7
Integrasi dan Perancangan Antarmuka Sistem Data yang telah ada diintegrasikan sehingga dapat ditampilkan melalui sistem. Integrasi tersebut dilakukan dengan membuat suatu mapfile yang berfungsi menyimpan konfigurasi untuk menampilkan data raster dan vektor yang ada. Perancangan antarmuka dilakukan dengan merancang tampilan halaman dengan kombinasi warna, teks, dan gambar sesuai dengan isi dan tujuan aplikasi web ini. Pengembangan Aplikasi Pada proses ini perencanaan yang telah dibuat pada tahapan sebelumnya diimplementasikan ke dalam kode-kode program. Dari proses ini didapatkan suatu sistem yang sesuai dengan analisis dan perancangan yang telah dibuat. Pengujian Sistem Ketika proses pengembangan aplikasi telah selesai maka pengujian sistem dilakukan. Pengujian terhadap sistem dilakukan menggunakan metode black-box. Aspek – aspek yang diuji dalam sistem ini adalah fungsi-fungsi dan struktur basis data yang terdapat pada sistem. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan masukan tertentu untuk memeriksa apakah keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan sistem. Sistem yang telah dibangun diberikan kepada pengguna untuk dinilai bagaimana kinerja sistem tersebut menurut pengguna. HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Kebutuhan Fungsional Perangkat Lunak Fungsi-fungsi umum yang dimiliki oleh sistem ini adalah : 1 Menampilkan informasi tentang wilayah administrasi DAS Cidanau. 2 Menampilkan infomasi faktor penyebab erosi yang berisi peta curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, penutupan lahan, tindakan konservasi, identifikasi erosi dan tingkat erosi serta luasnya. 3 Pengelolaan basis data yang hanya dapat dilakukan oleh administrator. Sedangkan fungsi-fungsi operasi peta yang dimiliki sistem adalah : 1 Menampilkan halaman peta berupa informasi dasar dan informasi erosi. • Informasi dasar adalah halaman peta yang berisi administrasi DAS Cidanau. • Informasi erosi adalah halaman peta yang berisi faktor penyebab erosi dan erosi aktual serta tingkat erosi. 2 Memilih layer aktif peta. 3 Menampilkan menu legenda yang berisi simbol dan keterangan dari layer yang ingin ditampilkan. 4 Menampilkan menu navigasi, seperti Zoom to full extent, Back, Forward, Zoom in, Zoom out, Pan, Identity, Select, Auto identity, Refresh map, Measure, add point of interest. 5 Melakukan proses searching berdasarkan pilihan pengguna. 6 Dapat melakukan konversi peta dalam bentuk PDF maupun HTML. 7 Dapat melakukan print preview peta. Deskripsi tentang proses masing-masing fungsi dapat dilihat pada Lampiran 1 (inputproses-output).
Analisis Kebutuhan A. Deskripsi Sistem Sistem informasi geografis erosi DAS Cidanau diaplikasikan untuk menyajikan suatu penyampaian informasi yang dinamis dan interaktif mengenai tingkat erosi beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sistem akan memberikan informasi mengenai penggunaan lahan, kemiringan lereng, besarnya curah hujan, nilai tindakan konservasi dan nilai pengelolaan tanaman. Sistem ini diharapkan dapat mempermudah instansi yang terkait dengan DAS Cidanau serta masyarakat untuk mengetahui daerah dengan tingkat erosinya serta luas keseluruhan tingkat erosi tersebut.
