HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWI KEPERAWATAN STIK MAKASSAR TAHUN 2013 FACTORS RELATED TO ANXIETY OF PREGNANT WOMEN IN THE THIRD TRIMESTER IN SITI FATIMAH MATERNITY HOSPITAL MAKASSAR IN 2012 Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan School of Health Sciences (STIK) Makassar, Nursing Sciences Program Indonesia
Hijriani Jamar
Abstrak Kanker payudara di negara berkembang telah mencapai lebih dari 580.000 kasus pada setiap tahunya dan kurang lebih 372.000 pasien atau 64% dari jumlah kasus tersebut meninggal karena penyakit ini. Meningkatnya kejadian kanker payudara disebabkan kurangnya keinginan melakukan deteksi secara dini. Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan payudara sendiri, pemeriksaan klinik dan pemeriksaan mamografi. Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25% - 30%. Penelitian dilakukan di STIK Makassar bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan payudara sendiri pada mahasiswi keperawatan STIK Makassar. Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah sebagian mahasiswi keperawatan semester 6 dan 8 STIK Makassar. Jumlah sampel sebanyak 161 mahasiswi. Pengambilan sampel dilakukan secara proportional systematic random sampling, pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan data diolah dengan menggunakan spss. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan mahasiswi tentang pemeriksaan payudara sendiri cukup (98,1%), sebagian besar (60,2%) lebih banyak tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri dan setengahnya (39,8%)
melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan sesuai. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan payudara sendiri pada mahasiswi keperawatan STIK Makassar dengan nilai ρ (0,563) > α (0,05). Diharapkan kepada mahasiswi agar bisa meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin. Kata kunci: Pengetahuan, Pemeriksaan, Payudara, Deteksi Dini Abstract Psychological factors that most influence the psychology of pregnancy is the mother maturity in facing the labor. The factors that influence anxiety in the third trimester consist of age, educational level, gravida status, knowledge, and family supports. To know the factors related to anxiety of pregnant women in the third trimester in Siti Fatimah Maternity Hospital Makassar. Analytic survey research with cross sectional study to examine the relationship between age, education level, gravida status, knowledge and family supports with anxiety of pregnant women in the third Trimester. Samples in this study were 80 people which sampling method is by accidental sampling. The relationship between maternal age (ρ = 0.003), educational level (ρ = 0.000), gravida status (ρ = 0.002), knowledge (P =
0.033) and family supports (P = 0.005) with anxiety of pregnant women in the third trimester. There is a significant relationship between age, education level, gravida status, knowledge and family supports with anxiety of pregnant women in the third trimester. Keywords: Maternal Age, Educational Level, Gravida Status,Knowledge, Family supports, Anxiety Pendahuluan Dewasa ini pemerintah semakin menggalakkan pemerataan pembangunan di segala bidang. Salah satu sektor yang diperhatikan yaitu sektor kesehatan, terbukti dengan meningkatnya jumlah dan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Pembangunan di bidang kesehatan berdampak meningkatnya usia harapan hidup dan bertambah baiknya keadaan sosial ekonomi masyarakat. Hal ini juga menyebabkan kecenderungan perubahan pola penyakit dari penyakit non-infeksi, degenerasi dan kanker (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta, 2005). Bangsa Indonesia dihadapkan pada dua masalah besar “double burden” artinya disatu sisi kita dihadapkan pada penyakit menular yang sampai saat ini masih belum bisa diatasi dan satu sisi kita dihadapkan oleh peningkatan penyakit tidak menular salah satunya adalah penyakit kanker (Bustam, 2002). Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh secara cepat, ada pula yang tumbuh tidak terlalu cepat, seperti kanker payudara (Pamungkas, 2011). Payudara merupakan aset perempuan yang sangat berharga. Kelainan pada organ ini pastilah merupakan mimpi buruk bagi wanita. Percaya diri lenyap dan tak jarang mempengaruhi hubungan dengan pasangan. Jika seorang wanita menemukan benjolan di payudaranya, pertama-tama tentu akan timbul perasaan khawatir dan selanjutnya
