Modul Versi Pengembang
: Komunikasi Organisasi : 0314a : Dr. Nur Kholisoh, M.Si
Harap hubungkan Speaker/Headset ke PC anda sebelum memulai Presentasi Modul ini
Paket Modul Standar ini hanya digunakan untuk tujuan pendidikan khususnya dalam lingkungan sivitas akademika Universitas Mercu Buana Jakarta Saya Paham
Akhiri Presentasi
This image cannot currently be display ed.
Modul ke:
01 Fakultas
Program Pasca Sarjana Program Studi
Magister Ilmu Komunikasi
DASAR - DASAR KOMUNIKASI ORGANISASI Dr. Nur Kholisoh, M.Si
KOMUNIKASI PENGERTIAN KOMUNIKASI (Yenny dkk, 2004:1.11) Definisi menurut Hovland, Janis dan Kelley: The process by which an individual (The communicator) transmit stimuli (usually verbal) to modifythe behavior of other individuals (the audience).
KOMUNIKASI Menurut Dance: Komunikasi sebagai suatu usaha menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal. Dengan demikian dapat dikatakan komunikasi sebagai proses penyampaian ide dengan tujuan adanya pengertian bersama yang merupakan hasil perubahan perilaku yang terjadi.
Pandangan-Pandangan Alternatif Tentang Organisasi (R.R.Pace, Wayne & Don F. Faules, 2000: 16-17)
Pandangan Obyektif Organisasi sebagai suatu struktur yang nyata. Organisasi adalah sebuah wadah yang menampung orang-orang dan obyek-obyek dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama. Kaum objektifitas menekankan pada struktur, perencanaan, kontrol dan tujuan-tujuan adalahsebagai sebuah Unit.
Pandangan-Pandangan Alternatif Tentang Organisasi (R.R.Pace, Wayne & Don F. Faules, 2000: 16-17)
Pandangan subjektif Mendefinisikan organisasi sebagai perilaku pengorganisasian (organizing behavior). Pengetahuan
mengenai organisasi harus diperoleh dengan melihat perilaku khusus. Struktur penting hanya sejauh struktur diciptakandan diciptakan ulang oleh peserta organisasi.
Setiap orang pada dasarnya mengalami keberadaan objek-objek yang bersifat fisik serta menciptakan pengalaman yang dimiliki bersama orang-orang lain dan objek-objek. Apa yang penting adalah bahwa: Orang-orang yang berbeda berperilaku dengan caracara yang berbeda terhadap apa yang mereka anggap objek yang layak diamati.
Perbedaan-perbedaan tersebut adalah berdasarkan pada bagaimana orang-orang berpikir tentang objekobjek itu. Suatu objek sosial adalah sekedar objek yang mempunyai makna bagi suatu kolektivitas atau menuntut tindakan oleh manusia. Dalam pengertian ini, perilaku dan objek adalah konstruksi sosial, karena bergantung pada manusia untuk membuat perilaku dan objek itu signifikan.
Bila kita memandang objek dan perilaku sebagai peristiwa yang dikonstruksi oleh manusia, kita juga dapat memandang perilaku manusia sangat bergantung pada proses-proses sosial untuk “mempertahankan dunia bersama-sama”, yaitu:
Istilah “objektif” merujuk pada pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku, dan peristiwaperistiwa eksis di suatu dunia “nyata”. Hal-hal itu eksis, terlepas dan independen dari pengamat (perceiver)-nya. Istilah “subjektif” menunjukkan bahwa realitas itu sendiri adalah suatu konstruksi sosial.
Pandangan “objektif” yang mengasumsikan bahwa orang-orang dapat menjauhkan diri mereka dari bias-bias mereka dan bahwa “kebenaran” dapat ditemukan bila kita dapat menyingkirkan campur tangan manusia ketika melakukan penilaian. Pandangan “subjektifitas” menunjukkan bahwa pengetahuan tidak mempunyai sifat yang objektif dan tidak mempunyai sifat yang “tidak dapat berubah”.
Orang yang mendekati realitas secara objektif melihat realitas tersebut sebagai sesuatu yang konkret atau fisik dengan suatu struktur yang harus dan dapat ditemukan. Meskipun tidak ditemukan, struktur itu masih ada di sana dan independen dari mereka yang mencoba untuk menemukannya. Umumnya, apa yang kita sebut “ilmu” (science) berdasarkan pendekatan objektif.
Seorang subjektivitas memandang realitas sebagai suatu proses kreatif yang memungkinkan orangorang menciptakan apa yang ada “di luar sana”. Berdasarkan pandangan seorang subjektivitas, orang-orang menciptakan suatu keteraturan dengan harapan menemukan keteraturan objek-objek. Dunia, dan semua hal yang ada di dalamnya, pada dasarnya tidak terstruktur, atau sekurang-kurangnya berperilaku dengan cara-cara yang tidak memahami dirinya sendiri.
Pendekatan objektif menyarankan bahwa sebuah organisasi adalah sesuatu yang bersifat fisik dan konkret, dan merupakan sebuah struktur dengan batasbatas yang pasti. Istilah “organisasi” mengisyaratkan bahwa sesuatu yang nyata merangkum orang-orang, hubunganhubungan dan tujuan-tujuan. Sebagian orang menyebut pendekatan ini sebagai pandangan yang menganggap organisasi sebagai wadah (container view of organisations). Organisasi eksis seperti sebuah keranjang, dan semua unsur-unsur yang membentuk organisasi tersebut ditempatkan dalam wadah itu.
Suatu pendekatan subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang. Organisasi terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi dan transaksi yang melibatkan orang-orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus menerus berubah yang dilakukan oleh orang-orang antara yang satu dengan yang lainnya dan tidak eksis secara terpisah dari orang-orang yang perilakunya membentuk organisasi tersebut.
Berdasarkan pandangan objektif, organisasi berarti struktur; berdasarkan pandangan subjektif, organisasi berarti proses. Penekanan pada perilaku atau struktur bergantung pada pandangan mana yang anda anut.
“Organisasi” (Organization) secara khas dianggap sebagai kata benda, sementara “pengorganisasian” (organizing) dianggap sebagai kata kerja (Weick, 1979).
Kaum subjektivis menganggap organisasi sebagai mengorganisasikan perilaku. Kaum objektivis menganggap organisasi sebagai struktur, sesuatu yang stabil. Penggunaan kata “pengorganisasian” untuk merujuk kepada suatu organisasi mungkin tampak aneh terlepas dari pandangan mana yang anda anut.
Terima Kasih Dr. Nur Kholisoh, M.Si