena kelemahan aparat? Apa bukan sebaliknya, justru terorisme ini terus terjadi karena tindakan aparat yang melampaui batas sehingga menimbulkan kebencian yang mendorong tindakan menyerang balik aparat? Hal ini penting dipertanyakan karena bila dulu terorisme itu cenderung mengambil sasaran segala hal yang berbau Barat, sejak beberapa waktu terakhir seperti seolah berubah sehingga aparat kepolisianlah yang jadikan sasaran. Bagaimana pula dengan draf yang memberikan kewenangan kepada kepolisian untuk memperpanjang masa tahanan sementara, dari 7 hari menjadi 30 hari? Perpanjangan masa tahanan sementara itu akan memberikan kesempatan lebih untuk mengorek keterangan dari para terduga teroris. Tapi apakah perpanjangan itu diperlukan, lah wong hampir semua terduga teroris belum
lagi ditangkap sudah ditembak mati? Bagaimana pula dengan draf yang membolehkan pemerintah mencabut paspor WNI yang keluar negeri yang diduga bergabung dengan kelompok garis keras di luar negeri? Ini juga perlu dipertanyakan, apa yang dimaksud bergabung? Kelompok garis keras mana yang dimaksud? Lalu, dalam konteks yurisdiksi Indonesia, apa salah mereka atau pelanggaran hukum apa yang dilakukan, seandainya ada yang memang benar-benar bergabung dengan kelompok garis keras yang dimaksud? Bukankah itu terjadi di luar negeri? Bagaimana bisa tindakan yang terjadi di luar negeri itu dianggap melakukan pelanggaran hukum di dalam negeri sementara di negeri yang bersangkutan itu tidak dianggap pelanggaran? Selain itu, apakah Anda melihat di balik revisi UU Terorisme ini justru akan memunculkan kembali negara represif? Iya betul. Alasannya? Ada banyak kekhawatiran publik tentang bakal munculnya kembali rezim represif. Dengan kewenangan lebih yang diberikan kepada aparat melalui revisi UU Terorisme itu dikhawatirkan aparat dengan mudah melakukan tindakan yang serampangan dengan alasan memberantas terorisme atau dengan alasan seseorang terkait dengan terorisme. Sekarang saja dengan UU Terorisme yang lama sudah berapa banyak yang tewas di
ujung moncong senjata aparat tanpa proses peradilan (extra judicial killing). Apalagi dengan kewenangan lebih pada aparat yang diberikan melalui revisi UU Terorisme? Berapa banyak lagi korban akan berjatuhan? Adakah kaitannya revisi UU Terorisme ini dengan kebijakan luar negeri Amerika war on terorrism? Ini semua jelas masih terkait dengan War on Terrorisme atau WOT-nya Amerika. Hanya saja bila dulu terorisme itu dikaitkan dengan usaha menyerang kepentingan AS khususnya atau negara Barat pada umumnya, maka sekarang terorisme tampaknya hendak dikaitkan dengan kelompok ISIS dengan khilafahnya. Ini harus kita waspadai, karena bila sekarang masih dikaitkan dengan kelompok ISIS, sangat boleh jadi ujungnya nanti terorisme langsung dikaitkan dengan khilafah itu sendiri. Artinya, siapa saja yang berjuang untuk khilafah langsung dicap teroris. Bila benar begitu, maka WOT itu sesungguhnya tak lain adalah taktik AS untuk membendung bakal berdirinya khilafah nantinya. Bila melihat rekam jejak penanganan terorisme, apakah dapat disimpulkan Islam dan umat Islamlah yang sebenarnya menjadi target? Iya jelas sekali. Mengapa? Lihatlah, bila terorisme itu diartikan sebagai siapa saja yang dalam meraih tujuannya menggunakan kekerasan, maka mestinya semua individu, kelompok apalagi negara yang dalam meraih tujuannya menggunakan kekerasan harus
juga dianggap teroris. Tapi kenyataannya, kan tidak begitu. Hanya mereka yang mengancam kepentingan Barat, lebih khusus AS, saja yang diangap teroris. Sementara banyak individu, kelompok atau bahkan negara seperti Israel dan AS sendiri yang banyak menebar kekerasan di mana-mana tidak pernah dianggap sebagai teroris. Dalam list FTOs (Foreign Terrorist Organizations) yang terbaca di situs US Department of State, Diplomacy in Action, mayoritasnya adalah organisasi dan kelompok Islam. Di antaranya, Abdallah Azzam Brigades (AAB), Hamas, Haqqani Network (HQN), Harakat ulJihad-i-Islami (HUJI), Harakat ulJihad-i, Islami/Bangladesh (HUJIB), Harakat ul-Mujahideen (HUM), Islamic Movement of Uzbekistan (IMU), Jaish-eMohammed (JEM), Jemaah Ansharut Tauhid (JAT), Jemaah Islamiya (JI), Jundallah, Kata'ib Hizballah (KH), Palestine Liberation Front – Abu Abbas Faction (PLF), Al-Qa'ida (AQ) dan lainnya. Dalam operasi yang disebut pemberantasan terorisme juga semua tak lepas dari simbol-simbol Islam, seperti dijadikannya Alquran dan bukubuku jihad sebagai barang bukti, lalu dikait-kaitkan terorisme itu dengan latar pendidikan pesantren. Sementara program deradikalisasi yang disebutsebut diperlukan untuk memberantas terorime, nyatanyata bermuatan pemahaman Islam yang dikatakan moderat, ramah dan seterusnya. Jadi tak terbantahkan, sasaran dari WOT adalah umat Islam. Sebenarnya Islam itu ancaman atau bukan sih bagi bangsa
ini? Tentu bukan lah. Bagaimana bisa Islam yang dipeluk oleh mayoritas penduduk negeri ini dianggap sebagai ancaman? Islam itu rahmatan lil alamin. Islam sesungguhnya adalah potensi besar bagi bangsa ini, dan juga bangsa lain. Lihatlah, berkat Islam lahir para pahlawan yang dengan semangat jihad berani berjuang melawan penjajah Belanda. Tanpa semangat jihad, mungkin kita masih terus dijajah, karena mana ada yang berani berhadapan dengan Belanda? Oleh karena itu, Islam harus dianggap sebagai modal dasar yang penting, bahkan paling penting, dalam membangun bangsa ini. Tidak boleh dianggap sebagai ancaman. Tentu saja Islam adalah ancaman buat para perampok kekayaan alam negara ini, koruptor, para komprador negara kapitalis dan imperialis, juga menjadi ancaman bagi mereka yang suka melakukan kemaksiatan dan sebagainya karena semua itu bakal dihapus oleh Islam. Apa kerugiannya menjadikan Islam sebagai ancaman? Itu seperti menjadikan diri kita sendiri sebagai ancaman. Jelas rugi besar. Lantas sebenarnya siapa yang menjadi musuh sejati bangsa ini? Musuh sejati bangsa ini ada dua. Yang pertama adalah neoliberalisme dan neoimperilisme, dan yang kedua adalah siapa saja yang mendukung neoliberalisme dan neoimperialisme itu sendiri.[]
10
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Aspirasi
Mereka Bicara Revisi UU Terorisme Maneger Nasution, Komisioner Komnas HAM
Yang Ada Saja Sudah Keterlaluan Sebaiknya pihak kepolisian/Densus 88 mengklarifikasi perihal kematian Siyono tersebut ke publik. Berikan penjelasan yang jujur yg bisa diterima logika waras publik. Siapa pun yang mencintai nilai-nilai kemanusiaan tentu tidak bersetuju dengan tindakan kekerasan apalagi terorisme yang dilakukan oleh siapa pun dengan dalih apa pun. Karena itu bertentangan dengan HAM yang adil dan beradab. Hanya saja metodologi pencegahan dan penindakannya harus benar-benar memperhatikan hak-hak konstitusional warga negara berupa hak hidup dan asas praduga tak bersalah (presumption of innocence) terhadap para terduga tindak pidana terorisme. Dan, cara-caranya tentu tidak boleh dengan cara yang melanggar hukum, tidak manusiawi, tidak adil dan tidak beradab. Sekira kematian Siyono tersebut diduga akibat penganiayaan Densus 88 benar adanya, ini betul-betul sudah melampaui batas kewarasan nalar kemanusiaan. Bangsa ini harus mengevaluasi kepolisian/Densus 88; DPR RI sebaiknya mempertimbangkan kembali kenaikan anggaran BNPT/Densus. Dengan pendanaan seperti sekarang saja, kinerjanya sedemikian mengecewakan, apatah lagi kalau ditambah? DPR RI patut hati-hati dengan rencana revisi UU Pemberantasan Terorisme. Dengan UU yang ada sekarang saja perlakuannya sudah sedemikian keterlaluan, apa lagi kalau kewenangannya diperkuat? Komnas HAM dan semua komponen bangsa yang mencintai kemanusiaan yang adil dan beradab harus bersatu mengingatkan bangsa ini utamanya kepolisian/BNPT/Densus 88 agar mengakhiri drama kemanusiaan. Masyarakat sungguh sudah memahami peristiwa yang sebenarnya. Kepolisian/BNPT/Densus88 harus dievaluasi soal pencegahan dan penindakan terorisme. Kematian Siyono, menambahkan daftar panjang pertanyaan publik. Kematian tersebut jelas menyisakan banyak pertanyaan publik. Oleh karena itu, Komnas HAM patut melakukan investigasi serius terhadap operasi Densus 88 ini. Jika perlu, dilakukan audit total terhadap satuan khusus anti terorisme ini. Metodologi Densus menggeledah perlu dievaluasi. Banyaknya dugaan pelanggaran HAM di lokasi penggerebekan termasuk di TK Roudhatul Athfal Klaten. Penggeledahan di saat anak-anak TK yang sedang belajar di lokasi, tidaklah tepat. Selain menebar opini ketakutan dan menyebabkan anak-anak trauma, maka metodologi Densus seperti itu sangat berpotensi mewariskan nilai-nilai dendam dan kekerasan pada memori anak Indonesia. Itu hanya akan melahirkan generasi-generasi teroris baru di kemudian hari.[] Haris Azhar, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)
Akal-Akalan Tutupi Kesalahan Dalam berbagai kesempatan pasca bom Thamrin sering saya sampaikan bahwa saya nggak paham cara berpikir seperti apa yang dipakai untuk agenda revisi UU Pemberantasan Terorisme
dan UU Intelijen? Masa ada bom malah minta kewenangan ditambah? Pemerintah itu harus menjelaskan terlebih dahulu apa masalahnya. Untuk menemukan masalah tersebut harusnya dievaluasi lebih dahulu di mana letak kesalahan dan kekurangan dari kinerja yang ada saat ini. Masalahnya hari ini masyarakat Indonesia perlu tahu, apakah intelijen sudah tahu kalau bakal ada serangan di Thamrin. Kalau sudah tahu, kapan hal tersebut diketahui. Apakah sudah diberikan informasinya ke pihak yang bisa menindak? Polisi misalnya. Kalau belum atau tidak tahu, kenapa dan ke mana saja sampai tidak tahu? Jadi apa hubungannya dengan revisi? Menurut saya usulan revisi UU tersebut hanyalah akalakalan atau untuk menutupi kesalahan berbagai institusi negara dalam mencegah terorisme. Juga, ada agenda lain yang ingin dicari dari kewenangan yang berlebihan tersebut. Maka, kami menolak juga revisi UU tersebut karena pada pengalaman yang ada, kesalahan-kesalahan dalam operasi terorisme tidak pernah diakui oleh negara. Juga, bukankah akan tumpang tindih kalau BIN dan Polri sama-sama punya kewenangan bertindak. Nah, kalau BIN bisa menangkap dan menahan, mau ditahan di mana? Mereka harus didampingi dan harus boleh dikunjungi oleh keluarga dan pengacaranya. Kalau tidak dikasih mendampingi bukankah itu namanya penculikan atas nama hukum. Sebaliknya, kalau diizinkan, bukankah justru menjadikan BIN diketahui oleh masyarakat identitasnya? Dari berbagai kasus yang ada selama ini, kesalahankesalahan dalam bekerja ditutupi dengan cara-cara yang tidak sesuai aturan hukum. Seperti memberikan "uang damai" atau tekanan ke korban sehingga mereka yang dirugikan justru mengurungkan niatnya untuk mencari keadilan.[] Bambang Widodo Umar, Pengamat Kepolisian dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK)
Bisa jadi Pasal Karet Karena terorisme merupakan extra ordinary crimes, bergerak antar negara, dan mengganggu dinamika pembangunan serta pembuktiannya cukup rumit dalam kaitan wacana atau suatu ideologi dan pelakunya berada dalam jaringan yang berbeda tempat bahkan berjauhan, dan cenderung diam atau tidak mudah memberi keterangan dalam suatu pemeriksaan dengan penyidik sehingga perlu waktu yang cukup untuk mengungkap hal-hal dalam kaitan pembuktian kasusnya. Karena itu dimungkinkan masa penangkapan dalam rangka melengkapi bukti permulaan yang cukup kalau hanya 7 hari dikhawatirkan kasusnya bisa bebas demi hukum. Selain itu, dalam teknik pemeriksaan yang sekarang polisi tidak boleh seenaknya mengggunakan kekerasan, hal itu juga menjadi kendala waktu untuk mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan "jaringan" terorisme yang rapi dengan selnya terputus-putus. Dengan pertimbangan pengalaman yang telah dilakukan selama ini, kiranya waktu sekitar 30 hari dianggap cukup. Hanya saja, kekuatiran hal itu menjadi pasal karet tidak bisa dihindari terutama bagi rakyat yang lemah yang sangat mungkin jadi sasaran dan salah tangkap. Maka perlu pengawasan yang ketat baik secara internal dari Propam dan Inspektorat kepolisian, penggawasan eksternal dari Kompolnas dan pengawasan publik baik dari media maupun para pemerhati terorisme. Maka, jika ada kesalahan aparat Polri juga harus fair dan mengambil tindakan/sanksi yang tegas/serius/sungguh-
sungguh. Jangan hanya dikatakan salah prosedur atau etika jika ada kandungan pidananya.[] Achmad Michdan, Wakil Ketua Dewan Pembina Tim Pengacara Muslim (TPM)
UU Baru Akan Menimbulkan Masalah Baru UU yang ada sudah sangat ketat dan represif. Bayangkan saja, untuk kriminal pada umumnya penahanan maksimal 1 x 24 jam, tapi untuk UU ini 7 x 24 jam. Sejak UU diberlakukan masalah tidak juga berakhir malah semakin banyak perlawanan. Ini menunjukkan ada yang salah dalam pemberantasan terorisme. Kesalahan akan diperparah lagi bila draf revisi UU yang merubah penahanan 7 x 24 jam menjadi 30 x 24 jam. Akan menimbulkan lebih banyak lagi masalah baru. Mengapa? Karena, selama akar masalahnya tidak disentuh selama itu pula masalah terorisme tidak akan pernah selesai, itulah yang dapat saya simpulkan selama 16 tahun menjadi pengacara para terduga teror. Mereka semua sebenarnya hanya menuntut keadilan atas kezaliman Amerika dan sekutunya terhadap saudara-saudara mereka di Palestina, Irak, Afganistan dan lain sebagainya. Namun tidak ada satu pun negara Muslim termasuk Indonesia yang mempermasalahkan apalagi menghentikan kedzaliman Amerika. Tetapi malah berada di pihak Amerika. Itulah akar permasalahannya. Diperparah pula dengan arogansi Densus 88 yang salah tangkap, menyiksa, dan menembak mati di tempat orang-orang yang baru saja diduga teroris. Menggeledah dengan semena-mena bahkan di depan puluhan anak-anak TK. Tentu saja itu memicu tumbuhnya bibit-bibit teroris baru.[] Habib Khalilullah Al Habsy, Pimpinan Majelis Dzikir Imdadul Hadadiy, Jakarta Timur
Ulama Harus Menasihati Penguasa Pemerintah atau penguasa yang menuduh ajaran Islam seperti syariah, khilafah, dan jihad sebagai ajaran radikal yang membuat orang jadi teroris, itu penguasa yang zalim. Karena Islam bersumber dari wahyu Allah, Islam adalah ajaran yang mengedepankan rahmatan lil 'alamin dan Islam bukan ajaran kekerasan. Oleh karena itu bila pemerintah menuduh demikian maka wajib bagi setiap kaum Muslimin untuk menegur dan menasihati penguasa. Rasulullah SAW bersabda: Seutama-utama jihad adalah menyampaikan kalimat yang haq kepada penguasa (sulthan) atau pemimpin (amiir) yang zalim.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Kalau dalam revisi UU Terorisme itu menuduh pejuang syariah dan khilafah sebagai teroris maka pemerintah ini memang benar-benar sangat zalim. Para ulama harus datang dan menasihati penguasa dengan hujjah dari Alquran dan Sunah Rasulullah. Di kepolisian ada penyusup dari orang-orang kafir Yahudi dan Nasrani hingga dibentuklah Densus 88 yang seringkali salah tangkap, menembak mati di tempat untuk menghabiskan kaum Muslimin sampai ke akar-akarnya dengan dalih mereka itu teroris. Dan oknum-oknum ini dibiarkan oleh pemerintah, maka pemerintah juga zalim.[]joko prasetyo
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Telaah Wahyu
11
Jangan Merasa telah Memberikan Nikmat
dengan Islam Kalian! Oleh: Rokhmat S Labib, MEI
Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar". Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (TQS al-Hujurat [49]: 17-18).
K
etika seseorang telah masuk Islam, tidak boleh dalam dirinya ada perasaan bahwa keislamannya itu memberikan nikmat kepada Rasulullah SAW. Sebaliknya, dialah sesungguhnya yang telah mendapatkan karunia besar dari Allah SWT lantaran telah diberikan petunjuk kepada jalan yang benar. Jika itu yang menjadi si-
mereka. Ayat ini pun masih membicarakan tentang mereka. Bentuk mashdar dari kata yamunnûna adalah al-minnah. Menurut al-Asfahani, kata tersebut bermakna al-ni'mah al-tsaqîlah (kenikmatan yang berat). Asalnya dari kata al-mann, yang artinya sesuatu yang ditimbang. Menurut Syihaduddin alAlusi, ayat ini menerangkan tentang orang-orang Arab Badui
kapnya, niscaya dia akan bersyukur kepada Allah SWT. Inilah di antara yang dikandung oleh ayat ini.
yang menganggap bahwa keislaman mereka telah memberikan kenikmatan besar bagi Nabi SAW. Yakni, kenikmatan yang tidak menuntut pahala dari Dzat yang memberikan kenikmatan atasnya. Ibnu Katsir juga berkata, “Orang-orang Arab Badui itu merasa telah memberikan nikmat kepada Rasulullah SAW melalui keislaman, ketundukan, dan pertolongan mereka kepada beliau.” Diterangkan pula oleh Fakhruddin al-Razi bahwa di dalam ayat ini terdapat tambahan penjelasan tentang tercelanya perbuatan mereka. Hal itu disebabkan karena keimanan mengandung dua kemuliaan. Pertama, berkaitan dengan Allah SWT. Bahwa iman itu menyucikan Allah SWT dari syirik dan mentauhidkan-Nya. Kedua, berkaitan dengan orang Mukmin.
Jangan Merasa Menjadi Anugerah Allah SWT berfirman: Yamunnûna 'alayka an aslamû (Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka). Mulai beberapa ayat sebelumnya, yang menjadi obyek pembicaraan adalah orangorang Arab Badui. Ketika mereka mengaku beriman, pengakuan mereka ditolak. Hal itu disebabkan keimanan belum masuk ke dalam hati mereka. Dalam ayat sesudahnya kemudian diterangkan tentang hakikat keimanan yang sesungguhnya. Juga, tindakan mereka yang memberitahukan kepada Allah SWT tentang agama atau keyakinan
Bahwa iman itu membersihkan dirinya dari kebodohan dan menghiasinya dengan kebenaran dan kejujuran. Namun terjadi, mereka –dengan keislaman mereka—tidak meminta sesuatu dari sisi Allah SWT dan tidak pula meminta kemuliaan atas diri mereka. Sebaliknya, mereka justru menganggap telah memberikan kenikmatan besar kepada Rasulullah SAW. Seandainya mereka mengetahui bahwa di dalam keimanan terdapat kemuliaan bagi mereka, niscaya mereka tidak akan menganggap telah memberikan kenikmatan besar, namun akan bersyukur. Anggapan salah mereka itu dibantah dengan firman-Nya: Qul lâ tamunnû 'alayya Islâmakum (katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu). Khithâb atau seruan ayat ini ditujukan kepada Ra-
sulullah SAW. Beliau diperintahkan untuk menyampaikan bantahan atas anggapan salah mereka. Yakni, janganlah mereka memiliki anggapan demikian.
Allah SWT Pemberi Anugerah Kemudian ditegaskan: Balil-Lāh yamunnu 'alaykum an hadâkumul-Lāh li al-îmân in kuntum shādiqîn (sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar). Bahwa yang sesungguhnya terjadi bukan mereka yang telah memberikan kenikmatan besar kepada Rasulullah SAW sebagaimana anggapan mereka. Sebaliknya, justru Allah SW T-lah yang memberikan kenikmatan kepada mereka. Kenikmatan besar yang
diberikan oleh Allah SWT kepada mereka itu adalah hadâkumulLāh li al-îmân (memberikan petunjuk kepada kalian). Yakni, petunjuk kepada iman. Akan tetapi, ada syarat yang mereka penuhi jika ingin mendapatkanya, yakni: In kuntum shâdiqîn (jika kamu adalah orang-orang yang benar). Artinya, jika kamu adalah orang-orang yang benar dalam pengakuan iman. Demikian alBaidhawi dalam tafsirnya. Menarik dicermati, dalam ayat ini disebutkan: An hadâkum li al-îmân (dengan menunjuki kamu kepada keimanan); dan bukan: Yamunnu 'alaykum an aslamtum (Dia memberikan nikmat berupa keislaman kalian). Menurut Fakhruddin al-Razi, hal itu disebabkan oleh keislaman mereka yang masih sesat karena sikap nifaq atau pura-pura mereka. Oleh karena itu, Allah SWT tidak memberikan nikmat Islam kepada mereka. Jika ditanyakan, “Bagaimana bisa dikatakan bahwa Dia telah memberikan hidayah kepada mereka berupa keimanan, sementara dalam ayat sebelumnya dijelaskan bahwa mereka belum beriman?” Menurut al-Razi, jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah adanya syarat yang disebutkan setelah itu, yakni: In kuntum shâdiqîn (jika kalian adalah orang-orang yang benar). Itu artinya, Allah SWT memberikan anugerah kenikmatan kepada mereka berupa keislaman apabila mereka mau beriman.
