HAMBATAN- HAMBATAN KOMUNIKASI YANG DIRASAKAN PETERNAK DALAM PEMBINAAN BUDIDAYA SAPI POTONG DI KABUPATEN OGAN ILIR
ELLY ROSANA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hambatan-Hambatan Komunikasi yang Dirasakan Peternak dalam Pembinaan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten Ogan Ilir adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2009
Elly Rosana NIM I352070031
ABSTRACT ELLY ROSANA. Communication Barrier Felt by Cattle Farmer in Cattle Raising Development of Ogan Ilir Regency. Under direction of AMIRUDDIN SALEH and HADIYANTO. Effective communication can influence receiver attitude in order to accept innovation while its effectivity will decline by various factors. This research is design to describe individual characteristics and communication activities, communication barriers of cattle farmer in Ogan Ilir Regency, to analyze correlation of individual characteristics and communication activity to communication barrier and to analyze correlation between individual characteristics to communication activity of cattle farmer in Ogan Ilir Regency. The results were 1) Cattle farmers individual characteristics generally middle aged, elementary school graduated, low income, less experienced in cattle raising, low cosmopolite and good knowledge of cattle raising. While highest score in communication activity were communication methods, followed by group engagement, communication direction, communication intensity and information seeking respectively, 2) the most communication barrier felt by farmers are attention and friendliness, followed by prejudice, expectation gap and needs gap, 3) Generally, there was significant correlation between individual characteristics to communication barrier for experience, cosmopolite and knowledge level, 4) there was significant correlation between communication activity to communication barriers and 5) generally, there was significant correlation between individual characterstics with communication activity for age, education, income, experience, cosmopolite and knowledge level. Based on the result, it is concluded that there was significant correlation between farmer factor and communication activity to communication barrier in order to improve productivity cattle farmers in Ogan Ilir Regency. Keywords: communication barriers, cattle farmer, cattle raising
RINGKASAN ELLY ROSANA. Hambatan-Hambatan Komunikasi yang Dirasakan Peternak dalam Pembinaan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten Ogan Ilir. Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan HADIYANTO. Pembangunan peternakan merupakan salah satu bagian dari pembangunan pertanian yang perlu mendapatkan perhatian, hal ini karena Pembangunan peternakan memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Berkaitan dengan pembangunan peternakan tersebut, perlu adanya komunikasi antara pembina dan peternak dalam hal transfer teknologi dan pengetahuan mengenai budidaya sapi potong. Untuk itu keberhasilan pembina dalam mentransfer inovasi budidaya sapi potong sangat penting, sehingga perlu adanya komunikasi yang efektif dalam proses pembinaan yang dilakukan. Tidak efektifnya komunikasi bisa disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan oleh peternak sehingga perlu diketahui hambatan-hambatan yang ada sehingga proses transfer teknologi bisa berjalan dengan baik. Penelitian bertujuan untuk (1) mendeskripsikan faktor karakteristik individu dan aktivitas komunikasi yang ada pada peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir, (2) mendeskripsikan hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir, (3) menganalisis hubungan antara faktor karakteristik individu dan aktivitas komunikasi dengan hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir dan (4) menganalisis hubungan antara faktor karakteristik individu dengan aktivitas komunikasi pada peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. Penelitian didesain sebagai penelitian deskriptif korelasional dengan metode survai. Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih dua bulan yaitu bulan Maret sampai April 2009. Populasi sampel penelitian ini adalah peternak Sapi potong yang ada di Kabupaten Ogan Ilir dengan jumlah 2.995 orang, dengan menggunakan rumus Slovin didapat 97 orang sampel yang dapat mewakili populasi yang ada. Pengambilan sampel dilakukan secara proportionate simple random sampling. Uji reliabilitas kuesioner diperoleh nilai koefisian splithalf test untuk instrumen kekosmopolitan sebesar 0,911, tingkat pengetahuan tentang budidaya sapi potong 0,669, aktivitas komunikasi sebesar 0,771 dan untuk hambatan-hambatan komunikasi sebesar 0,940, dibandingkan dengan nilai rtabel = 0,564 (α = 0,05) maka koefisien reliabilitas lebih besar dari rtabel sehingga dari nilai tersebut kuesioner yang digunakan dalam penelitian reliabel. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, dalam bentuk frekuensi, rataan skor, total rataan skor, persentase dan tabel distribusi, hubungan antar peubah menggunakan analisis statistik inferensial yaitu dengan menggunakan rumus korelasi Tau Kendall yang pengolahan datanya menggunakan program SPSS 15 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) karakteristik individu peternak di Kabupaten Ogan Ilir adalah pada umumnya umur paruh baya, pendidikan tamat SD, pendapatan rendah, pengalaman beternak sapi potong rendah, kekosmopolitan rendah dan tingkat pengetahuan tentang budidaya sapi potong tinggi. Sedangkan jenjang aktivitas komunikasi skor tertinggi pada metode komunikasi, disusul keterlibatan dalam kelompok, arah komunikasi, intensitas komunikasi dan terakhir pencarian informasi, (2) Hambatan komunikasi yang paling dirasakan peternak adalah pada faktor perhatian dan keakraban, disusul dengan faktor prasangka, perbedaan harapan dan perbedaan kebutuhan (3)
faktor karakteristik individu peternak dengan hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir secara umum berhubungan nyata untuk pengalaman, kekosmopolitan dan tingkat pengetahuan, (4) aktivitas komunikasi dengan hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir berhubungan nyata dengan hambatan-hambatan komunikasi dan (5) faktor karakteristik individu peternak dengan aktivitas komunikasi secara umum berhubungan untuk umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman, kekosmopolitan dan tingkat pengetahuan. Hasil penelitian menyarankan: (1) perlu adanya kegiatan pelatihan motivasi untuk peternak, agar peternak memahami usahaternak yang mereka lakukan memiliki nilai ekonomi sehingga semangat peternak dapat lebih ditingkatkan dalam pencarian informasi budidaya sapi potong, (2) perlu adanya pemberian contohcontoh yang nyata dari pembina dalam pemberian materi budidaya sapi potong, agar peternak merasa lebih diperhatikan usahaternaknya sehingga hambatan komunikasi yang disebabkan faktor perhatian dapat dikurangi dan (3) perlu adanya peningkatan frekuensi pertemuan antara pembina dan peternak, tidak hanya pada kegiatan kelompok ternak (pemberian materi budidaya sapi potong) tetapi juga pada kegiatan sosial peternak yang ada dilingkungannya, agar peternak merasa dekat dengan pembina sehingga hambatan komunikasi yang disebabkan faktor keakraban dapat dikurangi. Kata kunci: hambatan-hambatan komunikasi, budidaya sapi potong
peternak
sapi
potong
dan
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
HAMBATAN- HAMBATAN KOMUNIKASI YANG DIRASAKAN PETERNAK DALAM PEMBINAAN BUDIDAYA SAPI POTONG DI KABUPATEN OGAN ILIR
ELLY ROSANA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak dalam pembinaan budidaya sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS dan Bapak Ir. Hadiyanto, MS selaku pembimbing yang telah memberikan waktu dan arahan yang sangat berguna untuk penulis, serta Bapak Dr. Ir. Djuara Lubis, MS dan Ibu Dr. Ir. Sarwititi S Agung, MS yang telah memberikan dorongan dan arahan. Terima kasih penulis sampaikan juga pada Badan Pusat Statistik Ogan Ilir yang telah membantu memberikan data-data sekunder, serta Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ogan Ilir yang telah memberikan masukan-masukan. Terima kasih juga pada semua pembina, perangkat desa, peternak dan mahasiswa Peternakan Unsri yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan pada Mbak Lia yang selalu membantu dalam administrasi, juga untuk teman-teman KMP 2007 (Bu Lina, Bu Loli, Bu Retno, Uni, Gita, Mb Hanif, wiwin, Ria, Pak Ojat, Pak Fuad, Pak Ose dan Ipunk) yang selalu memberikan suport, semoga tali persaudaraan kita selalu terjalin dengan baik. Tak lupa terima kasih untuk temanteman di Puri Hapsara 2D (Mb Insun, Bu Deti, Mb Mita, Eka, Mala dan adek Tika) yang selalu memberikan dukungan. Buat Mb Difa, Bu Nani, Nisa dan Ifa terima kasih untuk persaudaraannya. Untuk Reno, ica dan Mb Fenny terima kasih atas bantuan dan doanya. Akhirnya terima kasih untuk suamiku tercinta Arfan Abrar, M.Si yang telah mendoakan, mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan. Serta terima kasih untuk kedua orang tuaku yang telah membesarkan dan mendoakan dengan cinta selama hidupnya. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mertua tersayang atas doa dan kasih sayangnya. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan untuk seluruh keluarga besar di Jakarta, Palembang, Prabumulih dan Lampung atas doa tulus dan dukungan yang diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
Agustus 2009
Elly Rosana
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Prabumulih pada tanggal 27 Juli 1979 dari Alm. Bapak Anwar Mathori dan Almh. Ibu Fatimah. Penulis merupakan putri ke enam dari enam bersaudara. Penulis menikah dengan Arfan Abrar, M.Si pada tanggal 28 Januari 2007. Tahun 1997 penulis lulus dari SMAN 8 Palembang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sriwijaya melalui jalur UMPTN. Penulis memilih Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dengan Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Tahun 2003 penulis diterima menjadi Staf pengajar di Universitas Sriwijaya melalui test seleksi dosen dan tahun 2004 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Melalui beasiswa BPPS penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan Studi Program Magister pada Program Pascasarjana, Program Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xvi
PENDAHULUAN ................................................................................... Latar Belakang ................................................................................ Perumusan Masalah ........................................................................ Tujuan Penelitian ............................................................................. Kegunaan Penelitian ....................................................................... Ruang Lingkup Penelitian................................................................ Kerangka Berpikir dan Hipotesis ..................................................... Kerangka Berpikir ...................................................................... Hipotesis ....................................................................................
1 1 3 4 4 4 5 5 6
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... Komunikasi ...................................................................................... Efektivitas Komunikasi ..................................................................... Hambatan-Hambatan Komunikasi ................................................... Komunikasi Interpersonal ................................................................ Faktor Karakteristik Individu Peternak ............................................. Aktivitas Komunikasi ........................................................................ Pola Pembinaan Sapi Potong.......................................................... Budidaya Sapi Potong .....................................................................
8 8 9 10 13 14 16 17 18
METODE PENELITIAN ......................................................................... Desain Penelitian............................................................................. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... Populasi dan Sampel ....................................................................... Populasi ..................................................................................... Sampel ...................................................................................... Data dan Instrumentasi ................................................................... Definisi Operasional ........................................................................ Validitas dan Reliabilitas Instrumen................................................. Pengumpulan Data .......................................................................... Analisis Data....................................................................................
23 23 23 23 23 24 25 25 28 29 29
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
31
Kondisi Umum Kabupaten Ogan Ilir ................................................ Letak Geografis dan Luas Wilayah ............................................ Iklim dan Curah Hujan ............................................................... Pemerintahan Daerah................................................................ Penduduk .................................................................................. Pendidikan ................................................................................. Tanaman Bahan Makanan ........................................................ Perkebunan ............................................................................... Peternakan ................................................................................
31 31 32 32 32 32 33 34 35
Profil Kecamatan Indralaya dan Desa Sejaro Sakti ......................... Letak Geografis dan Luas Wilayah ............................................ Wilayah Administrasi ................................................................. Keadaan Alam ........................................................................... Penduduk .................................................................................. Desa Sejaro Sakti ...................................................................... Profil Kecamatan Indralaya Utara dan Desa (Tanjung Pering dan Bakung) ..................................................................................... Letak Geografis dan Luas Wilayah ............................................ Wilayah Administrasi ................................................................. Penduduk .................................................................................. Desa Tanjung Pering dan Desa Bakung ................................... Profil Kecamatan Tanjung Batu dan Desa Seribandung ................. Letak Geografis dan Luas Wilayah ............................................ Wilayah administrasi .................................................................. Keadaan Alam ........................................................................... Penduduk .................................................................................. Desa Seribandung ..................................................................... Profil Kecamatan Rantau Panjang dan Desa Kotadaro Dua ........... Letak Geografis dan Luas Wilayah ............................................ Keadaan Alam ........................................................................... Penduduk .................................................................................. Desa Kotadaro Dua ................................................................... Profil Kecamatan Sungai Pinang dan Desa Serijabo ...................... Letak Geografis dan Luas Wilayah ............................................ Keadaan Alam ........................................................................... Penduduk .................................................................................. Desa Serijabo ............................................................................ Usaha Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Ogan Ilir ................. Model Pembinaan Budidaya Sapi Potong ....................................... Karakteristik Individu Peternak ........................................................ Umur .......................................................................................... Pendidikan ................................................................................. Pendapatan ............................................................................... Pengalaman............................................................................... Kekosmopolitan ......................................................................... Tingkat Pengetahuan tentang Budidaya Sapi Potong ............... Aktivitas Komunikasi ........................................................................ Metode Komunikasi ................................................................... Keterlibatan dalam Kelompok .................................................... Arah komunikasi ........................................................................ Intensitas Komunikasi ................................................................ Pencarian Informasi ................................................................... Hambatan-hambatan Komunikasi ................................................... Perhatian ................................................................................... Keakraban ................................................................................. Prasangka.................................................................................. Perbedaan Harapan .................................................................. Perbedaan Kebutuhan ............................................................... Hubungan Karakteristik Individu Peternak dan Hambatan Komunikasi yang dirasakan Peternak dalam Pembinaan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten Ogan Ilir ...............................................
38 38 38 38 38 39 39 39 39 39 39 40 40 40 40 41 41 41 41 41 42 42 42 42 43 43 43 43 45 47 47 48 48 49 49 50 51 51 52 52 53 53 54 55 56 57 58 60
61
Hubungan Aktivitas Komunikasi dan Hambatan Komunikasi yang dirasakan Peternak dalam Pembinaan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten Ogan Ilir ........................................................................ Hubungan Karakteristik Individu Peternak dengan Aktivitas Komunikasi ......................................................................................
64
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. Kesimpulan ...................................................................................... Saran ...............................................................................................
70 70 71
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
72
LAMPIRAN ............................................................................................
76
67
DAFTAR TABEL Halaman 1. Teknik penentuan lokasi dan sampel penelitian ...............................
24
2. Kecamatan dan jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Ogan Ilir ......
31
3. Produksi dan nilai produksi ternak potong sapi dan kerbau menurut jenis ternak dan kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir...........
36
4. Distribusi sampel menurut karakteristik individu peternak................
47
5. Aktivitas komunikasi peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir ......................................................................................................
51
6. Hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong ..............................................................................................
54
7. Hubungan antara karakteristik individu peternak dengan hambatanhambatan komunikasi.......................................................................
62
8. Hubungan antara aktivitas dengan hambatan - hambatan komunikasi .......................................................................................
65
9. Hubungan antara karakteritik individu peternak dengan aktivitas komunikasi .......................................................................................
67
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Hubungan antara peubah bebas dan terikat dalam kerangka analisis hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak dalam pembinaan budidaya sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir .....
6
2. Peta wilayah penelitian di Kabupaten Ogan Ilir ................................
37
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuesioner penelitian .........................................................................
77
2. Peraturan daerah Kabupaten Ogan Ilir.............................................
85
3. Hasil uji reliabilitas instrumen ...........................................................
91
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi yang besar sebagai negara penghasil produk peternakan. Daging, telur dan susu merupakan produk peternakan sumber protein hewani utama yang berasal dari ternak ruminansia dan unggas. Produktivitas ternak dipengaruhi oleh tiga hal yaitu bibit (breeding), pakan (feeding) dan tata laksana pemeliharaan (management). Daya dukung lahan dan ketersediaan pakan merupakan faktor yang menjadi pembatas dan pendukung pada beberapa jenis ternak.
Pengembangan usaha subsektor
peternakan perlu didasarkan pada peluang dan kesempatan yang dimiliki suatu wilayah dengan sumberdaya yang tersedia dan mengacu pada penggunaan sumberdaya yang optimal, keunggulan komparatif wilayah maupun keunggulan kompetitif komoditas.
Pengembangan subsektor peternakan diarahkan untuk
mewujudkan peternakan
yang berwawasan maju, efisien dan tangguh,
kompetitif,
berkelanjutan,
mandiri
dan
berbasis
perdesaan
dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah perdesaan serta pemberdayaan masyarakat peternak. Peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian yang memiliki peran penting dalam konteks pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Produk hasil peternakan seperti daging, susu dan telur merupakan produk pangan asal ternak yang berperan dalam upaya pemenuhan gizi.
Permasalahan dalam
upaya pemenuhan protein asal hewan adalah tidak seimbangnya produksi produk peternakan (daging, telur dan susu) secara nasional. Hal ini dapat dilihat pada data produksi dan konsumsi lima tahun terakhir yaitu tahun 2001-2005 yang terus meningkat, misalnya data tahun 2005 daging 2.113,2 ribu ton, telur 1.149 ribu ton dan susu 342 ribu ton, sementara konsumsi daging 2.151,7 ribu ton, telur 1.149 ribu ton dan susu 1.306 ribu ton. Produksi yang terus meningkat setiap tahunnya dan konsumsi/kebutuhan yang juga terus meningkat meIebihi produksi sehingga masih harus dipenuhi dengan impor (Ditjennak 2006). Pembangunan peternakan nasional diawali dari lingkup terkecil suatu wilayah.
Berdasarkan potensi dan sumberdaya yang dimilikinya, suatu wilayah
akan mengembangkan peternakan sebagai salah satu aspek pembangunan wilayahnya.
Kabupaten Ogan Ilir merupakan daerah hasil pemekaran dari
Kabupaten Ogan Komering Ilir yang diresmikan tahun 2004, terletak di Provinsi Sumatera Selatan.
Potensi desa-desa di Kabupaten ini salah satunya
2
mempunyai bahan pakan yang melimpah tetapi masih relatif rendah populasi ternaknya. Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ogan Ilir tercatat 16 kelompok ternak yang berada di wilayah Kabupaten Ogan Ilir (Disnakkan Ogan Ilir 2006).
