11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi data Berdasarkan bagian Latar Belakang di atas, pengelompokan parpol menurut asas dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok parpol. Ketiga kelompok parpol tersebut adalah parpol nasionalis (PN), parpol agamis (PA), dan parpol campuran (PC). Perolehan suara tiga kelompok parpol (PN, PA, dan PC) secara nasional
Suara (%)
disajikan pada Gambar 1. 80 60 40 20 0
2004 2009 P.Nasionalis
P.Agamis
P.Campuran
Parpol
Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009
Perolehan suara PN meningkat dari 61,68 % menjadi 70,06 %. Persentase PA dan PC mengalami penurunan suara masing-masing sebesar 4,80 % dan 3,58 %. Peningkatan perolehan suara pada PN disebabkan oleh penurunan perolehan suara PA dan PC. Oleh karena itu, hasil ini mengindikasikan masyarakat lebih cenderung memilih PN daripada PA dan PC pada pemilu tahun 2009. Profil ketiga kelompok parpol (PN, PA, dan PC) disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Trend perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009
12
PA dan PC mempunyai kemiripan bentuk sedangkan PN mempunyai bentuk tersendiri. Perolehan suara PA dan PC turun dari pemilu 2004 ke pemilu 2009, sedangkan PN mengalami kenaikan perolehan suara dari pemilu 2004 ke pemilu 2009. Oleh karena itu ketiga kelompok parpol mengalami perubahan perolehan suara. Perolehan suara PN, PA, dan PC per-provinsi dapat dilihat pada Gambar 3. Papua Irjabar Malut Maluku Gorontalo Sultra Sulsel Sulteng Sulut Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar NTT NTB Bali Banten Jatim DIY Jateng Jabar DKI Kepri Babel Lampung Bengkulu Sumsel Jambi Riau Sumbar Sumut NAD
Provinsi
PC09 PC04 PA09 PA04 PN09 PN04
0
20
40
60
80
100
Suara (%) Gambar 3 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut provinsi pada pemilu 2004 dan 2009
13
13
Pada kelompok pertama yaitu PN, semua perolehan suaranya naik kecuali di provinsi NTT dan Papua. Provinsi yang tertinggi kenaikan perolehan suaranya adalah NAD. Oleh karena itu masyarakat NAD diindikasikan cenderung menerima PN. Pada provinsi Bali, perolehan suara PN tetap tinggi dari pemilu 2004 ke 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Bali cenderung loyal pada PN. Pada Lampiran 1, perolehan suara PDIP di provinsi Bali terlihat turun cukup tinggi (12,42%) namun perolehan suara PD naik cukup tinggi pula (11,18%). Hal ini diindikasikan bahwa ada pemindahan pilihan partai dalam internal PN yaitu dari PDIP ke PD. Pada kelompok kedua yaitu PA, perolehan suaranya meningkat di provinsi Jatim, Jateng, Bali, NTT, dan Papua. Partai lama yang mendominasi dalam peningkatan perolehan suara pada PA di daerah tersebut adalah PKS. Sedangkan partai-partai
baru
(PKNU
dan
PMB),
perubahan
perolehan
suaranya
masing-masing kurang dari 1 %. Adapun pada kelompok ketiga yaitu PC, perolehan suaranya meningkat di provinsi Sulsel, Sultra, Maluku, dan Papua. Partai lama yang mendominasi dalam peningkatan perolehan suara pada PC di daerah tersebut adalah PAN (3,77 %). Sedangkan partai baru (PKDI) perubahan perolehan suaranya kurang dari 1 %. Penyebab menurunnya perolehan suara PA adalah suara PBB, PBR, PDS, PPP, dan PNUI menurun walaupun PKS naik. Kemudian perolehan suara PC menurun dikarenakan lebih banyak perolehan suara partai-partai yang turun dari pada yang naik.