Mengetahui Semua yang Ghaib Kemudian dalam ayat berikutnya Allah SWT berfirman: Innal-Lâh ya'lamu ghayb al-samâwati wa al-ardh (sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi). Kata ghayb berarti mâ ghâba 'anka (apa yang tersembunyi olehmu). Demikian Abu Bakar alRazi dalam Mukhtâr al-Shihhah. Dengan demikian, ghayb alsamâwati wa al-ardh adalah segala yang tersembunyi oleh kalian di langit dan bumi. Ditegaskan ayat ini, semua yang gaib itu diketahui oleh Allah SWT. Menjelaskan ayat ini, alKhazin berkata, “Sesungguhnya tidak ada satu pun yang tersembunyi bagi Allah SWT segala yang di langit dan di bumi, lalu bagaimana bisa keadaan kalian
Ikhtisar: 1. Seseorang memeluk Islam, tidak boleh merasa bahwa dia telah menjadi anugerah bagi Islam. Sebaliknya, dia harus merasa bahwa dialah yang telah mendapatkan kenikmatan besar dari Allah SWT. 2. Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan petunjuk kepada seluruh manusia berupa diutusnya rasul dengan ayat-ayat-Nya. 3. Petunjuk dari Allah SWT yang berupa taufik akan diberikan kepada hambaNya yang jujur dan benar. tersembunyi oleh-Nya? Bahkan Dia pun mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan kalian tampakkan.” Fakhruddin al-Razi juga berkata, “Ini mengisyaratkan bahwa sesungguhnya tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya semua rahasia kalian dan amal hati kalian yang tersembunyi.” Lalu diakhiri dengan firman-Nya: Wal-Lâh Bashîr bimâ ta'lamûna (Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan). Maknanya, tidak ada sesuatu yang tersembunyi bagi-Nya. Lalu Dialah yang membalas kalian. Apabila baik, akan dibalas dengan kebaikan, Sebaliknya, jika buruk, akan dibalas dengan keburukan. Demikian al-Syaukani dalam tafsirnya. Menurut al-Razi, akhir surat ini relevan menetapkan apa yang dikandung dalam awal surat ini. Yakni, firman Allah SWT: Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah (TQS al-Hujurat [49]: 1). Bahwa tidak ada rahasia yang tersembunyi bagi-Nya, maka janganlah kalian tinggalkan rasa takut kepada-Nya ketika berada dalam keadaan yang sunyi. Dan tidak pula tersembunyi bangi-Nya perbuatan yang tampak, maka janganlah kalian merasa aman ketika berada dalam keadaan terang. Demikianlah. Ketika seseorang memeluk Islam, semestinya tidak merasa bahwa dia telah menjadi karunia dan anugerah bagi Islam. Sebaliknya, dialah yang telah mendapatkan kenikmatan besar dari Allah SWT ketika dia mendapatkan hidayah hingga memeluk Islam. Ketika sikap itu yang dimiliki, maka dia akan bersyukur lantaran telah mendapatkan kenikmatan besar. Wal-Lâh a'lam bi al-shawâb.[]
12
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Media Nasional
Kala Penguasa Jadi Pengguna Narkoba Ternyata bukan Bupati Ogan Ilir saja yang menjadi pengguna narkoba. Ada sejumlah kepala daerah yang diduga terlibat narkoba. dalam kondisi teler di rumahnya. Untuk mengamankan aksinya, sang Bupati telah menyiapkan para pengawal agar tidak ada petugas yang bisa masuk ke area dirinya sedang menikmati narkoba.
Bukan Hanya Ovi
Bupati Ogan Ilir Ahmad Wazir Nofiandi Mawardi (berbaju biru).
I
ndonesia betul-betul darurat narkoba. Bagaimana tidak, narkoba ini tidak hanya dikonsumsi oleh orang awam alias rakyat biasa tapi juga seorang penguasa. Badan Narkotika Nasional (BNN) menangkap Bupati Ogan Ilir Sumatera Selatan Ahmad Wazir Nofiandi Mawardi (27) pada Ahad (13/3) lalu. Bisa dibayangkan bagaimana nasib rakyatnya jika penguasa
mereka menjadi pengguna narkoba. Apa jadinya kebijakan yang dikeluarkannya jika otak sang penguasa sudah terpengaruh oleh barang haram tersebut. Dan konon, ia adalah pengguna yang sudah cukup lama. Kepolisian sudah mengincarnya tiga bulan sebelumnya tapi selalu berhasil lolos. Banyak pihak pun mempertanyakan bagaimana mungkin ia bisa lolos dalam tes kesehatan seleksi kepala daerah.
Ada yang menduga tes kesehatannya direkayasa. Saat ditangkap, Ovi —begitu ia biasa dipanggil—baru saja dilantik menjadi bupati. Sebelumnya, dalam kampanyenya di Pilkada 2015 ia berjanji akan meningkatkan mutu layanan kesehatan bagi rakyat. Nyatanya, ia sendiri yang memberi contoh kepada rakyatnya: mengonsumsi narkoba. Saat ditangkap, Bupati ini
Kepada pers Kepala BNN, Komjen Budi Waseso (Buwas) menyebut, ternyata bukan Bupati Ogan Ilir saja yang menjadi pengguna narkoba. Ada sejumlah kepala daerah yang diduga terlibat narkoba. “Pokoknya yang jelas kita awasi beberapa kepala daerah yang laporannya sudah masuk ke kita. Di mana tempatnya, itu rahasia,” ujar Buwas di kantor pusat BNN Jakarta, Senin (14/3). Menurut Buwas, adanya informasi dugaan keterlibatan kepala daerah lain tersebut berdasarkan informasi dari masyarakat. Namun ia enggan menyebutkan kepala daerah yang dimaksud apakah bupati atau gubernur. Yang pasti di antara mereka ada yang baru dilantik beberapa
waktu lalu. “Yang jelas kepala daerah, nanti kita lihat kan baru dugaan berdasarkan informasi dari masyarakat,” katanya. Saat ini pihaknya masih sedang mendalami dugaan tersebut. “Dua-duanya ada yang lama, ada yang baru, kita tunggu saja,” pungkasnya.
Buah Liberalisme Tertangkapnya kepala daerah yang notabene penguasa daerah ini membuktikan betapa kehidupan liberalisme yang serba permisif telah masuk ke semua kalangan. Dengan memanfaatkan kebebasan dan kewenangan, mereka bisa berbuat apa saja. Fakta itu juga menunjukkan bahwa demokrasi tak otomatis menghasilkan pemimpin yang baik. Rakyat hanya dijejali janjijanji kosong yang tidak bisa dibuktikan. Dan hal itu seperti sudah menjadi tabiat dari semua penguasa baik di pusat maupun daerah.[] mmh
Media Daerah
Sumsel
Agar tak Musyrik, HTI Sumsel Minta Sambut GMT Cukup dengan Shalat Gerhana
P
uluhan massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sumatra Selatan mendatangi Kantor Wali Kota Palembang menyerahkan surat terbuka kepada Wali Kota Palembang Harnojoyo Senin (7/3). Dalam surat tersebut, HTI menyatakan menolak kegiatan Festival Gerhana Matahari Total (GMT) yang akan dilaksanakan Pemerintah Kota Palembang dan Pemerintah Provinsi Sumaetra Selatan Rabu (9/3). Massa yang dipimpin Ketua HTI Sumsel Mahmud Jamhur diterima Asisten IV Sekretaris Daerah Palembang Asnawi P Ratu. HTI dalam suratnya meminta pemerintah membatalkan agenda Festival GMT yang mengandung kemusyrikan. Menjawab tuntutan massa HTI tersebut, Asnawi menjelaskan bahwa Festival GMT bukan dilaksanakan Pemkot namun
oleh Pemprov Sumsel melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumsel. “Pemkot Palembang pada 9 Maret 2016 saat gerhana matahari total hanya melaksanakan shalat gerhana di Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin. Pemkot tidak mengeluarkan anggaran untuk festival yang dilaksanakan Pemprov Sumsel,” katanya. Kemudian massa pun bergerak ke Kantor Gubernur. Ketua HTI Sumsel Mahmud Jamhur mengatakan, surat terbuka ke Gubernur Sumsel merupakan bentuk kepedulian HTI untuk menjaga dan menyelamatkan akidah terutama masyarakat Palembang. “Dari agenda yang ada seperti tari pendet, tari kecak, atraksi Ogoh-ogoh bukanlah budaya Sumsel yang akar asli budayanya adalah Islam,” katanya. Untuk itu, menurut Jamhur, HTI meminta agar Pemprov Sumsel membatalkan Festival GMT itu
Ilustrasi Suasana di jembatan Ampera. karena mengandung kemusyrikan dan menghamburkan dana yang cukup besar. “HTI juga meminta membatalkan rencana penutupan jembatan Ampera selama 12 jam karena Jembatan Ampera adalah urat nadi transportasi sehingga menyusahkan masyarakat,” ujar Jamhur. Kedatangan HTI ini diterima Asisten III Ahmad Nadjib. Ia me-
ngatakan kegiatan Festival GMT adalah kegiatan dari Kementerian Pariwisata sehingga tidak menggunakan APBD Sumsel. “Tidak ada menggunakan APBD, jika pun nantinya ada seni budaya yang tidak sesuai maka akan kita evaluasi kembali,” katanya. Menurut Nadjib, Festival GMT tetap akan dilaksanakan, dan sebelum pelaksanaan pun
akan selalu dievaluasi persiapannya. “Seribu kali adanya penolakan yang datang, Festival GMT ini akan tetap dilaksanakan,” pungkas Ketua Panitia GMT 2016 tersebut. Di hari GMT itu terjadi Ogoh-ogoh dan beberapa kegiatan yang dinilai mengandung kemusyrikan pun tidak jadi diadakan.[]
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Media Nasional
13
Naikkan Iuran BPJS
Pemerintah Betul-Betul Rezim Pemalak! Setelah sukses dengan memalak rakyat dengan isu peduli lingkungan yaitu pungutan Rp 200 per kantong plastik kini rezim Jokowi akan menaikan iuran BPJS mulai April.
R
ezim Jokowi mulai kian semena-mena terhadap rakyatnya. Sudah melepaskan tanggung jawab negara melayani kesehatan rakyatnya dengan mengharuskan rakyat membiayai sendiri kesehatannya, kini rakyat diperas lagi dengan kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Hal ini ditandai dengan keluarnya Peraturan Presiden RI No 19 Tahun 2016 maka besaran iuran peserta Mandiri BPJS Kesehatan mengalami kenaikan. Kelas satu semula Rp 59.500 menjadi Rp 80.000. Kelas dua yang semula Rp 42.500 naik menjadi Rp 51.000 dan kelas tiga semula Rp 25.000 menjadi Rp 30.000. Parahnya lagi, di bulan Mei 2016 rencananya akan diberlakukan Nomor Virtual Account (VA) Keluarga. Perubahannya, yang semula bayar satu nomor VA peserta hanya untuk satu orang peserta, akan diubah menjadi sa-
FKMPT juga menegaskan bahwa PGGJ tengah membangun isu untuk mendiskriminasi agama Islam.
P
ernyataan sikap yang disampaikan Persekutuan Gereja-Gereja Jayawijaya (PGGJ ) kepada pemerintah Kabupaten Jayawijaya dinilai Forum Komunikasi Muslim Pegu-
tu nomor VA peserta dalam satu keluarga akan mewakili semua peserta yang ada di dalam satu keluarga terdaftar. Contoh: di dalam satu kartu keluarga ada lima orang. Dengan menggunakan nomor VA salah satu anggota keluarga, maka akan mengakumulasi seluruh iuran (tagihan) seluruh anggota keluarga tersebut. Misalkan tagihannya lima orang X Rp 80.000 = Rp 400.000. Kebijakan pemerintah ini, menurut Ketua Lajnah Maslahiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Arim Nasim, sangat zalim. Ia menilai rezim Jokowi ini sebagai rezim yang semakin memalak. “Rezim ini memang betulbetul rezim pemalak, rakyat terus dibebani dengan berbagai pungutan. Setelah sukses memalak rakyat dengan isu peduli lingkungan yaitu pungutan Rp 200 per kantong plastik kini rezim Jokowi akan menaikan iuran BPJS mulai April,” tegasnya kepada
Media Umat, Ahad (13/3). Pemerasan itu pun, kata Arim, makin nyata dengan pembuatan VA bagi keluarga. “Artinya, kalau dalam satu keluarga ada lima orang maka kalau salah satu saja tidak bayar, semua dianggap belum, ini benar-benar pemalakan terhadap uang rakyat!” tegasnya. Sementara janji-janji manis pelayanan dari BPJS kenyataannya berbeda. “Pihak BPJS selalu mencari dalih agar tidak mengcover semua biaya pengobatan, dengan alasan tertentu pasien diminta membayar biaya yang tidak ditanggung BPJS,” beber Arim. Yang lebih ironis lagi adalah rencana pemerintah menggunakan dana rakyat dari BPJS untuk membangun jalan tol di Sumatera. “Jelas sekali, BPJS ini hanya menjadi dalih mengeruk uang rakyat tanpa mau usaha,” tandasnya geram. Dalam pandangan Islam,
sistem BPJS bertentangan dengan syariat Islam dan sebuah kedzaliman karena dalam pandangan Islam, pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab negara. Sedangkan BPJS esensinya adalah swastanisasi atau liberalisasi sektor kesehatan. “Ironisnya rezim ini terus mengobral SDA ini diserahkan ke swasta seperti kasus Frree Port dan sekarang yang sedang ramai adalah kasus Blok Masela,” ujar-
nya. Arim pun mengajak masyarakat mengganti sistem kufur yang melegalkan asuransi kesehatan. “Karena itu, saatnya kita terutama tokoh-tokoh umat mencampakkan sistem dan rezim neoliberal dan sungguhsungguh menggantinya dengan sistem yang adil dan menyejahterakan yaitu syariah dan khilafah,” pungkasnya.[] joko prasetyo
Media Daerah
Papua
Muslim Pegunungan Tengah Tuntut PGGJ Diproses Secara Hukum
nungan Tengah (FKMT) Papua mendiskriminasikan agama Islam sehingga harus diproses secara hukum. “Pemerintah bertanggung jawab untuk menangkap lima orang pengurus PGGJ dan 14 orang pendeta yang telah me-
nandatangani surat pernyataan PGGJ untuk diproses secara hukum,” tegas Ustadz Ismail Asso, dalam Surat Pernyataan Sikap FKMPT Papua kepada Bupati Kabupaten Jayawijaya, Rabu (2/3) di Jayapura. Sebelumnya, tidak ada angin tidak ada hujan, PGGJ yang diketuai Pendeta Abraham Ungirwalu pada 25 Februari lalu melayangkan pernyataan sikapnya kepada Bupati agar pemda mencabut/membatalkan izin mendirikan Masjid Agung Baiturrahman Wamena; melarang kaum Muslimin membangun mushala atau masjid baru di Kabupaten Jayawijaya; melarang kaum Muslimin menggunakan pengeras suara saat shalat; melarang kaum Muslimin mengenakan jubah dan kerudung di tempattempat umum; serta meminta menghentikan menyekolahkan anak-anak Kristen di pesantrenpesantren dan mendatangkan guru-guru kontrak non Kristen.
Pernyataan tersebut menurut FKMT sangat provokatif. Padahal, “kami tidak pernah melarang pembangunan gereja dan menyinggung tata cara ibadah dalam agama Kristen,” ujar Ismail Asso. Ia juga menghimbau Bupati agar mencabut izin operasional organisasi PGGJ. “Karena mengintervensi ajaran agama Islam. Maka kami mengutuk keras dan siap perang di lapangan terbuka,” tegasnya. FKMPT juga mendesak agar PGGJ membuktikan tuduhannya. “Buktikan jika benar adanya, anak-anak Kristen yang diislamkan dan dipesantrenkan berdasarkan data otentik!” tantang Ismail Asso. Menurut FKMPT, PGGJ keliru besar untuk menghentikan guru kontrak dari Jawa yang beragama Islam. “Padahal guru-guru yang beragama Islam tersebut telah membangun SDM putraputri Wamena termasuk para
Pendeta Kabupaten Jayawijaya,” beber Ismail Asso. FKMPT juga menegaskan bahwa PGGJ tengah membangun isu untuk mendiskriminasi agama Islam, sebagai agama yang sah dan diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia. Di samping itu, yang dinyatakan PGGJ adalah suatu sikap yang berusaha merusak tatanan adat dan budaya Wamena Papua, yang dulu tercipta oleh nenek moyang dan terpatri dalam sanubari masyarakat Wamena hingga kini. Maka, menurut FKMPT, pemerintah wajib memberikan izin pembangunan tempat ibadah dan juga tetap membolehkan penggunaan jubah bagi Muslim dan kerudung bagi Muslimah karena sah secara syariah agama Islam dan wajib digunakan di muka umum. Sedangkan Islam merupakan agama yang sah dan diakui negara.[] sindung rizkyanto/joy
14
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Media Daerah
Sampai hari ini pihak pemerintah baik Satpol PP maupun intansi terkait belum melakukan tindakan apa-apa.
S
etelah berkali-kali didemo, akhirnya Bupati Kuningan memutusk an perizinan pe ngembangan pembangunan RS Sekar Kamulyan (RSSK) dihentikan. “Perencanaan pembangunan RS Sekar Kamulyan proses perizinannya dihentikan,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Yosep Setiawan mewakili Bupati kepada ratusan warga yang berdemo menolak pengembangan pembangunannya ke Kelurahan Cipari karena terindikasi melakukan pemurtadan terselubung, Selasa (1/3) di Pendopo. Pernyataan tersebut dinilai tokoh masyarakat Kuningan mengambang. “Ini putusan yang mengambang jika disimak dari kalimat proses perizinan dihenti-
Jawa Barat
Keputusan Bupati Kuningan Dianggap Mengambang
kan. Kenapa Bupati tidak secara tegas menyampaikan bahwa Bupati menolak perencanaan pengembangan pembangunan RS tersebut?” ujar KH Aang Badruzzaman kepada Media Umat. Menurutnya, rencana pengembangan pembangunan RSSK sudah sangat meresahkan warga dan sudah menjadi isu besar di masyarakat khususnya Kabupaten Kuningan dan wilayah tiga. “Akhirnya mengundang perhatian besar jika RS ini dilanjutkan pembangunannya. Ini dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan horisontal kepanjangan dan timbul perang saudara antar umat beragama,” tegasnya. Seperti diberitakan Media Umat Edisi 169, DPRD Kabupaten Kuningan akhirnya menolak pe-
ngembangan RS bermasalah tersebut. “Kami DPRD merekomendasikan kepada pemerintah daerah melalui BKPRD untuk tidak memberikan/mengeluarkan izin prinsip, izin lokasi dan izin lingkungan berkenaan dengan Rencana Pengembangan Pembangunan RSSK Cigugur,” ujar Ketua DPRD Kuningan Rana Suparman, Kamis (18/2) di DPRD Kuningan. Ada dua hal yang dijadikan dasar oleh DPRD untuk menolak pengembangan RS bermasalah tersebut. Pertama, terhadap rencana pembangunan RS Sekar Kamulyan berdasarkan hasil kajian DPRD tidak diperlukan pengembangan karena kebutuhan hunian RS sudah sesuai dengan rasio kebutuhan yang dikehendaki. Kedua, terkait prosedur penerbitan izin lingkungan yang mensyaratkan ketertiban masyarakat dalam proses UPL-UKL maupun AMDAL sebagai dasar diterbitkannya izin lingkungan. Surat rekomendasi setebal delapan halaman tersebut ditandatangani oleh ketua, seluruh wakil ketua dan seluruh komisi DPRD Kabupaten Kuningan lalu dilayangkan ke Kantor Bupati. Namun, Bupati Hj Utje Ch Hamid Suganda tidak jua meresponnya. Tak mau masalah ini te-
rus berlarut-larut, ratusan warga bersama ormas Islam seperti FPI, Gerakan Reformis Islam (Garis). Gerakan Anti Pemurtadan (Gardah), Gerakan Pemuda Ka'bah (GPK), MUI desa dan kabupaten pun meminta sikap Bupati dengan menggelar aksi di depan Kantor Bupati pada Senin (22/2). Delegasi massa pun hanya ditemui oleh wakil bupati dan sekda. “Apabila tidak ada keputusan maka kami akan datang lagi seminggu kemudian dengan jumlah yang lebih besar!” ujar Kyai Endin Kholidin, tokoh masyarakat, kepada pihak pemda.
Limbah Babi Cemari Sungai Masalah akan semakin runyam dan perang saudara antar umat beragama pun akan semakin mudah terjadi lantaran di belakang RSSK sejak 2015 lalu warga Kristen yang bernama Oskar Simarmata berternak babi. “Air limbah babinya itu dialirkan ke sungai yang digunakan warga untuk berwudhu dan aktivitas MCK, padahal dalam pandangan Islam, babi itu najis,” tegasnya. Aang pun melihat ada yang ganjil dalam identitas Oskar. “Ditambahnya dengan kejadian Saudara Oskar selaku pengusaha
babi yang di e-KTP tercatat beragama Kristen tapi di surat domisili mengaku beragama Islam. Seharusnya pihak pemerintah dan penegak hukum bertindak tegas sebelum konflik terjadi. Ini murni penistaan agama, jelas umat Islam tidak akan terima agamanya dilecehkan oleh seorang pengusaha babi ternak yang bernama Oskar!” ungkapnya. Sampai hari ini pihak pemerintah baik Satpol PP maupun intansi terkait belum melakukan tindakan apa-apa. “Kepada Saudara Oskar, kami umat Islam tidak terima dengan perilakunya yang menjual dan melecehkan agama Islam, rencana kami umat Islam akan mengadukan deliknya kepada pihak kepolisian tentang penistaan agama dan penyalahgunaan wewenang seorang sekertaris kelurahan cigugur yang telah memalsukan data,” ancam Aang.[] totong heriawan/joy
Media Gaul
Remaja Sinetron Oleh: Dian Yudiana, Aktivis Dakwah Sukabumi
A
pa jadinya, jika Boy yang tampan dan Reva yang cantik menawan, beradu akting dalam sebuah adegan? Tidak sulit membangun chemistry demi penjiwaan, karena di luar seni peran mereka adalah sepasang kekasih betulan. Alur cerita pun dibumbui konflik percintaan, dan geng motor ikut dalam perseteruan. Inilah hasilnya, sinetron Anak Jalanan, yang menghipnotis masa sehingga banyak yang ngefans. Tetapi seharusnya, remaja Muslim tidak ikut-ikutan. Lagu Galau menggambarkan kebimbangan remaja, antara nembak dan bilang 'ya' atau 'tidak'? TTM sekadar cinta tanpa kejelasan status, karena belum direstui orang tua, sehingga gak berani menyatakan jadian. Sobat, tetap waspada akan propaganda gaya pacaran yang berbeda. Ngakunya sich gak pake sentuhan fisik, karena inget pesen abah untuk jaga jarak aman, bukan muhrim katanya. Tapi, tetep aja me-
reka makan bareng, lalu jalan sambil boncengan. Jelas, pesan pergaulan bebas tetap membekas. Tayangan berbau pacaran dan kekerasan, meracuni remaja dan merusak kepribadian. KPI melayangkan teguran pun tak pernah digubris, cuma sekadar mempermanis. Padahal, pengaruh negatif tidak bisa ditutupi hanya dengan penggambaran watak tokoh utama yang baik, nurut ama ortu, pinter matematika dan bela diri. Anehnya, seorang non Muslim dipilih untuk memerankan sosok remaja shalih dan rajin shalat. Sebatas peran atau beneran, akan mempengaruhi perilaku penggemar dalam memerankan dirinya di kehidupan. Sang idola akan ditiru, mulai dari fashion, aksesoris, gaya, bahkan prisnsip hidupnya. Perilaku yang tidak sesuai dengan akidah dan syariat pun, jika sudah biasa menjadi tontonan, akan mendapat pemakluman, pembenaran dan menjadi gaya kehidupan. Na'udzubillah.
