HASIL ANALISIS DATA KUANTITATIF DAN KUALITATIF PADA TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN AFIKS PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR PADA TAHAP SIKLUS II A.A. Istri Agung Bintang Suryaningsih1, I Ketut DarmaLaksana 2, Made Sri Satyawati 3 Program Magister Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana Jln. Nias No. 13 Denpasar, 80114 Telepon 0361-224121
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRACT This research aimed at finding out how far the use of intensive method could help the students in grade VIIIA of SMP PGRI 7 Denpasar, this is also to improve their ability especially in using and adding affixes in noun and verb. The data source was taken from the test which is called by pretest and post-test. The data is collected from student in grade VIIIA. Some theoretical frameworks are used in this research, such as the theory of morphology generative by Aronoff (2011) and theory of intensive method by Iskandarwassid (2013). The result of quantitative data on cycle II showed that the use of intensive method could improve students ability especially in adding affixes with noun (plural and singular) and verb (present tense, continous tense, and past tense). The result of the students on cycle II, it can be seen from mean score which was 92.08 and it is categorized into good level. This research also supported by the qualitative data. From the qualitative data, it was showed that the students could answer the missing sentences. Besides, the students could use affixes in steam and root well. Keywords: affixes, inflectional affixes, intensive method ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menemukan sejauh mana penerapan dari metode intensif dapat membantu peserta didik kelas VIIIA SMP PGRI 7 Denpasar untuk meningkatkan kemampuan mereka khususnya dalam penggunaan dan penambahan afiks pada nomina dan verba. Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil tes berupa pre-tes dan postes. Data yang terkumpul berasal dari peserta didik kelas VIIIA. Dalam penelitian ini, digunakan teori morfologi generatif dari Aronoff (2011) dan metode intensif dari Iskandarwassid (2013). Hasil data kuantitatif pada siklus II menunjukkan bahwa penggunaan metode intensif dalam pembelajaran afiks dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dalam hal menambahkan afiks pada 1
nomina (tunggal dan jamak) dan verba (pada present tense, continous tense, dan past tense). Hasil nilai rata-rata pada siklus II dari peserta didik yaitu 92.08 yang dapat dikategorikan sebagai sangat baik. Penelitian ini juga didukung oleh data kualitatif. Dari data kualitatif dapat dilihat bahwa peserta didik mampu menjawab dengan baik kalimat rumpang dan menggunakan afiks pada nomina serta verba. Kata kunci: afiks, afiks infleksional, dan metode intensif. PENDAHULUAN Dalam mempelajari bahasa Inggris, para peserta didik diharapkan mampu untuk menghafalkan kosakata dalam bahasa Inggris guna memperkaya penguasaan kosakata tersebut. Kosakata umumnya dipelajari agar peserta didik mampu menyimak, berbicara, membaca, menulis yang baik dan benar, dan mengekspresikan pikiran dan perasaan (imajinasi). Penguasaan kosakata dalam bahasa Inggris sangat erat kaitannya dengan kesadaran dan pemahaman morfologi. Kesadaran morfologi adalah kemampuan untuk membedakan kata dan memanipulasi struktur kata secara benar. Dalam hal ini aspek morfologi tersebut berupa penggunaan afiks yang tepat pada kosakata bahasa Inggris. Jika para peserta didik hanya menguasai kosakata tanpa memahami aspek afiksnya, maka akan terjadi kesalahan dalam mentransfer arti dari bahasa pertama ke bahasa kedua. Peserta didik haruslah mempunyai rasa ingin tahu yang mendalam mengenai kosakata dan memperhatikan secara teliti bagaimana kosakata dipergunakan dalam kalimat dan kosakata itu dibentuk (Tarigan, 1986). Peserta didik kadang-kadang salah dalam penempatan afiks yang benar pada kosakata. Kesalahan ini disebabkan mereka kurang memahami penggunaan afiks yang tepat pada kosakata tersebut. Misalnya, kesalahan peserta didik dalam mengartikan tidak gembira dalam bahasa Inggris dan mereka cenderung akan mengartikan hal itu menjadi not happy. Afiks dalam bahasa Ingris berupa prefiks dan sufiks yang ditambahkan pada kata. Morfem afiks dalam bahasa Inggris dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu afiks derivasional dan afiks infleksional. Dalam bahasa Inggris kesadaran morfologi (morphological awareness) merupakan ilmu mutlak yang harus mengikuti 2
kaidah kebahasaan pada bahasa Inggris sehingga dalam pembelajarannya metode intensif dipilih karena metode ini menitikberatkan pada hasil/target. Proses pembelajarannya dilakukan melalui tahap penghafalan, pengulangan, dan penguatan. Kosakata sangat erat kaitannya dengan kesadaran morfologi. Oleh karena itu, penghafalan kosakata dengan afiks yang tepat harus dilaksanakan. Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini, yaitu bagaimanakah hasil analisis kuantitatif dan kualitatif pada tes kemampuan pemahaman afiks setelah diberikan pemebelajaran dengan metode intensif pada peserta didik kelas VIIIA SMP PGRI 7 Denpasar pada tahap siklus II?
