HIMPUNAN AHLI TEKNIK HIDRAULIK INDONESIA Indonesian Assosiantion Of Hydraulic Engineers
Cabang Maluku Dinas Pengairan PU Propinsi Maluku Jl. D.I. Panjaitan No. 2, Ambon Telp 0911 - 352734
No. :09/HATHI-MALUKU/X/2011
Ambon, 10 Oktober 2011
Kepada Yth. Pemakalah PIT XXVIII HATHI 2011 Up. Bapak Aji Ali Akbar di tempat Perihal : Pemberitahuan hasil review makalah
Dengan hormat, Sesuai dengan hasil rapat tim reviewer pada tanggal 7 Oktober 2011, dalam rangka PIT XXVIII HATHI di Ambon tanggal 28-30 Oktober 2011, bersama ini kami informasikan bahwa usulan makalah Bapak yang berjudul “PENINGKATAN EFISIENSI FUNGSI BANGUNAN PENGAMAN PANTAI (WAVE BREAKER) DENGAN REKAYASA VEGETASI SEBAGAI PELINDUNG PANTAI, STUDI KASUS : DI PESISIR KALIMANTAN BARAT”
diterima untuk disajikan pada sesi oral presentation dan diterbitkan di dalam prosiding
Untuk itu kami mohon segera mengirimkan kepada panitia via E-mail :
[email protected] sebagai berikut: 1. Curriculum vitae penyaji; 2. Materi presentasi dalam bentuk power point dengan durasi penyajian 10 menit; dan 3. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kami mohon agar biaya seminar dapat segera ditransfer ke rekening BCA KCP Hasanudin a/n HIMP. AHLI TEKNIK HIDRAULIK IND. (Rek. No. 5230301320). Ketiga hal tersebut di atas sudah harus kami terima paling lambat tanggal 13 Oktober 2011, pukul 16.00 WIB. Bagi peserta yang terlambat mengirimkannya, maka keikutsertaannya akan dibatalkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Hormat kami,
Ir. Bobby Prabowo, CES Ketua Panitia Pelaksana PIT XXVIII HATHI-Ambon
JADWAL PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN HATHI KE 28 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH KEPULAUAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN HOTEL ASTON NATSEPA, AMBON 28 OKTOBER – 30 OKTOBER 2011
Hari 1 ( Jum’at, 28 Oktober 2011) 10.00 – 17.00
Pendaftaran
FIELD TRIP 10.00 – 11.00
Berangkat dari Hotel Aston dan Hotel Swiss Bell ke Hukurila
11.00 – 12.30
Peresmian Hydro Power Hukurila
12.30 – 14.00
Sholat Jum’at di Balai Desa Hukurila
14.00 – 16.00
Makan Siang (Patita) di Pantai Hukurila
16.00
Kembali ke Hotel (Aston dan Swiss Bel)
Menteri Pekerjaan Umum
MALAM KESENIAN 19.30 – 19.35
Sambutan Ketua HATHI Bidang Seminar dan PIT
Ir. Pitoyo Soebandrio,Dip.HE.
19.35 – 19.40
Sambutan Ketua HATHI Cabang Maluku
Ir. Maggie M. Samson
19.40 – 19.45
Sambutan Rektor Universitas Pattimura
Prof. Dr. H.B. Tetelepta, M.Pd.
19.45– 19.50
Penyerahan Penghargaan HATHI untuk Alm. Prof. Peter Hehanusa
Dr. Ir. Moch. Amron, M.Sc.
19.50 – 21.30
Makan Malam diiringi tari dan lagu
21.30 – selesai
Rapat Pengurus Pusat dan Pengurus Cabang HATHI
Hari 2 (Sabtu, 29 Oktober 2011) 08.00 – 09.00
Pendaftaran
PEMBUKAAN 09.00 – 09.10
Lagu Indonesia Raya dan Mars HATHI
09.10 – 09.15
Laporan Ketua Panitia Penyelenggara
Ir. Bobby Prabowo, CES
09.15 – 09.30
Sambutan Ketua Umum HATHI
Dr. Ir. Moch. Amron, M.Sc.
09.30 – 10.00
Sambutan Gubernur Provinsi Maluku
Gubernur Provinsi Maluku
10.00 – 10.20
Sambutan Menteri Kelautan dan Perikanan
Menteri Kelautan dan Perikanan
10.20 – 10.45
Pengarahan dilanjutkan pembukaan PIT ke 28
Menteri Pekerjaan Umum
10.45 – 11.00
Rehat kopi
SESI PLENO 11.00 – 12.00
Makalah Utama - KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH KEPULAUAN - PERAN MASYARAKAT DALAM KONSERVASI SDA DI WILAYAH PANTAI DAN PESISIR
Moderator: Prof. Dr. Ir. Nadjadji Anwar, M.Sc. Dr. Ir. Moch. Amron, M.Sc. Prof. Dr. Alex Retraubun
12.00 – 13.00
Makalah tematik - UPAYA KONSERVASI SUMBER DAYA AIR DENGAN SISTEM JEBAKAN AIR BERANTAI YANG DIHARAPKAN DAPAT MENGATASI BANJIR DAN KEKERINGAN PADA PULAU-PULAU KECIL DAERAH KERING INDONESIA - RESPON GARIS PANTAI KARENA PEMECAH GELOMBANG AMBANG RENDAH DIPANTAI ANYER, SERANG, BANTEN - ALTERNATIF TEKNOLOGI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PENDUDUK YANG SEHAT DI PULAU KECIL
Moderator: Prof. Dr. Rafael Osok, M.Sc. Susi Susilawati
13.00 – 14.00
ISHOMA
Dede M. Sulaiman, Mahdi E. Sudjana, Suprapto Ratna Hidayat
SESI PARALEL 1 14.00-15.00
RUANG I
RUANG II
RUANG III
Pengelolaan SDA Kepulauan
Pengelolaan SDA Wilayah Pantai & Pesisir
Pemberdayaan Masyarakat
Moderator: Dr. Iwan K. Hadihardaja 11 ANALISIS MUKA AIR TANAH DIRAWA PASANG SURUT DISTRIK PADANG SUGIHAN DAN SIMPANG HERAN (Rosmina Zuchri) 27
PENENTUAN TINGGI MUKA AIR EFFEKTIF PADA PENGGELONTORAN SEDIMEN ALIRAN TERTEKAN BERDASAR PENELITIAN UJI HIDROLIK PHISIK (Pranoto Samto Atmojo, Djoko Legono, Suripin)
29
KETERSEDIAAN AIR DI WILAYAH SUNGAI YANG BERBENTUK KEPULAUAN (Radhika, Wildan Herwindo, Muhammad Fauzi, Waluyo Hatmoko)
35
UPAYA KONSERVASI SUMBER DAYA AIR WS KEPULAUAN MADURA (Hadi Moeljanto, Ainur Rofiq)