Sob, kasian yah, kepada temen kita yang kecanduan nonton sinetron. Coba dech hitung, berapa banyak waktu berharga yang mereka abaikan? Mulai start waktu Maghrib, berakibat shalat dilalaikan. Boro-boro untuk dzikir dan ngaji Alquran, atau belajar untuk persiapan ujian, shalat Isya pun menunggu jeda iklan. Padahal, Rasulullah SAW menganjurkan untuk tidur lebih awal, biar dapet bangun untuk shalat malam. Karena demen manteng depan TV sampe begadang, shalat Subuh pun kesiangan. Kelewatan! Gaya hidup sinetron, memengaruhi kehidupan nyata sebagian remaja. Pulang sekolah, mereka nongkrong bareng temen se-geng, sambil hiburan plus pacaran. Balapan dan tawuran tak luput dilakukan. Istilah berantem disamarkan, menjadi 'pertarungan sportif' gaya MMA. Gubraks! Jarang sekali tampak, aktifitas mereka dalam pengajian atau kegiatan remaja masjid. Seolah, dakwah dijauhkan dari kehidupan remaja.
Sosok yang 'mapan' dan kehidupan mewah ala sinetron, hanyalah mimpi yang berbeda dengan kenyataan masyarakat kebanyakan. Gimana mau mapan dan shalih, jika perangkap kemaksiatan seperti seks bebas, LGBT, narkoba, begitu merajalela? Orang miskin pun dilarang pinter, coz biaya sekolah yang mahal. Udah gitu, kehidupan nyaman sulit diharapkan, jika sosial ekonomi masyarakat berantakan, dan negara tidak memiliki kepedulian. Itulah akibat penerapan demokrasi dan kapitalisme, di mana remaja menjadi salah satu korban. Kehidupan yang berkah akan diraih, jika aturan Islam diterapkan. Sosok seperti Imam Syafi'i dan Muhammad al-Fatih terbentuk, ketika umat berpegang teguh kepada Islam. Sob, jadilah bagian untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dengan jalan dakwah, demi tegaknya Syariah dan Khilafah untuk Islam Rahmatan Lil'alamin.[]
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Ekonomi
15
Gaduh Blok Masela
Awas, Cuma Tipuan Belaka Investasi asing akan mengutamakan bahan baku impor terutama dari negara asalnya sehingga terjadi aliran dana ke luar negeri.
S
etelah selesai kisruh perpanjangan Freeport dengan kemenangan dipihak para kapitalis, kini masyarakat kembali disuguhi dengan kegaduhan terkait skema pengelolaan Blok Masela. Uniknya, kegaduhan ini justru terjadi di dalam kabinet sendiri. Biasa, antara Menko Kemaritiman Rizal Ramli dan Menteri ESDM bersama SKK Migas. Rizal berpendapat bahwa pembangunan kilang di Blok Masela lebih tepat menggunakan skema pipanisasi di darat (onshore). Ia menantang Inpex untuk mempertanggungjawabkan hitungan yang menyebutkan bahwa pengembangan kilang laut hanya butuh investasi sekitar USD 14,8 milyar untuk kapasitas 7,5 juta ton LNG per tahun. Padahal proyek serupa di Australia untuk kapasitas 3,6 juta ton LNG per tahun membutuhkan investasi USD 12,6 milyar. Sementara Menteri ESDM
dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai skema yang tepat untuk pengembangan kilang di Blok Masela menggunakan skema LNG terapung (floating LNG/offshore), karena dengan skema onshare berdasarkan perhitungan Inpex lebih mahal yaitu USD 19,3. Gaduh tersebut seolaholah dipicu oleh perdebatan tentang skema pengelolaan Blok Masela yang menguntungkan bagi negara dan pemerintah Indonesia. Tidak tanggung-tanggung SKK Migas yang selama ini menjadi perpanjangan kepentingan para kapitalis terutama kontraktor asing, mendorong segera dilakukan ekplorasi untuk kepentingan rakyat. SKK Migas mengatakan berlarutnya keputusan pengembangan Blok Masela dikarenakan keributan dua menteri dalam Kabinet Kerja diyakini membuat rakyat Maluku akan semakin tersiksa lantaran
tidak mendapatkan pemasukan. Betulkah mereka sedang memikirkan kepentingan rakyat atau kepentingan nasional? Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman mengungkapkan, dari semua kegaduhan soal Blok Masela ini menurutnya lebih berbahaya bagi negara apabila ada pejabat negara yang selalu berbicara untuk kepentingan rakyat tetapi kebijakannya bekerja untuk kepentingan asing dan cukong-cukong di belakangnya. Berdasarkan penelusuran jurnalis katadata.co.id, ternyata masing-masing pihak punya kepentingan baik yang mendukung opsi onshore (darat) ataupun offshore (laut). Dalam opsi onshore dipenuhi banyak kepentingan. Terutama terkait dengan pembangunan pipa dan pembebasan lahan. “Proyek ini adalah proyek pipa terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Kejanggalan kedua, terkait dengan proyek pembebasan lahan. Skema on-
shore memerlukan lahan sekitar 600 hektar. Sebaliknya, skema FLNG atau offshare pun syarat kepentingan. Misalkan di belakang proyek itu ada korporasi multinasional besar yang akan menikmatinya seperti perusahan pembuat kapal FLNG, yang badan kapal atau hull sudah dipastikan di buat di luar negeri. Begitu pula sejumlah komponen lainnya.” Di balik kisruh itu semua ternyata ada kepentingan dari Inpex. Perusahaan asal Jepang itu selain mengubah rencana pengembangan, juga dikabarkan berniat memperpanjang kontrak pengelolaan Blok Masela yang akan berakhir 2028. Demi memaksimalkan investasinya, perusahaan migas asal Jepang ini ingin memperpanjang kontrak
hingga 2048. Walhasil, Ketua Lajnah Maslahiyah DPP HTI Arim Nasim menyatakan, selama paradigma pengelolaan migas menggunakan paradigma neoliberal seperti yang ada dalam UU Migas, jangan berharap rakyat bisa menikmati sumberdaya migas untuk kesejahteraannya. “Yang penting sebenarnya untuk dilakukan bukan apakah eksplorasi itu dilakukan offshore atau onshore tapi siapa yang banyak menikmati hasil gas tersebut? Karena itu sudah saatnya kita mengganti pola liberal dalam pengelolaan migas dengan sistem syariah yang mengharuskan migas dikelola oleh negara untuk kesejahteraan rakyat,” pungkasnya.[] lm
Bisnis Syariah
Hadi Azis Pratama Koordinator LKP Kabupaten Bogor Youth Muslimpreneur di bidang Online Marketing, Training dan Pendidikan Dear Sahabat Muslimpreneur, Seringkali masih ada di antara kita yang bingung arah tujuan hidup kita mau ke mana? Ketika keimanan ini turun, kita pun bingung memilih jalan mana yang hendak ditempuh. Tidak terasa kita memperhatikan bahwa waktu terus berjalan, usia pun bertambah, anak-anak bertambah besar. Seiring berjalannya waktu, roda kehidupan terus berputar menuju satu masa kepada masa yang lain. Sahabat, mari kembali bertanya ke dalam diri kita. Pilihan hidup seperti apakah yang kita pilih? Apakah kita akan diam saja seperti batu di sungai yang lama-kelamaan akan hancur dan berpindah dibawa oleh aliran sungai? Atau kita mengikuti arus kehidupan dan hanyut seperti daun yang mengalir mengikuti ke mana air itu mengalir? Belum tentu juga air tersebut mengalir ke laut, bisa saja air itu mengalir menuju selokan atau malah ke septic tank. Atau pilihan ini, kita seperti ikan salmon yang hendak bertelur, si salmon mencari hulu sungai untuk bertelur agar mendapatkan tempat terbaik dan nyaman agar telur ini dapat menetas dengan baik. Dear Sahabat Muslimpreneur, Mari kita berpikir kembali ke dalam diri kita sembari menginstrospeksi diri. Dari mana sih asal kita akhirnya ada di dunia ini? Untuk apa sih kita ini dilahirkan oleh Allah SWT ke dunia? Dan mengemban misi apa ketika kita di dunia? Ya, semua pasti sepakat kita sebagai Muslim lahir ke dunia berasal dari Allah SWT. Kita ini terlahir merupakan hasil dari pertarungan sel sperma Super Terbaik dengan
Find The Way of Life
jutaan sel sperma lainnya, lahirlah kita sebagai makhluk sebaik-baik bentuk! (ahsani taqwim). Namun, tidak sedikit juga yang belum menyadari ketika diberikan pertanyaan kedua dan ketiga bahwa manusia itu diciptakan untuk beribadah serta mengemban misi mendakwahkan kebaikan Islam hingga akhir hayat kita. Mudah-mudahan kita adalah hamba-Nya yang terbaik yang selalu menyadari betapa pentingnya keberadaan kita di muka bumi ini! Aamiin. Dear Sahabat Muslimpreneur, Saat kita sudah menyadari peran penting keberadaan kita di bumi yang penuh rahmat ini, maka segala tindakan kita pasti berorientasi pada kehidupan abadi di akhirat. Bisnis yang kita bangun, tim yang kita siapkan dan keluarga yang kita bangun di rumah semuanya mengarah kepada satu tujuan mulia, yaitu kebaikan serta kesuksesan kehidupan abadi di akhirat. Karena hanya ada dua tempat kembali di akhirat nanti yaitu surga yang indah dan neraka yang penuh penderitaan. Seperti halnya tercantum gambaran surga dan neraka di dalam Alquran : “Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) syurga 'Adn yang pintupintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka bertelekan (diatas dipan-dipan) sambil meminta buahbuahan yang banyak dan minuman di surga itu. Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya. Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. Sesungguhnya ini
adalah benar-benar rezki dari Kami yang tiada habishabisnya.” (TQS. Shad ayat 49-54). “Dan orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjagapenjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" Mereka menjawab: "Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar". Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghunipenghuni neraka yang menyala-nyala". Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. ” (TQS. Al Mulk ayat 6-11) Nah, sudah tergambar bukan betapa nikmatnya kehidupan surga dan betapa mengerikannya kehidupan neraka? Sekarang tinggal iradah itu di tangan kita, apakah kita ingin memperbanyak kontribusi amal akhirat dalam setiap aktivitas kita? Atau malah menumpuk amal maksiat kita? Pilihan itu ada tangan kita dan setiap pilihan ada konsekuensinya. Wallahu 'alam bi shawab.[]
16
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Fokus
Awal Maret lalu beberapa kepala negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) bertemu di Jakarta. Mereka khusus membahas masalah Palestina. Pertemuan itu menghasilkan deklarasi dan resolusi. Akankah keduanya bisa membebaskan Palestina? Fokus kali ini mengupasnya.
Deklarasi dan Resolusi Jakarta
Peluru Hampa Bagi Israel Resolusi dan Deklarasi Jakarta yang sama sekali tidak mencantumkan peringatan atau sanksi terhadap Israel.
S
ama sekali tak ada yang baru yang dihasilkan dari KTT Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jakarta pada tanggal 6-7 Maret lalu. KTT yang dihadiri 47 negara dari 56 anggotanya menghasilkan 23 poin Deklarasi Jakarta dan 32 poin resolusi dari KTT berupa seruan politik negara-negara OKI. Dokumen ini inisiatif Indonesia. Presiden Joko Widodo dalam pernyataan bersama seusai KTT menyatakan, pemimpin dunia Islam telah menghasilkan kesepakatan dan rencana konkret bagi Palestina. “Kami mengutuk aksi Israel dan menyeru diakhirinya pendudukan atas Palestina.” Sikap pembelaan OKI terhadap Palestina, al-Aqsha dan kecaman terhadap Israel sebenarnya adalah retorika lama yang sudah ada semenjak berdirinya organisasi tersebut pada 47 tahun silam. Sama sekali bukan
sesuatu yang baru. Hanya saja sikap itu lagilagi sebatas retorika ketimbang aksi nyata. Selain menyumbang uang ala kadarnya, membangun sedikit infrastruktur, OKI tidak pernah melakukan operasi militer menjaga kawasan Palestina dari agresi Israel, apalagi membebaskan tanah yang direbut Israel dari warga Palestina. Sikap tak acuh OKI terhadap nasib Palestina sudah kerapkali ditunjukkan. Kejadian paling dekat adalah beberapa hari sebelum KTT digelar, Israel melakukan penghancuran puluhan rumah penduduk Palestina termasuk sekolah di kawasan Tepi Barat. Koordinator Khusus PBB untuk proses perdamaian Timur Tengah Nickolay Mladenov mengatakan, sejak awal 2016 Israel menghancurkan 29 rumah warga setiap pekannya. Jumlah ini menurut Mladenov tiga kali lebih banyak dibandingkan tahun se-
Isi Resolusi Jakarta 1. Menegaskan peran sentral dari negara-negara anggota OKI untuk mengambil semua langkah yang diperlukan di semua tingkatan untuk memberikan perlindungan kepada rakyat Palestina dan menjaga kesucian Al-Quds Al-Sharif, terutama Masjid Al-Aqsa. 2. Menegaskan kembali negara-negara anggota untuk berdiri teguh dalam pertahanan mereka terhadap Masjid Suci Al-Aqsa, kiblat pertama untuk Muslim. Juga memperingatkan setiap tindakan yang akan memengaruhi kesucian sebagai hak dari Muslim. Upaya ilegal dari pendudukan Israel mengubah status quo dari kota Al-Quds AlSharif yang diduduki. 3. Memutuskan untuk segera mengambil semua tindakan yang memungkinkan, dengan masyarakat internasional untuk mengakhiri provokasi pendudukan dan serangan terhadap Al-Aqsa. 4. Memutuskan untuk melanjutkan upaya di Dewan Keamanan PBB untuk memastikan akuntabilitas atas tindakan ilegal yang dilakukan penguasa pendudukan, termasuk kelanjutan rezim pemukiman ilegal dan bertindak penduduk sipil Palestina. 5. Menyesalkan bahwa Dewan Keamanan PBB sejauh ini gagal memberi kontribusi mendorong langkah kredibel untuk perdamaian di Palestina.
belumnya. Empat hari sebelum KTT digelar, militer Israel juga menembak mati dua remaja Palestina. Pihak Israel mengatakan mereka menyusup ke wilayah Israel. Sebuah klaim yang tentunya sulit untuk dibuktikan. Tapi OKI tak bereaksi nyata selain mengeluarkan kecaman. Sama sekali tak ada aksi fisik yang menunjukkan pembelaan terhadap warga Palestina dan memberi pelajaran pada agresor Israel. OKI seolah masih percaya Israel bisa ditakut-takuti dengan katakata.
Kemunduran dan Pengkhianatan Alih-alih menunjukkan hal yang baru, KTT kali ini justru memperlihatkan kemunduran. Kesungguhan OKI untuk memperjuangkan nasib rakyat Palestina dan perlawanan terhadap Israel justru kian terdistorsi. Hal ini terlihat dalam Resolusi dan Deklarasi Jakarta yang sama sekali tidak mencantumkan peringatan atau sanksi terhadap Israel. Hal ini dipastikan oleh Direktur Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri, Hassan Kleib, kepada wartawan dalam jumpa pers KTT OKI, pada Ahad (6/03). “Kata-kata peringatan tidak ada karena kita tidak ada sanksi kepada siapapun. Tapi kalau resolusi itu adalah penegasan kembali posisi dasar selama ini terhadap masalah illegal occupation (yang dilakukan Israel),” kata Kleib seperti dikutip BBC (6/3). Keberadaan OKI untuk memperjuangan nasib Palestina juga makin dipertanyakan. Sebabnya dalam pidato sambutan pembukaan KTT OKI, Presiden Jokowi menyerukan jalan keluar agresi Israel terhadap tanah Palestina adalah melalui solusi dua negara. Mendukung kemerdekaan Palestina dan hidup berdampingan dengan penjajah
Israel. Tawaran solusi ini bukan lagi kemunduran tapi sudah tindakan pengkhianatan terhadap air mata, darah, dan nyawa pejuang dan rakyat Palestina. Status Israel jelas agresor dan penjarah tanah Palestina. Mereka melakukan serangkaian operasi militer keji dan taktik kotor secara sistematik untuk mengusir dan membunuh warga Palestina sejak tahun 1967. Lalu bagaimana mungkin keberadaan mereka diakui, sementara mereka adalah negara penjajah? Sungguh tidak logis, bahkan tidak waras, ketika rumah Anda dirampok, anak Anda dibunuh, lalu Anda diminta berdamai bahkan berbagi rumah dengan gerombolan perampok tersebut. Jika orang masih berakal sehat tentu tidak akan membenarkan apalagi menyetujui hal seperti itu. Tentu saja hal ini mengherankan dan mengecewakan. Memperlihatkan bahwa OKI kian kehilangan nyali dan makin tidak serius menangani persoalan Palestina. Untuk masalah al-Aqsha, OKI hanya berjuang melalui penggalangan dana lewat "Al Quds and Al Aqsha Funds" (Dana Al Quds dan Al Aqsha) untuk membantu rehabilitasi al-Quds (Yerusalem) berdasarkan kebutuhan rakyat Palestina. Sementara Israel justru semakin agresif melakukan pengusiran, penghancuran dan penembakan terhadap penduduk Palestina. Sepanjang tahun 2015 lalu, Israel membunuh 178 warga Palestina, melukai 16 ribu lebih warga, dan menghancurkan 500 lebih pemukiman warga. Jumlah warga Palestina yang ditangkapi militer Israel juga terus bertambah. Pada Oktober tahun lalu saja telah terjadi 800 kali penangkapan, di dalamnya termasuk anak-anak usia belasan tahun. Sebagian besar dari mereka ditembak terlebih dahulu sebelum dijeblos-
kan ke dalam penjara. Diperkirakan ada 6.500 warga Palestina mendekam di penjara Israel yang berjumlah 23 lokal. Kebiadaban Israel tentu tak bisa dilawan dengan resolusi, deklarasi atau penggalangan dana. Tanah dan warga Palestina membutuhkan aksi nyata.
Kembali Ke Akar Masalah Apa yang telah dilakukan OKI selama puluhan tahun telah gagal. Agresi militer Israel terhadap warga dan tanah Palestina kian menjadi, wilayah Palestina kian menyempit bahkan sudah menjadi 'penjara terbesar' di dunia bagi warganya. Padahal puluhan resolusi dan miliaran dolar uang telah dihamburkan untuk melakukan KTT demi KTT. OKI –sebagaimana PBB– tidak berinisiatif menyelesaikan akar persoalan di Palestina, yakni okupasi secara militer oleh Israel atas tanah dan wilayah Palestina. OKI dan PBB justru malah berusaha mendamaikan kedua belah pihak, mengajak mereka duduk bersama dan saling mengakui eksistensi dua negara. Negara-negara OKI seperti lupa kalau Palestina adalah korban. Mereka bukan sedang bertikai, tapi diperangi dan diinvasi dengan keji. Malah Profesor Noah Chomsky dari AS menyebut agresi Israel yang mengerahkan berbagai persenjataan canggih termasuk jet-jet tempur, bukan sebagai perang tapi pembunuhan! Inilah persoalan mendasar Palestina-Israel yang nampaknya sengaja dikubur oleh dunia dan juga ironinya oleh OKI. Bukannya ingin membersihkan negeri Palestina dari cengkraman sang penjajah, tapi OKI malah mengakui keberadaan negara agresor tersebut dengan balutan kalimat manis 'kemerdekaan Palestina'. Duh! [] ij – ls dpp hti
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Fokus
17
Boikot Israel Eh Boikot Apanya? Untuk tahun 2015 lalu saja, Indonesia tercatat melakukan impor barang dari Israel senilai US$ 77,7 juta.
