HEGEMONI DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER : PRESPEKTIF GRAMSCI
JURNAL
OLEH ARTI RABIYATUL ADWIYAH EIC112012
UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH 2016
HALAMAN PERSETUJUAN JURNAL SKRIPSI
Jurnal ini telah diperiksa dan disetujui pada tanggal
Agustus 2016
ABSTRAK HEGEMONI DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER : PRESPEKTIF GEAMSCI
ARTI RABIYATUL ADWIYAH E1C112012
Penelitian ini mengkaji mengenai praktik sosial yang terjadi di dalam karya sastra. Permasalahan yang dikaji adalah 1) hegemoni yang dilakukan oleh Bendoro Jawa dalam novel Gadis Pantai karya Pramodya Ananta Toer, dari segi bentuk yang berupa bentuk bahasa, folklor dan common sense 2) dari segi proses hegemoni, proses hegemoni bahasa, proses hegemoni folklor dan proses hegemoni common sense. Hal yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjawab permasalahan tersebut adalah teori hegemoni “Antonio Gramsci”. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan skema praktik hegemoni yang di dasarkan pada teori “Antonio Gramsci”.proses pengumpulan data yaitu dengan cara studi pustaka, teknik catat, dan instrumen penelitian. Selain itu proses analisis data dengan cara, identifikasi data terkait dengan hegemoni Antonio Gramsci, klasifikasi data sesuai indikator hegemoni kemudian anlisis data dan menarik simpulan ahir. Oleh karena itu penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif naratif, hasil dari penelitian ini adalah mengetahui bentuk hegemoni yang terdiri dari hegemoni bahasa, hegemoni folklor dan hegemoni common sense yang terdapat dalam novel Gadis Pantai serta proses terjadinya hegemoni bahasa, hegemoni folklor dan hegemoni common sense.
Kata kunci : Hegemoni, Gadis Pantai, Antonio Gramsci.
ABSTRAC HEGEMONY NOVEL BY PRAMOEDYA ANANTA TOER : PRESPECTIVE OF GRAMSCI
This research review hits praktik happening social in art opus. About problem which is assessed is 1) hegemony that did by Bendoro Java in novel Beach girl Pramodya Ananta Toer's opus, of form facet that as shaped as language, folklor and common sense 2) of hegemony process facet, process lingual hegemony, folklor's hegemony process and common sense's hegemony process. Thing that is utilized in this research to answer about problem that is cognitive hegemony “ Antonio Gramsci ”. Process data collecting in observational it is with praktik's scheme hegemony that at goes upon on theory “ Antonio Gramsci ”. process data collecting which is by studi library, tech notes, and research instrument. Besides process analisis data by, identify data concerning with Antonio Gramsci's hegemony, data classification the end accords hegemony indicator then anlysis data and pulls . Therefore this research includes in kualitatif's research narrative, result of this research is know to form consisting of hegemony language hegemony, folklor's hegemony and common sense's hegemony that exists in novel Gadis Pantai and its happening process lingual hegemony, folklor's hegemony and common sense's hegemony.
Key word:
Hegemony, Gadi Pantai, Antonio Gramsci.
yang menjadi ideologi penguasa atau
A. Latar Belakang Negara atau masyarakat rentan dengan praktik-praktik hegemoni. Karna
yang lebih dominan. Praktik-praktik lazim
hegemoni
penguasa kepada pihak rendah tak hanya
kekuasaan
mempertahankan
tersebut.
Hegemoni
merupakan
cara
anggotanya
menjalankan
terhadap
suatu
kelas-kelas
kelas
1982:23),
pernyataan dikatakan menguasai
tersebut berhasil
terjadi dalam kehidupan nyata namun juga sering dituangkan dalam suatu
kekuasaan
karya sastra atau fiksi seperti novel,
bawahnya
cerpen, puisi dan naskah drama. Karna
persuasi
karya sastra merupakan refleksi dari
di
selaras
dengan
hegemoni apabila
atau
pihak-pihak
dan
dengan cara kekerasan dan (simon,
oleh
yang
di mana ada kekuasaan di situ ada untuk
dilakukan
hegemoni
kehidupan
masyarakat
itu
sendiri.
