PROPOSAL PENELITIAN “PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN KELULUSAN PESERTA DIDIK”
HAYAT AL RAKHA 5215062168
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2010
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia saat ini di semua satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan sistem paket, di mana semua peserta didik menempuh pembelajaran yang sama dalam menyelesaikan program belajarnya. Hal ini dianggap kurang demokratis karena peserta didik tidak mendapatkan haknya untuk belajar sesuai dengan kemampuan, bakat, maupun minatnya. Peserta didik yang pandai akan terhambat untuk menyelesaikan program studinya. Sebaliknya peserta didik yang lemah merasa dipaksa untuk mengikuti peserta didik berkemampuan tinggi. Untuk memenuhi pelayanan pendidikan yang demokratis dan adil bagi peserta didik sesuai dengan ketentuan di atas, dapat ditempuh dengan menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) sebagaimana diatur lebih lanjut pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada pasal 11 ayat (2) dinyatakan ”Beban belajar untuk SMA/ MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori standar dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester”; Ayat (3) ”Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester”. Penerapan SKS sebenarnya bukan isu baru dalam dunia pendidikan menengah Indonesia. Isu ini kembali menguat ditengah-tengah berbagai
persoalan pendidikan menengah saat ini. Diantara persoalan tersebut adalah banyaknya mata pelajaran yang dibebankan kepada siswa setiap minggunya, bahkan ada yang mencapai 16 mata pelajaran. Banyaknya mata pelajaran yang dibebankan tersebut menyebabkan siswa mengikuti pelajaran dengan “terpaksa”. Perasaan terpaksa tersebut muncul karena tuntutan dari banyak pihak seperti guru, kepala sekolah dan orang tua agar siswa dapat mencapai hasil maksimal. Sehingga, agar tuntutan tersebut terpenuhi, siswa berusaha melakukan berbagai cara seperti mencontek dan hal lain yang dapat mewujudkan keinginan banyak pihak tersebut. Selain itu, dengan banyaknya mata pelajaran yang harus mereka pelajari, ditambah lagi dengan tugas dan pekerjaan rumah (PR), maka akan menimbulkan sifat malas bagi sebagian siswa yang apatis. Sistem Kredit Semester (SKS), oleh sebagian pihak diyakini sebagai sebuah solusi yang dapat mengatasi persoalan diatas. SKS akan membuat kehidupan sekolah lebih dinamis dan tidak kaku seperti saat ini. Saat ini siswa tidak diberi pilihan tentang pelajaran yang akan dipelajari di tiap semester. SKS akan membuat siswa dapat merencanakan studinya sendiri. Guru pun akan lebih mandiri dalam mempersiapkan dirinya.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah-masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana Sistem Kredit Semester (SKS) ini dapat diterapkan dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ?
2. Bagaimana pembebanan dan penilaian setiap mata pelajaran dengan model Sistem Kredit Semester (SKS) ? 3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan penerapan Sistem Kredit Semester (SKS) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ?
1.3 Pembatasan Masalah Masalah hanya dibatasi pada implementasi Sistem Kredit Semester (SKS) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan kelulusan peserta didik.
1.4 Tujuan Penelitian 1) Sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan kejenuhan akibat beban belajar yang semakin menumpuk. 2) Agar peserta didik mendapatkan haknya untuk belajar sesuai dengan kemampuan, bakat, maupun minatnya 3) Untuk memberikan peluang kepada peserta didik memilih program pembelajaran menuju pada suatu jenjang profesi tertentu. 4) Memberikan
kesempatan
kepada para peserta didik
agar dapat
menyelesaikan studi dalam waktu sesingkat mungkin. 5) Meningkatkan kualitas pembelajaran dan kelulusan peserta didik.
1.5 Manfaat Penelitian 1) Bagi masyarakat a) Untuk memberi informasi tentang keunggulan sistem kredit semester dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan kelulusan.
b) Memberikan kesempatan bagi orang tua agar juga dapat lebih proaktif membimbing dan memantau rencana studi anak-anaknya.