Moderator: Prof. Dr. Ir. Nur Yuwono, Dip.HE Moderator: Dr. Doddi Yudianto 7 PERBANDINGAN METODE 15 AKAR MASALAH KERUSAKAN SUMBER PERAMALAN GELOMBANG GROENDAYA AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DORRESTEIN DENGAN METODA SPM DAN PRINSIP PENANGGULANGANNYA Studi Kasus Perairan Lemah Abang, (M. Memed, Agustin Purwanti) Jepara, Jawa Tengah (Yati Mulyati) 8 PENINGKATAN PENGELOLAAN 6 SUATU GAGASAN PENGELOLAAN AIR SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PANTAI DAN PESISIR TELUK BONE TANAMAN SAGU DENGAN KEBERADAAN BENDUNG (L. Budi Triadi, Parlingoman GERAK TEMPE DAN JETIS ALA Simanungkalit,T. Firdaus) MARUNDA (Subandi, Thomas Raya Tandisau, M.K. Nizam Lembah, Agus Hasanie) 9 APLIKASI PRODUK GEOTEXTILE 23 PERAN MASYARAKAT PADA CONTAINMENT SEBAGAI PENGGANTI PENGELOLAAN POLDER BANGER BATU UNTUK BANGUNAN PENGAMAN (Suseno Darsono, Mestika) PANTAI (Andryan Suhendra, Doyo Lujeng Dwiarso) 13 LAJU PENDANGKALAN TELUK LOSARI 25 PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI DI KOTA MAKASSAR IDENTIFIKASI POTENSI SUMBER AIR (Kamaruddin Umar, Abd. Naser Hasan, BAKU DI KABUPATEN KAPUAS HULU Abd. Wahab, Zahimu Wahid, Andi UNTUK MENDUKUNG PENCAPAIAN Muh. Saleh, Mappile) TARGET MILLENIUM DEVELOPMENT GOAL’s (MDG’s) BIDANG AIR MINUM TAHUN 2015 (Kartini, Stefanus B. Soeryamassoeka)
RUANG I
RUANG II
RUANG III
Pengelolaan SDA Kepulauan
Pengelolaan SDA Wilayah Pantai & Pesisir
Pemberdayaan Masyarakat
Moderator: Dr. Ir. Silwanus Talakua, MP. 5 PENGELOLAAN AIR DALAM RANGKA MITIGASI TERHADAP DEGRADASI LAHAN GAMBUT (L. Budi Triadi)
Moderator: Ir. Ateng Lakatua, M.Si. 17 MODEL STRUKTUR APUNG UNTUK PENGURANGAN TINGGI GELOMBANG PADA PANTAI CURAM (M.A. Thaha, M. Selintung, A.M. Syamsuri)
42
BENDUNG TENGGELAM SEBAGAI PENGENDALI SEDIMEN PADA ALIRAN DENGAN TINGKAT KEKERUHAN TINGGI (Muchlis Amat)
21
Moderator: Ir. Pieter Mustamu 26 PEMANFAATAN SIRIN MERAGUN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH MASYARAKAT KECAMATAN NANGA TAMAN KABUPATEN SEKADAU (Stefanus B. Soeryamassoeka, Jane E. Wuysang, M. Prima Yudistira) 28 MENGUNGKAP PERANAN DAN PENGARUH MODEL STAKEHOLDERS TERHADAP SDA DI PULAU-PULAU KECIL (Soedarwoto Hadhisiswoyo)
44
KAJIAN KINERJA EMBUNG-EMBUNG DIPULAU-PULAU KECIL PERBATASAN/TERLUAR MALUKU DENGAN METODE KUALITATIF (Happy Mulya) BELAJAR DARI EMBUNG TAMBAKBOYO DI YOGYAKARTA UNTUK MENGATASI MASALAH SUMBER DAYA AIR DIPULAUPULAU KECIL DAN PANTAI (Bambang Hargono)
24
SESI PARALEL 2 15.00 – 16.00
48
16.00 – 16.30
Rehat kopi
30
TRANSMISI DAN REFLEKSI GELOMBANG PADA PEMECAH GELOMBANG AMBANG RENDAH GANDA TUMPUKAN BATU (Bambang Surendro, Nur Yuwono, Suseno Darsono) STUDI PENGAMANAN PANTAI DAN PESISIR PULAU KUMBANG KABUPATEN KAYONG UTARA (Stefanus B Soeryamassoeka, Djono Sodikin, M. Meddy Danial) PENERAPAN MODEL FVCOM UNTUK PEMODELAN GELOMBANG TSUNAMI DI PULAU SIPORA, KEPULAUAN MENTAWAI (Dhemi Harlan, Hendra Achiani, Bobby Minola Ginting, Alfa Aldebaran)
40
61
UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DIPULAU TERPENCIL STUDI KASUS : PULAU NAEN KABUPATEN MINAHASA UTARA (Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja, Happy Mulya) PENGELOLAAN BANTARAN SUNGAI CITARUM HILIR DENGAN PENDEKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT (Herman Idrus, Reni Mayasari, Herry Rachmadyanto)
SESI PARALEL 3 16.30 – 17.15
RUANG I
RUANG II
RUANG III
Pengelolaan SDA Kepulauan
Pengelolaan SDA Wilayah Pantai & Pesisir
Pemberdayaan Masyarakat
Moderator: Dr. Susi Susilawati 54 PEMBERIAN AIR SECARA ROTASI UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS AIR IRIGASI (Widandi Sutopo)
Moderator: Ir. L. Budi Triadi, Dip.HE 39 PENGKAJIAN PERAN HUTAN MANGROVE UNTUK PENGAMANAN PANTAI (Simon S. Brahmana)
57
43
STUDI TENTANG PERAIRAN PELABUHAN BELAWAN DENGAN GIS (A. Perwira Mulia Tarigan, Wiwin Nurzanah, Goentono)
49
PENINGKATAN EFISIENSI FUNGSI BANGUNAN PENGAMAN PANTAI (WAVE BREAKER) DENGAN REKAYASA VEGETASI SEBAGAI PELINDUNG PANTAI, STUDI KASUS: DI PESISIR KALIMANTAN BARAT (Aji Ali Akbar, Junun Sartohadi, Tjut Sugandawaty Djohan, Su Ritohardojo)
65
TEKNIK PENERAPAN WATER USE EFFICIENCY PADA PADI SAWAH DENGAN IRIGASI INTERMITTEN (Susi Hidaya, Isdiyana, Hanhan Ahmad Sofiyudin) MENGATASI KERUSAKAN DAERAH TANGKAPAN AIR PADA PULAU-PULAU KECIL DENGAN UPAYA KONSERVASI TANAH DAN AIR YANG DIDUKUNG OLEH KETERSEDIAAN AIR MELALUI SISTEM JEBAKAN AIR BERANTAI ALUR-ALUR ALAM (Susilawati, Novrini Soan, Prisela Pentewati)
Moderator: Ir. Mestika, Dip.HE 37 TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR (TKPSDA) LOKAL MENUJU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, STUDI KASUS: DI MUARA SUNGAI BOGOWONTO (Nasrun Sidqi, Kisworo Rahayu) 68 PERAN SERTA MASYARAKAT SECARA PARTISIPATIF DALAM UPAYA KONSERVASI DAERAH IRIGASI ANJUNGAN KALIMANTAN BARAT (Henny Herawati, Rizki Purnaini) 72 UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH UNTUK MASYARAKAT PADA PULAU-PULAU KECIL DAERAH KERING DENGAN MENGGALAKKAN POGRAM PENGEMBANGAN SISTEM TERPADU PENAMPUNGAN AIR HUJAN 1-2-1 DAN JEBAKAN AIR BERANTAI PADA ALURALUR ALAM, STUDI KASUS: DI PULAU PALUE, KABUPATEN SIKKA-NTT (Susilawati, Tunggul Sutanhaji)