C. Batasan Sistem Sistem ini mempunyai batasan-batasan sebagai berikut : 1 Sistem ini hanya dapat menampilkan peta erosi dan peta faktor penyebab erosi DAS Cidanau tahun 2006 dalam format vektor. 2 Shapefile yang akan di upload memiliki format baku berupa *.shp dan tidak boleh diubah. Hal ini dilakukan agar proses konversi data dapat dibaca oleh sistem manajemen basis data. D. Spesifikasi Pengguna Pengguna dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu administrator dan pengguna biasa. Penggolongan ini dilakukan
8
berdasarkan tanggung jawab dan hak akses yang dimiliki masing-masing pengguna terhadap sistem. Perancangan Konseptual Berdasarkan analisis kebutuhan sistem dapat disimpulkan bahwa data yang diperlukan berupa : 1 Data wilayah administrasi DAS Cidanau meliputi kabupaten, kecamatan, desa, jalan dan sungai. 2 Data faktor penyebab erosi yaitu erosivitas hujan, erodibilitas tanah, kemiringan lereng, penggunaan lahan, faktor pengelolaan tanaman dan faktor tindakan konservasi. Kebutuhan fungsional perangkat lunak akan menjadi acuan untuk melakukan pengembangan pemodelan kebutuhan fungsional. A. Pemodelan Kebutuhan Fungsional Kebutuhan fungsional dimodelkan dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD). DFD merepresentasikan proses aliran keluar dan masuknya data dalam sistem. Gambaran sistem secara umum dapat dilihat pada diagram konteks Gambar 5. Adapun DFD level 1 dapat dilihat pada Lampiran 2. DFD Level 1 memiliki informasi proses yang terjadi dalam aplikasi serta aliran data dari entitas ke aplikasi dan sebaliknya.
Gambar 5 DFD Level 0 (Diagram Konteks). Pada diagram konteks (Gambar 5) pengguna dari sistem ini terbagi atas 2 kategori yaitu pengguna biasa dan administrator. Administrator memiliki hak akses penuh terhadap keseluruhan data pada sistem. Administrator dapat melakukan pencarian dan melihat halaman peta serta melakukan fungsi operasi peta yang dimiliki oleh pengguna biasa. Selain itu, Administrator
juga dapat melakukan proses update dan delete data informasi spasial DAS Cidanau. Survei Ketersediaan dan Pengumpulan Data Survei ketersediaan dan Pengumpulan data dilakukan berdasarkan perancangan konseptual yang telah dilakukan. Adapun hasil yang diperoleh dari proses ini adalah : 1 Informasi dasar DAS Cidanau. Informasi tersebut terdiri dari layer kabupaten, kecamatan, desa, nama kabupaten, nama kecamatan, nama desa, batas kabupaten, batas kecamatan, batas desa, sungai besar, sungai kecil, jalan kolektor, jalan lain, jalan lokal dan jalan tapak. 2 Informasi erosi DAS Cidanau. Informasi tersebut terdiri dari layer erosivitas hujan, nama stasiun curah hujan, kemiringan lereng, luas kemiringan lereng, erodibilitas tanah, kelas erodibilitas tanah, luas erodibilitas tanah, elevasi, kelas elevasi, penggunaan lahan, pengelolaan tanaman, tindakan konservasi erosi dan luas erosi. Selanjutnya dilakukan proses pengumpulan data sesuai dengan kebutuhan informasi di atas. Data diperoleh dari data peta format vektor pada penelitian mahasiswa pascasarjana IPB yaitu Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan Berwawasan Lingkungan, Studi Kasus DAS Cidanau Propinsi Banten oleh Munibah (2008). Dari proses tersebut dihasilkan : 1 Peta topografi dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 2 Peta sungai dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 3 Peta jalan dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 4 Peta erosivitas hujan (R) dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 5 Peta erodibilitas tanah (K) dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 6 Peta kemiringan lereng (LS) dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 7 Peta penggunaan lahan dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 8 Peta elevasi dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 9 Peta pengelolaan tanaman (C) dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006. 10 Peta tindakan konservasi (P) dalam format shapefile (skala 1 : 50.000) tahun 2006.
