HALAMAN LAMPIRAN
Dokumentasi di Lapangan
Ketika Mugiyono Kesurupan dan akan memakan arang dan beling panas-panas
Pendamping Pawang memberikan sesajen kepada Endut yang sudah kesurupan dan mengajak ngobrol Endang yang merasuki Endut
Universitas Sumatera Utara
Rifin yang keadaannya lagi jongkok sedang mengincar penonton yang akan menjadi temannya untuk kesurupan
Keadaan Muji yang sedang dirasuki oleh Endang, dimana Endang masuk secara paksa ke tubuh Muji karena Muji tidak ikut maen
Universitas Sumatera Utara
keadaan normal para anggota yang akan memainkan pertunjukan kuda lumping
Putri dan teman perempuan lainnya yang menjadi anggota hanya berperan menjadi penari pembuka pertunjukan kuda lumping saja
Universitas Sumatera Utara
Ciplek yang dipegangi oleh kedua orang tua di gambar sudah dirasuki oleh endang sementara pertunjukan baru saja dimulai
Yadi dan Putri sedang memberikan keterangan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
Universitas Sumatera Utara
Pak Kariman dan Mbah Mo yang sedang di wawancarai oleh Peneliti
Ibu Dimah yang sangat kesal dengan anaknya yang menjadi anggota kuda lumping sementara Ibu dimah dan suaminya menjadi jahula
Universitas Sumatera Utara
Ibu Suratih dan Narti sangat ramah dan terbuka saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti
Universitas Sumatera Utara
1. Draft Interview ( Daftar Wawancara) 1.1. Latar Belakang Keluarga/Orang tua yang anaknya menjadi anggota kuda lumping Profil Informan a) Nama
:
b) Tempat/ Tgl Lahir
:
c) Jabatan/ Kedudukan
:
d) Jenis Kelamin
:
e) Alamat
:
1) Berapa jumlah anak Bapak? 2) Berapa jumlah anak Bapak yang ikut kuda lumping? 3) Apakah Bapak setuju bila anak Bapak ikut kuda lumping? 4) Apabila Bapak tidak setuju, apa alasannya? 5) Menurut Bapak, bagaimana filosopi mengenai kuda lumping sekarang ini? 6) Menurut Bapak, apa fungsi pertunjukkan kuda lumping yang sekarang ini? 7) Menurut Bapak, apakah ada perubahan sikap/prilaku dari anak Bapak
sesudah ikut kuda
lumping? 8) Apabila ada, perubahan sikap/prilaku seperti apa yang terjadi pada anak Bapak? 9) Bagaimana pendapat Bapak mengenai perubahan sikap anak tersebut? 10) Menurut Bapak, apakah anak Bapak lebih mementingkan waktu belajar untuk Sekolah atau kuda lumping? 11) Jika ya, mengapa demikian? 12) Jika tidak, mengapa demikian?
Universitas Sumatera Utara
13) Bagaimana tindakan Bapak untuk menegur bahwa perbuatan anak bapak yang mementingkan waktu untuk belajar kuda lumping itu salah ? 14) Apakah bapak pernah memberikan hukuman kepada anak bapak ketika anak bapak tidak bisa lagi untuk dinasehati dan terus menjadi anggota kuda lumping? 15) Jika ya, hukuman dalam bentuk apa yang bapak berikan kepada anak bapak? 16) Jika tidak, mengapa demikian? 17) Apakah anak bapak pernah melakukan perlawanan ketika dinasehati untuk tidak mementingkan waktunya untuk bermain kuda lumping? 18) Jika ya, bentuk perlawanan yang bagaimana ia lakukan terhadap bapak? 19) Jika tidak, mengapa demikian? 20) Apakah bapak pernah menegur pihak sanggar terhadap perubahan sikap anak bapak yang setelah menjadi anggota kuda lumping semakin buruk? 21) Jika tidak, apa alasan bapak tidak menegur pihak sangar? 22) Jika ya, apa alasan bapak menegur pihak sanggar? 1.2. Untuk Anak yang Menjadi Anggota Kuda Lumping Profil Informan a) Nama
:
b) Tempat/ Tgl Lahir
:
c) Jabatan/ Kedudukan
:
d) Jenis Kelamin
:
e) Alamat
:
1) Sudah berapa lama kamu ikut menjadi anggota kuda lumping?
Universitas Sumatera Utara
2) Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk dapat mempelajari kuda lumping? 3) Apakah ada syarat khusus yang diberikan pawang ketika kamu ingin menjadi anggota kuda lumping? 4) Jika ada, syarat yang seperti apa yang harus kamu lakukan untuk masuk menjadi anggota kuda lumping? 5) Apakah syarat tersebut berat untuk kamu lakukan? 6) Apakah yang menjadi alasan kamu menjadi anggota kuda lumping? 7) Apa tujuan kamu menjadi anggota kuda lumping? 8) Apa manfaat yang kamu dapatkan setelah menjadi anggota kuda lumping? 9) Apakah kamu merasa bangga menjadi anggota kuda lumping? 10) Apakah kamu meminta izin terlebih dahulu kepada Orang tua untuk menjadi anggota kuda lumping? 11) Jika tidak, mengapa kamu memberanikan diri untuk menjadi anggota kuda lumping tanpa izin dari orang tua? 12) Apakah orang tua kamu melarang kamu menjadi anggota kuda lumping? 13) Apa alasan kamu membantah larangan orang tua kamu, dan tetap menjadi anggota kuda lumping? 14) Sebagai seorang anak yang masih sekolah, bagaimana cara kamu mengatur waktu sekolah dengan waktu di kesenian kuda lumping? 15) Antara waktu jam belajar untuk sekolah dengan kegiatan kuda lumping, mana waktu yang sering kamu luangkan? A. waktu jam belajar untuk sekolah B. waktu untuk kegiatan kuda lumping
Universitas Sumatera Utara
16) Mengapa kamu lebih memilih mementingkan waktu belajar untuk sekolah? 17) Menggapa kamu lebih memilih mementingkan waktu untuk kegiatan kuda lumping? 18) Apakah kamu selalu mematuhi bentuk peraturan yang ada di kesenian kuda lumping? 19) Jika tidak, mengapa demikian? 20) Jika ya, mengapa demikian? 21) Mengapa kamu tidak lakukan hal yang sama untuk tetap mematuhi peraturan yang ada pada keluargamu? 22) Selama pertunjukan kuda lumping berlangsung, apakah kamu pernah kesurupan? 22) Jika pernah, apakah kamu yang meminta untuk yang menjadi kesurupan atau pawang yang menyuruh atau memang indang (sesuatu yang gaib) itu datang sendiri? 23) Apakah kamu senang menjadi yang kesurupan? 24) Jika senang, apa alasannya? 25) Setelah pertunjukkan selesai dan kesurupan juga selesai apa yang kamu rasakan? 26) Adakah perasaan malu kamu saat kamu melihat kembali atraksi kesurupan kamu (memakan ayam hidup-hidup, makan beling,)? 27) Jika tidak malu, mengapa demikian? 28) Selama kamu melakukan pertunjukkan kuda lumping, apakah imbalan yang kamu dapat? 29) Jika hanya imbalan berupa kekebalan tubuh atau menginginkan indang saja, apakah kamu puas dengan imbalan tersebut? 30) Apakah kamu bangga dengan indang (roh/sesuatu yang gaib) yang kamu punya? 31) Untuk apa kamu menginginkan indang (roh/sesuatu yang gaib)?