Analisis Gerombol Selisih perolehan suara 3 kelompok parpol pemilu 2004 dengan 2009 setiap provinsi digerombolkan dengan analisis gerombol. Nilai ini diartikan sebagai perubahan perolehan suara parpol. Untuk mengukur kemiripan perubahan perolehan suara parpol antar provinsi digunakan jarak Euclid. Sedangkan metode yang digunakan di dalam penggerombolan di atas adalah pautan rataan. Metode ini cenderung menghasilkan gerombol dengan keragaman yang kecil (Udiyani 2007).
14
Hasil penggabungan gerombol yang terbentuk dari metode ini disajikan dalam dendogram. Dendogram tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Untuk menentukan banyaknya gerombol dilakukan pemotongan Pemotongan dilakukan pada jarak antar gerombol
pada dendogram.
yang
terjauh yaitu
kira-kira antara 1.15 sampai dengan 1.5. Provinsi
Gambar 4
Dendogram hasil
analisis gerombol
berdasarkan
perubahan
perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009
Prosedur tersebut menghasilkan 3 gerombol dimana 2 gerombol mempunyai anggota masing-masing 1 provinsi sementara itu gerombol lainnya mempunyai anggota 30 provinsi. Sehingga pemotongan pada jarak tersebut tidak menghasilkan gerombol dengan anggota yang seimbang. Selanjutnya pemotongan dendogram pada jarak penggabungan berikutnya yaitu pada jarak 1 itu relatif cukup
seimbang
dibandingkan
dengan
pemotongan
di
atas.
Anggota
masing-masing gerombol disajikan pada Tabel 1. Gerombol 1 dan 4 beranggotaan satu provinsi. Sedangkan Gerombol 2 memiliki anggota 23 provinsi dan gerombol 3 mempunyai anggota 7 provinsi. Sedangkan gerombol 4 anggotanya adalah provinsi Jatim. Rataan perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 disajikan pada Tabel 2.
15
15
Tabel 1 Gerombol provinsi berdasarkan perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 Gerombol Provinsi 1 NAD. Sumut, Jabar, Bengkulu, Sumsel, Kalteng, Kaltim, Banten, Kalsel, NTB, Sumbar, Malut, Babel, DKI, Kepri, DIY, Jateng, Sulut, 2 Riau, Jambi, Kalbar, Lampung, Sultra, dan Maluku. 3 Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel, NTT, dan Papua. 4 Jatim. Tabel 2 Rataan peubah perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 Gerombol 1 2 3 4
Perubahan perolehan suara parpol PN PA PC 28,31 -18,76 -9,56 9,90 -6,02 -3,89 -0,28 -0,28 0,42 14,34 4,34 -18,68
Secara umum, perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 pada gerombol 1, 2, dan 4 cukup dinamis. Perubahan perolehan suara PN bernilai positif. Oleh karena itu PN mengalami kenaikan perolehan suara dari pemilu 2004 ke 2009. Sedangkan perolehan suara PA dan PC menjadi turun, kecuali pada gerombol 4 PA naik sekitar 4,34 %. Perpindahan pilihan parpol dari PA dan PC ke PN terjadi pada gerombol 1. Gerombol ini memiliki satu anggota yaitu provinsi NAD. Pada provinsi NAD, PN memiliki perubahan perolehan suara parpol yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat NAD cenderung menerima PN. Partai-partai yang mendominasi pada PN adalah PD 34,75, kemudian disusul oleh P. Hanura (2,41), P. Gerindra (2,02), dan PPRN (1,32 %). Perpindahan pilihan parpol dari PA dan PC ke PN
juga terjadi pada
gerombol 2. Perolehan suara PA dan PC berpindah ke PN. Semua provinsi mengalami kenaikan perolehan suara parpol yang cukup tinggi pada PN dengan rataan sebesar 9,90 %. Provinsi dengan kenaikan yang tertinggi adalah DKI (16,90 %). Ini berarti bahwa masyarakat pada gerombol ini cukup tinggi cenderung menerima PN terutama di DKI. Partai-partai dari PN yang paling
16
menonjol adalah
PD (11,44 %) kemudian disusul oleh P. Gerindra (4,12 %),
