perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TAYANGAN SINETRON “GO BMX” DAN PERILAKU MENIRU (Hubungan Menonton Sinetron GO BMX dengan Perilaku Meniru pada Anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres, Surakarta) (Heri Santoso dan Aryanto Budhy Sulihyantoro) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan menonton sinetron “Go BMX” dengan perilaku meniru pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres, Surakarta. Penelitian ini menitikberatkan pada jenis penelitian penjelasan (explanatory), yang artinya meneliti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan anak berusia di bawah atau sama dengan 15 tahun yang bertempat tinggal di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres Surakarta berjumlah 67 orang, semua populasi dalam penelitian ini diambil semua untuk diteliti atau disebut dengan penelitian populasi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan studi kepustakan. Uji instrument menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data menggunakan uji statistic korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukan tayangan sinetron Go BMX sangat disenangi sebagian besar responden, terbukti ada 57 responden (85,1%) menyatakan senang menonton tayanan sinetron Go BMX. Faktor lingkungan sebagai variabel kontrol tergolong kategori tinggi yaitu 51 responden atau 76,1% dalam bermain atraksi sepeda dilatar belakangi dari lingkungannya. Perilaku meniru seperti yang ada dalam sinetron Go BMX pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan Jebres Surakarta, tergolong tinggi, sebanyak 50 responden (74,6%), yang menyatakan dalam berperilaku sehari-hari sangat dipengaruhi oleh tayangan sinetro Go BMX. Koefisien korelasi antara tayangan sinetron Go BMX (X) dengan perilaku meniru (Y) sebesar 0,747 berarti hubungannya kuat dan searah. Koefisien korelasi antara lingkungan (Z) dengan perilaku meniru (Y) sebesar 0,592 berarti hubungannya cukup kuat dan searah, sehingga hipotesis yang berbunyi: (1) Ada hubungan tayangan sinetron Go BMX dengan perilaku meniru pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres, Surakarta, terbukti. (2) Ada hubungan lingkungan dengan perilaku meniru pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres, Surakarta, terbukti. Kata kunci: tayangan sinetron Go BMX, lingkungan, dan perilaku meniru ABSTACT This study aimed to analyze the relationship to watch soap operas "Go BMX" by imitating the behavior of the children in Kampung Need RW III Gandekan, Jebres. This commit to user study focuses on this type of research explanations (explanatory), that which examines the relationship between the variables of research and testing hypotheses that have been formulated. The population in this study is the overall child under or equal to 15 years
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
residing in Kampung Need RW III Gandekan, Jebres totaling 67 people, all populations in this study were taken all to be researched or known to the population research. Data collection techniques using questionnaires and studies kepustakan. Test instrument using validity and reliability. Data were analyzed using statistical test product moment correlation. The results showed sinetron Go BMX is favored most respondents, proved there are 57 respondents (85,1%) expressed a great time watching soap operas tayangan Go BMX. Environmental factors as control variables classified as high category, 51 respondents or 76,1% in the bicycle tricks played against the background of the environment. Imitative behaviors such as those in soap operas Go BMX on children in Kampung Need RW III Gandekan Jebres, is high, as much as 50 respondents (74.6%), which is expressed in everyday behavior is strongly influenced by the impressions sinetron Go BMX. The correlation coefficient between the sinetron Go BMX (X) by imitating the behavior of (Y) of 0,747 means a strong and direct relationship. The correlation coefficient between the environment (Z) with imitative behaviors (Y) of 0,592 means