SESI PARALEL 3 17.15 – 18.00
Floor Assistance
RUANG I
RUANG II
RUANG III
Pengelolaan SDA Kepulauan
Pengelolaan SDA Wilayah Pantai & Pesisir
Pemberdayaan Masyarakat
Moderator: Dr. Ir. Piet Kunu, MP. 73 STUDI LAJU EROSI TANAH PASIR KELEMPUNGAN YANG DISTABILISASI DENGAN ASPAL EMULSI (Elifas Bunga, H. Muh. Salleh Pallu, Mary Selintung, M. A. Thaha)
Moderator: Dr. Dhemi Harlan 59 RANGKAIAN BATANG SEMI APUNG SEBAGAI ALTERNATIF STRUKTUR PELINDUNG PANTAI (M. A. Thaha, Willem Minggu)
75
PERUBAHAN CURAH HUJAN TAHUNAN SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN IKLIM DIWILAYAH SUNGAI MAHAKAM (Mislan, A. Maliki, M.Z. Iksan)
74
22
POTENSI PEMBANGKIT TENAGA AIR MINI/MIKRO HIDRO DI WILAYAH KEPULAUAN, STUDI KASUS: POTENSI DI BEBERAPA PULAU TERLUAR DAN SEKITARNYA (M. Budi Setianto, Dedy Khairunnas, Rois Akhmad Hanafi)
19
1 2 3 4
1 2 3 4
PENGUJIAN KARAKTERISTIK SERAPAN DEGAN VARIASI INTENSITAS CURAH HUJAN, TINGKAT KEPADATAN DAN GRADASI TANAH DAERAH PESISIR (Halidin Arfan) APLIKASI HIDROGRAF HAUFF VICARI UNTUK PENENTUAN DEBIT BANJIR (Supriyana Triwiyana, Williem Minggu, Muhammad Nur)
Moderator: Ir. Waluyo Hatmoko, Dip. HE 66 PENINGKATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR MELALUI SISTEM SWAKELOLA DALAM IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN MODEL PENGELOLAAN AIR HUJAN UNTUK PERTANIAN DI DESA DAIEKO, KEC. HAWU MEHARA, KAB. SABU-RAIJUA (Susilawati, Iskandar, Charisal Amanu, Ruben Riwu) 76 ANALISIS PEMANFAATAN POTENSI DAS KASUNGAI KECAMATAN BATUKAJANG SEBAGAI SALAH SATU SUMBER LISTRIK DAN AIR MINUM MASYARAKAT SEKITAR (Tamrin)
1 2 3 4
PENUTUPAN Penutupan 18.00 – 18.15
Pengumuman makalah terbaik
Prof. Dr. Ir. Sri Harto Br., Dip. H
18.15 – 18.30
Pengumuman PIT ke-29
Calon tuan rumah
18.30 – 18.45
Pembacaan rangkuman dan penutupan
Ir. Pitoyo Soebandrio, Dip.HE.
18.45 – 20.30
Makan Malam
Pertemuan llmiah Tahunan (PIT) InI/,6~ 1 u 111
"V Ill
Ambon, Maluku 28 - 30 Oktober 2011
SERTIFIKAT diberikan kepada
Aji Ali Akbar Scbaqdl
Pembicara Ketua Umum HATHI
.)/ill_ ,
Dr. lr. Mochammad Amron, M.Sc KTA 020048
Ketua HATHI Cabang Maluku
~M)~
Jr. Margaretha. E. E. Samson, M. Tech KTA 190653
PROSIDING Pertemuan llmiah Tahunan (PIT)
IHI&lr IHIII
XXV II
HIMPUNAN AHLI TEKNIK HIDRAULIK INDONESIA
Ambon, Maluku 28 - 30 Oktober 2011
Proceedings Pertemuan llmiah Tahunan (PIT) XXVIII Ambon, 28·30 Oktober 20 11 400 halaman, vi 2011 Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATH I), Indonesian Association of Hydraulic Engineers Secretariat, Gedung GVII Oirektorat Sumber Oaya Air Jl. Pattimura 20, Kebayora n Baru, Jakarta 12110 · Indonesia Phone/Fax. +62· 21 739 8630,7279 2263 e-mail: hathi·
[email protected]
Editor Prof. Or.lr. Sri Harto, Br., Dip., H., PU-SOA Prof. Or.lr. Nadjadji Anwar, M.Sc. PU-SOA Prof. Or.lr. Rafael Marthinus Osok, M.Sc. Doddi Yudianto, S.T., M.Sc. Ph.D.
We regret for any errors or omissions that we may have unintentionally made.
ISBN : 978-979-17093·5-4
I
FuiJT('IJIAI iAdb 2
l-41101:011
~~~}9:33
1
Ill
DAFTAR lSI
Sub-Tema J: Pengelolaan Sumbcr Daya Air Kepulauan
I. Upaya Konservasi Sumber Daya Air Dengan Sistem Jebakan Air Berantai Yang Diharapkan Dapat Mengatasi Banjir Dan Kekeringan Pada Pulau-Pulau Kecil Daerah Kering Indonesia ............... ........................ - Susilawati
2. Anal isis Muka Air Tanah Di Rawa Pasang Sumt Distrik Padang Sugihan Dan Simpang Heran ..............................................................................................
13
- Rosmjna Zychrj
3. Penenruan Tinggi Muka Air Efektif Pada Penggelontoran Sedimen Al iran Tertekan Berdasar Penilitian Uji Hidrolik Phisik ...........................................
25
- Pranoto Samto At mojo. Djoko Lcgono, Suripin
4. Ketersediaan Air Di Wilayah Su11gai Yang Berbenntk Kepulauan
36
- Radhika, Wildan Hcrwindo,Muhammad Fauzi, Waluyo Hatmoko 5.
Upaya Konservasi Sumber Daya Air WS Kepulauan Madura
44
- Hadi Moeljanro, Ainur Rofiq
6. Pengelolaan Air dalam Rangka Mitigasi Terhadap Degradasi Laban Gambut ........................................................................................................
60
- L. Bydj Triadi
7. Beodung Tenggetam Sebagai Pengendali Sedimen Pada Ali ran Dengan Tingkat Kekenthan Tinggi ..................................... ...................
69
- Muchlish Amat
8. Kajian Kinerja Embtmg-Embung Di Pulau-Pulau Kecil Perbatasan/Terluar Maluku .Dengan Metode Kualitatif ........ .......................
78
- Happy Mulva
9. Belajar Dari Embung Tambakboyo di Yogyakarta Untuk Mengatasi Masalah Sumber Daya Air Di Pulau-Pulau Kecil Dan Pamai ...................