Untuk itu Pemerintah daerah Ogan Ilir mengeluarkan Surat
Keputusan Bupati Ogan Ilir No.2 Tahun 2005 yang mengatur tugas dan fungsi Dinas Peternakan dan Perikanan yang dijabarkan pada pasal 36 dan 37 surat keputusan bupati tersebut. Berkaitan dengan pembangunan peternakan tersebut, perlu adanya komunikasi antara peternak dan dinas peternakan sebagai komunikator dalam hal transfer teknologi dan pengetahuan.
Hal ini dilakukan agar produktivitas
peternak meningkat dan dapat menjalankan usaha ternaknya dengan baik. Menurut
laporan
perkembangan
akhir
dunia
pengembangan
peternakan
nasional
iptek,
bahwa
yang
permasalahan
berhubungan
dengan
sumberdaya manusia bidang peternakan selama ini salah satunya adalah lemahnya penguasaan teknis lapangan dan teori dari peternak (Menristek 2006). Menurut Dilla (2007) komunikasi sangat diperlukan dalam menunjang proses pembangunan karena komunikasi dapat digunakan untuk menjembatani arus informasi ide dan gagasan baru, dari pemerintah kepada masyarakat atau sebaliknya.
Melalui proses komunikasi pesan-pesan pembangunan dapat
diteruskan dan diterima khalayak untuk tujuan perubahan. Hasil review penelitian sepuluh tahun terakhir didapatkan, hambatan komunikasi yang sering dilihat oleh peneliti sebelumnya adalah hambatan pada komunikasi organisasi pemerintah misalnya pada penelitian: Saendinobrata (1998), Damayanti (2003) dan Azainil (2003). Sementara penelitian mengenai hambatan komunikasi yang terjadi pada penyuluh dan petani dilakukan oleh Danudiredja (1998) dan Suryadi (2000). Penelitian-penelitian ini masih melihat hambatan komunikasi secara keseluruhan baik hambatan secara: psikologis, semantik, karakteristik personal maupun lingkungan. Sementara penelitian ini ingin melihat khusus pada hambatan-hambatan komunikasi secara psikologis yan dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. Produktivitas ternak di Kabupaten Ogan Ilir masih rendah, hal ini karena sifat kegiatan yang umumnya masih tradisional, skala usaha kecil, teknologi sederhana dengan keterampilan rendah dan usahaternak yang masih bersifat sambilan. Untuk itu pemerintah Kabupaten Ogan Ilir memfasilitasi peternak, salah satunya dengan mengadakan pembinaan untuk mendukung program
3
peningkatan produksi hasil peternakan. Namun program pembangunan bidang peternakan masih jauh dari target, yang dapat dilihat antara lain: dari laporan tahun 2006 sampai tahun 2007 mengenai populasi dan produksi ternak yang hanya naik 4,5 persen saja (Disnakkan Ogan Ilir 2007; 2008).
Sementara
kenaikan tersebut tidak sepenuhnya merupakan hasil ternak dari masyarakat Kabupaten
Ogan
Ilir
melainkan
perhitungan
keseluruhan
pemerintah daerah setempat pada tahun 2006-2007.
dari
bantuan
Menurut pemerintah
daerah setempat rendahnya populasi dan produksi ternak karena keterbatasan biaya. Tetapi peneliti melihat keterbatasan biaya bukanlah menjadi suatu penghambat apabila masyarakat telah termotivasi menjalankan usahaternaknya dengan mengaplikasikan inovasi budidaya sapi potong yang diberikan pembina. Terdapat hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi pada proses transfer inovasi dari pembina ke peternak. Seperti diketahui kondisi peternakan yang ada di berbagai daerah, sama dengan persoalan peternakan nasional yaitu lemahnya sumberdaya manusia yang tersedia. Pernyataan ini telah diungkapkan oleh Susanto (1977) bahwa salah satu hambatan komunikasi di Indonesia adalah sumberdaya manusianya. Kenyataan inilah yang menarik untuk diteliti sehingga dapat dianalisa hambatan-hambatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di dalam proses komunikasi antara pembina dan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa saja faktor karakteristik individu dan aktivitas komunikasi yang ada pada peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir? 2. Seperti apa hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir? 3. Sejauh mana hubungan antara faktor karakteristik individu dan aktivitas komunikasi
dengan
hambatan-hambatan
komunikasi
yang
dirasakan
peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir? 4. Sejauh mana hubungan antara faktor karakteristik individu dengan aktivitas komunikasi pada peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir?
4
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, peneliti berupaya menggali berbagai informasi dan data untuk mengetahui dan menganalisis peubah-peubah yang diteliti serta kaitannya dengan hambatan komunikasi pada peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan faktor karakteristik individu dan aktivitas komunikasi yang ada pada peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. 2. Mendeskripsikan hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. 3. Menganalisis hubungan antara faktor karakteristik individu dan aktivitas komunikasi dengan hambatan-hambatan komunikasi
yang dirasakan
peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. 4. Menganalisis hubungan antara faktor karakteristik individu dengan aktivitas komunikasi pada peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan informasi bagi pemerintah daerah Kabupaten Ogan Ilir dalam bidang peternakan, mengenai hambatan-hambatan komunikasi pada peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. 2. Secara praktis diharapkan penelitian dapat dijadikan rujukan untuk penentuan program kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Ogan Ilir di bidang peternakan . 3. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk melaksanakan penelitian lanjutan secara lebih dalam dan luas. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji atau meneliti mengenai faktor karakteristik individu peternak, aktivitas komunikasi dan hambatan-hambatan psikologis komunikasi pembina dan peternak. Faktor karakteristik individu peternak yang diteliti meliputi: umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman, kekosmopolitan dan tingkat pengetahuan tentang budidaya sapi potong. Selanjutnya
untuk
aktivitas
komunikasi
yang
diteliti
meliputi:
intensitas
komunikasi, metode komunikasi, pencarian informasi, keterlibatan dalam kelompok dan arah komunikasi. Terakhir, hambatan-hambatan psikologis komunikasi pembina dan peternak yang diteliti meliputi: perbedaan harapan, prasangka, perbedaan kebutuhan, perhatian dan keakraban.
5
Kerangka Berpikir dan Hipotesis Kerangka Berpikir Pengembangan
pembangunan
peternakan
di
Kabupaten
Ogan
Ilir
mempunyai potesi yang sangat besar. Ini dilihat dari potensinya sebagai salah satu sumber wilayah ternak sapi di Sumatera Selatan dengan daya dukung geografis, sumber pakan dan kultural. Infrastruktur pengembangan sapi potong telah dan akan dikembangkan di Kabupaten Ogan Ilir, hal ini dapat dilihat dari telah terdapat pasar ternak, dapat dilewati jalur lintas Sumatera, tersedianya unit pelaksana teknis dinas (UPTD) village breeding center Rantau Alai yang sedang dibangun dan adanya instansi pembina peternakan yaitu: dinas peternakan, UPTD, Pembina peternakan dan LSM (Heifer). Masyarakat Kabupaten Ogan Ilir telah memelihara sapi secara turun menurun dan berkelompok, beberapa kecamatan yang dikenal sebagai sumber sapi, antara lain: Kecamatan Inderalaya, Kecamatan Pemulutan, Kecamatan Tanjung Raja dan Kecamatan Tanjung Batu. Namun peternakan yang dilakukan masih bersifat tradisional dan semi intensif. Masih terdapat tingkat kematian pedet yang tinggi walaupun belum pernah dilaporkan secara resmi dengan berbagai macam penyebab misalnya: kembung (bloat), diare dan malnutrisi. Kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan belum memenuhi kebutuhan produksi dan Segi tiga produksi (breeding, feeding dan manajemen) belum terlaksana dengan baik. Transfer teknologi peternakan telah dilakukan melalui kegiatan pembinaan oleh instansi pembina dengan media diskusi, audio visual, dan pembentukan kelompok. Upaya peningkatan motivasi beternak melalui program bantuan teknis dan ternak juga telah dilakukan namun produktivitas peternak dan ternak masih rendah. Penelitian dilakukan untuk mengamati hubungan antara dua peubah, yaitu peubah bebas (independent variable) dan peubah terikat (dependent variable). Peubah bebas (independent variable) adalah faktor karakteristik individu peternak dan aktivitas komunikasi sedangkan peubah terikat
(dependent
variable) adalah hambatan-hambatan psikologis komunikasi pembina dan peternak.
6
Komunikasi dikatakan berhasil apabila terjadi kesamaan makna pesan yang disampaikan pembina kepada peternak. Apabila hambatan komunikasi dikurangi maka akan menimbulkan komunikasi yang efektif. Penelitian ini dibatasi pada identifikasi hambatan-hambatan komunikasi, identifikasi faktor karakteristik individu peternak dan aktivitas komunikasi, menganalisis korelasi antara faktor karakteristik individu peternak dan aktivitas komunikasi dengan
hambatan
komunikasi dan menganalisis korelasi antara faktor karakteristik peternak dengan aktivitas komunikasi, yang dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Peubah bebas
Peubah terikat
Faktor Karakteristik Individu Peternak 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Umur Pendidikan Pendapatan Pengalaman Kekosmopolitan Tingkat pengetahuan tentang budidaya sapi potong.
H1
Hambatan-hambatan Psikologis Komunikasi antara Pembina dan Peternak 1. 2. 3. 4. 5.
H3
Aktivitas Komunikasi 1. Intensitas komunikasi 2. Metode komunikasi 3. Pencarian informasi 4. Keterlibatan dalam kelompok 5. Arah Komunikasi
Gambar 1
Perbedaan Harapan Prasangka Perbedaan Kebutuhan Perhatian Keakraban
H2
Hubungan antara peubah bebas dan terikat dalam kerangka analisis hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak dalam pembinaan budidaya sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir.
Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, maka hipotesis penelitian ini adalah: H1 Terdapat hubungan nyata antara faktor karakteristik individu peternak dengan
7
hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. H2 Terdapat hubungan nyata antara aktivitas komunikasi dengan hambatanhambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. H3 Terdapat hubungan nyata antara faktor karakteristik individu peternak dengan aktivitas komunikasi.
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin “communicatio.” Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama; sama di sini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy 2003). Menurut Mulyana (2005) setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi. Sebagai tindakan satu-arah, suatu pemahaman populer mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap
muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar,
majalah, radio atau televisi. Sementara Rogers dan Shoemaker (1995) mengartikan komunikasi adalah sebagai suatu proses dimana semua partisipan atau pihak-pihak yang berkomunikasi saling menciptakan, membagi, menyampaikan dan bertukar informasi, antara satu dengan lainnya dalam rangka mencapai suatu pengertian bersama. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah cara penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi dikategorikan dalam dua perspektif yaitu proses komunikasi dalam perspektif psikologis dan mekanistik. Proses komunikasi dalam perspektif psikologis merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri komunikator ketika berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan. Adapun pesan komunikasi yang disampaikan terdiri dari dua aspek yaitu isi pesan berupa pikiran dan lambang berupa bahasa. Dengan kata lain, proses pengemasan pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator dalam bahasa komunikan, kemudian disampaikan kepada komunikan sebagai penerima (Effendy 2003). Bagian terpenting dalam komunikasi ialah bagaimana cara agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan, yaitu : a. Dampak kognitif yaitu dampak yang timbul yang menyebabkan menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya.
9
b. Dampak afektif yaitu supaya komunikan tahu dan tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu. c. Dampak konatif yaitu dampak yang timbul dalam bentuk tindakan (Effendy 2003; Rakhmat 2007). Tujuan komunikasi menurut Levis (1996) antara lain adalah 1) informasi, yaitu untuk memberikan informasi yang menggunakan pendekatan dengan pemikiran, 2) persuasif, yaitu untuk menggugah perasaan penerima, 3) konatif, yaitu perubahan tindakan terhadap pelaku pembangunan, 4) meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan usaha secara efisien di bidang usaha yang dapat memberi manfaat dalam batas waktu yang tidak tertentu, 5) mewujudkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan. Efektivitas Komunikasi Menurut Tubbs dan Moss (2005a) secara sederhana komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudnya. Secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Selanjutnya Tubbs dan Moss (2005a) mengatakan bahwa untuk mengukur keefektivan komunikasi tidak cukup dengan mengatakan orang tersebut telah berhasil menyampaikan maksudnya, tetapi harus melalui kriteria penilaian tertentu yang benar dan jelas dalam pengukurannya. Komunikasi yang efektif, paling tidak menimbulkan lima hal sebagai ukuran yaitu: 1) pemahaman artinya penerimaan yang cermat dari isi pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga tidak terjadi
kesalahan penafsiran
pesan oleh komunikan; 2)
kesenangan artinya suasana yang menjadikan hubungan menjadi hangat, akrab dan menyenangkan; 3) pengaruh pada sikap artinya kemampuan persuasif komunikator dalam penyampaian pesan yang menimbulkan efek pada diri komunikan; 4) hubungan yang membaik artinya tumbuhnya perasaan ingin bergabung dengan orang lain, ingin mengendalikan dan dikendalikan serta ingin dicintai dan mencintai dan 5) tindakan artinya tindakan yang nyata dilakukan komunikan setelah terjadi pengertian, pembentukan dan perubahan sikap, serta tumbuhnya hubungan yang baik. Komunikasi akan berjalan efektif jika ketepatannya (fidelity) ditingkatkan dan gangguannya (noise) diperkecil. Ini dapat terjadi pada sumber (komunikator), pesan, saluran maupun penerima sebagai unsur-unsur komunikasi (Berlo 1960).
10
Komunikasi yang efektif mengandung pengiriman dan penerimaan informasi yang cermat, pengertian pesan yang mendalam oleh kedua pihak dan pengambilan tindakan yang tepat terhadap penyelesaian pertukaran informasi. Beberapa hal yang diperlukan untuk komunikasi yang efektif adalah sebagai berikut: 1) penerangan ringkas yang cukup dari penerima, 2) penggunaan bahasa yang sesuai, 3) kejelasan, 4) penggunaan media yang tepat (Moekijat 1993). Dalam melakukan komunikasi di masyarakat pedesaan terdapat dua metode pendekatan yaitu: 1) pendekatan berdasarkan kelompok sasaran inovasi (individu, kelompok dan massa) serta 2) pendekatan berdasarkan cara penyampaian isi pesan (ceramah dan diskusi, demonstrasi, dan penggunaan alat bantu). Vardiansyah (2004) menyatakan bahwa efektivitas komunikasi adalah pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan, yaitu kognitif, yaitu pengetahuan seseorang yang dari tidak tahu menjadi tahu; Afektif, sikap seseorang yang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju; dan konatif, yaitu tingkah laku yang membuat seseorang melakukan sesuatu. Hambatan-Hambatan Komunikasi Menurut Devito (1997) komunikasi akan menemui hambatan dari proses pengiriman ke penerima dalam pesan-pesan verbal yang disebut distorsi kognitif, yang dapat muncul dalam komunikasi interpersonal, kelompok kecil atau pembicaraan di muka umum.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain 1)
polarisasi, yaitu kecenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan menguraikannya dalam bentuk ekstrim misalnya baik dan buruk, hitam dan putih; 2) orientasi intensional, yaitu kecenderungan untuk melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri atau label yang melekat pada diri mereka misalnya menilai seseorang tidak menarik sebelum mendengar apa yang akan dikatakan; 3) implikasi pragmatis, yaitu kesimpulan yang mungkin ada tetapi belum tentu benar; 4) bypassing adalah pola kesalahan evaluasi dimana orang gagal mengkomunikasikan makna yang mereka maksudkan; 5) kesemuaan (allness), yaitu kecenderungan untuk menganggap orang yang mengetahui hal tertentu pasti menguasai segalanya atau apa yang sudah dikatakan pasti sudah seluruhnya; 6) evaluasi statis, yaitu mengabaikan pernyataan perubahan dan menganggap bahwa realitas merupakan hal yang statis; 7) indiskriminasi, pengelompokkan hal-hal yang tidak sama ke dalam satu kelompok dan
11
menganggap karena mereka berada dalam kelompok yang sama, mereka semuanya sama. Widjaja
(2000)
menyatakan
bahwa
masalah
komunikasi
biasanya
merupakan gejala bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Masalah komunikasi ada yang berasal dari pengirim (komunikator), transmisi dan penerima. Hambatan dalam komunikasi antara lain: a) kurangnya perencanaan dalam komunikasi (tidak dipersiapkan lebih dahulu), b) perbedaan persepsi, c) perbedaan harapan, d) kondisi fisik atau mental yang kurang baik, e) pesan yang tidak jelas, f) prasangka yang buruk, g) transmisi yang kurang baik, h) penilaian/evaluasi yang prematur, i) tidak ada kepercayaan, j) ada ancaman, k) perbedaan status, pengetahuan, bahasa, l) distorsi (kesalahan informasi). Hambatan komunikasi dapat terjadi karena adanya perbedaan kerangka acuan (frame of reference) pada bidang pengalaman antara komunikator dan komunikan. Akibatnya kedua orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut berbeda dalam penafsiran makna (Tubbs & Moss 2005b). Menurut Effendy (2003) ada empat hal yang menjadi hambatan dalam komunikasi yakni: 1) gangguan, terdiri dari gangguan mekanik (mechanical noise) dan gangguan semantik (semantic noise), 2) kepentingan, 3) motivasi terpendam, dan 4) prasangka. saluran
komunikasi
yang
Gangguan mekanik adalah gangguan pada
bersifat
fisik,
sedangkan
gangguan
semantik
berhubungan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak atau salah pengertian.
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam
menanggapi atau menghayati suatu pesan.
Dengan kata lain orang akan
memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar komunikasi dapat diterima dan sebaliknya komunikan motivasinya.
akan
mengabaikan
komunikasi
yang
tidak
sesuai
dengan
Dalam komunikasi sering juga komunikator tertipu dengan
kesungguhan komunikan, dimana komunikasi yang disampaikan tidak sesuai dengan motivasinya. Kepura-puraan ini disebabkan adanya motivasi terpendam dari komunikan. prasangka.