bisa
Hal-hal yang dituangkan dalam karya
mampu
sastra ini biasanya berupa bentuk dari
mempengaruhi
ketidakpuasan,
penguasa atau
harapan atau beberapa hal yang belum
kelas rendah, hegemoni juga dapat
terlaksana dalam dunia nyata pengarang
berhasil apabila suatu negara atau
sehingga diciptakannya karya sastra.
seseorang
kekuasaan,
Seperti pada novel Gadis Pantai karya
kemampuan dan politik yang kuat untuk
Pramoediya Ananta Toer yang berbicara
dapat mempengaruhi kelas-kelas di
tentang perempuan dan praktik-praktik
bawahnya untuk menanamkan ideologi
hegemoni
kelas-kelas di bawah
memiliki
bentuk
kekecewaan,
yang dilakukan
terhadap
perempuan.
Pengarang
ingin
dilakukan oleh bendoro jawa praktik
menyampaikan bentuk protes terhadap
hegemoni juga dilakukan oleh orang tua
ketidakadilan
Gadis Pantai
perlakuan
terhadap
yang menikahkannya
perempuan pada masa itu baik melalui
dengan Bendoro Jawa tampa persetujuan
agama,
serta
Gadis Pantai yang mengatasnamai demi
kebiasaan-kebiasaan yang mengungkung
kepentingan Gadis Pantai tersebut, agar
perempuan
serta
kehidupan mereka dapat terselamatkan
kepasrahan yang mengatakan bahwa itu
dari kemiskinan. Tokoh Bendoro Jawa
adalah suatu takdir yang memang harus
juga dikenal sebagai pemuka agama
diterima oleh kaum perempuan sejak
yang telah sering
mereka dilahirkan.
serta sering naik haji sehingga hegemoni
budaya
dalam
kebodohan
Novel ini bercerita mengenai kehidupan
perempuan
remaja
yang
hatam
Alquran,
yang dilakukan Bendoro Jawa tak terlihat oleh masyarakat sekitar.
dirantai oleh kekuasaan petinggi daerah
Berdasarkan paparan di atas
sekaligus laki-laki dan juga sebagai
terdapat dua permasalahan yang akan
suami yang bahkan sebelumnya belum
diangkat yaitu bentuk-bentuk hegemoni
pernah dia temui. Bentuk hegemoni
dan proses terjadinya hegemoni dalam
dalam novel ini dilakukan oleh bendoro
novel Gadis Pantai karya Pramoedya
jawa yang menceraikan Gadis Pantai
Ananta
dengan
hegemoni prespektif Antonio Gramsci.
cara
sepihak,
serta
tidak
memberikan anaknya untuk ditemui oleh Gadis Pantai. Selain praktik yang
Toer
dengan
menggunakan
karya sastra adalah hasil imajinatif
Sastra Menurut Pradopo (1995:113), karya
sastra
pengarang,
ia
diciptakan tidak
lepas
oleh dari
masyarakat
dan
budanyanya.
Seringkali
sastrawan
menonjolkan
kekayaan budaya masyarakat, suku bangsa, atau bangsanya. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik bahasa maupun tulisan, yang mengandung keindahan. Karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati, dipahami, dihayati, dan dimanfaatkan
oleh
masyarakat
pembacanya.
yang tidak berasal dari dunia nyata namun mencakup dunia nyata, seorang pengarang dalam menciptakan karya sastra memasukan nunsur-unsur sosial yang ia alami atau pun yang ia lihat serta dengar hal ini menyebakan para pembaca dapat mengambil pelajaran serta hikmah yang ingin disampaikan oleh pengarang atau pencipta karyaa sastra tersebut Novel Watt dalam buku Tuloli, (2000:17), menjelaskan bahwa novel merupakan suatu ragam sastra yang memberikan gambaran
pengalaman
manusia,
Secara garis besar karya sastra
kebudayaan
manusia
yang
merupkan hasil dari imajinasi manusia
berdasarkan
pristiwa,
tingkah
yang menciptakan suatu tindakan
tokoh, waktu dan plot, suasana dan latar.
sosial yang mengajarkan, dan memiliki
Dalam pandangan Watt novel dilihat
makna yang indah oleh sebab itu
sebagai ragam sastra yang tidak terbatas
Werren dan Wellek mengatakan bahwa
pada kualitifikasinya saja, melainkan
disusun laku
pada gambaran pengalaman manusia beserta pembaca
budayanya. dapat
Didalam melihat
Hegemoni
novel budaya
masyarakat tertentu.
Hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan
yang
dapat
mekanisme
konsensus
melalui ketimbang
Berdasarkan pendapat diatas novel
melalui penindasan terhadap kelas sosial
merupakan struktur bermakna yang
lainnya. Gramsci menyebut hegemoni
bukan hanya rangkaian tulisan namun
adalah suatu kelompok sosial yang
juga sebagai sumber informasi yang
memenangkan kekuasaan pemerintahan.
menggabarkan
Ia
pengalaman
manusia
menjadi
dominan
apabila
sebagai objek dari karya tersebut, novel
menjajalankan kekuasaan, tetapi bahkan
lahir dari pengalaman-pengalaman serta
jika ia sudah memegang dominasi itu, ia
budaya yang dialami oleh manusia, di
harus meneruskan untuk memimpinnya
dalam novel serangkaian peristwa yang
juga (Faruk, 2012;141).
dialami
serta
diimajinasiakan
oleh
pengarang di susun secara apik untuk membagi mimpi, informasi, budaya, kebiasaan, agama, bahkan politik, novel juga menjadi alat komunikasi bagi manusia
untuk
menyampaikan
perasaan-perasaan yang halus melalui deretan-deretan tulisan yang indah.
Hegemoni dipopulerkan oleh ahli filsafat
terkemuka
Italia,
Antonio
Gramsci. Dia membangun suatu teori yang
menekankan
penerimaan
kelompok
bagaimana dominan
berlangsung dalam suatu proses yang damai, tanpa tindak kekerasan. Melalui beberapa
media
seperti
kekuasaan,
wilayah, dan beberapa pengaruh.
kembali dipertahankan dan dimodifikasi.
Hegemoni Dalam Sastra Kesusastraan tidak lagi dipandang
(Faruk, 2012;155).
semata-semata sebagai gejala kedua
Hegemoni
yang tergantung dan ditentukan oleh
Gramsci
masyarakat
kelas
sebagai
infrastrukturnya, melainkan dipahami sebagai kekuatan sosial, politik, dan kultural yang berdiri sendiri, yang mempunyai sistem sendiri, meskipun tidak
terlepas
Dalam
dari
studinya
infrastruktunya. sastra
menurut
Raymon William mengtakan bahwa dalam studi sastra terdapat hegemoni karna pada sejarahya sastra lahir dari masyarakat
kultural.
menekankan
Williams
pemahaman
juga
yang
di
dalamnya hegemoni merupakan suatu proses, bukan merupakan suatu bentuk dominasi
yang
ada
secara
pasif,
melainkan sesuatu yang harus terus menerus
diperbaharui,
diciptakan
Prespektif
Antonio
Gramsci
Antonio
lahir
di
Atles,sebuah kota kecil di Sardinia, Italia, pada tahun 22 januari 1809. Ia adalah anak ke empat dari tujuh bersaudara.
Ayahnya
bernama
Francesco, Pada tahun 1911 Gramsci memenangkan beasiswa untuk masuk universitas di Turin. Ia diterima di fakultas sastra. Maka, kepindahannya ke Turin menjadi tonggak awal perubahan hidupnya. Kehidupannya di lingkunga kampus
membawa
hikmah
bagi
Gramsci, di sana ia berkenalan dengan sejumlah profesor. Salah satunya adalah Annibale Pastore, tokoh inilah yang mengenalkan filsafat Marxisme dari perpektif Hegelian.
Pada tahun 1924 Gramsci diangkat
Budaya
menjadi pimpinan PCI (Partai Komunis Italia) setelah sebelumnya ia merupakan wakil dari PCI di Moskow pada tahun 1922-1923,
yang
didukung
oleh
komintern. Antara tahun 1924-1926 inilah masa yang sangat penting dalam memahami dasar politik yang kemudian diekspresikan melalui catatan-catatan dari penjara. Penjara tak membuat Gramsci jera.di bawah isolasi yang ketat, otak dan bantuan sedikit buku, ia menghasilkan Prison Notebook. Dalam keadaan
sakit
yang
menggerogoti
tubuhnya Gramsci ahirnya meninggal pada 27 April 1937 pada usia 46 tahun. Dalam kerangka teorinya Gramsci setidaknya terdapat konsep kunci yaitu, kebudayaan
ideologi
kepercayaan
popular, kaum intelektual dan negara.
