HEAD LINE BAHAN KULIAH EKONOMI PARIWISATA
Universitas Dhyana Pura Bali
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
DAFTAR ISI
MINGGU I ...........................................................................................................0 MENGENAL PARIWISATA.................................................................................1 MINGGU 2 ..........................................................................................................5 ASPEK-ASPEK EKONOMI PARIWISATA ..........................................................5 MINGGU 3 ..........................................................................................................8 KAJIAN MAKRO EKONOMI PARIWISATA ........................................................8 MINGGU 4 ........................................................................................................17 PARIWISATA DAN NERACA PEMBAYARAN ..................................................17 MINGGU 5 ........................................................................................................21 UKURAN EFESIENSI PENGELUARAN WISATAWAN ....................................21 DIMANA: ..........................................................................................................24 MINGGU 6 ........................................................................................................25 KEBIJAKAN ......................................................................................................25 MINGGU 7 ........................................................................................................25 KAJIAN MIKRO EKONOMI PARIWISATA ........................................................26 MINGGU 8 ........................................................................................................31 TOURISM DEVELOPMENT STAGES ..............................................................31 MINGGU 9 ........................................................................................................32 IDEALISME PARIWISATA BALI .......................................................................32
0
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
MINGGU I MENGENAL PARIWISATA
1
Sejarah Pariwisata
2
Ciri-ciri Pariwisata
Politik & Perdagangan Perasaan ingin tahu Misionary
Bersifat Sementara (Temporery) Sukarela (Voluntary) Tidak untuk Bekerja Jenis Pariwisata
3
Pleasure Tourism Recreation Tourism Cultural Tourism Sports Tourism Business Tourism 1
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
Covention Tourism
4
Bentuk Pariwisata
Pariwisata Individu & Kolektif Pariwisata Jangka Panjang, Pendek & ekskursi Pariwisata dengan alat angkutan Pariwisata Aktif & Pasif
Untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata ada lima unsur yang harus dipenuhi seperti dibawah ini: 1.
Attractions atau Hal-hal yang menarik perhatian para wisatawan.
2.
Facilities: atau fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
3.
Infrastructure atau Infrastruktur
4.
Transportation: jasa-jasa pengangkutan
2
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
5.
Hospitality: Keramah-tamahan atau kesediaan untuk menerima tamu.
6.
Capital: Permodalan
ARGUMEN-ARGUMEN KONTRA PARIWISATA (Kajian Makro Ekonomi) 1. 2. 3. 4.
5.
Multiplier (Pelipatganda) Neraca Pembayaran (Import-Export) Kebijakan (subsidi) Lingkungan Dampak Sosbud
ETIKA PENGEMBANGAN PARIWISATA 1. Kealamiahan Kealamiahan Obyek Wisata perlu dijaga agar konsep pariwisata yang berkesinambungan terwujud untuk generasi yang akan datang. (sustainable toursime)
2.
Keunikan Keunikan kawasan seperti pemandangan alam yang unik harus terus dijaga dan dilestarikan bukan diexploitasi untuk kepentingan sesaat. (Unique Resort)
3.
Kelangkaan Konsep konservasi atau pelestarian alamnya harus terus dilakukan sehingga kawasan wisata akan terus menarik sepanjang masa. (Responsible Tourism) 3
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
4.
Pelibatan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang seharusnya siap bekerja terus bertambah, maka sangat bijaksana jika generasi saat ini memikirkannya agar jangan sampai tenaga kerja yang siap untuk bekerja tersebut tidak dimanfaatkan atau tidak tersalurkan.