Hambatan yang berat bagi kegiatan komunikasi adalah
Prasangka akan menyebabkan komunikan bersikap curiga dan
menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasinya, sehingga
12
komunikan tidak bisa berpikir secara objektif karena semua yang dilihat akan dinilai negatif. Menurut Berlo (1960) hal penting dalam komunikasi adalah mengemas makna menjadi pesan yang efektif namun banyak faktor-faktor yang dapat mengurangi ketepatan dalam komunikasi. Pertama, faktor sumber dipengaruhi oleh keterampilan berkomunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, sistem sosial budaya; Kedua, faktor penerima dipengaruhi oleh keterampilan berkomunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, sistem sosial budaya; Ketiga, faktor pesan dipengaruhi oleh kode pesan, isi pesan dan perlakuan terhadap pesan; Keempat, faktor saluran. Faktor-faktor penghambat komunikasi (barriers) meliputi: persepsi, bahasa, tata bahasa (semantic), cara penyampaian (infection), daya tarik personal, emosi,
pemahaman
(preconceived
notion),
perhatian,
penyusunan
kata
(woordiness) dan asumsi (inferences) (Donaldson & Scannell 1986). Hampir sama dengan pendapat di atas, Lionberger dan Gwin (1982) berpendapat beberapa hambatan dalam proses komunikasi interpersonal meliputi: 1) perbedaan persepsi, 2) penggunaan bahasa yang abstrak, 3) penggunaan kata-kata yang emosional, 4) dominasi sumber, 5) rendahnya kredibilitas sumber dan 6) dominasi kepentingan sumber. Menurut Levis (1996) kompleksitas tingkat perkembangan desa serta tingginya variabilitas masyarakat desa dalam aspek sosial ekonomi dan budaya merupakan hal yang rumit bagi pengembangan teknologi komunikasi pedesaan yang baik dan efektif. Dari aspek usaha yang dilaksanakan petani di pedesaan hambatan komunikasi yang sering timbul adalah: 1) terdapat variasi kondisi alam, sosio-ekonomi dan budaya masyarakat, 2) keragaan usahatani yang tinggi, 3) Kebutuhan dan masalah yang berbeda pada saat yang sama, dan 4) salah pendekatan awal yang dikembangkan oleh komunikator sendiri. Menurut hasil penelitian Azainil (2003) yang merupakan faktor penghambat komunikasi di organisasi pemerintah desa Kabupaten Bogor adalah kurang pengetahuan, kurang keterampilan komunikasi, perbedaan umur dan perbedaan gaya komunikasi. Sementara hasil penelitian Damayanti (2003) faktor hambatan komunikasi yang berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi adalah pengendalian diri, perhatian, perbedaan umur, perbedaan gaya berkomunikasi, kredibilitas dan prasangka negatif.
13
Berbeda dengan hasil penelitian Suryadi (2000) kendala berkomunikasi yang dialami petani nelayan kecil (PNK) dengan penyuluh adalah kesempatan berkomunikasi, kegiatan komunikasi, keakraban antara penyuluh dengan PNK, ketepatan materi dan motivasi bekerjasama. Menurut Saendinobrata (1998) Peringkat hambatan komunikasi adalah tekanan waktu, partisipasi anggota terhadap komunikasi pelaksanaan kerja kurang, kredibilitas sumber rendah, perbedaan status, panjangnya garis komando, perbedaan persepsi, rendahnya tingkat empati, peran penghubung, rendahnya motivasi individu terhadap aktivitas komunikasi, beban layak informasi. Hambatan-hambatan komunikasi adalah faktor-faktor atau kondisi secara psikologis dalam diri peternak yang menghalangi penerimaan inovasi budidaya sapi potong yang diberikan pembina. Hambatan-hambatan komunikasi di sini dilihat dari faktor perbedaan harapan, prasangka, perbedaan kebutuhan, perhatian dan keakraban. Komunikasi Interpersonal Komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara perorangan maupun secara berkelompok, yang sifatnya umum dengan menggunakan lambanglambang tertentu yang sering dijumpai pada metode penyuluhan. Komunikasi dalam bidang pertanian terdiri dari beberapa unsur yaitu: komunikator, pesan dan komunikan (petani), sedangkan faktor dalam proses komunikasi adalah saluran yang menunjang tercapainya tujuan penyampaian pesan (Soekartawi 2005). Komunikasi interpersonal ialah proses komunikasi yang berlangsung antar dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan oleh Pace diacu dalam Cangara (2002) bahwa “interpersonal communication is communication involving two or more people in a face to face setting.” Menurut Effendy (2003) dialog adalah bentuk komunikasi interpersonal yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Komunikasi interpersonal ini menurut Effendy (2003) terbagi menjadi dua jenis, yakni komunikasi diadik (komunikasi interpersonal yang terjadi antara dua orang, terdiri dari komunikator dan komunikan).
Kedua adalah komunikasi
triadik, yakni komunikasi interpersonal yang terjadi antara tiga orang, terdiri dari satu orang komunikator dan dua orang komunikan.
14
Menurut Vardiansyah (2004) komunikasi interpesonal dapat terjadi dalam konteks satu komunikator dengan satu komunikan atau satu komunikator dengan dua komunikan.
Komunikasi ini dapat berlangsung dengan tatap muka atau
menggunakan media interpersonal (non media massa), seperti telepon. Dalam komunikasi ini komunikan relatif lebih mengenal komunikan dan sebaliknya. Lionberger dan Gwin (1982) dan Mardikanto (1988) menyatakan dua ciri yang harus diperhatikan dalam penerapan saluran antar pribadi, yaitu: a) saluran antar pribadi sebenarnya merupakan saluran ganda (multiple channels), sebab di dalam berkomunikasi tatap muka, tidak hanya memperhatikan bahasa yang digunakan, tingkat kelantangan suara, waktu yang tepat untuk berkomunikasi, tempat berkomunikasi dan lain-lain, b) saluran antar pribadi sering menghadapi hambatan (barrier). Komunikasi
interpersonal
sebagai
suatu
proses
komunikator
dan
komunikan bertatap muka (face to face communication) dan di antaranya saling berbagi ide, informasi dan sikap (Ardianto & Erdinaya 2004). Komunikasi antarpribadi (interpersonal), yaitu suatu proses komunikasi secara tatap muka dua orang atau lebih. Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dibedakan menjadi dua yaitu pertama, komunikasi diadik (dyadic communication) adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka yang dilakukan melalui tiga bentuk percakapan, wawancara dan dialog. Kedua, komunikasi kelompok kecil (small group communication) adalah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka dimana anggota-anggotanya berinteraksi satu sama lain (Devito 1997). Faktor Karakteristik Individu Peternak Menurut Sugiyanto (1996) karakteristik merupakan ciri-ciri yang dimiliki seseorang, yang digunakan untuk membedakan seseorang atau masyarakat dengan lainnya.
Menurut Kotler (1980) bahwa karakteristik individu adalah
karakteristik demografik, di samping psikografik yang berhubungan dengan gaya hidup pribadi.
Karakteristik demografik meliputi umur, jenis kelamin, ukuran
keluarga, daur kehidupan keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, ras, kebangsaan dan tingkat sosial. Lionberger (1968) mengemukakan bahwa karakteristik individu yang berhubungan dan berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi adalah umur, pendidikan
dan
karakteristik
psikologis.
Sementara
Sumardjo
(1999)
menyatakan bahwa karakteristik personal petani yang patut diperhatikan adalah
15
umur, pendidikan, pengalaman, kekosmopolitan, keterampilan, persepsi, gender, motivasi, kesehatan/fisik dan fasilitas informasi. Menurut
Azainil
(2003)
secara
keseluruhan
faktor
individu
tidak
berhubungan nyata dengan hambatan komunikasi (umur, pendidikan formal, kursus dan pendapatan). Hubungan nyata hanya terlihat pada hubungan antara pengalaman kerja dengan hambatan komunikasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Damayanti (2003) yang hasilnya adalah tidak terdapat hubungan antara karakteristik (umur, pendidikan, masa kerja, pangkat/golongan) dengan hambatan komunikasi. Dua hasil penelitian di atas berbeda dengan hasil-hasil penelitian berikut ini. Hasil penelitian Suryadi (2000) menyatakan terdapat hubungan nyata antara Karakteristik yang mempengaruhi persepsi PNK tentang kendala komunikasi pada
umur
Saendinobrata
dan
pendidikan
(1998)
bahwa
non
formal.
terdapat
Sejalan
hubungan
dengan
sangat
penelitian
nyata
antara
karakteristik responden dengan persepsi mereka tentang hambatan-hambatan komunikasi di lingkungan pemda Kabupaten Sukabumi, yaitu karakteristik umur, pendidikan formal, pendapatan dan frekuensi pertemuan, dan terdapat hubungan nyata pada jumlah aparat dalam satu unit kerja. Pada penelitian Danudiredja (1998) terdapat hubungan nyata antara karakteristik responden dengan pembentukan persepsi responden tentang pemanfaatan Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) pada umur, pendidikan dan pendapatan. Penelitian Kaliky dan Hidayat (2002) melihat karakteristik umur, pendidikan, pemilikan sapi perah induk, pendapatan keluarga perbulan, pengalaman beternak sapi perah dan kekosmopolitan yang ada dalam peternak sapi perah skala rumah tangga yang mempengaruhi kinerja peternak. Menurut Rogers (2003) kosmopolit adalah suatu hubungan individu dengan sumber di luar sistem sosialnya. Tiga peubah yang dapat digunakan untuk mengetahui perilaku komunikasi adalah hubungan dengan agen perubahan, pencarian informasi ke luar lingkungan sosialnya dan keterdedahan terhadap media massa. Karakteristik individu dalam penelitian ini adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh peternak, yang akan dilihat dari: umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman, kekosmopolitan dan tingkat pengetahuan tentang budidaya sapi potong.
16
Aktivitas Komunikasi Aktivitas komunikasi adalah proses dalam berkomunikasi yang merupakan semua kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh informasi. Barlund diacu dalam Liliweri (1997) menyatakan proses komunikasi dimaksudkan sebagai serial gerakan yang memberi dan menerima pesan yang bermanfaat untuk mencapai tujuan akhir. Menurut Tubbs dan Moss (2005a) aktivitas komunikasi adalah aktivitas yang dilakukan seseorang dalam usaha memperoleh informasi. Aktivitas komunikasi dapat berarti tindakan atau respon seseorang terhadap sumber dan pesan.
Pada
pendekatan
komunikasi
interpersonal,
dimana
komunikasi
ditekankan pada konsep saling membagi pengalaman maka tindakan atau respon seseorang terjadi atau respon seseorang terjadi dalam kapasitasnya sebagai perilaku komunikasi. Menurut Ahmadi (1999) aktivitas komunikasi dipengaruhi faktor intern dan ekstern. Faktor intern atau faktor personal merupakan faktor yang berpusat pada personal, berupa sikap dan kepribadian. Faktor intern dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis terlibat dalam seluruh aktivitas manusia dan berpadu dengan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis sangat mempengaruhi berlangsungnya komunikasi misalnya kesiapan untuk melihat-membaca yang berhubungan dengan indera penglihatan, kesiapan untuk mendengarkan suaran yang berhubungan dengan indera pendengaran sedangkan faktor sosiopsikologis adalah faktor yang berhubungan dengan aspek emosional dan konatif yang berhubungan dengan kemauan bertindak (Rakhmat 2007). Sementara menurut Rogers dan Rogers (1976) Faktor intern merupakan faktor kemauan, pengetahuan dan pengertian seseorang
untuk
melakukan
sesuatu.
Faktor
ini
akan
mempengaruhi
berlangsungnya aktivitas komunikasi yang pada akhirnya akan menentukan berhasil tidaknya (efektif) suatu komunikasi. Faktor situasional atau faktor eksternal juga mempengaruhi aktivitas komunikasi seseorang sebagai cerminan dari perilaku seseorang. Faktor situasional merupakan aspek yang berasal dari luar pribadi yang berpengaruh terhadap perilaku. Samson diacu dalam Rakhmat (2007) membagi faktor situasional ke dalam tiga kelompok yaitu: 1) aspek objektif dari lingkungan seperti geografis, iklim, sosial, temporal dan suasana perilaku; 2) lingkungan psikososial
17
seperti iklim organisasi/kelompok; 3) stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku seperti orang lain. Menurut Sigmund (1927) orang-orang tidak selamanya menyadari hal-hal yang diinginkannya dan karenanya kebanyakan aktivitasnya dipengaruhi oleh motif atau kebutuhan bawah sadar. Jadi keinginan seseorang sangat berpengaruh dalam menimbulkan aktivitas seseorang. Kincaid dan Schramm (1985) menambahkan bahwa tujuan dasar berkomunikasi antar manusia ialah untuk menentukan dan memahami realitas agar tujuan-tujuan yang lain dapat diseleksi dan dicapai, setiap komunikator maupun penerima mempunyai seperangkat tujuan dan penalaran sendiri-sendiri, tetapi mereka tidak bisa puas dengan penjelasan itu. Aktivitas komunikasi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai penilaian peternak terhadap kegiatan komunikasi yang dilakukannya dengan pembina untuk memenuhi kebutuhan informasi tentang budidaya sapi potong, yang diukur dengan intensitas komunikasi, metode komunikasi, pencarian informasi, keterlibatan dalam kelompok dan arah komunikasi. Pola Pembinaan Sapi potong Program pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Ogan Ilir membuat arah kebijakan strategis pada bidang pembangunan peternakan yaitu: 1) mengembangkan
usaha
peternakan
berdasarkan
potensi
wilayah
yang
berwawasan agribisnis dan ramah lingkungan, 2) peningkatan populasi ternak dengan memperbaiki tipologi usaha wilayah dan pola budidaya, 3) peningkatan produktivitas peternakan dan 4) mengembangkan sistem pengendalian hama penyakit hewan dan kesehatan masyarakat veteriner Program kerja peningkatan produksi hasil peternakan yang dituangkan di dalam rencana kinerja (performance Plan) Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir, merupakan bentuk perhatian pemerintah daerah dalam pembangunan bidang peternakan. Termasuk di dalamnya rencana peningkatan produksi hasil peternakan sapi potong. Salah satu program peningkatan produksi hasil peternakan antara lain fasilitasi berupa pembinaan peternak. Tujuan program ini yaitu secara umum adalah meningkatkan produksi hasil peternakan serta meningkatkan pendapatan peternak.
18
Pelaksanaan
kegiatan
dalam
program
peningkatan
produksi
hasil
peternakan diprioritaskan pada pengembangan usaha di bidang peternakan salah satunya penggemukan sapi potong. Hubeis (2000) mengemukakan bahwa keadaan kualitas sumberdaya manusia petani masih diliputi berbagai keterbatasan, maka untuk memperluas pemahaman petani dalam persoalan pertanian dan kelembagaan petani, diperlukan penyuluh yang dapat berfungsi sebagai agen pembaharu (agent of change) bagi petani. Untuk itu pemerintah daerah Ogan Ilir melakukan pembinaan peternak baik yang dilakukan oleh dinas peternakan sendiri maupun oleh penyuluh peternakan. Pembinaan yang dilakukan pada kegiatan sapi potong bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peternak dalam hal penggemukan sapi potong dan membuat peternak mandiri dalam berusahaternak. Peran pembinaan/penyuluhan akan efektif
dan berdampak positif bagi
munculnya kemandirian petani, bila jajaran penyuluh terdorong untuk berubah ke arah yang lebih baik atau mampu berpikir prospektif. Selain harus berorientasi profesional, para penyuluh diharapkan dapat: 1) melakukan komunikasi dan dialog dengan baik di berbagai forum, 2) mengenali diri sendiri dengan baik, 3) melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dengan baik, 4) menekuni hal-hal dan masalah kecil, 5) berpikir positif tentang alam dan 6) memberi contoh dalam hidup di dalam keseimbangan (Susanto 2001). Budidaya Sapi Potong Pemeliharaan sapi dan perkembangan populasinya di Indonesia, terutama sapi potong, mengalami pasang-surut yang fluktuatif. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian masyarakat secara global. Sejak zaman kolonial Belanda, terutama sejak didirikannya pabrik gula (1830-1835), telah dilakukan pemeliharaan sapi yang tujuan utamanya sebagai sumber tenaga kerja untuk menggarap lahan pertanian dan penarik pengangkut tebu (Sugeng 2006). Budidaya ternak sapi potong merupakan salah satu sumber usaha yang menghasilkan makanan berupa daging yang produktivitasnya masih sangat memprihatinkan. Hal ini karena volumenya masih jauh dari target yang diperlukan konsumen (Sugeng 2006). Menurut Santosa (2005) pemilihan ternak sapi harus disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan yang akan dilaksanakan. Tipe ternak yang akan
19
dipelihara untuk tujuan menghasilkan daging, misalnya dipilih ternak sapi tipe pedaging. Untuk tujuan menghasilkan susu dipilih sapi tipe perah, untuk tujuan tenaga kerja dipilih sapi tipe kerja. Apabila tujuan pemeliharaan akan disesuaikan dengan dua hasil atau lebih maka dipilih ternak sapi tipe dwiguna. Setiap bangsa sapi memiliki sifat genetis yang berbeda satu dengan yang lain, baik mengenai daging, ataupun kemampuan dalam beradaptasi terhadap lingkungan.