9
Survei Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Berdasarkan kebutuhan fungsional sistem, jenis perangkat lunak yang dibutuhkan untuk implementasi sistem adalah : 1 Perangkat lunak untuk membuat data spasial. Jenis perangkat lunak ini dibutuhkan untuk membuat data dengan format shapefile (*.shp) yang akan digunakan sebagai layer pada implementasi sistem. Perangkat lunak yang tersedia diantaranya ArcView dan MapInfo. 2 Perangkat lunak dengan pengembangan sistem berbasis web. Jenis perangkat lunak ini dibutuhkan untuk membangun sebuah sistem berbasis web yang sesuai dengan kebutuhan perangkat lunak. Perangkat lunak yang tersedia diantaranya Mapserver dan ArcIMS. Sedangkan framework yang tersedia diantaranya Pmapper, Cartoweb dan Kmap. 3 Perangkat lunak sebagai Sistem Manajemen Basis Data (Database Management System, DBMS). Jenis perangkat lunak ini digunakan untuk membangun basis data yang berisi data dari SIG-Erosi DAS Cidanau. Perangkat lunak yang tersedia diantaranya MS SQL Server, MySQL dan PostgreSQL.
minimum perangkat keras dengan perangkat lunak yang digunakan. Kriteria perangkat keras dan perangkat lunak yang diuji dapat dilihat pada Lampiran 3. Akuisisi Perangkat Lunak dan Perangkat Keras Setelah dilakukan pengujian dengan menilai kinerja melalui benchmark kemudian dilakukan pemilihan perangkat lunak dan perangkat keras yang akan digunakan. Berdasarkan penilaian kinerja perangkat lunak berdasar fungsi khusus yang dilakukan dipilih ArcView sebagai perangkat lunak untuk membuat data spasial, Mapserver sebagai perangkat lunak untuk pengembangan sistem berbasis web, dan PostgreSQL sebagai sistem manajemen basis data. Untuk penilaian kinerja perangkat keras dengan Everest maka prosessor Intel Pentium core 2 duo T7100 layak digunakan untuk perangkat lunak yang dipilih. Perencanaan dan Perancangan Basis Data Perancangan lojik basis data ditampilkan dalam diagram keterhubungan antartabel, dapat dilihat pada Lampiran 4. Perancangan fisik dilakukan dengan memilih atribut yang akan dimasukkan dalam masing-masing tabel. Pada sistem yang dibuat hanya ada 1 basis data yaitu basis data informasi erosi DAS Cidanau dimana basis data tersebut terdiri dari 35 tabel. Tabel basis data dirancang sesuai dengan kebutuhan aplikasi. Daftar tabel basis data dapat dilihat pada Tabel 1. Struktur basis data dapat dilihat pada Lampiran 5.
Benchmark Tujuan benchmark adalah untuk menilai kinerja dan karakteristik dari perangkat keras dan perangkat lunak dalam platform sistem operasi yang sama. Artinya pada tahapan ini dilakukan pengujian spesifikasi kebutuhan Tabel 1 Basis Data Sistem Informasi Geografis Erosi DAS Cidanau Nama Tabel Kegunaan Desa Memberikan informasi mengenai nama desa Kecamatan Memberikan informasi mengenai nama kecamatan Kabupaten Memberikan informasi mengenai nama kabupaten Ibu_desa Memberikan informasi mengenai nama ibu kota desa Ibu_camat Memberikan informasi mengenai nama ibu kota kecamatan Ibu_paten Memberikan informasi mengenai nama ibu kota kabupaten Sungai_kecil Memberikan informasi mengenai sungai kecil meliputi sungai dan sungai musiman Sungai Memberikan informasi mengenai sungai besar Jalan_kol Memberikan informasi mengenai jalan kolektor Jalan_lain Memberikan informasi mengenai jalan lain Jalan_lokal Memberikan informasi mengenai jalan lokal Jalan_tapak Memberikan informasi mengenai jalan setapak Jalan Memberikan informasi mengenai jalan Bts_kab Memberikan informasi mengenai batas kabupaten Bts_kec Memberikan informasi mengenai batas kecamatan Bts_desa Memberikan informasi mengenai batas desa
10
Tabel 1 Lanjutan Nama Tabel R_baru_comb Stasiun N_lsmean_comb Sum_ls N_kmean_comb N_kmean_comb1 Sum_k Re_elev_comb Re_elev_comb1 Use06_rice7comb Nilai_c Sum_c Use06_rice7comb1 Nilai_p Sum_p Erosi Kelas_erosi Geometry_columns Spatial_ref_sys