4
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
MINGGU 2 ASPEK-ASPEK EKONOMI PARIWISATA
1
Lokasi Industri Pariwisata
2
Sifat Khusus Industri Pariwisata
Pengaruh & Dampak Thp Masyarakat Setempat Akibat Ganda Berbagai Masalah Industri Wisata
Tidak dapat dipindahkan Produksi & Konsumsi bersamaan Produk Variatif (beranekaragam) Melihat berarti membeli Resiko Tinggi (Rentan) Modal Besar
5
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
Aspek Penawaran Pariwisata
3
Proses Produksi Industri Pariwisata Tenaga Kerja & Penyediaannya Infrastruktur Kredit
4
Aspek Permintaan Industri Pariwisata
Sosek & Pariwisata UU Sosial Pendapatan Meningkat Pendidikan Urbanisasi Meniru Administrasi & Pariwisata Visa Pajak Retribusi Teknologi Angkutan KA Angkutan Mobil & Bus Angkutan Laut/Sungai 6
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
Angkutan Udara
5
Pasar Industri Pariwisata Indonesia
Penghasilan Konsumen Konversi Valuta Asing ↑ Rupiah ↓ Industri ↑ - Agraris ↓ Pemasaran Komunikasi tanpa batas ↑ Media ↑ Fasilitas Infrastruktur ↑ Akomodasi ↑ Fasilitas Publik ↑ Pelayanan Umum ↑
7
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
MINGGU 3 KAJIAN MAKRO EKONOMI PARIWISATA
1
Arti penting Pariwisata dalam Perekonomian
1. Memberikan kesempatan kerja/memperkecil pengangguran 2. Peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah 3. Meningkatkan Pendapatan Nasional (National Income) 4. Memperkuat Posisi Neraca Pembayaran (Net Balance Payment) 5. Memberikan efek multiplier dalam perekonomian DTW (daerah tujuan wisata)
8
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
8 Rekomendasi IUOTO (International Union of Official Travel Organization) 1. Pariwisata sebagai suatu factor bagi perkembangan ekonomi nasional maupun international. (Variabel-variabel bebas pembangunan ekonomi) 2. Pemicu kemakmuran melalui perkembangan komunikasi, transportasi, akomodasi, jasajasa pelayanan lainnya. (Variabel antara terhadap variabel utama pembangunan ekonomi) 3. Perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai social agar bernilai ekonomi. (value Added: Nilai tambah) 4. Pemerataan kesejahtraan yang diakibatkan oleh adanya 9
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
konsumsi wisatawan pada DTW. 5. Penghasil devisa (8.000) juta dollar setiap tahun. 6. Pemicu perdagangan international (Export-Import) 7. Pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan profesi pariwisata maupun lembaga yang khusus membentuk jiwa hospitality yang handal dan santun. 8. Pangsa
pasar bagi produk local (DTW) sehingga aneka-ragam produk terus berkembang. Seiring dinamika social ekonomi pada daerah DTW.
10
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
2
Pariwisata sebagai alat kebijakan ekonomi di NSB
Alasannya: Pembangunan Ekonomi NSB yang lebih banyak ditujukan untuk mendirikan industri yang dapat menghasilkan berang-barang modal masih diragukan keberhasilannya karena: 1. Biaya Produksi relatif masih tinggi, sehingga tidak mampu bersaing. Contoh Gula pasir, beras, elektronik, otomotif, pesawat terbang. 2. SDM (para pengusahanya) masih rendah sehingga masih belum tahu, bidang-bidang apa yang perlu digali. 3. Kurangnya tenaga ahli, sempitnya pemasaran, rendahnya daya beli masyarakat.