Dalam hal beradaptasi dengan lingkungan ini antara
lain
penyesuaian iklim dan pakan. Berpangkal dari sifat genetis suatu bangsa sapi yang bisa diwariskan kepada keturunannya, maka bangsa sapi tertentu harus dipilih oleh setiap peternak sesuai dengan tujuan dan kondisi setempat. Pemilihan ini memang cukup beralasan sebab peternak tidak akan mau menderita
kerugian
akibat
faktor
lingkungan
yang
tidak
menunjang
(Sugeng 2006). Secara umum lingkungan hidup kita berada di daerah tropis yang hanya mengenal dua musim yakni kemarau dan hujan. Sehingga ada daerah yang banyak hujan, ada yang cukup hujan, ataupun ada yang kekurangan hujan. Ada pula daerah yang anginnya kencang, ada yang sangat panas dan banyak hujan, atau ada yang sejuk dan lembab, terutama di daerah pegunungan. Itulah sebabnya kontruksi kandang di daerah yang satu tidak akan sama dengan daerah lain. Namun, secara umum kontruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, dan bersirkulasi udara baik. Selain itu, ternak terlindung dari pengaruh lingkungan yang merugikan. Oleh karena itu, sehubungan dengan kontruksi ini yang perlu mendapat perhatian terutama tentang arah kandang, ventilasi, atap, dinding dan lantai (Sugeng 2006). Pakan ternak juga merupakan hal yang harus diperhatikan oleh peternak, dimana pakan berfungsi sebagai bahan makanan yang mengandung nutrisi penting bagi ternak dalam melaksanakan aktivitas kimiawi dan fisiologis yang berguna untuk pertumbuhan, penggemukan dan reproduksi serta laktasi (Anggorodi 1994). Kesehatan hewan adalah status kondisi tubuh hewan dengan seluruh sel yang menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi normal. Kerusakan sel terjadi akibat serangan penyakit atau gangguan lain yang merusak fungsi sel dan jaringan. Kesehatan hewan di negara yang beriklim tropis seperti Indonesia di pengaruhi oleh keadaan cuaca yang panas, sangat kering atau lembab, Variasi perubahan cuaca akan mempengaruhi fluktuasi tingkat
20
penyakit yang dalam keadaan tertentu dapat mencapai titik intensitas yang sangat tinggi atau sebaliknya (Akoso 2000). Mempertahankan
kesehatan
ternak
sapi
dapat
dilakukan
dengan
memelihara ternak dalam kelompok kecil, ditempatkan pada tanah yang tidak tercemar, kandang yang baik, makanan dan minuman yang diberikan pada tempat yang terpisah dari ternak yang lain dan usahakan bebas dari penyakit eksternal dan internal. Ternak sapi yang baru datang dikarantina terlebih dahulu sebelum dicampur dengan ternak yang lain, membakar, mengubur ternak dan segala sesuatu yang terkait dengan ternak yang menderita penyakit menular dan berbahaya, bila memungkinkan mencari tahu penyebab serta mengobati penyakit secara intensif (Williamson & Payne 1993). Peraturan Menteri Pertanian no. 54/Permentan/Ot.140/10/2006 setiap usaha pembibitan sapi potong hendaknya selalu memperhatikan aspek pelestarian lingkungan dengan mencegah terjadinya erosi dan membantu pelaksanaan penghijauan di areal peternakan, mencegah terjadinya polusi dan gangguan lain seperti bau busuk, serangga, pencemaran air sungai dan lain-lain dan membuat dan mengoperasionalkan unit pengolah limbah peternakan (padat, cair, gas) sesuai kapasitas produksi limbah yang dihasilkan. Pada peternakan rakyat dapat dilakukan secara kolektif oleh kelompok (Menteri Pertanian 2006). Menurut Soeprapto dan Abidin (2008) pemasaran adalah faktor yang penting dalam peternakan sapi potong karena merupakan kegiatan yang menghasilkan uang untuk peternak dan biasanya secara tradisional peternak menjual sapi-sapinya dipasar-pasar terdekat dengan pertimbangan ekonomis. Ila et al. (2000) mengemukakan juga beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggemukan sapi potong yaitu: 1. Pemilihan sapi bakalan. Memilih sapi bakalan yang tepat sebelum digemukkan akan mempercepat proses penggemukan dan memberikan keuntungan bagi petani pemelihara. Syarat-syarat antara lain: 1) umur minimal 1-1,5 tahun atau pergantian dua gigi seri, 2) kondisi agak ramping namun sehat, 3) bobot badan awal minimal 150 kg untuk sapi bali, 100 kg untuk sapi hasil inseminasi buatan (persilangan). 2. Kandang kelompok. Secara umum petani pemelihara pengemukan sapi potong mengabaikan pembuatan kandang. Ini disebabkan karena untuk membuat suatu kandang yang cukup baik membutuhkan dana yang cukup besar. Manfaat kandang kelompok antara lain: 1) tumbuhnya motivasi dan
21
persaingan yang sehat diantara sesama anggota dalam berusaha, berlombalomba menghasilkan sapi yang baik, 2) tumbuhnya jiwa kewirausahaan pada petani, 3) tumbuh dan berkembangnya semangat kerjasama antara anggota kelompok dengan pihak pengusaha di bidang peternakan, 4) mata rantai penjualan ternak semakin semakin pendek dan harga jual didasarkan pada kesepakatan antara kelompok dan pengusaha, 5) tumbuhnya koperasi peternakan di pedesaan, 6) terbukanya lapangan pekerjaan bagi anak-anak putus sekolah, 7) tersedianya pupuk kandang dalam jumlah yang banyak, 8) kesehatan ternak terkontrol, 9) terciptanya pasar ternak ditingkat kelompok tani dan tumbuhnya sentra agribisnis peternakan. Syarat-syarat kandang kelompok tersebut adalah: 1) pemilik ternak adalah anggota kelompok tani, 2) jumlah anggota kelompok ternak dalam satu kandang kelompok minimal 10 orang,
3)
mentaati
segala
ketentuan
yang
telah
disepakati
dalam
musyawarah kelompok, 4) lokasi kandang kelompok disesuaikan dengan tempat tinggal, tempat usaha, persedian pakan, air dan jaminan keamanan, terpisah dari rumah, mudah dijangkau serta harus terhindar dari genangan air, 5) konstruksi kandang kokoh dan kuat dengan lantai yang rata, tidak licin, keras, dan agak tinggi dari sekitanya, serta dilengkapi dengan tempat pakan dan lubang penampungan kotoran ternak. Bahan yang digunakan untuk pembuatan kandang adalah dari bahan lokal seperti daun kelapa/gewang untuk atap dan kayu untuk tiang, sedangkan untuk lantai dibuat pengerasan dari semen untuk menghindari lumpur/genangan air. 3. Pemberian pakan. Kelemahan dalam pemeliharaan sapi potong dalam pemberian pakan, yaitu: 1) tidak tersedianya tempat pakan sehingga pakan yang diberikan banyak yang terbuang, 2) pemberian hijauan rumput secara utuh (tidak dicincang), 3) pakan terkontaminasi dengan urine dan kotoran. Untuk menghindari hal tersebut maka petani dianjurkan untuk membuat tempat pakan yang baik dan kuat, mencacah hijauan yang akan diberikan dengan perbandingan antara rumput dan leguminosa adalah 60: 40, yang dilengkapi dengan suplemen mineral atau garam dapur 50 gram/ekor/hari dan pemberian starbio 15-20 gram/ekor/hari. 4. Pengendalian penyakit. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian penyakit adalah: 1) menjaga kebersihan kandang, tempat pakan dan tempat minum, 2) kandang terhindar dari genangan air/lempur, 3) membersihkan ternak dari kotoran yang melekat pada badan ternak, 4) menghindari
22
pemberian hijauan yang masih basah karena embun atau air hujan, 5) pakan disimpan ditempat yang bersih, 6) melakukan pengontrolan kesehatan dan vaksinasi. 5. Pemanfaatan limbah. Salah satu keuntungan pemeliharaan sapi dalam kandang kelompok adalah tersedianya kotoran ternak dalam jumlah yang banyak. Kotoran ternak tersebut dapat dijadikan pupuk kandang untuk tanaman sayur-sayuran, padi, jagung dan buah-buahan. Beberapa cara meningkatkan kualitas pupuk kandang antara lain dengan membuatnya dalam bentuk kompos dan bokasi. 6. Pemasaran. Ketika kegiatan penggemukan dimulai, hubungan kerjasama dengan pengusaha di bidang peternakan khususnya ternak sapi potong telah dijalin sehingga pengusaha-pengusaha yang ada telah menjadi mitra peternak, sehingga penjualan melalui para tengkulak dan pemasaran ternak menjadi lebih pendek.
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan yang terjadi dari peubah-peubah yang diteliti serta menjelaskan hubungan antar peubah. Peubah yang diteliti yaitu peubah bebas yang terdiri dari faktor karakteristik individu peternak dan aktivitas komunikasi sedangkan peubah terikat yang diteliti adalah hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. Parameter yang dipakai dalam setiap peubah berdasarkan teori yang ada yaitu melalui buku, dilengkapi juga dengan jurnal dan hasil penelitian. Selanjutnya parameter tersebut dituangkan dalam definisi operasional, kemudian dikembangkan dalam bentuk kuesioner sebagai instrumen
penelitian.
Instrumen
yang
digunakan
terlebih
dahulu
diujicobakan pada peternak sapi potong di luar responden yang memiliki karakteristik sama atau hampir sama. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Ogan Ilir, mengambil lima kecamatan dengan enam desa sebagai wilayah sampel yaitu: Kecamatan Inderalaya: Desa Sejaro Sakti, Kecamatan Inderalaya Utara: Desa Tanjung Pering dan Desa Bakung, Kecamatan Tanjung Batu: Desa Seribandung, Kecamatan Rantau Panjang: Desa Kotadaro Dua dan Kecamatan Sungai Pinang:
Desa Serijabo. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1)
keenam desa ini adalah daerah sumber sapi potong dan 2) sudah adanya pembinaan peternak oleh instansi pembina. Pengumpulan data primer dan sekunder di lapangan serta pengolahan data dilakukan selama dua bulan yaitu bulan Maret sampai April 2009. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak sapi yang berjumlah 2.995 orang. Terdapat di 16 Kecamatan Kabupaten Ogan Ilir yaitu kecamatan: 1) Inderalaya, 2) Inderalaya Utara, 3) Inderalaya Selatan, 4) Pemulutan, 5) Pemulutan Barat, 6) Pemulutan Selatan, 7) Rantau Alai, 8) Kandis, 9) Tanjung Batu, 10) Payaraman, 11) Tanjung Raja, 12) Sungai
24
Pinang, 13) Rantau Panjang, 14) Muara Kuang, 15) Rambang Kuang dan 16) Lubuk Keliat. Dari 16 kecamatan tersebut dipilih secara sengaja lima kecamatan yang memenuhi syarat penelitian yaitu Kecamatan Inderalaya, Inderalaya Utara, Kecamatan Tanjung Batu, Kecamatan Rantau Panjang dan Kecamatan Sungai Pinang yang merupakan daerah pengembangan sapi potong dan telah mendapatkan pembinaan. Dari lima kecamatan tersebut diambill enam desa sebagai sampel wilayah. Sampel Cara menetapkan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin (Kriyantono 2008). Rumus ini digunakan untuk populasi yang besar, dengan galat eror yang kita tentukan. Rumus Slovin adalah sebagai berikut:
n =
N 1 + Ne
2
Keterangan: n N e
= ukuran sampel = ukuran populasi = galat eror (10 %)
Berdasarkan rumus di atas diperoleh minimal 97 orang sampel yang harus diambil dari populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional dengan acak sederhana (proportionate simple random sampling) dimana setiap populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil 70 persen dari masing-masing populasi desa sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 97 orang peternak. Berikut teknik penentuan lokasi dan sampel terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Teknik penentuan lokasi dan sampel penelitian
1.
Inderalaya
1. Sejaro Sakti
20
Sampel (orang) 14
2.
Inderalaya Utara
2. Tanjung Pering 3. Bakung
30 25
21 17
3.
Tanjung Batu
4. Seribandung
20
14
4.
Rantau Panjang
5. Kotadaro Dua
25
17
5.
Sungai Pinang Total
6. Serijabo
20 140
14 97
No
Kecamatan
Nama desa
Populasi (orang)
25
Data dan Instrumentasi Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengisian kuesioner yang disebarkan ke peternak dan dilakukan juga observasi langsung beserta wawancara agar dapat mendeskripsikan hasil penelitian yang dilakukan. Sementara data sekunder diperoleh dari kantor desa, ketua kelompok ternak, dinas peternakan dan dinas terkait lainnya yang dapat mendukung pembahasan hasil penelitian. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa kuesioner yang berisi daftar-daftar pertanyaan tertutup dan semi terbuka. Instrumen dibagi menjadi tiga bagian, bagian pertama mengenai faktor karakteristik individu peternak, bagian kedua mengenai aktivitas komunikasi dan bagian ketiga mengenai hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur
suatu
peubah
atau
memanipulasinya
(Kerlinger
2006).
Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan mendefinisikan peubahpeubah yang digunakan sebagai berikut : X1 Karakteristik individu peternak adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh peternak yang
meliputi:
umur,
pendidikan,
pendapatan,
pengalaman,
kekosmopolitan dan tingkat pengetahuan tentang budidaya sapi potong. X1.1 Umur adalah usia responden berdasarkan pembulatan ke ulang tahun terdekat pada saat penelitian dilakukan, yang dihitung dengan satuan tahun dengan menggunakan skala rasio. X1.2 Pendidikan adalah jumlah tahun responden mengikuti proses belajar di lembaga pendidikan formal terakhir, yang ditempuh responden pada saat penelitian dilakukan dengan menggunakan skala rasio. X1.3 Pendapatan
adalah
besarnya
pendapatan
rumahtangga
responden baik dari hasil onfarm maupun offfarm dalam setiap bulan dengan satuan rupiah, terhitung satu satu bulan terakhir saat penelitian dilakukan yang menggunakan skala rasio.
26
X1.4 Pengalaman adalah lamanya responden dalam beternak sapi potong yang dihitung dengan satuan tahun dengan menggunakan skala rasio. X1.5 Kekosmopolitan adalah keterbukaan peternak terhadap dunia di luar lingkungannya seperti mengunjungi instansi,
mengunjungi
desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi lain, mengunjungi pameran dan memanfaatkan media massa (TV, radio dan koran) selama tiga bulan terakhir saat penelitian dilakukan. Pengukuran menggunakan skala ordinal dan diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu yaitu 3) tinggi, 2) sedang dan 1) rendah. X1.6 Tingkat pengetahuan tentang budidaya sapi potong adalah tingkat pengetahuan peternak tentang materi yang diberikan dalam pembinaan
mengenai:
perkandangan,
pemilihan
pemberian
pengolahan/pemanfaatan
sapi
pakan,
limbah
dan
bakalan,
sistem
kesehatan
ternak,
pemasaran
ternak.
Pengukuran menggunakan skala ordinal dan diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu yaitu 3) tinggi, 2) sedang dan 1) rendah. X2 Aktivitas komunikasi adalah penilaian peternak terhadap kegiatan komunikasi yang dilakukannya dengan pembina untuk memenuhi kebutuhan informasi tentang budidaya sapi potong, yang diukur dengan: intensitas
komunikasi,
metode
komunikasi,
pencarian
informasi,
keterlibatan dalam kelompok dan arah komunikasi, pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala ordinal. X2.1 Intensitas
komunikasi
adalah
banyaknya
pertemuan
antara
peternak dengan pembina dalam satu tahun terakhir saat penelitian dilakukan. Diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu yaitu 4) selalu, 3) sering, 2) kadang-kadang dan 1) tidak pernah. X2.2 Metode komunikasi adalah penilaian peternak mengenai cara yang digunakan pembina dalam menyampaikan materi budidaya sapi potong melalui metode kunjungan langsung, pertemuan kelompok ternak/diskusi
dan
pertemuan
desa/ceramah
atau
metode
komunikasi satu arah. Diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu yaitu 4) selalu, 3) sering, 2) kadang-kadang dan 1) tidak pernah. X2.3 Pencarian informasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh peternak dalam satu tahun terakhir saat penelitian dilakukan untuk
27
memenuhi kebutuhan informasinya melalui: penyuluh atau dinas peternakan, ketua kelompok ternak, peternak lainnya, media cetak (brosur, buku, majalah dan koran) dan media eletronik (televisi dan radio). Diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu yaitu 4) selalu, 3) sering, 2) kadang-kadang dan 1) tidak pernah. X2.4 Keterlibatan dalam kelompok adalah keaktifan peternak dalam mengikuti pertemuan kelompok dalam satu tahun terakhir saat penelitian dilakukan, seperti kehadiran, mengajukan pertanyaan, memberi saran dan mengarahkan kelompok. Diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu yaitu 4) selalu, 3) sering, 2) kadangkadang dan 1) tidak pernah. X2.5 Arah komunikasi adalah penilaian peternak terhadap arah komunikasi
yang
digunakan
pembina,
dalam
pembinaan
kelompok ternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. Apakah pembina memberikan kesempatan peternak untuk berbicara, menghargai saran peternak atau memberikan materi secara sepihak. Diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu yaitu 4) selalu, 3) sering, 2) kadang-kadang dan 1) tidak pernah. Y Hambatan-hambatan komunikasi adalah faktor-faktor atau kondisi secara psikologis dalam diri peternak yang menghalangi penerimaan inovasi budidaya sapi potong yang diberikan pembina.. Hambatanhambatan komunikasi di sini dilihat dari faktor perbedaan harapan, prasangka, perbedaan kebutuhan, perhatian dan keakraban pembina dan peternak. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala ordinal. Y1
Perbedaan harapan adalah perbedaan cara pandang antara pembina dan peternak mengenai budidaya sapi potong dalam hal: tujuan pemeliharaan ternak, pemilihan sapi bakalan, sistem perkandangan, pemberian pakan, kesehatan ternak, pengolahan /pemanfaatan limbah dan pemasaran ternak. Diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu 4) sangat setuju 3) setuju, 2) kurang setuju dan 1) tidak setuju.
Y2
Prasangka adalah Penilaian yang tidak baik oleh peternak terhadap pembina. Diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu 4) sangat setuju 3) setuju, 2) kurang setuju dan 1) tidak setuju.
28
Y3
Perbedaan kebutuhan adalah pemberian materi oleh pembina yang tidak sesuai dengan kebutuhan peternak saat itu mengenai: pemilihan sapi bakalan, sistem perkandangan, pemberian pakan, kesehatan
ternak,
pengolahan/pemanfaatan
limbah
dan
pemasaran ternak. Diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu 4) sangat setuju 3) setuju, 2) kurang setuju dan 1) tidak setuju. Y4
Perhatian adalah ketelitian dan kesungguhan pembina dalam memberikan informasi menurut peternak mengenai: pemilihan sapi bakalan, sistem perkandangan, pemberian pakan, kesehatan ternak, pengolahan/pemanfaatan limbah dan pemasaran ternak . Diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu 4) sangat setuju 3) setuju, 2) kurang setuju dan 1) tidak setuju.