Kegunaan Memberikan informasi mengenai nilai erosivitas hujan. Memberikan informasi mengenai nama stasiun curah hujan Memberikan informasi mengenai kemiringan lereng Memberikan informasi mengenai luas kemiringan lereng Memberikan informasi mengenai erodibilitas tanah Memberikan informasi mengenai kelas erodibilitas tanah Memberikan informasi mengenai luas erodibiltas tanah Memberikan informasi mengenai elevasi Memberikan informasi mengenai kelas elevasi Memberikan informasi mengenai penggunaan lahan untuk nilai_c Memberikan informasi mengenai tanaman penutup lahan Memberikan informasi mengenai luas tanaman penutup lahan Memberikan informasi mengenai penggunaan lahan untuk nilai_p Memberikan informasi mengenai tindakan konservasi Memberikan informasi mengenai luas tindakan konservasi Memberikan informasi mengenai nilai erosi dan nilai yang mempengaruhi erosi. Memberikan informasi mengenai kelas erosi seperti ringan, sedang dan berat Identifikasi tabel yang memiliki atribut spasial Referensi spasial dari kolom geometri
Pembangunan Basis Data Proses pembangunan basis data terdiri atas pengumpulan data spasial, proses overlay data yang dibutuhkan dan konversi data shapefile dalam PostGIS. Data spasial yang terkumpul untuk pengembangan sistem memiliki format vektor. Untuk pembuatan file spasial dan atribut yang belum ada dilakukan overlay antar peta yang berhubungan. Overlay format data vektor menggunakan tools dari extension Arcview yaitu geoprocessing yang mampu melakukan manipulasi data grafis dan analisis data atribut pada tabel sehingga diperoleh informasi baru. Pengolahan Data pada ArcView Setelah dilakukan pengumpulan data dengan format vektor, tahapan selanjutnya adalah mengolah data tersebut pada ArcView seperti proses penambahan kolom untuk luas dan konversi format polygon ke polyline serta proses overlay. Proses ini dilakukan sebelum konversi data shapefile ke format SQL. Penambahan kolom untuk luas dilakukan pada data vektor dengan objek bertipe area. Proses ini dilakukan dengan menggunakan fungsi ArcView untuk menghitung luas menggunakan query pada field calculator. Sintax yang dilakukan seperti berikut :
Untuk konversi polygon ke polyline digunakan extension Edit Tools. Extension tersebut digunakan pada data admin_topografi berupa desa, kabupaten dan kecamatan. Hasil yang diperoleh digunakan untuk layer peta berupa batas desa, batas kecamatan dan batas kabupaten dengan bentuk data berupa polyline. Overlay Pada tools ArcView tersedia fasilitas interseksi dua theme untuk overlay dua peta atau lebih dengan batas daerah terluar yang sama. Proses overlay tiga peta dilakukan lebih dari satu kali. Ini dikarenakan dalam waktu yang bersamaan atau dalam satu proses perangkat lunak hanya dapat melakukan overlay dua peta. Data atribut dari hasil overlay adalah penggabungan dari dua data atribut yang dilakukan overlay. Overlay dilakukan untuk mendapatkan data spasial erosi. Konversi Data Tahapan selanjutnya adalah mengorganisir data shapefile ke DBMS dengan melakukan konversi data shapefile ke basis data yang dipakai untuk pengembangan SIG, yaitu PostgreSQL. PostgreSQL bersifat open source yang mendukung PostGIS di dalamnya. PostGIS merupakan ekstensi postgreSQL yang menawarkan kemampuan untuk mengelola data spasial. Konversi data
11