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas dalam rangka meneliti hasil pembelajaran afiks pada SMP PGRI 7 Denpasar dengan menggunakan metode intensif. Penelitian tindakan kelas atau yang secara lumrah disebut dengan CAR ( Classroom Action Research ), menurut Burns (dalam Pratiwi, 2012:47) adalah penelitian tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Dalam penelitian ini terdapat dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II dan setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menjabarkan penjelasan tiap-tiap masalah secara deskriptif, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis kemampuan peserta didik sebelum dan sesudah tindakan dalam bentuk angka. Analisis data menggunakan teknik statistik dan penyajian data analisis menggunakan tabel. Penelitian ini diawali dengan pemberian pre-test terkait dengan pemahaman umum tentang afiks pada peserta didik di kelas VIIIA SMP PGRI 7 Denpasar. Pelaksanaan pre-tes ini bertujuan menjawab rumusan masalah yang pertama. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) teori belajar 3
behaviorisme dan kognitivisme diturunkan ke dalam metode intensif hingga penerapannya di dalam kelas. Pelaksanaan post-test dilaksanakan setelah serangkaian tindakan diberikan. Penilaian dilakukan dengan mengkaji jawaban tentang afiks yang tepat pada kata yang disediakan. Dengan demikian, dalam penilaian ini rubrik disesuaikan dengan aspek-aspek tersebut. Penarikan simpulan dilakukan untuk menjawab rumusan masalah kedua dan ketiga. Hal lainnya adalah untuk memaparkan hasil yang lebih jelas terkait dengan hasil tes tentang pemahaman afiks, maka data yang diperoleh berupa angka ditampilkan ke dalam bentuk tabel dan diagram batang sebagai wujud hasil penelitian ini. Selanjutnya, melalui tampilan tabel dan diagram batang penjelasan secara kualitatif juga dibubuhkan sehingga arah penelitian ini menjadi lebih jelas.
LANDASAN TEORI Suatu penelitian yang ingin dilakukan diperlukan landasan teori yang berfungsi sebagai pedoman bagi peneliti untuk menemukan solusi dari permasalahan yang ada dan yang ingin dipecahkan. Dalam bagian ini diuraikan landasan teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori tersebut adalah teori pembelajaran (behaviorisme dan kognitivisme) dan teori morfologi. Teori Pembelajaran Pembelajaran
adalah
sistem
yang
dapat
memudahkan
dan
memfasilitasi individu dalam belajar dan berinteraksi dengan sumber belajarnya. Tulisan ini lebih memilih istilah pembelajaran bahasa, karena istilah pembelajaran
memiliki
makna
yang dalam prosesnya
lebih
mengondisikan peserta didik dan lebih berpusat pada peserta didik dalam pembelajaran bahasa. Penggunaan istilah pembelajaran bahasa, menurut Oxford (1990:34), merupakan perubahan paradigma kognitivis pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru dan menjadi berpusat pada peserta didik.
