FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KERUPUK IKAN DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK DESA KENANGA KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT
NURUL MUBAROK
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M / 14230 H
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KERUPUK IKAN DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK DESA KENANGA KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT
Oleh : Nurul Mubarok 101092123370
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M / 14230 H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk Ikan di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat” yang ditulis oleh Nurul Mubarok NIM 101092123370 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Pebruari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (SI) Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis.
Menyetujui, Penguji I
Penguji II
Ir. Setyo Adhie, MM. M.Si
Dr. Ir. Taswa Sukmadinata, MS
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Siti Rochaeni, M.Si NIP. 131 864 194
Rahmi Purnomowati, SP. M.Si NIP. 080 127 737 Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 150 317 956
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si NIP. 131 861 314
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN Jakarta, 25 Pebruari 2009
Nurul Mubarok 101092123370
RINGKASAN
Nurul Mubarok, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk Ikan di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat (dibawah bimbingan Siti Rochaeni dan Rahmi Purnomowati) Industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Indonesia mempunyai nilai strategis, salah satu industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga adalah industri makanan dan minuman, jumlah industri makanan dan minuman di Indonesia merupakan urutan terbanyak pertama. pada tahun 2005 dan 2006 yaitu sebanyak 30,50 persen dan 38,31 persen dari seluruh jumlah industri IKIKR yang ada di indonesia, sehingga industri ini akan mempunyai peranan terhadap penyediaan lapangan tenaga kerja di Indonesia dan meningkatkan nilai terhadap produk pertanian. Salah satu jenis industri makanan dan minuman adalah industri kerupuk, khususnya kerupuk udang dan ikan. Berdasarkan Data Statistik Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2008, kapasitas produksi kerupuk pada tahun 2006, 2007, dan 2008 masing-masing 17.695 ton, 17.871 ton dan 18.959 ton dengan tingkat produksi 9.466 ton pada tahun 2006, 9.740 ton pada tahun 2007 dan 6.408 ton pada triwulan kedua tahun 2008 Berdasarkan data tersebut masih terdapat selisih produksi yang belum terpenuhi yaiu 8.228 ton pada tahun 2006, 8.131 ton tahun 2007 dan 11.642 ton pada tahun 2008 sehingga masih ada peluang untuk meningkatkan produksi dalam rangka pemenuhan terhadap kapasitas produsi kerupuk yang terus meningkat. Desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu merupakan salah satu sentra produksi kerupuk khususnya kerupuk ikan. Tujuan kegiatan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan di daerah penelitian. (2) Menganalisis faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi kerupuk ikan di daerah penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja karena daerah ini merupakan daerah sentra produksi kerupuk di Kabupaten Indramayu. Terdapat 38 unit usaha pengrajin kerupuk yang dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pengrajin skala kecil dan pengrajin skala menengah/sedang. Terdapat 30 pengrajin skala kecil dan delapan pengrajin skala menengah/sedang, sampel yang yang diambil sebanyak 15 pengrajin yaitu 50 persen dari jumla h pengrajin skala kecil sedangkan untuk pengrajin kerupuk skala sedang diambil secara sensus yaitu delapan responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan menggunakan analisis fungsi CobbDouglas. Pengolahan data menggunakan alat bantu software Microsoft excel 2003 dan SPSS for Windows versi 12
Hasil penelitian yang didapat dari faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan di daerah penelitian yaitu modal (X1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X 4). Keempat faktor yang mempengaruhi produksi (X 1, X2, X 3, dan X 4) dapat menjelaskan produksi kerupuk sebesar 99,6 persen untuk pengrajin skala sedang dan 99,7 persen untuk pengrajin skala kecil. Model dugaan persamaan Fungsi Cobb-Douglas untuk pengrajin kerupuk ikan skala menengah/sedang Y=-1263.38311 X10.00005 X 2452.14712 X 30.24573 X 4-0.62715 . Model dugaan persamaan fungsi Cobb-Douglas pengrajin kerupuk ikan skala kecil Y = -
1219.180 X1 0.00005 X2 337.632 X3 0.255 X4 -0.229 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan terhadap pengrajin kerupuk skala sedang di daerah penelitian yaitu secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk ditunjukkan dengan nilai F-hitung lebih besar dari F tabel (186,75>28,7), sedangkan secara parsial faktor-faktor yang berpengaruh sebagai berikut : faktor modal mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai thitung lebih besar dari t-tabel (7,431 > 2,306); tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (4,973>2,306); permintaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,788 > 2,306); harga mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (-1.647<2,306), Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan terhadap pengrajin kerupuk skala kecil di daerah penelitian secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk ditunjukkan dengan nilai F-hitung lebih besar dari F tabel (622,5>5,99), sedangkan secara parsial faktor-faktor produksi mempunyai pengaruh sebagai berikut : Faktor modal mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (9,840>2,201); tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (3,276>2,201); permintaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (5,647>2,201); harga mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (-1,133<2,201). Faktor yang paling berpengaruh pada produksi kerupuk ikan di daerah penelitian, baik skala sedang maupun skala kecil adalah modal (X 1).
