ditampilkan dalam sebuah layer yang akan muncul dalam aplikasi SIG. Integrasi Sistem
dan
Perancangan
Antarmuka
Aplikasi SIG bukanlah sistem yang plug and play sehingga ada kemungkinan beberapa komponen dapat berjalan dengan baik bila berjalan sendiri, tetapi belum tentu dapat berjalan baik bila telah dipadukan. Pada tahapan ini dilakukan integrasi antara data raster dengan data vektor sehingga dapat digunakan sebagai sebuah sumber data yang valid. Perancangan antarmuka dilakukan dengan merancang tampilan halaman dengan kombinasi warna, teks, dan gambar sesuai dengan isi dan tujuan pengembangan sistem. Selain itu, perancangan antarmuka memberikan gambaran untuk menentukan posisi Sistem Algoritme Genetika dan fungsi-fungsi yang ada di dalamnya pada saat dilakukan integrasi dengan aplikasi SIG. Pengembangan Sistem Perangkat dan teknologi diaplikasikan untuk membangun aplikasi web yang telah dirancang. Pengembangan sistem ini dilakukan dengan menggunakan framework Pmapper. Halaman peta dikembangkan dengan melakukan konfigurasi layer pada mapfile, sedangkan penempatan Algoritme Genetika dilakukan dengan konfigurasi beberapa script PHP. Pengujian Sistem Pengujian terhadap sistem dilakukan dengan menggunakan metode black-box. Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan masukan tertentu untuk memeriksa apakah keluaran yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Dokumentasi Seluruh tahapan pengembangan sistem, mulai dari tahapan analisis kebutuhan sampai dengan tahapan evaluasi, modul fungsi dari sistem, hasil pengujian, dan hasil evaluasi perlu didokumentasikan dalam bentuk tulisan untuk mempermudah pemahaman terhadap sistem pada saat akan dilakukan tahap pengembangan lebih lanjut. Garis besar dari isi dokumentasi tersebut dapat dituliskan dalam bentuk skripsi maupun karya ilmiah lainnya
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Kebutuhan Tahapan analisis yang dilakukan meliputi beberapa aspek, yaitu deskripsi umum sistem, spesifikasi pengguna, kebutuhan fungsional perangkat lunak, dan batasan sistem. 1.1 Deskripsi Sistem Sistem Informasi Geografis Kota Bogor (SIGKABO) adalah sebuah sistem informasi berbasis web yang dikembangkan dengan tujuan menggambarkan rute perjalanan optimum yang bisa dilalui oleh pengguna jalan raya dalam bentuk peta interaktif. Sistem ini diharapkan dapat membantu pengguna jalan raya untuk mengetahui rute perjalanan optimum sehingga pengguna bisa mencapai tempat tujuan dengan waktu yang lebih singkat. Selain fungsi utama tersebut, sistem ini juga menyajikan informasi secara dinamis dan interaktif mengenai lokasi fasilitas-fasilitas yang ada di Kota Bogor seperti peta administrasi, lokasi fasilitas pemerintahan, lokasi fasilitas layanan umum, lokasi fasilitas sentral bisnis, dan lokasi fasilitas wisata. 1.2 Spesifikasi Pengguna Pengguna SIGKABO dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengguna biasa dan administrator. Penggolongan ini dilakukan berdasarkan tanggung jawab dan hak akses yang dimiliki masing-masing pengguna terhadap sistem. Pengguna biasa merupakan pengunjung website yang hanya memiliki hak akses untuk mengakses informasi dari website, sedangkan administrator merupakan pengguna yang memiliki hak akses khusus untuk mengakses halaman administrator dan melakukan penambahan, pengubahan, dan penghapusan data dan informasi yang ditampilkan pada website. Selain itu, administrator juga bisa mengakses halaman website sama seperti pengguna biasa. 