Universitas Sumatera Utara
32) Selain untuk pertunjukan kuda lumping, indang (roh/sesuatu yang gaib) kamu pergunakan untuk apa? 33) Apakah Pawang pernah memberikan bantuan materi kepada kamu? 34) Apakah pawang pernah memberikan non-materi kepada kamu? 35) Jika pernah, bantuan tersebut sesuai dengan yang kamu inginkan atau tidak? 36) Apakah ada sanksi bila kamu keluar dari kuda lumping 37) Ketika sanggar akan melakukan pertunjukan kuda lumping, apakah ada tahapan ritual yang harus kamu lakukan sebelum pertunjukan kuda lumping itu berlangsung? 38) Jika ada, tahapan ritual seperti apa yang harus kamu lakukan? 39) Apakah tahapan ritual tersebut menjadi kewajiban untuk dilakukan? 40) Jika ya, apakah tahapan ritual tersebut sulit untuk kamu lakukan? 1.3.Untuk Pawang di Kesenian Kuda Lumping Profil Informan a) Nama
:
b) Tempat/ Tgl Lahir
:
c) Jabatan/ Kedudukan
:
d) Jenis Kelamin
:
e) Alamat
:
1) Mengapa Bapak ingin menjadi seorang pawang? 2) Apakah ada syarat tertentu untuk menjadi seorang pawang? 3) Jika ada, syarat-syarat yang seperti apa?
Universitas Sumatera Utara
4) Sudah berapa lama Bapak menjadi pawang? 5) Apakah tujuan Bapak menjadi pawang? 6) Sudah berapa lama sanggar kesenian kuda lumping “Turonggo Madyo Budoyo” berdiri? 7) Apa latar belakang didirikan sanggar kuda lumping “Turonggo Madyo Budoyo” ini? 8) Menurut Bapak, apa sebenarnya makna yang ada di dalam kesenian kuda lumping? 9) Apa syarat dan aturan yang ada untuk menjadi anggota kuda lumping? 10) Siapa saja yang boleh ikut menjadi anggota dalam kuda lumping di “Turonggo Madyo Budoyo”? 11) Berapa jumlah anggota kuda lumping yang ada di sanggar Bapak? 12) Berapa lama waktu bagi anak untuk dapat menjadi anggota kuda lumping? 13) Apa kendala yang Bapak hadapi dalam mengajarkan kuda lumping kepada anak? 14) Aturan-aturan apa yang ada di dalam sanggar kuda lumping ini? 16) Apakah anak harus patuh terhadap aturan yang ada di dalam kuda lumping? 17) Jika ada anak yang tidak patuh terhadap peraturan sanggar, hukuman apa yang bapak berikan? 18) Apakah ada pertemuan rutin yang dilakukan antara sanggar dengan anak-anak yang menjadi anggota kuda lumping? 19) Menurut Bapak, bagaimana latar belakang ekonomi anak yang ikut kuda lumping? 20) Apa yang menjadi harapan kedepan Bapak dengan keberadaan sanggar kuda lumping di desa ini khususnya bagi anak-anak? 21) Apakah ada perubahan tahapan ritual kuda lumping sekarang dibandingkan dengan tahapan ritual pada awal sesepuh mendirikan kesenian kuda lumping ini? 22) Jika tidak, mengapa demikian?