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadlirat Ilahi Rabby Allah Azza wa Jalla, atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan ’Inayah-Nya yang tak terbilang dan tak pernah hilang sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini. Rahmat ta’dzim dan kesejahteraan semoga selalu dilimpahkan Allah kepada hamba pilihan, sebagai suritauladan yaitu Muhamad Bin Abdullah SAW yang membawa risalah Rahmatalil’alamin. Skripsi yang berjudul ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk Ikan di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat” merupkan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan, support, motivasi dan uluran tangan semua orang yang terlibat dalam proses penyusunannya, sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi 3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Agribisnis, Ir. Lilis Imamah I, M.Si dan Ahmad Tjahya Nugraha, SP, MP. 4. Ir Siti Rochaeni, M.Si dan Rahmi Purnomowati, SP. MP. sebagai pembimbing yang tiada henti-hentinya membimbing dan mengarahkan penulis serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ir. Setyo Adhie, MM, M.Si dan Dr. Taswa Sukmadinata, M.Si. atas kesediaannya membaca, mengoreksi dan memberi masukan yang berharga untuk perbaikan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Agribisnis dan Staff akademik Fakultas Sains dan Teknologi 7. Kepala Disperindag Kabupaten Indramayu dan segenap Staf-nya atas kerja samanya menyediakan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
8. Kuwu (kepala desa) dan pengrajin kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu-Jawa Barat. Terima kasih telah memberikan izin dan kerja sama yang baik kepada penulis dalam melakukan penelitian. 9. Bu Warti, yang telah memberikan waktu, perhatian dan bantuan yang tidak sedikit. Terima kasih Bu, hanya Allah yang dapat membalasnya. 10. Kedua orang tua (H. Abdul Halim dan Hj. Aminah), Ridha dan magfirah Allah serta Roudhotun Min Riyadiljinan; satu-satunya balasan dan imbalan yang patut bagi mu ayah-bunda. 11. Saudara (Kang Juhirah dan Kang Hadlori serta Iin Sholihin) terima kasih atas semuanya 12. Kedua orang tua (H. Mursalih dan Hj. Triningsih), terima kasih atas semuanya 13. Istri yang tercinta, terima kasih atas segalanya yang tidak dapat saya utarakan satu per satu detailnya ”terlalu banyak”, semoga mendapat predikat ”AlMaratu Al-Sholihah” 14. Kang Khusen, Khalil, Haris. Terima kasih ! 15. Teman-teman KMSGD dan Permai-Ayu. 16. Teman-teman program studi Agribisnis Angkatan 2001-2004. 17. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung, terima kasih. dengan tidak mencantumkan nama dalam daftar ini bukan bermaksud mengecilkan dan menapikan jasa dan partisipasi semua yang terlibat dalam penyusunan Skripsi ini.
Akhirnya, Semoga Allah SWT membalas dan melipatgandakan kebaikan yang telah diberikan. Amin Wakafa billahi syahida Wassalam
Jakarta, 25 Pebruari 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..............................................................................
ix
DAFTAR TABEL ........................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................
xv
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................
4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori .........................................................
6
2.1.1. Gambaran Umum Produk Kerupuk .................
6
2.1.2. Konsep Produksi ............................................. 2.1.2.1. Faktor Produksi ................................... 2.1.2.2. Fungsi Produksi .................................. 2.1.2.3. Model Fungsi Produksi .......................
11 11 12 17
2.2. Penelitian Terdahulu .................................................
20
2.3. Kerangka Pemikiran .................................................
21
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................
24
3.2 Jenis dan Sumber Data ...........................................
24
3.3 Metode Pengambilan Sampel ..................................
24
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................
25
3.5 Definisi Operasional .............................................
29
BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis danDemografis Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat ..................................................
31
4.2. Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat ..
32
4.3. Proses Produksi Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat .................................
33
4.4. Kategori Industri Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ......................................................................
38
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Pengusaha Kerupuk .................................. 5.1.1. Pekerjaan Utama dan Sampingan .......................... 5.1.2. Umur Pengrajin Kerupuk ...................................... 5.1.3. Tingkat Pendidikan Pengrajin Kerupuk................. 5.1.4. Jumlah Anggota Keluarga Pengrajin Kerupuk....... 5.1.5. Lama Menjadi Pengrajin Kerupuk ....................... 5.1.6. Jenis Kerupuk yang Diproduksi ........................... 5.1.7. Alasan Menjadi Pengrajin Kerupuk....................... 5.1.8. Keahlian Membuat Kerupuk ................................. 5.1.9. Persaingan dan Bentuk Persaingan Usaha Kerupuk 5.1.10. Diversifikasi dan Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk .................................................
40 40 41 42 43 44 45 46 47 48 50
5.2. Faktor-Faktor Produksi Kerupuk Ikan 5.2.1. Modal ................................................................... 5.2.2. Tenaga Kerja ........................................................ 5.2.3. Permintaan Kerupuk ............................................. 5.2.4. Harga Kerupuk .....................................................