4
Dalam bagian ini, teori pembelajaran yang dibahas ada dua jenis, yaitu behaviorisme dan kognitivisme.
Behaviorisme Dalam teori belajar behaviorisme stimulus sangatlah penting dalam proses pembelajaran karena stimulus adalah semua kejadian, alat, dan sarana yang dapat memperkuat dan meningkatkan kemampuan seorang individu pada masa mendatang. Menurut kaum behavioris (dalam Muijs dan David, 2008:20), ada dua macam pengondisian, yaitu: a. Pengondisian kelas: terjadi bila sebuah reflek alamiah merespons sebuah stimulus. Ketika dihadapkan atau diberikan suatu stimulus pada seorang individu, maka akan menghasilkan suatu respons tertentu yang diharapkan. b. Pengondisian perilaku: terjadi bila respons terhadap sebuah stimulus tertentu diperkuat. Ketika seorang individu sudah menampakkan suatu respons dari stimulus, sebaiknya diberikan lagi stimulus penguat agar sesuatu yang mereka pelajari lebih melekat. Kognitivisme Teori pembelajaran yang kedua dalam penelitian ini, adalah teori kognitivisme. Istilah cognitif berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, artinya „mengetahui‟. Secara luas cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neissser, 1976). Makna kalimat “cognitive of theory learning” yaitu suatu bentuk teori belajar yang berpandangan bahwa belajar merupakan proses pemusatan pikiran (kegiatan mental) (Slavin, 1994). Menurut teori kognitivisme, belajar adalah kegiatan yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, dan faktor-faktor lainnya yang mendukung proses pembelajaran itu sendiri. Jadi, belajar adalah kegiatan pengaturan stimulus dan disesuaikan dengan struktur kognitif yang terbentuk dalam pikiran peserta didik yang berdasarkan pada pengalaman yang pernah dialami.
5
Teori Morfologi Morfologi mengonsentrasikan kajian pada unsur internal kata, bagaimana kata itu berdiri sendiri, mendapat tempelan seperti afiks, ataupun kata tersebut bergabung dengan kata lainnya membentuk kalimat. Peserta didik harus memahami apa yang disebut “kesadaran morfologi” dalam bahasa Inggris terlebih dahulu sebelum mempelajari afiks yang kompleks karena ada sedikit perbedaan dalam segi struktur katanya. Pengaruh bahasa pertama (bahasa daerah/bahasa Indonesia) yang dikuasai oleh peserta didik sangatlah besar dalam memahami bahasa kedua (bahasa Inggris). Oleh karena itu, dibutuhkan pengenalan sederhana dalam memahami unsur morfologi dalam bahasa Inggris. Seperti halnya dalam kata dog dan dogs, kedua kata tersebut terlihat persis namun perbedaannya adalah bahwa dalam bahasa Inggris dikenal istilah tunggal (singular) dan jamak (plural). Hal seperti ini patut diwaspadai oleh peserta didik karena dalam bahasa Indonesia penanda tunggal ataupun jamak hanya diikuti oleh penempatan saja, misalnya satu anjing dan dua anjing. Mereka harus paham bahwa dalam kata dog memiliki arti benda tunggal, sedangkan kata dogs memiliki arti jamak. Jika benda tersebut masuk dalam kategori jamak maka dalam bahasa Inggris harus diberikan sufiks es/s dan penempatannya selalu mengikuti, di belakang, atau setelah nomina tersebut.
PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan pada siklus II ini merupakan bagian yang paling penting karena siklus II merupakan penentu hasil suatu proses pembelajaran afiks dengan metode intensif. Pembahasan yang dilakukan meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis Kuantitatif Hasil nilai dari observasi awal pre-test peserta didik dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
No 1. 2.