87
- Bambang Hargono
!0. Pemberian Air Secara Rotasi Untuk Meningkatkan Efektivitas Air lrigasi .................................................................................................................
95
- Widandj Socropo. Dwi Pri yantoro
I I. Teknik Penerapan Water Use Efficiency Pacta Padi Sawah Dengan lrigasi lntermitten ..................................................................... ........... ..
I01
- Susi Hidavah, Isd iyana. Hanhan Ahmad Sofiyuddin 12. Mengatasi Kerusakan.Daerah Tangkapan Air Pada Pulau-Pulau Kecil .Dengan
Upaya Konservasi Tanah Dan Air Yang Didukung Oleh Ketersediaan Air Melalui Sistem Jebakan Air Berantai Pad a Alur-Alur Alam ....................... II 0 - Susi lawati, Novrini Soan, Prjsc!a Pcntcwa!j
2<1n00011 I U!U9
LV
13. Sntdi Laju Erosi Tanah Pasir Kelempungan Yang Distabilisasi
Dengan Aspal Emu lsi ........................................................................ ................... - Elifhs Bunga, H. Muh. Saleh Pallu, Mary Selintung, M. Arsyad Thaha
121
14. Penerapan Program Computer Cubic Spline lnterpolation Untuk
Perhittmgan Debit Kana! Di Rawa Pasang Surut ........................................... - Rosmina Zuchri
131
15. Aplikas i Sistem lnfom1asi Geografis Dalam Mode l Hidrologi Untuk
Mendukung Pengembangan Sistem Jebakan Air Berantai Yang Diharapkan Dapat Mengatasi Banjir Dan Kekeringan Pada Pulau-Pulau Kecil Di Indonesia .................................. ............................................................................... 139 - Tw1ggul Sutanhaji, Susilawati Sub-Tema II : P engelolaan Sumber Daya Air Wilaya h Pantai dan Pesisir 16. Respon Garis Pantai Karena Pemecah GelombangAmbang Rendah Di Pantai Anyer, Serang, Banten ..................................................................... - Pede M, Sylajman, Mahdi E. Sudjana, Suprapto
151
17. Perbandingan Metode Peramalan Ge lombang Groen - Dorrestein Dengan Metode SPM (Studi Kasus Perairan Lemahabang, Jepara, Jawa Tengah) .... 161 - Yati Mulimi 18. Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Air Di Wilayah Pantai Dan Pesisir Teluk Bone Dengan Keberadaan Bendtmg Gerak Tempe Dan Jetis Ala Manmda ......................................................................................... - Subandj, Thomas Raya Tandisau, M.K.Nizam Lembah, Agus Hasanic
169
19. Aplikasi Produk Geotextile Containment Sebagai Pengganti Barn Untuk
Bangunan Pengaman Pamai .............................................................................. - Andryan Suhendra, Doyo Lujeng Dwiarso
179
20. Laju Pendangkalan Teluk Losari Di Kota Makassar .....................................
190
- Kamaryddjn Vmar, Abd. Nasser Hasan, Abd. Wahab, Zahimu Wahid, Andi Mull. Saleh, Mappile 21. Transmisi Dan Refleksi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Am bang Rendah Ganda Tumpukan Battt ...................................................... 20 I - Barnbang Surcndro, Nur Yuwono , Suscno Da•·sono 22. Studi Pengamanan Paotai dan Pesisir Pulau Kumbaug
Kabupateu Kayong Utara ................................................................................... 2 13 - Stefanus B. Soeryamassoeka, D_jono Sodiki n, M. Meddy Dania! 23. Penerapan Model FVCOM Untuk Pemodelan Gelombang Tsunami
Di Pulau Sipora, Kepulauan Memawai ............................................................ 223 - Dhcmi Harlan, Hcndra Achiari, Bobby Minola Ginting, AI fa Aldebaran 24. Pengkajian Peran Hutan Mangrove Untuk Pengamanan Pautai - Simon S Brahmana
232
v
25. Studi Tentang Perairan Pelabuhan Belawan Dengan GIS ............................ 235 - A. Pcrwirn Mu!ja Tarjgan, Wiwin Nurzanah. Gocntono 26. Peningkatao Efisiensi Fungsi Bangunan Pengaman Pantai (Wave Breaker) Deogan Rekayasa Vegetasi Sebagai Pelindung Pantai (Studi Kasus di Pesisir Kal imantan Barat ........................................................ 245 - Aji Ali Akbar, Junun Sartohadi, Tjut Sugandawary Djohan, Su Riwhardoyo 27. Rangkaian Satang Semi Apung Sebagai AltematifStruktur Peli ndung Pantai ................................................................................................... 255 - M. Arsyad Thaha, Wi!!em Minggu 28. Pengujian Karakteristik Resapan Dengan Variasi lntensitas Curah Hujan, Tingkat Kepadatan, Dan Gradasi Tanah Daerah Pesisir .... .......................... 264 - Ha lidin Arfan 29. Dampak Peningkatan Badai Tropis Terhadap Erosi Pantai Di Pu lau Bali .......................................................................................................... 278 - D. M. Su!aiman, R. W. Iriweko, D. Yudianto Sub-Tema UI : Pemberdayaan Masyar akat Dalam Pengelolaan SDA 30. AlternatifTeknologi Sistern Penyediaa11 Air Bersih Penduduk Yang Sehat Di Pu lau Keci l ....................................................................................................... 291 - Ratna Hidayat 3 1. Suaru Gagasan Pengelo!aan Air dalarn Peningkatan Prod uktifitas
Tanarnan Sagu .. .. ............. .. ..... ..... ................................................. .......................... 302 - L. Budi Triadi, Parlinggoman Simanungkalit, T. Firdaus 32. Peran Masyarakat Pada Pengelolaan Polder Sanger ..................................... 313 - Suscno Darsono, Mcstjka 33. Pengentasan Kemiskinan Melalui ldentifikasi Potensi $umber Air Baku di Kabupaten Kapuas Hulu Untuk Mendukung Pencapaian Target Milleni um Development Goal's (MDGs) Bidang Air Min um Tah un 2015 ................. 322 - Kartini, Stefanus B. Socryamassoeka 34. Pemanfaatan Sirin Meragun Sebagai Upaya Pemenuban Kebutuhan Air Bersib Masyarakat Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau ......... 331 - Stefan us B. Socryamassocka, Jane E. Wuysang. M. Prima Yudistira 35. Mengungkap Peranan Dan Pengaru h Model Stakeholders Terhadap SDA Di Pu lau -Pulau Kecil ............................................................................................ 342 - Socdarwoto Hadhisiswoyo 36. Upaya Pemenuhan Kebutuhan Air Bersib di Pulau Terpencil (Studi Kasus Pulau Naen Kabupaten Minahasa Utara) ................................ 350 - Tiny Mananoma. Lambcrtus Tanudjaja. Happy Mulya