51 55 57 59
5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat . 5.3.1. Usaha Kerupuk Skala Sedang ............................... 5.3.2. Usaha Kerupuk Skala Kecil ..................................
60 61 65
5.4. Fator-Faktor yang Paling Berpengaruh Pada Produksi Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat .. 5.4.1. Usaha Kerupuk Skala Sedang ............................... 5.4.2. Usaha Kerupuk Skala Kecil ..................................
69 69 70
BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan .......................................................................
72
6.2 Saran ................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
73
LAMPIRAN .........................................................................................
75
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Jumlah Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Menurut Skala Usaha Pada Tahun 2005 -2006 ..........................
1
Kontribusi IKIKRT terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2005 – 2006 ...................................................................
2
Konsumsi da Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita untuk Kerupuk Menurut Wilayah tahun 2003 .........................
8
Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan pengeluaran per Kapita Sebulan ...............................
8
Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (ton) Tahun 2003 ............................................................................
9
6
Standar Mutu Kerupuk Udang dan Ikan ....................................
10
7
Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Pekerjaan Utama dan Sampingan...............................................................
40
8
Karakteristik Pengrajin Berdasarkan Usia Pengrajin .................
41
9
Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan .......................... Tingkat Pendidikan ..................................................................
42
Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ...................................................................
43
Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Lama Menjadi Pengrajin Kerupuk.......................................................
44
Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jenis Kerupuk yang diproduksi .........................................................
45
Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Alasan Memproduksi Kerupuk .............................................................
46
Karaktersitik Responden Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Asal Memperoleh Keahlian Membuat Kerupuk ........................
47
2
3
4
5
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Bentuk Persaingan Pengrajin Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu ....
48
Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat .............
50
Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat..............
51
Daftar Fasilitas dan Mesin/Alat-Alat sebagai biaya tetap yang Digunakan dalam Produksi Kerupuk ........................................
52
Daftar Item-item yang masuk dalam biaya Tidak Tetap/ Operasional Pembuatan Kerupuk ..............................................
53
Modal yang Dikeluarkan oleh Pengrajin Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Pada Bulan Nopember 2008 .....................................................
54
Jumlah Tenaga Kerja dalam Proses Produksi Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Pada Bulan Nopember 2008 .....................................................
56
Data Permintaan Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk di Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Pada Bulan Nopember 2008 .....................................................
58
Daftar Harga Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk di Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu pada Bulan Nopember 2008 .....................................................
59
Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Kerupuk Skala Sedang .............................................................
62
Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Kerupuk Skala Kecil .....................................................................
65
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Sifat Fungsi Produksi ................................................................
13
2
Tahapan Proses Produksi ..........................................................
16
3
Sistematika Kerangka Pemikiran ..............................................
23
4
Daerah Diterima dan Ditolak H0 dalam uji t-hitung....................
28
5
Alur Proses Produksi Kerupuk ..................................................
37
6
Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 untuk Uji t-hitung pada Pengrajin Kerupuk Skala Sedang .............................................
64
Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 untuk Uji t-hitun Pengrajin Kerupuk Skala Kecil ..............................................................
68
7
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Surat Keterangan Penelitian dari Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat .................................
76
2
Kuesioner Penelitian ...................................................................
77
3
Kapasitas, Porduksi dan Utilitas Industri Makanan Tahun 2006 - Triwulan II Tahun 2008 ........................................
81
Daftar Pengusaha Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat ............................................
82
Mata Pencaharian dan pendidikan penduduk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ...............
83
6
Tujuan pemasaran Kerupuk Ikan pada Bulan Nopember 2008 ....
84
7
Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk Skala Kecil .................................................................................
85
Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk Skala Sedang ...............................................................
90
Jumlah Biaya yang dikeluarkan pengrajin kerupuk pada bulan Nopember 2008 ........................................................
93
10 Variabel Bebas (X) dan Variabel Tidak Bebas (Y) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa barat ...............................................
94
11 Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat dengan Menggunakan Software SPSS For Windows Versi 12 .................