Menurut
Gramsci
konsep
kebudayaan sangat berbahaya khususnya bagi proloeariat. Ia hanya berfungsi sebagai
alat
masyarakat
untuk yang
menciptakan tidak
dapat
menyesuaikan diri , masyarakat yang percaya bahwa mereka superior
di
hadapan manusia lainnya. Bagi Gramsci konsep kebudayaan yang lebih tepat, lebih adil dan lebih demokratis adalah kebudayaan sebagai organisasi,disiplin batiniah seseorang yang merupakan pencapaian yang lebih tinggi, yang dengan sokongnya, seseorang berhasil dalam memahami nilai historis dirinya, funsinya di dalam kehidupan, hak-hak dan kewajibannya. Studi mengenai oraganisasi menurut Gramsci dalam Faruk adalah organisai organisasi kebudayaan kultural misalnya berupa
sekolah-sekolah pada seluruh
levelnya, gereja sebagai organisasi sosial
pengelompokan sosial tertentu yang
terbesar,dalam hal jumlah orang yang
berbagi cara pandang dan tindakan yang
dipekerjakan,
sama.
surat-surat
kabar,
majalah-majalah perdagangan buku dan lembaga-lembaga oraganisasi kultural
kultural
popular,
lainnya
seperti
dan
seperti
aktivitas seni
dan
kesusastraan.(Faruk, 2012;138). Ideologi,
Kepercayaan,
dan
Menurut Gramsci ada tiga cara gagasan-gagasan
atau
filsafat tertentu, yaitu melalui bahasa, common sense, dan folklor. meliputi
bahasa
mengandung elemen-elemen konsepsi mengenai dunia dan kebudayaan, apabila dikatakan bahwa dari bahasa seseorang
lebih besar atau lebih kurang dari konsepnya mengenai dunia, seseorang yang berbicara dengan menggunakan bahasa standar secara tidak lengkap tentunya
sistem-sistem
kepercayaan menyeluruh, tahyul-tahyul, opini-opini, cara-cara melihat tindakan tertentu dan segala sesuatu. Konsep seseorang mengenai dunia merupakan
mempunya
intensistas
mengenai dunia yang kurang lebih terbatas,
Folklor
Gramsci
dapat ditafsirkan kopleksitasnya yang
Kebiasaan Umum (Common Sense)
penyebaran
Menurut
yang
terfosilkan
dan
anakronikstik
dalam
hubungannya
dengan
pikiran
utama
arus
yang
mendominasi sejarah dunia. Dalam hal ini bahasa berpengaruh bagi penyebaran konsep tentang dunia tertentu.
produk atau merupakan pertalian erat dengan keanggotaan seseorang dalam
Gramsci mengatakan bahwa setiap stratum
social
memiliki
common
sense-nya sendiri yang secara mendasar
suatu fungsi dalam hubungan dengan
merupakan
struktur
konsepsi
yang
paling
general
masyarakat.
Adak
tersebar mengenai kehidupan manusia.
kategori-kategori khusus secara historis
Common
dibentuk sebagai pelaksanaan funsi
sense
merupakan
folklor
filsafat dan selalu berada di antara
intelektual.
folklor dan filsafat, pengetahuan dan
dibentukdalam hubugandengan seluruh
ekonomika spesialis. Commo nsense
kelompok
sosial,
menciptakan folklor masa depan, yaitu
hubungan
dengan
suatu fase yang relative kukuh dari
mendasar atau kelompok yang lebih
pengetahuan popular pada suatu ruang
penting.salah satu ciri dari kelompok
dan waktu tertentu. Pandangan Gramsci
yang
hegemoni
kontak
adalah perjuangannya untuk berasimilasi
memimpin”
dan bertarung secara ideologis dengan
menuntut
kultural
antara
dengan
“yang
adanya
“yang
terpimpin”
suatu
kebudayaan atau suatu filsafat hanya hegemonik
apabila
ia
mampu
Kategori-kategori
berkembang
khususnya kelompok
kearah
itu
dalam yang
dominasi
kelompok intelektual tradisional.(Faruk, 2012;150). Negara
membangun berbagai macam bentuk kontak seperti yang diatas. (Faruk, 2012;
Gramsci
membedakan
dua
wilayah dalam negara,dunia masyarakat
145).