the relationship is quite strong and direct, so the hypothesis: (1) There was a sinetron Go BMX with imitative behaviors in children in Kampung Need RW III Gandekan, Jebres, proved. (2) There is a relationship with the environment mimic the behavior of the children in Kampung Need RW III Gandekan, Jebres, proved. Keywords: Impressions Sinetron Go BMX, Environment, and Mimicking Behavior PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sebagai media komunikasi massa, televisi memiliki khalayak penonton dari berbagai usia yang berbeda. Namun diasumsikan bila dilihat dari kuantitas pemirsa yang menonton televisi, tampak jumlah pemirsa usia anak-anak lebih banyak dibanding pemirsa usia dewasa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wawan Kuswandi (1996:63) pesawat televisi yang terdaftar secara resmi mencapai 9 juta dan diperkirakan secara keseluruhan berjumlah 14 juta. Dengan melihat rasio pemilik televisi serta data demografi yang menunjukkan 37% penduduk Indonesia berusia 0-14 tahun, maka disimpulkan bahwa penonton televisi terbanyak adalah anak-anak. Pengaruh televisi tidak hanya ditentukan oleh isi program masing-masing tetapi oleh suasana yang diciptakan televisi pada umumnya. Lepas dari program mana yang ditonton, seseorang yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di depan layar televisi pasti berbeda dengan orang yang tidak pernah menonton televisi. Perbedaan ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang tergeser oleh televisi. Tayangan televisi seperti film, sinetron, dan lain-lain dibuat semenarik mungkin untuk menarik perhatian anak, baik itu dalam cerita maupun dalam penyajiannya. Alur cerita film maupun sinetron dibuat sederhana agar mudah dipahami oleh anak sesuai dengan perkembangan pikiran dan fantasinya. Munculnya beberapa film maupun sinetron layak di waspadai. Sinetron Go BMX misalnya, adegan dalam sinetron tersebut commitcenderung to user atraksi sepeda disertai dengan kekerasan yang identik sebagai sosok jagoan yang bernama si Jack. Sinetron Go BMX
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang diputar di MNCTV setiap malam ini sebenarnya untuk orang dewasa, yang terkesan dipaksakan untuk tayangan anak-anak. Berbagai aktraksi sepeda dalam adegan sinetron Go BMX diduga telah merubah perilaku anak-anak, tidak jarang anak-anak meniru adegan atraksi sepeda yang dilakukan si Jack, Udin, Adol dan teman-temannya, seperti memutar-mutarkan stang, membolak-balikan sepeda dengan kaki dan lain-lain. Oleh sebab itu orangtua perlu menyeleksi acara televisi yang akan ditonton anak-anaknya, serta harus setia dan mengajarkan anak-anaknya untuk tidak perlu meniru bagian-bagian tertentu dari tayangan yang ditampilkan dalam sebuah sinetron. Seperti yang dijelaskan oleh Faris, (1997: 3) bahwa kecenderungan anak adalah meniru apa yang dilihat, bukankah cara belajar anak-anak pertama adalah meniru terhadap apa yang dilihat atau sering dikatakan para psikolog “what they see is what they do” (apa yang lihat adalah apa yang mereka kerjakan). Adanya hubungan interaksi manusia sebagai makhluk individual dan faktor perilaku imitasi tersebut maka pengaruh media televisi terhadap anak dinilai sudah cukup mencemaskan dan perlu mendapat perhatian serius dari orang tua, sebab selain mengurangi jam tidur yang berakibat terganggunya kesehatan juga mempengaruhi psikologi mental anak dan perilaku yang meniru setelah anak menonton tayangan televisi tersebut. Sebaiknya orang tua memberikan batasan terhadap anak–anak disaat menonton televisi. Batasan itu bisa berupa apa, kapan, dan seberapa banyak menonton acara televisi juga akan mengajarkan pada anak bahwa mereka harus memilih (acara yang paling digemari), menghargai waktu dan pilihan, serta menjaga keseimbangan kebutuhan mereka. Hal itu dilakukan agar sasaran tercapai, disiplin dan pengawasan orang tua mutlak diperlukan. Sayangnya, unsur pengawasan ini yang sering jadi titik lemah orang tua yang sibuk dengan pekerjaan. Keadaan yang demikian ini juga terjadi