Universitas Sumatera Utara
23) Jika ya, mengapa demikian? 24) Perubahan tahapan ritual seperti apa yang bapak lakukan? 25) Di tengah perkembangan zaman yang semakin modern ini, mengapa kesenian kuda lumping ini dapat bertahan bahkan melibatkan anak-anak di dalamnya? 26) Apakah tujuan bapak melibatkan anak-anak di dalam pertunjukan kuda lumping? 27) Apakah anak-anak yang menjadi anggota kuda lumping sudah berperan menjadi yang kesurupan saat pertunjukan berlangsung? 28) Jika ya, mengapa demikian? 29) Jika tidak, mengapa demikian? 30) Apa alasan bapak mempertahankan anak yang tidak diberi izin oleh orang tuanya untuk tetap menjadi anggota kuda lumping? 31) Apakah bapak tidak merasa telah mencari masalah dengan orang tua anak yang tidak menyetujui anaknya menjadi anggota kuda lumping? 32) Bagaimana tindakan bapak, jika sewaktu-waktu ada orang tua anak yang menegur bapak kaena anaknya tetap menjadi anggota kuda lumping? 1.4. Profil Informan Dalam suatu penelitian, keberadaan informan tentunya menjadi elemen yang sangat penting dalam pengumpulan data dan menjadi kunci utama dalam penulisan laporan penelitian ini. Penetapan pengambilan informan merupakan langkah yang harus dilakukan guna mendapat informasi yang akurat dan valid. Informan yang diambil oleh peneliti sebanyak 20 informan, diantaranya 1 pawang, 12 anak-anak yang menjadi anggota kuda lumping dan 7 orang tua yang anaknya menjadi anggota kuda lumping. Di bawah ini beberapa gambaran mengenai informan dari hasil wawancara di lapangan: 1.4.1. Profil Pimpinan dan Pawang Sanggar Turonggo Madiyo Budoyo
Universitas Sumatera Utara
1. Nama
: Bapak Trimo
Usia
: 46 Tahun
Jabatan
: Ketua dan Pawang Sanggar
Pekerjaan
: Petani Karet
Alamat
: Desa Batang Pane III, Blok A, RT II
Bapak yang dengan ciri fostur tubuhnya sedang dan kurus ini sering dipanggil oleh masyarakat sekitar dengan panggilan Mbah Mo. Mbah Mo telah menjabat menjadi ketua sanggar dan pawang sanggar selama 20 tahun. Mbah Mo diangkat menjadi pawang oleh anggota kuda lumping karena dalam silsilah keluarga Mbah Mo secara turun-temurun telah menjadi pawang dan adanya pengetahuan secara khusus yang tidak bisa dijelaskan secara terperinci kepada peneliti. Mbah Mo menyambut dengan ramah ketika peneliti mendatangi kediaman Mbah Mo dan mengutarakan maksud serta tujuan peneliti di sanggar kuda lumping yang di pimpin Mbah Mo. Mbah Mo memiliki 3 orang anak dari hasil perkawinannya dengan Warni Istrinya. 2 orang anaknya adalah laki-laki dan 1 orang perempuan. Dari ke-3 anaknya itu semua ikut menjadi anggota kuda lumping meskipun 1 orang anaknya telah berumah tangga. Anak pertama Mbah Mo berusia 25 tahun yang sudah berumah tanggga dan anak kedua Mbah Mo berusia 20 tahun yang sudah berumah tanggga, sedangkan yang paling kecil atau si bungsu sekarang berusia 13 tahun yang sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Padang Bolak. Selain bermata pencaharian yang di peroleh dari hasil karet, Mbah Mo menghidupi keluarganya dari hasil pertunjukkan kuda lumping. Sebagai pimpinan dan pawang sanggar kuda lumping tentunya Mbah Mo banyak mengetahui dengan jelas informasi mengenai sanggar kuda lumping dan anak-anak yang menjadi angggota kuda lumping di sanggarnya. Menurut Mbah Mo sangatlah tidak mudah menjadi pimpinan sanggar terutama menjadi pawang sanggar. Menjadi pawang memiliki resiko yang sangat berat karena pawang bertanggung
Universitas Sumatera Utara
jawab penuh terhadap keselamatan para anggota saat melakukan pertunjukan kuda lumping sedang berlangsung, mengundang endang yang akan merasuki para pemain, serta mengawasi orang-orang di sekitar yang berniat usil atau jahat untuk merusak pertunjukkan kuda lumping pimpinan Mbah Mo. Sanggar turonggo Madiyo Budoyo yang Mbah Mo pimpin tidak memiliki keterbatasan yang ingin menjadi anggota di sanggarnya baik dari batasan usia, suku, atau agama semua boleh ikut bahkan tidak perlu membayar uang pendaftaran. Adapun syarat awal setiap orang yang ingin menjadi anggota di sanggar Mbah Mo harus patuh dan disiplin terhadap peraturan sanggar, dimana setiap anggota diwajibkan datang saat latihan dan pertunjukan yang akan berlangsung secara tepat waktu. Adapun syarat khusus setelah orang-orang yang masuk menjadi anggota kuda lumping di wajibkan berpuasa, mandi kembang 7 warna dan mandi tengah malam di tengah sungai yang mengalir. Latihan kuda lumping yang ada di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo ini dalam satu minggunya dilakukan dua kali pertemuan, yaitu malam rabu dan malam jum’at. Sementara itu untuk pertemuan rutinnya, dilakukan setiap tiga bulan sekali, adapun yang dibahas dalam pertemuan itu berupa apa yang menjadi kemauan para anggota untuk perlengkapan atau kebutuhan sanggar, dan jumlah kas yang tersisa. Setiap anak-anak yang ingin menjadi anggota kuda lumping di sanggarnya terlebih dahulu harus meminta izin kepada orang tuanya, jika pun anak-anak tersebut tidak diperbolehkan oleh orang tuanya untuk menjadi anggota kuda lumping, Mbah Mo tetap menerima anak-anak tersebut sebagai anggota di sanggarnya. Hal ini dikarenakan Mbah Mo tidak bisa menolak apa yang menjadi keinginan anak-anak tersebut untuk tetap melestarikan kesenian tradisional Jawa dan menambah anggota di sanggarnya. Menurut penuturan Mbah Mo, untuk mengisi kas sanggar di peroleh dari sebagian hasil pertunjukkan kuda lumping dan sumbangan para sesepuh desa yang setiap bulannya selalu memberikan bantuan baik materi maupun non-materi untuk sanggarnya. Setiap kali pertunjukkan kuda lumping berlangsung, yang di mulai dari pukul 14:00 Wib s/d 24:00 bahkan bisa lebih dari pukul 12 malam sanggar
Universitas Sumatera Utara
Turonggo Madiyo Budoyo dibayar dengan jumlah Rp. 2.500.000,- / 1 kali pertunjukan. Setelah sehari pertunjukan selesai, para anggota berkumpul untuk menikmati hasil pertunjukan, namun bukan berupa materi yang mereka terima, melainkan puding dan makan bubur bersama untuk mengembalikan stamina mereka, namun ada juga yang diberi materi yaitu untuk anak-anak saja tetapi itupun hanya mereka sebut sebagai uang jajan saja. Sanggar Turonggo Madiyo Budoyo yang Mbah Mo pimpin sering kali melakukan pertunjukan kuda lumping tiap bulannya, bukan saja hanya di desa setempat melainkan ke kota kabupaten juga selalu diminta untuk melakukan pertunjukan kuda lumping. Dalam 1 bulan saja sangggar Turonggo Madiyo Budoyo bisa melakukan pertunjukan kuda lumping lebih dari 4 kali pertunjukan. Apalagi jika sudah musim pesta baik pesta pernikahan atau khitanan sanggar Turonggo Madiyo Budoyo selalu kebanjiran Job untuk pertunjukan kuda lumping. Mbah Mo juga menegaskan bahwa anggapan masyarakat mengenai anak-anak ataupun anggota yang menjadi anggota kuda lumping merupakan kegiatan yang syirik dan berhubungan dengan roh-roh itu adalah salah. Menurut Mbah Mo tidak ada yang salah dalam kegiatan kuda lumping, misalnya yang dimaksud endang bukanlah roh jahat melainkan roh-roh yang meninggalnya secara tidak wajar dan endang itu tidak saja roh manusia tetapi roh binatang juga ada. Masyarakat hanya kurang memahami saja dan tidak tahu asal-usulnya sehingga masyarakat masih beranggapan buruk untuk kesenian kuda lumping.