sipil dan masyarakat politik. Dalam Kaum intelektual
konsep hegemonik wilayah pertama intelektualisme
adalah wilayah “kesetujuan”, “kehendak,
bukanlah pengertian “bakat”, melainkan
bebas”, sedangkan wilayah yang kedua
Bagi
Gramsci
merupakan dunia kekerasan, pemaksaan,
instrumen
penelitian.
dan intervensi. Meskipun demikian
dengan
mengidentifikasi
kedua dunia tersebut termasuk dalam
mengklasifikasi data, analisis data yang
konsep negara dalam pengertian khusus.
telah diklasifikasikan serta membuat
Negara
simpulan ahir.
bagi
gramsci
tak
hanya
menyangkut aparat-aparat pemerintah,
Analisis
data data,
C. PEMBAHASAN
melainkan juga aparat-aparat hegemoni penelitian ini akan membahas
atau masyarakat sipil. Negara adalah kompleks menyeluruh aktivitas-aktivitas praktis yang dengannya kelas penguasa tak
hanya
membenarkan
dan
tentang bentuk-bentuk hegemoni dan mendeskripsikan
proses
terjadinya
hegemoni pada novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.
mempertahankan dominasinya,melainkan
juga
Bentuk Hegemoni
memenangkan kesetujuan aktif dari 1. mereka
yang
Hegemoni Bahasa
diperintahnya.(Faruk, Hegemoni
2012;153).
menggunakan
bahasa
adalah hegemoni yang menggunakan B. METODE PENELITIAN kata-kata yang mengandung perintah, Bentuk penelitian ini adalah
patriarki,
menunjukan
kekuasaan,
kualitatif naratif. Sumber datanya novel
batasan hubungan, dan lain sebagainya,
Gadis Pantai. Metode pengumpulan data
berikut
dengan
hegemoni yang menggunakan bahasa;
metode
menggunakan
teknik
kepustakaan, catat
serta
merupakan
kutipan-kutipan
“jadi cuma perempuan?.” seribu ampun Bendoro “kau milik ku, aku yang menentukan apa yang kau boleh dan tidak boleh, harus dan mesti kerjakan. Diamlah kau sekarang. Malam semakin larut”. (Gp hal 136). “jangan berlaku seperti orang kampung, kau ini istri Priyayi.” (Gp hal 139)
Dalam dialog di atas terlihat jelas pendominasian
dari
Bendoro
Jawa
selaku dari suami Gadis Pantai, ia memperlakukan Gadis Pantai layaknya barang yang mengisi rumahnya, harga dari
Gadis Pantai tak lebih dari
perabotan rumah Bendoro. Kalimat yang mengtakan
bahwa
Gadis
Pantai
merupakan miliknya dan ia hanya boleh menuruti ketentuan dari Bendoro “kau milik ku, aku yang menentukan apa yang
hanya mohon di perkenankan untuk melihat
untuk melihat orang tua sahaya
di kampung. Sahaya takut dimurkai Bendoro.
2.
Hegemoni Foklor Hegemoni
hegemoni
folklor yang
kepercayaan,
merupakan menggunakan
seperti
pernikahan,
kealiman, mengaji, sembahyang, tuhan dan kepercayaan lainnya. Hegemoni yang dilakukan Bendoro Jawa terhadap Gadis Pantai, orang tua dan bujang wanita melalui foklor adalah dengan cara pernikahan
dan
norma-norma
didasarkan
budaya
patriarki
yang serta
perbudakan secara halus sebagai pelayan
kau boleh dan tidak boleh, harus dan
atau pemuas nafsu hal tersebut terlihat
mesti kerjakan. Diamlah kau sekarang.