Sektor Primer o Pertanian o Perkebunan o Perikanan o Kelautan
Sektor Sekunder o Perdagangan o Industri o Kerajinan
Sektor Tersier o Jasa-jasa (pariwisata)
11
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
Teori Multiplier
3
Prof. Paul A Samualson
1 K= 1-(∆C/∆Y) Dimana: K
= Koefesien Multiplier
∆C = Perubahan nilai konsumsi (Marinal Propencity to Consume) ∆Y = Perubahan nilai Pendapatan (Marinal Propencity to Income)
12
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
Contoh: Estimated annual turnover, by Category, of $ 1,000 of tourist expenditures Category of spending Accommodations FB Purchases Sightseeing Local Transport Others (not Computed)
Total All categories Grand Total Average turnover per dollar
one
Number of Transaktion Two Three Four five
Annual Total Spending turnover per dollar
$250 $250 $178 $112 $64,50 320 320 211 137 63,50 250 250 149 89,50 48,50 100 100 70,50 41,00 25,00 50 50 29,50 16,00 7,50 30 30 16,50 9,00 4,50 1.000 1.000 654,00 405,00 213,50
$854,50 1.051,50 787,00 336,50 153,00 90,00 3.272,50 212,10 3,483.00
13
3,42 3,28 3,15 3,365 3,06 3,00 13,27 13,48 ……..
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
Keterangan 1. Uang yg dibelanjakan untuk keperluan akomodasi sebesar US$ 250, setelah melalui 5 kali transaksi, uang yg dibelanjakan tersebut menjadi US$ 854,50. 2. Uang yg dibelanjakan untuk keperluan F&B sebesar US$ 320, setelah melalui 5 kali transaksi, jumlahnya menjadi US$ 1.050,50.
3. Uang yg dibelanjakan untuk keperluan macam-macam (Purchases) sebanyak US$ 250, setelah melalui 5 kali transaksi, uang yg dibelanjakan menjadi US$ 787. 4. Uang yg dibelanjakan untuk keperluan sightseeing & entertainment sebanyak US$ 100, setelah melalui 5 kali transaksi, uang yg dibelanjakan menjadi US$ 336,50. 5. Uang yg dibelanjakan untuk keperluan transportasi sebanyak uS$ 50, setelah melalui 5 kali transaksi, jumlahnya menjadi US$ 153. 6. Uang yg dibelanjakan sebanyak US$ 30 untuk keperluan lain-lain (Others), setelah melalui 5 kali transaksi, jumlahnya menjadi US$ 90.
14
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
Dari table tersebut diatas kita melihat bahwa uang semula dibelanjakan sebanyak US$ 1000, setelah melalui 5 kali transaksi, jumlahnya menjadi US$ 3.272,50. Jadi kita lihat bahwa setelah terjadi 5 kali transaksi, selama periode 1 tahun telah terjadi peningkatan dlm mengkonsumsi (Marginal Propencity to consume) sebesar US$ 2.272,50,
sedangkan di lain pihak terjadi peningkatan dlm pendapatan(Marginal Propencity to income) dari US$ 1.000 menjadi US$ 3.272,50. Bila kita masukkan angka-angka ini dlm rumus yg diberikan tersebut di atas, maka akan diperoleh sbb :
1 K= 1-(∆C/∆Y)
15
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
1
K= 1-(2,272.50/3,272,50) 1 K= 1-0.694423223 1 K=
= 3,272 0,305576776
Dimana: K = Koefesien Multiplier ∆C = Perubahan nilai konsumsi (Marinal Propencity to Consume) ∆Y = Perubahan nilai Pendapatan (Marinal Propencity to Income)
16
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
MINGGU 4 PARIWISATA DAN NERACA PEMBAYARAN
NERACA PEMBAYARAN
POS-POS DEBET (UANG KELUAR NEGERI) Impor Barang-barang Pembayaran Utangutang Pembayaran bunga dan deviden Pengeluaran wisatawan di luar negeri Pembayaran kredit jangka panjang/pendek, pelunasan kembali kepada luar negeri Jasa-jasa lain, sperti lalu lintas transportasi, asuransi, komisi dll Impor mas
POS-POS KREDIT (UANG KE DALAM NEGERI) Eksport Barang-barang Penerimaan utangutang (pinjaman) Penerimaan bunga dan deviden Pengeluaran wisatawan didalam negeri Penerimaan kredit jangka panjang/pendek, pelunasan kembali dari luar negeri Jasa-jasa lain, sperti lalu lintas transportasi, asuransi, komisi dll Eksport mas 17
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi/mengurangi penerimaan devisa dari sector pariwisata antara lain: 1. Kebutuhan barang impor untuk keperluan industri perhotelan, dan restoran 2. pembayaran bunga pinjaman pada kreditur luar negeri untuk proyek-proyek yang berkaitan denga kepariwisataan pada suatu negara. 3. Biaya Technical assistence untuk ahli-hali asing yan masih diperlukan oleh hotelhotel berbintang pada suatu negara. 4. Biaya iklan dan promosi yang dilancarkan di luar negeri. 5. barang-barang konsumsi yang merupakan produk luar negeri yang diperlukan bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke negara tersebut.