S
elain menyerukan agar Israel mengakhiri penjajahannya di atas Palestina, Presiden Jokowi juga menyerukan agar dunia Islam dan dunia internasional memboikot produk Israel. “Dunia Islam mendorong masyarakat internasional untuk melarang masuknya (boikot) produk Israel,” kata Jokowi dalam pidatonya. Seruan ini spontan mengundang decak kagum dan pujian dari berbagai kalangan. Di antaranya datang dari Wakil Ketua DPR Fadli Zon, “Pidatonya harus kita apresiasi. Kalau pemerintah mau boikot produk Israel, itu langkah yang bagus.” Selain Fadli Zon, Anggota Komisi I DPR Tantowi Yahya memuji keberanian Jokowi. “Ini langkah berani Presiden sebagai Kepala Negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia. Ajakan ini harus kita apresiasi karena sebelumnya belum ada seruan seperti ini,” kata Tantowi. Namun selanjutnya, Tantowi balik bertanya, “Apakah yang dimaksud adalah produk yang diproduksi di Israel atau oleh orang-orang Israel yang tersebar di seluruh dunia, atau oleh perusahaan yang didukung oleh negara-negara yang pro-Israel. Ini perlu penjelasan agar masyarakat tidak bingung.” Tantowi tak perlu menunggu lama penjelasan dari Presiden RI, karena selang sehari pernyataannya diralat Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi SP. Menurut mantan Jubir KPK tersebut produk yang dimaksud Jokowi adalah kebijakan di tanah Palestina dan bukan produk berupa barang. “Yang dimaksud itu bukan produk, bukan barang. Yang saya lihat dimaknai sebagai produk barangnya Israel diboikot kan, sebenarnya bukan, (tetapi boikot kebijakan Israel di Palestina, red) ” katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. Kontan saja klarifikasi Johan Budi SP atas pernyataan bosnya mengundang keheranan sekaligus kecaman. Tentu bukan
Johan Budi yang dipersalahkan, karena sebagai Juru Bicara Presiden kecil kemungkinan Johan Budi melakukan hal tersebut atas inisiatif sendiri, pasti atas perintah dari istana si empunya pernyataan. Pengamat politik Muslim Arbi mengecam sikap plin-plan Presiden RI ini, “Ini sama saja membohongi negara-negara OKI. Di depan pemimpin negaranegara OKI menyuarakan boikot produk Israel tetapi kenyataannya hanya soal kebijakan Israel saja,” kata Arbi. Bicara soal boikot produk Israel, nyatanya bangsa Indonesia sendiri sudah lama ketergantungan pada perdagangan Israel. Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), perdagangan Indonesia dan Israel sudah berlangsung sejak tahun 2000. Untuk tahun 2015 lalu saja, Indonesia tercatat melakukan impor barang dari Israel senilai US$ 77,7 juta. Realisasi tersebut naik drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang cuma sebesar US$ 13,89 juta. Adapun komoditas yang diimpor dari Israel di antaranya kurma, jeruk shantang, mainan dan logam serta bahan kimia. Indonesia juga aktif dalam melakukan ekspor ke Israel. Realisasi pada 2014 adalah US$ 138,87 juta dan 2015 adalah sebesar US$ 116,9 juta. Selain itu sudah sejak lama banyak turis Indonesia berkunjung ke Israel. Setiap tahun diperkirakan 200.000 orang Indonesia mengunjungi negara tersebut. Dalam enam tahun terakhir 124.719 turis Indonesia mengunjungi Israel. Pada tahun 2013 saja, turis Indonesia ke Israel mencapai 29.517, bandingkan dengan hanya 9.442 pada tahun 2009, atau meningkat lebih dari tiga kali lipat dalam tempo empat tahun. Hubungan Israel-Indonesia juga berlangsung dalam bidang investasi. Sejumlah perusahaan Indonesia ditengarai memiliki hubungan bisnis dengan para pengusaha di Israel. Bukan hanya perdagangan
dan turisme, tetapi di bidang investasi juga telah terjalin hubungan yang erat dengan Israel. Muhammad Zulfikar Rakhmat, mahasiswa pasca sarjana jurusan Politik Internasional di Universitas Manchester, Inggris, dalam sebuah tulisannya di Diplomat, dengan judul The Quiet Growth of Indonesia-Israel Relations mengatakan, pada tahun 2000, misalnya, Asuransi Jasindo menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Assure Limited of Israel, untuk menyediakan asuransi kredit kepada eksportir dan importir kedua negara. Kesepakatan tersebut mendorong Jasindo membuka kantor perwakilan di Israel. Sejumlah perusahaan lain, termasuk Grup Bakrie, juga dilaporkan memiliki hubungan dagang dengan Israel. Lebih jauh, kedua negara telah pula mendirikan organisasi-organisasi, yang kendati tidak resmi, mendukung kedekatan hubungan kedua negara. Tahun 2002 berdiri The IndonesiaIsrael Public Affairs Committee (IIPAC), dengan bantuan seorang Yahudi Indonesia yang tengah belajar di Israel, yaitu Benjamin Ketang. Untuk meningkatkan lagi kerja sama kedua negara, pada
tahun 2009 berdiri Kantor Dagang Israel Indonesia di Tel Aviv. Organisasi ini merupakan cabang dari Kantor Dagang IsraelAsia yang bertujuan untuk memperkuat kerja sama ekonomi Indonesia-Israel. Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama Jakarta-Tel Aviv telah meluas ke bidangbidang baru. Contohnya, pada tahun 2008 pemerintah Indonesia menandatangani kerja sama dengan jasa layanan darurat nasional Israel, Magen David Adom (MDA). Ini adalah lembaga kerja sama Amerika dan Israel yang bergerak dalam jasa pelatihan medis dan keperawatan di Indonesia. Selain itu, sikap Presiden Jokowi menjadi bukti kuat bahwa Indonesia –juga negaranegara OKI lainnya– tidak bisa lepas dari pengaruh dan tekanan politik Barat, khususnya Amerika Serikat. Secara terbuka dunia telah mengetahui bahwa eksistensi negara Yahudi di tanah Palestina dibidani, dirawat dan dijaga oleh negara-negara Barat. Awalnya oleh kolonial Inggris yang meruntuhkan Khilafah, lalu berganti tangan ke Amerika Serikat. Kini di bawah perlindungan Amerika Serikat, negara Israel
menjadi semakin kuat. Bantuan finansial dan militer terus digelontorkan AS ke Israel. Menurut Dr Zunes seorang asisten profesor pada Departemen Politik di Universitas San Fransisko, total bantuan AS ke Israel diperkirakan mencapai 1/3 dari anggaran bantuan AS untuk negara-negara asing, meskipun populasi Israel hanya 0,001 persen populasi penduduk dunia. Dalam konstelasi politik internasional, hegemoni AS memengaruhi hampir semua negara, termasuk para anggota OKI yang Indonesia berada di dalamnya. Wajar bila tak pernah ada dalam agenda OKI keinginan melumat Israel. Meski begitu, ralat boikot ini masih ada hikmahnya. Seperti kata Muslim Arbi, negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) akhirnya mengetahui sifat asli Jokowi yang hanya beretorika dan membohongi para pemimpin negara lain. “Para pemimpin negara OKI sudah dibohongi, rakyat dibohongi. Bahkan, Tuhan saja sudah dibohongi dengan tidak menempati janji sewaktu kampanye.” Wallâh a'lam bi ashshawâb.[] ij – ls dpp hti
Rokhmat S Labib, Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia
Ralat Pidato Boikot Produk Israel Menunjukkan Sikap Pengecut
P
ernyataan pihak Istana Kepresidenan yang meralat pernyataan boikot produk Israel yang disampaikan Jokowi dalam KTT OKI kemarin menunjukkan sikap pengecut seorang pemimpin. Bagaimana bisa diharapkan melenyapkan Israel dari Palestina, baru bilang boikot produk Israel saja sudah diralat. Solusi dua negara (two states solution) yang diserukan juga lebih mencerminkan OKI sebagai organisasi sekumpulan kepala negara antek Amerika ketimbang para pemimpin yang membela kepentingan umat Islam. Maka konferensi itu tidak layak disebut sebagai konferensi Islam. Sebab, solusi yang diambil bukan dari Islam. Solusi dua negara itu adalah solusi Amerika. Dengan solusi itu, Israel dilegalkan untuk terus menjajah dan merampas
tanah Palestina! Solusi yang benar menurut Islam adalah mengembalikan tanah Palestina seutuhnya kepada Muslimin. Tidak memberikan sejengkal pun tanah umat Islam kepada Israel. Untuk itu, umat Islam wajib mengobarkan jihad melenyapkan Israel dari bumi Palestina. Namun, apakah para penguasa itu bisa diharapkan untuk melakukannya? Jelas tidak. Di sinilah kebutuhan umat terhadap khilafah semakin besar. Dengan khilafah (negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah, red), seluruh umat Islam dapat dipersatukan dalam satu komando. Umat Islam beser ta tentaranya dapat dimobilisasi untuk menggempur Israel. Dan insya Allah dengan izin dan pertolongan-Nya, tidak sulit untuk membersihkan Palestina dari Isarel. Oleh karena itu, solusi menyelesaikan Palestina adalah dengan jihad dan khilafah.[] joy
18
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Siyasah Syar’iyyah
Cara Khilafah Mengatasi Teror Oleh: KH Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI
T
eror, dalam bahasa Arab, disebut irhab. Secara harfiah, irhab berarti menakut-nakuti [ikhafah wa takhwif]. Dalam fikih Islam, irhab dibedakan dengan hirabah. Sebab, hirabah ini bertujuan untuk me-rampas harta, sedangkan irhab bertujuan untuk menakuti sasaran yang dianggap sebagai musuh agar tunduk mengikuti kehendak pelaku teror. Karena itu, aksi teror ini bisa dilakukan oleh individu, kelompok, atau negara. Targetnya juga bisa individu, kelompok, atau negara. Media yang digunakan bisa materi, seperti senapan, bom, dan sejenisnya maupun non-materi, seperti kata-kata dan sejenisnya. Secara umum, teror yang dilakukan terhadap umat Islam atau ahli dzimmah yang hidup di dalam wilayah negara khilafah hukumnya haram. Baik teror tersebut dilakukan oleh individu, kelompok, maupun negara.
memata-matai, termasuk melakukan penyadapan, sebelum dan setelah mereka ditumpas. Terhadap mereka, individunya bisa dikenai ta'zir hingga hukuman mati, bergantung keputusan pengadilan. Sedangkan organisasinya dibubarkan.
Mengatasi Teror Negara Negara khilafah sebagai penjaga dan pengayom rakyat tidak boleh mengatasi teror dengan teror. Negara tidak boleh berubah menjadi negara militer, negara
nya telah melakukan teror kepada rakyat yang tidak bersedia memberikan baiatnya kepada Yazid bin Mu'awiyah. Bahkan, di mimbar-mimbar khutbah pun Mu'awiyah menyerang Ali, yang sudah tiada. Dalam menghadapi teror negara seperti ini, para sahabat angkat suara. 'Abdullah bin 'Umar dan Asma' binti Abu Bakar dengan tegas mengecam tindakan Mu'awiyah. Bahkan, Abdullah bin Zubair putra Asma' dengan Zubair bin 'Awwam terpaksa meninggalkan Madinah, dan mukim di Makkah.
Mengatasi Teror Negara Asing
Mengatasi Teror Individu dan Kelompok Teror yang dilakukan di dalam wilayah negara ditangani oleh Departemen Keamanan di dalam negeri [Da'iratu alamni ad-dakhili], melalui polisi [syurthah]. Polisi sebagai aparat diberi kewenangan menangkap, menahan, dan melakukan penyidikan. Penangkapan, penahanan, dan penyidikan ini didasarkan kepada “bukti” permulaan. Hanya saja, dalam penyidikan tidak boleh melakukan intimidasi, teror, dan ancaman. Polisi dan aparat keamanan, termasuk intelijen, juga tidak diberi hak untuk melakukan penyadapan, dan memata-matai rakyat. Jika dalam proses penyidikan tersebut terbukti, misalnya ada pengakuan [iqrar] dari pihak pelaku, maka kasusnya dilimpahkan ke pengadilan. Di pengadilanlah pelaku teror akan divonis oleh hakim dengan sanksi ta'zir. Berat dan ringannya diserahkan kepada hakim. Tetapi, jika dalam penyidikan tidak terbukti, karena tidak ada pengakuan, dan tidak ada saksi, maka pelaku harus dilepaskan. Ini jika pelaku teror tersebut individu. Tetapi, jika pelaku teror tersebut kelompok, apalagi kelompok bersenjata, sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok Turki Muda dan militer yang dipimpin oleh Kemal Attaturk saat menggulingkan kekuasaan Sultan Abdul Majid II, maka polisi dan militer harus bahu membahu menumpas aksi teror tersebut. Jika polisi dan militer tidak mampu, maka rakyat wajib membantu. Karena, hukum mempertahankan negara yang menerapkan syariat Islam hukumnya wajib, bukan hanya bagi polisi dan militer, tetapi juga seluruh kaum Muslim. Individu atau kelompok seperti ini, karena terbukti menjadi kepanjangan tangan kepentingan negara kafir harbi, yaitu Inggris dan Prancis, disebut sebagai ahlu ar-raib [pihak yang dicurigai]. Terhadap mereka, aparat keamanan boleh
Karena teror ini merupakan kesalahan oknum, bukan kesalahan hukum, tentu yang harus diberhentikan adalah oknumnya. Sebab, hukum Islam dengan tegas mengharamkan aksi teror, baik yang dilakukan individu, kelompok maupun negara. Di dalam negara khilafah, yang menerapkan hukum Islam, jelas negara tidak akan ditolelir melakukan aksi teror. Karena aksi ini jelas menyimpang dari hukum Islam, dan penyimpangan seperti ini harus dihentikan.
polisi atau koboi. Karena ini bisa menyebabkan dharar, bukan saja bagi individu, tetapi juga negara itu sendiri. Karena negara telah memosisikan dirinya menjadi musuh rakyat. Ketika rakyat yang menjadi pemilik kekuasaan [shahib as-sulthah] dan sandaran kekuasaan [sanad al-hukm] telah menjadi musuh, maka negara seperti ini hanya tinggal menunggu lonceng kematiannya. Ketika Mu'awiyah menjadi khalifah, Mu'awiyah dengan kekuasaan dan uang-
Pendek kata, ketika negara melakukan teror kepada rakyat, maka tindakan ini harus dikoreksi, diluruskan sehingga kembali sebagaimana mestinya. Partai politik, majelis umat, hingga rakyat bisa langsung melakukan upaya tersebut. Jika koreksi tersebut tidak berhasil, dan negara tetap melakukan “kezaliman”, maka tugas untuk menghilangkan kezaliman tersebut jatuh ke tangan Mahkamah Mazalim. Para penguasa yang terlibat dalam aksi teror tersebut harus diberhentikan.
Bagaimana jika teror tersebut dilakukan oleh negara asing kepada rakyat negara khilafah? Teror ini dilakukan bisa di wilayah-wilayah perbatasan, dan bisa juga tidak. Jika dilakukan di wilayah-wilayah perbatasan, maka negara khilafah memobilisasi kewajiban melakukan ribath di seluruh perbatasan wilayah negara. Mereka adalah pasukan yang sewaktu-waktu siap tempur, dan syahid di jalan Allah. Mereka bukan pasukan biasa, tetapi juga para ulama yang luar biasa. Julukan mereka, farsan an-nahar wa ruhban al-lail [kesatria di siang hari, dan bak rahib di malam hari]. Selain itu, negara khilafah juga bisa mengikat wilayah-wilayah yang belum tunduk kepadanya dengan perjanjian damai. Ini pernah dilakukan oleh Nabi saat Perang Tabuk. Setelah pasukan Romawi meninggalkan Tabuk, Nabi dan pasukannya yang berjumlah 30.000 personel itu tetap berada di Tabuk hingga 10 hari. Dalam rentang waktu itu, baginda SAW mengikat perjanjian dengan Yuhana bin Ru'bah, dari suku Ailah. Ini strategi yang dilakukan oleh Nabi. Strategi seperti ini bisa diduplikasi oleh negara khilafah. Tetapi, teror negara asing kadang dilakukan dengan menggunakan kelompok nasionalis dan sekuler. Mereka terus-menerus menyebarkan paham nasionalisme, sebagaimana yang dilakukan negara Eropa, saat hendak memisahkan wilayah Balkan dari Khilafah 'Utsmaniyah. Terhadap mereka, berlaku hukum ahli ar-raib. Bahkan, jika mereka adalah ahli dzimmah, maka mereka bisa kehilangan dzimmah, dan diusir dari wilayah negara khilafah. Sebagaimana ahli ar-raib di atas, terhadap individu atau kelompok seperti ini, karena terbukti menjadi kepanjangan tangan kepentingan negara kafir harbi, aparat keamanan boleh memata-matai, termasuk melakukan penyadapan, sebelum dan setelah mereka ditumpas. Terhadap mereka, individunya bisa dikenai ta'zir hingga hukuman mati. Sedangkan organisasinya akan dibubarkan untuk selamanya. Pada saat yang sama, karena teror ini bertujuan politik untuk melepaskan wilayah dari negara, maka negara khilafah, dengan dukungan partai politik, harus melakukan pendekatan politik, termasuk membongkar rancangan jahat mereka. Sedangkan terhadap negara asing, khilafah bisa mengumumkan perang untuk menghancurkan ketamakannya.[]
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Dirasah Syar'iyyah Syahriyyah Muslimah HTI Jakarta Jakarta, Sabtu (5/3). Dirasah Syar'iyyah Syahriyyah yang diselenggarakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia dihadiri oleh para Ustadzah dan Muballighoh Jakarta. Acara yang dilaksanakan di restoran Desa Sangkuriang, Jakarta Timur itu mendapat kesepakatan bahwa LGBT harus ditolak dan tidak bisa dibiarkan keberadaannya.[] annida/ar
Workshop Buruh Jawa Timur Surabaya, Ahad (28/2). HTI Jawa Timur mengadakan Workshop Buruh Jatim di Perpustakaan Bank Indonesia Jl Raya Darmo Surabaya. Acara yang bertemakan MEA dan Ancaman Nyata PHK Masal’, menghadirkan pembicara dari kalangan praktisi, serikat buruh, akademisi dan disnaker Pemprov Jatim.[] mi jatim/ar
Halqah Islam dan Peradaban Tangerang
Potret
Cangkrukan Iman di Kampung Inggris Pare Kediri, Ahad (13/3). Komunitas pelajar Muslim di Kampung Inggris Pare, Kediri yang tergabung dalam Cak Man (Cangkrukan Iman) menggelar talk show Islam Warteg (Warung Terapi Galau) dengan tema ABG berulah, siapa yang salah? di cafe Pare Corner. Acara yang dihadiri siswa dari berbagai sekolah ini diisi oleh narasumber R Bagus dan Syamsul (LDS HTI).[] bagus/ar
Training Motivasi Remaja di Aceh Aceh, Sabtu(6/3). Sekitar 400 pelajar Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah menghadiri acara Training Motivasi Remaja dengan Tema " Be The Best, Not Be 'asa'" dengan Trainer Efendy Abdullah. Acara ini diselenggarakan oleh MHTI Takengon bertempat di Gedung Olah Seni (GOS), Takengon.[] asnita/ar
Multaqo Ulama Rengasdengklok Karawang
Tangerang, Ahad (13/3). HTI Kab Tangerang menggelar Halqah Islam dan Peradaban dengan tema Virus LGBT Mengancam Generasi Bangsa. Acara dihadiri ratusan peserta dari kalangan tokoh, ulama dan masyarakat umum.[]
Karawang, Sabtu (20/2). Bertempat di Masjid Raya Rengasdengklok, HTI Karawang menggelar Multaqo Ulama dengan tuan rumah KH Fahmi Sofyani Pimpinan PP Mursyidul Falah Kampung Sawah Rengasdengklok. Acara ini dihadiri sekitar 50 ulama, kyai dan asatidz dari Karawang dan sekitarnya.[]
Diskusi Terbatas Aktivis Bahas Liberalisasi Kampus
Halqah Islam Peradaban Ciamis
Jakarta, Sabtu(12/3). Muslimah HTI mengadakan acara Diskusi Terbatas Aktivis dengan tema Waspadai Liberalisasi Kampus: Upaya Penghancuran Profil Perempuan. Acara dihadiri puluhan mahasiswi Jakarta.[] annida
Ciamis, Ahad (6/3). HTI Kota Banjar mengadakan acara Halqah Islam dan Peradaban dengan tema Keruntuhan Khilafah, Moment Kebangkitan Umat di Gedung Dakwah Kota Banjar, Ciamis, Jawa Barat. Acara dihadiri sekitar 350 peserta dari berbagai kalangan.[] za/ar
Redaksi menerima kiriman berita kegiatan yang bertema seremonial, tabligh akbar, sosial dan lainnya yang bersifat syi'ar Islam. Dengan ketentuan ukuran foto minimal 500 KB dan disertai keterangan secukupnya serta melampirkan identitas pengirim beserta no hp. Berita dikirim ke email:
[email protected]. Cp. 0857-1713-5759
19
20
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Cermin
Khilafah ‘Utsmaniyah Menjaga Tiap Jengkal Wilayah Islam
Ilustrasi pasukan elite Khilafah Utsmani
A
tas nama Islam, Khilafah 'Utsmaniyah telah menghentikan rencana tentara Salib Portugis yang bertujuan memasuki Laut Merah dan menguasai Jeddah. Setelah itu, mereka menuju ke Makkah al-Mukarramah untuk menghancurkan Ka'bah. Kemudian mereka akan lanjutkan ke Madinah untuk membongkar makam Rasulullah SAW. Berikutnya, mereka akan menuju ke Tabuk hingga ke Baitul Maqdis, dengan target Masjidil Aqsa dan Kubah Shakhra'. Khilafah 'Utsmani pun membuat rancangan baru dengan menjadikan pelabuhan Yaman, khususnya Aden, sebagai titik pertahanan untuk menyerang markas Portugis di India, dan mempertahankan pesisir Laut Merah. Khilafah 'Utsmaniyah juga telah berhasil memporak-porandakan armada maritim Portugis dekat Jeddah, tahun 933 H, serta menghancurkan setiap usaha
yang dikerahkan oleh Portugis untuk membentuk Front Kristen, ketika Portugis melakukan koalisi dengan orangorang Ethiopia melawan pasukan Islam di Laut Merah, wilayah Timur Afrika. Juga atas nama Islam, Khilafah 'Utsmaniyah telah menyatukan berbagai wilayah di dunia Islam dalam satu rangkaian politik dan satu Front Islam, setelah sebelumnya berserakan. Bahkan, nyaris berjauhan satu dengan yang lain, sejak persatuan dan kesatuan Islam terkoyak, akibat lemahnya Khilafah dan kejatuhannya di Baghdad tahun 656 H di tangan Tatar. Karena itu, Khilafah 'Utsmaniyah berhasil menjadikan ikatan agama sebagai ikatan dasar di antara berbagai wilayah. Atas nama Islam, Khilafah 'Ustmaniyah juga memberikan perhatian terhadap urusan wilayah Hijaz. Yang paling menonjol adalah perhatian Khilafah terhadap tempat-tempat suci Islam. Karena di sanalah kiblat kaum
Muslim, tempat turunnya risalah dan wahyu, serta tempat bertemunya hati kaum Muslim. Sultan Salim I, yang tak lain adalah Khalifah pertama dari Khilafah 'Utsmaniyah, telah menjadikan 1/3 pendapatan yang diperoleh dari Mesir dibelanjakan untuk melayani kepentingan dua tanah suci. Pendapatkan dari kharaj yang diambil dari penduduk Yunani juga dialokasikan untuk mengurus urusan dua tanah suci. Inilah yang menjadi Hijaz sebagai sentral keagamaan. Khilafah 'Utsmaniyah juga memberikan perhatian besar terhadap kafilah haji, dan mengurusnya dengan sepenuh hati. Khilafah memberikan perhatian terhadap jalan-jalan, menyediakan sumur, saluran air di sepanjang jalur haji. Termasuk menyediakan pos-pos, dan mengurus pangkalan utama haji yang datang dari berbagai penjuru negeri. Atas nama Islam, Khilafah 'Utsmaniyah mengirimkan pasukannya untuk membantu penduduk Teluk Arab yang meminta bantuan tahun 857 H/1550 M dalam menghadapi ancaman Portugis. Khalifah saat itu, Sultan Sulaiman al-Qanuni, kemudian mengirim misi pasukan dari Swiss hingga ke Teluk Arab guna membantu saudara sesama Muslim. Langkah itu kemudian diikuti oleh Khalifah penerusnya hingga tahun 989 H/1581 M. Misi pasukan ini telah berhasil memaksa Portugis menelan beberapa kali kekalahan. Atas nama Islam, Khilafah 'Utsmaniyah menempatkan armada maritimnya di sepanjang pesisir wilayah Laut Merah. Kebijakan itu terus dipertahankan hingga akhir abad ke-18 M. Itu artinya, Khilafah 'Utsmaniyah telah memberikan khidmat yang luar biasa untuk Islam dengan menghadapi ancaman pasukan Salib, Portugis, di Laut Merah dan tempat-tempat suci Islam yang lainya.[] har
Kristologi
Meluruskan Dogma Dosa Waris dan Penebusan Dosa (Bag 2) Oleh: Abu Deedat Syihab, MH, Wakil Ketua KDK-MUI Pusat
D
i edisi 168 lalu kita telah membahas bagaimana Bibel menolak dosa waris dan penebusan dosa. Di antaranya adalah: 1. Para nabi Allah tidak ada yang mengajarkan dosa waris dan penebusan dosa 2. Dogma dosa waris melecehkan Allah SWT. 3. Akibat dosa waris tidak masuk akal (irasional) 4. Dosa warisan salah alamat Nah tulisan kali ini masih membahas kelanjutan hal tersebut. Mari kita simak sebagai berikut: 5. Yesus tidak rela mati disalib untuk menebus dosa a. Yesus berteriak histeris Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” (Matius 27:46). Dalam ayat tersebut, Yesus menyalahkan Tuhan sehingga beteriak-teriak histeris, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” Arti teriakan
ini adalah: Tuhanku, Tuhanku, mengapa aku yang tidak berdosa ini kau tinggalkan di atas kayu salib? b. Yesus takut dan sedih Lalu kata-Nya kepada mereka: “HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku” (Matius 26:38; bdk: Markus 14:34). c. Yesus berdoa agar tidak disalib “Sekarang jiwaku terharu dan apakah yang akan kukatakan? Bapa, selamatkanlah aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah aku datang ke dalam saat ini” (Yohanes 12:27). Analisa: Dan mengapa Yesus sebagai penjelmaan Tuhan itu berteriak-teriak ketika disalib dan minta diselamatkan? Dalam Islam, kejatuhan Adam dan Hawa dari sorga tidak menyebabkan adanya dosa waris, sebagaimana dituangkan dalam banyak ayat Alquran berikut: 1. Alquran mengatakan bahwa Allah Maha Adil, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun yang senantiasa mengampuni dosa hamba-Nya yang bertaubat. (QS az-Zumar, 39:53-54).