menyikapi dengan berbeda. Setiap benjolan di payudara tentu menimbulkan banyak kekhawatiran, diantaranya kemungkinan adanya kanker, operasi, efek samping radiasi dan kemoterapi sampai kematian (Pamungkas, 2011). Kanker payudara di negara berkembang telah mencapai lebih dari 580.000 kasus pada setiap tahunya dan kurang lebih 372.000 pasien atau 64% dari jumlah kasus tersebut meninggal karena penyakit ini. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 tahun keatas, sedangkan 6% diantaranya kurang dari 40 tahun. Namun banyak juga wanita yang usia 30-an menderita penyakit mematikan ini (Suryaningsih, 2009). Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2002, kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan (insidence rate 38 per 100.000 perempuan), kasus baru yang ditemukan sebesar 22,7% dengan jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia (Depkes RI, 2008). Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, pada tahun 2005 kematian akibat kanker di seluruh dunia mencapai 7 juta orang, 11 juta kasus baru kanker dan 25 juta orang hidup dengan kanker. Diperkirakan pada tahun 2030, kematian akibat kanker meningkat menjadi 17 juta, 27 juta kasus baru dan 75 juta orang hidup dengan kanker. Kanker payudara di Indonesia mempunyai urutan kedua setelah kanker leher rahim. Diperkirakan 10 dari 100.000 penduduk terkena kanker payudara dan 70% dari penderita memeriksakan dirinya pada keadaan stadium lanjut (Ana, 2007). Peningkatan kanker payudara yang paling signifikan seperti yang di dapat dari data sistem informasi rumah sakit (SIRS) 2009 menunjukkan, kejadian kanker payudara mencapai 21,69%, lebih tinggi dari kanker leher rahim.
Salah satu alasan semakin berkembangnya kanker tersebut disebabkan oleh rendahnya cakupan deteksi dini atau screening. Kunci keberhasilan program pengendalian kanker tersebut adalah penapisan (screening) yang diikuti dengan pengobatan yang adekuat. Hal ini berdasarkan fakta bahwa lebih dari 50% perempuan yang terdiagnosa kanker tidak pernah melakukan penapisan (WHO, 2004). Data dari rekam medis rumah sakit kanker Dharmais 2010, saat itu kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan. Di rumah sakit Dharmais sendiri, kanker payudara menduduki peringkat pertama dari 10 kanker terbesar. Hampir 85% pasien kanker payudara datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut. Hal ini akan mempengaruhi prognosis dan tingkat kesembuhan pasien. Padahal jika kanker payudara ditemukan dalam stadium awal, maka tingkat kesembuhan pasien akan sangat baik. Beberapa faktor yang menyebabkan penderita datang memeriksakan dirinya pada keadaan stadium lanjut adalah penderita tidak tahu atau kurang mengerti tentang kanker payudara, kurang memperhatikan payudara, rasa takut akan operasi, percaya dukun atau tradisional dan rasa malas serta malu memperlihatkan payudara (Sudjipto, 2009). Dalam perkembangan teknologi dunia kedokteran, ada berbagai macam cara untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan pada payudara, diantaranya dengan biopsy, thermography, mammography, ductographi, dan USG payudara. Selain itu ada juga cara yang lebih mudah dan efisien untuk dapat mendeteksi kelainan payudara oleh diri sendiri yang di kenal dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Pemeriksaan payudara sendiri merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk mencegah terjadinya kanker payudara yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi (Suryaningsih, 2009). Dalam hal ini perlu adanya suatu pendidikan kesehatan
yang dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan (Notoatmodjo, 2003). Menurut laporan dari Rumah Sakit Umum Provinsi Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, pada tahun 2012 penderita kanker payudara sebanyak 232 kasus. Meningkatnya kejadian kanker payudara disebabkan kurangnya keinginan melakukan deteksi secara dini. Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan payudara sendiri, pemeriksaan klinik dan pemeriksaan mamografi. Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25% - 30% (Saryono dan Pramitasari, 2009). Penelitian yang dilaksanakan oleh Iqbal (2012), terdapat hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudara dengan motivasi melakukan pemeriksaan payudara sendiri pada mahasiswi PSIK FKIK UMY dikategorikan cukup dengan 100 responden yaitu 71,4%. Motivasi mahasiswi melakukan pemeriksaan payudara sendiri menunjukkan bahwa 83 responden memiliki motivasi dalam taraf sedang untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri yaitu 59,3%. Berbeda dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Seftiani (2012), bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan mengenai pemeriksaan payudara sendiri berada dalam kategori baik ; sebagian besar mahasiswi (56,25%) melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan sesuai dan hampir setengah (43,75%) dari responden melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara tidak sesuai ; tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri. Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 270 orang. Cara pengambilan sampel adalah proportional systematic random sampling. Sampel pada penelitian sebanyak 161 orang.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswi keperawatan yang masih aktif kuliah di STIK Makassar, mahasiswi keperawatan yang bersedia menjadi responden, mahasiswi keperawatan semester 6 dan 8 STIK Makassar, jenis kelamin perempuan. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel Independen, pengetahuan dengan menggunakan kuesioner. 9 pertanyaan untuk pengetahuan dengan menggunakan skala Guttman, jika benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Bila mahasiswi bisa menjawab ≥50% jumlah skor yang benar dikategorikan cukup dan bila mahasiswi menjawab <50% jumlah skor yang benar dikategorikan kurang. Sedangkan untuk variabel Dependen, pemeriksaan payudara sendiri, dilakukan bila responden melakukan pemeriksaan payudara sendiri dan rutin dilakukan minimal sebulan sekali, dan tidak dilakukan bila responden tidak pernah melakukan atau
pernah melakukan tapi tidak rutin sebulan sekali. Pengolahan data dilakukan menggunakan komputer dengan Statistical Package For Social (SPSS). Analisa data meliputi univariat dan bivariat.
dengan program Science analisa
Hasil Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 161 orang. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa responden dengan umur paling banyak pada umur 21 tahun sebanyak 43 orang (26,7%) sedangkan yang paling sedkit pada umur 39 tahun sebanyak 1 orang (0,6%), pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (1,9%), dan yang lainnya pengetahuan cukup sebanyak 158 orang (98,1%), untuk pemeriksaan payudara sendiri termasuk dalam kategori tidak dilakukan sebanyak 97 orang (60,2%), dan 64 orang lainnya (39,8%) termasuk dalam kategori dilakukan.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden Variabel
Umur
Pengetahuan Pemeriksaan Payudara Sendiri
Kategori 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun 24 tahun 25 tahun 26 tahun 27 tahun 29 tahun 39 tahun Kurang Cukup Tidak Dilakukan Dilakukan
f 33 43 34 26 7 5 6 3 3 1 3 158 97 64
% 20,5 26,7 21,1 16,1 4,3 3,1 3,7 1,9 1,9 0,6 1,9 98,1 60,2 39,8
Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji Fisher Exact diperoleh nilai ρ (0,563) > α (0,05) dengan demikian maka hipotesis penelitian ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada mahasiswi keperawatan STIK Makassar tahun 2013 (lihat tabel 2). Tabel 2. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Mahasiswi Keperawatan STIK Makassar Tahun 2013 Variabel
Kategori
Pengetahuan
Kurang Cukup
Pembahasan Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher Exact diperoleh nilai ρ (0,563) > α (0,05). Dengan demikian maka hipotesis penelitian ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan payudara sendiri pada mahasiswi keperawatan STIK Makassar. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Seftiani (2012) di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemeriksaan payudara sendiri pada mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Fakultas Padjadjaran. Hal ini disebabkan faktor lain yang dapat mempengaruhi suatu perilaku, diantaranya pengetahuan, kepercayaan, sikap, sumber daya (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata dari 161 responden, terlihat bahwa ada responden yang pengetahuanya cukup baik mengenai pemeriksaan payudara sendiri maka semakin banyak pula responden yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan baik, hal ini sesuai dengan pendapat Kuncoroningrat dalam Nursalam (2002), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah individu menerima informasi
Tidak dilakukan 1 96
%
Dilakukan
%
Nilai ρ
33,3 60,8
2 62
66,7 39,2
0,563