1.4.2. Profil Anak yang Menjadi Anggota Kuda Lumping 1. Nama
: Teguh
Usia
: 14 Tahun
Jabatan
: anggota penari
Pekerjaan
: Pelajar SMP N 5 Padang Bolak
Universitas Sumatera Utara
Alamat
: Desa Batang Pane III, Blok A, RT I
Saat peneliti mencari satu persatu anak-anak yang menjadi anggota kuda lumping di sanggar pimpinan Mbah Mo, maka yang pertama sekali ditemukan adalah Teguh. Peneliti bertemu dengan Teguh tepat di kediaman Teguh. Saat itu, Teguh sedang memberi makan sapi-sapinya, dan peneliti menghampiri Teguh ke kandang sapi yang berada di samping rumahnya. Peneliti menunggu sampai Teguh selesai mengerjakan pekerjaanya tersebut. Setelah selesai barulah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya kepada Teguh. Dengan wajah yang malu-malu Teguh pun bersedia untuk di wawancarai oleh peneliti. Teguh adalah anak ke tiga dari lima bersaudara dan sedang duduk di kelas VIII B Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Padang Bolak.
Teguh sudah 1 tahun menjadi anggota kuda lumping.
Awalnya Teguh tidak meminta izin kepada orang tuanya untuk ikut menjadi anggota kuda lumping karena takut tidak diberi izin, namun saat pertama kalinya Teguh sedang bermain kuda lumping bersama sanggar Turonggo Madiyo Budoyo, kakak Teguh melihat dan melaporkan Teguh kepada Orang Tuanya. Selesai pertunjukan, Teguh langsung di bawa pulang oleh orang tuanya. Pada akhirnya orang tua Teguh memberi izin menjadi anggota kuda lumping dengan syarat tidak boleh menjadi yang kesurupannya dan Teguh menepati janjinya sampai sekarang. Teguh menjadi anggota kuda lumping karena ia tertarik dengan tarian dan atraksi kuda lumping yang kesurupan dan ingin memiliki endang. Selain itu, alasan ia ingin melestarikan dan menjaga kesenian Jawa serta untuk menghibur orang lain. Ia tidak takut menentang orang tuanya, karena ia ingin melestarikan kesenian jawa jadi untuk apa dilarang-larang. Di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo ia sangat diterima dengan tangan terbuka dan sangat mudah memahami tarian-tarian kuda lumping.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai anak yang masih duduk di bangku sekolah, ia lebih memilih menikmati perannya untuk lebih mementingkan kegiatan kuda lumping. Menurut Teguh, belajar dan memahami segala bentuk kegiatan yang ada di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo tidaklah susah dan membuat kepala pening serta tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk mempraktekannya langsung. Tidak seperti belajar di sekolah, sudah lama waktunya terus pelajaran yang diterima pun sulit-sulit semua. Berbicara mengenai peraturan sekolah dan peraturan di sanggar, Teguh lebih mematuhi peraturan yang ada disanggar hal ini karena peraturan sanggar hanya meminta agar tepat waktu datang saat latihan dan pertunjukkan berlangsung, jika pun sesekali melanggar peraturan, pimpinan sanggar hanya menegurnya saja. Hal ini berbeda dengan peraturan sekolah yang banyak menuntut siswanya, dan jika dilangggar sekali langsung diberi hukuman seperti mangambil sampah atau menyapu ruangan kepala sekolah. 2. Nama
: Mugiyono Adi Riyanto
Usia
: 15 tahun
Jabatan
: Penari dan Yang Kesurupan
Pekerjaan
:-
Alamat
: Desa Batang Pane III, Blok A, RT I
Mugiyono baru saja menetap di desa Batang Pane III selama 8 bulan. Ia berasal dari Jawa Tengah. Awal mula kedatangan Mugi ke Desa BAtang Pane III hanya untuk bersilaturahmi kepada saudarasaudaranya yang sudah lama menetap di Desa Batang Pane III. Mugi lulusan Sekolah Menengah Pertama tahun 2011. Mugi tertarik dengan sanggar Turonggo Madiyo Budoyo dan ikut menjadi anggota kuda lumping di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo selama 6 bulan. Meskipun baru 6 bulan menjadi anggota kuda lumping di sanggar tersebut, Mugi di Jawapun sudah menjadi anggota kuda lumping selama 3 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Menurut hasil wawancara peniliti dengan Mugi, alasan ia ikut menjadi anggota kuda lumping pada awalnya ia menonton pertunjukan kuda lumping yang ada di lingkungan rumahnya. Ia sangat tertarik dengan orang yang kesurupan di kuda lumping, bisa makan ayam hidup-hidup, makan bara api maka timbulah keinginan ia menjadi anggota kuda lumping. Tidak ada perbedaan yang menonjol dari sanggar waktu ia menjadi anggota kuda lumping di Jawa dan di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo. Hanya perbedaan waktu jam latihan saja dan tahapan ritual yang ia temukan. Adapun tahapan ritual waktu di jawa berupa: tidak boleh mempermainkan perasaan cewek, puasa 7 hari 7 malam dan hanya makan nasi putih dan air putih saja. Sementara tahapan ritual yang harus di jalani ia di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo adalah: selain puasa 7 hari 7 malam, setiap anggota harus mandi kembang 7 warna dan mandi tengah malam di tengah sungai yang mengalir serta tidak boleh tidur dari jam 6 sore sampai 6 pagi setiap jum’at kliwon. Mugi tetap memberanikan diri meskipun orang tua tidak memberikan izin untuk menjadi anggota kuda lumping. Orang tua Mugi tidak menyetujui kesurupan yang ada di kuda lumping karena itu sudah menjadi Sesuatu yang syirik di agama islam. Karena alasan tidak akan melanjutkan sekolah lagi, akhirnya orang tua Mugi memberikan izin untuk menjadi anggota kuda lumping. Ketika masih duduk di bangku sekolah, Mugi lebih meluangkan waktu untuk belajar kuda lumping dari pada belajar di sekolah, bahkan saat di sekolahpun Mugi sering pura-pura kesurupan untuk menghibur teman-teman di sekolah dan pada malam jum’at kliwon mugi beserta teman lainya kerap kali mengundang roh halus sebagai hiburan mereka. Untuk menjadi yang kesurupan, Mugi sudah matang dan dikuasai penuh oleh endang yang membuatnya kesurupan. Ia bisa menjadi yang kesurupan sepenuhnya setelah 20 kali pertunjukan. Ia merasa senang dan puas bisa menjadi anggota kuda lumping karena bisa menghibur orang yang melihatnya dengan atraksi kesurupannya. Setelah pertunjukan selesai, ia merasakan sakit dan pegal-pegal di seluruh anggota