2. Dengan sifat-Nya Yang Maha Penyayang dan Maha Pengampun, Allah menjanjikan rahmat dan ampunan kepada hamba-Nya yang bertobat dari dosa-dosanya: Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS al-Maidah, 5:74). 3. Allah tidak akan membiarkan manusia berkubang dosa dan senantiasa membuka pintu tobat dan ampunan kepada orang yang mau bertaubat. Sebelum Adam dan Hawa keluar dari surga, mereka telah bertaubat dan Allah menerima taubat itu ketika itu pula: Keduanya (Adam dan Hawa) “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi” (QS al-A'raf, 7:23). Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang (QS al-Baqarah, 2:37). Kemudian Tuhan memilihnya, maka Dia menerima tobatnya dan memberinya
petunjuk” (QS Thaha, 20:122). Penutup Setelah mengetahui kerancuan dan kebobrokan iman Kristiani tentang dosa waris dan penebusan dosa, mari kita saksikan konsep Islam yang sederhana, singkat, tidak membingungkan, dan rasional. Penolakan Islam terhadap dogma dosa waris dan penebusan dosa dituangkan dalam banyak ayat Alquran dan Hadis Nabi, di antaranya: ...Dan tidaklah seseorang membuat dosa melainkan kemudharatan itu kembali kepada dirinya sendiri, dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain …. (QS al-An'am ayat 164, QS alBaqarah ayat 123, QS al-Baqarah ayat 286,. QS al-Isra ayat 15, QS Lukman ayat 33, QS Yasin ayat 54, QS at-Thur ayat 21, QS anNajm ayat 38-39). Hadis shahih riwayat Bukhari: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci, maka karena orang tuanyalah dia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” HR. Bukhori.[]
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Mercusuar
21
Ilmuwan Khilafah dan Lingkungan Hidup Oleh: Prof Dr Ing Fahmi Amhar
B
agaimana dulu khilafah mengatasi persoalan lingkungan hidup seperti pencemaran atau pemanasan global? Apakah khilafah juga akan menerapkan “pajak tas kresek” untuk mengurangi penggunaan plastik? Atau menarik “Dana Ketahanan Energi” di atas harga BBM agar punya dana cukup untuk membangun energi baru/terbarukan?
berarti, karena saat itu mobil atau motor baru saja ditemukan dan jumlahnya masih sangat sedikit. Polusi air oleh berbagai limbah kimia industri belum banyak. Sedang polusi tanah oleh plastik praktis belum ada, karena aneka produk plastik masih di stadium riset. Isu lingkungan hidup baru mendunia pada World Environment Conference di Stockholm tahun 1972. Oleh sebab itu, sebenarnya isu
Contoh cover buku tentang Islam dan lingkungan hidup.
Pertanyaan ini mungkin kurang relevan. Khilafah sudah runtuh tahun 1924. Hingga tahun itu, masalah lingkungan hidup belum pernah menjadi isu di dunia, karena teknologi dan industri belum semaju sekarang, dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya juga belum massif. Polusi udara oleh asap kendaraan bermotor belum
lingkungan hidup termasuk bagian persoalan yang memerlukan ijtihad baru ke depan, bukan yang dapat mengandalkan pengalaman di masa lalu. Namun sedikit banyak ada beberapa ilmuwan Muslim di masa lalu, yang sudah mulai mengkaji hal-hal yang hari ini secara langsung ataupun tak langsung terkait dengan
persoalan lingkungan. Pertama adalah teknologi hayati. Kerusakan lingkungan akan sangat memukul kehidupan manusia bila merusak rantai makanan. Di masa lalu beberapa ilmuwan Muslim sudah memikirkan rantai makanan dan perubahan berangsur (evolusi) mahluk hidup. Al-Jāḥiẓ atau nama aslinya Abu Utsman Amr ibn Bahr al-Kinani al-Fuqaimi alBasri (781-869) dalam bukunya Kitab al-Hayawan sudah berteori akan adanya perubahan berangsur pada hewan akibat seleksi alam dan lingkungan. Meski ada perbedaan, pemikiran ini 1000 tahun mendahului Alfred Wallace atau Charles Darwin. Kedua adalah teknologi kimia. Tidak syak lagi bahwa penyebab polusi yang paling utama baik di tanah, air maupun udara adalah produk kimia. Namun teknologi kimia juga yang diharapkan dapat mengatasinya, baik dengan membuat zat penetralnya, maupun mencarikan produk pengganti yang ramah lingkungan, seperti plastik yang bisa hancur oleh bakteri (biodegradable). Will Durant menulis dalam The Story of Civilization IV: The Age of Faith: "Chemistry as a science was almost created by the Moslems; for in this field, where the Greeks (so far as we know) were confined to industrial experience and vague hypothesis, the Saracens introduced precise observation, controlled experiment, and careful records. They invented and named the alembic (al-anbiq), chemically analyzed innumerable substances, composed lapidaries, distinguished alkalis and acids, investigated their affinities, studied and manufactured hundreds of drugs. Alchemy, which the Moslems inherited from Egypt, contributed to chemistry by a thousand incidental
discoveries, and by its method, which was the most scientific of all medieval operations.". (Kimia adalah ilmu yang hampir seluruhnya diciptakan oleh kaum Muslim; ketika untuk bidang ini orang-orang Yunani tidak memiliki pengalaman industri dan hanya memberikan hipotesis yang meragukan, sementara itu para ilmuwan Muslim mengantar pada pengamatan teliti, eksperimen terkontrol, dan catatan yang hati-hati. Mereka menemukan dan memberi nama alembic (alanbiq), menganalisis substansi yang tak terhitung banyaknya, membedakan alkali dan asam, menyelidiki kemiripannya, mempelajari dan memproduksi ratusan jenis obat. Alkimia yang diwarisi kaum Muslim dari Mesir, menyumbangkan untuk kimia ribuan penemuan insidental, dari metodenya, yang paling ilmiah dari seluruh kegiatan di zaman pertengahan). Jabir ibn Hayyan (Geber, 715-815) diakui oleh banyak orang sebagai “Bapak Ilmu Kimia”, karena jasanya memperkenalkan metode ilmiah eksperimental dan juga lebih dari 20 macam peralatan laboratorium seperti alat destilasi, kristalisasi, purifikasi, oksidasi, evaporasi, filtrasi dan kristalografi, seperti dalam bukunya Kitab al-Istitmam. Jabir adalah juga orang pertama yang menemukan berbagai jenis asam, ketika sebelumnya orang hanya mengenal cuka. Jabir menemukan asam nitrat, asam sulfat, asam klorida, asam asetat, asam citrat dan sebagainya. Beberapa unsur juga ditemukan oleh Jabir, seperti Arsen, Antimon dan Bismuth. Dialah orang pertama yang menggolongkan belerang dan air raksa sebagai unsur kimia. Dalam Buku tentang Mutiara yang Tersembunyi, Jabir menuliskan 46 resep untuk membuat gelas berwarna, juga 12 resep tentang produksi mutiara buatan dan penghilangan warna dari batu mulia. Para kimiawan Muslim adalah yang pertama-tama membuat bahan bakar dari minyak bumi mentah. Sebelumnya, manusia hanya mengenal minyak organik, baik
dari tumbuhan (seperti minyak kelapa) atau hewan (lemak unta). Tentu saja, pada awalnya hasil olahan minyak mentah itu masih sangat sederhana, seperti nafta (lilin) dan ter (aspal). Tapi pada akhir abad ke-8 M, jalanan di Baghdad sudah diaspal dengan hasil olahan minyak melalui suatu proses yang disebut “destilasi destruktif”. AlQazwini, dalam kitabnya Aja'ib Al-Buldan (Negeri Ajaib) menuturkan ada dua jenis campuran aspal dan pasir yang digunakan melapisi jalan, yang dikenal kuat dan lekat. Dr Kasem Ajram (1992) dalam bukunya, The Miracle of Islam Science, 2nd Edition juga memaparkan infrastruktur transportasi jalan di zaman kekhalifahan Islam, terutama di Baghdad. Pembangunan jalan beraspal di kota itu telah dimulai sejak Khalifah Al-Mansur pada 762 M. Sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam History of Arab juga melukiskan jalan-jalan di Baghdad dan Cordoba telah berlapis aspal, dan di malam hari telah diterangi lampu minyak. Kali pertama peradaban Barat mengenal jalan beraspal adalah pada 1824 M, yaitu di Champs-Elysees Paris, Perancis. Dewasa ini perhatian para ilmuwan Muslim atas lingkungan sudah tumbuh. Masalah lingkungan adalah masalah multidisiplin, interdisiplin dan transdisiplin. Para ekologis harus bertemu dengan insinyur, ekonom, politisi, pendidik, fuqaha dan sebagainya. Dengan demikian, meski di masa khilafah kerusakan lingkungan sebagai dampak dari teknologi dan industri belum menjadi isu, namun kita dapat optimis, bila di masa depan khilafah tegak kembali, maka akan kembali bermunculan ilmuwan Islam yang berada di garda depan penyelamatan lingkungan hidup. Pada saat yang sama, keadilan yang diciptakan sistem ekonomi Islam baik di dalam negeri maupun ke luar negeri akan menurunkan tingkat kerakusan manusia dalam menjarah sumberdaya alam, dan otomatis akan menurunkan juga limbahnya, sehingga akan membuat lingkungan hidup di dunia lebih berkelanjutan.[]
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Sosok
Muhammad Ismail Yusanto Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia
Dengan Dakwah Semua Bisa Berubah
S
iapa yang menyangka seruan untuk menegakkan kembali khilafah bakal digelar di Ankara. Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto pun tidak mengira, dirinya bersama sekitar 5.000 umat Islam dari berbagai penjuru dunia bisa berkumpul untuk menyerukan kewajiban tersebut di Attaturk Sport Center yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari gedung parlemen, yang 92 tahun lalu, menjadi tempat Kemal Pasha laknatullah menghapuskan Khilafah Islam. Maklumlah, setelah antek Inggris itu menjadikan Turki sebagai negara nasionalis sekuler demokratis, siapa saja yang bersuara untuk menegakkan kembali khilafah akan diberangus. Maka ketika melihat foto besar Kemal Pasha yang akan ditutup dengan al-Liwa dan arRaya, Ismail langsung bertanya, “Apa nanti tidak masalah?” Tetapi dengan mantap panitia menepis kekhawatiran tersebut. “Tidak!” kata panitia lagi, “Memang 10 tahun lalu, hal seperti ini, termasuk mengadakan kegiatan besar bertema khilafah di tempat ini, adalah mimpi. Sekarang tidak. Kita bahkan mendapat dukungan kuat dari aparat keamanan. Lihat saja, mereka ikut mengamankan acara ini.” Dengan dakwah tampaknya ada perubahan penting
di Turki. Kegiatan dakwah kini tak lagi mendapat kekangan seperti sebelummya. Beberapa tahun lalu, acara-acara seperti ini hanya mimpi. Jangan lagi menyelenggarakan acara besar, sekadar membagikan nasyrah atau selebaran dakwah pun langsung ditangkapi polisi. “Sekarang tidak lagi, ratusan anggota HT Turki yang semula dipenjara tanpa alasan dengan vonis 7 – 18 tahun, kini juga sudah dilepas,” ungkap panitia. Dan benar saja, pada konferensi tersebut, aparat justru mengamankan jalannya acara dari ancaman keamanan dari kelompok kiri dan kelompok sekuler (yang biasa disebut kelompok Kemalis) yang sepertinya sangat kebakaran jenggot dengan diadakannya acara-acara yang menyinggungnyinggung soal Islam dan kekhilafahan. “Bagi mereka acara seperti ini tabu karena pasti bakal mengancam sekulerisme dan kemalisme yang telah dianggap bagai kitab suci dan nabi mereka,” ungkap Ismail. Walhasil, acara yang dihadiri kaum Muslimin dari Turki, Rusia, Ukraina, Kyrgistan, Tajikistan, Uzbekistan, Syria, Palestian, Jordan, Aljazair, Jerman, Denmark, Belgia, Swedia, UK dan lainnya berjalan lancar dan sukses. “Peserta yang memadati tempat acara sangat antusias mengikuti acara hingga akhir,” ujarnya merujuk peristiwa penting pada 6 Maret 2016. “Oleh karena itu,
perjuangan khilafah ini harus terus digelorakan di manapun kita berada hingga payung dunia Islam ini benar-benar terwujud kembali sehingga syariah bisa diterapkan secara kaffah, serta ukhuwah dan dakwah juga bisa diwujudkan dan dijalankan secara nyata!” pekik Ismail yang kemudian disambut takbir peserta Uluslararasi Hilafet (Konferensi Khilafah Internasional): Hilafet Hayal Mi, Yakin Bir Gelecek Mi (Khilafah, Hayalan atau Tak Lama Lagi Tegak?). Selain itu, bertepatan dengan momen keruntuhan khilafah 92 tahun lalu, pada 3 Maret, HT Turki juga menyeleng-garakan Uluslararasi Hilafet Sempozyumu (Simposium Khilafah Internasional) bertema “Nasil Bir Hilafet (Khilafah Seperti Apa?)” di sebuah hotel di kawasan Topkapi, Istanbul. Dalam kesempatan itu, Ismail pun menyampaikan tema yang sama yakni pentingnya khilafah bagi umat Islam. Kegiatan ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari berbagai kalangan seperti media, perwakilan LSM, para akademisi, penulis dan jurnalis. Sekitar 1.000 peserta hadir dari berbagai negara seperti Ukraina, Rusia, Uzbekistan, Kyrgistan, Tajikistan, Syria, Palestina, Aljazair, UK, Denmark, Swiss, Belgia, Jerman dan lainnya.
dan metode (thariqah) yang benar, insya Allah pasti akan menghasilkan perubahan. Dan perubahan itulah yang membuat yang dulu tidak mungkin menjadi mungkin, yang dulu hanya mimpi kini menjadi kenyataan, begitu seterusnya,” beber Ismail. Di Indonesia juga begitu. “Dulu tak terbayang kita bisa memenuhi Gelora Bung Karno (GBK). Jangankan tempat sebesar itu, yang bisa menampung 100.000 orang, di awal-awal dulu dalam satu acara bisa menghadirkan peserta ratusan orang saja sudah untung. Tapi kini, itu semua bisa terjadi. Bahkan sekarang kita justru kesulitan mencari tempat yang bisa menampung lebih dari 100.000 karena memang tidak tersedia,” ujar Ismail. Begitu juga, dulu tak berbayang dakwah untuk tegaknya syariah dan khilafah tersebar ke seluruh Indonesia. Jangankan tersebar ke seluruh Indonesia, di Jawa pun tidak. Kini, hampir tidak ada provinsi, bahkan kota dan kabupaten yang tak tersentuh dakwah ini. “Maka, bila sekarang masih sulit membayangkan tegaknya syariah dan khilafah melalui thalabun nushrah, bagaikan mimpi, suatu saat nanti melalui dakwah yang terus dilakukan secara konsisten hal itu akan terwujud. Insya Allah. Mengapa tidak?” ungkapnya optimis.
Soal Waktu
Jatuh Hati
Bagaimana dakwah mengubah bukan hanya terjadi di Turki, tapi di semua tempat di muka bumi ini karena substansi dakwah di manapun sama, yakni menanamkan akidah, membentuk syakhsiyah atau kepribadian Islam, mendorong ketaatan pada syariah dan menggerakkan dakwah bagi tegaknya kehidupan Islam. Dan yang menjadi obyek dakwah juga sama, yakni manusia yang berakal, bahkan sebagiannya sudah menjadi Muslim sejak lama. Oleh karena itu, sesungguhnya perubahan yang dihasilkan oleh dakwah hanyalah soal waktu. “Artinya, bila kita menjalankan dakwah dengan membawa ide (fikrah)
Ismail mengaku pertama kali mengenal Hizbut Tahrir pada 1985-an, ketika dirinya masih menjadi mahasiswa tingkat akhir Universitas Gadjah Mada, DIY. Sejak di UGM itu, ia sudah banyak berinteraksi dengan teman-teman aktivis dakwah kampus dari Institut Pertanian Bogor, yang ternyata adalah para kader awal HTI di kota Bogor waktu itu. Dari merekalah Ismail mengenal HT. Dari mereka juga ia banyak mendapat materi, yang belakangan baru ia ketahui itu merupakan terjemahan dari berbagai kitab rujukan Hizbut Tahrir seperti Nidzamul Islam (Peraturan Hidup dalam Islam), Syakhsiyyah Islamiyyah (Kepribadian Islam) dan
sebagainya. “Semua materi itu saya baca. Beberapa malah saya baca berulang-ulang,” ungkapnya. Dan ketika membaca materi-materi itu, “saya merasakan ada satu kejernihan, ketajaman, dan sekaligus kekuatan ide yang dikupas secara berbeda dalam materimateri itu. Sejak saat itu saya jatuh hati pada HT, dan selalu menantikan kiriman materi berikutnya.” Maka selepas wisuda tahun 1988, saya tidak punya tujuan lain selain Kota Bogor, tak lain agar bisa ikut berdakwah bersama HT. “Alhamdulillah tujuan itu bisa terwujud,” ucapnya penuh syukur kepada Allah SWT. Dari sisi ide, Ismail merasakan HT ini bisa menggabungkan dua karakter yang sangat diperlukan dalam perjuangan ini, yakni intelektualitas dan kedalaman rujukan pada kitab-kitab klasik. “Belakangan saya makin memahami, HT juga adalah gerakan yang sangat tertib, disiplin, konsisten sekaligus sangat ideologis dan mampu menjaga diri baik dari segi pemikiran, gerak termasuk dalam soal dana dari kemungkinan tercampur hal-hal yang tidak islami,” aku lelaki yang menjadi Juru Bicara HTI sejak 2002. Setelah mengenal para tokoh HT dari berbagai negara, Ismail juga merasakan nuansa keikhlasan, bahwa perjuangan ini tak lain adalah untuk Islam semata, sekaligus keberanian dan pengorbanan yang sangat kental. Maka ketika ditanya, bagaimana perasaannya ketika mengenang waktu memutuskan untuk bergabung dengan Hizbut Tahrir dengan sumringah Ismail menjawab, “Alhamdulillah, saya sangat bersyukur sekali. Kalau ada satu episode dari hidup saya yang sangat saya syukuri adalah perjumpaan saya dengan HT. Saya selalu berdoa semoga Allah menjaga dan memberi hidayah taufiqiyah pada saya agar saya bisa tetap istiqamah di jalan dakwah ini hingga akhir hayat nanti.” Aamiin.[] joko prasetyo
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Anjangsana
23
Pondok Pesantren Putri Al-Khoirot, Karangsuko Pagelaran, Malang, Jawa Timur
Ikhlaskan Hati dalam Menimba Ilmu
K
e Al-Khoirot Apa yang Kau Cari??” slogan dalam bentuk pertanyaan terpampang di dinding Pondok Pesantren Putri Al-Khoirot. Slogan tersebut begitu mencolok sehingga siapa saja yang melewatinya seakan ditegur dan diingatkan untuk selalu meluruskan niat dalam mencari ilmu di Al-Khoirot semata-mata karena Allah bukan karena yang lain. Pesantren yang memiliki lahan seluas dua hektar ini memiliki 700 orang santri yang terdiri atas 400 santri putri dan 300 santri putra dibangun dengan format sederhana dan menggambarkan suasana mencintai ilmu. Salah satu upaya untuk memastikan niat mencari ilmu itu tetap ikhlas, Al-Khoirot benar-benar menjaga pergaulan pria dan wanita. Campur baur (ikhtilat) apalagi bersunyisunyian (khalwat) sangat tidak diperkenankan di segala lini aktivitas pendidikan, baik itu pendidikan formal MTs dan MA, pendidikan madrasah diniyah, pendidikan kajian kitab kuning, maupun dalam aktifitas harian yang lain. Pemisahan pria wanita tidak hanya terbatas pada siswa peserta didik, tapi juga meliputi tenaga pengajar dan tenaga administrasi. Artinya, tenaga pengajar putra adalah laki-laki; sedang tenaga pengajar putri adalah perempuan. Begitu juga tenaga administrasi kantor putra dan putri diisi oleh karyawan sesuai dengan gender. “Ini untuk memastikan bahwa santri, tenaga pengajar dan tenaga administrasi hanya fokus pada kegiatan dan pekerjaan masing-masing tanpa terganggu oleh hal-hal lain yang bisa terjadi dalam situasi dua lawan jenis bukan mahram berkumpul dalam tempat dan lokasi yang sama dalam waktu yang lama,” ujar Nyai Hj Luthfiyah binti M Suhud Zayyadi, Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Khoirot kepada Media Umat beberapa waktu lalu. Salah satu tujuan utama Al-Khoirot adalah mencetak santri berakhlak mulia. Standar
minimal dari akhlak mulia adalah melaksanakan syariah Islam yang wajib dan halal dan menjauhi larangannya yang haram. Sebagai implementasi dari tujuan ini, hal pertama dan mendasar yang dilakukan adalah pemisahan santri putra dan putri secara ketat di segala lini aktifitas pendidikan.