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki maka akan semakin mengarahkanya untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin, hal ini dikarenakan pengetahuan mahasiswi mengenai pemeriksaan payudara sendiri cukup baik sehingga mereka untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin, walaupun masih ada juga responden yang pengetahuannya kurang dan dalam pemeriksaan payudara sendiri kategori dilakukan berjumlah 2 responden (66,7%). Berdasarkan tabel silang dapat diketahui bahwa ada responden yang pengetahuanya kurang tetapi melakukan pemeriksaan payudara sendiri dan ada responden pengetahuannya kurang tapi tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri, dan ada responden yang pengetahuannya cukup tapi melakukan pemeriksaan payudara sendiri dan ada responden yang pengetahuannya cukup tetapi tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Hal ini disebabkan masih adanya mahasiswi yang merasa malas melakukan pemeriksaan payudara sendiri serta ada juga yang menyatakan bahwa agak ganjil karena merasa tabu melakukan pemeriksaan payudara sendiri di rumah karena tidak terbiasa. Semestinya mahasiswi keperawatan berperilaku sesuai dengan apa yang didapatkanya pada saat kuliah diantaranya adalah mempraktekkan hal-hal yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan deteksi dini adanya penyakit ataupun kelainan pada dirinya agar ketika berada di
masyarakat dapat memberikan pendidikan kesehatan yang baik kepada masyarakat karena sangat disayangkan apabila tenaga kesehatan sendiri yang merupakan pilar pertama terbangunya negara yang sehat tapi ternyata tenaga kesehatanya saja tidak mampu mempraktekkan nilai-nilai kesehatan pada dirinya sendiri, keluarganya dan masyarakat yang ada disekitarnya. Sekitar 50% penderita kanker payudara datang sudah dalam kondisi stadium lanjut, hanya 5% wanita di negara berkembang melakukan deteksi dini, dan 40% di negara maju. Hal ini disebabkan oleh penderita tidak tahu atau kurang mengerti tentang kanker payudara, kurang memperhatikan payudara, rasa takut akan operasi, percaya dukun atau tradisional dan rasa malas serta malu memperlihatkan payudara (Sudjipto, 2009). Berdasarkan pernyataan dari Sudjipto, terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan faktor budaya yang membedakan seseorang datang dengan kondisi kanker payudara stadium lanjut. Wanita merasa malu dalam memperhatikan payudara dan menyentuhnya. Pada pemeriksaan payudara sendiri memperhatikan dan melakukan palpasi payudara merupakan komponen yang penting dan tidak terpisahkan. Hal ini, mungkin berkontribusi dalam hal pemeriksaan payudara sendiri pada mahasiswi keperawatan di STIK Makassar yang masih menjunjung tinggi budaya Indonesia. Selain itu, faktor sumber daya juga berpengaruh, dalam hal ini sumber daya yang dimaksud bisa mencakup waktu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Parajuli pada tahun 2010 pada mahasiswi keperawatan B.Sc dari BPKIHS diketahui bahwa sebagian besar mahasiswi melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan nyaman, sedangkan hal yang paling dominan yang menjadi hambatan mereka sehingga tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri adalah kurang pengetahuan. Faktor-faktor lain yang berkontribusi menyebabkan mahasiswi tidak nyaman melakukan pemeriksaan payudara sendiri diantaranya, kurang percaya diri, takut menemukan kelainan, tidak punya
waktu, serta menganggap pemeriksaan payudara sendiri tidak perlu. Peneliti menganisa bahwa selain pengetahuan ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi perilaku seseorang, ini bisa menjadi alasan mengapa pengetahuan tidak berhubungan secara signifikan dengan pemeriksaan payudara sendiri. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar dari tanggal 22 Maret sampai dengan 02 April 2013 dapat disimpulkan bahwa: 1. Mahasiswi keperawatan STIK Makassar sebagian besar memiliki pengetahuan cukup (98,1%) tentang pemeriksaan payudara sendiri 2. Mahasiswi keperawatan STIK makassar lebih banyak tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebagian besar (60,2%), dan setengahnya (39,8%) melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan sesuai 3. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan payudara sendiri dengan nilai ρ (0,563) > α (0,05) Saran 1. Diharapkan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar agar terus meningkatkan pendidikan kesehatan khususnya pendidikan kesehatan wanita mengenai pemeriksaan payudara sendiri sebagai deteksi dini kanker payudara. 2. Diharapkan kepada mahasiswi agar bisa meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin. Belajar memeriksa payudara secara benar dapat menyelamatkan hidup wanita. Karena itu penting sekali pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setiap bulan. 3. Bagi Institusi Pendidikan, perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai pengetahuan yang melatarbelakangi pemeriksaan payudara sendiri sebagai langkah awal deteksi dini kanker payudara.