2) Bagi Sekolah Menengah Kejuruan a) Untuk memberi informasi tentang penerapan _ystem kredit semester dalam rangka pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. b) Guru akan lebih mandiri dalam mempersiapkan dirinya. c) Tingkat kelulusan peserta didik lebih cepat dan meningkat signifikan.
3) Bagi peserta didik a) Meningkatkan kemandirian peserta didik dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar. b) Peserta didik dapat mengembangkan potensi diri sesuai dengan kemampuannya. c) Mempersingkat waktu penyelesaian studi bagi peserta didik yang berkemampuan dan berkemauan tinggi.
BAB II KERANGKA TEORIS DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Sistem Kredit Semester (SKS) Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti untuk setiap semester pada satuan pendidikan. Satuan kredit semester (sks) adalah takaran penghargaan terhadap pengalaman belajar yang diperoleh selama satu semester melalui kegiatan terjadwal tatap muka per minggu sebanyak 1 jam teori atau 2 jam praktikum sekolah, atau 4 jam kerja lapangan/praktek industri. Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit.
2.1.2 Beban belajar Beban belajar adalah rumusan satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
untuk
mencapai
standar
kompetensi
lulusan
serta
kemampuan lainnya dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.
2.1.3 Semester Semester adalah satuan waktu kegiatan belajar efektif, terdiri atas 17 sampai 19 minggu yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran efektif pada satuan pendidikan termasuk kegiatan penilaian. Semester reguler adalah semester yang dilaksanakan antara bulan Juli-Desember (semester gasal) dan Januari-Mei (semestar genap) tiap tahun. Semester pendek adalah semester di antara dua semester reguler, yaitu antara bulan Juni-Agustus.
2.1.4 Kegiatan tatap muka Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik, materi pembelajaran, pendidik dan lingkungan.
2.1.5 Penugasan terstruktur Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain
oleh
pendidik
untuk
menunjang
pencapaian
tingkat
kompetensi dan atau kemampuan lainnya pada kegiatan tatap muka. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Penugasan terstruktur termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan, dan percepatan.
2.1.6 Kegiatan mandiri tidak terstruktur Kegiatan
mandiri
tidak
terstruktur
adalah
kegiatan
pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi mata pelajaran atau lintas mata pelajaran atau kemampuan lainnya yang waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.
2.1.7 Mata pelajaran wajib Mata pelajaran wajib adalah semua mata pelajaran normatif dan adaptif, mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran dasar kejuruan, dan mata pelajaran dalam kelompok spesialisasi dari Bidang Keahlian yang terkait. Mata pelajaran pilihan adalah mata pelajaran yang disediakan bagi peserta didik bagi pengembangan karir ke depan berdasarkan minat dan spesialisasi. Kurikulum dengan SKS perlu menyediakan sejumlah mata pelajaran pilihan bagi peserta didik dengan sejumlah sks tertentu.
BAB III PELAKSANAAN SISTEM KREDIT SEMESTER A. Pelaksanaan SKS Alokasi waktu yang diperlukan per minggu per satu sks sebagai berikut: 1. Untuk mata pelajaran teori (TMT = Tatap Muka Teori): a. Bagi peserta didik berarti: 1)
45 menit melaksanakan proses pembelajaran tatap muka.
2)
45 menit penugasan terstruktur.
3)
45 menit kegiatan mandiri.
b. Bagi guru berarti: 1)
45 menit melaksanakan proses pembelajaran tatap muka.
2)
45 menit perencanaan dan penilaian hasil belajar.
3)
45 menit pengembangan materi pembelajaran.
2. Untuk pelajaran praktik sekolah (PS): a. Bagi peserta didik berarti: 1)
90 menit kegiatan praktik di laboratorium atau praktik di bengkel atau studio atau di tempat olah raga di lapangan.