95
12 Komposisi dan Neraca Massa Proses Produksi Kerupuk Ikan ......
99
4
5
8
9
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Indonesia mempunyai nilai strategis, salah satu industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga adalah industri makanan dan minuman, jumlah industri makanan dan minuman di Indonesia merupakan jumlah industri terbanyak. Pada tahun 2005 jumlah industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga ada 857.496 unit, pada tahun 2006 jumlah industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga meningkat jumlahnya menjadi sebanyak 1.203.694 unit usaha (BPS, 2007 : 14) . Data mengenai perkembangan Industri Kecil (IK) dan Industri Kerajinan Rumah Tangga (IKIKR) dapat di lihat pada Tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Jumlah Industri Kecil (IK) dan Industri Kerajinan Rumah Tangga (IKIKR) dan Persentase Menurut Skala Usaha (Golongan Industri) Tahun 2005 – 2006 URAIAN
IK
2005 IKR
IKIKR
2006 IK
% IKR
IKIKR
Makanan dan 789.223 68.273 857.496 67.144 1.136.550 1.203.694 Minuman Tekstil 248.824 18.125 266.949 15.073 283.458 298.531 Pakaian Jadi 53.843 56.168 110.011 25.369 73.734 99.103 Kayu, Anyaman dari 805.740 24.984 830.724 24.011 756.927 780.938 rotan, bamboo dan sejenisnya Barang Galian 262.832 43.349 306.185 35.151 244.195 279.346 Bukan Logam Furnitur dan 199.095 34.464 233.559 31.088 231.336 262.424 pengolahan lainnya Lainnya 161.111 36.971 198.082 53.914 164306 218.220 2.549.591 288.774 2.838.365 258.071 2.926.038 3.184.109 Jumlah Keterangan : IK = Industri Kecil; IKR = Industri Kerajinan Rumah Tangga IKIKR = Industri Kecil dan Industri Kerajinan Rumah Tangga
7.71% -0.02% -0.77% -4.78% -2.03% 0.02% -0.12%
Sumber : BPS Tahun 2007
Berdasarkan Tabel 1 di atas, jumlah industri makanan dan minuman pada Industri Kecil dan Industri Kerajinan Rumah Tangga (IKIKR) tahun 2005 dan 2006 yaitu sebanyak 30,59 persen dan 38,31 persen dari total jumlah industri IKIKR yang ada di Indonesia, terjadi peningkatan kontribusi sebesar 7,71 persen terhadap jumlah IKIKR pada tahun 2006, sedangkan untuk industri lainnya ratarata kontribusinya mengalami penurunan sehingga industri makanan dan minuman pada industri IKIKR mempunyai kontribusi terhadap penyediaan lapangan tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2007 : 15). Peranan IKIKR terhadap penyerapan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Kontribusi IKIKR Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2005 -2006 Jenis Industri Industri Besar dan menengah Industri Kecil Industri Kerajinan Rumah Tangga Jumlah
2005 (Orang) 4,226,572
Tenaga Kerja 2006 % (Orang) 38.14 4,730,125
39.72
6,856,043
61.86
7,178,990
60.28
100,00 11,909,115
100,00
11,082,615
%
Sumber : BPS Tahun 2007
Data Tabel 2. di atas menunjukkan IKIKRT mempunyai kontribusi dominan terhadap penyerapan tenaga kerja Indonesia dibandingkan dengan industri besar dan menengah, yaitu pada tahun 2005 industri kecil industri kerajinan rumah tangga menyerap tenaga kerja sebesar 61,86 persen dari keseluruhan tenaga kerja di sektor industri dan sebesar 60,28 persen pada tahun 2006. Selebihnya, industri besar dan menengah sebesar 38,14 persen pada tahun 2005 dan 39,72 persen pada tahun 2006.
Industri kerupuk merupakan salah satu jenis industri makanan dan minuman. Kerupuk merupakan produk untuk meningkatkan nilai tambah pada komoditi pertanian, komoditi yang digunakan produk kerupuk adalah tepung tapioka, udang/ikan, dan komoditi lainnya sehingga hal ini akan berdampak pada nilai tambah komoditi sektor lainnya. Data Statistik Tahun 2008 (BPS, 2008 : 2), menjelaskan bahwa kapasitas produksi kerupuk pada tahun 2006 sebesar 17.694 ton, pada tahun 2007 sebesar 17.871 ton dan pada tahun 2008 sebesar 18.959 ton sedangkan tingkat produksi kerupuk yang baru dapat dipenuhi pada tahun 2006 sebesar 9.466 ton, pada tahun 2007 sebanyak 9.740 ton dan tahun 2008 triwulan kedua 6.408 ton dengan nilai utilitas kerupuk setiap tahun meningkat yaitu pada tahun 2006 sebesar 53,5 %, tahun 2007 sebesar 54,5% dan tahun 2008 triwulan kedua sebesar 35,5 %. Berdasarkan data tersebut di atas masih ada kapasitas produksi kerupuk yang belum terpenuhi sebesar 8.228 ton pada tahun 2006, sebesar 8.131 ton pada tahun 2007 dan untuk 2008 pada triwulan kedua sebesar 11.642 ton, sehingga masih ada peluang untuk meningkatkan produksi dalam rangka pemenuhan kapasitas produksi kerupuk yang dibutuhkan (Lampiran 3). Salah satu sentra produksi kerupuk untuk pemenuhan kapasitas kerupuk adalah di kabupaten Indramayu yaitu tepatnya di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu. Pengusaha kerupuk di desa Kenanga rata-rata tergolong pengusaha kecil dan kerajinan rumah tangga, walaupun ada beberapa yang termasuk industri menengah, namun jumlah industri kecil dan kerajinan rumah tangga lebih banyak.
Proses produksi kerupuk di desa Kenanga melibatkan masyarakat sekitar industri sebagai tenaga kerja, biasanya untuk industri kecil akan membutuhkan 10 - 20 orang yang terlibat dalam proses produksi, sedangkan untuk industri menengah bisa mencapai 50 - 60 orang yang terlibat dalam proses produksi, terdapat 30 unit usaha IKIKRT dan delapan unit usaha skala menengah pegrajin kerupuk (Lampiran 4) dengan produksi kerupuk yang dihasilkan pengrajin kerupuk desa Kenanga pada tahun 2006 sebanyak 6.360 ton (Disperindag Indramayu, 2006 : 54).