Y5
Keakraban adalah keterikatan batin yang dirasakan peternak dengan pembina. Diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu 4) sangat setuju 3) setuju, 2) kurang setuju dan 1) tidak setuju. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) tingkat validitas dan reliabilitas menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan data dalam suatu penelitian, mulai dari penjabaran konsep-konsep sampai pada saat data siap untuk dianalisa. Agar diperoleh validitas instrumen, daftar pertanyaan disusun dengan cara: a) menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan responden, b) menyesuaikan dengan apa yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu
untuk
memperoleh
data
yang
sama,
c)
mempertimbangkan teori dan kenyataan yang telah diungkapkan para ahli dari berbagai pustaka dan d) mempertimbangkan nasihat-nasihat para ahli dan dosen pembimbing. Untuk menentukan reliabilitas intrumen, dilakukan uji coba instrumen dengan menggunakan teknik belah dua (split half test) dari rumus Spearman Brown sebagai berikut:
rtot =
2 ( r .tt ) 1 + rtt
Keterangan: r.tt = angka korelasi belahan pertama dan kedua r.tot = angka reliabilitas seluruh item
29
Uji coba dilakukan pada 10 orang peternak sapi potong di Desa Bangun Jaya Kecamatan Tanjung Batu dengan pertimbangan desa tersebut mempunyai potensi yang sama
dengan keenam desa sampel. Hasil uji
reliabilitas diperoleh nilai split-half test untuk instrumen kekosmopolitan sebesar 0,911, untuk tingkat pengetahuan tentang budidaya sapi potong 0,669, untuk aktivitas komunikasi sebesar 0,771 dan untuk hambatanhambatan komunikasi sebesar 0,940, dibandingkan dengan nilai rtabel = 0,564 (α = 0,05) maka koefisien reliabilitas lebih besar dari rtabel sehingga dari nilai tersebut kuesioner yang digunakan dalam penelitian reliabel, bahkan
untuk
instrumen
kekosmopolitan
dan
hambatan-hambatan
komunikasi masuk kategori sangat reliabel. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Survai dan observasi yaitu pengumpulan data melalui pengamatan langsung di lapangan dengan melihat secara langsung fakta yang ada di lokasi penelitian. 2. Wawancara
tertutup
dengan
menggunakan
kuesioner
kepada
responden. 3. Wawancara dengan ketua kelompok ternak dan petugas yang terlibat dalam pembinaan peternak. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang benar dan untuk mencocokkan data yang didapat dari kuesioner. 4. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi terhadap laporan-laporan yang berkaitan dengan sumber data sekunder. Analisis Data Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif, dimana data dari hasil penelitian dikumpulkan, dianalisis dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk frekuensi, rataan skor, total rataan skor, persentase dan tabel distribusi. Analisis hubungan antar peubah menggunakan analisis statistik inferensial yaitu dengan menggunakan rumus korelasi Tau Kendall yang pengolahan datanya menggunakan program SPSS 15 for windows. Rumus korelasi Tau Kendall adalah sebagai berikut:
30
τ =
s 1
2
N ( N − 1)
Keterangan:
τ N S
= koefisien korelasi rank Tau Kendall = jumlah data = jumlah selisih antara peringkat bagi Xi dan Yi
Alasan-alasan penggunaan korelasi Tau Kendall adalah 1) tidak ada anggapan bahwa skor yang dianalisis ditarik dari populasi dengan distribusi normal, 2) skor tidak eksak dalam pengertian semata-mata data berupa jenjang dan 3) efisiensi cukup tinggi (Siegel 1994).
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kabupaten Ogan Ilir Letak Geografis dan Luas Wilayah Secara geografis Kabupaten Ogan Ilir terletak di antara 3002' sampai 3048' Lintang Selatan dan di antara 104020' sampai 104048' Bujur Timur. Kabupaten yang terbentuk pada tahun 2003 ini mempunyai luas wilayah 2.666,07 km2 atau 266.607 Ha dan mempunyai ketinggian tempat rata-rata delapan meter di atas permukaan laut (dpl). Kabupaten Ogan Ilir terdiri dari 16 kecamatan dengan 227 desa dan 14 kelurahan, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Kecamatan dan jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Ogan Ilir NO
Nama Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah kelurahan
1.
Muara Kuang
13
1
2.
Rambang Kuang
13
0
3.
Lubuk Keliat
10
0
4.
Tanjung Batu
19
2
5.
Payaraman
11
2
6.
Rantau Alai
13
0
7.
Kandis
12
0
8.
Tanjung Raja
15
4
9.
Rantau Panjang
12
0
10.
Sungai Pinang
12
1
11.
Pemulutan
25
0
12.
Pemulutan Selatan
15
0
13.
Pemulutan Barat
11
0
14.
Indralaya
17
3
15.
Indralaya Utara
15
1
16.
Indralaya Selatan Total
14
0
227
14
Sumber: BPS Ogan Ilir 2008
Batas wilayah administrasi Kabupaten Ogan Ilir adalah Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin dan Kota Palembang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Kabupaten OKU Timur dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Muara Enim dan Kota Prabumulih.
32
Iklim dan Curah Hujan Kabupaten Ogan Ilir merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis basah (Tipe B) dengan musim kemarau. Curah hujan di suatu wilayah (tempat) dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Pada tahun 2007 rata-rata curah hujan per tahun berkisar antara 168,83 mm sampai 197,75 mm, dengan keadaan iklim dan curah hujan ini maka Kabupaten Ogan Ilir sangat berpotensi untuk pengembangan usaha tanaman perkebunan dan peternakan sapi potong. Pemerintahan Daerah Pemerintah Daerah adalah pimpinan daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD). Pimpinan daerah bertanggungjawab sebagai eksekutif dan DPRD bertanggungjawab sebagai legislatif. Kabupaten Ogan Ilir dipimpin oleh seorang Bupati dengan Ibukota Kabupaten, Kota Indralaya. Untuk melaksanakan tugasnya dalam merumuskan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan masyarakat dibantu oleh unsur-unsur pembantu pimpinan daerah: sekretaris daerah (sekda) dan lembaga teknis daerah seperti dinas-dinas, badan-badan dan kantor-kantor. Penduduk Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan. Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah khususnya pemerintah daerah Kabupaten Ogan Ilir tidak dapat memecahkan masalah kependudukan; seperti besarnya jumlah dan tidak meratanya penyebaran penduduk di Kabupaten Ogan Ilir. Pada tahun 2006 tercatat jumlah penduduk sebanyak 365.333 jiwa, naik sekitar 2,3 persen dari tahun 2005, sedangkan di tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 1,94 persen dibanding tahun 2006 menjadi 372.431 jiwa, dengan sex ratio 97,69 yaitu setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat sebanyak 98 penduduk laki-laki. Ini berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari penduduk perempuan. Pendidikan Kualitas
pendidikan
yang
memadai
diperlukan
penduduk
untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka. Tingginya permintaan jasa pendidikan menuntut tersedianya penyelenggara pendidikan yang makin bermutu. Secara nasional, pendidikan diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta.
33
Pada jenjang sekolah dasar (SD), pada tahun 2007 di Kabupaten Ogan Ilir terdapat 281 sekolah (negeri dan swasta), dengan jumlah murid sebanyak 55.574 anak (51,50 persen murid laki-laki dan 48,50 persen murid perempuan), dan diasuh oleh 3.124 guru (31,18 persen guru laki-laki dan 68,82 persen guru perempuan). Jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni SLTP tercatat sebanyak 106 sekolah (negeri dan swasta) dengan 17.359 anak didik (49,98 persen murid lakilaki dan 50,02 persen murid perempuan), yang di asuh oleh 1.834 orang guru (43,78 persen guru laki-laki dan 56,22 persen guru perempuan). Jenjang Sekolah Menengah Umum (SMU negeri dan swasta) tercatat sebanyak 1.070 orang guru yang mengajar 9.107 siswa yang tersebar pada 46 sekolah. Adapun untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), di Kabupaten Ogan Ilir hanya memiliki 1 SMK swasta yang terletak di Kecamatan Tanjung Raja, dengan 388 siswa yang dididik oleh 28 guru. Pada jenjang perguruan tinggi negeri, Kabupaten Ogan Ilir memiliki satu universitas negeri, yang merupakan satu-satunya universitas negeri yang ada di Provinsi Sumatera Selatan yaitu Universitas Sriwijaya (UNSRI) yang terletak di Kecamatan Indralaya Utara. Selain itu juga terdapat satu universitas swasta yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Ittifaqiyah yang terletak di Kecamatan Indralaya. Tanaman Bahan Makanan Tanaman pangan meliputi komoditi padi, palawija serta hortikultura. Tanaman palawija terdiri dari jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Adapun hortikultura terdiri dari komoditas sayursayuran antara lain seperti ketimun, cabe, terong, tomat, kacang panjang, bayam, kangkung dan buncis; buah-buahan seperti nenas, pisang dan jeruk. Pada tahun 2007, produksi padi tercatat sebesar 181.324 ton (mengalami kenaikan 10,69 persen dari tahun 2006) dengan rincian 96,52 persen merupakan padi sawah dan 3,48 persen padi gogo. Dengan luas panen masing-masing sebesar 46.634 ha dan 2.420 ha diperoleh angka produktivitas sebesar 3,75 ton per ha untuk padi sawah dan 2,61 ton per ha untuk padi gogo. Produksi palawija didominasi oleh komoditas ubi kayu sebesar 4.201 ton, jagung 1.673 ton dan ubi jalar 772 ton. Adapun kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai produksinya masih relatif kecil masing-masing 282 ton, 166 ton, dan 31 ton. Komoditas yang mengalami kenaikan produksi apabila dibandingkan dengan tahun 2006 adalah ubi kayu, ubi jalar dan kacang hijau masing-masing sebesar
34
62,83 persen, 139,75 persen dan 238,78 persen. Sedangkan jagung, kacang tanah dan kacang kedelei mengalami penurunan sebesar 4,18 persen, 47,58 persen dan 85,10 persen dari tahun 2006. Sayur-sayuran yang banyak dihasilkan adalah ketimun, cabe, terong, dan tomat dimana pada tahun 2007 masing-masing mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 18,51 persen, 47,84 persen, 40,79 persen dan 92,38 persen. Tanaman kacang panjang satu-satunya komoditi sayuran yang mengalami penurunan dari tahun 2006 sebesar 10,73 persen atau berproduksi sebesar 2.828 ton. Adapun produksi jenis sayuran lainnya yang relatif kecil produksinya adalah bayam, kangkung dan buncis masing-masing hanya 701 ton, 576 ton dan 557 ton. Nenas merupakan komoditi yang banyak dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Ogan Ilir. Pada tahun 2007 produksi komoditas tersebut sebesar 34.551 ton atau mengalami penurunan sebesar 33,92 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 52.286 ton. Beberapa buah-buahan lain yang relatif besar hasilnya adalah pisang dan jeruk. Pisang sebesar 28.070 ton atau turun 7,54 persen dari tahun sebelumnya dan jeruk 18.472 ton atau naik 28,59 persen dari tahun 2006. Rata-rata produksi buah-buahan di Kabupaten Ogan Ilir selama tahun 2007 mengalami penurunan produksi. Perkebunan Perkebunan mempunyai kedudukan yang penting di dalam pengembangan pertanian baik di tingkat nasional maupun regional. Tanaman perkebunan yang merupakan tanaman perdagangan yang cukup potensial di daerah ini adalah tebu, karet, kelapa sawit dan kelapa. Komoditi dari subsektor perkebunan yang paling banyak produksinya adalah tanaman perkebunan tebu yaitu sebesar 896.143 ton naik 3,70 persen dibanding tahun 2006, dimana sekitar 99 persen dimiliki oleh Pabrik Gula Cinta Manis yang merupakan pabrik gula terbesar di kabupaten Ogan Ilir, sisanya adalah tanaman perkebunan tebu rakyat. Produksi tanaman kelapa sawit di tahun 2007 mengalami penurunan sampai 33,44 persen atau sebesar 90.444 ton dibanding tahun 2006 yang sebesar 135.878 ton. Sebanyak 98,69 persen dari hasil produksi tahun 2007 tersebut dikuasai oleh perusahaan swasta nasional.
35
Peternakan Jumlah populasi unggas pada tahun 2007 tercatat sebanyak 615.000 ekor, turun 25,67 persen dari tahun 2006 yang sebesar 827.400 ekor. Hal ini bisa disebabkan karena pada tahun 2007 di beberapa daerah di Kabupaten Ogan Ilir terjangkit virus flu burung yang berdampak pada banyaknya unggas yang harus dimusnahkan guna penanggulangan virus tersebut. Sekitar 66,67 persen dari seluruh unggas adalah ayam buras, disusul ayam pedaging 20,81 persen, ayam petelur 6,18 persen, itik 5,53 persen dan selebihnya 0,81 persen adalah burung puyuh. Adapun jumlah unggas yang dipotong mencapai 1.349.000 ekor, terdiri dari 52,19 persen ayam ras pedaging, 45,59 persen ayam buras, 1,01 itik, 0,85 persen ayam ras petelur dan 0,36 persen jenis puyuh. Di banding tahun lalu jumlah unggas potong tahun ini mengalami penurunan sampai 44,57 persen. Dengan membandingkan antara jumlah populasi unggas dan jumlah unggas yang dipotong, terlihat bahwa Kabupaten Ogan Ilir memasukkan unggas dari daerah lainnya dengan porsi 54,41 persen dari total yang dipotong. Kenyataan ini menggambarkan masih tingginya permintaan daging unggas khususnya daging ayam, walaupun virus flu burung sempat mewabah di Kabupaten Ogan Ilir. Selain daging, produksi peternakan yang dikonsumsi adalah telur. Produksi telur pada tahun 2007 mencapai 973.360 butir, turun 30,14 persen dari 2006 yang tercatat sebanyak 1.393.380 butir, sebesar 70,27 persen berasal dari produksi ayam ras petelur. Populasi ternak ruminansia di Kabupaten Ogan Ilir tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 4,16 persen dari 30.644 ekor pada tahun 2006 menjadi 31.918 ekor pada tahun 2007. Jenis ternak yang dominan adalah sapi, kambing dan domba masing-masing sebesar 43,14 persen, 41,42 persen dan 15,44 persen. Jumlah ternak yang dipotong untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mencapai 1.565 ekor pada tahun 2007, mengalami kenaikan sekitar 1,36 persen dibanding tahun sebelumnya. Ternak yang dipotong terdiri dari kambing 42,24 persen, sapi 30,80 persen, babi 12,91 persen, domba 10,93 persen serta kerbau sebesar 3,12 persen. Sementara produksi ternak potong untuk sapi mengalami kenaikan pada tahun 2007 yaitu sebesar 2,22 persen dari tahun 2006, sementara nilai produksi sapi tahun 2007 naik sebesar 7,48 persen dari tahun 2006. Untuk produksi kerbau mengalami kenaikan pada tahun 2007 yaitu sebesar 7,69 persen dari
36
tahun 2006, sementara nilai produksi kerbau tahun 2007 naik sebesar 4,50 persen dari tahun 2006. Produksi dan nilai produksi ternak potong sapi dan kerbau menurut jenis ternak dan kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3 Produksi dan nilai produksi ternak potong sapi dan kerbau menurut jenis ternak dan kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir, Tahun 2007 Sapi Kecamatan
Produksi (ekor)
Kerbau Nilai Produksi (Rp.000)
Produksi (ekor)
Nilai Produksi (Rp.000)
01. Muara Kuang
54
269.850
2
13.900
02. Rambang Kuang
35
173.950
1
10.750
03. Lubuk Keliat
5
23.650
1
1.600
04. Tanjung Batu
94
471.450
6
43.050
05. Payaraman
22
110.450
0
3.150
06. Rantau Alai
9
42.700
0
550
07. Kandis
8
39.550
0
2.650
08. Tanjung Raja
20
98.550
1
7.600
09. Rantau Panjang
12
59.850
1
5.800
10. Sungai Pinang
34
169.400
5
150
2
10.850
1
6.550
12. Pemulutan Selatan
25
124.100
18
137.300
13. Pemulutan Barat
15
7.300
4
29.150
121
609.050
8
60.550
20
102.200
1
6.850
6
31.350
0
0
Jumlah
482
2.409.950
49
369.600
2006
461
2.074.455
42
337.725
11. Pemulutan
14. Indralaya 15. Indralaya Utara 16. Indralaya Selatan
Sumber: BPS Ogan Ilir 2008
Peternakan sapi potong merupakan usahaternak yang dilihat dalam penelitian ini. Dimana hampir di seluruh wilayah Kecamatan Kabupaten Ogan Ilir terdapat peternak sapi potong, tetapi penelitian ini hanya membatasi daerah penelitian pada lima kecamatan sebagai lokasi penelitian dengan enam desa sebagai sampel wilayah penelitian. Gambaran daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
37
Keterangan :
wilayah penelitian
Gambar 2 Peta wilayah penelitian di Kabupaten Ogan Ilir
38
Profil Kecamatan Indralaya dan Desa Sejaro Sakti Letak Geografis dan Luas Wilayah Secara geografis terletak di antara 30 02' sampai 30 48' Lintang Selatan dan di antara1040 20' sampai 1040 48'. Bujur Timur dengan luas wilayah 67,93 km2 atau 6.793 ha dan mempunyai ketinggian tempat rata-rata delapan meter dpl. Batas wilayah adminstrasi Kecamatan Indralaya adalah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Utara, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Selatan, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Utara dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pemulutan Barat. Wilayah Administratif Kecamatan Indralaya terbagi menjadi 20 desa/kelurahan dengan Ibukota Kecamatan di Kelurahan Indralaya Mulya, dimana Kelurahan Indralaya Mulya terdiri dari 14 rumah tangga (RT) dan
lima lingkungan (LK), dengan jumlah
penduduk sebanyak 5.200 jiwa dengan luas wilayah 2,08 km2. Keadaan Alam Kecamatan Indralaya merupakan bagian dari kabupaten Ogan Ilir daerah yang mempunyai iklim tropis basah (Tipe B) dengan musim kemarau berkisar antara bulan Mei sampai dengan
bulan Oktober. Sedangkan musim hujan
berkisar antara bulan November sampai dengan bulan April. Curah hujan di suatu wilayah dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografi dan perputaran pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Pada tahun 2006, rata-rata curah hujan per tahun berkisar antara 161,60 mm sampai 201,50 mm dan rata-rata hari hujan berkisar antara 6,25 sampai 9,75 hari pertahunnya. Topografi kecamatan Indralaya merupakan hamparan rendah berawa yang luas. Wilayah daratan mencapai 65 persen dan rawa 35 persen. Penduduk Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir sebagai daerah baru hasil pemekaran mengalami perkembangan penduduk yang cukup dinamis, pada tahun 2007 tercatat jumlah penduduk sebanyak 36.253 jiwa, dengan sex ratio lebih banyak penduduk perempuan dibanding laki-laki.