shapefile ke dalam postGIS dilakukan dengan mengimport data. Syntax yang dilakukan seperti berikut : shp2pgsql D [shapefile] [tablename] [dbname] | psql [dbname] Setelah data spasial dimasukkan ke basis data postgreSQL Lalu dibuat gix index pada masing-masing tabel. Ini dilakukan untuk mempercepat proses query, untuk itu diperlukan suatu kolom yang unique pada suatu tabel geometri. Erosi Aktual (A) di DAS Cidanau Erosi aktual dihitung dengan mengalikan faktor-faktor penyebabnya yaitu erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan kemiringan lahan (LS), faktor pengelolaan tanaman (C) dan tindakan konservasi tanaman (P). Pada tools Arcview tersedia fasilitas overlay yang hanya dilakukan setiap dua peta. Sementara itu dalam penelitian ini terdapat lima peta tentang faktor penyebab erosi sehingga overlay dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil dari proses overlay masih berupa data spasial. Nilai erosi (A) secara keseluruhan diperoleh dengan menambahkan kolom erosi pada data atribut. Pada kolom erosi tersebut dilakukan perkalian yaitu R.K.LS.C.P pada field calculator sehingga nantinya diperoleh data spasial dan data atribut dari erosi tersebut. Setelah dilakukan overlay untuk mendapatkan nilai erosi, ternyata DAS Cidanau didominasi oleh kelas erosi sangat ringan dengan luas 9729.22 ha. Sebagai pembanding, dalam penelitian kali ini perhitungan luas dihitung dari data spasial dengan format vektor berdasarkan poligonpoligon dengan luas total sebesar 22234.37 ha sedangkan pada penelitian sebelumnya tentang luas lahan yang tererosi pada setiap kelas erosi oleh Munibah (2008) perhitungan luas erosi yang diperoleh dari pengolahan data spasial format raster adalah sebesar 22230.6 ha. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk data vektor paling sesuai digunakan karena bentuknya mempunyai keakuratan geometris yang tinggi. Dari Tabel 2 dan Gambar 6 tentang luas lahan erosi dapat dipresentasikan bahwa, wilayah DAS Cidanau termasuk dalam kelas erosi sangat ringan dengan persentase 43.8% dan secara berurutan diikuti dengan kelas erosi sedang, ringan, berat dan sangat berat. Hal ini dikarenakan wilayah DAS Cidanau
didominasi oleh penggunaan lahan berupa hutan, hutan rawa dan padi sawah yang mendominasi kelas erosi sangat ringan. Dimana padi sawah dan hutan rawa berada pada lereng datar dan hutan meski berada pada lereng curam tapi masih tertutup oleh tanaman hutan yang lebat. Inilah yang dapat mempertahankan laju erosi dengan rata-rata yang kecil. Tabel 2 Luas Lahan Tererosi Luas Erosi Kelas Erosi
ha
%
Berat Ringan
2182.46 3989.15
9.8 17.9
Sangat berat Sangat Ringan sedang
1549.91 9729.22 4783.63
7.0 43.8 21.5
Jumlah
22234.37
100.0
Gambar 6 Luas Lahan Tererosi. Integrasi dan Perancangan Antarmuka A. Arsitektur Sistem Perancangan arsitektur sistem didasarkan pada three tier architecture yaitu data tier, logic tier dan presentation tier. Arsitektur yang digunakan dalam pengembangan sistem dapat dilihat pada Gambar 7. Diagram hirarki sistem informasi geografis erosi DAS Cidanau dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada Three Tier Architecture, Arsitektur paling bawah adalah server basis data itu sendiri (data tier). Pada lapisan ini terjadi konversi data dari data shapefile ke dalam PostGIS. Agar data pada DBMS PostgreSQL dapat ditampilkan pada aplikasi Mapserver, maka perlu dibuatkan mapfile (*.map) yang menyimpan konfigurasi untuk menampilkan data tersebut. Hasil konfigurasi mapfile tersebut dibangkitkan oleh Pmapper untuk menyajikan bentuk tampilan peta dengan menu navigasi yang interaktif dan dinamis. Pada Mapserver terjadi konversi data shapefile ke tiff/jpeg sehingga Mapserver dapat menempatkan sebuah
12
gambar peta statis pada halaman web. Gambar ditempatkan pada sebuah bentuk HTML. Proses dari tampilan mapserver, konfigurasi mapfile pada Pmapper, dan penanganan komunikasi antara client dan server terjadi pada lapisan logic tier. Pada presentation tier, lapisan ini bertanggung jawab dalam penyedia antarmuka ke pengguna yaitu web browser. Pada lapisan inilah client melakukan sebuah permintaan ke web server. Keuntungan dari three tier architecture salah satunya adalah perubahan pada antarmuka pengguna tidak saling mempengaruhi satu sama lain, membuat suatu aplikasi mudah berevolusi untuk memenuhi kebutuhan baru.