Dengan demikian, adanya industri kerupuk ini akan
membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar khususnya dan umumnya membuka lapangan kerja pada sektor-sektor lain yang terkait sehingga akan semakin membuka peluang usaha dan lapangan kerja yang lebih luas. Industri kerupuk di desa Kenanga dalam proses produksinya menggunakan faktor-faktor produksi yang beraneka ragam, baik yang bersifat permanen (tetap) maupun non permanen (varaibel), untuk mencapai tingkat produksi kerupuk yang maksimum, produsen (pengrajin kerupuk) harus memiliki pengetahuan yang lengkap
(perfect
knowledge)
atas faktor-faktor
produksi
kerupuk
yang
digunakannya. Sejauhmana pengaruh input produksi kerupuk terhadap output yang dihasilkan, penggunaan dan kombinasi faktor produksi kerupuk yang tepat akan tercapainya tingkat produksi kerupuk yang mempunyai nilai ekonomis.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi Krupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ?
2.
Faktor apa yang paling berpengaruh pada produksi krupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi krupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat. 2. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi krupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan
memberikan
manfaat bagi pihak
yang
berkepentingan, yaitu : 1.
Bagi penulis, menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang studi yang terkait, juga sebagai wahana untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh selama proses perkuliahan.
2.
Pelaku industri/pengusaha, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi sebagai bahan tambahan pertimbangan dalam menganalisa pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Kerupuk.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Gambaran Umum Produk Kerupuk Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado (Bank Indonesia, 2008 : 1) Kerupuk udang dan kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum dijumpai di Indonesia. Kerupuk berharga murah seperti kerupuk aci atau kerupuk mlarat hanya dibuat dari adonan sagu dicampur garam, bahan pewarna makanan, dan vetsin. Kerupuk biasanya dijual di dalam kemasan yang belum digoreng. Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang ketika digoreng biasanya dijual dalam bentuk sudah digoreng. Kerupuk kulit atau kerupuk ikan yang sulit mengembang perlu digoreng sebanyak dua kali. Kerupuk perlu digoreng lebih dulu dengan minyak goreng bersuhu rendah sebelum dipindahkan ke dalam wajan berisi minyak goreng panas. Kerupuk kulit (kerupuk jangek) adalah kerupuk yang tidak dibuat adonan tepung tapioka, melainkan dari kulit sapi atau kerbau yang dikeringkan. Menurut Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (Bank Indonesia, 2008 : 2) usaha kerupuk dapat dilakukan oleh industri besar-menengah
bahkan industri kecil rumah tangga karena proses pembuatannya yang sangat mudah, biasanya pengusaha kerupuk tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk saja, melainkan memproduksi beberapa jenis kerupuk sekaligus, hal ini karena pada dasarnya pembuatan kerupuk hampir sama sehingga mesin-mesin dan peralatan produksi yang sama bisa digunakan untuk membuat kerupuk berbagai jenis. Jenis kerupuk yang beredar dipasaran cukup banyak dan masing-masing memiliki pangsa pasar sendiri, berikut ini jenis kerupuk yang sering ditemui dipasaran yaitu, Kerupuk udang/ikan/kemplang, Kerupuk bawang , Kerupuk kulit, Kerupuk mlarat, Kerupuk gendar, dam masih banyak jenis-jenis kerupuk lainnya, karena jenis makanan ini sangat mudah dicampur dan dimodifikasi rasanya sesuai dengan keinginan dan selera rasa. Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2003 dalam Bank Indonesia (2003, 4) , penduduk wilayah perkotaan (urban) lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk wilayah perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk wilayah pedesaan. Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi dibanding pedesaan dikarenakan kepadatan penduduk di kota yang juga lebih
tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota telah menumbuhkan usaha penjualan makanan. Selain itu, sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini sering diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan yang lebih pokok. Tabel 3 berikut menunjukkan jumlah konsumsi kerupuk oleh penduduk di wilayah perkotaan dan pedesaan.
Tabel 3. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita untuk Kerupuk Menurut Wilayah tahun 2003
Perkotaan (Urban) Pedesaan (Rural) Perkotaan + Pedesaan
Banyaknya (ons) 0,193 0,147 0,166
Nilai (Rp) 154 99 122
Sumber : Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
Kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat luas baik penduduk miskin, pendapatan menengah maupun pendapatan tinggi. Dari Tabel 3. berikut dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendapatan yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar jumlah konsumsi kerupuk per bulannya.