18
Rumus:
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
Net BP = E-(H:A+R+O+C) Dimana: BP E H A R O C
= Balance Payment = Total Tourist Expenditures = Cost of Hotel construction = Amortization (hak paten) = Remittance of interest (Pembayaran bunga) = Annual Cost of Oversea Operation = Import Item Needed by tourist
Rumus Pendapatan Bersih Sektor Pariwisata
Net Income = N x L (E-D-C) Dimana: N = Number of Tourist L = Length of stay E = Average Expenditures per day per tourist C = Drain on the use of special Goods & Serv D = Drain on Community Facilities Data yang diperlukan: 1. Jenis akomodasi yang digunakan
19
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
2. type dan jenis tempat berbelanja yang disukai wisatawan 3. besarnya tariff kamar 4. besarnya pengeluaran tiap-tiap outlet 5. besarnya pendapatan dari pengeluaran yang dilakukan 6. rata-rata kecenderungan untuk menabung masyarakat 7. Pola pengeluaran wisatawan 8. besarnya pendapatan yang dibelanjakan penduduk setempat DTW.
20
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
MINGGU 5 UKURAN EFESIENSI PENGELUARAN WISATAWAN Hubungan antara banyaknya uang yang dibelanjakan oleh para wisatawan dibandingkan dengan lamanya wisatawan tinggal di daerah tujuan wisata tertentu. Rumusnya:
ESR = E x e / L Dimana: ESR = Efficiency Spending rate E = Total Expenditures per tourist e = Average Expenditures per day L = Average Length of Stay in days per tourist Semakin besar ESR maka kedatangan wisatawan semakin diharapkan.
21
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
Lalu bagaimana dengan Nusa Dua dengan Kuta?
Pengaruh Pariwisata terhadap kesempatan kerja
6
E.O.J.W = T.A.T.E X 54% Dimana: E.O.J.W = Effect on Jobs and Wages T.A.T.E = Total Annual tourist Expenditures Angka 54% berdasarkan penelitian dibeberapa negara. Faktor-faktor yang menentukan variasi pengaruh kesempatan kerja di suatu negara yang disebabkan oleh berkembangnya sector pariwisata: 1. Corak Sistem perekonomian 2. Bentuk perusahaan yang bergerak disektor pariwisata. 3. Tingkat ketrampilan tenaga kerja, serta criteria yang ditentukan oleh industri pariwisata. 4. Persaingan diantara perusahaan dalam inndustri. 5. Apakah kegiatan Reguler atau musiman?