dalam pembangunan SIG Erosi DAS Cidanau adalah sebagai berikut : 1 Antarmuka halaman utama Antarmuka halaman utama SIG Erosi DAS Cidanau terdiri dari empat bagian yaitu header, menu, isi dan footer. Bagian header berisi judul sistem, bagian menu berisi navigasi fungsi-fungsi yang dimiliki SIG Erosi, bagian isi berupa paparan informasi yang akan dipilih dan bagian footer berisi informasi hak cipta. Tampilan perancangan antarmuka halaman utama digambarkan pada Gambar 8.
Gambar 8 Antarmuka Halaman Utama. 2 Antarmuka halaman peta Antarmuka halaman peta terdiri dari 8 bagian yaitu header, search, tools, peta, navigasi, skala, layer dan legenda serta referensi. Header berisi framework yang digunakan. Pengguna dapat melakukan pemilihan layer dan informasi terkait pada bagian layer-legenda. Legenda berisi keterangan atau simbol dari peta. Pengguna dapat melakukan proses pencarian pada tombol search. Pada bagian tools terdapat pilihan download dan print peta. Bagian referensi berupa tampilan peta dasar. Tampilan perancangan antarmuka halaman utama digambarkan pada Gambar 9. Gambar 7 Three Tier Architecture. B. Perancangan Antarmuka Setelah proses integrasi dilakukan, maka dilakukan perancangan antarmuka sistem. Perancangan antarmuka dilakukan untuk memberikan kemudahan serta kenyamanan kepada pengguna dalam mengoperasikan sistem. Desain antarmuka sistem didominasi dengan warna hijau. Penggunaan warna hijau disesuaikan dengan halaman antarmuka peta. Perancangan antarmuka yang dilakukan Gambar 9 Antarmuka Halaman Peta.
13
Pengembangan Sistem Berbagai tipe data dan desain yang telah dibuat sebelumnya kemudian diaplikasikan untuk pengembangan sistem informasi berbasis web. Halaman utama sistem yang dibangun dapat dilihat pada Gambar 10. Pada bagian kiri sistem terdapat menu pencarian dan menu utama. Menu pencarian digunakan untuk mencari informasi tentang erosi dan faktor yang mempengaruhi erosi. Hasil pencarian yang ditampilkan berupa list yang berupa link ke informasi yang dimaksud. Menu utama berupa HOME, TENTANG SITUS, INFORMASI SPASIAL, FAKTOR EROSI, PENGUMUMAN dan HUBUNGI KAMI. Halaman awal pada sistem ini adalah halaman HOME yang berisi tentang informasi singkat tentang informasi spasial, faktor erosi dan pengumuman. Halaman TENTANG SITUS berisi informasi tentang hal-hal yang
berhubungan dengan erosi dan tujuan dibuatnya web tersebut. Halaman INFORMASI SPASIAL berisi informasi propinsi banten, informasi faktor erosi, informasi tingkat erosi beserta link ke halaman peta yang dituju. Halaman PENGUMUMAN berisi tentang pengumuman dan berita seputar erosi yang terjadi di DAS Cidanau. Halaman HUBUNGI KAMI berisi tentang saran, masukan kepada pengembang sistem. Untuk halaman peta terdapat dua informasi spasial yaitu peta yang berisi INFORMASI DASAR dan INFORMASI EROSI. Pada halaman peta INFORMASI DASAR terdapat peta spasial administrasi DAS Cidanau dan infrastruktur. Tampilan halaman tersebut dapat dilihat pada Lampiran 13. Pada halaman peta INFORMASI EROSI terdapat peta spasial faktor penyebab erosi