39
Desa Sejaro Sakti Desa Sejaro Sakti merupakan desa yang berada di Kecamatan Indralaya yang sebelum pemekaran merupakan Desa Lubuk Sakti Kecamatan Tanjung Batu. Jumlah penduduk di desa ini 1.230 jiwa dengan luas wilayah 5 km2. Jarak Desa Sejaro Sakti ke kecamatan tiga km2, ke Kabupaten tiga km2 dan jarak ke Ibukota Provinsi 42 km2. Mata pencaharian terbesar penduduk adalah bertani dan beternak. Profil Kecamatan Indralaya Utara dan Desa (Tanjung Pering dan Bakung) Letak Geografis dan Luas Wilayah Luas wilayah Kecamatan Indralaya Utara adalah 486,77 km2 atau sama dengan 48.677 ha, dengan batas wilayah administrasi kecamatan adalah Sebelah Utara berbatasan
dengan
Kota
Palembang,
Sebelah
Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Indralaya, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Muara Enim dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pemulutan. Wilayah Administratif Ibukota Kecamatan Indralaya Utara terletak di Desa Tanjung Pering. Kecamatan Indralaya Utara terdiri dari 16 desa dengan wilayah yang paling luas adalah Desa Sungai Rambutan dan yang terkecil adalah Desa Pulau Semambu. Penduduk Pada tahun 2006 tercatat jumlah penduduk sebanyak 25.584 jiwa, dengan sex ratio lebih banyak penduduk laki-laki dibanding penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kecamatan Indralaya Utara 52,56 jiwa/km2, yang berarti pada setiap kilometer persegi dihuni oleh sebanyak hampir 53 orang penduduk. Desa Tanjung Pering dan Desa Bakung Desa Tanjung Pering dan Bakung berada di Kecamatan Indralaya Utara. Jumlah keluarga di Desa Tanjung pering sebanyak 303 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk 1.980 jiwa yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki 935 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1.045 jiwa. Luas lahan Desa Tanjung Pering 2.875 ha dengan luas lahan pertanian 25 ha, lahan perairan bukan sawah 1.045 ha dan lahan nonpertanian 1.805 ha. Mayoritas penghasilan penduduk Desa Tanjung Pering didapat dari sektor pertanian dan peternakan. Penduduk di Desa Bakung terdiri dari 396 kepala keluarga (KK) dengan jumlah seluruh penduduk 2.376 jiwa. Perincian penduduk Desa Bakung menurut
40
Jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 1.161 jiwa dan perempuan 1.215 jiwa. Luas Desa Bakung 3.430 ha yang didominasi oleh rawa-rawa seluas 3.000 ha, lahan pertanian 400 hektar terdiri dari Kebun dan ladang dan selebihnya berupa perumahan dan pekarangan 30 ha. Sebagian besar penduduk Desa Bakung yaitu 81,54 persen bermata pencarian di sektor pertanian termasuk peternakan. Profil Kecamatan Tanjung Batu dan Desa Seribandung Letak geografis dan luas wilayah Secara geografis terletak diantara 3002' sampai 3048' Lintang Selatan dan diantara 104048' Bujur Timur, dengan luas 263,75 km2 atau 26.375 ha dan mempunyai ketinggian tempat rata-rata delapan meter di atas permukaan laut. Batas wilayah administrasi Kecamatan Tanjung Batu adalah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Utara dan Kecamatan Indralaya, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Payaraman, Kecamatan Lubuk Keliat dan Kecamatan Rantau Alai, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Selatan dan Kecamatan Tanjung Raja dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Muara Enim. Wilayah administrasi Ibukota Kecamatan Tanjung Batu terletak di Kelurahan Tanjung Batu, dimana Kecamatan ini terdiri dari 19 desa dan dua kelurahan. Kelurahan Tanjung Batu meliputi 21 RT dengan jumlah penduduk 3.653 jiwa. Keadaan Alam Kecamatan Tanjung Batu merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis basah (tipe B) dengan musim kemarau berkisar antara bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedangkan musim hujan berkisar antara bulan november sampai dengan bulan April. Pada tahun 2005 curah hujan rata-rata pertahun adalah 1.159,25 mm dengan rata-rata hari hujan sekitar 59 hari pertahun Sementara topografi Kecamatan Tanjung Batu dengan rawa lebak tidak begitu luas, karena sebagian wilayah Kecamatan Tanjung Batu merupakan dataran tinggi tetapi dataran rendah tersebar cukup merata di seluruh Kecamatan Tanjung Batu, mulai dari Desa Tanjung Laut sampai Desa Seri Tanjung, dengan topografi tertinggi 10 meter di atas permukaan laut. Wilayah daratan mencapai 80 persen dan rawa 20 persen.
41
Penduduk Perkembangan penduduk Kecamatan Tanjung Batu cukup dinamis sehingga tercatat pada tahun 2007/2008 jumlah penduduk sebanyak 41.509 jiwa, dengan sex ratio lebih banyak penduduk perempuan dibanding penduduk lakilaki. Kepadatan penduduk di Kecamatan Tanjung Batu 157 jiwa km2 , yang berarti pada setiap kilometer persegi dihuni oleh sebanyak lebih 157 orang penduduk. Desa Seribandung Desa Seribandung merupakan salah satu wilayah administratif yang terletak di Kecamatan Tanjung Batu. Jumlah penduduk Desa Seribandung 3.488 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 1.688 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1.800 jiwa. Luas wilayah Desa Seribandung secara keseluruhan berkisar 155,25 ha yang terbagi menjadi 70 ha areal pemukiman, 35 ha lahan perkebunan campuran, 45 ha rawa-rawa, dua hektar tanah kas desa, 3,25 ha perkantoran pemerintah dan tiga hektar fasilitas lainnya. Sementara sebagian besar masyarakat Desa Seribandung adalah petani karet dan nenas sebanyak 735 jiwa dan di bidang peternakan sebanyak 463 jiwa. Profil Kecamatan Rantau Panjang dan Desa Kotadaro Dua Letak Geografis dan Luas Wilayah Luas wilayah Kecamatan Rantau panjang sebesar 40,85 km2 atau 4.085 ha. Terdiri dari 12 desa dengan kepadatan penduduk 448 jiwa per km2. Batas wilayah administrasi Kecamatan Rantau Panjang adalah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pemulutan Selatan, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Raja dan Kecamatan Sungai Pinang, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sirah Pulau Padang dan Kecamatan Jejawi Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Raja dan Kecamatan Indralaya Selatan. Keadaan Alam Kecamatan Rantau Panjang merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dengan musim kemarau berkisar antara bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedangkan musim hujan berkisar antara bulan November sampai dengan bulan April. Curah hujan disuatu wilayah dipengaruhi oleh keadaan iklim, topografi dan perputaran arus udara. Oleh karena itu curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Pada tahun 2006 rata-rata curah
42
hujan pertahun berkisar antara 161,60 mm sampai 201,50 mm dan rata-rata hari hujan berkisar antara 6,25 sampai 9,75 hari pertahun. Keadaan tanah didominasi oleh jenis tanah alluvial dan jenis tanah podsolik. Jenis tanah alluvial terdapat di daerah aliran sungai (DAS) ogan yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan warna tanah kelabu atau kecoklatan, keadaan tanahnya liat, berpasir dan lembab, apabila musim kering akan menjadi keras. Tanah alluvial memiliki susunan humus yang kaya bahan organik yang berasal dari endapan air sungai. Tanah podsolik terdapat di daratan yang tidak mengalami penggenangan pada musim hujan, tingkat kesuburan lebih rendah dibanding dengan tanah alluvial. Penduduk Penduduk Kecamatan Rantau Panjang 18.317 jiwa dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 9.182 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 9.165 jiwa dan sex ratio 100,18 sedangkan jumlah RT yang tersebar di 12 desa di Kecamatan Rantau Panjang sebanyak 4.193 rumah tangga. Desa Kotadaro Dua Desa Kotadaro Dua termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Rantau Panjang. Jumlah penduduk Desa Kotadaro Dua pada bulan Juni 2009 adalah 2.202 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 1.086 jiwa dan penduduk perempuan 1.116 jiwa dan 498 kepala keluarga (KK). Pekerjaan penduduk Desa Kotadaro Dua pada umumnya adalah petani sebanyak 1.968 orang termasuk di dalamnya peternak, sedangkan jenis ternak yang dipelihara adalah sapi, kambing, ayam, kerbau dan itik. Profil Kecamatan Sungai Pinang dan Desa Serijabo Letak Geografis dan Luas Wilayah Luas Kecamatan Sungai Pinang sebesar 42,62 km2 atau 4.262 ha dengan kepadatan penduduk sekitar 24.755 jiwa. Kecamatan Sungai Pinang terdiri dari 12 desa dan satu kelurahan dengan wilayah yang paling luas adalah Desa Tanjung Serian dengan luas sebesar 7,85 km2. Batasan wilayah Kecamatan Sungai Pinang adalah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rantau Panjang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kandis, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten OKI dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Raja.
43
Keadaan Alam Desa-desa di Kecamatan Sungai Pinang ini termasuk wilayah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan. Setiap satu tahun sekali petani di kecamatan ini menanam padi pada bulan Mei sampai dengan Juni, dan memanennya pada bulan Agustus hingga September. Hampir sebagian besar penduduk di Kecamatan Sungai Pinang bertani dan mengandalkan hidupnya dengan bertani. Tanaman buah musiman yang ada di Kecamatan Sungai pinang antara lain seperti duku, durian, mangga dan embam. Sementara untuk peternakan penduduk biasa memelihara sapi, kambing, ayam dan itik, sehingga usaha peternakan merupakan sumber mata pencarian kedua setelah bertani. Penduduk Penduduk Kecamatan Sungai Pinang sebesar 24.755 jiwa dengan sex ratio 93,90 artinya setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 94 penduduk lakilaki. Sedangkan jumlah rumah tangga yang tersebar di 13 Desa Kecamatan Sungai Pinang sebanyak 5.002 jiwa. Desa Serijabo Desa Serijabo termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Sungai Pinang. Jumlah penduduk Desa Serijabo sebesar 3.077 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 1.480 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1.667 jiwa dimana lebih banyak penduduk perempuan daripada penduduk laki-laki. Luas wilayah Desa Serijabo 3,32 km2 dengan persentase 7,79 persen dari luas Kecamatan Sungai Pinang. Desa Serijabo merupakan desa yang cukup terkenal dengan peternakan sapinya karena sebagian besar penduduknya beternak sapi dan berdagang sapi. Lebih kurang 70 persen mata pencaharian penduduk
adalah peternak sapi.
Selain itu Desa Serijabo juga dikenal sebagai daerah penghasil ikan asin dengan hasil ikannya yang selalu melimpah. Usaha Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Ogan Ilir Kabupaten Ogan Ilir merupakan salah satu daerah sentra pengembangan peternakan sapi potong, dimana usaha peternakan yang dikembangkan di lokasi penelitian adalah usaha rakyat yang merupakan usaha warisan turun-temurun dari orang tua. Rumah tangga peternak (RTP) sapi potong yang berada di Kecamatan Indralaya adalah 757, di Kecamatan Indralaya Utara 127, Kecamatan Tanjung Batu 589, di Kecamatan Sungai Pinang 210 dan terakhir Kecamatan Rantau Panjang 74. Sementara Jenis sapi yang dikembangkan di daerah ini
44
adalah Sapi Bali, Sapi Lokal Sumatera, Sapi Brahman Cross (BX) dan Sapi Peranakan Ongole (PO). Pemeliharaan sapi dilakukan dengan diliarkan di padang-padang luas dekat perkebunan rakyat. Setiap pagi peternak mengeluarkan sapinya dari kandang dan sorenya memasukkan kembali sapi-sapinya ke kandangnya. Sistem meliarkan sapi inilah yang sering menjadi masalah di Kabupaten Ogan Ilir sehingga dikeluarkan peraturan daerah (perda) no. 33 tahun 2005 tentang hewan berkaki empat. Karena padatnya daerah pemukiman penduduk sehingga sapi-sapi tersebut seringkali masuk pekarangan rumah, kebun pertanian atau bahkan ke jalan-jalan raya yang mengganggu lalu lintas di Kabupaten Ogan Ilir. Pengembangan
sapi
potong
ini
mulai
digalakkan
kembali
sejak
terbentuknya Kabupaten Baru Ogan Ilir pada tahun 2003, dengan menggali kembali potensi yang ada di daerah Ogan Ilir. Potensi yang ada adalah banyaknya lahan hijauan untuk pakan dan warga masyarakat yang sudah terbiasa memelihara sapi namun pengetahuan teknisnya masih rendah. Bibit sapi potong dibeli responden secara langsung dari pedagang di pasar ternak yang terletak di Kecamatan Sungai Pinang Desa Serijabo dengan harga per ekor berkisar Rp 2.500.000 s.d Rp 4.500.000 untuk bibit yang berumur satu sampai dua tahun. Akan tetapi banyak juga responden yang memperoleh bibit sapi potong dari anakan sapi yang mereka pelihara sendiri. Sistem perkandangan pada peternakan sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir relatif bervariasi. perkandangan ada yang jauh dari perumahan seperti di kebun tetapi banyak juga kandang yang berdekatan dengan rumah pemiliknya. Perkandangan di daerah ini ada yang dibuat sesuai dengan prosedur kandang sapi yang baik (sanitasi, higienis dan ventilasi) tetapi banyak juga peternak masih membuat kandang dengan seadanya tanpa memenuhi syarat-syarat kandang yang baik. Jenis pakan yang diberikan yaitu hijauan yang terdiri dari rumput dan daundaunan leguminosa yang ada di ladang peternak. Rumput yang diberikan adalah rumput lapang di kebun peternak yang tumbuh dengan liar tanpa ditanam. Ada desa yang mempunyai kebun rumput pakan ternak yang ditanam atas bantuan dari pemerintah daerah, tetapi masyarakat masih sedikit yang mau menanam rumput pakan ternak karena masih banyaknya persediaan rumput di daerahnya dan dianggap sebagai kegiatan yang membuang waktu.
45
Penyakit yang sering menyerang sapi-sapi peliharaan peternak adalah kembung dan cacingan. Di daerah penelitian, setiap desa mempunyai mantri kesehatan hewan (mankeswan) baik yang dilatih dan tinggal di desa itu maupun dipanggil setiap dibutuhkan. Pengamatan di lapangan ada beberapa sapi yang sakit akibat disiram cairan soda api asam pekat (cuka para) oleh orang yang tidak dikenal sehingga memerlukan perawatan oleh mankeswan. Menurut responden hal ini sering terjadi karena ada beberapa warga yang tidak suka dengan sapi yang masuk lahan perkebunan dan pertanian mereka. Pengolahan
limbah kotoran sapi dilakukan
dengan masih sangat
sederhana yaitu dengan menjadikannya sebagai pupuk untuk tanaman sayur maupun tanaman buah. Tetapi ada juga desa yang memanfaatkan limbah kotoran sapi sebagai kompos atau bahan biogas. Sistem pemasaran hasil dilakukan dengan menjual sapi-sapinya ke pasar ternak secara langsung atau pedagang yang mendatangi di lokasi peternakan. Responden merasa sangat terbantu karena bisa menjual dengan harga yang lebih tinggi dibanding dijual ke pedagang yang datang ke lokasi peternakan mereka. Tapi untuk waktu-waktu tertentu misalnya adanya hari besar keagamaan maka ada beberapa peternak yang menjual sendiri sapinya ke lokasi pasar-pasar ternak dadakan yang ada di pinggiran jalan. Berdasarkan pemantauan di lapangan masih banyak informasi inovasiinovasi yang diberikan pembina yang belum dilakukan responden, hal ini karena sulitnya bagi responden untuk mengganti kebiasaan yang sering dilakukan. Masih adanya ketidakpercayaan responden dengan teknologi yang diberikan. Responden mengkhawatirkan hasilnya (pendapatan) tidak sesuai setelah menerapkan teknologi yang diberikan. Model Pembinaan Budidaya Sapi Potong Pembinaan yang dilakukan dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Ogan ilir dilatarbelakangi oleh kebiasaan peternak dalam membudidayakan ternak sapi potongnya yang masih bersifat tradisional dengan kemampuan teknis yang masih rendah sehingga produktivitas ternak yang dihasilkan pun rendah. Pemerintah Daerah Kabupaten Ogan Ilir memasukan pembinaan sebagai bagian dari salah satu program peningkatan produksi hasil peternakan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan hasil peternakan masyarakat kabupaten Ogan Ilir, juga untuk meningkatkan pendapatan peternak dari hasil usahanya. Bentuk pembinaan yang dilakukan oleh dinas peternakan dan perikanan Kabupaten
46
Ogan Ilir adalah melalui pembinaan langsung ke peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir melalui penyuluh atau petugas dinas peternakan, dengan materi budidaya sapi potong yang meliputi pemilihan sapi bakalan, sistem perkandangan, pemberian pakan, kesehatan ternak, pengolahan/pemanfaatan limbah dan pemasaran ternak. Masyarakat
yang
mendapatkan
binaan
adalah
masyarakat
yang
memelihara sapi potong atau yang mendapatkan bantuan sapi potong dari pemerintah daerah Kabupaten Ogan Ilir. Peternak tergabung dalam kelompok ternak baik yang sudah terdaftar maupun belum di dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Ogan Ilir. Metode pembinaan yang biasa dilakukan adalah menggunakan metode ceramah dengan mengumpulkan peternak sapi potong di balai desa. Biasanya pembina menggunakan media audio visual agar dapat menarik perhatian peternak. Sementara metode diskusi juga sering dilakukan dengan memberikan materi melalui pertemuan kelompok, media yang biasa digunakan adalah poster dan brosur. Untuk metode kunjungan langsung ke rumah-rumah atau kandang peternak jarang dilakukan, hal ini karena keterbatasan
waktu
dari
pembina.