1.3 Kebutuhan Fungsional Perangkat Lunak Fungsi-fungsi yang disediakan oleh SIGKABO dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu fungsi umum dan fungsi peta. Fungsi umum merupakan fungsi-fungsi yang disediakan oleh halaman awal SIGKABO sedangkan fungsi peta merupakan fungsi-fungsi yang disediakan oleh halaman peta SIGKABO. Deskripsi lengkap untuk kebutuhan fungsional sistem dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara umum, fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
6
Fungsi awal yang disediakan SIGKABO: 1 Menyediakan fasilitas buku tamu. 2 Menyajikan berita terkini seputar Kota Bogor. 3 Menyajikan informasi sekilas tentang Kota Bogor, meliputi sejarah pemerintahan, visi dan misi, dan lambang Kota Bogor. 4 Mengelola database yang hanya dapat dilakukan oleh administrator. Fungsi peta yang disediakan SIGKABO: 1 Menyediakan fasilitas pencarian rute optimum dari posisi awal ke tempat tujuan. 2 Menampilkan rute optimum hasil pencarian. 3 Menampilkan peta administrasi Kota Bogor. 4 Memilih layer peta yang ingin diaktifkan. 5 Menampilkan menu legenda yang berisi simbol dan keterangan dari layer yang ingin ditampilkan. 6 Melakukan perbesaran maksimum sesuai dengan besarnya frame. 7 Melakukan pergeseran posisi tampilan peta. 8 Melakukan pengukuran jarak dari satu titik ke titik yang lain dalam peta. 9 Menambahkan objek baru di dalam view peta. 10 Memberikan print preview peta dalam skala tertentu. 11 Memperbesar dan memperkecil ukuran peta. 12 Melakukan proses searching berdasarkan pilihan pengguna. 13 Melakukan konversi peta dalam bentuk PDF maupun HTML.
2.1 Kebutuhan Data Berdasarkan analisis kebutuhan sistem yang telah dilakukan, data yang dibutuhkan berupa: 1. Data spasial dan data atribut wilayah administrasi Kota Bogor. 2. Data spasial dan data atribut jalan yang mencakup data node jalan yang digunakan dalam proses penghitungan rute optimum. 3. Data profil dan informasi terbaru mengenai Kota Bogor. 2.2 Kebutuhan Fungsional Secara umum, kebutuhan fungsional dimodelkan dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD). Diagram konteks SIGKABO dapat dilihat pada Gambar 5.
1.4 Batasan Sistem Batasan yang digunakan dalam sistem ini adalah: • Penentuan rute optimum yang dihasilkan hanya memperhatikan satu kali perjalanan dalam penelusuran jalur yang dilalui. • Tidak semua jalan yang ada di Kota Bogor ditampilkan pada layer jalan. Layer jalan hanya menampilkan data jalan yang digunakan sebagai node dalam proses penentuan rute perjalanan optimum. Data node jalan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. • Administrator dapat melakukan manajemen database pada halaman awal tetapi administrator tidak bisa melakukan manajemen data spasial pada halaman peta secara langsung. 2. Perancangan Konseptual Tahapan perancangan konseptual terdiri atas perancangan kebutuhan data, dan perancangan kebutuhan fungsional.
Gambar 5 Diagram konteks sistem. Diagram konteks dapat dikembangkan menjadi DFD level 1. DFD level 1 memiliki informasi proses yang terjadi dalam sistem serta aliran data dari entitas ke sistem dan sebaliknya. DFD level 1 SIGKABO dapat dilihat pada Lampiran 4. 3. Perancangan Database Perancangan database dilakukan melalui tahapan perancangan konseptual, perancangan logical, dan perancangan physical.