P. Hanura (4,11 %), dan PPRN (1,50 %). Perubahan perolehan suara parpol terlihat statis pada gerombol 3. Kekuatan perubahannya agak berimbang di semua kelompok parpol. Hal ini sesuai dengan yang disajikan pada Gambar 3. Ini berarti bahwa masyarakat di provinsi Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel, NTT, dan Papua cenderung memiliki sikap yang cukup loyal terhadap pilihan partainya. Gerombol 4 memiliki satu anggota yaitu provinsi Jatim. Perpindahan pilihan parpol terjadi pada PC ke PN dan PA. Pada gerombol ini, PN mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 14,34 %. Sedangkan PA mengalami kenaikan 4,34 %. Partai yang menonjol pada gerombol 4 secara urutan tertinggi adalah PD (13,06 %), PKNU (4,60 %), P. Gerindra (4,46 %), PKS (2,37 %), dan P. Hanura (2,36 %). Berdasarkan uraian di atas, kenaikan perolehan suara parpol terbesar terjadi pada PN. Dominasi partai-partai pada PN adalah PD, P. Gerindra, dan P. Hanura. Kenaikan perolehan suara parpol masing-masing partai tersebut secara nasional adalah 13.40 %, 4,46 %, dan 3,77%. P. Gerindra dan P. Hanura tergolong dalam partai Baru. Diindikasikan bahwa kedua parpol baru tersebut memperoleh suaranya dari Partai Golkar. Hal ini dikarenakan perolehan suara Partai Golkar turun sebesar 7,13 %. Indikasi ini diperkuat dengan adanya pimpinan puncak kedua partai tersebut berasal dari pimpinan pusat PG (Sumarsono 2009). Peubah bebas (karakteristik daerah) dirata-ratakan menurut penggerombolan di atas. Hasil rataan tersebut dinamakan peubah karakteristik gerombol. Tabel 3 berisi tentang peubah karakteristik gerombol.
Tabel 3 Peubah karakteristik gerombol Peubah karakteristik gerombol
Gerombol 1 2 3 4
50 51 51 49
28,75 40,57 27,77 40,88
17,57 15,87 14,68 13,35
97,50 96,63 97,47 97,00
99,85 82,31 48,16 90,00
9,56 7,99 5,53 6,42
38,21 41,65 33,34 33,20
Gerombol 1 memiliki peubah yang menonjol pada
23,53 13,63 23,32 18,51
dan
17,12 21,66 13,97 16,76
70,40 71,40 67,00 69,80
. Dengan
demikian provinsi NAD memiliki persentase penduduk beragama Islam dan
17
17
persentase penduduk miskin yang tinggi. Peubah yang menonjol pada gerombol 2 yaitu
,
, dan
.
Oleh karena itu gerombol 2 memiliki
penduduk
yang banyak tinggal di perkotaan dengan pengeluaran perkapita bulanan dan PDRB yang cukup tinggi . Sedangkan gerombol 3 mempunyai peubah yang menonjol pada
. Itu berarti provinsi Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel,
NTT, dan Papua memiliki persentase penduduk miskin yang tinggi. Peubah dan
yang menonjol dan peubah
yang kecil terdapat pada gerombol 4.
Dengan demikian Jatim adalah provinsi yang penduduknya banyak tinggal diperkotaan dan persentase penduduk beragama Islam yang tinggi serta persentase pemilih pemula yang rendah. Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3, perpindahan pilihan dari parpol agamis dan parpol campuran ke parpol nasionalis yang cukup tinggi ada hubungannya dengan persentase penduduk beragama Islam, persentase penduduk miskin, pengeluaran perkapita bulanan, PDRB, dan persentase penduduk perkotaan yang cukup tinggi pula. Sedangkan perpindahan pilihan dari parpol nasionalis dan parpol agamis ke parpol campuran yang rendah ada hubungannya dengan persentase penduduk miskin yang cukup tinggi. Adapun perpindahan pilihan dari parpol campuran ke parpol nasionalis dan parpol agamis yang cukup tinggi ada hubungannya dengan persentase penduduk perkotaan dan persentase penduduk beragama Islam yang cukup tinggi, dan persentase pemilih pemula yang rendah.