Gambar 10 Halaman Utama Sistem. berupa curah hujan, kemiringan lereng, erodibilitas tanah, pengelolaan tanaman, konservasi praktis, identifikasi erosi beserta luasnya. Tampilan halaman tersebut dapat dilihat pada Gambar 11. Pada halaman ini tersedia beberapa tools yang memberikan kemudahan kepada pengguna dalam memanipulasi peta. Tools yang tersedia diantaranya adalah zoom maksimum, undo, redo, memperbesar dan memperkecil peta, penggeseran, identifikasi informasi daerah yang dipilih, auto identity, pemilihan area yang dipilih, pengukuran jarak, tambah objek baru dan refresh. Fungsi lainnya adalah
melakukan proses pencarian berdasar layer yang dipilih. Tampilan halaman proses dari tools yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 16 hingga Lampiran 22. Pada halaman peta informasi terdapat 7 kategori pembagian berdasarkan jenisnya, yaitu :
erosi, layer
1 Kategori Peta Dasar Kategori ini terdiri atas 8 layer yaitu layer batas kabupaten, batas kecamatan, batas desa, nama kabupaten, nama kecamatan, nama desa, sungai dan jalan.
14
Gambar 11 Halaman Peta Informasi Erosi. Legenda untuk layer nilai erodibilitas tanah Layer batas kabupaten, batas kecamatan dan menggunakan simbol kotak berwana batas desa menggunakan legenda dengan sedangkan untuk layer kelas erodibilitas simbol berbentuk garis. Layer sungai dan tanah menggunakan simbol kotak berwarna jalan juga menggunakan simbol berbentuk dari warna merah muda hingga merah tua. garis dan masing-masing berwarna biru dan Bahwa nilai K bisa ditampilkan seluruhnya merah. Berbeda halnya untuk layer nama dengan pengelompokan. Dalam hal ini kabupaten, nama kecamatan dan nama desa dicontohkan pengelompokan nilai K seperti yang masing-masing menggunakan legenda pada gambar 13. simbol kotak hitam di dalam kotak putih, berbentuk kotak yang dikelilingi lingkaran kecil, dan berbentuk kotak hitam transparanputih. Legenda ini dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 13 Legenda untuk Kelas Erodibilitas Tanah. Gambar 12 Legenda Untuk Kategori Peta Administrasi. 2 Kategori Faktor R Kategori Faktor R berisi tentang informasi layer curah hujan. Kategori ini hanya terdiri atas layer nilai curah hujan dan nama stasiun curah hujan. Legenda untuk layer nilai curah hujan menggunakan simbol kotak berwana sedangkan untuk layer nama stasiun menggunakan legenda simbol kotak hitam dalam kotak putih. 3 Kategori Faktor K Kategori Faktor K berisi tentang informasi kerentanan tanah terhadap erosi. Kategori ini terdiri atas 2 layer yaitu layer nilai erodibilitas tanah dan layer kelas erodibilitas tanah.
4 Kategori Faktor LS Kategori Faktor LS berisi tentang layer nilai kemiringan lereng dengan legenda berupa simbol kotak dengan warna yang berbeda. Kemiringan lereng di DAS Cidanau dikelompokkan menjadi lima kelas yaitu (08)%, (>8-15)%, (>15-25)%, (>25-40)% dan (>40)%. Ternyata DAS Cidanau didominasi oleh kemiringan lereng (0-8)% dengan luas sebesar 31.73% yang menyebar di rawa danau, dataran pantai di bagian hilir DAS Cidanau dan secara berurutan diikuti dengan kelas kemiringan lereng (>25-40)%, (>815)%, (>40)%, dan (>15-25)%. Luas kemiringan lereng disajikan pada Tabel 3.