di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres Surakarta. Kebanyakan orang tua pada sibuk dengan pekerjaannya, akibatnya banyak anak-anak yang kurang mendapat perhatian maupun pengawasan dari orang tua. Anak-anak bisa bebas berperilaku menirukan apa yang dilihatnya walaupun perilaku tersebut dapat membahayakan dirinya. Sesuatu yang dilakukan pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan Surakarta, dari hasil pengamatan peneliti, diketahui banyak yang melakukan atraksi sepeda, seperti halnya memutar-mutarkan stang sepeda, mengangkat-angkat sepeda dengan kaki dan tangannya, mengetril dengan landasan papan, kebut-kebutan sepeda dengan temannya dan lain-lain. Berdasarkan atas pemahaman bahwa televisi merupakan media yang cukup penting dan efektif dalam memberikan peranan hiburan termasuk kepada anak anak sedangkan masa kanak-kanak adalah masa dimana seseorang masih belum mampu berfikir secara logis sepenuhnya, masih suka menirukan tokoh, masih suka dengan khayalan, dan sedang dalam tahap belajar sehingga sering menampilkan perilaku imitasi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: Tayangan Sinetron “GO BMX” dan to GO userBMX dengan Perilaku Meniru Perilaku Meniru (Hubungan Menontoncommit Sinetron pada Anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres, Surakarta).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis hubungan menonton sinetron “Go BMX” dengan perilaku meniru pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres, Surakarta; (2) menganalisis hubungan lingkungan dengan perilaku meniru pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres, Surakarta. TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Media Televisi Media televisi dapat menimbulkan pengaruh, sebagaimana yang diungkakan oleh R. Mari’at dari Universitas Padjajaran yang dikutib Effendy (1998: 162), bahwa “Acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan prasarana para penonton”. Khalayak umum yang rentan terhadap pengaruh televisi adalah anak-anak, karena anakanak belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak serta mana yang patut untuk ditiru dan mana yang harus ditinggalkan. Biasanya anak-anak menerima tayangan-tayangan yang dilihat secara polos dan apa adanya. Tidak mustahil bila anakanak mudah terpengaruh oleh tayangan sinetron. Kenyataan tersebut dapat diasumsikan bahwa sinetron yang ditayakan televisi mempunyai kemampuan potensial dalam mempengaruhi penontonnya, terutama pada anak-anak. Anak-anak pada dasarnya menerima tayangan-tayangan yang dilihat secara polos dan apa adanya karena mereka belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, serta mana yang patut untuk ditiru dan mana yang harus ditinggalkan. Pikiran dan fantasi anak dalam keadaan normal akan berkembang secara berangsurangsur sejalan dengan perkembangan fisiknya. Perkembangan fisik dari anak-anak dipengaruhi juga oleh apa yang didengar, yang dibacanya serta yang dilihatnya. Anak menyukai fantasi karena anak sangat terpengaruh dengan akal budaya yang masih sangat bertaraf sederhana, sehingga ia tidak mampu menyelami perasaan dan pikiran orang lain. Anak-anak masih belum memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu pula menempatkan diri dalam kehidupan batiniah orang lain. Anak-anak maupun remaja adalah orang yang mudah terpengaruh oleh adegan film atau sinetron. Dengan kenyataan tersebut dapat diasumsikan bahwa adegan dalam film atau sinetron mempunyai kemampuan potensial dalam mempengaruhi penontonnya. Anakanak cenderung lebih menyukai film-film ataupun sinetron dibandingkan acara-acara lain seperti musik, kuis. Mereka lebih cenderung memilih menonton televisi yang menyajikan film-film atau sinetron yang sarat dengan adegan berbahaya, kekerasan dan perkelahian, seperti sinetron Go BMX, jika anak-anak sering menonton adegan-adegan tersebut dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi psikis mereka. Perilaku Meniru
commit to user Perilaku meniru termasuk dalam identifikasi psikologis. Identiikasi psikologis adalah mekanisme psikologis, dimana seseorang (terutama anak-anak) mencoba membentuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