2)
45 menit kerja mandiri.
b. Bagi guru berarti: 1) 90
menit
kegiatan
pembelajaran
dan
penilaian
laboratorium/bengkel/studio. 2) 45 menit pengembangan materi dan persiapan mengajar. 3. Untuk pelajaran praktik lapangan/Industri (PI): a. Bagi peserta didik berarti: 1) 180 menit kegiatan praktik lapangan/industri.
di
2) 45 menit penugasan terstruktur. 3) 45 menit kerja mandiri. Tiap semester peserta didik mempunyai kesempatan memilih mata pelajaran yang akan diambil berdasarkan mata pelajaran yang ditawarkan oleh sekolah. Penawaran mata pelajaran dibagi menjadi tiga yaitu semester gasal, semester genap, dan semester pendek. Mata pelajaran yang akan diambil dikonsultasikan dengan guru pembimbing akademik. Pengurangan mata pelajaran yang sudah diambil atau penambahan mata pelajaran yang diinginkan hanya dapat dilakukan pada saat menambahmengurangi dalam semester yang sedang berjalan. Program produktif untuk masing-masing kompetensi keahlian dikelompokkan dalam mata pelajaran inti dan mata pelajaran pilihan. Satu
tahun akademik
dilaksanakan sebanyak 38 minggu. Satuan pendidikan atau sekolah wajib mensosialisasikan penerapan SKS yang akan dilaksanakan kepada stakeholders. Sekolah yang telah memutuskan untuk melaksanakan SKS harus melakukannya secara taat azas atau konsisten. Sekolah wajib melaksanakan 1 sks dalam pengertian yang benar seperti yang dituangkan dalam jadwal pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran melalui tatap muka (TM), tugas terstruktur (TT), dan kegiatan mandiri (KM). Peserta didik didorong untuk belajar secara mandiri. Oleh karena itu program pembelajaran untuk tugas terstruktur, kegiatan mandiri wajib disusun oleh guru pemangku mata pelajaran. Jumlah sks maksimal yang dapat diambil oleh peserta didik berdasarkan hasil prestasi pada semester sebelumnya.
ditentukan
B. Penilaian dalam SKS 1. Penentuan kemampuan kompetensi seorang peserta didik mempertimbangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. 2. Penilaian
kompetensi
menggunakan
berbagai
pendekatan
secara
komplementatif, mencakup semua unsur hasil belajar. 3. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) setiap mata pelajaran ditetapkan sesuai fungsi dan kedudukan mata pelajaran dalam proses pembentukan standar kompetensi lulusan (SKL). 4. Nilai suatu mata pelajaran ditentukan dengan “standar sebelas” yaitu nilai 0 sampai dengan 10 atau “standar 101” dengan nilai 0 sampai dengan 100. Penilaian dalam sistem kredit semester dilakukan dengan menggunakan kriteria nilai (grade) sebagai berikut. A, A-, B+, B, B-, C+, C, C-, D+, D, D-, dan E dengan makna sebagai berikut:
5.
A : baik sekali
C :cukup
A-: kurang dari baik sekali
C-: kurang dari cukup
B+: lebih dari baik
D : kurang
B : baik
D-: kurang dari kurang
C+: lebih dari cukup
E : gagal
Skala nilai dari masing-masing nilai ditentukan sebagai berikut: Tabel 1. Konversi Nilai Standar Nilai
Nilai
11
101
Huruf
Bobot
8,6 - 10
86 - 100
A
4,00
8,0 - 8,5
80 - 85
A-
3,75
7,5 - 7,9
75 - 79
B+
3,25
7,1 - 7,4
71 - 74
B
3,00
6,6 - 7,0
66 - 70
B-
2,75
6,4 - 6,5
64 - 65
C+
2,25
6,0 - 6,3
60 - 63
C
2,00
5,6 - 5,9
56 - 59
C-
1,75
5,1 - 5,5
51 - 55
D+
1,25
4,6 - 5,0
46 - 50
D
1,00
4,0 - 4,5
40 - 45
D-
0,75
0 - 3,9
0 - 39
E
0,00
6. Berdasarkan kriteria penilaian di atas ditentukan batas ambang ketuntasan minimal untuk seluruh mata pelajaran. Untuk kelompok normatif dan adaptif ditentukan nilai C+ dan untuk kelompok produktif nilai B. Peserta didik yang belum mencapai nilai batas ambang ketuntasan minimal dinyatakan tidak lulus. 7. Indeks Prestasi (IP) adalah nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai akhir, menggambarkan kadar kompetensi suatu hasil belajar. Untuk menentukan IP digunakan rumus jumlah nilai huruf ditransfer ke nilai bobot x sks, dibagi jumlah sks.