Analisis Biplot Karakteristik gerombol pada Tabel 3 dianalisis dengan menggunakan biplot. Hasil analisis biplot berdasarkan karakteristik gerombol diperoleh akar ciri sebagai berikut
= 1589,84,
= 205,86 ,
= 68,67 , dan
= 0,63. Koordinat
posisi obyek dan peubah masing-masing disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4 Koordinat posisi obyek Gerombol 1 2 3 4
Dimensi 1 Dimensi 2 2,98 2,57 0,67 -2,49 -5,27 0,85 1,62 -0,93
18
Tabel 5 Koordinat posisi peubah Peubah
Dimensi 1 -0,16 0,82 0,18 -0,03 6,16 0,38 0,50 -0,34 0,48 0,44
Dimensi2 -0,05 -2,89 0,40 0,18 0,62 0,24 -0,56 2,03 -0,95 -0,34
Keterangan: Dimensi 1 adalah sumbu utama pertama (sumbu horizontal) dan dimensi 2 adalah sumbu utama kedua (sumbu vertikal).
Grafik biplot berdasarkan karakteristik gerombol disajikan pada Gambar 5. Keragaman yang dapat dijelaskan dalam biplot sebesar 96,33 %. Sumbu utama pertama memberikan kontribusi sebesar 85,13 % dari total keragaman yang dapat diterangkan, sedangkan sumbu utama kedua memberikan kontribusi sebesar 11,20 %.
Gambar 5 Penyajian biplot berdasarkan karakteristik gerombo l
19
19
Berdasarkan titik koordinat obyek hasil biplot, gerombol 1 dicirikan oleh ,
, dan
. Oleh karena itu provinsi NAD memiliki penduduk dengan
pemeluk agama Islam, pemilih pemula, dan pengangguran terbuka relatif cukup besar. Sedangkan gerombol 2 dan 4 dicirikan oleh
,
,
, dan
. Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk pada provinsi-provinsi yang termasuk gerombol ini banyak tinggal di perkotaan dan mempunyai produk domestik regional bruto, pengeluaran perkapita bulanan, dan indeks pembangunan manusia yang relatif cukup tinggi. Pada gerombol 3 yaitu provinsi Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel, NTT, dan Papua, penduduknya mempunyai tingkat kemiskinan ( tidak tamat perguruan tinggi yang relatif cukup tinggi (
) dan
).
Analisis Korelasi Kanonik Analisis Korelasi Kanonik Menurut Nasional Hasil analisis korelasi antara peubah respon (perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009) dengan peubah
bebas (karakteristik
daerah) menurut nasional (32 provinsi) disajikan pada Tabel perolehan suara PN (
) memiliki hubungan yang linier cukup erat dengan
persentase penduduk beragama Islam ( suara PA (
6. Perubahan
). Sedangkan perubahan perolehan
) memiliki hubungan linier yang cukup erat dengan persentase
pemilih pemula (
) . Adapun
perubahan perolehan suara PC (
) memiliki
hubungan linier yang cukup erat dengan persentase penduduk perkotaan (
).
Tabel 6 Korelasi antara peubah respon dengan peubah bebas menurut nasional Peubah bebas
Peubah respon -0.28
0.41
0.39
-0.23
0.54
0.38
0.38
-0.38
0.13
0.42
-0.10
-0.08
-0.60
0.00
-0.32
-0.36
-0.24
0.19
-0.04
-0.15
0.48
-0.50
0.08
0.32
-0.43
-0.16
-0.29
0.32
-0.14
-0.43
Uji hipotesis korelasi kanonik secara keseluruhan menghasilkan nilai statistik uji Wilks’lambda sebesar 0,096 dengan nilai-p sebesar 0,0034. Apabila α yang digunakan sebesar 0,05 maka nilai-p ini kurang dari nilai α. Hal ini berarti bahwa ada korelasi kanonik yang signifikan. Dengan demikian korelasi kanonik yang dapat diambil minimal satu buah.