22
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
6. Banyak tidaknya pekerjaan (Proyek lain) yang tercipta akibat berkembangnya sector pariwisata.
7
Pengaruh pengeluaran Wistawan terhadap Penerimaan Pajak dan Pendapatan Nasional
Catatan: 1. Besarnya pajak (Taxes) tergantungn pada besar atau kecilnya pengeluaran wisatawan di DTW. 2. Besarnya pajak juga tergantung pada koefisien multiplier efek di DTW. 3. Besarnya keharusan membayar pajak yang ditetapkan oleh peemrintah DTW. Biasanya 10%. Rumusnya:
T.R = T.A.T.E x K x 10% Dimana: T.R = Tax Revenue T.A.T.E = Total Annual Tourist Expenditures K = Koefisien Multiplier
23
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
Pendapatan Nasional Rumusnya:
N.I = T.A.T.E x K Dimana: N.I = National Income T.A.T.E = Total Annual Tourist Expenditures K = Koefisien Multiplier Misalnya: Tahun 1993 pengeluaran wisatawan di Indonesia adalah sebanyak US$ 3.640,8 miliar dan koefisien Multiplier K=2,5, maka pendapatan nasional dari sector pariwisata dapat dihitung dari rumus diatas sebagai berikut:
N.I = US$ 3.640,8 x 2,5 N.I = US$ 9.102
24
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
MINGGU 6 KEBIJAKAN
Bagian ini akan disesuaikan dengan Kasus terbaru dan sedang hangat di masyarakat pariwisata
25
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
MINGGU 7 KAJIAN MIKRO EKONOMI PARIWISATA
1
Permintaan & Penawaran
1. Aspek Penawaran Pariwisata Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto 2005), ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut. a) Attraction (daya tarik); daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW) untuk menarik wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya. b) Accesable (transportasi); accesable dimaksudkan agar wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata c) Amenities (fasilitas); amenities memang menjadi salah satu syarat daerah tujuan wisata agar wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di DTW. d) Ancillary (kelembagaan); adanya lembaga pariwisata wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari DTW apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi. Selanjutnya Smith, 1988 (dalam Pitana, 2005) mengklasifikasikan berbagai barang dan jasa yang harus disediakan oleh DTW menjadi enam kelompok besar, yaitu: (1)Transportation, (2)Travel services, (3)Accommodation, (4)Food services, (5)Activities and attractions (recreation culture/entertainment), dan (6) Retail goods. Inti dari kedua pernyataan di atas adalah, aspek penawaran harus dapat menjelaskan apa yang akan ditawarkan, atraksinya apa saja, jenis transportasi yang dapat digunakan apa saja, fasilitas apa saja yang tersedia di DTW, siapa saja yang bisa dihubungi sebagai perantara pembelian paket wisata yang kan dibeli.
26
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA. 2. Aspek Permintaan Pariwisata Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto, 2005), faktor-faktor utama dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Harga; harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitu pula sebaliknya. b) Pendapatan; apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha pada Daerah Tujuan Wisata jika dianggap menguntungkan. c) Sosial Budaya; dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya wisatawan. d) Sospol (Sosial Politik); dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah Tujuan Wisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka sospol akan sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam terjadinya permintaan. e) Intensitas keluarga; banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri. f) Harga barang substitusi; disamping kelima aspek di atas, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barangbarang pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikan cadangan dalam berwisata seperti: Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat Daerah Tujuan Wisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura. g) Harga barang komplementer; merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai objek wisata yang saling melengkapi dengan objek wisata lainnya. Sedangkan Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting yang menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah
27
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MA. asal wisatawan antara lain, jumlah penduduk (population size),MMA., kemampuan finansial masyarakat (financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure time), sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada. Dari kedua pendapat di atas, aspek permintaan pariwisata dapat diprediksi dari jumlah penduduk dari suatu negara asal wisatawan, pendapatan perkapitanya, lamanya waktu senggang yang dimiliki yang berhubungan dengan musim di suatu negara, kemajuan teknologi informasi dan transportasi, sistem pemasaran yang berkembang, keamanan dunia, sosial dan politik serta aspek lain yang berhubungan dengan fisik dan non fisik wisatawan.