7
3.1 Perancangan Database Konseptual Data yang akan digunakan adalah data vektor dengan format shapefile yang dihasilkan oleh perangkat lunak Arc View GIS. Semua data yang digunakan harus memiliki format shapefile (*.shp) untuk data spasial dan format dbaseIV (*.dbf) untuk data atribut. Bentuk data vektor yang digunakan dalam pengembangan SIGKABO digolongkan menjadi dua, yaitu: • Polygon, untuk data wilayah kecamatan dan kelurahan, • Point, untuk fasilitas pemerintahan, layanan umum, sentra bisnis, dan wisata. Data tersebut digunakan sebagai entity yang memiliki tipe entitas masing-masing dan saling berhubungan. Setiap entitas dilengkapi dengan keterangan bentuk dan spasial. Hasil perancangan konseptual kemudian digambarkan dalam entity relationship diagram (ERD) yang dapat dilihat pada Lampiran 5. 3.2 Perancangan Logical Database Perancangan logical database dilakukan dengan membuat diagram keterhubungan antartabel. Diagram tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6. Proses organisasi terhadap data menghasilkan lima belas layer sebagai berikut: 1. kecamatan, berisi atribut nama, dan luas (m2) kecamatan di Kota Bogor, 2. kelurahan, berisi atribut nama, luas (m2), dan keliling (m) kelurahan di Kota Bogor, 3. namakelurahan, berisi atribut nama kelurahan di Kota Bogor, 4. namakec, berisi atribut nama kecamatan di Kota Bogor, 5. pemerintahan 1, berisi atribut koordinat, jenis, dan nama fasilitas pemerintahan berdasarkan pengambilan data dengan GPS, 6. pemerintahan 2, berisi atribut jenis, dan nama fasilitas pemerintahan berdasarkan data Bakosurtanal, 7. pemerintahan 3, berisi atribut nama fasilitas pemerintahan dan kategorinya berdasarkan pengambilan data dengan GPS, 8. layanan umum 1, berisi atribut koordinat, jenis, dan nama fasilitas layanan umum berdasarkan pengambilan data dengan GPS, 9. layanan umum 2, berisi atribut jenis, dan nama fasilitas layanan umum berdasarkan data Bakosurtanal, 10. layanan umum 3, berisi atribut kategori dan nama fasilitas layanan umum berdasarkan pengambilan data dengan GPS,
11. sentral bisnis 1, berisi atribut koordinat, jenis, dan nama fasilitas sentral bisnis berdasarkan pengambilan data dengan GPS, 12. sentral bisnis 2, berisi atribut jenis, dan nama fasilitas sentral bisnis berdasarkan data Bakosurtanal, 13. sentral bisnis 3, berisi atribut kategori, dan nama fasilitas sentral bisnis berdasarkan pengambilan data dengan GPS, 14. wisata1, berisi atribut koordinat, jenis, dan nama fasilitas wisata berdasarkan pengambilan data dengan GPS, 15. wisata2, berisi atribut kategori, dan nama fasilitas wisata berdasarkan pengambilan data dengan GPS. 3.3 Perancangan Physical Database Perancangan physical dilakukan dengan menentukan tipe data dari tiap data atribut dan menyimpan data dalam bentuk shapefile yang memiliki tiga format file turunan yaitu *.shp, *.shx, *.dbf. 4. Pembangunan Database Proses pembangunan database dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pengolahan shapefile, konversi data shapefile ke format *.sql, dan pembangunan database pada PostgreSQL. 4.1 Pengolahan Shapefile Luas cakupan masing-masing shapefile perlu disesuaikan dengan layer jalan yang akan ditampilkan agar komposisi peta yang ditampilkan menjadi seimbang. Luas cakupan seluruh shapefile dengan tipe data point disesuaikan dengan batas terluar layer jalan, sedangkan untuk shapefile dengan tipe data polygon, hanya dilakukan penyesuaian terhadap data wilayah kelurahan. Data shapefile wilayah kecamatan ditampilkan seluruhnya untuk merepresentasikan batas-batas terluar dari Kota Bogor. 4.2 Konversi Data Tahapan konversi data dilakukan untuk memasukkan data shapefile ke dalam PostGIS melalui PostgreSQL. Seluruh file yang akan dikonversi ke dalam format .sql perlu dipindahkan ke direktori: ..\Program Files\PostgreSQL\8.3\bin
kemudian dilakukan proses konversi dengan mengetikkan perintah pada command prompt yang berisi: shp2pgsql [nama shapefile] tabel] > [nama file.sql]
[nama
8
4.3 Pembangunan Database Menggunakan PostgreSQL Pembangunan database pada PostgreSQL diawali dengan membuat database baru. Data *.sql hasil proses konversi data kemudian dimasukkan sebagai data tabel pada database yang baru. Proses ini dapat dilakukan dengan mengetikkan perintah: psql –d [nama database] –U [owner database] –f [nama file *.sql]
Perintah tersebut dieksekusi melalui command prompt maupun melalui sqlshell PostgreSQL. Setelah seluruh data spasial dimasukkan ke dalam tabel database, perlu dilakukan gix index dan vacuum analyze pada masing-masing tabel. Gix index dilakukan untuk mempercepat proses query dengan membuat satu kolom unique pada masingmasing tabel geometri. Vacuum analyze dilakukan untuk memperbarui statistik geometri.