identitas dirinya dengan cara mengadopsi secara total figur-figur idialnya (idola) untuk dijadikan identitasnya (Yaman, 2008, 4). Seorang cenderung mengidentifikasikan (menyamakan) dirinya dengan mereka yang dihargai, dihormati dan diidolakan, dan sebagai konsekwensinya seseorang akan dipengaruhi perilaku tokoh idola itu. Seorang anak ingin berperilaku seperti tokoh yang dilihatnya dan ingin berbuat dan apa yang difikirkan dan diperbuat oleh idolanya. Bila imitasi hanya meniru hal-hal yang bersifat lahir, identifikasi meniru perilaku kejiwaan tokoh panutannya. Identifikasi adalah tingkat yang lebih dalam dari imitasi. Yabina (2006:4) menjelaskan bahwa imitasi hanya meniru perilaku luar seperti dandanan pakaian dan rambut, identifikasi lebih dalam menyangkut mengidap mentalitas dibalik perilaku lahir itu, jadi gaya rambut dan pakaian yang ditiru itu bukan sekedar ikut-ikutan tetapi memang sudah menjadi bagian dari perilakunya sendiri. Sejalan dengan perkembangan usia, anak dan banyaknya rangsang-rangsang sosial di sekitar kehidupan anak, maka anak yang semula lebih mengidolakan orang tua sebagai figur yang terdekat tidak lagi menjadikan orang tua sebagai tokoh idolanya. Anak mulai menemukan idialitas lain yang lebih sesuai dengan hasrat perkembangan sosialnya. Anak menemukan tokoh idialitasnya dari televisi, bacaan, iklan, internet, sinetron, film yang belum tentu sesuai dengan nilai cultural, agama dan konsep pendidikan kita. Jika hal ini telah mulai terjadi pada anak-anak, maka hak orang tua adalah melakukan filterisasi dan intervensi secukupnya untuk mengarahkan, agar anak-anak tidak terperosok pada pemilihan idola yang salah. Namun demikian menurut Yaman (2008:4) orang tua tidak berhak untuk mencegah atau melarang anak menemukan idialitas dan identitasnya yang ia pungut dari kehidupan di sekitarnya. Perilak meniru anak bisa dilakukan setelah menyaksikan tayangan televisi, seperti halnya tayangan sinetron Go BMX, bisa jadi dalam diri anak-anak atau remaja akan terjadi suatu perilaku untuk meniru tokoh-tokoh dalam sinetron Go BMX tersebut. Perilaku meniru ini tidak luput dari pengaruh yang ditimbulkan oleh adegan sinetron itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Sigmund Freud (dalam Rakhmat, 2001: 31), bahwa perilaku merupakan hasil interaksi 3 sub sistem kepribadian manusia id, ego, dan super ego. Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia. Ego merupakan mediator antara hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistic. Super ego merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakat. Tayangan sinetron pada dasarnya menyajikan dunia fantasi. Menurut Kartini Kartono (1990: 138), anak-anak menyukai fantasi karena akal budi anak-anak masih bertaraf sederhana, sehingga ia tidak mampu menyelami perasaan dan pikiran orang lain. Ia belum mampu memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu pula menempatkan diri ke dalam kehidupan batiniah orang lain. Pengimitasian Pengimitasian menurut Tjandrasa, (1988: 140), merupakan “kemampuan untuk meniru orang lain yang menjadi alasan utama perkembangan kecerdasan dan tehnologi umat commit to useruntuk mempelajari hal yang baru”. manusia, sebab meniru merupakan cara yang efisien Pengaruh pertama yang kelihatan jelas adalah pemirsa bila melihat secara berulangulang perilaku tokoh-tokoh idolanya cenderung meniru perilaku itu, karena salah satu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perkembangan perilaku seseorang dihasilkan dari contoh mereka yang lebih dewasa, orang tua, keluarga, guru, orang lain, dan masyarakat di sekelilingnya, dan dalam era komunikasi ini dapat ditambahkan mass-media sebagai faktor yang sangat berpengaruh lebih dari yang lain karena dilihat terus menerus dan berulang-ulang. Tampak dengan jelas TV sangat kuat pengaruhnya karena bukan sekedar disajikan dalam bentuk tulisan yang dibaca atau bunyi kata-kata saja, tetapi disajikan dalam bentuk