2
Perilaku Wisatawan
Tipologi Wisatawan Wisatawan adalah orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya itu. (Spillane, 1993). Tipologi wisatawan merupakan aspek sosiologis wisatawan yang menjadi bahasan yang penting karena pada penelitian ini akan meneliti persepsi wisatawan terhadap suatu objek wisata. Menurut Plog, 1972 (dalam Pitana, 2005) mengelompokkan tipologi wisatawan sebagai berikut: 1. Allocentris, yaitu wisatawan hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang belum diketahui, bersifat petualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat lokal. 2. Psycocentris, yaitu wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan wisata sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan di negaranya. 3. Mid-Centris, yaitu terletak diantara tipologi Allocentris dan Psycocentris Menurut Pitana (2005), tipologi wisatawan perlu diketahui untuk tujuan perencanaan, termasuk dalam pengembangan kepariwisataan. Tipologi yang lebih sesuai adalah tipologi berdasarkan atas kebutuhan riil wisatawan sehingga pengelola dalam melakukan pengembangan objek wisata sesuai dengan segmentasi wisatawan. Pada umumnya kelompok wisatawan yang datang ke Indonesia terdiri dari kelompok wisatawan psikosentris (Psycocentris). Kelompok ini sangat peka pada keadaan yang dipandang tidak aman dan sangsi akan keselamatan dirinya, sehingga wisatawan tersebut enggan datang atau membatalkan kunjungannya yang sudah dijadualkan (Darsoprajitno, 2001).
28
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
Motivasi Wisatawan untuk Berwisata Menurut Sharpley, 1994 dan Wahab, 1975 (dalam Pitana, 2005) menekankan, motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, karena motivasi merupakan “Trigger” dari proses perjalanan wisata, walau motivasi ini acapkali tidak disadari secara penuh oleh wisatawan itu sendiri. Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut: (1) Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya. (2) Cultural motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. (3)Social or interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (prestice), melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosankan dan seterusnya. (4) Fantasy motivation yaitu adanya motivasi di daerah lain sesorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang memberikan kepuasan psikologis (McIntosh, 1977 dan Murphy, 1985; dalam Pitana, 2005). Pearce, 1998 (dalam Pitana, 2005) berpendapat, wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata termotivasi oleh beberapa faktor yakni: Kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, prestise, dan aktualiasasi diri.
Faktor-faktor Pendorong Wisatawan untuk Berwisata Faktor-faktor pendorong untuk berwisata sangatlah penting untuk diketahui oleh siapapun yang berkecimpung dalam industri pariwisata (Pitana, 2005). Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi belum jelas mana daerah yang akan dituju. Berbagai faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata menurut Ryan, 1991 (dalam Pitana, 2005), sebagai berikut: 1) Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari. 2) Relaxation. Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas.
29
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA. 3) Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang merupakan kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius. 4) Strengthening family bond. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata ini dilakukan bersama-sama (group tour) 5) Prestige. Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau social standing. 6) Social interaction. Untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi. 7) Romance. Keinginan bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis atau untuk memenuhi kebutuhan seksual. 8) Educational opportunity. Keinginan melihat suatu yang baru, memperlajari orang lain dan/atau daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong dominan dalam pariwisata. 9) Self-fulfilment. Keinginan menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru. 10) Wish-fulfilment. Keinginan merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicitacitakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata religius, sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri. Kesepuluh faktor tersebut di atas diidentifikasi sebagai faktor pendorong wisatawan dalam mengunjungi suatu objek wisata khususnya objek wisata Kebun Raya Eka Karya Bali.
30
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
MINGGU 8 TOURISM DEVELOPMENT STAGES
Bagian ini akan disesuaikan dengan Kasus terbaru dan sedang hangat di masyarakat pariwisata
31
KULIAH EKONOMI PARIWISATA PENYAJI: DR. I GST BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA., MA.
MINGGU 9 IDEALISME PARIWISATA BALI ANALISIS DESKRIPTIF PARIWISATA BALI
1
IDEALISME PARIWISATA BALI
Multiplier (Pelipatganda) Neraca Pembayaran (Import-Export) Kebijakan (subsidi) Lingkungan Dampak Sosbud
ETIKA PENGEMBANGAN PARIWISATA
3
Kealamiahan (sustainable Tourism) Keunikan (Unique Resort) Kelangkaan (Responsible Tourism) Pelibatan Tenaga Kerja (Local Resources)
32