Tabel 4. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Golongan Pengeluaran (Rp) Kurang dari 40.000 40.000-59.999 60.000-79.999 80.000-99.999 100.000-149.999 150.000-199.999 200.000-299.999 300.000-499.999 500.000 dan lebih Rata-rata konsumsi per kapita
Konsumsi (ons) 0.075 0.087 0.085 0.128 0.140 0.196 0.250 0.305 0.166
Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
Selain dikonsumsi masyarakat dalam negeri, berdasarkan Susenas tahun 2003 (Bank Indonesia, 2008 : 2), kerupuk juga telah diekspor ke luar negeri antara lain ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Singapura dan Belgia. Adapun jumlah ekspor untuk komoditi kerupuk (kerupuk udang dll) disajikan dalam Tabel 5 berikut : Tabel 5. Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (ton) Tahun 2003 Tahun
Kerupuk Udang (ton)
Kerupuk lainnya (ton)
1993 1994 1995 1996 1997 1998
5.484.933 4.436.580 4.798.040 6.056.580 3.719.562 1.532.735
2.268.430 2.184.394 1.499.143 2.293.738 1.169.470 1.113.172
Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
Usaha kerupuk dijalankan tidak hanya memenuhi pesanan dari konsumen tetapi juga mengantisipasi bila bahan baku ikan sulit didapat sehingga usaha tidak macet. Terdapat berbagai jenis kerupuk ikan tergantung pada jenis ikan dan komposisi ikan yang digunakan. Dari berbagai jenis kerupuk dan komposisinya, produk tersebut harus memenuhi standar mutu produk kerupuk yang ditetapkan. Selain itu kerupuk harus bebas dari bahan-bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Penilaian tingkat kualitas kerupuk dilakukan oleh para konsumen, tingkat
kualitas
masing-masing
kerupuk
dapat
dilihat
dari
jangkauan
pemasarannya. Berdasarkan jangkauan pemasarannya, kerupuk dibagi menjadi tiga kualitas, yaitu kualitas 3, 2, dan 1. kerupuk dengan kualitas nomor 3 (rendah) hanya dapat dipasarkan di pasar-pasar lokal dan rasanya kurang enak. Kualitas
kerupuk nomor 2 (menengah), harganya tidak terlalu mahal namun citara sanya sudah memenuhi selera masyarakat dalam negeri. Kerupuk dengan kualitas 1 (tinggi) dibuat dari bahan-bahan yang berkualitas, memiliki cita rasa paling enak, dan penampilan yang meyakinkan. Berdasarkan keputusan Menteri Perdagangan no. 303/VIII/83 tanggal 3 Juli 1983 (Suprapti, 2005 : 14) ditetapkan standar kualitas perdagangan kerupuk udang dengan memperhatikan kepentingan pihak konsumen dan pihak produsen. Kerupuk di bagi atas dua kualitas, yaitu kualitas I dan kualitas II, standar mutu yang diukur yaitu kadar air maksimum, kadar protein minimum, kadar abu tidak larut dalam asam maksimum (%), benda asing maksimum, bau, berjamur dan berserangga, zat warna dan tambahan lainnya. Daftar standar mutu kerupuk udang dan ikan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawa ini
Tabel 6. Standar Mutu Kerupuk Udang dan Ikan
STANDAR MUTU No. KARAKTERISTIK 1. Kadar air (%) maksimum 2. Kadar protein (%) minimum 3. Kadar abu tidak larut dalam asam (%) maksimum 4. Benda asing (%) maksimum 5. Bau (mg) Berjamur dan 6. berserangga 7. Zat warna dan bahan tambahan lainnya
I
II
Udang
Ikan
Udang
Ikan
12,0
12,0
12,0
12,0
4,0
5,0
2,0
2,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
Khas Tidak tampak Dicantumkan sesuai yang diizinkan Depkes
Khas Tidak tampak Dicantumkan sesuai yang diizinkan Depkes
Khas Tidak tampak Dicantumkan sesuai yang diizinkan Depkes
Khas Tidak tampak Dicantumkan sesuai yang diizinkan Depkes Sumber: Departemen Perindustrian (2005 : 14)
2.1.2. Konsep Produksi Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang/jasa. Menurut Putong (2008, 149) pengertian produksi menurut ilmu ekonomi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang. Dari pengertian tersebut jelas bahwa kegiatan produksi mempunyai tujuan yang meliputi: 1. Menghasilkan barang atau jasa. 2. Meningkatkan nilai guna barang atau jasa. 3. Meningkatkan kemakmuran masyarakat. 4. Meningkatkan keuntungan. 5. Memperluas lapangan usaha. 6. Menjaga kesinambungan usaha perusahaan. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari kegiatan produksi tentunya manusia berusaha apa yang merupakan kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi secara baik atau mendekati kemakmuran. 2.1.2.1. Faktor Produksi Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga
menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini (Putong, 2008 : 150). Menurut Rahardja dan Manurung (2002, 105). menjelaskan bahwa secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical
resources),
kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources). Faktor produksi sering disebut juga dengan “korbanan produksi”, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi, faktor produksi ini biasa disebut input. Input atau faktor produksi ini jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh produsen, sehingga dalam suatu proses produksi harus mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan factor relationship (Soekartawi, 2003 : 16). 2.1.2.2. Fungsi Produksi Menurut Soekartawi (2003, 17), fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). fungsi produksi mempunyai sifat-sifat seperti utility. Jika input bertambah, output juga meningkat. Tambahan input pertama akan memberikan tambahan output lebih besar dibanding dengan tambahan output yang disebabkan oleh tambahan input berikutnya. Sifat ini disebut Law of Diminishing Returns. Secara grafis, ceteris paribus, fungsi produksi dengan argumen (tenaga kerja) saja diasumsikan bahwa K tetap, Q (L), adalah pada gambar 1.