gambar visual yang hidup dan berwarna-warni. Seusia anak-anak maupun remaja memang rentan terhadap peniruan. Dalam penelitian ini akan lebih banyak membahas pada efek behavioral yaitu perilaku yang dapat diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku. Adapun efek behavioral yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa peniruan perilaku seperti yang terdapat dalam adegan sinetron Go BMX yang dilakukan oleh anak-anak maupun remaja. Tayangan sinetron atau film-film, anak-anak ataupun remaja menemukan semacam sarana untuk mengidentifikasikan dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh Rektor IKIP Jakarta , A. Suhaenah Suparno (1997: 12), sebagai berikut : Dalam menuju dewasa, anak belajar lewat peniruan, penguatan melalui tokoh-tokoh identifikasi. Dan sinetron atau film anak potensial menyodorkan tokoh-tokoh identifikasi tersebut, diperkuat dengan sifatnya yang disajikan secara berulang-ulang sesuai dengan kemampuan media dalam menjalankan fungsi persuasinya. Dalam tayangan sinetron Go BMX terdapat adegan-adegan perilaku yang sebenarnya kurang layak untuk ditonton pemirsa seusia anak-anak, seperti berkelahi, pacaran, bertindak kasar, mencelakakan orang lain dan perilaku-perilaku negatif laininya. Tentu saja hal ini bisa berdampak buruk pada perilaku anak. Semua itu tidaklah lepas dari kenyataan bahwa anak dalam menerima pesan masih sangat polos. Dengan timbulnya minat terhadap orang lain pada umumnya dan anak lain pada khususnya maka terjadilah perbuatan meniru pada si anak. Teori peniruan hampir sama dengan teori identifikasi. Dalam teori identifikasi dikatakan bahwa manusia merupakan pemain peranan yang berusaha memuaskan egonya dengan menambahkan peranan yang memuaskan dirinya. Perilaku peniruan akan semakin intens bila hal itu mendatangkan kepuasan bagi dirinya. Melalui proses imitasi penonton sebuah media akan meniru, mencoba, ikut-ikutan terhadap apa yang dilihatnya. Jadi kelakuan meniru itu membawa efek positif (menyenangkan, menguntungkan, dan memuaskan) bagi pelaku maka tindakan itu akan diulangi lagi. Kerangka Pemikiran Televisi merupakan media komunikasi yang banyak disaksikan oleh masyarakat saat ini, termasuk diantaranya adalah anak-anak. Media televisi memiliki berbagai tayangan khusus termasuk tayangan khusus sinetron anak yang memiliki karakteristik sendiricommit to useranak merupakan suatu cerita yang sendiri. Sebagaimana dengan karya sastra, sinetron memiliki unsur-unsur intriksik seperti tokoh, plot atau laur cerita, setting, serta gaya komunikasi yang dianggap sesuai dengan penontonnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam menampilkan isi cerita, pada umumnya sinetron akan dikemas semenarik mungkin dengan menampilkan tokoh-tokoh yang unik atau memiliki karakter yang khas. Penokohan tersebut seringkali bersifat fiktif ataupun non fiktif yang memiliki daya tarik tersendiri bagi penonton. Melalui tayangan sinetron anak, terjadi komunikasi antara pembuat cerita dengan anak dalam bentuk komunikasi audio visual. Pembuat cerita memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasannya melalui cerita yang diamati anak secara terus-menerus sampai selesainya ceritera yang disampaikan. Masa anak-anak tingkat usia dasar pada khususnya yang berumur 6-12 tahun yang menjadi penggemar cerita sinetron anak masih berada dalam fase awal belajar pembentukan sikap sikap, belajar bergaul dengan teman-teman sebaya, belajar peranan, membentuk keterampilan dasar seperti belajar membentuk konsep-konsep yang perlu untuk hidup sehari-hari, membentuk hati nurani, nilai moral dan nilai sosial, memperoleh kebebasan pribadi, membentuk sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga. Anak pada fase ini masih gemar meniru apa yang dilihat dan didengarnya tanpa mampu berfikir rumit. Dengan demikian, maka komunikasi yang disampaikan media televisi melalui tokoh-tokoh dalam sinetron anak akan mudah ditangkap anak mentah-mentah untuk membentuk perilaku tiruan atau perilaku imitasi pada anak. Kerangka pemikiran, dimaksudkan agar pemecahan masalah dalam penelitian ini akan lebih terarah. Adapun kerangka dasar pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Variabel Bebas