Universitas Sumatera Utara
tubuhnya akibat kesurupan tersebut. Rasa sakit dari kesurupan tersebut akan hilang dengan sendirinya selama dua atau tiga hari. Cukup banyak manfaat yang ia dapat selama menjadi anggota di sanggar, meskipun hanya baru masuk selama 6 bulan saja. Di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo ia mendapat rasa kekeluargaan antar anggota dan tidak adanya kesenjangan antara anggota yang baru masuk atau sudah lama menjadi anggota. 3. Nama
: Eko Hariyanto (Ciplek)
Usia
: 11 tahun
Jabatan
: Penari dan Yang Kesurupan
Pekerjaan
: Pelajar Kelas V Sekolah Dasar
Alamat
: Desa Batang Pane III, Blok A, RT I
Ciplek itulah panggilan yang sering di julukan masyarakat kepada Eko. Ciplek adalah singkatan dari Cilik Pendek Elek yang artinya kecil pendek jelek yang menggambarkan perawakan Eko. Ciplek anak pertama dari tiga bersaudara. Ciplek masih duduk di bangku kelas V Sekolah Dasar Negeri Batang Pane III. Ciplek sudah menjadi anggota kuda lumping selama satu tahun. Menurut hasil wawancara peneliti dengan Ciplek memperoleh informasi bahwasanya awal mula Ciplek menjadi anggota kuda lumping karena rasa ingin dari dirinya untuk bisa bermain kuda-kudaan dan mengikuti jejak ayahnya yang telah lebih dulu aktif di keanggotaan kuda lumping. Izin oran tua sangat mudah ia dapatkan untuk menjadi anggota kuda lumping karena orang tua Ciplek juga menginginkan anaknya untuk dapat mewarisi kesenian tradisional jawa. Ciplek hanya membutuhkan waktu selama satu minggu untuk mempelajari tari-tarian dan dua minggu untuk bisa memiliki endang. Ia juga sangat patuh terhadap peraturan yang ada di sekolah maupun peraturan yang ada di sanggar. Selama pertunjukkan, ia selalu menjadi anggota yang kesurupan karena
Universitas Sumatera Utara
endang yang dimilikinya sangat mudah untuk di panggil oleh pawang. Setiap pertunjukan kuda lumping, ia selalu memperoleh imbalan uang sebesar Rp. 20.000,- - Rp. 30.000,- / pertunjukan. Ia merasa puas dengan imbalan tersebut, karena selain mendapatkan uang yang dianggapnya sebagai uang jajan, ia juga memiliki endang yang bisa di jadikan sebagai penjaga diri dan penyelamat dimana pun ia berada.
4. Nama
: Putri Hidayati
Usia
: 16 tahun
Jabatan
: Penari
Pekerjaan
: -
Alamat
: Desa Batang Pane III, Blok A, RT I
Anak ke dua dari dua bersaudara ini terkesan ramah dan murah senyum ketika peneliti mendatangi rumahnya untuk melakukan wawancara. Putri itulah panggilannya. Peneliti langsung mengutarakan maksud dan tujuannya kepada Putri. Dengan keterbukaanya dalam memberikan informasi sehingga peneliti banyak mendapatkan informasi dari Putri. Putri baru saja menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2012, dan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas karena keinginan ia untuk belajar sudah tidak begitu di perhitungkan lagi. Dalam hasil wawancara dengan Putri didapatkan informasi bahwa ia sudah menjadi anggota kuda lumping selama 4 tahun. Dalam waktu satu minggu ia sudah dapat menguasai segala jenis tarian yang di perlukan untuk pertunjukan kuda lumping. Tidak ada syarat khusus yang harus ia lakukan untuk menjadi anggota kuda lumping selain mematuhi peraturan yang ada di sanggar. Adapun peraturan yang harus dipatuhi di sanggar itu berupa datang latihan tepat waktu, tidak boleh jatuh cinta sesame anggota kuda
Universitas Sumatera Utara
lumping dan selalu bersedia untuk melakukan pertunjukan kuda lumping dimanapun dan kapanpun sanggar membutuhkannya. Alasan ia ikut menjadi anggota kuda lumping karena sudah menggemari kesenian tradisional Jawa, dan untuk lebih bisa mengetahui semua hal yang ada di kesenian kuda lumping. Ia sangat bangga menjadi anggota kuda lumping, karena dengan menjadi anggota lumping ia lebih bisa memahami salah satu kesenian tradisonal Jawa dan tetap bisa melestarikan kesenian tradisional Jawa meskipun berada di daerah perantauan. Selain itu, manfaat yang ia dapat menjadi anggota kuda lumping bisa menghibur orang banyak, bisa membantu orang tua untuk mendapatkan uang jajan. Ia sangat di dukung oleh orang tuanya untuk menjadi anggota kuda lumping. Dengan alasan agar tetap melestarikan kesenian Jawa, secara turuntemurun keluarga mereka telah menjadi sesepuh di Sanggar Turonggo Madiyo Budoyo. Meskipun ia hanya menerima imbalan berupa uang jajan yang diberikan oleh pawang, ia sudah merasa sangat puas dengan imbalan tersebut. Sebagaimana terkadang pawang juga memberikan santunan kepada keluarganya meskipun sanggar tidak melakukan pertunjukkan. Selama ia masih berada di bangku sekolah, ia lebih banyak meluangkan waktu untuk kesenian kuda lumping. Ketika untuk sekolah, semangat untuk belajar berkurang bahkan sering bolos untuk sekolah. Tidak seperti belajar untuk latihan pertunjukan kuda lumping yang begitu semangat ia lakukan. Sebagai anggota kuda lumping, ia tidak pernah menjadi anggota yang kesurupan. Di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo, angggota perempuan tidak diperkenankan untuk keseurupan. Hal ini untuk menghindari pemikiran negative dari masyarakat. Karena ada hal sensitive bagi tubuh perempuan, sehingga pawang merasa tidak nyaman jika harus menyentuh tubuh anggota perempuan. 5. Nama