15
Tabel 3 Luas Kelas Kemiringan Lereng Kelas kemiringan lereng
Luas ha
%
(0-8)% (>8-15)% (>15-25)% (>25-40)% >40%
7056.03 4477.8 1612.97 5331.47 3756.1
31.73 20.14 7.25 23.98 16.89
Jumlah
22234.37
100.0
5 Kategori Faktor C Kategori Faktor C berisi tentang informasi pengelolaan tanaman. Pada kategori ini terdiri atas layer penggunaan lahan, elevasi dan nilai faktor pengelolaan tanaman. Ketiga layer tersebut menggunakan legenda berupa simbol kotak dengan warna yang berbeda. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa DAS Cidanau didominasi oleh nilai C sebesar 0.2 dengan luas 7574.93 ha. Nilai (C=0.2) menunjukkan penggunaan lahan berupa tanaman tahunan dengan kerapatan sedang. Sebaliknya luas dari nilai C paling rendah adalah sebesar 1286.31 ha dengan nilai sebesar 0.1. Ini menggambarkan bahwa daerah tersebut berupa tanaman tahunan dengan kerapatan tinggi. 6 Kategori Faktor P Kategori Faktor P berisi tentang informasi tindakan konservasi. Pada kategori ini terdiri atas layer penggunaan lahan, elevasi dan nilai faktor tindakan konservasi. Ketiga layer tersebut menggunakan legenda berupa simbol kotak dengan warna yang berbeda. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa DAS Cidanau didominasi oleh nilai tindakan konservasi sebesar 0.5 dengan luas 7574.93 ha. Nilai (P=0.5) menunjukkan penggunaan lahan berupa tanaman tahunan dengan kerapatan sedang. Nilai P sebesar 0.1 menduduki luas penggunaan lahan paling rendah berupa tanaman tahunan dengan kerapatan tinggi sebesar 1286.31 ha. Ini menggambarkan bahwa daerah tersebut berupa tanaman tahunan dengan kerapatan tinggi. 7 Kategori Erosi Kategori ini terdiri atas layer erosi DAS Cidanau 2006 dan layer luas erosi. Pada Layer tersebut berisi informasi tentang erosi yang terjadi di DAS Cidanau dari informasi erosi sangat ringan hingga erosi sangat berat. Untuk erosi sangat ringan legenda yang digunakan adalah simbol dengan kotak berwana biru
muda sedangkan untuk erosi sangat berat digunakan legenda dengan simbol kotak berwana biru tua. ternyata DAS Cidanau didominasi oleh kelas erosi sangat ringan dengan luas 9729.22 ha. Pengujian Sistem Secara fungsional, sistem dapat digunakan pada browser Internet Explorer, Mozilla Firefox dan Opera. Administrator dan pengguna biasa dapat menggunakan sistem ini sesuai dengan hak akses dan tanggung jawab yang telah ditentukan. Sesuai dengan pembagian kategori pengguna, administrator mempunyai hak akses dan tanggung jawab melakukan manajemen basis data. Hanya saja manajemen data spasial tidak dapat dilakukan secara langsung dalam sistem ini dikarenakan batasan sistem, tetapi menggunakan perangkat lunak ArcView untuk melakukan manipulasi data spasial. Pengujian terhadap sistem dilakukan menggunakan metode black-box. Aspek-aspek yang diuji dalam sistem ini adalah fungsifungsi, antarmuka sistem, struktur basis data pada sistem. Pengujian dilakukan dengan cara memberi masukan tertentu untuk diperiksa apakah keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Daftar menu yang diuji dan kasus uji dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Pengujian Black-Box Kasus uji Menu yang diuji Menu Utama § Informasi tentang situs Sistem § Pencarian tentang erosi dan faktor erosi § Informasi tentang faktor erosi § Menu hubungi kami Menu Login § Login administrator Menu § Ubah Password Administrator § Konfigurasi informasi spasial Menu § Zoom slider Antarmuka § Undo Peta § Redo § Perbesar peta § Perkecil peta § Geser peta § Identifikasi layer § Select § Auto identity § Pengukuran jarak § Tambah objek baru § Refresh Hasil pengujian sistem dengan metode black-box dapat dilihat pada Lampiran 23.