Proses pencarian rute optimum menggunakan Algoritme Genetika diawali dengan tahapan representasi kromosom, kemudian dilanjutkan dengan penentuan parameter algoritme genetika dan proses berakhir saat generasi telah memenuhi kriteria berhenti. • Representasi Kromosom Metode yang digunakan untuk menentukan representasi kromosom adalah metode Priority-based Encoding and Decoding. Penelitian ini akan menentukan rute optimum yang dipengaruhi oleh jarak terdekat dan waktu tercepat. Oleh karena itu, fungsi fitness yang akan digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan dalam persamaan
ୀଵ
ୀଵ
ܨሺݔ, ݐሻ = ሺ%ܦሻ ∗ ݔ + ሺ%ܹሻ ∗ ቌ ݐ ቍ ∗ ݒ. . ሺ1ሻ
dimana F(x,t) adalah fungsi fitness, j adalah jumlah proses perpindahan dari satu titik ke titik lain yang merupakan tetangganya yang diperlukan hingga mencapai titik tujuan, x adalah jarak antar titik, t adalah waktu antar titik, v adalah kecepatan konstan, %D adalah bobot persentase untuk jarak, dan %W adalah bobot persentase untuk waktu. Parameter
Parameter ukuran populasi yang optimal diperoleh dengan memilih nilai ukuran populasi yang memiliki nilai fitness rata-rata paling kecil sehingga akan menghasilkan rute optimum. Nilai crossover probability dan mutation probability ditentukan oleh akhir generasi. Nilai crossover probability dan mutation probability yang paling baik adalah nilai yang mampu menghasilkan akhir generasi dengan ukuran paling besar. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan oleh Marwantoni (2009), nilai parameter ukuran populasi, crossover probability, dan mutation probability yang optimal dalam penelitian ini adalah 300 kromosom, 0.6, dan 0.5. • Evaluasi dan Kriteria Berhenti
5. Sistem Algoritme Genetika
• Penentuan Genetika
adalah parameter optimal ukuran populasi, crossover probability, dan mutation probability. Seluruh prosedur tersebut akan terus berulang sampai kriteria berhenti stall generation telah terpenuhi.
Algoritme
Parameter algoritme genetika yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
Kriteria berhenti yang diterapkan dalam penelitian ini adalah stall generation. Stall generation merupakan suatu kondisi dimana nilai fitness sudah tidak mengalami perubahan selama generasi yang ditentukan. Semakin besar nilai parameter stall generation yang digunakan akan menyebabkan waktu eksekusi program menjadi lebih lama. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, parameter stall generation yang optimal adalah 5. Setelah seluruh nilai parameter dan kriteria berhenti ditentukan, Algoritme Genetika yang digunakan diimplementasikan dalam sebuah web client dengan menggunakan parameter optimal ukuran populasi sebanyak 300 kromosom, crossover probability 0.6, mutation probability 0.5, dan stall generation 5. Hal ini dilakukan untuk menguji rute perjalanan optimum pada sistem berbasis web. Input yang dimasukkan oleh pengguna sistem adalah node awal dan node tujuan perjalanan. Kemudian sistem akan memberikan hasil berupa urutan node yang bisa dilalui dari node awal sampai node tujuan perjalanan. 6. Perancangan dan Pembangunan Database Sistem Algoritme Genetika Bentuk data vektor yang digunakan oleh sistem Algoritme Genetika (GA) adalah line untuk data jalan dan point untuk data node jalan. Shapefile data jalan yang digunakan hanya terdiri atas jalan yang digunakan dalam sistem GA. Id pada data jalan diisi dengan
9
angka tertentu berdasarkan klasifikasi node jalan untuk mempermudah proses pengambilan index data jalan. Sebelum pemrosesan lebih lanjut, dilakukan pemotongan line pada shapefile data jalan. Pemotongan dilakukan terhadap line yang membentuk persimpangan, pertigaan, maupun perempatan jalan. Masingmasing potongan line memiliki id yang berbeda-beda sesuai dengan id edge yang direpresentasikan oleh line tersebut. Tujuan dari proses tersebut adalah untuk memastikan bahwa highlight layer hanya akan menampilkan visualisasi dari node jalan yang sesuai dengan hasil pencarian sistem GA.