: Dimas Ari Surya
Usia
: 15 tahun
Jabatan
: Penari dan Yang Kesurupan
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan
: Pelajar kelas VIII SMP N 5 Padang Bolak
Alamat
: Desa Batang Pane III, Blok A, RT I
Ketika peneliti menhampiri Dimas yang sedang bermain kelereng bersama teman-temanya, Dimas tidak bersedia untuk di wawancara dan merasa takut kepada peneliti. Secara perlahan-lahan peneliti mengutarakan maksud dan tujuannya menghampiri Dimas untuk diwawancarai. Setelah peneliti mengutarakan maksud dan tujuan, Dimas bersedia untuk diwawancarai. Dari hasil wawancara peneliti dengan Dimas. Peneliti cukup mendapatkan informasi sebagai data yang dibutuhkan. Dimas adalah anak ke tiga dari lima bersaudara dan berada di bangku kelas VIII SMP N 5 Padang Bolak. Ia menjadi anggota kuda lumping selama 2 tahun. Untuk mempelajari segala bentuk kegiatan dan perlengkapan kuda lumping selama satu bulan. Dalam waktu satu bulan ia telah menguasai segala jenis tarian, memainkan alat musik sebagai perlengkapan pertunjukan kuda lumping dan memiliki endang untuk bisa kesurupan. Adapun syarat khusus yang harus ia lakukan untuk menjadi anggota kuda lumping berupa: puasa selama 3 hari 3 malam, selama puasa yang boleh di makan hanya nasi putih dan air putih saja, dan patuh terhadap peraturan sanggar saja. Syarat tersebut tidak berat untuk di lakukan. Alasan ia menjadi anggota kuda lumping antara lain: -
Tertarik pada atraksi kuda lumping
-
Bisa berkumpul dengan teman-teman dan memperoleh banyak teman
-
Ingin punya kegiatan rutin
-
Ingin memiliki endang
-
Dan untuk melestarikan kesenian Jawa.
Adapun manfaat yang ia dapat setelah menjadi anggota kuda lumping antara lain: -
Lebih percaya diri
Universitas Sumatera Utara
-
Bisa banyak teman dan dikenal banyak orang
-
Adanya rasa kekeluargaan antar sesama anggota kuda lumping
-
Memiliki endang yang dapat menolong dan menyelemat ia dari kesusahan/kecelakaan
Orang tua Dimas sangat melarang ia untuk menjadi anggota kuda lumping, namun karena ia sudah hobby dan ingin melestarikan kesenian tradisional Jawa sebagai salah satu kesenian yang hampir punah karena masuknya budaya modern di Indonesia. Dengan demikian larangan orang tua Dimas tidak begitu diperdulikan. Menurut hasil wawanacara peneliti dengan Dimas, sebagai anak sekolah ia tidak begitu mementingkan waktu untuk sekolah dan lebih banyak meluangkan waktu untuk kuda lumping. Waktu untuk mempelajari kuda lumping tidak begitu rutin di lakukan dan bentuk latihan kuda lumping tidak begitu sulit untuk dipelajari dan tidak membosankan seperti pelajaran sekolah. Sebagai anggota kuda lumping ia sering menjadi anggota yang kesurupan. Dengan kesurupan ia bisa bermain dengan puas dan tidak tanggung-tanggung untuk menghibur orang banyak. 6. Nama
: Juliandi (Andi)
Usia
: 13 tahun
Jabatan
: Penari dan Yang Kesurupan
Pekerjaan
: Pelajar kelas VII SMP N 5 Padang Bolak
Alamat
: Desa Batang Pane III, Blok A, RT I
Andi itulah masyarakat sekitar memanggilnya. Andi telah mengetahui maksud dan tujuan peneliti datang menemuinya. Andi langsung bersikap terbuka dan ramah saat menjawab pertanyaan dari peneliti. Andi sudah menjadi anggota kuda lumping selama tiga tahun. Selama dua minggu ia sudah bisa memahami pelajaran yang dibutuhkan sebagai perlengkapan pertunjukan kuda lumping. Ia diberikan izin oleh orang tua nya untuk menjadi anggota kuda lumping. Adapun syarat yang harus ia lakukan untuk mengawali
Universitas Sumatera Utara
sebagai anggota kuda lumping yaitu: mandi kembang 7 warna, puasa 7 hari 7 malam, mandi di tengah sungai pada tengah malam dan patuh terhadap peraturan sanggar. Menurut hasil wawancara peneliti dengan andi, peneliti banyak memperoleh informasi yang dibutuhkan sebagai kelengkapan data penelitian. Alasan Dimas untuk menjadi anggota kuda lumping yaitu: -
Ingin terus mempelajari kesenian kuda lumping
-
Meneruskan kegiatan keluarga yang terlebih dahulu memahami kesenian kuda lumping
-
Ingin memiliki endang
Adapun manfaat yang ia peroleh setelah menjadi anggota kuda lumping yaitu: -
Memiliki banyak teman
-
Memiliki endang sebagai penjaga diri
-
Dapat menghibur orang banyak
-
Dan dapat melestarikan kesenian kuda lumping
Ia selalu menjadi anggota yang kesurupan saat pertunjukan kuda lumping berlangsung. Ada kesan malu saat pertama kali ia kesurupan, namun secara perlahan-lahan rasa malu tersebut hilang karena sudah menjadi suatu kebiasaan. Selain untuk pertunjukan kuda lumping, endang yang dimiliki di pergunakan sebagai penjaga diri dari orang yang ingin berbuat jahat dan seru-seruan bersama teman-teman untuk memanggil roh pada malam jum’at kliwon.