Sejarah Berdirinya Berawal dari kepedulian terhadap masyarakat dan tekad dakwah yang kuatlah pondok pesantren ini didirikan oleh almarhum KH Syuhud Zayyadi, ayahanda dari Nyai Luthfiyah. Kyai Syuhud adalah seorang ulama yang terkenal dengan kehati-hatiannya (wara') dalam menjalani kehidupan. Kyai Syuhud merupakan bagian dari keluarga besar Bani Itsbat dengan silsilah nasab sampai ke Sunan Drajat, salah satu Walisongo. Dari pernikahan Kyai Syuhud dengan almarhumah Nyai Hj Masluhah Muzakki nantinya lahir sepuluh orang putra dan putri yang kelak akan tersebar di berbagai kota kabupaten di Jawa Timur dan mendakwahkan Islam lalu mendirikan pesantren, di antaranya adalah Nurul Jadid Paiton dan tentu saja termasuk Pondok Pesantren Putri AlKhoirot yang diasuh Nyai Luthfiyah. Pesantren Al-Khoirot didirikan pada bulan Ramadhan tahun 1963 Masehi di atas tanah wakaf Hj Ruqoyah Bulupitu seluas satu hektar. Maka Kyai Syuhud sekeluarga pun pindah dari Jalan Murcoyo Gondanglegi ke Desa Karangsuko dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Khoirot untuk putra. Kepindahan dari Gondanglegi ke Karangsuko pada tahun 1963 ini bersamaan dengan lahirnya anak yang keempat dengan nama Luthfiyah. Saat itu, tidak ada niat Kyai Syuhud atau Nyai Hj Masluhah Muzakki untuk mendirikan pesantren putri. Namun karena animo masyarakat untuk
menitipkan anak putrinya menuntut ilmu di Al-Khoirot begitu tinggi, maka setahun kemudian dibukalah Ponpes Putri Al-Khoirot yang dipimpin oleh Nyai Masluhah. Pondok Pesantren Al Khoirot awalnya merupakan lembaga pengajaran Islam dengan format salaf (tradisional) murni dengan sistem pengajian sorogan dan wethonan/bandongan. Pada 1966, madrasah diniyah (madin) Annasyiatul Jadidah didirikan. Madin ini menitikberatkan pada pendidikan ilmu agama dengan sistem klasikal dari kelas 1 sampai kelas 6 ibtidaiyah. Pada
1977, madrasah tsanawiyah mulai dirintis, Namun sekolah ini hanya bertahan kurang dari setahun karena terkendala oleh banyak hal. Pada 2009, sekolah formal kembali didirikan tidak hanya Madrasah Tsanawiyah (MTs) tapi juga Madrasah Aliyah (MA) dengan nama MTS dan MA AlKhoirot. Keunikan dua sekolah ini adalah siswanya diwajibkan belajar di dalam pondok pesantren. Tidak boleh sekolah dari luar. Begitu juga sebaliknya, santri harus menjadi siswa MTs dan MA kecuali bagi yang sudah lulus SLTA. Intinya, santri harus menjadi siswa dan siswa harus menjadi santri. Pada tahun 2012, AlKhoirot membuka program baru menghafal Alquran (Tahfidzul Quran) dengan tujuan untuk
menciptakan generasi muda yang Qurani tidak hanya dalam keilmuan tapi juga dalam perilaku. Menjalankan dua sistem yang berbeda antara sistem salaf dan modern sekaligus tidaklah mudah. Namun, dengan kerja keras dan kedisiplinan yang tinggi dari semua pihak, sistem ini berjalan dengan efektif dan efisien. Santri Al-Khoirot tidak hanya mengikuti pendidikan formal, tapi juga dibekali dengan berbagai ilmu agama yang dipelajari di madrasah diniyah. Santri tidak hanya bisa membaca kitab kuning, tapi juga bisa secara aktif berbicara Bahasa Arab (bagi peserta Dauroh Arabi) dan hafal Alquran (bagi peserta program tahfidz).[] nikma fitriana/joy
Nyai Hj Luthfiyah binti M Suhud Zayyadi, Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al Khoirot
Perempuan Harus Punya Keinginan Kuat Dakwahkan Islam
P
engasuh Pondok Pesantren Putri Al Khoirot ini dilahirkan di pesantren Al Khoirot pada 27 Maret 1963, putri ke-4 dari 10 bersaudara ini dibesarkan di pesantren Al Khoirot dengan pola pendidikan ayahandanya KH M Syuhud Zayyadi. Nyai Luthfiyah memiliki kepedulian yang kuat terhadap kemajuan umat terutama para perempuan sebagai pencetak generasi umat yang tangguh. Menurut penuturannya, para perempuan harus memiliki akhlak yang mulia dan keinginan kuat untuk memperjuangkan agama Islam. Selain sebagai pengasuh ponpes putri, ia juga banyak membantu masyarakat sekitar dalam hal pendidikan putra putrinya dan juga membantu perekonomian masyarakat sekitarnya agar para wanita tidak bekerja di luar rumah akan tetapi tetap bisa mendidik putra-putrinya sambil berkarya di rumahnya. Ia sangat mengimbau para santriwati agar dalam hidup ini tidak hanya memikirkan dirinya sendiri tapi juga harus berjuang mendakwahkan Islam karena manusia dilahirkan hakikatnya untuk beribadah kepada Allah, karena puncaknya ibadah adalah taqwallah.
“Manusia yang mulia adalah yang memiliki rasa takut (taqwa) yang kuat kepada Allah,” ujarnya. Menurutnya, ibadah itu bukan berarti dudukduduk saja tapi justru mendakwahkan Islam dan senantiasa menambah ilmu plus ikhlas karena Allah. Ia sangat antusias dan mendukung terhadap perjuangan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang senantiasa memiliki semangat yang luar biasa dan optimis dalam memperjuangkan syariat Islam dan khilafah tanpa kenal lelah. Pesan Nyai Luthfiyah kepada kaum Muslimin adalah bahwa kaum Muslimin ini merupakan umat yang satu sehingga harus bersatu tidak boleh bercerai berai hanya karena perbedaan latar belakang, yang terpenting adalah menyatukan landasan yang satu yaitu bertujuan memperjuangkan syariat Islam dan harus berjuang bersama-sama, tetap bekerja sama dan pantang menyerah dalam memperjuangkan syariat Allah agar taqwallah bisa terwujud sebagaimana firman Allah bahwa tidak diciptakan jin dan manusia kecuali beribadah kepada Allah bukan untuk tujuan lain tapi semata-mata memperjuangkan syariat Islam karena Allah.[]nikma fitriana/joy
24
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Muslimah
Vaksinasi Bikin Galau Vaksin dilakukan untuk mencegah penyakit. Sama dengan pengobatan. Berobat sendiri mandub.
B
umi bebas polio 2020. Begitu target yang dicanangkan dunia, hingga di Indonesia 815 Maret lalu digeber Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Kehebohan kembali menghebat, khususnya di kalangan keluarga Muslim pengemban dakwah. Ibu-ibu pemilik balita galau. Anak tak divaksin, takut beneran terserang penyakit berbahaya itu. Mau divaksin, juga takut malah berefek buruk. Maklum, di era keterbukaan informasi ini, begitu banyak kabar-kabar tentang vaksin yang membuat ibu-ibu pusing tujuh keliling. Maju mundur ambil sikap: yes or no.
Penyulut Perdebatan Perdebatan soal vaksin tak ada habis-habisnya menyangkut: (1) hukum vaksinasi; (2) halal tidaknya bahan vaksin; (3) perlu/penting tidaknya vaksinasi; dan (4) isu konspirasi dalam program ini. Pertama, soal hukum vaksin, sudah banyak diungkap ulama yang kapabel, misalnya Ustad Atha' bin Khalil Abu arRasytah, bahwa vaksin hukumnya mandub (boleh). Vaksin dilakukan untuk mencegah penyakit. Sama dengan pengobatan. Berobat sendiri mandub. Jadi silakan pilih, mau vaksin atau tidak. Dua-duanya boleh. Kecuali jika jenis tertentu dari vaksinasi itu membahayakan, seperti bahannya rusak atau membahayakan karena suatu sebab tertentu, maka vaksinasi menjadi haram (lihat tanya jawab dengan amir Hizbut Tahrir). Kedua, soal halal tidaknya bahan vaksin itu sendiri. Ini penting bagi yang provak, karena yang antivak sudah titik. Berbagai sumber menyebut, belum ada vaksin yang halal. Info menyebut, bahan baku vaksin umumnya diambil dari babi. Tapi, sumber lain menyebut, penggunaan babi hanya sebagai katalisator. Jadi tidak melebur dengan bahan dasar vaksin itu sendiri. Jadi belum tentu haram. Tapi, jika bahan vaksin tidak halal pun, ada ulama yang menyebutkan bahwa berobat dengan yang haram
adalah makruh. Jadi, misal Anda dipaksa vaksin meningitis jika akan masuk ke Arab Saudi, sementara vaksin yang ada belum halal, maka hukumnya makhruh. Vaksin untuk PIN Polio 2016 lalu, sebanyak 20 juta dosis diproduksi oleh Bio Farma pun, juga belum bersertifikat halal. Sebab, bahan bakunya tetap impor. Tapi, Bio Farma yang telah melayani 2/3 atau 70 persen kebutuhan dunia berkomitmen untuk penemuan vaksinvaksin jenis baru akan berusaha memproduksi yang halal. Ya, baru sebatas komitmen. Yang jelas, selama ini, masyarakat umumnya, hampir-hampir tidak pernah mempertanyakan kehalalan obat-obatan yang biasa dikonsumsi. Misal obat toko yang banyak beredar di pasaran, baik pil, tablet maupun sirup. Industri farmasi kita belum menerapkan labelisasi halal secara menyeluruh (karena memang seharusnya sudah dijamin negara). Sehingga 2013 saja, dari 18 ribu jenis obat yang beredar, baru 22 yang mengantongi sertifikat halal MUI. Artinya masih sangat kecil, kurang dari 1 persen. Bahkan isu sertifikasi halal untuk produk obat-obatan ini cukup mengguncang industri farmasi. Intinya mereka tidak sanggup. Ini karena 95 persen bahan masih mengimpor dari luar. Jadi, sejatinya masyarakat cukup biasa berobat dengan cara makhruh. Berobat dengan yang belum berlabel halal.
Upaya Preventif Ketiga, menyoal perlu (baca: penting) tidaknya vaksinasi. Ada yang berpendapat, tak perlu vaksin. Jika menerapkan pola hidup sehat, tidak akan kena penyakit membahayakan. Tubuh punya imunitas sendiri. Apakah ada jaminan? Tidak. Manusia hanya berikhtiar melakukan upaya preventif. Tapi, tetap ini sikap yang juga boleh. Tawakal kepada Allah SWT saja. Tapi, vaksin sebagai bagian dari cara pencegahan, juga sah. Lalu apakah jaminan juga, jika sudah vaksin tidak akan kena penyakit berbahaya? Tidak.
Keberhasilan program ini tergantung kontribusi masyarakat. Melenyapkan kuman dari muka bumi ini, membutuhkan peran serta seluruh masyarakat. Kompak. Serentak. Kalau di satu wilayah sudah vaksin, sementara di wilayah lain belum, artinya kuman masih eksis. Itu artinya program vaksin bisa gagal. Maka itu program vaksin (untuk beberapa jenis) sampai diulang berkali-kali, seperti polio ini. Agar kuman benar-benar lenyap. Jadi, ini juga bagian dari ikhtiar. Silakan. Jadi, seberapa penting vaksin (harus) dilakukan? Silakan membaca sejarah penemuan vaksin itu sendiri, dan bagaimana dampaknya bagi kesehatan masyarakat. Dalam banyak kasus, vaksinasi massal terbukti efektif mencegah penyakit-penyakit berbahaya. Bahkan menghilangkan kuman-kuman berbahaya dari muka bumi. Bagaimana dengan fakta kegagalan vaksin dalam beberapa kasus? Namanya ikhtiar, kegagalan pasti ada. Itu disebabkan banyak faktor. Terkait kondisi tubuh manusia yang divaksin, bahan vaksin yang mungkin rusak/kadaluwarsa, dll. Bagaimana dengan pandangan berikut: melakukan vaksin sama saja mendahului takdir. “Ah, nanti kalau sakit, ya itu memang qadha”. Mencegah adalah ikhtiar, perkara sakit itu lain. Banyak yang rutin minum madu atau produk-produk herbal, karena yakin sebagai ikhtiar untuk imunitas tubuh, apakah ini juga mendahului takdir? Sama halnya kita menabung dengan niat baik, khawatir jika tiba-tiba ada keperluan mendadak, apakah ini juga mendahului takdir?
Konspirasi Genosida? Keempat, benarkah adanya isu konspirasi di balik program vaksinasi? Benarkah tujuannya justru untuk melemahkan dan membunuh masal generasi-generasi Muslim? Barat khawatir dengan kebangkitan dan kekuatan umat Islam. Maka dibuatkan rekayasa genosida massal melalui vaksinasi. Dalam dunia yang disetir para
pengemban ideologi kapitalis, hal seperti itu mungkin saja terjadi. Karena, kita tidak pernah tahu seberapa dalamnya kebencian mereka terhadap umat Islam. Seberapa jahatnya membuat makar. Tetapi, program vaksin toh bukan hanya digeber di kalangan Muslim. Juga ada di masyarakat Barat kafir. Yang pasti, membuktikan teori konspirasi tidak mudah. Membutuhkan pengakuanpengakuan para pelakunya langsung. Juga, dibukanya dokumen-dokumen rahasia yang tidak bisa begitu saja diperoleh secara transparan. Terlalu berat bagi ibu-ibu.
Temuan Sains Vaksin adalah salah satu penemuan revolusioner di bidang kedokteran. Penemuan ini murni hasil rekayasa sains dan teknologi. Jadi, termasuk madaniyah dan bukan hadharah yang khas ideologi kufur. Muslim boleh memanfaatkannya. Upaya mencegah penyakit yang lebih efektif daripada mengobati. Kita tahu, berobat ke dokter atau rumah sakit saat ini mahalnya luar biasa. Apalagi jika terkena penyakit berat dan mematikan. Jika ada upaya pencegahan, tentu tidak boleh apriori. Memang, kegalauan soal vaksin ini sementara hanya bisa disikapi secara individual. Belum bisa secara sistemik. Inilah susahnya hidup dalam naungan sistem sekuler. Bahkan ibu-ibu pun dibuat bingung hanya untuk memilih sikap vaksin atau tidak. Kelak, kita membutuhkan pemimpin yang bisa dipercaya umat, yang kita sumpah-taati (baiat iniqad), baik sepakat maupun tidak sepakat soal vaksin. Kita tunduk mengikuti perintah sang khalifah. Karena, imam adalah pemelihara dan dia bertanggung jawab atas pemeliharaannya (HR al-Bukhari dari Abdullah bin Umar). Semoga Allah SWT segera menghapuskan kegalauan para bunda dengan hadirnya Sang Imam. Tapi jika saat ini belum ada, kembalikan pada pemahaman dan keyakinan ibu-ibu. Vaksin atau tidak, dua-duanya ikhtiar. Wallahu'alam.[] kholda dari berbagai sumber
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Muslimah
25
Tips Belanja Sekaligus Peduli
K
ebutuhan ibu rumah tangga yang tiada habis setiap harinya, harus dicukupi dengan belanja. Saat ini uslub belanja ibu-ibu sangat beragam, disebabkan berkembangnya jenis pasar. Nah, berikut tips dan trik belanja sesuai lokasinya: 1. Pedagang Keliling Ada yang dipikul, pakai gerobak dorongan, sepeda pancal dan sepeda motor. Ada pemuda, ibu-ibu, hingga kakek-kakek yang berjualan. Ada yang jual ubi, sayuran, buah-buahan, perabot rumah tangga seperti sapu lidi, dll. Mari cukupi kebutuhan rumah dari para pedagang keliling ini. Jadikan langganan. Bilang supaya besok datang lagi. Mereka adalah pekerja keras yang mencoba mengais rezeki setiap hari dengan cara halal. Kalau perlu, tidak perlu menawar. Atau jika menawar, jangan sadis. Rupiah yang kita keluarkan sangat berarti bagi berputarnya roda kehidupan mereka. Untuk menghidupi satu keluarga. Jadi, ada misi kepedulian sosial di sana. 2. Warung Tetangga Biasanya berjualan kebutuhan pokok seperti minyak goreng, beras, sabun mandi, dll. Juga ada warung sayur, warung jajanan anak-anak, dan penjual masakan matang. Penuhi sebagian
kebutuhan rumah tangga kita dari sini. Apalagi kebutuhan pokok yang sifatnya kontinyu. Seperti beras, air galon, minyak goreng, terigu, gula pasir, dll. Jadilah pelanggan warung tetangga. Selain membuka pintu rezeki bagi keluarga tersebut, yakni untuk menghidupkan satu keluarga tersebut, juga ada misi silaturahmi. Tentunya harus didasari saling membutuhkan. Misal, perhatikan adab jual beli. Hindari utang, karena modal mereka tidak besar, akan terus diputar. Kalau kita belanja ke mal saja selalu bayar tunai, masak belanja ke warung tetangga yang jumlahnya lebih kecil malah ngutang? 3. Pasar Tradisional Semodern-modern manusia, tetap saja memiliki ketergantungan dengan pasar tradisional. Meski dikesankan kuno, becek, jorok dll, tetap saja kita rindu menyusuri lorong-lorong pedagang di pasar tradisional. Sekali atau dua kali sebulan, silakan belanja kebutuhan di pasar tradisional. Terutama produkproduk yang tidak dijual oleh pedagang keliling dan warung tetangga. Misalnya rempah-rempah, bumbubumbu giling, cemilan kiloan, bahanbahan pembuat kue, dll. Belanja di pasar tradisional ini juga ada misi sosial, yakni menjadi pintu rezeki bagi para pedagang yang secara personal mereka adalah tulang punggung bagi keluarganya.
Mereka bukan para pemilik modal besar atau kapitalis yang mengeruk rupiah dari banyak cabang. Betul-betul mengandalkan pembeli hari itu. 4. Pasar Modern Ada pasar modern seperti minimarket, supermarket hingga hypermarket. Yang jadi magnet di sini adalah tempatnya yang bersih, terang, nyaman, ber-AC dan produknya yang relatif lengkap. Juga, pembeli bebas melihat-lihat, memegang dan menimangnimang berbagai produk yang dipajang. Di era modern, belanja di pusat perbelanjaan adalah bagian dari rekreasi. Ibu-ibu biasanya ke sini sekalian cuci mata. Sudah puas walau cuma window shopping. Tapi, gara-gara lihat-lihat, kerap kali barang yang dibeli melebihi daftar yang dibawa dari rumah. Maka, jika sesekali berkunjung ke mal besar, buatlah daftar belanja. Batasi rupiah di dompet. Atau, belilah hanya produk yang memang tidak dijual di pasar tradisional, warung tetangga dan pedagang keliling. Misal barang elektronik, furnitur, gadget atau peralatan masak. Walaupun, ini juga bisa saja dibeli di pasar tradisional atau toko-toko di pinggir jalan lainnya.
5. Online Shop E-commerce, yaitu mal-mal besar di internet, membuat praktis belanja. Ibuibu cukup duduk manis di depan laptop atau bahkan gadgetnya. Browsingbrowsing, lihat-lihat foto dan tinggal klik yang dimau. Habis itu, transfer juga cukup via mobile phone. Pokoknya serba praktis. Hemat waktu. Hemat tenaga. Di sini online shop kebanyakan personal. Jadi ada tawar menawar. Tapi hati-hati, rawan penipuan juga. Sebab sifatnya seperti lapak pedagang kaki lima, modalnya relatif kecil, kadang hanya sebagai marketer atau dropshipper. Tapi jangan takut, karena kadang produknya bisa lebih murah. Nah, jika belanja di sini, pilih penjual yang benar-benar amanah. Riset dan cari testimoninya. Kenali reputasinya. Cari rekomendasi dari teman. Bahkan, jika perlu yang satu harokah saja. Insya Allah aman. Sekaligus, memberi rezeki teman seperjuangan. Nah, dengan tips belanja tersebut, ibu-ibu diajak membagi-bagi uang belanja untuk berbagi rezeki pada sesama. Jadi tidak ngumpul semua belanja ke mal, sehingga pemilik mal yang kaya raya itu saja yang makin kaya.[] kholda
Mengenalkan Aktivitas Dakwah Pada Anak Assalaamu'alaikum Wr.Wb Ibu Pengasuh Rubrik Konsultasi Keluarga yang saya hormati, saya seorang ibu yang kebetulan cukup aktif dalam kegiatan dakwah sejak masih kuliah dulu. Begitu juga dengan suami saya. Setelah saya berkeluarga, saya ingin anak-anak kelak juga mengikuti jalan kehidupan seperti yang sudah kami pilih, yaitu kehidupan dalam dakwah. Apa yang seharusnya saya siapkan, agar anak-anak senang berada dalam kehidupan dakwah dan menjadi pengemban dakwah yang tangguh. Terima kasih untuk saran-sarannya. Wassalamu'alaikum Wr.Wb. IM - 0812xxxxxxx Wa'alaikumsalam Wr.Wb. Ibu IM yang baik, Alhamdulillah, saya bangga dengan Anda yang begitu menikmati kehidupan dakwah, keinginannya untuk mengenalkan kehidupan dakwah kepada anak-anak, dan juga harapan-harapan Anda untuk menjadikan mereka menjadi pengemban dakwah yang tangguh. Dakwah Islam sesungguhnya memang membutuhkan para pengemban yang tangguh. Dan seorang pengemban dakwah yang tangguh tidak akan lahir begitu saja. Tapi harus melalui proses dan upaya terus
menerus, bahkan sejak dari masa kanak-kanak. Maka, mengenalkan anak “berdakwah” sangatlah penting agar anak-anak terbiasa dengan kegiatan dakwah dan akhirnya mereka juga bercita-cita menjadi pengembannya. Ibu IM yang baik, Inti dari dakwah adalah menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Lakukan hal ini di dalam keluarga dengan membiasakan saling nasihat menasihati. “Manusia adalah tempatnya keliru dan lupa,” kata Rasulullah. Maka wajar kalau manusia acap bertindak menyimpang dari tuntunan agama, baik karena khilaf ataupun karena dorongan hawa nafsu. Di sinilah pentingnya peringatan dan nasihat. Alquran menyebut aktivitas thaushiah bi al-haq dan taushiah bi al-sabr sebagai ciri orang yang beriman dan beruntung. Tumbuhkan dan biasakan nasihat menasihati pada setiap anggota keluarga. Anda kepada suami atau sebaliknya. Bahkan juga anak kepada orang tua. Ciptakan suasana dakwah dalam rumah, dengan mengembangkan kebiasaan ini. Ibu IM yang baik, Tanamkan pada anak bahwa sesungguhnya dakwah merupakan cermin dari
kepedulian seorang Muslim atas Muslim lainnya, bahkan sesama manusia. Dengan dakwah, umat Islam dihindarkan dari sikap individualistis yang tidak peduli akan nasib sesama. Kehidupan seorang Muslim mestinya adalah kehidupan dakwah. Sampaikan kepada mereka bahwa kehidupan Rasulullah dan para sahabat tidak pernah lepas dari kehidupan dakwah. Ceritakan bagaimana perjuangan Rasulullah dan para sahabat menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Mulai dari Bilal yang begitu istiqamah mempertahankan akidahnya sekaligus sebagai muazin kepercayaan Rasulullah sampai Thariq Bin Ziad penakluk Spanyol atau Muhammad al Fatih penakluk Konstantinopel. Atau Asma putri Abu Bakar yang sangat berani dalam membantu kesuksesan hijrah Rasulullah SAW. Cerita-cerita seperti ini pasti akan melekat erat dan memberikan motivasi pada anak untuk bersemangat dan berani berdakwah. Ibu IM yang baik, Sesekali, penting untuk disampaikan kepada anak janji-janji Allah untuk para pengemban dakwah. Dalil-dalil ini jika disampaikan pada anak dengan penjelasan yang baik akan dapat menumbuhkan semangat dan motivasi untuk melakukan dakwah.