20
Selanjutnya uji sebagian dilakukan untuk memperoleh peubah kanonik yang dapat diambil. Hasil uji ini disajikan pada Tabel 7. Korelasi kanonik dari gugus peubah bebas dengan peubah respon menghasilkan 3 buah peubah kanonik yang cukup tinggi yaitu, 0,85, 0,74, dan 0,72.
Tabel 7 Kontribusi keragaman peubah kanonik menurut nasional Peubah kanonik 1 2 3
Korelasi Kanonik
Proporsi
Nilai-P
0,85 0,74 0,50
0,63 0,29 0,08
0,0034 0,1143 0,5425
Berdasarkan kontribusi keragaman yang dapat dijelaskan oleh peubah kanonik pertama, kedua, dan ketiga masing-masing menjelaskan keragaman total 63 %, 29 %, dan 8 %. Oleh karena itu kontribusi keragaman yang cukup tinggi adalah pada peubah kanonik yang pertama. Jika α diambil 0,05 maka korelasi kanonik yang pertama berbeda nyata dengan nol. Dengan demikian korelasi kanonik yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara gugus peubah respon dengan peubah bebas adalah satu korelasi kanonik saja. Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas pada 32 provinsi disajikan pada Tabel 8. Peubah respon (Y) yang berhubungan cukup erat dengan peubah kanonik bebas pertama (
) adalah perubahan perolehan suara PN (
sebesar 0,61 dan perubahan perolehan suara PC (
)
) sebesar -0,69 .
Tabel 8 Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas menurut nasional Peubah Respon
Peubah Kanonik Bebas 0.61 -0.14 -0.69
Korelasi peubah bebas (Y) dengan peubah kanonik respon pertama ( ) disajikan pada Tabel 9. Peubah bebas yang berhubungan cukup erat dengan peubah kanonik respon adalah persentase penduduk laki-laki (
) sebesar -0,57,
21
persentase penduduk beragama Islam ( manusia (
) sebesar 0,52, dan indeks pembangunan
) sebesar 0,53.
Tabel 9 Korelasi peubah bebas dengan fungsi kanonik peubah bebas menurut nasional Peubah Bebas
Peubah Kanonik respon -0.57 0.44 -0.03 -0.35 0.52 0.26 0.26 -0.49 0.06 0.53
Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9, pola hubungan antar peubah respon dengan peubah bebas menurut nasional adalah semakin tinggi karakteristik daerah pada persentase penduduk laki-laki, persentase penduduk beragama Islam, dan indeks pembangunan manusia maka diikuti pula dengan semakin besarnya perubahan perolehan suara parpol pada Parpol Nasionalis dan Parpol Campuran.
Analisis Korelasi Kanonik Menurut Gerombol Korelasi kanonik antara peubah bebas (karakteristik daerah) dan peubah respon (perubahan perolehan suara parpol) dianalisis berdasarkan tiap gerombol. Banyaknya obyek pada gerombol 1, 3, dan 4 adalah kurang dari banyaknya peubah. Oleh karena itu gerombol-gerombol tersebut tidak bisa dianalisis. Gerombol yang dapat dianalis hanyalah gerombol 2. Pada gerombol 2, hasil analisis korelasi antara peubah respon (perubahan perolehan suara parpol) dengan peubah bebas (karakteristik daerah) disajikan pada Tabel 10. Perubahan perolehan suara PN ( ) memiliki hubungan linier yang cukup erat dengan persentase penduduk perkotaan (
). Pada peubah respon
yang kedua yaitu perubahan perolehan suara PA ( ), tidak mempunyai hubungan linier cukup erat dengan peubah bebas manapun. Sedangkan perubahan perolehan
22
suara PC ( ) memiliki hubungan linier yang cukup erat dengan persentase penduduk laki-laki (
) dan persentase penduduk perkotaan (
).