7. Nama
: Mahput
Usia
: 15 tahun
Jabatan
: Penari dan Yang Kesurupan
Pekerjaan
: Pelajar kelas IX SMP N 5 Padang Bolak
Universitas Sumatera Utara
Alamat
: Desa Batang Pane III, Blok A, RT I
Peneliti berjalan terus menerus dan menghampiri satu per satu rumah yang menjadi anggota kuda lumping. Saat di persimpangan jalan, peneliti berjumpa dengan seorang laki-laki yang tidak lain bernama Mahput. Mahput seorang pelajar di kelas IX SMP N 5 Padang Bolak. Ia sudah 2 tahun menjadi angggota kuda lumping. Dalam waktu 1 bulan ia sudah dapat mempelajari segala bentuk tarian dan mempelajari alat musik sebagai pendukung pertunjukan kuda lumping. Seperti hal nya dengan teman-teman yang menjadi anggota kuda lumping, menjalankan aturan dan tahapan ritual tidak menjadi sesuatu yang berat untuk dilakukannya. Ia memperoleh izin dari orang tuanya untuk menjadi anggota kuda lumping dan sangat didukung oleh kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Menurut hasil wawancara dengan Mahput, peneliti memperoleh informasi yang cukup mendukung untuk mendapatkan data penelitian. Mahput sangat bangga menjadi anggota kuda lumping karena dengan menjadi anggota kuda lumping ia sudah dapat mewariskan keebudayaan tradisional Jawa dan dapat menghibur orang banyak. Sebagai anak yang masih sekolah, ia lebih mementingkan waktu untuk belajar kuda lumping. Belajar kuda lumping tidak rumit seperti mempelajari pelajaran di sekolah dan belajar kuda lumping ada permainanya yang tidak membuat bosan.
1.4.3. Profil Orang Tua Anggota Kuda Lumping 1. Nama
: Ibu Paenem
Usia
: 56 Tahun
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Desa Batang Pane III, Blok A, RT I
Saat pertama peneliti mewawancarai ibu berusia 56 tahun dengan 5 orang anak ini dimana 2 orang anaknya perempuan dan 3 orang anaknya laki-laki. Ibu Paenem terlihat sangat bingung. Namun setelah
Universitas Sumatera Utara
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelliti barulah Ibu Paenem kelihatan sedikit tenang. Ibu Paenem adalah orang tua dari Teguh. Kesibukan sehari-hari Ibu Paenem hanya mengurus kegiatan berumah tangga saja. Beliau tidak setuju anaknya menjadi anggota kuda lumping. Adapun alasan beliau tidak menyetujui anaknya menjadi anggota kuda lumping karena adanya hal kesurupan di pertunjukan kuda lumping. Namun karena Teguh memaksakan diri menjadi anggota kuda lumping, akhirnya Beliau memberikan izin kepada Teguh untuk menjadi anggota kuda lumping dengan syarat tidak menjadi anggota yang kesurupan. Menurut hasil wawancara peneiliti dengan Ibu Paenem diperoleh informasi bahwasanya tidak ada perubahan yang berbeda ketika anaknya sebelum menjadi anggota kuda lumping dan sesudah menjadi anggota kuda lumping. Teguh tetap menjadi anak yang patuh dan masih mau menjalankan kewajibanya sebagai anak yang beragama islam. Ketika Teguh menyalahi sikap atau perbuatan yang sudah melanggar aturan di keluarga, Ibu Paenem hanya memberikan teguran saja agar Teguh dapat menyeimbangkan kegiatan kuda lumping dan kegiatan di rumah serta menjalankan kewajiban umat islam 2.
Nama
: Bapak Muryanto
Usia
: 50 Tahun
Pekerjaan
: Petani Sawit
Alamat
: Desa Batang Pane III, Blok A, RT III
Untuk mencari informasi mengenai anak yang diberikan izin oleh orang tuanya menjadi anggota kuda lumping peneliti terus menuju ke rumah Bapak Muryanto. Masyarakat memangilnya dengan sebutan Pak Mur. Pak Mur sangat bersikap ramah saat peneiliti mengutarakan maksud dan tujuan peneliti kepada Pak Mur. Pak Mur memiliki anak 3 orang dimana 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Kedua anak lakilakinya menjadi anggota kuda lumping. Beliau memberikan izin kepada anak-anaknya untuk menjadi anggota kuda lumping karena kuda lumping merupakan salah satu peninggalan dari kesenian tradisional yang masih mampu bersaing dengan kebudayaan asing.
Universitas Sumatera Utara
Dengan menjadikan anak-anaknya berkecimpung di kesenian kuda lumping berarti ikut melestarikan kesenian tradisional Jawa. Selain itu Pak Mur juga merupakan salah satu penggerak kesenian kuda lumping pada awal berdirinya sanggar 3 in 1 yang sekarang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan sanggar Turonggo Madiyo Budoyo. Tidak ada masalah bagi Pak Mur ketika anak-anaknya lebih mementingkan waktu belajar untuk kuda lumping di bandingkan belajar untuk sekolah. Beliau dapat memahami dengan sikap anak-anaknya. Di kesenian kuda lumping kedua anaknya bebas berekspresi dan menuangkan semua kemauannya. Tidak seperti pelajaran sekolah yang membuat anak-anaknya selalu mengeluh pusing. Kemauan anak tidak dapat dilarang, sehingga Beliau mengikuti kemauan anak-anaknya dan yang terpenting anak-anaknya masih mau untuk tetap sekolah. 3.