pengembangan halaman peta sistem dilakukan pada lapisan logic tier dan presentation tier. Proses pembuatan database pada lapisan data tier diawali dengan pengolahan shapefile menggunakan Arcview dan QuantumGIS. Proses yang dikerjakan pada lapisan logic tier adalah proses pembuatan mapfile dan pembangkitan konfigurasi mapfile oleh Pmapper, sedangkan proses yang dikerjakan pada lapisan presentaion tier adalah visualisasi antarmuka halaman peta pada web browser.
Format shapefile data jalan dan node jalan kemudian dikonversi ke dalam format .sql untuk dimasukkan ke dalam PostGIS dan dimasukkan sebagai anggota tabel baru pada database SIGKABO di PostgreSQL. Data tersebut akan ditampilkan sebagai layer jalan dan layer node jalan pada halaman peta. Daftar tabel database SIGKABO dan sistem GA bisa dilihat pada Lampiran 7. 7. Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem Perancangan arsitektur sistem didasarkan pada three tier architecture yang terdiri atas data tier, logic tier, dan presentation tier. Ilustrasi dari three tier architecture dapat dilihat pada Gambar 6. Data yang diperoleh dari aplikasi pembuat dan pengolah shapefile dikonversi ke dalam PostGIS. Proses tersebut terjadi di lapisan data tier. Kemudian dibuat mapfile yang menyimpan konfigurasi untuk menampilkan data yang ada pada DBMS PostgreSQL ke dalam aplikasi MapServer. Hasil konfigurasi mapfile tersebut dibangkitkan oleh Pmapper untuk menyajikan bentuk tampilan peta dengan menu navigasi yang interaktif dan dinamis. Selanjutnya, MapServer mengkonversi data shapefile ke dalam format tiff atau jpeg sehingga MapServer dapat menempatkan sebuah gambar peta statis pada halaman web. Gambar peta statis tersebut ditempatkan pada sebuah file dengan bentuk HTML. Proses dari tampilan MapServer, konfigurasi mapfile pada Pmapper, dan penanganan komunikasi antara client dan server terjadi pada lapisan logic tier. Lapisan presentation tier bertanggung jawab sebagai penyedia antarmuka ke pengguna dan menjadi web browser. Pada lapisan inilah client melakukan sebuah permintaan ke web server. Tahapan penelitian yang dilakukan pada lapisan data tier adalah tahap perencanaan dan pembangunan database, sedangkan tahapan
Gambar 6 Ilustrasi three tier architecture. Perancangan antarmuka sistem dikategorikan menjadi antarmuka halaman awal dan antarmuka halaman peta. • Antarmuka halaman awal Antarmuka halaman awal SIGKABO terdiri terdiri atas bagian header, menu, isi, menu kanan, dan footer. Rancangan antarmuka halaman utama dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Rancangan antarmuka halaman awal.
10
• Antarmuka halaman peta Antarmuka halaman peta terdiri atas bagian header, search, tools, peta, navigasi, layer, legenda, referensi, pencarian rute optimum, dan hasil rute optimum. Rancangan antarmuka halaman peta dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Rancangan antarmuka halaman peta. Diagram hierarki antarmuka halaman awal dan halaman peta SIGKABO dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 15. 8. Pengembangan Sistem Tahapan pengembangan sistem diawali dengan mempersiapkan paket MapServer 4 Windows (MS4W) ke dalam root directory. Struktur aplikasi yang dikembangkan kemudian dimasukkan ke dalam folder apps pada MS4W dan dilanjutkan dengan konfigurasi terhadap beberapa file di direktori root\MS4W\httpd.d dan root\MS4W\Apache\htdocs. Setelah MapServer selesai dipersiapkan, data yang dibutuhkan sudah lengkap, dan desain antarmuka telah tersedia, tahap integrasi dan pengembangan sistem sudah bisa dilakukan. Halaman awal sistem yang dikembangkan dapat dilihat pada Lampiran 16. Halaman awal SIGKABO berisi tentang informasi mengenai Kota Bogor. Halaman ini memiliki tiga menu utama yaitu Home, Profil, dan Buku Tamu. Menu Home berisi tentang berita dan informasi terbaru yang terjadi di Kota Bogor. Menu Profil menjelaskan tentang garis besar pemerintahan Kota Bogor, seperti sejarah pemerintahan, visi dan misi, dan lambang Kota Bogor. Menu Buku Tamu menyediakan fasilitas pengisian komentar sehingga pengguna dapat memberikan komentar, kritik, dan saran mengenai aplikasi SIGKABO. Selain menu utama, terdapat juga menu yang terletak di sebelah kanan yang berfungsi untuk membuka halaman peta.