Vl
37. Pengelolaan Bantaran Sungai Cita rum Hilir Dengan Pendekatan Partisipasi Masyarakat .......................................................................................... 357 - Hennan ldn1s, Reni Mayasari, Herry Rachmadyanto 38. Tim Koordinasi Pe ngelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) Lokal Menunjang Pemberdayaan Masyarakat, Studi Kas us di Muara Sungai Bogowonto ··············-··················-··················· 363 - Nasnm Sidqi, Kisworo Rahayu 39. Peran Serta Masyarakat Secara PartisipatifDalam Upaya Konservasi Daerah lrigasi Anjungan Kalimantan Barat ................................................... 372 - Hcnny Hcrawati, Rizki Purnaini 40. Upaya Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Untuk Masyarakat Pada Pulau-Pulau Kecil Daerah Kering Dengan Menggalakkan Program Pengembangan Sistem Terpadu Penampungan Air Hujan 1-2- 1 Dan Jebakan Air Beramai Pada AlurAlur Alam (Srudi Kasus Di Pulau Pal ue, Kabupaten Sikka - NTT) ............ 382 - Susilawari, Tunggul Sutanhaji 41 . Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pengelolaan Sumber Daya
Air Melalui Sistem Swakelola Dalam lmp lementasi Pengembangan Mode l Pengelolaan Air Hujan Untuk Pertanian Di Desa Daieko, Kec. Hawu Mehara, Kab. Sabu-Raijua ............................................................. 393 - Susilawati, Iskandar, Chari sal A. Manu, Ruben Riwu
Pertemuan llmiah Tahunan (PIT)
IHI!=r IHil
XXV II
HIMPUNAN AHLI TEKNIK HIDRAULIK INDONESIA
Ambon, Maluku 28 - 30 Oktober 2011
Sub-Tema II Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Pantai dan Pesisir
Peningkatan Efisiensi Fungsi Bangunan Pengaman Pantai (Wave Breaker) Dengan Rekayasa Vegetasi Sebagai Pelindung Pantai (Studi Kasus di Pesisir Kalimantan Barat1 Aji Ali Akbar1), Junun Sartohadi2), Tjut Sugandawaty Djohan3), Su Ritohardoyo4) Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan UGM dan staf pengajar FT Untan Pontianak (
[email protected]) 2) Promotor, Staf Pengajar Fakultas Geografi dan Kepala Pusat Studi Bencana Alam UGM 3) Co-Promotor dan Staf pengajar Fakultas Biologi UGM 4) Co-Promotor dan Staf pengajar Fakultas Geografi UGM 1)
INTISARI Pantai Kalimantan Barat sebagian besar mengalami abrasi sekitar 5 – 20 m/ tahun. Dampaknya menyebabkan hilangnya lahan pertanian dan permukiman masyarakat serta merusakan sarana –prasarana publik. Keadaan ini mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat pesisir. Dinas Pekerjaan Umum telah membuat pengaman pantai wave breakersepanjang 22 km sejak tahun 1992. Berbagai pihak juga telah melakukan penanaman semai bakau Rhizophora sp. pada kawasan wave breakeruntuk meningkatkan perlindungan pantai. Penelitian ini bertujuan mempelajari tingkat kesuksesan penanaman Rhizophora sp. di kawasan pengaman pantai Kalimantan Barat. Penelitian yang sedang berlangsung ini menggunakan metode kuadrat plot dengan bantuan garis transek yang memotong tegak lurus garis pantai. Hasil observasi menunjukkan bahwa tingkat kesuksesan penanaman Rhizophora sp. masih rendah. Rendahnya keberhasilan penanaman ini karena Rhizophora sp. tidak cocok ditanam pada zona yang menghadap ke laut. Watson menyatakan bahwa pada hutan mangrove yang masih normal, habitat Rhizophora sp. adalah zona depan di tepi sungai (riverine mangrove) sedangkan zona depan di pantai (fringe mangrove) didominasi oleh jenis api – api (Avicennia sp.). Selain itu, jarak penanaman yang teratur menyebabkan terbentuknya kanal – kanal yang meningkatkan kerentanan tanaman terhadap erosi dan gelombang. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan alami Avicennia sp. di daerah akresi dan kawasan wave breaker. Terbatasnya pengetahuan ekologi mangrove menyebabkan rendahnya kesuksesan penanaman mangrove, karena pemilihan spesies yang tidak tepat, pemilihan lokasi yang tidak sesuai, dan sistem jarak tanam yang teratur. Adanya bangunan pengaman pantai memberikan kesempatan terbentuknya komunitas mangrove yang mampu meningkatkan fungsi perlindungan pantai. Disamping itu, mangrove juga berperan sebagai habitat perikanan, pencegah intrusi air laut, melindungi pencemaran perairan laut, dan tempat pemendaman karbon. Upaya pemberian pengetahuan dan pemahaman tentang mangrove kepada masyarakat akan melestarikan pemanfaatan sumber daya alam pesisir. Kata kunci: wave breaker, mangrove, Rhizophora sp., Avicennia sp., zonasi 1
Makalah ini merupakan bagian dari penyusunan disertasi.
245
246
PENDAHULUAN Latar belakang – Kalimantan Barat memiliki garis pantai sekitar 360 km. Pantai Kalbar yang meliputi lima kabupaten/kota: Sambas, Bengkayang, Pontianak, Ketapang dan Kota Singkawang mengalami abrasisepanjang 60 km. Besarnya abrasi yang terjadisekitar 5 – 20 m tahun-1 (BWS Kalimantan I 2011). Abrasi mengakibatkan rusaknya sarana dan prasarana publikdi pesisir Kalimantan Barat. Abrasi juga mengakibatkan hilangnya lahan pertanian dan permukiman masyarakat yang berpengaruh terhadap sosial ekonominya (Akbaret al. 2008). Dinas Pekerjaan Umum telah melakukan pengamanan pantai sepanjang 22 km pada tahun 1992 – 2010. Upaya inibertujuanuntuk melindungi sarana – prasaranapublik dan permukiman terhadap abrasi (BWS Kalimantan I 2011).