Tabel 10 Korelasi antara peubah respon dengan peubah bebas menurut gerombol 2 Peubah bebas
Peubah respon -0.34
0.53
0.16
-0.27
0.26
0.13
0.47
-0.43
0.13
0.11
-0.19
0.03
-0.36
-0.14
0.02
-0.11
-0.14
0.04
0.04
0.25
0.58
-0.62
0.20
0.44
-0.30
-0.03
-0.37
0.43
-0.18
-0.37
Uji hipotesis korelasi kanonik secara keseluruhan menghasilkan nilai statistik uji Wilks’lambda sebesar 0,042 dengan nilai-p sebesar 0,036. Apabila α yang digunakan sebesar 0,05 maka nilai-p tersebut kurang dari nilai α. Hal ini berarti bahwa ada korelasi kanonik yang signifikan. Dengan demikian korelasi kanonik yang dapat diambil minimal satu buah. Selanjutnya uji sebagian dilakukan untuk memperoleh peubah kanonik yang dapat diambil. Hasil uji ini disajikan pada Tabel 11. Korelasi kanonik dari gugus peubah bebas dengan peubah respon menghasilkan 2 peubah kanonik yang cukup besar yaitu, 0,95 dan 0,72.
Tabel 11 Kontribusi keragaman peubah kanonik menurut gerombol 2 Peubah kanonik ke1 2
Korelasi kanonik 0.95 0.72
Proporsi 0.88 0.10
Nilai-p 0.04 0.81
Berdasarkan kontribusi keragaman yang dapat dijelaskan oleh peubah kanonik pertama dan kedua masing-masing menjelaskan keragaman total 88 %, dan 10 %. Oleh karena itu kontribusi keragaman yang cukup tinggi adalah pada peubah kanonik yang pertama. Jika α ditentukan sebesar 0,05 maka hanya peubah kanonik pertama yang berbeda nyata dengan nol. Dengan demikian peubah kanonik yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara gugus peubah respon dengan peubah bebas adalah satu peubah kanonik saja. Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas disajikan pada Tabel 12. Peubah respon (Y) yang berhubungan cukup erat dengan peubah
23
23
kanonik bebas (
) adalah perubahan perolehan suara PN
perubahan perolehan suara PC
sebesar 0,56 dan
sebesar 0,56. Hal ini berarti bahwa peubah
yang dapat diambil untuk mewakili gugus peubah respon adalah perubahan perolehan suara PN dan perubahan perolehan suara PC.
Tabel 12 Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas menurut gerombol 2 Peubah respon
Peubah kanonik bebas 0.56 0.29 0.56
Korelasi peubah bebas dengan peubah kanonik peubah respon disajikan pada Tabel 13. Peubah bebas yang berhubungan cukup erat dengan peubah kanonik respon (
adalah
sebesar -0,59 dan
sebesar 0,68. Dengan
demikian peubah yang dapat mewakili gugus peubah bebas adalah persentase penduduk laki-laki dan persentase penduduk perkotaan. Tabel 13 Korelasi peubah bebas dengan fungsi kanonik peubah bebas menurut gerombol 2 Peubah bebas
Peubah kanonik respon -0.59 0.68 -0.13 -0.46 0.29 0.05 0.43 -0.45 0.20 0.34
Berdasarkan Tabel 12 dan Tabel 13, gerombol 2 mempunyai pola hubungan antar peubah respon dengan peubah bebas yaitu semakin tinggi karakteristik daerah pada persentase penduduk laki-laki dan persentase penduduk perkotaan
24
maka diikuti pula dengan semakin besarnya perubahan perolehan suara parpol pada Parpol Nasionalis dan Parpol Campuran. Dengan demikian pola hubungan korelasi kanonik menurut gerombol 2 dan keseluruhan provinsi memiliki persamaan yaitu semakin tinggi karakteristik daerah pada persentase penduduk laki-laki maka diikuti pula dengan semakin besarnya perubahan perolehan suara parpol pada Parpol Nasionalis dan Parpol Campuran.