Konsultasi Diasuh oleh: Dra (Psi) Zulia Ilmawati
Tidak ada salahnya jika anak juga diberikan penjelasan yang benar tentang jihad. Jika dakwah dilancarkan dengan jihad, Allah berjanji akan mengampuni semua dosa, memberikan pertolongan dan kemenangan yang dekat sebagaimana tersebut dalam Surat Ashaff ayat 10-13. Tanamkan pada anak untuk mati syahid menjadi cita-cita tertingginya. Ibu IM yang baik, Sekali waktu, ajak anak dalam aktivitas dakwah Anda. Hal ini penting untuk memberikan contoh dan lingkungan yang kondusif, sehingga suasana dakwah sudah bisa dirasakan anak. Ikutkan mereka dalam kajian-kajian sesuai dengan tahap perkembangan usianya, dan jika sudah mulai memasuki usia baligh bisa diikutkan dalam pembinaan rutin di sekolah atau di lingkungan rumah dan terlibat aktif dalam kegiatan dakwah berjamaah. Jangan lupa biasakan juga anak-anak diajak berdoa untuk keselamatan dan kejayaan umat Islam di seluruh dunia. Mudah-mudahan kelak anak-anak Anda benar-benar menjadi pengemban dakwah yang tangguh. Amiin.[]
26
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Ustadz Menjawab
Mengurus Izin Usaha Dimintai Uang, Bagaimana Menyikapinya? Diasuh Oleh: Ust M Shiddiq Al Jawi Tanya : Ustadz,ketika saya mengurus perizinan usaha, saya dimintai uang oleh oknum pegawai yang mengurus perizinan. Kalau saya tidak memberi uang, perizinan lama keluarnya. Bagaimana menyikapinya? (Yudi, Blitar). Jawab : Kondisi tersebut dalam pandangan Islam sesungguhnya adalah pilihan di antara dua hal berikut, pertama, berbuat maksiat, yaitu memberikan suap (risywah) atau hadiah yang tidak sah kepada oknum tersebut. Kedua, tidak berbuat maksiat, yaitu tidak memberikan suap atau hadiah kepada oknum tersebut, tetapi hal ini akan mengakibatkan kelemahan, misalnya kelambatan dalam usaha yang akan dilakukan. Dalam kondisi seperti inilah, Islam mengajarkan sikap untuk tidak berbuat maksiat walaupun akan menghadapi risiko terjadinya suatu kelemahan. Sikap inilah yang wajib menjadi pegangan seorang Muslim pada zaman seperti ini. Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, ”Akan datang pada manusia suatu zaman ketika seseorang harus memilih antara kelemahan dan kemaksiatan. Maka barangsiapa yang menjumpai zaman itu, hendaklah dia memilih kelemahan daripada berbuat maksiat.” (HR Al Hakim, dalam Al Mustadrak, Juz IV no 8352. Hadits shahih. Lihat Imam Jalaluddin As Suyuthi, Al Jami' Al Shaghir, Juz II hlm. 34). Hadits di atas dengan jelas menunjukkan bahwa jika
pada suatu zaman seorang Muslim harus memilih antara kemaksiatan atau kelemahan, maka dia wajib memilih kelemahan. Namun perlu diyakini bahwa di balik kelemahan itu, hakikatnya adalah ketaatan kepada Allah SWT. Dengan demikian, sikap yang digariskan Islam untuk kasus di atas sudah jelas, yaitu sama sekali tidak boleh memberikan uang atau pemberian dalam bentuk apapun kepada oknum yang meminta uang untuk mempercepat perizinan, baik sedikit maupun banyak, baik sebelum perizinan keluar maupun setelah perizinan keluar. Hal itu karena pemberian itu tergolong suap (risywah) atau hadiah yang telah diharamkan Islam. Islam dengan tegas telah mengharamkan suap. Rasulullah SAW bersabda,“Laknat Allah atas setiap orang yang memberi suap dan yang menerima suap.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Dari Tsauban ra, dia mengatakan,“Rasulullah SAW telah melaknat setiap orang yang memberi suap, yang menerima suap, dan yang menjadi perantara di antara keduanya.” (HR Ahmad). Islam juga mengharamkan hadiah kepada pejabat penentu kebijakan atau kepentingan, yang semestinya kepentingan itu dapat terwujud tanpa pembayaran. Banyak dalil-dalil syariah yang menegaskan haramnya pejabat untuk menerima hadiah yang seperti itu. Di antaranya sabda Nabi SAW, ”Hadiah-hadiah yang diberikan kepada para pemimpin adalah harta khianat (hadaya al
BACA TELPON AGEN KAMI SEKARANG JUGA UNTUK BERLANGGANAN
Bingung Memilih Informasi yang Benar? JAKARTA Jakarta Pusat : Yudi 0858 8324 0048; Jakarta selatan: jagakarsa: Joko Prasetyo 081288020261; Tanjung Barat: Abu Mahariq 08211471011; Cilandak: deni 0856 7039 810; Kebayoran Lama: A Zidan Telp. 081510642452. Jakarta Barat : Slipi: Luqi: 08567100480; Kebayoran baru: Abu Zidan 08973747576, kalideres: Abdurrahman 081330145148. Jakarta Timur: Cipayung: Bini Santoso Hp 081311447433; Jatisampurna (Kranggan): Joko Hp. 0813 83265915. Ciracas: Irfan Telp. 02132584167/ 083873930179. Duren Sawit: Ali Akbar 08111898408. Cakung: Yusuf 081511748827. Cempaka Putih: Hamzah, Klender: H. Abd Rahman S. 021-860 9612; Utan kayu: Adeng 081334670290; RS Islam Pondok Kopi Jaktim Agus Hamzah Hp 081317000605. Jakarta Utara : Koja: Akrom 085283435391; Yudi 0858 8324 0048; JAWA BARAT KOTA DEPOK: Beji: Marno 085310016820; Panmas: Ahmad Nurudin 081906329055; Sukmajaya: Suchail 085265214074; UI: Toko Buku Yasmin Masjid UI BOGOR: Kab. Bogor Tedi 085717365900; Cibinong: Andi Zaenal 085781657658; Kota Bogor: AZIZ 087870272733; Tanah Sereal: M.Izzata 081513336199/ 081381361993 Sukabumi (Cisaat): Feri 085723285645; Sukabumi (Cikole): Yusuf 085860043655; Sukabumi (akhwat): Ita Hartati 081563122853 / 081382502197; Cianjur: Abu Ihsas 087778880443 KOTA BANDUNG: Ade Sudrajat 085659366738, Asoed 085759159591; Ujung Berung: Amas K 085722205307; Cimahi: Azhari 0817 0228 025 / 0812 2295 0448 Tlp. 022 92557147; Padalarang: Furqonudin 0813 9439 5445; Regol: Dodiman Ali 082276542224; Bojongsoang: Ahmad Mulyana 081573059743; Cangkuang: Anggara Kelana Hp. 085795910367; Babakan:Amril Muhtadi 088218245478/ 085659269342 KABUPATEN BANDUNG: Solokan Jeruk: Alit Haeruman 085722597660; Ciparay: Mara 08980013003; Majalaya: Arifin 087824035731; RancaEkek Barat: Budi Saifullah 085659110054; Rancaekek Timur: Dr Irianti 08157154194; Cileunyi: Sandi Wardiman 081573989999. Kota Sumedang: EnceHidayat 081572024919; Jatinangor: Asoed 085759159591; Tanjungsari: Cucu 085220659636; Majalengka kota: Diding 085323452176; Majalengka (Jatiwangi): Soni Irawan 081313479481; Cirebon:Acong 085224008686; Indramayu (Kandnghaur): Syafrudin 089608148991; Indramayu (Krangkeng): Nurman 085759873636/ 081380444895; Indramayu (Anjatan): Abu Zakhi 085724071364; Kuningan: Suwaji 08170969411/ 081219109411; Garut: Tantan Santana: 089610931582; Ciamis: Yayan 087826628503; Banjar: Oyah Rokayah 085793586409; Tasikmalaya: Sugi 085220010475; KOTA BEKASI: Jumadi 021 71398949; Bekasi Timur: Yusuf 08881054020; Cikarang Abu Rifadh 081319873253; Abu Zafiroh 0878899091133; Rasa 085714899471; Karawang: Abu Hamzah 0816842819/02679154424, Purwakarta: Ahmad Sapan 0817 4872742. SUBANG: Dindin Awaludin 0812 9515 489; Cikampek: Wahid Ali 0821 1081 0495; BANTEN SERANG: Nizar, Pesantren AL abqory, Hp 085295121283/ 085716791554. Pandeglang: Muhamad Faiz Hp 0852 10514141; TANGERANG: Rahmat Nur 0813 8610 2196/ 0888 1888 588; Ali (Granada Agency) 021-9977 8904; Tangerang Kota: Abu Hanif Hp. 085311050252 / 087771674545; CIPUTAT: Abu Fariz Hp. 0815 978 5498.
JAWA TENGAH Semarang; Cahaya Umat 08174156771. Rembang: Bp. Jady 085290471147. Pati: Bp. Edi 085726364422. Kudus: Isham Agency 085876767330. Jepara: Ghuroba Agency 085290730166. Blora: Fauzi 085878718661; Ungaran: Fazsy Agency 085865286444. Salatiga: Ummah Wahidah Agency 0812 2890594. Purbalingga: Amin Agency 085227085935; Banjarnegara: Adi Agency 081334670290; Kendal: Almira Sahda Agency 08156548388.Pekalongan: Bp Ridho 081325075511. Klaten: Ahmad Faiz 0852 9102360; Solo : Abu Yusro 0817 443051. Sragen: UD Salsa Bila 0852 93711479. Boyolali: Wasith, Bendan, 0815 7641207. Wonogiri: Royyan 0813 29317863. Sukoharjo: Abu Ibrahim (0271) 7560751. Purworejo: Yasin, 0813 28710443. Magelang: Pustaka Maqwa 0293-5500222, Hp 081328665825. Cilacap : Sulthon Agency 0856 47673766, Rahmat 08157933384. Purwokerto: Faizah Agency 081905352881. Pemalang: Ridho 081234170701 ; Wonosobo: Marsaid 085642528252; Temanggung: Wahyu 0817 270 329. Tegal: Surahman 085759094704 ; Brebes: Anam 087730503341. Slawi: Guntur 081542160113; Batang: Na’im 085878282880; Demak: Slamet 087746163800 JAWA TIMUR Surabaya: Wacana Islamiyah Agency 031-5993408 / 71494080, Zahro Agency Hp 08563118552 / 085706631975, Anjik Permata Agency 031-71251217, Faizah Agency, Jl. Ketintang 031-72732961. Container Crane Agency 0857 3133 2733; Aulia Agency 031-72536907; Kediri: Jafar kholid 0857335120999; Jombang: Jundi Muda Agency 0321-5147405. Pasuruhan: Pustaka Arrisalah, 03437831801. Sidoarjo: Ar Rowi Agency 031-71654022/ 081703742236. Probolinggo: Rahmania Agency 0335682890/ 08124952963 Jember : Kamil Agency 0331-330124 Hp.08123254134. Gresik : Nada Agency 081553401845 Gresik: Media Ummah Agency 081615063909 Ngawi : Smile Center 0351745934. Madiun : Luqman Agency 0351495027 Hp. 081335668774. Lumajang : Aftoni Agency 0334-884121 Hp. 081336762535. Banyuwangi : Khasanah Semesta 0333-7765856 Hp. 081358332444. Kediri : Al Ma'ruf Agency 0354-7061173 Hp.081931036614. Tuban : Cipta Agency 0852 30316968. Bojonegoro : Harik Agency Lebak Kulon 0852 32590536. Malang : Zhafira Agency Hp. 085755253941 . Tulung Agung : Kios Muslim “Arinal Haq” Hp. 0852 3354 8294; Sampang : Cendekia Agency 0817 03630599. Sumenep : Rusliy Agency 03287710028 Hp. 081703030119. Bangkalan : Global Partner Agency 031 81045451, 087849943666 . Pamekasan : Ust Harun 0813 3285 6752/ 0819 1379 6115; Mojokerto : Wahana Karya 0321-7174466, Hp. 08563439049. Situbondo : Media Umah,Irfan, 033 80673015 Hp. 08113502243. Magetan : Forkisma Agency 03517681700/ 081803424179 . Nganjuk : Candra Agency 035 86132967 Hp 0857 3544 4488; Blitar: Mukhlish Agency Telp. 0342-809515. Lamongan : Hari Agency Hp 0856 4508 2121; YOGYAKARTA Yogyakarta : Nur Widianto Hp. 0811 2503937; Gunung Kidul : Anang Ma'ruf 02747406061/ 08175463111. Sleman : Jumardi Yanto 0811 2503937. Abu Khilafah 0818 0720 3377; Bantul : Farid Ma'ruf Telp. 0274-2660609/ 08175423370. Kulonprogo : M. Hanif Telp. 0274-7131593. SUMATERA Lampung: Samsu 085758753334/ 085267454582; Kalianda: M. Ihsan 081369517774; Palembang: Syaiful Islam 08197815225; SumBar (Padang): Ardion 081374430899; Pekanbaru: Ihsan 08126809055/ 081365609191; Rokan hilir Riau: Syahroni 081261964901/ 085271302401/ 085668491837; Bengkulu: Syahril
umara` ghulul).” (HR Thabrani dalam Al Awsath no 5126. Dalam Majma' Az Zawaid Juz IV/151 Imam Al Haitsami berkata, ”Sanad hadis ini hasan”). Nabi SAW bersabda,”Barangsiapa yang telah kami angkat untuk melakukan sesuatu tugas, lalu dia telah kami beri gaji, maka apa saja yang diambilnya selain daripada gaji adalah harta khianat (ghulul).” (HR Abu Dawud no 2554. Hadis sahih. Lihat Nasiruddin Al-Albani, Sahih At Targhib wa At Tarhib, Juz I/191). Hadits-hadits di atas dengan jelas telah menegaskan keharaman hadiah kepada pejabat atau pihak penentu kepentingan, yang seharusnya dapat merealisasikan suatu kepentingan tanpa pembayaran karena pejabat itu sudah digaji untuk melaksakan kepentingan itu. Demikianlah penjelasan singkat mengenai sikap yang harus diambil ketika seorang Muslim dihadapkan pada dua pilihan, yaitu antara kelemahan atau kemaksiatan. Kita telah berada pada zaman yang menghadirkan dua pilihan tersebut. Zaman yang disabdakan Nabi SAW sekitar 1400 tahun yang lalu itu bentuknya adalah sistem kapitalismesekuler yang mencengkeram umat saat ini. Dalam sistem yang rusak ini kita wajib bersabar dan berjuang. Bersabar agar tidak mau terjerumus dalam kemaksiatan walaupun berakibat kelemahan, dan berjuang mengubah sistem kapitalisme-sekuler yang kufur dan merusak menjadi sistem ekonomi Islam yang halal dan berkah di bawah naungan negara khilafah. Wallahu a'lam.[]
! Siswanto 081996238005; Jambi1: Siti Juni 089602772286; Jambi2: Yunaedi 085266605704; Batam1: Dodi supriyadi 085218400205; Batam2: Nurul Izzati 08992009197; Tanjung Pinang: Erwin Susanto 0811774272; Pangkalpinang: Sungai Liat Ivan 087774999913; Pangkalpinang2: Berry 085369488605 MEDAN: Salman. Jl. Eka Rasmi No.72, Kel Gedung Johor Hp. 0819 6000180/ 0852 6276 5025/ 0813 9713 1505; Junaidi Agency Hp. 0852 7029 2450; TB Khilafah (061) 76575301 Hp. 085261768890; Taher 0857 6182 3531; Amali 0813 7626 1198; Tono 0857 6085 2768; Khalid 0813 7690 6741; Miko 0852 6176 2818; Kab. Batubara: Yudi Setiadi Hp 0813 7005 0017; Deli Serdang : TB IQRO' MEDIA 085361997066. Sergai: Biru Ponsel Hp 0812 6452 009; Dolok masihul Lilik Hp 0853 6027 5189; Tebing: Nilwan Hp. 0813 9760 3789; Binjai: Auliya Rasyidah, 76274439. Darto 0813 9777 7531; Padang Sidempuan: Maratua Simanjuntak Hp. 0813 7622 4487; ACEH: Banda Aceh: Rahmat Basuki 0852 62552485/ 081360241061. Meulaboh: Rusmanita 0813 60021154/ 0852 77182174. SULAWESI SULSEL: Makassar, Ahmad Danial 085242144840. Bantaeng: Suharno 0813 20457662, Jeneponto: Said Hp. 0813 55669269; Gowa: Abd Hafiz Thoha 04115318997/ 081355099626, Maros: Rahmat Telp. 0411-2303382 Hp. 0852 4277 3082; Parepare : Muh Shaleh 0852 99066543, Palopo : A. Massiwa Hp.0852 99235946, Barru: Mukti Alimin 0813 42671857, Pangkep: H. Erwin/ H. Onge 081355613017. Luwu Timur: Trisno 0813 55406162. Luwuk Banggai: Shodiqin 0856 56711376; SULTRA : Kendari: Pondok Pengurus Masjid An Nuur Bpn Puuwatu Kota Kendari - Wildan Abdu 0852 4204 9062. SULTENG: Palu: Sardi 0853 4120 9250; MALUKU: Ternate: Sabarudin Hp. 0813 40187185/ 08124493965/ 0921 3302034; Sulawesi Barat: Andi rahmawan 081354622248; Mamuju: Haris 081355106685. Majene: Syafril 085299100068, Mamasa: Muhammad Yusron 081342682787. KALIMANTAN KALSEL : Banjarmasin. Umar S.Pd 0857 5260 6267; Toko Buku JAILANI 085950094275 Jl.Gandaria2 No38 Kebun Bunga. Wahyudi TB Al Ashar Jl Brigjen H Hasan Basri Kayutangi Banjarmasin 0511 240 942; Banjarbaru: Natsir Telp. 0511 7560103. KALBAR : Al-Ponty Agency 0852 52585193. Violeta Agency 760589, Pontianak: Pramitha 089693221648; KALTIM : Balik Papan: Imam Sujono Hp. 0815 20368808. Balikpapan Utara: Abu Ridho 08125343526. Tanah grogot: Fahliannor (Abu Karamah) 085393481117. Tarakan: Mansyur 0852 47424945; Berau : Madzudi/ TB Kiass 085246080726. SAMARINDA: Hamsan Hp 0852 5017 2441; KALTENG : Palangkaraya: Muhjidin Nur Hp. 0821-5678-1924, Firdaus agency 0812 5151011, Abu Farhan Supianur; Jl. Merak 0813 48149268. Aldila 0852 4861 7839; Pangkalan Bun: Mursyid Alfandy 0852 5288 1980/ 0857 5267 9700; Barito Timur: Agus Supriyanto 0857 51551682, Buntok: Siti Jubaidah Jl Pelita Raya 0815 2808748; NTB: Mataram: Al Hamdhoni Jl Gunung Merapi no. 162 Hp 08786428111. NTT: Kupang: Anto Hp 0852 5321 8686; BALI: Denpasar: Achmad syawaludin 085237927919; Yoshi Kab Buleleng Singaraja 0813 4384 80190 PAPUA : Jayapura: Giri 0813 4463 5563; Sorong: Muh. Ja'far Abdullah 0852 4444 8979; Merauke: TB Sakura Jl Irian Seringgu Lukman Abdillah 085244229037
Dapat dibeli di toko Gunung Agung Se-Jabotabek dan Toko Buku Walisongo Kwitang Jakarta Pusat
Pendaftaran dan perubahan keagenan, Hubungi: Muh. Ihsan 0857 1104 4000
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Opini
27
Syariah Dan Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin Oleh: Bey Laspriana, Konsultan Syariah Marketing Communication
S
iapapun Muslim yang yakin dengan segala yang ada dalam Alquran, sudah tahu bahwa sesungguhnya Islam adalah agama yang membawa kerahmatan bagi seluruh alam (rahmatan lil 'alamiin), sebagaimana tercantum dalam surat al-Anbiya (21): 107, “Kami tidak mengutus Kamu [Muhammad], kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” Melalui ayat ini pula Allah SWT menjelaskan kepada kita bahwa ketika Islam diturunkan di muka bumi ini melalui RasulNya Nabi Muhammad SAW, maka pasti bumi dan segala isinya akan mendapatkan rahmat dari Sang Khalik. Mungkin kita akan bertanya, apa sesungguhnya yang dimaksud 'rahmat' itu? Al-'Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, rahimahu-Llâh menjelaskan, bahwa tujuan Rasulullah SAW diutus adalah agar risalahnya menjadi rahmat bagi manusia. Rasul SAW menjadi “rahmat bagi manusia” bermakna bahwa risalahnya diturunkan untuk mewujudkan kemaslahatan [jalb al-mashâlih] bagi mereka dan mencegah kemafsadatan [dar'u al-mafâsid] dari mereka. Kemaslahatan dapat terwujud dan kemafsadatan bisa dicegah jika dan hanya jika syariah Islam diterapkan dalam sebuah sistem secara holistik, lengkap dan sempurna-kaffah sesuai yang Allah swt kehendaki. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian.” (QS Al-Baqarah [02]: 208).