Nama
Pos-tes 90 80
Abdul Aziz Yusub Ade Rizki Gumilang 6
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
100 100 90 95 100 100 100 85 75 80 90 95 100 100 100 100 85 95 85 100 80 85 95 90 95 100 90 95 100 80 100 90 90 80
Agus Sudana I Putu Agustini Wahyu Pratiwi Ni Luh Md Angga Suyoga I Putu Gede Aninda Cahyaning Rahayu Suwarsiki Annisa Rahmi Arya Gunanda Gede Ayu Juliantari Putu Bayu Baskara I Dewa Putu Eka Darma Komang Elisabeth Herminingsih Erik Firmansyah Fera Dwi Lestari Gabriella Nova Wela Pahul Hayudya Ratu Kencana Adi Pertiwi Intan Dwipraharsini Ni Made Isna Juliantari Ni Luh Krisna Mahendra Putu Krisna Wibawa Putra Kadek Marcelino Richard Felipe Bria Martini Dewi Ni Luh Putu Melky Juniarta Sabneno Okta Savitri Ni Kadek Pramana Aditya I Kadek Putri Alyah Jasmine Putri Ardini Ni Ketut Raynald Wahyu Dwi Putra I Gst Ngr A Reginald Wira Dwi Putra I Gst Ngr A Ria Lestari Komang Samsul Hadi Yanto Sri Kumala Santi Ni Komang Surya Winangun Kadek Viona Septiani Widia I Komang Ni Luh Reka Artini 3315
Rata-rata
=
92.08
36
Peserta didik yang memperoleh nilai tertinggi pada hasil post-test, yaitu mampu menjawab kalimat rumpang yang harus dilengkapi dengan kata dasar dan afiks yang tepat dan benar sebanyak 20 kalimat dengan nilai 100.
7
Peserta didik yang memperoleh nilai terendah, yaitu mampu menjawab kalimat rumpang yang harus dilengkapi dengan kata dasar dan afiks yang tepat dan benar sebanyak 15 kalimat dengan nilai 75. Dari semua nilai yang diperoleh oleh peserta didik, maka dapat diambil nilai rata-rata peserta didik kelas VIIIA adalah 92.08. Melihat hasil rata-rata pada post-test dapat disimpulkan ada peningkatan nilai jika dibandingkan dengam hasil pre-test, yaitu dari 37.78 menjadi 92.08.
Analisis Kualitatif Selanjutnya dilakukan analisis berupa analisis kualitatif, yaitu analisis data bentuk informal berupa paparan dengan menggunakan kata-kata dan data disajikan secara deskriptif dalam bentuk paparan kata-kata atau uraian kalimat. Secara umum dapat dilihat dari hasil nilai yang diperoleh pada hasil post-test, peserta didik banyak mendapat nilai yang tinggi. Para peserta didik mengatakan merasa sangat terbantu dalam memahami jenis afiks infleksional yang biasanya ditemukan pada pembelajaran plurar, singular, present tense, continous tense, dan past tense. Post-test yang disebarkan untuk observasi akhir berbentuk kalimat rumpang, tetapi telah disediakan nomina dan verba sebagai kata dasar yang kemudian harus diubah dan disesuaikan dengan afiks yang tepat dan sesuai dengan unsur gramatikal bahasa Inggris. Pre-test yang dilakukan telah disesuaikan dengan silabus sekolah SMP PGRI 7 Denpasar kelas VIII, tipe afiks yang digunakan pada tes telah sesuai dengan materi pada silabus, yaitu afiks infleksional. Afiks infleksional memiliki fungsi, yaitu mengubah bentuk tunggal dan jamak pada nomina dan mengubah gramatikal kata pada verba, yang dalam bahasa Inggris struktur gramatikal kata akan berubah sesuai dengan konteks waktu. Setelah mencocokkan materi afiks dan silabus, sehingga pos-tes dibuat berdasarkan kesesuaian materi pada silabus, yaitu tentang plurar dan singular, present tense, continous tense, dan past tense. Hasil analisis kualitatif dan pretes dipaparkan sebagai berikut. (1) Analisis soal pertama: 8
Soal
Jawaban Peserta Didik
There are five…… (cat) in the garden
There are five cats in the garden