pada kutipan-kutipan di bawah ini;
Malam semakin larut”. Sehingga untuk
meminta ijin menemui orang tuanya Gadis Pantai berkata dengan hati-hati dan dengan cara memohon “sahaya
“kemarin malam ia telah di nikahkan .dinikahkan dengan sebilah keris detik itu ia tahu, kini ia bukan anak bapaknya lagi. Ia bukan anak maknya lagi. Kini ia istri sebilah keris, wakil seseorang yang tak pernah di temuinya seumur hidup” (GP hal 12)
Pernikahan adalah kepercayaan
.dinikahkan dengan sebilah keris sikapnya
manusia sebagai tanda bahwa akan
yang tidak menghadiri pernikahanya
saling
sendiri namun hanya mengutus sebilah
membahagiakan
dan
saling
melindungi pernikahan juga adalah
keris,
wadah untuk saling mencintai sesama
pernikahannya dengan Gadis Pantai
mahluk tuhan, seperti yang kita pahami
tidaklah penting untuk dihadiri.
bahwa dengan menikah manusia satu
3.
hal
ini
menunjukan
bahwa
Hegemoni Common Sense
sama lain saling berbagi dan saling menerima
antara
pasangan,
namun
didalam kehidupan rumah tangga Gadis Pantai
pernikahan hanyalah wadah
untuk Bendoro selaku petinggi daerah dan orang terpandang untuk menyiapkan pernikahan yang sesungguhnya dengan sesama orang terpandang, pernikahannya dengan
Gadis
Pantai
permainan
untuk
kekuasaan
terhadap
merupakan
melanggengkan Gadis
Pantai,
pernikahan memberikan hak penuh kepada
Bendoro
Jawa
untuk
memperlakukan Gadis Pantai seperti apapun yang ia inginkan, hal itu di tunjukan pada kutipan di nikahkan
Common
sense
adalah
suatu
kebiasaan umum atau budaya yang biasa terjadi pada masyarakat tertentu, selain menghegemoni melalui bahasa, foklor, Bendoro Jawa
juga
menghegemoni
Gadis Pantai, orang tua serta Bujang Wanita
melalui
kebiasaan-kebiasaan
umum. Berikut adalah kutipan-kutipan yang mengandung hegemoni melalui common sense; “ingin sekali wanita bujang itu memperingatkan Gadis Pantai, tapi tak berani, ia takut ia tahu benar dalam sehari wanita utama dapat berganti 25 kali tampa sedikitpun mengurangi perbawa bendoro. Ia tahu besok atau lusa paling lama setelah Gadis Pantai melahirkan anaknya yang pertama, wanita muda tak berdosa inipun
mungkin akan melangkahi dan lalui jalan hidupnya sendiri tampa ragu-ragu lagi: jalan hidup sebagai sahaya. Dan ibu muda ini lebih menderita daripadanya karna ia punya anak, maka itu bukan anaknya ia tak boleh bertemu. Dan bila bertemu anak, maka itu bukan anaknya melainkan bendoronya, orang yang harus disembah dan dilayani “. (Gp hal 98).
Kutipan di atas menunjukan bahwa
jawa menjadikan seorang istri
ukan
sebagai istri melainkan hamba atau sahaya bisa dikatakan sebagai pelayan yang memenuhi keinginan dari bendoro Jawa selaku orang berkuasa di dalam rumah tersebut.
kekuasaan yang dimiliki oleh bendoro Proses Terjadinya Hegemoni memberinya hak untuk dapat menindas orang lain termasuk mempermainkan perasaan
wanita
dalam
hidupnya,
kekuasaan itu pula yang memberinya kekuatan untuk dapat melakukan apapun yang
ia
inginkan
termasuk
untuk
memisahkan ibu dan anak, tradisi bendoro atau priyayi yang menikahi wanita dari kalangan bawah atau miskin jika sudah bercerai maka ia berhak mengambil anak dari wanita tersebut dan
Proses terjadinya hegemoni yang dilakukan oleh Bendoro Jawa adalah dengan cara bentuk-bentuk hegemoni seperti yang dipaparkan sebelumnya yaitu dengan cara, hegemoni bahasa, common sense dan hegemoni foklor, berikut merupakan penjabaran mengenai bagaimana proses hegemoni tersebut terjadi. 1. Proses Hegemoni Bahasa
melarang wanita itu untuk bertemu Proses
hegemoni
baahasa
anaknya tradisinya juga mengharuskan merupakan proses yang menggunakan sang
ibu
untuk
menyembah
dan bahasaa-bahasa
yang
mengandung
melayani meskipun itu adalah anaknya. hegemoni Kekuasaan yang dimiliki oleh bendoro
seperti
memerintah,
aturan-aturan, mengandung kekuasaan
namun
dan
kata-kata
mengetahui pekarjaan suaminya, kemana
menunjukan strata sosial. Hegemoni
saja dia pergi dan dengan siapaa saja dia
menggunakan bahasa dilakukan bendoro
bertemu, karna budaya patriarki yang
jawa
mebentuk
teramat kental pada kehidupan Gadis
aturan-aturan tak tertulis yang harus
Pantai, Bendoro Jawa yang memiliki
dilakukan oleh Gadis Pantai selaku istri
hak penuh atas segala kehidupan Gadis
yang di persunting oleh Bendoro jawa
Pantai.
