Hakekat Mulia Firman Allah Ibr. 4:12-13
Apakah keunikan kuasa Firman Allah itu? 1. Firman Allah Pemberi Kehidupan: memiliki kehidupan sendiri Ini mencerminkan konsep Ibrani tentang kuasa dari firman yang diucapkan Allah (lih. Kej 1:1,3,6,9,14,20,24,26; Maz 33:6,9; 148:5; Yes 40:8; 45:23; 55:11; 5:17-19; Mat 5:17-19; 24:35; I Pet 1:23).
2. Firman Allah itu Tajam – Pedang bermata dua Kekuatan menembus dari sebilah pedang tajam. Firman Allah mempunyai daya tembus. Penulis Surat Ibrani mengumpulkan ungkapan-ungkapan untuk menunjukkan betapa kuat daya tembus Firman Allah itu. Firman itu menembus begitu dalam sehingga menghasilkan pembedaan antara jiwa dan roh. Dalam bahasa Yunani psukhe, jiwa, adalah dasar hidup. Dalam bahasa Yunani pneuma, roh, adalah sesuatu yang memberi sifat khas kepada manusia. Dengan roh itulah manusia berpikir, menalar dan memandang Allah yang ada di seberang sana.
Dengan pemahaman ini penulis Surat Ibrani seolaholah mengatakan, bahwa Firman Allah menguji kehidupan duniawi manusia dan keberadaan rohaniahnya. Ia mengatakan bahwa Firman Allah menyelidiki keinginan dan kehendak manusia dengan teliti. Keinginan (enthumesis) adalah segi emosional dari manusia, dan kehendak (ennoia) adalah segi intelektualnya. Dengan kata-kata lain penulis seolah-olah mau mengatakan: "Baik segi emosional maupun segi intelektual hidupmu harus diserahkan untuk diselidiki dengan teliti oleh Allah."
3. Laksana Hakim Yang Mahatahu (13) Teks sebenarnya mengatakan bahwa firman itu Mahatahu – penulis mempersonifikasikan firman sebagai Allah yang adalah hakim – terj indo. Dalam bukunya Kekristenan Yahudi, H. E. Dana membuat saran berdasarkan pada penggunaan papirus Mesir bahwa “kata” (logos) berarti “menghitung” atau “memasukkan dalam rekening.” Ia menyatakan ini cocok dengan argumen keseluruhan dari si penulis asli, bahwa akan ada suatu penghitungan illahi melalui pengujian, menggunakan penggambaran seorang ahli bedah (hal. 227).
Ia mengatakan bahwa semua hal di hadapan mata Allah (personifikasi Firman) nampak telanjang dan terbuka di depan mata Dia. Di sini ia memakai dua kata yang menarik. Kata bahasa Yunani untuk telanjang adalah gumnos. Apa yang dimaksudkannya, ialah bahwa di depan mata manusia kita masih dapat mengenakan dalih, alasan, selubung dan tipuan; tetapi di hadapan Allah kesemuanya itu harus dilepaskan dan kita harus menghadap Dia sebagaimana kita adanya. Kata yang lain bahkan lebih lugas, yaitu tetrakhelismenos. Kata ini bukanlah kata yang biasa dan artinya belum begitu dapat dipastikan. Agaknya kata ini digunakan dengan tiga pengertian.
Pertama, Kata itu adalah istilah yang dipakai oleh pegulat dan digunakan jika seorang pegulat menangkap lawan pada lehernya sedemikian rupa sehingga si lawan tidak dapat berkutik. Kita boleh melarikan diri dari Allah dalam waktu lama, tetapi akhirnya Ia akan memegang kita kembali sedemikian rupa sehingga mau tak mau kita harus berhadapan denganNya. Allah memang tak mungkin dapat dihindari oleh manusia.
• Kedua, Kata itu adalah juga istilah untuk menguliti hewan. Hewan yang sudah disembelih, digantung lalu dikuliti. Manusia boleh menilai kita atas dasar perilaku dan penampilan lahiriah kita. Tetapi Allah melihat sampai ke dalam hati sanubari kita dengan segala rahasianya. • Ketiga, Jika seorang penjahat dibawa ke pengadilan atau ke tempat pelaksanaan hukuman, kadang-kadang ada sebilah golok yang ujungnya ditempatkan dekat di bawah dagunya sehingga si penjahat itu tidak dapat menundukkan kepalanya. Dengan golok yang demikian itu si penjahat harus tetap menegakkan kepalanya sehingga semua orang dapat melihat dan mengetahui aibnya. Jika hal itu terjadi maka orang itu disebut tetrakhelismenos.
Pada akhirnya kita memang harus berhadapan dengan mata Tuhan. Kita dapat saja memalingkan muka dari orang yang kita anggap tak pantas kita temui, tetapi kita tak dapat mengelakkan diri dari memandang Allah, muka dengan muka. Kermit Eby menulis dalam buku Allah di dalam dirimu demikian: "Pada suatu ketika seseorang harus berhenti melarikan diri dari dirinya sendiri dan dari Allahnya - kemungkinan karena memang tidak ada tempat lain lagi yang dapat ditujunya." Saatnya akan datang bagi setiap orang untuk berjumpa dengan Allah itu; di hadapan mataNya tidak ada suatupun yang dapat disembunyikan