Pengembangan halaman peta dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan peta menggunakan framework Pmapper dan tahap integrasi peta dengan sistem GA. Tahap pembuatan peta dimulai dengan memasukkan data ke dalam format mapfile. Mapfile tersusun atas definisi objek map, objek layer, objek class, objek style, dan objek label. Objek map berisi kumpulan objek layer yang dibutuhkan untuk membuat peta. Objek class, label, dan style merupakan penjabaran informasi yang ada pada objek layer. Objek layer yang pertama kali didefinisikan akan menempati lapisan paling bawah. Seluruh objek layer yang berada pada objek map kemudian dikonfigurasi oleh sebuah file xml untuk mengatur tampilan layer pada peta. Setelah proses konfigurasi peta selesai, tahap integrasi peta dan sistem GA dilakukan dengan menggunakan frame HTML. Halaman peta sistem yang dikembangkan dan visualisasi rute optimum pada peta dapat dilihat pada Gambar 15. Untuk melakukan pencarian rute optimum, pengguna memilih node posisi awal dan node tempat tujuan yang telah disediakan. Kemudian sistem akan melakukan pencarian rute optimum berdasarkan algoritme genetika dan sistem akan menampilkan hasil pencarian di bawah frame pencarian rute. Frame untuk melakukan pemilihan node awal dan tujuan dapat dilihat pada Gambar 9, sedangkan frame yang digunakan untuk menampilkan rute optimum hasil pencarian dapat dilihat pada Gambar 10. Jika node posisi awal berbeda dengan node tujuan, maka sistem akan memberikan hasil berupa rangkaian node jalan yang harus dilalui untuk mencapai tempat tujuan. Masing-masing edge yang ada pada node jalan diinisialisasikan dengan nilai yang sesuai dengan index jalan yang ada pada data spasial. Seluruh edge dari rangkaian node jalan tersebut ditampung dalam sebuah array. Tidak semua edge yang ada pada array memiliki nilai index tunggal, sebagian besar masih terdiri atas beberapa index yang dipisahkan dengan tanda koma (,). Proses pemisahan index pada masing-masing edge dilakukan dengan membuat kondisi dimana tanda koma berfungsi sebagai batas untuk melakukan pemotongan terhadap rangkaian index dan memasukkan masing-masing index ke dalam sebuah variabel baru. Array dari variabel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam variabel session yang bernama resultslayer. Session resultslayer akan menampilkan sebuah highlight berupa layer baru yang tidak memiliki atribut. Layer tersebut ditampilkan pada lapisan teratas halaman peta dengan warna yang
11
berbeda dari warna layer yang sudah tersedia sebelumnya. Jika node posisi awal yang dipilih sama dengan node tujuan, maka sistem hanya akan menampilkan pesan “Anda Tidak Berpindah Posisi”. Selain itu, sistem juga akan me-reset
session resultslayer. Proses reset dilakukan untuk menghapus highlight layer yang sudah ditampilkan pada halaman peta. Source code seluruh proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 11, Gambar 12, Gambar 13, dan Gambar 14.
Gambar 9 Frame pemilihan node awal dan node tujuan.
Gambar 10 Frame rute optimum hasil pencarian.
Gambar 11 Inisialisasi index layer jalan pada edge jalan.
Gambar 12 Proses memasukkan index edge ke dalam array.
12
Gambar 13 Inisialisasi array index edge ke dalam session resultslayer.
Gambar 14 Reset session resultslayer.
Gambar 15 Tampilan rute optimum pada halaman peta.