Jawaban yang diharapkan merupakan perubahan bentuk kata dasar menjadi bentuk jamak. Dalam bahasa Inggris, jika jumlah benda yang ditunjuk merupakan jamak, maka harus ditambahkan sufiks s/es. Peserta didik semuanya menjawab dengan benar kalimat rumpang soal pertama. Kata dasar cat pada soal pertama harus ditambahkan sufiks s karena jumlahnya lebih dari satu. (2) Analisis soal kedua Soal
Jawaban Peserta Didik
These are five …… (tomato) on the
1. these are five tomatoes on the
table
table 2. These are five tomatos on the table
Dari soal kedua pre-test di atas, jawaban yang diharapkan adalah bentuk plural (jamak) dari kata dasar tomato. Seperti yang dibahas sebelumnya, jika benda merupakan jamak maka harus ditambahkan sufiks s/es. Dari sekian jawaban, ada dua jenis jawaban yang dapat dirangkum, jawaban jenis yang pertama merupakan jawaban yang benar. Dalam kaidah bahasa Inggris, jika benda berakhiran o seperti pada kata tomato maka sufiks yang ditambahkan adalah es bukan s. Kemudian, pada jenis jawaban kedua merupakan jawaban yang kurang tepat. Para peserta didik yang membuat jawaban jenis kedua, menurut hasil wawancara mengatakan mereka lupa bahwa jika huruf terakhir o harus ditambahkan es dan malah menuliskan dengan sufiks s. (3) Analisis soal ketiga Soal
Jawaban Peserta Didik
There are six ……. (class)
There are six classes
9
Pada soal yang ketiga, jawaban yang diharapkan adalah bentuk jamak dari kata class. Menurut aturan baku bahasa Inggris, jika pada suatu kata berakhiran ss maka dalam bentuk jamaknya harus ditambah sufiks es. Jawaban yang diharapkan dan sangat tepat adalah yang classes. Menurut hasil post-test, semua peserta didik menjawab dengan classes. (4) Analisis soal keempat Soal
Jawaban Peserta Didik
She has two……….. (baby) now
She has two babies now
Pada soal yang keempat, yaitu tentang kalimat pernyataan yang menyatakan bendanya jamak. Jawaban yang diharapkan adalah, karena baby ada dua, sehingga jawaban yang tepat adalah babies. Para peserta didik semua menjawab bentuk jamak dari baby dengan babies, mereka paham perubahan jika huruf y bertemu dengan akhiran es maka y akan hilang dan menjadi ies. (5) Analisis soal kelima Soal
Jawaban Peserta Didik
They have ten……. (box)
They have ten boxes They have ten boxs
Jawaban yang diharapkan merupakan bentuk jamak dari kata dasar box. Pada kalimat rumpang, kata box harus diubah menjadi boxes karena jumlahnya ada sepuluh. Menurut aturan cara penulisan penambahan sufiks pada bahasa Inggris, jika ada kata yang berakhiran dengan huruf x maka sufiks yang tepat digunakan adalah es. Pada jawaban kedua, kata box ditambahkan sufiks s, Berdasarkan wawancara peserta didik, mengatakan lupa jika harus menambahkan es. (6) Analisis soal keenam Soal
Jawaban Peserta Didik 10
She always……(make) her homework at She always makes her homework at school
school
Pada soal keenam, aturan pada simple present tense adalah jika subjek merupakan orang tunggal she, he, it, dan nama seseorang, maka verba pada kalimat positif harus ditambahkan sufiks s/es. Jawaban yang dibuat oleh peserta didik benar maka dapat disimpulkan jawaban yang benar dan tepat adalah make berubah menjadi makes karena mendapat sufiks s. Pada bahasa Inggris terdapat aturan bahwa jika verba berakhiran e seperti pada kata make, maka berubah menjadi makes (ditambah sufiks s). (7) Analisis soal ketujuh Soal
Jawaban Peserta Didik
Susan is a student and she always Susan is a student and she always goes …… (go) to school at 07.00 am
to school at 07.00 am Susan is a student and she always going to school at 07.00 am