Daftar Pustaka Ana K, 2007, Panduan Lengkap Kesehatan Wanita, Gala Ilmu Semesta, Yogyakarta. Bustam, 2002, Kupas Tuntas Kanker Payudara, Paradigma Indonesia, Jogjakarta. Bustan M.N, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta. Depkes RI, 2008, Deteksi Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara, (online), (http//:www.litbang.depkes.go.id, diakses 12 Februari 2013). Esse Puji, dkk, 2013, Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 9, Makassar. Fajar Ibnu, dkk, 2009, Statistika Untuk Praktisi Kesehatan, Graha, Jakarta. Handayani S, 2008, Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku Para Wanita Dewasa Awal Dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri Di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten. Hidayat Alimul A, 2011, Metode Penelitian Keperawatandan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta. Iqbal M. 2012, Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Motivasi Untuk Melakukan SADARI pada Mahasiswi PSIK FKIK UMY, Yogyakarta. Lusa, 2009, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI), (online), (http://www.lusa.web.id/pemeriksaanpayudara-sendiri-sadari/, diakses 02 Maret 2013). Nursalam, 2002, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo S . 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Potter dan Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik, Vol.1, E/4, EGC, Jakarta. Parajuli P, 2010, Knowledge About Breast Cancer and Breast Self Examination Practices Among Medical, Dentil and B.Sc Nursing Students of BPKIHS, Health Renaissance. Pamungkas Z, 2011, Deteksi Dini Kanker Payudara, BukuBiru, Jogjakarta. Rahmatan H. 2011. Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Siswi SMK Negeri Maryge Kabupaten Kolaka Utara Sulawesi Tenggara. Skripsi tidak diterbitkan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar. Riyanto Agus, 2011, Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta. Rostia CH dan CancerHelps, 2012, Solusi Cerdas Mencegah dan Mengobati Kanker, P.T. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Saryono dan Pramitasari, 2009, Perawatan Payudara Dilengkapi Dengan Deteksi Dini Terhadap Penyakit Kanker Payudara, Nuha Medika, Yogyakarta. Setiati Eni, 2009, Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita, C.V. Andi Offset, Yogyakarta. Sudjipto, 2009, Permasalahan Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Payudara, (online), (http://www.dharmais.co.id, diakses 16 Februari 2013). Suryaningsih, 2009, Tumor ganas pada wanita, Patologi Anatomi FKUI, Jakarta. Seftiani D, 2012, Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku SADARI pada Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat. WHO (World Health Organization), 2004, Breast Cancer : Prevention And Control,(online),(http://www.who.int/c ancer/detection/breastcancer/en/indexl. html, diakses 25 Februari 2013).
Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta, 2005, SADARI 5 Menit Untuk Payudara dan Hidup Anda, (online), (http://www.pitapink.com/id/skrining.p hp, diakses 25 Februari 2013).