Gambar 1. Lokasi pantai terabrasi Kalimantan Barat (BWS Kalimantan 1 2011) Upaya penanaman mangrove yang dilakukan pada kawasan bangunan pengaman pantai bertujuan untuk meningkatkan efisiensi wave breaker sebagai pelindung pantai sehingga rekayasa vegetasi berguna ketika fungsi bangunan pengaman pantai telah menurun (BWS Kalimantan I, 2011). Upaya penanaman mangrove telah dilakukan oleh instansi pemerintah seperti DPU, DKP dan Dinas Kehutanan, maupun oleh masyarakat yang peduli kerusakan pantai. Namun demikian usaha rekayasa vegetasi inibelum mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan. Pengetahuan mengenai ekologi mangrove yang terbatas menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan rekayasa penanaman mangrove di pesisir Kalimantan Barat. Mangrove pelindung pantai – mangrove merupakan komunitas tumbuhan yang berperanan penting melindungi pesisir tropis dan subtropis dari gelombang, badai, tsunami, dan erosi (Blasco et al. 1996, Ewel et al. 1998, Mazda et al. 2006, Thampanya et al. 2006). Sistem perakaran mangrove yang unik, seperti pada jenis perepat (Sonneratia sp.) setebal 100 m mampu mereduksi kuat arus dan energi gelombang hingga 45%, (Mazda et al. 2006). Tingkat efisiensi mangrove mereduksi
247
energi inidipengaruhioleh spesies penyusun, kondisi vegetasi, kedalaman air, dan kondisi gelombang (Mazda et al. 2006, Walters et al. 2008). Bentuk akar mangrove juga berfungsi sebagai perangkap sedimen (sediment trapping) (Ewel et al. 1998). Peranan ini mempengaruhi pembentukan lahan atau akresidan mengurangi erosi pantai (Blasco et al. 1996).Sedangkan kerapatan mangrove berkontribusi terhadap besarnya luasan akresi, distribusi sedimen, dan tinggi elevasi permukaan (Kumara et al. 2010). Proses akresi dipengaruhi oleh masukan sedimen, pergerakan air, flokulasi dan gaya gravitasi (Kumara et al. 2010). Di Thailand,valuasi mangrove ketebalan 75 m sebagai pelindung abrasibernilai US$ 11,67 m-1. Nilai ini lebih murah daripada mengkontruksi bangunan pelindung pantai dengan biaya US$ 875 m-1 garis pantai (Sathirathai dan Barbier, 2001). Abrasi dan sedimentasi merupakan salahsatu agen yang menyebabkan kerusakan mangrove (Jimenez et al. 1985, Rönnback 1999). Faktor alami penyebab terjadinya abrasi adalah besaran fetch atau luasan permukaan laut yang tertiup angin, panjang pantai, dan kesehatan daerah aliran sungai atau DAS (Thampanya et al. 2006), serta penggerusan oleh pasang surut (Jimenez et al. 1985). Terjadinya abrasi di pesisir Kalimantan Barat disebabkan oleh faktor alami yang diperparah akibat aktivitas manusia(BWS Kalimantan I 2011). Erosi pantai dan proses sedimentasi merupakan suatu kejadian alami (Alongi 2008). Sedimentasi yang cepat menyebabkan kematian mangrove secara masal (Jimenez et al. 1985) karena lentisel pada pneumatophores, akar dan semainya terkubur sedimen (Ewel et al,1998) sehingga dapat mengurangi pertukaran udara pada sistem perakarannya (Jimenez et a.l, 1985). Proses sedimentasi berkaitan dengan pengaruh angin ribut dan badai disertai kerusakan DASakibat ulah manusia (Jimenez et al,. 1985, Thampanya et al. 2006). Dampak aktivitas manusia – Perluasan permukiman, lahan pertanian dan tambak udang serta pembangunan infrastruktur dan bendungan mengakibatkan kerusakan mangrove (Ewel et al. 1998, Rönnback 1999, Sathirathai dan Barbier 2001, Thampanya et al.2006, Walters et al. 2008). Bahkan menurut mereka, ekstensifikasi tambak udang memusnahkan50% luasan mangrove di dunia. Bekas tambak menyebabkan tanah menjadi asam dan sulit direhabilitasi (Ewel et al. 1998), serta polusi air dan degradasi lahan (Sathirathai dan Barbier 2001). Dahsyatnya perluasan tambak karena udang memberikan keuntungan finansial yang tinggi (Rönnback 1999). Kerusakan mangrove telah menyebabkan abrasi sebesar 50 m tahun-1di Vietnam (Mazda dkk. 2002). Sedangkan abrasi di Kalimantan Barat merupakan dampak reklamasi lahan menjadi kebun kelapa Cocos nucifera tahun 1950an (Akbar et al. 2008).Upaya pemulihan mangrove secara alami sulit terjadi karena kerusakan mangrove yang diperparah ulah manusia mampu mengubah sistem ekologinya (Jimenez et al. 1985). Rehabilitasi mangrove merupakan upaya mengembalikan fungsi mangrove seperti semula (Field 1998, Primavera dan Esteban 2008) umumnya dengan rekayasa vegetasi atau penanaman. Kriteria kesuksesan rehabilitasi mangrove adalah efektivitas, tingkat biodiversitas dan efisiensi (Field 1998, Walton et a., 2007, Primavera dan Esteban 2008). Namun keberhasilan rehabilitasi mangrove masih sekitar 20% diberbagai negara berkembang (Primavera dan Esteban 2008). Menurut
248
Primavera dan Esteban (2008) penyebab kegagalan ini adalah ketidaksesuaian lokasi penanaman, penggunaan spesies yang tidak tepat, kurangnya pengetahuan silvikultur petugas lapangan, dan kurangnya koordinasi antar pemerintahpenyandang dana-masyarakat. Field (1998) menambahkan bahwa orientasi pada kepentingan finansial, kurangnya semai alami, banyaknya sampah dan gangguan hidrologi di lokasi penanaman, serta kurangnya referensi kegagalan rehabilitasi terdahulu juga merupakan penyebab kegagalan rehabilitasi mangrove. Sathirathai dan Barbier (2001) menyatakan bahwa nilai manfaat konservasi mangrove lebih besar daripada nilai finansial tambak, pembuatan bendungan dan kegunaan lain dalam jangka pendek. Topografi dan Karakteristik tanah – Topografi merupakan faktor penting yang mempengaruhi komposisi spesies, penyebaran spesies, dan luasan mangrove (Tomlinson 1986; Arksonkoae 1993). Bentuk lereng pantai mempengaruhi luasan dataran lumpur (mud flats). Terjadinya mud flats sangat memungkinkan tersedianya habitat dan zona bagi mangrove(van Zuidam 1985). Menurut Verstappen (1983) dengan bertambahnya ketinggian tempat maka terjadi penurunan suhu dan peningkatan curah hujan sampai batas ketinggian tertentu. Karakteristik tanah mangrove dipengaruhi oleh topografi, salinitas dan pasang surut air laut. Habitat mangrove berasal dari akumulasi endapan lumpur dari erosi pantai dan sungai (Arksonkoae 1993). Mangrove tumbuh subur pada tanah yang mengandung lempung atau silt-clay (Hong dan Sand 1993) karena tanah berlempung banyak mengandung unsur hara (Hardjowigeno 1986). Watson dalam Arksankoae (1993) dan FAO (1994) membagi formasi mangrove berdasarkan frekuensi genangannya. Gambaran distribusi jenis – jenis pohon mangrovesecara garis besar menurut Watson seperti dibawah ini:
Gambar 2. Pola distribusi pohon mangrove menurut Watson (1928) dalam Mackinnon et al. (2000). Aa: Avicennia alba; Am: A. marina; Bc: Bruguiera cylindrica; Bg: B. gymnorrhiza ;Bp: B. parviflora; Bs: B. sexangula Ct: Ceriops tagal; Fr: Ficus retusa; Ib: Intsia bijuga Ra: Rhizophora apiculata; Rm: R. mucronata; Sa: Sonneratia alba; Sc: S. caseolaris; Xg: Xylocarpus granatum; Xm: X. moluccensis
249
Zona mangrove merupakan gambaran pola penyebaran mangrove yang sejajar garis pantai. Pola zona mangrove yang sering dijumpai di kawasan pantai Indopasifik menuju daratan adalah zona Avicennia, Sonneratia, Rhizopora, Bruguiera, dan Nypa (Arksonkoae, 1993), sedangkan di pesisir timur India zonanya adalah Avicennia, Bruguiera, Rhizophora, Ceriops, Aegiceras, Lumnitzera dan Xylocarpus (Satyanarayana, et al., 2002). Zona mangrove berguna untuk menjelaskan terjadi perubahan kondisi ekosistem seperti pola aliran air, akresi, dan erosi pada daerah pesisir (Blasco et al., 1996). Selain berfungsi sebagai pelindung pantai, mangrove juga menjaga kualitas air bagi ekosistem padang lamun dan terumbu karang (Rönnbäck, 1999, Sathirathai dan Barbier, 2001) serta mendukung perikanan di pesisir dan lepas pantai (Odum, 1971). Mangrove juga merupakan tempat pemendaman karbon karena memiliki produksi primer yang tinggi (Ewel et al. 1998, Rönnbäck 1999) sebanyak 155 kg C ha-1 hari-1 (Walters et al., 2008) dan hanya 2100 kgC ha-1 tahun-1yang dilepaskan menuju perairan lepas pantai (Ewel et al. 1998) melalui mekanisme pasang surut dan outwelling (Ewel et al. 1998, Rönnbäck 1999). Kurangnya pengetahuan tentang ekologi dan ekonomi mangrove menyebabkan pengelolaan pesisir terabaikan. Hal iniberdampak pada eksploitasi mangrove secara berlebihan (Ewel et al., 1998, Rönnbäck 1999, Sathirathai dan Barbier 2001, Thampanya et al., 2006). Metode – metode penelitian yang sedang berlangsung ini menggunakan metode kuadrat plot dengan bantuan garis transek yang memotong tegak lurus garis pantai. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil observasi menunjukkan bahwa bangunan pengaman pantai yang dibuat oleh DPU Kalimantan Barat sejak 1992 dapat melindungi pantai dari abrasi. Selain itu, bangunan pantai ini membentuk kawasan yang memiliki kestabilan substrat. Adanya kestabilan substrat merupakan salah satu faktor yang mampu membentuk komunitas mangrove. Selain kestabilan substrat, persyaratan terbentuknya mangrove adalah suplai air tawar dan pasang surut yang teratur (Tjut S. Djohan 2011: Pers.com).
Gambar 3. Kondisi pantai terlindungi wave breaker (A) yang ditanami semai Rhizophora sp. (B) dengan jarak teratur. Foto (a)courtesy BWS Kalimantan I (2010), Foto tanaman Rhizophora sp. (b)hasil observasi lapangan.
250
Gambar 4. Kondisi pantai yang terjadi akresi (A) di depan wave breaker yang ditumbuhi semai Avicennia sp. (C) secara alami. Pohon Avicennia sp. (D) mengkolonisasi kawasan dibelakang wave breaker. Untuk menambah efisiensi fungsi bangunan pengaman pantai maka dilakukan pula rekayasa vegetasi (BWS Kalimantan I 2011) dengan penanaman mangrove baik terprogram maupun sukarela oleh berbagai pihak. Penanaman yang dijumpai umumnya menggunakan pohon mangrove jenis Rhizophora sp. dengan jarak tanam yang teratur (Gambar 3.)
Gambar 5. Kondisi pantai terlindungi wave breaker yang dikolonisasi pohon Avicennia sp. (A) dekat laut dan rekayasa vegetasiRhizophora sp. (B) di belakang zona Avicennia sp.
Gambar 6. Dijumpai kehadiran mangrove spesies bogem Sonneratia sp dan bakau Bruguiera sp pada ekosistem mangrove yang mulai stabil.
251
Gambar 7. Sistem perakaran Avicennia sp adalah akar nafas Hasil pengamatan dilapangan memperlihatkan bahwa rekayasa vegetasi menggunakan jenis Rhizophora sp tidak tumbuh optimal dan merana (Gambar 3 dan 5). Pertumbuhan yang tidak optimal ini disebabkan oleh pemilihan spesies bakau Rhizophora sp. yang tidak tepat dan lokasi penanaman yang tidak cocok untuk rekayasa vegetasi di kawasan pantai. Menurut zonasi mangrove oleh Watson, pada kawasan yang berhadapan dengan laut (fringe mangrove) merupakan habitat mangrove jenis api – api (Avicennia sp.), sedangkan Rhizophora sp menempati habitat di pinggir sungai (basin mangrove) atau dibelakang zona Avicennia. Selanjutnya Tjut S. Djohan (2011: Pers.com) menjelaskan bahwa Api – api memiliki kemampuan untuk mereproduksi lebih cepat berdasarkan R dan K strategi, sedangkan perkembangbiakan Rhizophora hanya berdasarkan K strategi. Kemudian beliau menambahkan bahwa apa yang terjadi dengan pertumbuhan alami Avicennia sp. pada zona bagian dekat laut bukan suatu proses invasi namun merupakan kolonisasi. Noor et al. (2006) menginformasikan bahwa Avicennia sp. merupakan salah satu pionir mangrove yang tumbuh walaupun salinitas tinggi. Noor et al. menambahkan bahwa Avicennia sp dapat bergerombol membentuk suatu kelompok (berkoloni) pada tepi pantai yang teduh. Kondisi pantai yang teduh dapat menyebabkan terjadinya akresi yang memungkinkan semai Avicennia sp tumbuh secara alami di depan wave breaker (Gambar 4.). Tipe akar nafas atau pensil pada Avicennia sp (Gambar 7.) sangat berfungsi sebagai perangkap sedimen yang mempengaruhi pembentukan lahan atau akresi dan mengurangi erosi pantai (Blasco et al. 1996). Sedangkan kerapatan mangrove berkontribusi terhadap besarnya luasan akresi, distribusi sedimen, dan tinggi elevasi permukaan (Kumara et al. 2010).Adanya pertumbuhan Avicennia sp yang optimal mempercepat pemulihan ekosistem pantai. Adanya spesies Sonneratia sp. dan Bruguiera (Gambar 6.) mengindikasikan bahwa ekosistem pantai sudah mulai membaik. oleh sebab itu, Avicennia sp. sangat cocok digunakan sebagai rekayasa vegetasi untuk tipe pantai Kalimantan Barat yang teduh, landai, berlumpur dan agak berpasir maupun tipe sejenis di tempat lain.