Soal ketujuh masih tentang simple present tense. Masih ada ditemukan jawaban yang salah, jawaban jenis pertama yang benar. Jawaban pertama, dari kata dasar go berubah menjadi goes karena mendapat sufiks es, sesuai aturan dalam afiks jika verba berakhiran o maka sufiks yang tepat adalah es. Jawaban yang pertama merupakan jawaban yang diharapkan, karena sesuai aturan grammar pada simple present tense pada verba harus ditambahkan sufiks s/es jika subjeknya orang pertama tunggal. Pada jawaban jenis kedua, mereka yang menjawab dengan going tampaknya berpendapat bahwa mereka lupa harus menambahkan sufiks s/es pada kata go. (8) Analisis soal kedelapan Soal
Jawaban Peserta Didik
11
Her baby always ….. (drink) milk at Her baby always drinks milk at night night
Pada soal kedelapan, kalimat rumpang pada soal kedelapan merupakan tipe kalimat present tense, ciri-cirinya kegiatan selalu berulang-ulang dilakukan yaitu ada kata always dan present tense memiliki ciri penambahan sufiks s pada subjek orang pertama tunggal jika berbentuk kalimat positif. Jawaban yang diharapkan adalah perubahan dari drink menjadi drinks. Semua peserta didik menjawab dengan benar. (9) Analisis soal kesembilan Soal
Jawaban Peserta Didik
Susan usually ………(watch) movie at Susan usually watches movie at the the Cinema
Cinema Susan usually watchs movie at the Cinema
Pada soal kesembilan, peserta didik tampaknya sudah lumayan paham akan penggunaan sufiks pada simple present tense, tetapi masih ada kesalahpahaman. Jawaban yang pertama merupakan jawaban yang benar, jawaban yang benar adalah watches. Pada jawaban kedua, peserta didik salah memasangkan sufiks yang tepat yaitu watchs. Menurut kaidah penambahan sufiks pada bahasa Inggris, jika akhiran kata berupa ch seperti pada kata watch, maka sufiks es yang harus dibubuhkan, bukan sufiks s. (10) Analisis soal kesepuluh Soal
Jawaban Peserta Didik
My father always ……….. (catch) the My father always catches the fish in the fish in the pool near our house
pool near our house
12
Soal kesepuluh merupakan soal terakhir untuk post-test pada penggunaan afiks yang berhubungan dengan present tense. Peserta didik tampaknya sudah memahami, jika pada subjek orang pertama tunggal, kalimat positifnya harus dibubuhi sufiks s/es. Jadi, jawaban yang tepat adalah catches, karena jika huruf terakhir ch maka harus ditambahkan es. (11) Analisis soal kesebelas Soal
Jawaban peserta didik
My mother is ………… (fry) fish in the My mother is frying fish in the kitchen kitchen now
now
Pada soal kesebelas, jenis kalimat pada soal ini adalah simple continous tense. Kalimat positif harus menggunakan verba bentuk ing. Peserta didik pada hasil post-test ini mampu menjawab dengan benar dan tepat. Dalam aturan penambahan afiks ing pada verba, jika kata berakhiran y ditambahkan ing maka secara otomatis ditambahkan di akhir. Jawaban yang benar adalah frying. (12) Analisis soal kedua belas Soal
Jawaban Peserta Didik
She is ………… (study) math now
She is studying math now
Analsis selanjutnya adalah pada soal kedua belas. Kalimat tersebut merupakan pola untuk simple continous tense dan peserta didik sudah benar menjawab seperti jenis jawaban yang ada dalam tabel. Jawaban yang diharapkan adalah studying, Jika huruf y pada akhir kata hanya akan menjadi i ketika bertemu dengan sufiks es dan jika tidak huruf y pada akhir kata akan tetap jika ditambahkan ing. (13) Analisis soal ketiga belas Soal
Jawaban Peserta Didik
13
You are ……….. (drink) a glass of milk You are drinking a glass of milk now
now