Nama
: Ibu Dimah
Usia
: 43 Tahun
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Desa Batang Pane II, Blok A, RT I
Peneliti kembali menelusuri jalan dan menuju ke rumah Ibu Dimah. Saat peneliti tiba di rumah Ibu Dimah, Ibu Dimah sedang duduk santai di tengah rumahnya. Kemudian peneliti di persilahkan masuk dan peneliti langsung mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan peneliti menghampiri Ibu Dimah. Ibu Dimah sangat terbuka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti kepada Ibu Dimah. Beliau memiliki anak 2 orang dan salah satu anaknya yang bernama Yadi menjadi anggota kuda lumping. Beliau tidak setuju anaknya menjadi anggota kuda lumping. Beliau beranggapan menjadi anggota kuda lumping termasuk perbuatan syirik. Perbuatan syirik di dalam ajaran agama islam sangatlah bertentangan. Letak dari perbuatan syirik itu berupa menyembah atau memuja-muja endang sebagai roh halus yang dapat melancarkan kegiatan kuda lumping. Dalam kesurupan yang memakan ayam hidup-hidup
Universitas Sumatera Utara
sangatlah dilarang dalam ajaran Islam, dan anaknya sudah tidak tepat waktu menjalankan shalat 5 waktu serta kurang membaca al-qur’an. Beliau sangat menyesali ketika anaknya menjadi anggota kuda lumping dan tidak mau meneruskan pendidikan pesantren di Jawa. Kuda lumping memberikan pengaruh yang sangat luar biasa yang bisa menguasai anaknya menjadi pembangkang, dan tidak taat untuk mematuhi peraturan orang tua. Dari pengaruh kuda lumping atau endang yang dimiliki, Beliau hanya mampu menegur dan berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Esa agar anaknya segera diberi kesadaran dan bisa berkurang dari pengaruh endang kuda lumping. 4.
Nama
: Bapak Ahmad Yenni
Usia
: 32 Tahun
Pekerjaan
: Petani Sawit dan Pemukul Gambah
Alamat
: Desa Batang Pane II, Blok A, RT I
Saat peneliti mewawancarai Bapak Yenni yang berusia 32 tahun ini, beliau sedang memiliki kesibukan untuk pergi membantu orang pesta atau masyarakat setempat menyebutkan dengan istilah rewang. Jadi peneliti hanya diberi waktu 30 menit untuk melakukan wawancara dengan beliau. Bapak Yenni ini memiliki anak 3 orang.Ketiga anaknya semua berjenis kelamin laki-laki. Dari ketiga anaknya tersebut hanya anak pertama saja yang ikut menjadi anggota kuda lumping di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo. Bapak Yenni adalah orang tua dari Eko Hariyanto. Beliau mengizinkan anaknya untuk menjadi anggota kuda lumping. Hal ini dikarenakan beliau juga ikut dalam anggota
kepengurusan sanggar
Turonggo Madiyo Budoyo. Selain itu, beliau sangat senang ketika anaknya pamitan kepada beliau untuk menjadi anggota lumping, tanpa harus memaksakan kehendak beliau untuk menjadikan anaknya masuk ke sanggar Turonggo Madiyo Budoyo. Menurut beliau memberikan izin kepada anak untuk masuk menjadi
Universitas Sumatera Utara
anggota kuda lumping berarti telah ikut serta melestarikan kesenian tradisional Jawa yang telah di wariskan secara turun-temurun oleh keluarga beliau di daerah perantauan. Dengan hal tersebut, membantu kesenian tradisonal jawa agar tidak ada di daerah perantauan dan masyarakat di luar suku jawa dapat mengenal kesenian jawa. Menurut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Yenni diperoleh informasi bahwasanya tidak ada perbedaan pertunjukan kuda lumping zaman dahulu dengan zaman sekarang. Pertunjukan kuda lumping di tampilkan dengan tujuan untuk dapat menghibur orang banyak. Tidak ada perubahan yang terlalu mencolok dari anaknya sebelum ikut kuda lumping dan sesudah ikut menjadi anggota kuda lumping. Anaknya tetap menjadi kepribadian yang riang dan mudah di nasehati. Jikapun terjadi perubahan sikap pada diri anaknya itu merupakan pengaruh dari endang yang dimiliki anaknya menjadi anggota kuda lumping. Beliau sangat memaklumi dan mengerti akan perubahan tersebut.
5.
Nama
: Ibu Rohayati
Usia
: 37 Tahun
Pekerjaan
: Petani Sawit dan Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Desa Batang Pane II, Blok A, RT I
Saat pertama peneliti datang ke rumah Ibu Rohayati, beliau sedang mengambil air minum ke rumah tetangganya. Jadi peneliti harus menunggu di depan rumah beliau. Setelah beliau menyelesaikan pekerjaanya dan menemui peneliti, peneliti langsung mengutarakan maksud dan tujuan dari kedatangan peneliti. Dari hasil wawancara bersama dengan beliau diperoleh informasi bahwa beliau memiliki anak 2 orang. Dari kedua anaknya semua ikut menjadi anggota kuda lumping. Ibu Yati adalah orang tua dari Putri Hidayati. Beliau sangat menyetujui kedua nakanya menjadi anggota kuda lumping. Dengan alasan melestarikan warisan kesenian jawa, anak juga dapat mengenal
Universitas Sumatera Utara
kesenian jawa sejak usia dini. Selain itu, kedua anaknya dapat membantu perekonomian keluarga. Kedua anaknya mendapatkan imbalan yang cukup membantu perekonomian keluarga, dan pawang sanggar Turonggo Madiyo Budoyo juga terkadang memberikan bantuan kepada keluarga Ibu Yati untuk kebuthan sehari-harinya.
Universitas Sumatera Utara