mengandung
dengan
cara
hal ini terlihat pada kutipan “ ah Mas
dia
tidak
berhak
untuk
2. Proses Hegemoni Folklor
Ngaten , itu urusan pria dengan Proses
pekerjaannya , jangan ikut campur, karna
wanita tak tahu apa-apa
tentang itu. Kita hanya tahu daerah kita sendiri. Rumah tangga yang harus kita
merupakan menggunakan
hegemoni
yang
kepercayaan,
seperti
pernikahan, tuhan, agama, dan hal
kepercayaan ini
folklor
lainnya yang berhubungan dengan
urus.” (gp hal 78) Hal
hegemoni
menunjukan
bahwa
seorang wanita tidak berhak untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di luar rumah, hak dari wanita itu sendiri yaitu haya untuk melayani dan mengurus segala hal yang berada di dalam rumah, meski Gadis Pantai adalah seorang istri
masyarakat
tertentu.
Hegemoni yang dilakukan Bendoro Jawa
menggunakan
dengan
cara
foklor
yaitu
pernikahan
dan
kepercayaan-kepercayaan yang lain, mengenai
agama,
tuhan
dan
Tradisi-tradisi, seperti terdapat pada kutipan berikut “aku adalah suamimu,
bendoro dengan
kutipan berikut“Begitulah mas ngaten,
tegas mengatakan bahwa ia adalah
biar mak sendiri kalau emaknya orang
pemilik dari Gadis Pantai karna dia
kebanyakan ia tetap seorang sahaya. “
adalh suami dari Gadis Pantai meski
tidak, tidak akulah sahaya makku di
dari kata tersebut
pernikahan
yang
dilakukan
leh
bendoro Jawa kepa Gadis Pantai
kampungku aku lakukan segala hal yang ia perintahkan nya, aku akan terus lakukam perintahnya.” “ itulah salahnya
bukan
berdasarkan
cinta
namun mas ngaten, adat priyayi tinggi lain lagi.
sebagai istri percobaanatau istri sirih Dan ini kota bukan kampung
sebum
dia
menikahi
istri
yang
sebenarnya yang berada di kaum priyayi yang setara dengannya.
pantai.
di tepi
(gp hal 58) seperti yang terlihat
pada kutipan tersebut bahwa ibu dari kalangan bawah atau kaum sahaya meski
3. Proses hegemoni Common Sense Proses hegemoni common sense
telah
menikahkan
anaknya
dengan Bendoro dan anaknya dinaikan derajatnya tetapi ibu tetaplah kaum adalah
hegemoni
menggunakan sahaya
kebiasaan
umum,
budaya-budaya
tertentu,
yang statusnya
tak dapat
seperti kebiasaan
berubah, karna begitulah adat dari kaum Priyayi atau kaum Bendoro. masyarakat tertentu. Kemudian praktik hegemoni yang dilakukan Bendoro Jawa terhadap Gadis Pantai melalui kebiasaan
adalah
dengan
cara
memisahkan Gadis Pantai dengan ibunya seperti yang terlihat pada
D. PENUTUP SIMPULAN Berdasarkan analisis hegemoni dalam novel Gadis Pantai karya Pramodya
Ananta
Toer,
dapat
1.
dikatakan bahwa Bendoro Jawa selaku
penguasa rumah) dan status sosial
priyayi yang memiliki jabatan dan
(priyayi,
memiliki kekayaan nampak dominan
folklor, hegemoni yang dilakukan
melakukan dominasi atas orang-orang
melalui
disekitarnya.