Q
Q=f(L)
L
Gambar 1. Sifat Fungsi Produksi (Soekartawi, 2002 : 53)
Secara matematis, sifat fungsi naik (jika input bertambah maka output bertambah) diindikasikan dengan turunan pertama Q terhadap L adalah positif. Sedangkan sifat kenaikan yang menurun (menggunakan low of diminishing returns) diindikasikan dengan turunan kedua Q terhadap L negatif. Menurut Sokartawi (2003 : 18), hubungan fisik antara input dan output disebut sebagai fungsi produksi. Penggunaan input (X) akan menambah output (Y) atau produksi. Hubungan fisik antara X dan Y sering disebut dengan istilah factor relationship (FR). FR dapat ditulis sebagai berikut :
Y = f(X1, X2, X3,…., Xn) Berdasarkan persamaan di atas, produsen dapat melakukan tindakan yang mampu meningkatkan produksi dengan cara sebagai berikut : a. menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan; atau b. menambah jumlah beberapa input (lebih dari satu) dari input yang digunakan.
Bila produsen akan melakukan tambahan satu input untuk meningkatkan produksi, maka persamaannya dapat ditulis sebagai berikut : (Y+∆Y) = f(X1+∆X1,│X2,X3,…Xn) ∆X 1= tambahan dari X 1 ∆Y = tambahan Y karena ada pengaruh ∆X1 Persamaan di atas dapat dikatakan bahwa Y dipengaruhi oleh X, atau tambahan X1 (∆X 1) dengan syarat-syarat X 2, X3, …X n
adalah tetap (ceteris
paribus). Selanjutnya bila lebih dari satu input yang ditambahkan, maka persamaannya dapat ditulis sebagai berikut : (Y+∆Y) = f[(X1+ ∆X1), (X2 + ∆X2), (X3+ ∆X3), │….Xn)│ Penjelasan hubungan satu input (X1,atau X 2) dengan satu output, Y, atau Y =f(X). hubungan Y dan X dapat terjadi dalam tiga situasi yaitu : a. bila produk marginal konstan, b. bila produk marginal menurun, dan c. bila produk marginal naik. Tambahan satuan input x yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu satuan output, Y, disebut dengan istilah produk marginal (PM). PM dapat ditulis dengan rumus : PM = ∆Y/ ∆X. Apabila PM konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit input, X, dapat menyebabkan tambahan satu satuan unit output, Y, secara proporsional. Bila terjadi peristiwa tambahan satu satuan unit input, X, menyebabkan satu satuan unit output Y, yang menurun atau decreasing productivity, maka PM akan menurun. Selanjutnya bila penambahan satu satuan unit input, X, yang menyebabkan satu satuan unit output, Y, yang semakin menaik secara tidak proporsional. Peristiwa ini disebut dengan
produktivitas yang menaik atau increasing productivity, dalam keadaan demikian maka PM juga semakin menaik. Mengaitkan produk marginal (PM), produk rata-rata (PR), dan produk total (PT), maka hubungan input dan output akan lebih informatif, artinya dengan cara seperti itu, akan dapat diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga akan diketahui apakah proses produksi yang sedang berjalan dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau sebaliknya. Elastisitas produksi (ep ) adalah prosentase perubahan dari output sebagai akibat dari prosentase perubahan dari input. ep dapat ditulis melalui rumus sebagai berikut :
ep =
p
∆Y ∆X / atau Y X
p
∆Y X , ∆X Y
karena ∆Y/ ∆X adalah PM, maka besarnya ep tergantung dari besar kecilnya PM dari suatu input, misalnya input X. hubungan PM dan PT dapat dilihat Gambar 2 yang menjelaskan bahwa : a. bila PT tetap menaik, maka nila PM positif; b. bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol; c. bila PT sudah mulai menurun, maka nila PM menjadi negatif; dan d. bila PT menaik pada tahap increasing rate, maka PM bertambah pada decreasing rate.
Output (unit) Y
Daerah I e P>1
Daerah II 1>e P > 0
Output PT Daerah III e P<0
PR
Output (unit) Q PM
Gambar 2. Tahapan Proses Produksi (Soekartawi, 2002 : 56)
Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat pada gambar 2. PR PM
didefinisikan sebagai perbandingan antara PT per jumlah input, maka rumus untuk mencari PR adalah sebagai berikut : PR = Y/X. sehingga hubungan PM dan PR dapat dicari, antara lain : a. Bila PM lebih besar dari PR, maka posisi PR masih dalam keadaan menaik. b. Sebaliknya, bila PM lebih kecil dari PR, maka posisi PR dalam keadaan menurun. c. Bila PM sama dengan PR, maka PR dalam keadaan maksimum. Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya ep, maka dapat pula dilihat pada gambar 2, bahwa : a. ep=1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR sama dengan PM-nya. b. Bila PM=0 dalam situasi PR sedang turun, maka ep=0.