Variabel Terikat
Tayangan Sinetron “Go BMX”
Perilaku Meniru
Variabel Kontrol Lingkungan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menitikberatkan pada jenis penjelasan (explanatory), yang artinya hubungan tayangan sinetron Go BMX dan lingkungan dengan perilaku meniru dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian ini lebih terfokus pada penelitian lapangan dengan menggunakan metode survai yakni informasi dikumpulkan dari sebagian populasi yang selanjutnya dinamakan sampel untuk mewakili seluruh populasi dan ditunjang dengan kepustakaan untuk menggali teori-teori dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini. commit to user Penelitian ini, dilakukan di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres, Surakarta. Populasi dalam penelitia ini adalah keseluruhan anak berusia di bawah atau sama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan 15 tahun yang bertempat tinggal di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres Surakarta berjumlah 67 orang dan semua populasi ini diambil semua untuk diteliti. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner, studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji statistik korelasi product moment. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyajian variabel data hubungan tayangan sinetron Go BMX, dan lingkungan dengan perilaku meniru pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres Surakarta, dapat dilihat tabel sebagai berikut: 1. Tayangan Sinetron Go BMX Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menonton Sinetron Go BMX di MNCTV Kategori Interval Frekuensi Persentase (%) Tinggi 28 – 36 57 85,1 Sedang 20 – 27 10 14,9 Rendah 12 – 19 Jumlah 67 100 Sumber : Jawaban Pertanyaan no. 1 – 12 Berdasarkan tabel 1 tersebut, menunjukkan bahwa dari 67 responden yang menjadi sampel, terdapat 57 responden atau 85,1% yang mempunyai kesenangan terhadap tayangan sinetron Go BMX yang ditayangkan oleh MNCTV, artinya responden sebagian besar memilih alternatif jawaban a. Sedang yang termasuk kategori sedang, disini dapat penulis katakan, bahwa dalam diri responden itu hanya bila ada kesempatan atau waktu saja untuk menonton sinetron Go BMX. Hal ini tampak dari beberapa pertanyaan yang penulis ajukan kepada responden sebagian kecil alternatif yang pilih adalah butir b. Jumlah responden dalam kategori sedang sebesar 10 responden atau 14,9% dari 67 responden. 2. Lingkungan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Lingkungan Kategori Interval Frekuensi Persentase (%) Tinggi 12 – 15 51 76,1 Sedang 9 – 11 8 11,9 Rendah 5–8 8 11,9 Jumlah 67 100 Sumber : Jawaban Pertanyaan tentang Lingkungan no. 1 – 5. Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa dari 67 responden yang menjadi sampel, terdapat 51 responden atau 76,1% dalam bermain sepeda seperti dalam tayangan sinetro Go BMX di MNCTV menirukan teman-temannya. Artinya sebanyak 51 responden di Kampung Butuh RW III Gandekan Jebres Surakarta, dalam bermain atraksi sepeda dilatar belakangi dari lingkungannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Perilaku Meniru Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Meniru Kategori Tinggi Sedang Rendah
Interval 19 – 24 14 – 18 8 – 13
Frekuensi Persentase (%) 50 74,6 16 23,9 1 1,5 Jumlah 67 100 Sumber : Jawaban Pertanyaan tentang Perilaku Meniru no. 1 – 8. Berdasarkan tabel 3 tersebut, menunjukkan bahwa dari 67 responden, terdapat 50 responden atau 74,6% dalam berperilaku sehari-hari sangat dipengaruhi oleh tayangan sinetro Go BMX di MNCTV. Artinya sebanyak 50 anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan Jebres Surakarta, setelah menonton tayangan sinetron Go BMX di MNCTV tingkah lakunya menirukan para tokoh-tokoh di sinetron Go BMX. Perilaku yang ditunjukkan oleh anak-anak tersebut dalam kehidupannya sehari-hari, antara lain: memainkan sepeda dengan trik memutar balikan