kepercayaan
Hal
ini
dikarenakan
pelayan).
folklor
b)
hegemoni
adalah
melalui
seperti
cara,
bendoro memiliki aset dan kedudukan
pernikahan(menikah), dengan cara
yang mendukung untuk melakukan
pencitraan
penghegemonian secara sadar maupun
pencitraan kealiman (naik haji, hatam
tak sadar.
alquran),
Bentuk
dari
hegemoni
lembut).
patriarki (menuruti segala perintah
terhadap orang-orang disekitarnya
dan aturan), penanaman ideologi
dengan menggunakan kata-kata yang
menunjukan
budaya
(mempercayai bahwa orang kalangan
sosial,
bawah selalu salah) dan budaya
yang
lingkungan (istri percobaan).
patriarki
(meminta ijin), menunjukan batasan
melalui
bunga, tidur di kamar dapur), budaya
dilakukan oleh Bendoro Jawa
kalimat
sedangkan
aturan-aturan priyayi (menyematkan
hegemoni bahasa, hegemoni yang
menggunakan
(memberi
c)hegemoni common sense, adalah
orang-orang disekitarnya adalah: a)
strata
kebaikan
(mengaji),
perhiasan) dan kelembutan (berbicara
yang
dilakukan bendoro jawa terhadap
menunjukan
agama
2.
Proses terjadinya hegemoni
yang
ikatan (istri percobaan), kalimat yang
dilakukan oleh bendoro Jawa yaitu:
menunjukan posisi, jabatan (bendoro,
a) proses hegemoni bahasa yaitu
dengan cara Gadis Pantai dan
SARAN
keluarga serta Bujang Tua harus melakuka
segala
persetujuan
sesuatu
Bendoro
atas Jawa,
memberikan perintah atau tugas, pelayanan,
kepatuhan,
(pelayan).
b)
hegemoni
folklor
mengadakan
proses
bawahan terjadinya
dengan
cara,
acara
pernikahan,
mengajar
mengaji,
menunjukan
kealiman,
berkata
lembut
agar
dituruti. Proses hegemoni common sense,
menunjukan
aturan-aturan
tampa tertulis, menunjukan batasan bendoro dan pelayan, menunjukan strata sosial, menunjukan kekuasaan.
Manusia
berkarya,
manusia
menulis, manusia membuat tak ada yang sempurna karna kesempurnaan adalah milik Tuhan yang Maha Esa, oleh karena itu diharapkan penelitian ini mampu menjawab keingintahuan pembaca mengenai hegemoni dan bentuk-bentuknya, penelitian ini akan sangat
baik
apabila
dari
sekian
pembaca akan ada yang memberikan saran agar penelitian ini dapat menjadi sempurna, dan dapat bermanfaat.
E. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta. Faruk, H.T.2012. Pengantar Sosiologi Sastra dan Strukturalisme Genetik sampai posmoderenisme, yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gramsci, Antonio. 2013. Prison Notebooks Catatan Dari Penjara. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Laili, Zumala Septiana. 2012. “Ketidak Adilan Gender Dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramodya Ananta toer”. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Moleong, Lexi J.2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya Nejar Patria & Andi Arief, Antonio Gramsci, Negara Dan Hegemoni. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009. Nurhadi. 2004. “Analisis Hegemoni pada Iblis Tidak Pernah Mati Karya Seno Gumira Ajidarma”. Jurnal Litera. Yogyakarta; FBS UNY. Puspitarini, Herning. 2014. “Hegemoni Mitos Nyai Roro Kidul Terhadap Kekuasaan Jawa dalam Novel Sang Nyai Karya Budi Sardjono.” Artikel Mahasiswa Universiras Diponegoro. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Sastra and Cultural Studies Teori Sastra. Yogyakarta; pustaka Pelajar. Roger Simon, Gagasan-gagasan Politik Gramsci, Kamdani Imam Baehaqi (terjemahan). Yogyakart, 2004. Sary, Irma Anita. 2013. “Hegemoni Gramsci dalam Novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan Karya Pramodya Ananta Toer.” Artikel Mahasiswa STKIP PGRI Jombang. Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra Analisis Struktural Puisi. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Teew, A. 1994. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.