Pada soal di atas pola kalimat merupakan simple continous tense. Continous tense pada kalimat positif, negatif, dan interogatif verba harus ditambahkan sufiks ing. Dengan demikian, dapat disimpulkan dari 36 peserta didik peserta post-test, jawaban mereka tepat. Peserta didik telah membuat jawaban seperti yang ada pada tabel dan merupakan jawaban yang benar, yaitu drinking. (14)
Analisis soal keempat belas
Soal
Jawaban Peserta Didik
They are …… (cook) in the kitchen now
They are cooking in the kitchen now
Soal keempat belas, sama seperti pada pre-test sebelumnya. Pada soal tersebut peserta didik tidak melakukan kesalahan. Peserta didik menjawab cooking pada kalimat rumpang yang keempat belas. Pada continous tense, verba harus menggunakan sufiks ing. Semua peserta didik benar menjawab pada soal keempat belas itu. Pada kata yang berakhiran k sufiks ing langsung ditambahkan setelah verba. (15) Analisis soal kelima belas Soal
Jawaban Peserta Didik
My father is ……. (read) magazine now
My father is reading magazine now
Selanjutnya untuk soal kelima belas, peserta didik secara keseluruhan sudah benar menjawab dengan reading. Peserta didik menjawab reading karena penambahan sufiks ing memang diharapkan pada soal kelima belas itu. Dengan demikian, baik pada hasil pre-test maupun post-test jawaban peserta didik benar, yaitu cooking.
14
(16)
Analsis soal keenam belas
Soal
Jawaban Peserta Didik
She ……. (close) her boutique yesterday
She closed her boutique yesterday She closeied her boutique yesterday
Kalimat rumpang pada soal keenam belas ini merupakan jenis kalimat past tense karena menggunakan keterangan waktu yesterday (kemarin). Jenis verba kedua pada past tense ada dua jenis, yaitu regular dan irregular verbs. Namun pada penelitian ini hanya menggunakan tipe regular, yaitu verba bentuk kedua beraturan yang menambahkan sufiks d/ed. Pada soal yang keenam belas masih ditemukan kesalahan penambahan sufiks d/ed. Jawaban jenis pertama yang tersedia pada tabel merupakan jawaban yang tepat. Kata close mengandung huruf terakhir e sehingga sufiks yang tepat adalah sufiks d. Sedangkan pada jenis jawaban yang kedua, peserta didik salah menambahkan sufiks pada verba. Peserta didik menjawab closeied karena menurut mereka sufiks ed yang tepat ditambahkan.
(17) Analsis soal ketujuh belas Soal
Jawaban Peserta Didik
You ………. (study) English yesterday
You studied English yesterday You studyd English yesterday
Soal selanjutnya pada post-test yaitu ketujuh belas, verba yang digunakan adalah jenis regular verbs, yaitu verba yang ditambahkan sufiks d/ed setelah kata dasar. Jawaban jenis pertama yang ada pada tabel adalah jawaban yang benar karena pada kata dasar study terdapat huruf terakhir y sehingga sufiks yang benar adalah ed bukan d sehingga jawaban yang tepat adalah studied. Peserta didik yang menjawab dengan jenis kedua merupakan jawaban yang salah, karena pada jenis kedua peserta didik tidak paham akan perubahan huruf y menjadi i ketika bertemu dengan sufiks ed sehingga mereka menjawab dengan studyd. 15
(18) Analisis soal kedelapan belas Soal
Jawaban Peserta Didik
My sister …….. (fry) a chicken two My sister fried a chicken two days ago days ago
My sister fryd a chicken two days ago My sister fryied a chicken two days ago My sister fryed a chicken two days ago