Tabel 2. Contoh Perhitungan Indeks Prestasi Nilai No
Mata Pelajaran
sks
sks x bobot Huruf Bobot
1.
Pendidikan Agama
2.
Pendidikan
1
A
4
1 x 4= 4 1 x 3,75=
1
A-
3,75
Kewarganegaraan 3.
Bahasa Indonesia
4.
Seni Budaya
3,75 2
B
3
2 x 3= 6 1 x 3,25=
1
B+
3,25 3,25
5.
Bahasa Inggris
2
A
4
2 x 4= 8
6.
Matematika
2
A
4
2 x 4= 8
7.
Fisika
2 x 3,25= 2
B+
3,25 6,50
8.
KKPI
1 x 3,75= 1
A-
3,75 3,75
9.
Teori
Dasar 4
A
4
4 x 4= 16
Elektronika JUMLAH
16
61,25
61,25 Indeks Prestasi = ----------- = 3,83 16 Catatan: 1) Apabila nilai belum masuk, bobot kredit mata pelajaran tersebut tidak diperhitungkan sebagai perhitungan IP. 2) Apabila nilai tidak ada karena peserta didik tidak menempuh ujian, bobot kredit mata pelajaran tersebut tetap diperhitungkan untuk menentukan IP. 8. Nilai IPK semester sebelumnya akan menentukan jumlah sks maksimal yang dapat diambil oleh peserta didik yang bersangkutan pada semester berikutnya, dengan ketentuan sebagai berikut: Indeks Prestasi (semester)
Beban Studi maksimal
Lebih dari 2,99
22
2,50 - 2,99
19
2,00 – 2,49
16
1,50 - 1,99
13
Kurang dari 1,50
10
9. Bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan minimal, harus diberi kesempatan untuk memperbaiki nilai pada semester pendek.
C. Penyetaraan Sistem Paket kedalam SKS 1. Beban Belajar SKS Satu sks dalam sistem kredit semester setara dengan: a. Untuk TMT sama dengan 45 menit proses pembelajaran tatap muka, 45 menit penugasan terstruktur, dan 45 menit kegiatan mandiri. b. Untuk PS sama dengan 2x45=90 menit kegiatan praktik di laboratorium atau praktik di bengkel atau studio atau di tempat olah raga di lapangan dan 45 menit kerja mandiri. c. Untuk PI sama dengan 4x45=180 menit kegiatan praktik lapangan/praktik industri, 45 menit penugasan terstruktur, dan 45 menit kerja mandiri. d. Dalam sistem paket alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur 0%-60% dari waktu kegiatan tatap muka 2. Perhitungan Konversi Konversi dari Sistem Paket ke dalam SKS menggunakan rumusan jumlah jam sebagai berikut: a. Untuk Mata Pelajaran Normatif dan Adaptif 1 jam pelajaran Teori=TM+ 60%TM = 1,6 TM =1,6x45 = 72 menit 1 sks TMT = TM + TT + KM = 45 + 45 + 45 = 135 menit 1 sks PS= 2 TM + KM = 90 + 45 = 135 menit Indeks penyetaraan jam pelajaran TMT ke sks = 72 : 135 = 0,533. Indeks penyetaraan jam pelajaran PS ke sks = 72 : 135 = 0,533. Artinya: 1 jam pelajaran TMT sama dengan 0,533 sks 1 jam pelajaran PS sama dengan 0,533 sks Contoh:
1.