13
Selain fungsi utama, halaman peta SIGKABO juga memiliki tujuh kategori layer yang berguna untuk memberikan informasi tambahan mengenai tampilan rute optimum. Ketujuh kategori layer tersebut adalah: 1 Kategori Peta Administrasi Kategori ini terdiri atas empat layer yakni layer kelurahan, kecamatan, nama kelurahan, dan nama kecamatan. Layer kelurahan dan kecamatan pada legenda disimbolkan dengan bentuk polygon, sedangkan layer nama kelurahan dan nama kecamatan menggunakan legenda dengan simbol point. Masing-masing kecamatan dan kelurahan divisualisasikan dengan warna yang berbeda. Layer kecamatan dan kelurahan berfungsi untuk memberikan informasi mengenai letak node jalan yang akan dilalui pengguna. 2 Kategori Fasilitas Pemerintahan Kategori fasilitas pemerintahan terdiri atas tiga layer yakni layer pemerintahan 1, pemerintahan 2, dan pemerintahan 3. Layer ini disimbolkan dengan legenda berbentuk point. 3 Kategori Fasilitas Layanan Umum Kategori fasilitas layanan umum terdiri atas tiga layer yakni layer layanan umum 1, layanan umum 2, dan layanan umum 3. Layer ini disimbolkan dengan legenda berbentuk point. 4 Kategori Fasilitas Sentral Bisnis Kategori fasilitas sentral bisnis terdiri atas tiga layer yakni layer sentral bisnis 1, sentral bisnis 2, dan sentral bisnis 3. Layer ini disimbolkan dengan legenda berbentuk point. 5 Kategori Fasilitas Wisata Kategori fasilitas wisata terdiri atas dua layer yakni layer lokasi wisata 1 dan lokasi wisata 2. Layer ini disimbolkan dengan legenda berbentuk point.
jalan yang akan menjadi posisi awal dan tempat tujuan tetapi pengguna tersebut mengetahui salah satu bangunan atau lokasi yang letaknya dekat dengan posisi awal dan tempat dan tujuan sehingga pengguna bisa memilih node awal dan node tujuan berdasarkan perkiraan posisi node terhadap suatu bangunan atau lokasi. 9. Pengujian Sistem Pengujian sistem dilakukan dengan menggunakan metode pengujian black-box. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi-fungsi pada sistem dapat berjalan dengan baik dan memeriksa terjadinya error pada saat sistem digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan memeriksa kesesuaian input dan output yang dihasilkan oleh sistem. Hasil yang diperoleh dari skenario pengujian menunjukkan bahwa fungsi-fungsi pada sistem dapat berjalan dengan baik. Hasil pengujian selengkapanya dapat dilihat pada Lampiran 20. Selain itu, dilakukan pengujian kesesuaian sistem terhadap web browser. Pengujian dilakukan pada browser Internet Explorer 8, Mozilla Firefox 3.6, Opera 10, dan Google Chrome. Hasil pengujian menunjukkan bahwa fungsi-fungsi pada sistem dapat berjalan dengan baik dan antarmuka sistem ditampilkan dalam struktur yang diharapkan. 10. Dokumentasi Seluruh prosedur pengembangan dan penggunaan sistem perlu didokumentasikan dalam bentuk tulisan untuk mempermudah pemahaman terhadap sistem pada saat akan dilakukan tahap pengembangan lebih lanjut. Prosedur pengembangan dibuat berdasarkan urutan proses pembuatan sistem dari tahap analisis kebutuhan sampai dengan tahap pengujian, sedangkan prosedur penggunaan sistem dibuat berdasarkan interaksi pengguna dengan halaman dan fungsi yang ada pada sistem. Salah satu bentuk dokumentasi yang bisa dibuat adalah tulisan ini.
6 Kategori Node Jalan Layer node jalan disimbolkan dengan legenda berbentuk point. Layer node jalan berfungsi untuk menunjukkan posisi node jalan pada peta. Layer fasilitas pemerintahan,, layanan umum, sentral bisnis, dan wisata berfungsi untuk menunjukkan posisi node terhadap suatu bangunan atau lokasi. Hal itu bisa membantu pengguna sistem yang tidak mengetahui nama
14