Namun
untuk
mengkomunikasikan
programnya kadangkala pemerintah dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Ogan Ilir tidak langsung mendatangi peternak, tetapi memanggil ketua kelompok atau perangkat desa yang juga merupakan peternak. Sayangnya pembinaan yang dilakukan di Kabupaten Ogan Ilir bukan merupakan program khusus pembinaan melainkan merupakan bagian dari program peningkatan hasil ternak, sehingga pelaksanaan pembinaan seringkali dilakukan apabila berkaitan dengan bantuan pemerintah daerah saja. Karenanya pembinaan cenderung tidak mempunyai tahapan perencanaan dan evaluasi secara khusus. Untuk itu perlu suatu perhatian khusus dari pemerintah daerah Kabupaten Ogan Ilir agar pembinaan peternak sapi potong menjadi program prioritas yang mempunyai tahapan-tahapan strategis dalam pelaksanaannya, sehingga bisa menambah pengetahuan peternak dalam membudidayakan sapi potongnya dan menghasilkan peternak yang mandiri dalam menjalankan usahaternaknya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik individu peternak di Kabupaten Ogan Ilir adalah pada umumnya umur paruh baya, pendidikan tamat SD, pendapatan rendah, pengalaman beternak
sapi
potong
rendah,
kekosmopolitan
rendah
dan
tingkat
pengetahuan tentang budidaya sapi potong tinggi. Sedangkan jenjang aktivitas komunikasi skor tertinggi pada metode komunikasi, disusul keterlibatan dalam kelompok, arah komunikasi, intensitas komunikasi dan terakhir pencarian informasi. 2. Hambatan komunikasi yang paling dirasakan peternak adalah pada faktor perhatian dan keakraban, disusul dengan faktor prasangka, perbedaan harapan dan perbedaan kebutuhan. 3. Pengalaman peternak berhubungan sangat nyata pada faktor hambatan prasangka, perhatian dan keakraban serta berhubungan nyata dengan hambatan
komunikasi
faktor
perbedaan
kebutuhan.
Karakteristik
kekosmopolitan peternak berhubungan sangat nyata negatif dengan faktor hambatan-hambatan komunikasi pada prasangka, perbedaan kebutuhan, perhatian dan keakraban. Karakteristik tingkat pengetahuan peternak berhubungan sangat nyata negatif dengan seluruh faktor hambatanhambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. 4. Aktivitas komunikasi secara umum berhubungan nyata dan sangat nyata dengan hambatan-hambatan komunikasi yang dirasakan peternak sapi potong di Kabupaten Ogan Ilir. 5. Faktor karakteristik umur peternak berhubungan nyata dengan aktivitas komunikasi pada aspek intensitas komunikasi, pendidikan berhubungan nyata pada aspek aktivitas keterlibatan dalam kelompok dan sangat nyata dengan aktivitas komunikasi dalam pencarian informasi dan arah komunikasi, pendapatan
berhubungan
nyata
dengan
aktivitas
komunikasi
dalam
pencarian informasi, pengalaman berhubungan nyata negatif dengan aktivitas
komunikasi
dalam
metode
komunikasi,
kekosmopolitan
berhubungan sangat nyata dengan kesemua aspek aktivitas komunikasi dan tingkat pengetahuan berhubungan nyata dengan aktivitas komunikasi pada aspek intensitas komunikasi dan sangat nyata pada empat aspek lainnya dari peubah aktivitas komunikasi.
71
Saran Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Perlu adanya kegiatan pelatihan motivasi untuk peternak, agar peternak memahami usahaternak yang mereka lakukan memiliki nilai ekonomi sehingga semangat peternak dapat lebih ditingkatkan dalam pencarian informasi budidaya sapi potong. 2. Perlu adanya pemberian contoh-contoh yang nyata dari pembina dalam pemberian materi budidaya sapi potong, agar peternak merasa lebih diperhatikan
usahaternaknya
sehingga
hambatan
komunikasi
yang
disebabkan faktor perhatian dapat dikurangi. 3. Perlu adanya peningkatan frekuensi pertemuan antara pembina dan peternak, tidak hanya pada kegiatan kelompok ternak (pemberian materi budidaya sapi potong) tetapi juga pada kegiatan sosial peternak yang ada dilingkungannya, agar peternak merasa dekat dengan pembina sehingga hambatan komunikasi yang disebabkan faktor keakraban dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi A. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Akoso TB. 2000. Kesehatan Sapi. Yoyakarta: Kanisius. Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: Gramedia. Ardianto E, Erdinaya LK. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Sembiosa Rekatama Media. Azainil. 2003. Analisis Hambatan Komunikasi Organisasi Pemerintah Desa di Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Berlo DK. 1960. The Process of Communication. an Introduction Theory and Practice. New York: Holl Rinehart and Winston. Inc. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2001. Data Statistik Indonesia [terhubung berkala]. http: //www.demografi.bps.go.id. [15 November 2008]. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Ogan Ilir dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Ilir 2008. Cangara HH. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Damayanti P. 2003. Hambatan-Hambatan Komunikasi Organisasi Pemerintah Daerah: Kasus pada Pembangunan Pertanian di Kota Pagar Alam [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Danudiredja DE. 1998. Hubungan Karakteristik dan Perilaku Komunikasi Penerima Bantuan P3DT dengan Persepsi dan Partisipasi dalam Penerapan Program P3DT di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Devito J. 1997. Komunikasi Antar Manusia: Kuliah Dasar. Ed ke-5. Jakarta: Professional Book. Dilla S. 2007. Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. [Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2006. Statistik Peternakan 2005. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian Republik Indonesia. [Disnakkan] Dinas Peternakan dan Perikanan Ogan Ilir. 2006. Laporan Tahunan 2005. Inderalaya: Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. [Disnakkan] Dinas peternakan dan Perikanan Ogan Ilir. 2007. Laporan Tahunan 2006. Inderalaya: Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. [Disnakkan] Dinas peternakan dan Perikanan Ogan Ilir. 2008. Laporan Tahunan 2007. Inderalaya: Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Donaldson L, Scannell EE. 1986. Human Resource Development the New Trainer’s Guide. Massachusetts: Addision-Wesley Publishing Company. Inc. Effendy OU. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hubeis AVS. 2000. Suatu Pikiran tentang Kebijakan Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Jakarta: Departemen Pertanian dan kehutanan.
73
Ila A, Onike TL, Wirdahayati RB. 2000. Teknologi penggemukan sapi potong model amarasi. Brosur. Naibonat: Departemen Pertanian, Balai Pengkajian teknologi Pertanian (BPTP) Naibonat NTT. Kaliky R, Hidayat N. 2002. Karakteristik Peternak Sapi Perah di Desa Kepuh Harjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kerlinger FN. 2006. Asas-asas Penelitian Behavioral. Simatupang LR, penerjemah; Koesoemanto HJ, editor. Ed ke-4. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Foundation of behavioral research. Kincaid DL, Schramm W. 1985. azas- azas komunikasi antar manusia. Jakarta: LP3ES. Kotler P.1980. Marketing Manajemen: Analysis Planning and Control. Boston Massachussets: Prentice Hal. Inc. Kriyantono R. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertasi Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Levis LR. 1996. Komunikasi penyuluhan dan Pedesaan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Lionberger HF. 1968. Adoption of New Ideas and Practice. Iowa: The Iowa State University Press. Lionberger HF, Gwin PH. 1982. Communication Strategies: A Guide for Agricultural Change Agents. Illinois: The Interstate Printers and Publishers. Inc. Liliweri A. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Mardikanto T. 1988. Komunikasi Pembangunan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. [Menristek] Menteri Negara Riset dan Teknologi. 2006. Pengembangan IPTEK untuk Peningkatan Daya Saing Produk Pangan Hasil Peternakan. Draf Laporan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Bekerjasama dengan Universitas Sriwijaya. Palembang: Universitas Sriwijaya. Menteri Pertanian. 2006. Pembibitan Sapi Potong Yang Baik (Good Breeding Practice). Peraturan Menteri Pertanian Nomor 4/Permentan/Ot.140/10/2006. Jakarta: Menteri Pertanian Morgan B, Holmes GE, Bundy CE. 1963. Methods in Adult Education. New York: The Interstate Printers and Publishers. Inc. Mulyana D. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rakhmat J. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riyanti BPD, Prabowo H. 1998. Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma. Rogers EM. 2003. Diffusion of innovations. Ed ke-5. New York: The Free Press. Rogers EM, Rogers RA. 1976. Communication in Organization. New York: The Free Press.
74
Rogers EM, Shoemaker FF. 1995. Communication of Innovation. New York: The Free Press. Saendinobrata M. 1998. Hubungan Karakteristik Aparatur dengan Persepsi Mereka tentang Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Organisasi di Kabupaten Sukabumi [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Santosa U. 2005. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Jakarta: Penebar Swadaya. Sears DO, Freedman LL, Peplau LA. 1999. Social Psicology. Di dalam: Ardryanto M, Soekrisno S, editor. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Siegel S. 1994. Statistik Non Parametrik. Jakarta: Gramedia. Sigmund F. 1927. The Ego and Id. London: Hogard press. Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar: Komunikasi Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Soeprapto H, Abidin Z. 2008. Kiat mengatasi permasalahan praktis: cara tepat penggemukan sapi potong. Jakarta: Agromedia Pustaka. Sugeng B. 2006. Sapi Potong. Jakarta: Penebar Swadaya. Sugiyanto. 1996. Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Pembangunan dalam Pembangunan Masyarakat Pedesaan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian menuju Pengembangan Kemandirian Petani: Kasus di Provinsi Jawa Barat [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Suparno S. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Suprapto T, Fahrianoor. 2004. Komunikasi Penyuluhan dalam Teori dan Praktek. Yogakarta: Arti Bumi Intaran. Suryadi R. 2000. Hubungan Karakteristik dengan Persepsi dari Pembina dan Petani Kecil tentang Kendala Berkomunikasi: Kasus Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Susanto AS. 1977. Problems of Communication Planning in Indonesia. Di dalam Rahim SA, Middleton J, editor. Perspectives in Communication Policy and Planning. Ed ke-3. Hawaii: East-West Center, East-West Communication Institute. Susanto D. 2001. Peran Penyuluh Pertanian dalam Mewujudkan Kemandirian Petani. Makalah disajikan pada Seminar Perhiptani 2001 di Tasikmalaya. Tasikmalaya. Tubbs SL, Moss S. 2005a. Human Communication. Di dalam: Mulyana D, editor. Human Communication: Prinsip-Prinsip Dasar. Ed ke-1. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tubbs SL, Moss S. 2005b. Human Communication. Di dalam: Mulyana D, editor. Human Communication: Konteks-konteks komunikasi. Ed ke-2. Bandung: Remaja Rosdakarya.
75
Vardiansyah D. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi Konseptual. Bogor: Ghalia Indonesia. Widjaja HAW. 2000. Ilmu Komunikasi: Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta. Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
No Responden.............
KUESIONER PENELITIAN HAMBATAN- HAMBATAN KOMUNIKASI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PETERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN OGAN ILIR (Peneliti: Elly Rosana)
Responden Nama Responden
:..................................
Nama Kelompok Ternak
:..................................
Alamat
:.................................. ................................... ...................................
Pewawancara Nama
:................................
Tanggal wawancara
:................................
Tanda Tangan
:...............................
MAYOR KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
77
BAGIAN I KARAKTERISTIK INDIVIDU PETERNAK
1. Berapa usia Bapak/Ibu sekarang?.....................tahun 2. Pendidikan formal terakhir yang Bapak/Ibu pernah jalani? Jawablah dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai! SD
:
Lulus
:
Tidak lulus (kelas.........)
SLTP
:
Lulus
:
Tidak lulus (kelas.........)
SMA
:
Lulus
:
Tidak Lulus(kelas.........)
Diploma
D1
D2
D3
Sarjana 3. Sebutkan penghasilan Bapak/Ibu dari hasil usahatani dan hasil pekerjaan diluar pertanian yang Bapak/Ibu peroleh selama setahun! Penghasilan (Rp) Jenis Usaha dan satuannya
1 bulan
Produksi
Peternakan (ekor): 1. Sapi 2. Kambing 3. Ayam 4. Itik Lainya: Perikanan (Kg): 1. Lele 2. Patin Lainnya: Sayuran (Kg): 1. Cabe 2. Kacang Panjang Lainnya: Palawija (Kg): 1. Jagung 2. Ubi kayu Lainnya: Buah-buahan (Kg): 1. Jeruk 2. Duku Lainnya: Perkebunan (Kg): 1. Karet 2. Sawit Lainnya: Persawahan (Kg): 1. Padi tadah hujan 2. Padi irigasi Lainnya:
Harga satuan
3 bulan
Produksi
Harga satuan
8 bulan
Produksi
Harga satuan
Total
78
Penghasilan (Rp) Jenis Usaha dan satuannya
1 bulan
Produksi
3 bulan
Harga satuan
Produksi
8 bulan
Harga satuan
Total
Harga satuan
Produksi
Lain-lain (Rp) : 1. Warung 2. Menenun 3. Nelayan 4. Bantuan dari anak Lainnya:
4. Sudah berapa lama Bapak/Ibu beternak sapi ?..........................tahun Kepemilikan sapi (ekor) dewasa
Betina remaja
anak
dewasa
Jantan remaja
anak
Total Ternak (Satuan ternak)
5. Seberapa seringkah Bapak/Ibu melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pencarian informasi atau kegiatan lainnya di luar desa? Jawablah dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai!
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Item Pernyataan Mengunjungi kantor penyuluhan/kantor dinas peternakan Kunjungan ke desa lain Pertemuan ditingkat kecamatan Pertemuan ditingkat kabupaten Pertemuan ditingkat provinsi Kunjungan ke kelompok lain di desa lain Mengunjungi pameran Menonton televisi Mendengarkan radio Membaca koran
Skor Jawaban KadangTidak Sering kadang Pernah
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3) (3) (3) (3) (3) (3) (3) (3) (3)
(2) (2) (2) (2) (2) (2) (2) (2) (2)
(1) (1) (1) (1) (1) (1) (1) (1) (1)
6. Sejauh mana Bapak/Ibu mengetahui tentang budidaya ternak sapi potong? Jawablah dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu jawaban pilihan yang paling sesuai!
No
1. 2. 3.
Item Pernyataan Sapi bakalan yang baik adalah kondisi badan agak kurus tapi sehat Umur sapi bakalan yang baik di atas 4 tahun Kandang sebaiknya dibersihkan pada saat banyak kotoran sapi saja
Skor Jawaban Kurang Tidak Sesuai sesuai sesuai
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
79
No
4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
11.
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Item Pernyataan Agar air tidak menggenang sebaiknya lantai kandang terbuat dari beton dengan kemiringan 5-10% Sapi sebaiknya diberikan rumput gajah atau rumput benggala Tambahan konsentrat yang cukup akan mempercepat pertambahan berat badan sapi Sebelum diberikan ke sapi, rumput sebaiknya dipotong-potong terlebih dulu Garam dapur dan vitamin sangat baik untuk suplemen tambahan sapi potong Untuk menambah nafsu makan sapi dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan air kapur pada jerami Membersihkan kandang setiap hari merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan ternak Pemberian vaksin merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mencegah penyakit pada sapi Pembersihan kandang dengan cairan desinfektan sangat baik untuk kesehatan ternak Pemberian obat cacing sebaiknya dilakukan setiap bulan Ciri-ciri sapi cacingan adalah badan sapi kurus, rambut berdiri, kusam dan mudah rontok Jika sapi mengalami kembung harus segera dipotong Kotoran ternak dapat dioleh menjadi pupuk organik dan biogas Kotoran ternak hanya dapat dijadikan pupuk untuk tanaman sayuran saja Kotoran sapi sebaiknya dikumpulkan pada satu tempat Penjualan sapi potong dapat dilakukan apabila bobot badan telah cukup Dengan kualitas sapi potong yang baik Bapak/ibu lebih mudah untuk memasarkannya
Skor Jawaban Kurang Tidak Sesuai sesuai sesuai
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
80
BAGIAN II AKTIVITAS KOMUNIKASI Seberapa sering Bapak/Ibu melakukan kegiatan seperti di bawah ini? Jawablah dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu jawaban pilihan yang paling sesuai!
No
Item Pernyataan
1.
Dalam satu tahun terakhir bertemu dengan penyuluh/Petugas Dinas Peternakan Dalam satu bulan bertemu dengan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan berkunjung dan berdiskusi di kandang ternak Bapak/Ibu Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan memberikan materi melalui pertemuan kelompok Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan memberikan materi melalui pertemuan di kantor desa atau tempat umum lainnya Penyuluh/Petugas Dinas peternakan memberikan materi melalui ketua kelompok/perangkat desa Mencari informasi budidaya sapi potong melalui Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan Mencari informasi budidaya sapi potong melalui ketua kelompok ternak Mencari informasi budidaya sapi potong melalui peternak lainnya Mencari informasi budidaya sapi potong melalui brosur Mencari informasi budidaya sapi potong melalui buku Mencari informasi budidaya sapi potong melalui majalah Mencari informasi budidaya sapi potong melalui koran Mencari informasi budidaya sapi potong melalui televisi Mencari informasi budidaya sapi potong melalui radio Hadir dalam pertemuan kelompok ternak Bertanya dalam pertemuan kelompok ternak Memberikan saran dalam pertemuan kelompok ternak Mengarahkan teman-teman dalam pertemuan kelompok ternak
2. 3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Selalu
Skor Jawaban KadangSering kadang
Tidak pernah
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
81
No
20. 21.