Mata pelajaran Pendidikan Agama, jam pelajaran total adalah 192 jam. Maka jumlah sks mata pelajaran Pendidikan Agama untuk kebulatan studi tiga tahun sama dengan 192x0,533 = 102,33 sks. Jika mata pelajaran Pendidikan Agama dilaksanakan dalam 6 semester dan satu semester dilaksanakan dalam 19 minggu, maka sks tiap semesternya adalah 102,33: (6x19)= 0,88 dibulatkan 1 sks dan dilaksanakan dalam enam semester dengan rincian Pendidikan Agama 1 = 1 sks, Pendidikan Agama 2=1 sks, Pendidikan Agama 3=1 sks, Pendidikan Agama 4=1 sks, Pendidikan Agama 5=1 sks, Pendidikan Agama 6=1 sks.
2.
Mata pelajaran Bahasa Inggris, jam pelajaran total adalah 440 jam. Maka jumlah sks mata pelajaran Bahasa Inggris untuk kebulatan studi tiga tahun sama dengan 440x0,533 = 234,52 sks. Jika mata pelajaran Bahasa Inggris dilaksanakan dalam 6 semester dan satu semester dilaksanakan dalam 19 minggu, maka sks tiap semesternya adalah 234,52: (6x19)= 2,05 dibulatkan 2 sks dan dilaksanakan dalam enam semester dengan rincian Bahasa Inggris 1 = 2 sks, Bahasa Inggris 2 = 2sks, Bahasa Inggris 3 = 2 sks, Bahasa Inggris 4 = 2 sks Bahasa Inggris 5 = 2 sks, Bahasa Inggris 6 = 2 sks.
b. Untuk Mata Pelajaran Produktif 1 jam pelajaran Teori= TM + 0,6 TM = 1,6 TM = 72 menit 1 sks Teori = TM + TT + KM = 45 + 45 + 45 = 135 menit 1 sks PS= 2 TM + KM = 90 + 45 = 135 menit
1 sks PI = 4 TM + TT + KM = 180 + 45 + 45 = 270 menit Indeks penyetaraan jam pelajaran TMT ke sks = 72 : 135 = 0,533. Indeks penyetaraan jam pelajaran PS ke sks = 72 : 135 = 0,533. Indeks penyetaraan jam pelajaran PI ke sks = 72 : 270 = 0,266 Artinya: a. 1 jam pelajaran TMT sama dengan 0,533 sks b. 1 jam pelajaran PS sama dengan 0,533 sks c. 1 jam pelajaran PI sama dengan 0,266 sks
BAB V PENUTUP Pola penyelenggaraan
pendidikan dengan SKS dapat dilakukan untuk
kurikulum berbasis kompetensi dengan melakukan beberapa penyesuain penetapan konversi dari jam pelajaran ke sks. Penilaian dalam kurikulum berbasis kompetensi tetap mengacu pada kriteria lulus dan tidak lulus kompetensi. Namun untuk lulus kompetensi ada gradasi nilai (grade) yaitu dari paling rendah C, C+, B-, B, B+, A-, dan A. Untuk status tidak lulus hanya dinyatakan dengan nilai D, D-, dan E.
Pembulatan besarnya sks hasil konversi bisa dilakukan dengan
ketentuan hasil pecahan >0,5 dibulatkan ke atas dan yang < 0, 5 dibulatkan ke bawah. Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi satuan pendidikan yang berupaya menerapkan sistem kredit semester karena sistem ini dapat mengakomodasikan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Dengan diberlakukan sistem ini maka satuan pendidikan tidak perlu mengadakan program pengayaan karena sudah tercakup dalam sistem. Pemerintah mendorong dan mengharuskan menerapkan sistem SKS bagi SMK/MAK atau yang sederajad pada sekolah kategori mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:4jgGGhAqu5AJ:www.d isdikgunungkidul.org/tot_ktsp/MATERI%2520POKOK%2520TOT%2520KTS P/SKS/Sistem%2520Kredit%2520Semester%25201.ppt+smk+sistem+sks&cd=3 &hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a http://gurupembaharu.com/home/?p=175 http://suaidinmath.wordpress.com/2010/05/09/implementasi/ http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_undangan/Herry%20W_M akalah%20SKS.pdf http://download.smkdki.net/view.php?file=KUMPULAN_MATERI_BIMTEK_P ELATIHAN/01_KTSP.ppt