Mari kita pandang dan bayangkan andai negeri ini diatur dengan syariat Islam. Indah rasanya… Saat anakanak muda kita terjaga dari perilaku hidup bebas yang menjerumuskan mereka ke dalam jurang kemaksiatan dan penyakit lantaran penguasa negeri ini mengatur interaksi (pergaulan) laki-laki dan perempuan dengan syariah-Nya. Pastilah masa depan negeri ini akan cerah oleh generasi muda yang siap meneruskan estafet kehidupan dengan lebih baik. Indah pula rasanya, saat penguasa dengan segala tanggungjawab dan kesabarannya memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup rakyatnya, hingga tidak ada lagi mereka yang tergolek lemah tak berdaya lantaran belum memakan sesuap pun makanan. Kaum Muslimin bersama anggota masyarakat lainnya yang non Muslim pun bekerjsa sama untuk menciptakan berbagai kemaslahatan, saling peduli, saling menjaga dan saling menghormati terhadap haknya masing-masing sebagai warga negara. Tidak ada lagi perbedaan antara si kaya dan si papa, si pejabat dan si rakyat jelata, si kuat dan si lemah, si Jawa; Sunda; Indonesia; Arab; dan si Cina, karena semuanya dilindungi haknya, dijaga keamanannya, dipenuhi kesejahteraannya secara adil dalam kehidupan baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur. Namun sayangnya harapan itu, kini barulah mimpi. Mimpi karena Islam yang seharusnya menjadi sistem kehidupan yang diterapkan secara utuh dan menyeluruh [kâffah] belumlah terwujud. Mimpi, karena Islam masih dipakai sebatas pemuas dahaga ruhiyah saat kegalauan
menimpa kehidupan manusia. Islam baru diambil sebagai simbol, slogan, asesoris. Dan Islam hanya diambil ajaran spiritual dan ritualnya saja, sementara ajaran politiknya; ekonomi; sosial kemasyarakatan; budaya; pendidikan; pemerintahan; akhlaknya ditinggalkan, dan sebaliknya mengambil ajaran dan sistem kapitalis maupun sosialis, yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Padahal Islam kâffah sebagaimana yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW pernah diterapkan selama 14 abad di seluruh dunia. Memimpin umat manusia, dari Barat hingga Timur, Utara hingga Selatan. Di bawah naungannya, dunia pun aman, damai dan sentausa, dipenuhi keadilan. Muslim, Kristen, Yahudi, dan penganut agama lain pun bisa hidup berdampingan dengan aman dan damai selama berabad-abad lamanya. Begitulah Islâm rahmat[an] li al-'âlamîn, yang telah terbukti membawa kerahmatan bagi seluruh alam. Inilah Islam yang dirindukan oleh umat manusia untuk kembali memimpin dunia. Membebaskan umat manusia dari perbudakan dan penjajahan oleh sesama manusia. Menebarkan kebaikan, keadilan dan kemakmuran di seluruh penjuru dunia. Tidakkah kita memimpikan ini semua? Jika ya. Maka tidak cukup bagi kita untuk menunggu turunnya rahmat itu. Tapi rahmat itu musti kita 'jemput', kita siapkan wadahnya, kita usahakan dan perjuangkan dengan sungguh-sungguh sehingga Allah SWT berkenan menurunkannya pada kita. Mau tunggu apalagi? #IslamRahmatanLilAlamin.[]
Padamu Guru Padamu Generasi, Oleh: Ainun Dawaun Nufus, Pengamat Pendidikan tinggal di Kediri
T
akkan ada bangsa yang cerdas jika guru terlantar tanpa penghargaan, eksistensi dan kelestarian umat Islam sebagai sebuah entitas yang memiliki keyakinan dan sistem hidup khas ditentukan oleh sejauh mana penjagaan mereka terhadap tsaqafah Islam. Penjagaan umat terhadap tsaqafah (kecepatan dan kepandaian memahami) Islam bergantung sepenuhnya pada perhatian mereka terhadap pendidikan umat. Sebab, pendidikan adalah metode untuk menjaga tsaqafah Islam agar tetap lestari di dalam dada kaum Muslim dan lembaran-lembaran karya ilmiah. Ketika perhatian negara dan umat terhadap pendidikan tsaqafah Islam mulai melemah, pelan namun pasti umat semakin jauh dari Islam. Akibatnya, umat mengalami kemunduran hampir di seluruh bidang kehidupan. Keadaan itu semakin diperparah dengan keberhasilan Barat memasukkan tsaqafah-tsaqafah asing, seperti nasionalisme dan demokrasi, ke tengah-tengah kaum Muslim. Umat Islam pun semakin terperosok dalam jurang keawaman terhadap tsaqafah Islam. Akhirnya, mereka tidak mampu lagi mempertahankan eksistensi peradaban Islam dan Daulah Islam sebagai akibat lemahnya pemahaman mereka terhadap Islam. Ketika Daulah Islam dan peradaban Islam berhasil diruntuhkan oleh Barat, banyak di antara mereka tidak menyadari apa yang sesungguhnya terjadi. Padahal kehancuran Daulah Islam dan peradaban Islam adalah
musibah terbesar dan awal bagi penderitaan mereka. Realitas ini menunjukkan bahwa pendidikan tsaqafah Islam merupakan perkara urgen (dlaruri) yang tidak boleh diabaikan oleh kaum Muslim. Negara Khilafah—yang tidak lama lagi akan berdiri dengan izin Allah SWT—wajib memperhatikan masalah ini dengan perhatian yang tinggi dan sempurna. Dalam posisi yang tidak ideal seperti sekarang, yaitu berada dalam negara demokrasi-sekular, pendidikan Islam memang problematis. Karena pendidikan Islam yang seharusnya menjadi pembentuk dan pelestari peradaban Islam (al hadharah al Islam), terpaksa berubah haluan menjadi pembentuk dan pelestari peradaban Barat (al hadharah al gharbiyyah). Inilah fakta keras (hard fact) yang ada di hadapan kita, yang mau tak mau terpaksa harus kita akui. Dalam negara demokrasi-sekular saat ini, sistem pendidikan secara umum (termasuk pendidikan Islam), telah ditundukkan hanya untuk melayani kepentingan pasar (kapital), khususnya kepentingan kapitalisme global, bukan lagi diarahkan untuk mencapai tujan-tujuan luhur dari pendidikan itu sendiri. Akar penyebab karut-marut pendidikan di atas tidak lain karena landasan yang dipakai adalah sekulerisme, kapitalisme, liberalisme. Sekulerisme menyebabkan lembaga pendidikan kehilangan orientasi untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan berkarakter. Outputnya, adalah orang-orang yang tak lagi
mengindahkan ajaran agama dan tipis akhlaknya. Ditambah dengan ditanamkannya ide liberalisme, lahirlah siswa-siswa yang bertingkah laku dan bergaya hidup bebas, dan cenderung sulit diatur. Muncul berbagai problem seperti gaya hidup bebas, seks bebas, narkoba, tingkah laku brutal, tawuran, dan sebagainya. Ideologi kapitalisme yang diterapkan di negeri ini, mengharuskan minimnya peran negara dalam melayani masyarakat termasuk pendidikan. Sektor pendidikan akhirnya diprivatisasi. Akibatnya, biaya pendidikan dari hari ke hari makin melangit. Penerapan kapitalisme itu juga menjadikan seluruh aspek kehidupan dikapitalisasi. Pendidikan berubah menjadi komoditas bisnis. Akibatnya hanya golongan masyarakat yang mampu membayar saja yang bisa merasakan pendidikan bermutu. Sementara golongan masyarakat tak berpunya harus puas dengan pendidikan rendah dan tak bermutu, bahkan tak sedikit yang terpaksa berhenti sekolah karena ketiadaan biaya. Akibatnya terjadilah lingkaran setan kemiskinan dan kebodohan, kesenjangan makin menganga dan segudang problem sosial yang menjadi ikutannya.[]
Kirimkan opini Anda terkait isu aktual dengan perspektif Islam ke email:
[email protected] Panjang tulisan sekitar 3500 karakter. Sertakan pula foto diri dan biodata singkat.
28
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Mancanegara
Hizbut Tahrir
Serukan Khilafah dari Ankara Turki Kar berjanji untuk mendirikan kembali khilafah, sikap yang bertentangan dengan harapan orang-orang kafir.
R
ibuan pendukung organisasi Islam Hizbut Tahrir berkumpul d i A n k a ra u n t u k membahas pene gakan kembali Khilafah, tiga hari setelah mengadakan simposium internasional di Istanbul yang menandai 92 tahun penghapusan institusi khilafah. Sebagaimana yang dilaporkan Hurriyetdailynews (8/3) sekitar 5.000 pendukung Hizbut Tahrir, sebuah organisasi Islam internasional, berkumpul di Ata-
türk Sports Hall di Ankara pada 6 Maret. Mereka menghadiri “Konferensi Khilafah Internasional” yang diselenggarakan oleh Majalah Köklü Değişim (Perubahan Radikal), yang dikenal sebagai organ media Hizbut Tahrir wilayah Turki. Pidato pembukaan konferensi yang bertemakan “Khilafah: Khayalan atau Kenyataan yang Akan Segera Terwujud,” disampaikan oleh Kepala Biro Media Hizbut Tahrir Turki Mahmut Kar. Dalam sambutannya, Kar berjan-
ji untuk mendirikan kembali khilafah, sikap yang bertentangan dengan harapan orangorang kafir. “Orang-orang kafir yang memusuhi Islam mengira mereka telah mengubur Islam dalam sejarah ketika mereka menghapuskan khilafah pada 3 Maret 1924,” kata Kar, yang mengacu pada penghapusan Kekhalifahan Utsmani oleh Republik Turki 92 tahun yang lalu. “Kami berharap, antusias dan senang, 92 tahun setelah 3 Maret 1924, ketika khilafah dihapus, kita bersuara bahwa kita akan membangun kembali kekhalifahan, di sini, tepat di sebelah gedung parlemen,“ kata Kar. Sebelumnya diselenggarakan seminar internasional pada 3 Maret, di sebuah hotel di kawasan Topkapi di Istanbul. Dalam pertemuan itu para peserta dilaporkan membahas “Khilafah seperti apa” yang ingin seharusnya dibangun. Hizbut Tahrir adalah organisasi politik Islam yang ber-
Seruan Takbir dan Khilafah yang Mengguncang eruan takbir Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! menguncang gedung pertemuan di Ankara Turki. Konferensi Akbar ini dihadiri pembicara tamu dari keempat penjuru dunia. Hadir menyampaikan pidatonya Ismail Al-Wahwah, anggota Media Office Hizbut Tahrir Australia. Dari Indonesia Muhammad Ismail Yusanto, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia berpidato dengan lantang. Menyusul setelah itu tampil pembicara lain yang menyampaikan pidato singkat seperti Osman Bakhach Direktur Central Media Office Hizbut Tahrir, Fazil Hamzayev Kepala Media
S
Office Hizbut Tahrir Ukraina, Mulay Jaw dari Denmark, Muhammad Abdullaev dari Kirgistan dan Mikail Romaniko dari Rusia. Umat Islam menghadiri konferensi ini dengan penuh semangat. Mereka mengibarkan bendera Rasulullah berwarna hitam dan putih disertai teriakan takbir. Suasana penuh semangat itu pun kian berkobar setelah dinyanyikan nasyid perjuangan. Konferensi Khilafah berakhir doa dari ulama dan penulis Turki terkemuka Abdullah Imamoglu.[] af
tujuan untuk “memimpin umat” untuk membangun kembali kekhalifahan dan memerintah dengan hukum syariah. Hizbut
Tahrir dengan tegas menolak kekerasan dalam perjuangannya untuk membangun kembali kekhalifahan.[] riza
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016 Anak-anak Muslimah di Kamboja
Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani
Masuk dalam Al Azhar Memori Situs Al-Azhar Memory mencantumkan nama Syeikh Taqiyuddin AnNabhani ke dalam Memori Al-Azhar sebagai salah satu pemimpin umat.
Mancanegara
29
Kronik Mancanegara
Jumlah Warga Muslim di Inggris Menembus Tiga Juta Jiwa INGGRIS. Untuk pertama kalinya, jumlah warga Muslim di Inggris menembus angka tiga juta, data tersebut Badan Nasional Statistik (ONS), yang dirilis pada akhir Januari 2016. Data ONS memperlihatkan warga Muslim mencapai 3.114.992 orang pada 2014 atau setara dengan 5,4% dari total populasi. Menurut mingguan Mail on Sunday yang mendapatkan data ONS, kenaikan warga Muslim ini disebabkan oleh imigrasi dan tingkat kelahiran. Di beberapa kawasan di ibu kota London, proporsi penduduk Muslim mencapai hampir 50%, seperti di Tower Hamlets dan Newham di London timur. Mingguan ini memperkirakan, jika tren ini berlanjut, di dua kawasan ini Muslim akan menjadi warga mayoritas dalam kurun 10 tahun mendatang. Di luar London, yang memiliki proporsi warga Muslim yang cukup signifikan adalah Blackburn (29%), Slough (26%), Luton (25,7%), Birmingham (23%), Leicester (20%), dan Manchester (18%). Pada 1991 lalu jumlah warga Muslim di Inggris tercatat 950.000 jiwa atau sekitar 1,9% dari total penduduk.[]
Banyak Penduduk Yahudi Ingin Warga Arab Diusir
Syeikh Taqiyuddin an-Nabhaniy
S
itus Al-Azhar Memory memuat biografi muassis (pendiri) Hizbut Tahrir Al'allamah Syeikh Taqiyuddin an-Nabhaniy rahimahullah. Ia bersanding dengan beberapa ulama besar lainnya, termasuk ulama besar pada masa akhir kekhilafahan 'Utsmaniy yang tak lain adalah kakeknya sendiri, Syeikh Yusuf an-Nabhaniy rahimahullah . Sebagaimana yang dipublikasikan oleh situs http://alazharmemory.eg, dalam biografinya ditulis Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani lahir pada tahun 1332 H/1914 M, di Desa Ijzim Palestina. Pendiri Hizbut Tahrir ini dinisbatkan kepada kabilah Bani Nabhan, termasuk orang Arab gurun yang menetap di desa itu. Ia dibesarkan di sebuah keluarga yang berakar kuat di kedalaman sejarah. Ia hafal Alquran Al-Karim pada usia belia. Kemudian ia pergi ke Kairo, hingga menyelesaikan studinya di Al-Azhar Al-Sharif. Setelah itu, Syeikh Taqi kembali ke Palestina dan mengajar di Departemen Pendidikan, kemudian bekerja di peradilan sampai mengundurkan diri pada tahun 1369 H/ 1950 M, ketika ia mencalonkan diri untuk menjadi anggota parlemen. Pada tahun 1370 H/1951 M ia memberi pelajaran untuk para siswa setingkat SMA pada Kulliyah Ilmiyah Islamiyah, di Amman, Kerajaan Yordania hingga awal tahun 1372 H/1953 M. Kemudian ia mencurahkan tenaga dan waktunya untuk mendirikan Hizbut Tahrir —partai politik yang beraktivitas menyebarkan pemikirannya di banyak negara. Hanya saja dakwahnya ini mendapat banyak tekanan dan ancaman dari para penguasa setempat. Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani terpaksa merahasiakan dirinya hingga ia wafat di Beirut, Lebanon, di awal Muharram 1398 H/11 Desember 1978 M. Ulama besar ini meninggalkan sejumlah karya-karya (literatur) keagamaan, sosial dan politik, di samping sejumlah publikasi pemikiran, politik dan ekonomi.
Karya-karya Syeikh Taqi Syeikh Taqiyyuddin An Nabhani wafat tahun 1398 H/ 1977 M dan dikuburkan di Pekuburan Al Auza'i di Beirut. Ia telah meninggalkan kitab-kitab
penting yang dapat dianggap sebagai kekayaan pemikiran yang tak ternilai harganya. Karya-karya ini menunjukkan bahwa Syeikh Taqiyyuddin An Nabhani merupakan seorang yang mempunyai pemikiran brilian dan analisis yang cermat. Ia yang menulis seluruh pemikiran dan pemahaman Hizb, baik yang berkenaan dengan hukum-hukum syara', maupun yang lainnya seperti masalah ideologi, politik, ekonomi, dan sosial. Kebanyakan karya Syeikh Taqiyyuddin An Nabhani berupa kitab-kitab tanzhiriyah (penetapan pemahaman/pandangan) dan tanzhimiyah (penetapan peraturan), atau kitab-kitab yang dimaksudkan untuk mengajak kaum Muslimin melanjutkan kehidupan Islam dengan mendirikan Daulah Islamiyah. Al Ustadz Dawud Hamdan telah menjelaskan karakter kitab-kitab Syeikh Taqiyyuddin –yang termasuk kitab-kitab yang disebarluaskan oleh Hizbut Tahrir– secara mendalam dan tepat dengan pernyataannya: “Sesungguhnya kitab ini –yakni kitab Ad Daulah Al Islamiyyah– bukanlah sebuah kitab untuk sekadar dipelajari, akan tetapi kitab ini dan kitab lainnya yang telah disebarluaskan oleh Hizbut Tahrir –seperti kitab Usus An Nahdlah, Nizhamul Islam, An Nizham Al Ijtima'i fi Al Islam, An Nizham Al Iqthishady fi Al Islam, Nizham Al Hukm, Asy Syakhshiyah Al Islamiyah, At Takattul Al Hizbi, Mafahim Hizhut Tahrir, Mafahim Siyasiyah li Hizbit Tahrir– menurut saya adalah kitab yang dimaksudkan untuk membangkitkan kaum Muslimin dengan jalan melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islamiyah.” Karena beraneka ragamnya bidang kajian dalam kitab-kitab yang ditulis oleh Syeikh Taqiyyuddin, maka tak aneh bila karya-karyanya mencapai lebih dari 30 kitab. Belum termasuk memorandum-memorandum politik yang ditulis untuk memecahkan problematika-problematika politik. Terdapat pula banyak selebaran-selebaran dan penjelasan-penjelasan mengenai masalahmasalah pemikiran dan politik yang penting.[] bajuri/fw
ISRAEL. Pew Research Center merilis polling yang menunjukkan banyaknya penduduk Yahudi yang ingin warga Arab diusir. Saat ditanya Apakah warga Arab harus diusir atau dipindahkan dari Israel? 48 persen menjawab setuju atau sangat setuju. Semakin kental agamanya, maka semakin kuat mendukung pengusiran warga Arab. Sebanyak 72% kaum Yahudi yang berhaluan sayap kanan mendukung kaum Arab Israel diusir. Sedangkan 37% sisanya disuarakan warga Yahudi berhaluan tengah. Sementara 10% lainnya diutarakan Yahudi berhaluan kiri. “Hasil ini cukup mengejutkan,” tulis laman salon.com, Rabu (9/3). Harian The Independent mengartikan bahwa pengusiran warga Arab, sama halnya dengan pemusnahan sebuah etnis tertentu. Sebab menurut definisi Encyclopedia Britannica pengusiran itu sama artinya dengan ethnic cleansing. Menurut definisi yang dikeluarkan Badan Pengadilan Internasional, pemusnahan etnis sama dengan menghapus etnis tertentu menggunakan kekerasan atau intimidasi untuk menyingkirkan seseorang atau kelompok dari sebuah kawasan. Laman Salon.com melaporkan, milisi Zionis yang menamakan diri sebagai pendiri Israel melakukan pemusnahan etnis sejak 1947 dan 1948. Caranya dengan menjarah ratusan desa Palestina dan mengusir 750 ribu penduduknya. Ahli sejarah Israel, Ilan Pappe mencatat Israel punya Rencana D atau Dalet yang memerintahkan serdadu Israel memaksa warga Palestina, dengan berbagai cara. Mulai intimidasi, pengepungan, membakar, meruntuhkan bangunan dan meledakkan dengan ranjau. Sampai sekarang warga Arab Israel mengalami diskriminasi di berbagai bidang. Organisasi pembela HAM Israel, Adalah mencatat Israel mengeluarkan lebih dari 50 hukum dan aturan yang mendiskriminasi warga Palestina di Israel. "Di semua kawasan kehidupan," tulis Adalah.[]
Amerika Tempatkan Pesawat Pengebom Jarak Jauh di Australia
AMERIKA. Amerika Serikat ingin tempatkan pesawat pembom jarak jauh, atau bomber jenis B-1 serta pesawat pengintai di Australia, setelah adanya kekhawatiran ekspansi militer Cina di kawasan Asia Pasifik. Komandan Angkatan Udara Amerika Serikat-Pasifik, Jenderal Lori Robinson mengungkapkan telah ada pertemuan tingkat tinggi untuk penempatan sementara pesawat bomber B-1 dan tanker udara di Kawasan Australia Utara. "Kami sedang dalam proses berbicara tentang kekuatan rotasi, pesawat pengeboman dan kapal tanker dari Australia (Tindal dan Darwin) yang memberikan kesempatan untuk berlatih dengan Australia", kata Jenderal Robinson seperti diberitakan www.australiaplus.com, Rabu (9/3). Jenderal Robinson menegaskan Amerika Serikat akan terus terbang di atas Laut Cina Selatan dan berlayar melalui Selat Malaka yang disengketakan, meskipun ia menyadari adanya resiko 'salah perhitungan' akibat dampak dari militer Cina yang melakukan pembangunan pesat di kawasan Laut Cina Selatan.[] joy dari berbagai sumber
30
Hikmah
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
Keutamaan Kontak Dakwah
D
akwah tidaklah selalu identik dengan ceramah, pidato atau khutbah di atas mimbar yang didengar puluhan ratusan bahkan ribuan orang. Semua itu hanyalah beberapa uslûb dakwah. Adapun secara hakiki dakwah adalah mengajak manusia masuk Islam dan terikat dengan seluruh syariahnya, apapun uslûbnya. Di antara uslûb-nya yang terpenting adalah dengan aktivitas kontak, yakni mengontak mad'u (obyek dakwah) secara langsung untuk didakwahi lewat nasihat, dialog, dsb. Inilah yang justru sering dan biasa dilakukan oleh Baginda Rasulullah SAW pada awal-awal dakwah di Mekkah. Lewat kontak-kontak dakwah secara personal beliau berhasil mengajak sejumlah orang masuk Islam yang kemudian sekaligus beliau rekrut sebagai kaderkader dakwah. Sayang, dakwah lewat kontak langsung secara personal ini justru banyak ditinggalkan oleh para dai atau pengemban dakwah saat ini. Dakwah hari ini kebanyakan hanya mengandalkan ceramah, pidato, atau khutbah di atas mimbar; itu pun sering hanya satu arah, tanpa interaksi yang dinamis lewat diskusi dan dialog sehingga jamaah benar-benar paham apa yang didakwahkan. Kontak dakwah tentu mengharuskan setiap dai atau pengemban dakwah melakukan kunjungan/ziarah kepada individu-individu masyarakat yang hendak didakwahi. Terkait keutamaan kunjungan/ziarah kepada sesama Muslim, apalagi untuk kepentingan kontak dakwah, Rasul SAW pernah bersabda, “Tidaklah seorang Muslim berkunjung kepada Muslim yang lain pada pagi hari kecuali akan didoakan oleh 70 ribu malaikat hingga sore hari. Jika dia kembali dari kunjungan itu pada sore hari
maka dia didoakan oleh 70 ribu malaikat hingga pagi hari.” (HR at-Tirmidzi). Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat, “Maukah kalian aku beritahu lelaki penduduk dunia yang menjadi penghuni surga?” Mereka menjawab, “Tentu saja, ya Rasulullah.” Beliau bersabda, “Laki-laki yang berkunjung kepada saudaranya karena Allah, dia penghuni surga.” (HR athThabrani). Kedua hadits ini memang tidak dikaitkan dengan kontak dakwah. Justru di sini terdapat hal menarik. Sisi menariknya, jika sekadar berkunjung saja—apa pun keperluannya, selama bukan maksiat, pen.—begitu utamanya, apalagi kunjungan dalam rangka kontak dakwah. Karena itu kontak dakwah jelas jauh lebih utama daripada kunjungan biasa. Ini karena banyak sekali nashnash yang menyatakan keutamaan dakwah. Rasul SAW, misalnya, bersabda, “Satu kata kebaikan yang didengar oleh seorang Muslim, lalu dia amalkan dan kemudian diajarkan kepada orang-orang, adalah lebih baik daripada ibadah selama satu tahun.” (Hadits dikeluarkan oleh Ibn al-Mubarak dalam Kitab Az-Zuhd, 1/487). Beliau juga bersabda, “Tidaklah seorang Muslim memberikan faedah kepada saudaranya yang lebih utama kecuali kata-kata yang baik, yang lalu di sampaikan dan terus disampaikan lagi (kepada orang lain).” (Hadits dinyatakan oleh adz-Dzahabi dalam Ihyâ' 'Ulûm ad-Dîn, 1/10). Beliau juga bersabda, “Orang yang menunjukkan jalan kebaikan kepada orang lain adalah sama seperti pelaku kebaikan itu sendiri.” (HR ath-Thabrani). Jika seseorang berhasil mendapatkan hidayah Allah SWT melalui tangan kita, keutamaannya bagi kita tentu
lebih besar lagi. Terkait ini Rasulullah SAW pernah bersabda, “Demi Allah, sungguh seseorang diberi hidayah oleh Allah karena perantaraan kita adalah jauh lebih baik daripada unta merah.” (HR al-Bukhari). Beliau pun bersabda, “Sungguh seseorang diberi hidayah oleh Allah karena perantaraan kita adalah jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR Ahmad). Yang lebih istimewa lagi adalah kontak dakwah kepada penguasa. Hal ini dinyatakan juga oleh Rasul SAW saat beliau bersabda, “Jihad yang paling utama adalah menyatakan kebenaran di hadapan penguasa yang lalim.”(HR at-Tirmidzidan Abu Dawud). Beliau pun bersabda, “Pemuka para syuhada (mujahid yang wafat dalam jihad fi sabilillah) adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan seseorang yang berdiri di hadapan penguasa lalim, kemudian ia menasihati penguasa itu, lalu penguasa itu membunuh dirinya.” (HR alHakim danath-Thabrani). Sayang, justru tidak banyak orang yang merindukan aktivitas mulia ini, apalagi menjadikan aktivitas ini sebagai ”cita-cita besar” hidupnya. Bahkan ulama, yang sejatinya memiliki peluang besar untuk itu, juga tak banyak yang menunaikannya. Buktinya, saat banyak penguasa lalim berdiri langsung di hadapan mereka— dengan terus menzalimi rakyat, tetap menerapkan hukum-hukum kufur dan enggan menerapkan hukumhukum Allah SWT secara kaffah—sedikit sekali ulama yang secara berani, terus-terang dan tegas menasihati serta meluruskan penguasa lalim itu. Kebanyakan justru tetap diam membisu. Bagaimana dengan kita? Semoga kita bisa meraih keutamaan dengan banyak melakukan kontak-kontak dakwah tersebut. Wa ma tawfiqi illâ bilLâh. [] abi
Media Umat | Edisi 170, 9 - 22 Jumadil Akhir 1437 H/ 18 - 31 Maret 2016
31