252
Penanaman dengan jarak tanam teratur merupakan salahsatu faktor yang menyebabkan ketidaksuksesan penanaman mangrove (Tjut S. Djohan 2011: Pers.com). Tjut S. Djohan dan Junun Sartohadi (Pers. com: 2011) menambahkan adanya jarak tanam yang teratur mengakibatkan terbentuknya kanal – kanal yang menyebabkan erosi dan substrat tidak stabil. Jarak tanam juga menyebabkan kerentanan semai pohon mangrove terhadap gelombang. Penanaman mangrove menurut Tjut S. Djohan lebih baik dengan sebaran yang tidak teratur sehingga mengurangi erosi dan menambah perlindungan terhadap semai mangrove. Kegagalan rehabilitasi mangrove di Filipina juga terjadi karena pemilihan lokasi penanaman yang tidak sesuai dan penggunaan semai Rhizophora, sehingga hasil yang diperoleh sangat mengecewakan dengan menghabiskan biaya yang tinggi (Primavera dan Esteban 2008). Pengetahuan ekologi mangrove yang baik akan meningkatkan kesuksesan rekayasa vegetasi.Metode rehabilitasi di setiap lokasi akan berbeda sesuai karakteristik lingkungan biofisik dan sosial setempat. Upaya pemberian pengetahuan dan pemahaman tentang mangrove kepada masyarakat akan melestarikan pemanfaatan sumber daya alam pesisir. Penyediaan informasi kegagalan terdahulu dan penelitian lebih lanjut sangat diperlukan sebagai bahan referensi guna meningkatkan kualitas kesuksesan rekayasa vegetasi pantai. Kesimpulan Penelitian ini menyimpulkan bahwa terbatasnya pengetahuan ekologi mangrove menyebabkan rendahnya kesuksesan penanaman mangrove. Rendahnya kesuksesan ini karena pemilihan spesies yang tidak tepat, pemilihan lokasi yang tidak sesuai, dan sistem jarak tanam yang teratur. Mangrove yang tumbuh dengan optimal akan meningkatkan efisiensi bangunan pengaman pantai sebagai pelindung pantai dari abrasi. Rehabilitasi ekosistem pantai termasuk mangrove mampu meningkatkan kualitas habitat perikanan, mencegah intrusi air laut, melindungi pencemaran perairan laut, dan memendaman karbon yang besar pada ekosistem mangrove. Upaya pemberian pengetahuan dan pemahaman tentang mangrove kepada masyarakat akan melestarikan pemanfaatan sumber daya alam pesisir. Ucapan Terima Kasih Terima kasih disampaikan kepada Mbak Nancy Pramawengrum ST. MT yang telah membantu memberikan informasi mengenai profil pantai abrasi Kalimantan Barat serta saran dan masukannya demi kemajuan penelitian ini. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian disertasi.
253
Daftar Pustaka Akbar, A. A., T. S. Djohan, dan J. Sartohadi. 2008. Ekosistem Mangrove dan Abrasi di Pesisir Kalimantan Barat. Forum Geografi 22 (1): 60 – 71. Alongi, D.M. 2008. Mangrove forests: resilience, protection from tsunamis, and responses to global climate change. Estuarine, Coastal and Shelf Science 76:1-13. Arksornkoae, S. 1993. Ecology and Management of Mangroves. IUCN, Bangkok, Thailand. Blasco, F., P. Saenger, and E.Janodet. 1996. Mangroves as indicators of coastal change. Catena 27(3-4): 167-178. BWS Kalimantan I. 2010. Pengelolaan Sumber Daya Air. Makalah Seminar & Implementasi GNKPA dalam rangka Konservasi SDA dan Pengendalian Daya Rusak Air di Kec. Sungai Raya Kab.Bengkayang, Kalimantan Barat tanggal 5 Agustus 2010. BWS Kalimantan I. 2011. Profil Pantai Kalimantan Barat:Pembangunan Pengamanan Pantai KALBAR Akibat Erosi (Perubahan Garis Pantai Akibat Gelombang Pasang). Satuan Kerja Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Kalimantan I Provinsi Kalimantan Barat. Ewel, K.C., R.R. Twilley, and J.E. Ong. 1998. Different kinds of mangrove forests provide different goods and services. Global Ecology and Biogeography Letters 7(1): 83 – 94. FAO. 1994. Mangroves Forest Management Guidelines.Forestry Paper No. 117, Roma. Field, C.D. 1998. Rehabilitation of mangrove ecosystems: an overview. Marine Pollution Bulletin 37(8-12): 383-392. Hardjowigeno, S. 1986. Status Pengetahuan Tanah-tanah Mangrove di Indonesia. Prosiding Seminar III Ekosistem Mangrove, Denpasar. Hong, P. N. and H. T. San. 1993. Mangroves of Vietnam. IUCN, Bangkok, Thailand. Jimenez, J.A., A.E. Lugo, and G. Cintron. 1985. Tree mortality in mangrove forests. Biotropica 17(3): 177-185. Kumara, M. P., L. P. Jayatissa, K. W. Krauss, D. H. Phillips, and M. Huxham. 2010. High mangrove density enhances surface accretion, surface elevation change, and tree survival in coastal areas susceptible to sea-level rise. Oecologia 164: 545–553. Mackinnon, K., G.Hatta, H.Halim, dan A. Mangalik. 2000. Ekologi Kalimantan. Penhallindo, Jakarta. Mazda, Y., M.Magi, H.Nanao, M.Kogo, T.Miyagi, N.Kanazawa, and D.Kobashi. 2002. Coastal Erosion Due to Long-term Human Impact on Mangrove Forests. Wetlands Ecology and Management 10 : 1 – 9.
254
Mazda, Y., M. Magi, Y. Ikeda, T. Kurokawa and T. Asano. 2006. Wave reduction in a mangrove forest dominated by Sonneratia sp. Wetlands Ecology and Management14: 365-378. Noor, Y. R., M. Khazali dan I N. N.Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Ditjen. PKA dan Wetlands International-Indonesia Programme, Bogor. Primavera, J.H. and J.M.A. Esteban. 2008. A review of mangrove rehabilitation in the Philippines: successes, failures and future prospects.Wetlands Ecology Management16: 345–358. Rönnback, P. 1999. The ecological basis for economic value of seafood production supported by mangrove ecosystems. Ecological Economics 29(2): 235 – 252. Sathirathai, S., and E.B. Barbier. 2001. Valuing mangrove conservation in Southern Thailand. Contemporary Economic Policy 19(2): 109–122. Satyanarayana, B., A.V.Raman, F. Dehairs, C. Kalavati and P.Chandramohan. 2002. Mangrove Floristic and Zonation Patterns of Coringa, Kakinada Bay, East Coast of India. Wetlands Ecology and Management 10: 25 – 39. Thampanya, U., J.E Vermaat, S.Sinsakul, and N. Panapitukkul. 2006. Coastal erosion and mangrove progradation of Southern Thailand. Estuarine, Coastal and Shelf Science 68 (1-2): 75 – 85. Tomlinson, P. B. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge University Press, New York. van Zuidam, R. A. 1985. Aerial Photo-interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping. Smits Publishers, The Hague, Netherlands. Verstappen, H. Th. 1983. Applied Geomorphology: Geomorphological Surveys for Environmental Development. Elsevier Science Publishers B. V., Netherlands. Walters, B.B., P. Roonnbaack, J.M. Kovacs, B. Crona, S.A. Hussain, R. Badola, J.H.Primavera, E. Barbier , and F. Dahdouh-Guebas. 2008. Ethnobiology, socio-economics and management of mangrove forests: A review. Aquatic Botany 89: 220–236. Walton, M. E., L.L. Vay, H. Junemie, J.H. Lebata, J. Binas and J.H. Primavera. 2007. Assessment of the effectiveness of mangrove rehabilitation using exploited and non-exploited indicator species. Biological Conservation 138: 180 –188.