Soal selanjutnya masih dalam lingkup simpe past tense, verba yang digunakan masih dalam lingkup regular verbs. Dari peserta didik yang berjumlah 36 orang dapat disimpulkan ada empat jenis jawaban yang dibuat. Jawaban yang pertama adalah jawaban yang tepat karena menurut aturan penambahan sufiks pada verba, jika kata tersebut mempunyai huruf terakhir y maka akan menjadi i ketika ditambahkan ed. Jadi, jawaban yang tepat adalah fried bukan fryd, fryied, ataupun fryed. Peserta didik yang menjawab dengan jawaban jenis kedua,ketiga, dan keempat sebenarnya sudah mengerti tentang penambahan d/ed pada past tense, tetapi menurut hasil wawancara, mereka lupa perubahan y jika bertemu sufiks ed akan menjadi i. (19)
Analisis soal kesembilan belas
Soal
Jawaban peserta didik
The tourist ……… (arrive) in the airport The tourist arrived in the airport yesterday
yesterday
Peserta didik semuanya sudah benar dengan menjawab kalimat rumpang pada soal kesembilan belas dengan arrived. Past tense mengharuskan penambahan sufiks d/ed pada kata yang termasuk regular verb dalam kalimat positif, tetapi ada aturan jika pada kata huruf terakhirnya merupakan huruf e maka akhiran sufiks d yang dipilih. (20) Analisis kedua puluh Soal
Jawaban Peserta Didik 16
Yesterday I …. (watch) TV in the Yesterday I watched TV in the livingroom
livingroom
Analsis terakhir pada hasil post-test yaitu soal kedua puluh. Peserta didik menjawab dengan benar, pada aturan past tense kalimat positif harus menggunakan verba kedua. Aturan penambahan ed pada suatu verba adalah jika kata berakhiran ch maka sufiks ed yang harus digunakan. Jadi, jawaban yang diharapkan adalah watched bukan watchd.
SIMPULAN Sebelum dilakukan post-test dengan merujuk pada hasil pre-test yang rata-rata nilai peserta didik sangat kurang, maka pembelajaran afiks dengan metode intensif dilakukan untuk membantu para peserta didik. Metode intensif sangat tepat diberlakukan dalam pembelajaran afiks karena metode ini menciptakan penubian (drilling). Kegiatan yang dilakukan berupa pemberian catatan tentang cara penggabungan sufiks dengan kata dasar yang akan dibubuhkan afiks, latihanlatihan dengan menggunakan cerita pendek berbahasa Inggris, mencari kata yang memiliki afiks, dan latihan-latihan menambahkan sufiks pada kata dasar verba dan nomina. Setelah pemberian pembelajaran dengan metode intensif, kemudian dilakukan pos-tes dengan jumlah dua puluh soal dan tingkat kesulitan masih sama dengan pre-test. Bentuk soal dibuat sama dengan pre-test guna melihat perbandingan nilai antara pre-test dan post-test. Peserta didik yang memperoleh nilai tertinggi pada hasil post-test, yaitu mampu menjawab kalimat rumpang yang harus dilengkapi dengan kata dasar dan afiks yang tepat dan benar sebanyak 20 kalimat dengan nilai 100. Peserta didik yang memperoleh nilai terendah, yaitu
17
mampu menjawab kalimat rumpang yang harus dilengkapi dengan kata dasar dan afiks yang tepat dan benar sebanyak 15 kalimat dengan nilai 75. Dari semua nilai yang diperoleh peserta didik, maka dapat diambil nilai rata-rata peserta didik kelas VIIIA adalah 92.08. Berdasarkan hasil rata-rata pada post-test dapat disimpulkan ada peningkatan nilai jika dibandingkan pada hasil pre-test, yaitu dari 37.78 menjadi 92.08.
DAFTAR PUSTAKA Aronoff, M dan K Fudeman. 2011. What is Morphology. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd. Iskandarwassid & Sunendar, Dadang. 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Slavin, R. E. 1994. Educational Psycology: Theory and Practice. America: The United States of America. Spencer, Andrew. 1993. Morphological Theory. Oxford: Blackwell. Sugiyono. 2010 . Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta Tarigan, H. G. 1986. Pengajaran Kosakata. Bandung: PT. Angkasa.
18