stang, melepas stang, mengangkat roda depan, dan dalam berbicara meniru tokoh-tokohnya, seperti kata “ibarat kata”. Anak-anak dalam berbicara dengan teman-temannya terlebih dahulu mengungkapkan kata “ibarat kata”. Selain itu, anak-anak juga memiliki barangbarang yang serupa dengan barang-barang yang dimiliki para tokoh sinetron Go BMX. Barang-barang yang dimiliki anak-anak, seperti halnya helm sepeda, kaos tangan, pelindung siku tangan, pelindung lutut, dan topi. Perilaku meniru dalam kategori sedang, yang dilakukan oleh anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan Jebres Surakarta sebanyak 16 anak atau 23,9%, artinya bahwa anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan Jebres Surakarta dalam berperilaku sehari-hari itu tidak sepenuhnya menirukan adegan-adegan yang dilakukan para tokoh sinetron Go BMX. Dalam arti anak-anak tidak setiap hari bermain sepeda seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam sinetron Go BMX. Anak-anak saat menonton sinetron Go BMX kadang-kadang langsung menirukan adegan tokoh yang ada di dalamnya. Perlengkapan atau peralatan bermain sepeda yang dimiliki anak-anak tidak lebih dari satu, dan sepeda yang dimilikinya anak-anak tidak sama dengan tokoh dalam sinetron Go BMX namun hanya mirip-mirip saja. Perilaku meniru yang dilakukan anak-anak Kampung Butuh RW III Gandekan Jebres yang termasuk kategori rendah, hanya ada 1 responden atau 1,5%. Artinya anak ini dalam berperilaku sehari-hari itu tidak terpengaruhi oleh tayangan sinetron Go BMX di MNCTV, ikut bermain sepeda karena diajak oleh teman-teman, bila tidak diajak, anak tersebut tidak bermain sepeda. Naik sepeda bila ada perlunya saja. Anak tersebut tidak memiliki sepeda yang mirip dengan yang ada dalam Sinetron Go BMX, dan juga tidak mempunyai peralatan atau perlengkapan bermain sepeda yang mirip dalam Sinetron Go BMX. Pengujian Hipotesis
commit to user Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan menonton sinetron “Go BMX” dengan perilaku meniru pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta. Untuk dapat mencapai tujuan penelitian tersebut, maka peneliti melakukan analisis data yang terkumpul dengan cara statistik dan memakai taraf signifikansi 5% atau taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil perhitungan analisis data menggunakan bantuan komputer program SPSS Versi 18, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Korelasi Tayangan Sinetron Go BMX, dan Lingkungan dengan Perilaku Meniru Correlations Tayngan Go Lingkungan Perilaku BMX (X) (Z) Meniru (Y) X Pearson Correlation 1 .427** .747** Sig. (2-tailed) .000 .000 N 67 67 67 ** Z Pearson Correlation .427 1 .592** Sig. (2-tailed) .000 .000 N 67 67 67 ** ** Y Pearson Correlation .747 .592 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 N 67 67 67 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Data primer diolah. Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi product moment tersebut, dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1. Koefisien korelasi antara tayangan sinetron Go BMX (X) dengan perilaku meniru (Y) Dari hasil analisis korelasi product moment diperoleh nilai korelasi sebesar 0,747. Untuk menafsir angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut: 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Cukup 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat Korelasi sebesar 0,747 mempunyai maksud hubungan antara tayangan sinetron Go BMX dengan perilaku meniru tergolong kuat dan searah, karena hasilnya positif. Artinya jika tayangan sinetron Go BMX meningkat maka perilaku meniru responden juga meningkat. Sebaliknya jika tayangan sinetron Go BMX menurun maka perilaku meniru juga akan menurun. 2. Koefisien korelasi antara lingkungan (Z) dengan perilaku meniru (Y) Dari hasil analisis koefisien product moment diperoleh nilai korelasi sebesar 0,592. Untuk menafsir angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut: 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah commit to user 0,40 – 0,599 Cukup 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Korelasi sebesar 0,592 mempunyai maksud hubungan antara lingkungan dengan perilaku meniru responden masuk dalam kategori cukup dan searah, karena hasilnya positif. Artinya jika lingkungan meningkat maka perilaku meniru responden juga meningkat. Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi product moment tersebut, menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan: 1. Ada hubungan tayangan sinetron Go BMX dengan perilaku meniru pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres, Surakarta, terbukti. 2. Ada hubungan lingkungan dengan perilaku meniru pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres, Surakarta, terbukti. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh tayangan sinetron Go BMX terhadap perilaku meniru pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan, Jebres, Surakarta, dapat ditarik kesimpulan bahwa tayangan sinetron Go BMX sangat disenangi sebagian besar responden, terbukti ada 57 responden (85,1%) menyatakan senang menonton tayangan sinetron Go BMX yang ditayangkan oleh MNCTV. Tingkat ketertarikan responden dalam hal ini Anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan Jebres Surakarta terlihat dari senangnya menonton sinetron Go BMX, saat menonton anak-anak selalu mengajak teman-temannya. Anak-anak juga tertarik dengan adegan yang dimainkan oleh tokoh Sinetron Go BMX. Frekuensi menonton sinetron Go BMX dalam satu minggu mayoritas sebanyak enam kali, dengan intensitas dari awal hingga akhir, sehingga menjadikan responden mudah dalam memahami jalan ceritanya. Faktor lingkungan dari hasil penelitian menunjukan 51 responden atau 76,1% dalam bermain sepeda menirukan teman-temannya. Artinya sebanyak 51 responden di Kampung Butuh RW III Gandekan Jebres Surakarta, dalam bermain atraksi sepeda dilatar belakangi dari lingkungannya, dalam hal ini ikut-ikutan teman. Bermain sepeda dapat menjadikan responden mudah bergaul dengan teman-temannya. Tidak hanya bermain sepeda saja yang ditiru oleh responden, tetapi juga meniru perlengkapan yang dimiliki oleh teman-temannya. Perilaku meniru seperti yang ada dalam sinetron Go BMX pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan Jebres Surakarta, tergolong tinggi, yaitu sebanyak 50 responden (74,6%). Anak-anak saat menonton sinetron Go BMX langsung menirukan adegan yang ada di dalamnya, seperti mengungkapkan kata-kata “ibarat kata”, “ya, ya, ya….”. Perilaku anak-anak dalam kesehariannya setelah menonton tayangan sinetro Go BMX di MNCTV diungkapkan dengan memunculkan ide baru dalam bermain, memiliki sepeda yang mirip dalam sinetron dan memiliki peralatan atau perlengkapan bermain yang mirip dalam sinetron. Saran
commit to user 1. Terbuktinya tayangan sinetron Go BMX berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku meniru pada anak-anak di Kampung Butuh RW III Gandekan Jebres
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta, untuk itu para orang tua atau anggota keluarga hendaknya senantiasa memberikan pengarahan kepada anak-anaknya kaitannya dengan hal-hal yang boleh ditiru dan yang tidak boleh ditiru dari tayangan sinetron Go BMX. 2. Faktor lingkungan mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan perilaku meniru responden, untuk itu hendaknya lingkungan senantiasa diperhatikan baik dari segi positif maupun negatifnya bagi anak-anak. 3. Sebagian besar responden menyatakan senang melihat tayangan sinetron Go BMX. Untuk itu adegan-adegan yang berbahaya tidak perlu ditayangkan.
DAFTAR PUSTAKA Effendy, Onong Uchjana, 1998, Komunikasi dan Perubahan, Bandung : Alumni. Fahmi, Alantas, A., 1997, Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa, Jakarta : YKPMD. Kuswandi, Wawan, 1996, Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Massa, Jakarta: Rineka Cipta. Rahkmat, Jalaludin, 2001, Psikologi Komunikasi, Bandung : Rosda Karya. Sofiah, 1998, Pengantar Ilmu Komunikasi II, Surakarta: (BPK) UNS. Tjandrasa, Meitasari, Med. 1988. Perkembangan Anak, Jakarta: PT. Erlangga.
commit to user