22.
Item Pernyataan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan menyampaikan secara sepihak Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan memberikan kesempatan untuk berbicara Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan mempertimbangkan pendapat Bapak/Ibu
Selalu
Skor Jawaban KadangSering kadang
Tidak pernah
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
82
BAGIAN III HAMBATAN-HAMBATAN KOMUNIKASI Jawablah pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu jawaban pilihan yang paling sesuai dengan yang Bapak/Ibu rasakan dan alami.
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Item Pernyataan Tujuan memelihara sapi sebagai usaha sampingan Tujuan memelihara sapi sebagai tabungan Lebih penting memikirkan bagaimana dapat membeli sapi bakalan yang murah Pembuatan kandang memerlukan dana yang cukup besar Pemeliharaan sapi dengan cara diliarkan akan lebih murah daripada dikandangkan Kandang tidak harus dibersihkan setiap hari Pembuatan tempat pakan akan mengurangi jumlah pakan yang terbuang Selain rumput, pemberian Leguminosa sangat baik untuk ternak Pemberian konsentrat pada sapi hanya akan menambah biaya pemeliharaan sapi Selain pakan sapi juga harus diberi vitamin dan mineral Penambahan vitamin dan garam mineral sangat penting untuk sapi Membersihkan/memandikan sapi akan mengurangi kemungkinan sapi terserang penyakit Pemberian vaksin tidak terlalu penting untuk sapi Sapi harus diberi obat cacing Sebaiknya kotoran sapi dikumpulkan dalam satu tempat Tidak perlu membuat bokasi dan kompos, kotoran sapi bisa langsung di jadikan pupuk untuk tanaman Perlu diperhatikan pencemaran yang ditimbulkan oleh kotoran ternak Budidaya sapi potong akan akan sangat menguntungkan jika dilakukan dengan baik Kualitas sapi yang tinggi akan diikuti oleh daya jual sapi yang tinggi pula
Sangat setuju (4)
Skor Jawaban Kurang Setuju setuju (3) (2)
Tidak setuju (1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
83
No
20.
21.
22.
23. 24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Item Pernyataan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan membantu memutus rantai pemasaran sehingga harga jual sapi bisa tinggi Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan tidak bersungguh-sungguh dalam membantu peternak Kurang adanya keseriusan dari penyuluh /Petugas Dinas Peternakan dalam menyelesaikan masalahmasalah peternakan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan hanya bertujuan untuk menyelesaikan program pemerintah daerah saja Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan tidak mengerti keinginan masyarakat Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan pernah memberikan materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan mengenai cara pemilihan sapi bakalan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan pernah memberikan materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan mengenai sistem perkandangan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan pernah memberikan materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan mengenai pemberian pakan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan pernah memberikan materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan mengenai kesehatan ternak Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan pernah memberikan materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan mengenai cara pengolahan /pemanfaatan limbah Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan pernah memberikan materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan mengenai pemasaran ternak Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan membantu dalam menyelesaikan permasalahan beternak sapi potong Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan pernah memberikan materi penyuluhan yang tidak sesuai dengan kebutuhan saat itu
Sangat setuju (4)
Skor Jawaban Kurang Setuju setuju (3) (2)
Tidak setuju (1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
84
No
33.
34.
35.
36.
37.
38
39.
40.
41. 42. 43.
44.
45.
46.
Sangat setuju (4)
Item Pernyataan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan pernah tidak menanggapi permasalahan yang terjadi pada ternak sapi Bapak/Ibu Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan mau berkunjung ke kandang sapi Bapak/Ibu Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan selalu siap membantu bila ada masalah pada sapi peliharaan Bapak/Ibu Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan memberi contoh langsung mengenai cara pemilihan sapi bakalan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan memberi contoh langsung mengenai sistem perkandangan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan memberi contoh langsung mengenai cara pemberian pakan yang baik Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan memberi contoh langsung menjaga kesehatan ternak Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan memberi contoh langsung mengenai pengelolaan/pemanfaatan limbah Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan memberi contoh langsung mengenai cara pemasaran ternak Merasa sangat dekat dengan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan Bisa meminta materi yang sesuai dengan kebutuhan Bapak/Ibu saat itu Bisa berdiskusi apapun dengan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan tanpa canggung Sudah merasa seperti keluarga dengan Penyuluh/Petugas Dinas Peternakan Bisa berkonsultasi dengan Penyuluh/ Petugas Dinas Peternakan kapan pun, baik secara langsung atau lewat telepon.
Skor Jawaban Kurang Setuju setuju (3) (2)
Tidak setuju (1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
Terima Kasih
Lampiran 2 Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Ilir LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR SERI E TAHUN 2005 NOMOR 33 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG PEMELIHARAAN HEWAN BERKAKI EMPAT DALAM KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR, Menimbang:
a. b.
c.
Mengingat :
1.
2.
3.
4.
5.
Bahwa hewan ternak/peliharaan dapat diusahakan sebagai sumber pendapatan dan sumber penghidupan bagi petani dan masyarakat; Bahwa dengan meningkatnya populasi hewan dapat mengakibatkan pengrusakan tanaman/perkebunan, dapat mengganggu kebersihan lingkungan, serta dapat menghambat jalannya arus lalu lintas di jalan umum; Bahwa berdasarkan pertirnbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu diatur dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang ketentuanketentuan pokok peternakan dan kesehatan hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia No 10 Tahun 1967, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824); Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Ogan komering Ulu Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir di Provinsi sumatera Selatan (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4347); Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3102);
86
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4002); Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 1999 Tahun 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3831); Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3950); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; Keputusan Menteri Pertanian Nomor 404/Kpts/OT.210/6/2002; tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha Peternakan; Peraturan Daerah Kabupaten Ogan llir Nomor 02 Tahun 2005 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Ogan llir (Lembaran Daerah Kabupaten Ogan llir Tahun 2005 Nomor 02 D Seri D). Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR dan BUPATI OGAN ILIR MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMELIHARAAN HEWAN BERKAKI EMPAT DALAM KABUPATEN OGAN ILIR. BAB I KETENTUAN UMUM PasaL 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. 2. 3. 4.
Kabupaten adalah Kabupaten Ogan Ilir. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Ogan llir. Bupati adaiah Bupati Kabupaten Ogan llir. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ogan llir.
87
5. Dinas adalah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ogan llir. 6. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adaiah Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dalam Lingkungan Kabupaten Ogan llir. 7. Hewan adalah Hewan Ternak dan Hewan Peliharaan. 8. Hewan Temak Berkaki Empat adaiah jenis-jenis ternak yang berkaki empat berkuku satu atau lebih yang telah dibudidayakan dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia yaitu: sapi, kerbau, kuda, kambing, domba dan babi. 9. Hewan Peliharaan Berkaki Empat adalah Jenis-jenis hewan berkaki empat yang dipelihara untuk tujuan tertentu misalnya hobi misalnya : anjing, kucing, kera dan jenis hewan peliharaan berkaki empat lainnya. 10. Pemeliharaan adalah Kegiatan orang perseorang atau kelompok yang memelihara hewan berkaki empat. 11. Pemilik adalah orang perseorangan atau kelompok baik yang berbadan hukum ataupun tidak yang memiliki hewan berkaki empat, baik dia memelihara ataupun dia menyuruh orang lain. 12. Petemak adalah perseorangan atau kelompok baik berbadan hukum atau tidak dan atau buruh peternakan yang merupakan mata pencaharian sebagian atau seluruhnya dari pemeliharaan hewan. 13. Padang pengembalaan adalah lahan yang diperuntukkan sebagai tempat pengembalaan ternak. BAB II PEMELIHARAAN HEWAN Pasal 2 (1) Setiap pemilik / peternak harus memelihara hewan dengan baik sehingga tidak mengganggu ketertiban dan keselamatan umum, kebersihan dan keindahan lingkungan, serta disediakan tempat pemeliharaan. (2) Setiap pemilik / peternak diharuskan mengurus perizinannya sesuai ketentuan yang berlaku. (3) Ketentuan sebagaimana ayat (1) di atas, setiap desa dapat menyediakan padang pengembalaan, dan bagi pemilik dan peternak diharuskan menyediakan kandang hewannya. Pasal 3 Pemelihara / Pemilik hewan berkewajiban untuk memelihara kesehatan ternaknya agar tidak terjangkit penyakit yang dapat menular dan membahayakan kesehatan masyarakat diantaranya dengan memberikan vaksinasi secara berkala sesuai ketentuan teknis dinas. Pasal 4 Terhadap pengerusakan oleh hewan, yang mengakibatkan kerugian pihak lain, bagi pemilik/peternak berkewajiban mengganti rugi atas kerusakan tersebut. BAB III LARANGAN Pasal 5 Terhadap pemelihara hewan, dilarang melepas hewannya berkeliaran seperti dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2), hewan berkeliaran dijalan-jalan yang dapat mengganggu kelancaran lalu lintas dan mengganggu keselamatan umum.
88
BAB IV SANKSI ADMINISTRASI Pasal 6 (1) Dalam hal peternak tidak memelihara ternaknya seperti dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2) akan diberikan sanksi administrasi oleh Kepala Desa berupa teguran pertama yang ditembuskan kepada unsur Tripika, Dinas dan instansi terkait, serta Bupati. (2) Apabila surat teguran pertama seperti yang dimaksud pada ayat (1) tidak diindahkan maka akan dikeluarkan surat teguran kedua yang tembusannya sama dengan surat teguran pertama. (3) Apabila surat teguran kedua tidak diindahkan juga maka akan dilakukan penahanan terhadap hewannya oleh pihak berwenang dalam hal ini oleh Kepala Desa dan Perangkatnya, dan peternak / pemilik akan mendapatkan surat pemberitahuan penahanan ternaknya. (4) Khusus terhadap hewan peliharaan kucing, anjing, kera dan sejenisnya akan dilakukan Eradikasi (Penbunuhan massal). Pasal 7 (1) Terhadap penahanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) akan dikenakan denda. (2) Besamya denda sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah sebagai berikut: a. Untuk ternak besar (sapi, kerbau, kuda) sebesar Rp 50.000,00 / ekor / hari. b. Untuk ternak kecil (kambing, domba, babi) sebesar Rp 10.000,00 / ekor / hari. c. Untuk hewan peliharaan lainnya (anjing, kucing, kera dan lainnya) sebesar Rp 10.000,00/ ekor/hari. (3) Uang denda sebagaimana dimaksud dengan ayat (1) dan (2) diperuntukkan sebagai biaya penangkapan perawatan / pemeliharaan. BABV MASA PENAHANAN Pasal 8 (1) Masa penahanan terhadap hewan yang tidak dipelihara adalah paling lama 15 (lima belas) hari atau ditetap lain oleh pihak berwenang. (2) Apabila melewati batas waktu yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud Pasal (1), maka hewan ternak tersebut akan dilelang terbuka dan untuk hewan peliharaan dapat dieliminasi oleh Kepala Desa. Pasal 9 Apabila selama penahanan hewan terjadi kasus sakit, mati, hilang dan sebagainya akan menjadi tanggung jawab peternak / pemilik dan tidak berhak menuntut ganti rugi. BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 10 (1) Peternak / pemilik yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana diatur dalam sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 dan pasal 4 diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 20.000.000,00 (Dua puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
89
BAB VII PENYIDIKAN Pasal 11 (1) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPPNS) di lingkungan Pemerintahan Kebupaten yang pengangkatannya disesuaikan dengan Peraturan Perundangundangan. (2) Dalam melaksanakan tugas Penyidikan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPPNS) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana yang dimaksud; b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Pemeliharaan Hewan Berkaki empat; c. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen lainnya berkenaan dengan tindak pidana dibidang pemeliharaan hewan berkaki empat. d. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang pemeliharaan ternak berkaki empat. e. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan di periksa sebagai saksi atau tersangka. f. Menghentikan penyidikan. g. Melakukan tindakan lain yang periu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang pemeliharaan ternak berkaki empat. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberi tahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 12 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaan akan diatur dengan Peraturan Bupati. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Peraturan Daerah ini mulai berlaku mulai tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Ogan llir.
90
Disahkan di Indralaya pada tanggal 2005 BUPATI OGAN ILIR Dto MAWARDI YAHYA Diundangkan di Indralaya pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR
M. VICKRY BASTARI
Lampiran 3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
HASIL UJI RELIABILITAS 1. Kosmopolitan Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1 Part 2
Value N of Items Value N of Items
,131 4a ,181 5b 9
Total N of Items Correlation Between Forms
,837
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length Unequal Length Guttman Split-Half Coefficient
,911 ,912 ,890
a. The items are: mengunjungi kantor penyuluhan/disnak, pertemuan dikecamatan, pertemuan diprovinsi, mengunjungi pameran. b. The items are: mendengarkan radio, kunjungan ke desa lain, pertemuan dikabupaten, kunjungan kekelompok lain desa, menonton tv.
2. Tingkat Pengetahuan tentang Budidaya Sapi Potong Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1
Value N of Items
Part 2
Value N of Items
Total N of Items Correlation Between Forms Spearman-Brown Coefficient Guttman Split-Half Coefficient a. b.
-2,222(a) 10(b) ,309 10(c) 20 ,503
Equal Length
,669
Unequal Length
,669 ,595
The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings. The items are: sapi bakalan yang baik, kandang hanya diversihkan saat banyak kotoran saja, sapi diberikan rumput gajah atau benggala, sebelum diberikan rumput sebaiknya dichopper, untuk menambah nafsu makan disemprotkan air kapur pada jerami, pemberian vaksin salah satu cara pencegahan penyakit, obat cacing tiap bulan, sapi kembung harus segera dipotong, kotoran ternak hanya jadi pupuk sayuran saja, penjualan sapi dilakukan jika BB telah cukup.
92
c.
The items are: umur bakalan > 4 tahun, lantai kandang dimiringkan 5-10o, tambahan konsentrat mempercepat PBB sapi, garam dan vitamin baik untuk suplemen sapi, membersihkan kandang tiap hari cara menjaga kesehatan sapi, pembersihan kandang dengan desinfektan baik untuk kesehatan, ciri sapi cacingan, kotoran ternak dapat diolah menjadi pupuk dan biogas, kotoran sapi sebaiknya dikumpulkan 1 tempat, sapi berkualitas baik mudah dipasarkan.
3. Aktivitas Komunikasi Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1 Part 2
Value
.255
N of Items
6(a)
Value N of Items
Total N of Items
.628
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length
.771
Unequal Length
.771
Guttman Split-Half Coefficient
b. c.
6(c) 12
Correlation Between Forms
a.
-.227(b)
.768
The items are: dalam 1 thn terakhir bertemu dgn penyuluh/petugas dinas peternakan, dalam 1 bulan bertemu dgn penyuluh/petugas dinas peternakan, penyuluh/petugas disnak berkunjung dan berdiskusi dgn peternak, penyuluh/petugas disnak memberikan materi melalui kelompok, penyuluh/petugas disnak memberikan materi melalui pertemuan dikantor desa, informasi budidaya sapi diperoleh dari penyuluh/petugas disnak. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings. The items are: informasi budidaya sapi dari ketua kelompok, informasi budidaya sapi dari kelompok lainnya, informasi budidaya sapi dari brosur, informasi budidaya sapi dari buku, informasi budidaya sapi dari majalah, informasi budidaya sapi dari koran.
4. Hambatan Komunikasi Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1
Value N of Items
Part 2
Value N of Items
Total N of Items Correlation Between Forms Spearman-Brown Coefficient Guttman Split-Half Coefficient a.
,675 18(a) ,688 17(b) 35 ,887
Equal Length
,940
Unequal Length
,940 ,939
The items are: tujuan memelihara sapi sebagai usaha sampingan, lebih penting bagaimana membeli sapi bakalan murah, pemeliharaan sapi diliarkan lebih murah daripada dikandangkan, pembuatan tempat pakan akan mengurangi jumlah pakan terbuang, pemberian konsentrat menambah biaya pemeliharaan, penambahan vitamin dan mineral penting untuk sapi, pemberian vaksin tidak terlalu penting untuk sapi, sebaiknya kotoran sapi dikumpulkan dalam satu tempat, perlu diperhatikan pencemaran oleh feses ternak, kualitas sapi akan memiliki daya jual yang tinggi, penyuluh/petugas
93
b.
disnak tidak bersungguh-sungguh dalam membantu peternak, penyuluh/petugas disnak hanya bertujuan menyelesaikan program pemerintah saja, penyuluh/petugas disnak pernah memberikan materi yang tidak sesuai kebutuhan1, penyuluh/petugas disnak pernah memberikan materi yang tidak sesuai kebutuhan3, penyuluh/petugas disnak pernah memberikan materi yang tidak sesuai kebutuhan5, penyuluh/petugas disnak pernah memberikan materi yang tidak sesuai kebutuhan7, penyuluh/petugas disnak pernah tidak menanggapi permasalahan peternak, penyuluh/petugas disnak selalu siap membantu bila ada masalah pada sapi. The items are: penyuluh/petugas disnak memberi contoh langsung sistem kandang, penyuluh/petugas disnak memberi contoh menjaga kesehatan sapi, penyuluh/petugas disnak memberi contoh cara pemasaran ternak, peternak bisa meminta materi sesuai kebutuhan kepada penyuluh/petugas disnak, peternak merasa seperti keluarga dengan penyuluh/petugas disnak, sapi sebagai tabungan, pembuatan kandang memerlukan dana besar, kandang tidak harus dibersihkan tiap hari, selain rumput, pemberian legum sangat baik untuk sapi, selain pakan, sapi juga harus diberi vitamin dan mineral, memandikan sapi akan mengurangi peluang sapi sakit, sapi harus diberi obat cacing, kotoran sapi bisa langsung dijadikan pupuk tanaman, budidaya sapi akan menguntungkan jika dilakukan dengan baik, penyuluh/petugas disnak memutus rantai pasar hingga harga jual sapi tinggi, kurang ada keseriusan dari petugas dlm menyelesaikan masalah peternakn, penyuluh/petugas disnak tidak mengerti keinginan masyarakat.