c. ep > 1 bila PT menaik pada tahapan ”increasing rate” dan PR juga menaik di daerah I. di daerah ini masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambahkan. d. Nilai 1>ep>0, maka tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa ini terjadi di daerah II, dimana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap menaik pada tahapan ”decreasing rate”. e. Nilai ep < 0 yang berada di daerah III; pada situasi yang demikian PT dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan menurun. f. Situasi ep < 0 maka setiap upaya untuk menambah sejumlah input tetap akan merugikan bagi produsen yang bersangkutan. 2.1.2.3. Model Fungsi Produksi Menurut Soekartawi (2002, 84) fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel; variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan, (Y), dan variabel yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan, (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Kelebihan fungsi Cobb-Douglas yang banyak dipakai dalam penelitian, yaitu : a. penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain, misalnya fungsi kuadratik.
b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. c. Besaran elastisitas sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns to scale. Fungsi Cobb-Douglas selalu mempunyai kelebihan juga mempunyai beberapa kelemahan yang terletak pada permasalahan penduga yang melibatkan kaidah metode kuadrat terkecil. Secara umum kelemahan fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut : a. Spesifikasi variabel keliru. b. Kesalahan pengukuran variabel. c. Bias terhadap variabel manajemen. d. Masalah multikolinieritas yang sulit dihindarkan. e. Data yang dipakai merupakan limitasi yang tidak kalah pentingnya dalam penggunaan fungsi Cobb-Douglas. Misalnya, bila data cross section yang dipakai maka data tersebut harus mempunyai variasi yang cukup. Secara sistematik, fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 2002 : 84) dapat dituliskan seperti persamaan sebagai berikut :
Y = aX 1b1 X b2 2 ...X ibi ...X bnn e u = a ∏ Χ ibi e u
Fungsi Cobb-Douglas tersebut dapat dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka : Y = f(X 1, X2, … Xi,…Xn), Y = variabel yang dijelaskan X = variabel yang menjelaskan a, b = besaran yang akan diduga
u = Kesalahan (disturbance term),dan e = Logaritma notural, e = 2,718. Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas, maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier
berganda dengan melogaritmakan
persamaan tersebut, yaitu : Y = f(X 1, X 2) dan Y = aX 1b1 X 2b 2e u Logaritma dari persamaan di atas adalah : Log Y = log a + b 1 log X 1 + b 2 Log X 2 + v; atau Y * = a * + b1 X 1* = b2* + V * *
Y = Log Y X * = Log X *
V = Log v a* = Log a Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu melogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum seseorang menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Persyaratan ini antara lain : a. tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari bilangan nol adalah satu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinitive); b. perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. Artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan, dan bila diperlukan analisa yang merupakan lebih dari satu
model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slops) model tersebut. c. Tiap variabel X adalah perfect competition. d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklan adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan, u. Ada tiga alasan pokok pentingnya penggunaan Cobb-Douglas yang banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu : a. penyelesaian Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain; b. hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan tingkat besaran return to scale.
2.1.3. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi produksi dilakukan oleh Theresia (2006) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Hasil Produksi Pada Industri Kecil Perajutan (Suatu Kasus Pada Sentra Industri Kecil Rajutan Binong Jati). Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian berada di sentra industri rajutan Binong Jati, dengan jumlah responden sebanyak 38 pemilik usaha. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey explanatory, dan alat analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan variabel bebas yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), teknologi (X3), dan permintaan konsumen (X4) dan variabel terikatnya adalah jumlah hasil
produksi (Y). Yang menjadi isu dalam penelitian ini adalah menurunnya kegiatan produksi yang dapat dilihat dari menurunnya jumlah hasil produksi dari usaha rajutan Binong Jati. Teori yang digunakan adalah teori produksi menurut Cobb-Douglas disertai pendapat dari tokoh ekonomi lainnya. Hasil penelitian yang didapat dari penelitian ini yaitu bahwa secara simultan faktor modal kerja, tenaga kerja, teknologi, dan permintaan konsumen berpengaruh terhadap jumlah produksi. Sedangkan secara parsial yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah produksi yakni hanya permintaan konsumen, .karena kegiatan produksi industri Binong Jati bergantung kepada permintaan dari konsumen (by order). Sedangkan variabel modal, tenaga kerja, dan teknologi tidak berpengaruh.
2.1.4. Kerangka Pemikiran Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu merupakan sentra produksi kerupuk, yang terdiri dari industri kecil rumah tangga dan idustri menengah dan industri besar. Pada perjalanannya industri kerupuk banyak mengalami kendala-kendala produksi yang menyebabkan tingkat produksi tidak stabil, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor baik dari faktor dalam (internal) maupun faktor luar (eksternal). Faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk diantaranya disebabkan faktor alam, yaitu faktor musim, ketika musim hujan pengusaha kerupuk biasanya mengurangi produksi kerupuk hal ini karena proses produksi kerupuk melibatkan sinar matahari untuk proses pengeringan kerupuk, walaupun ada pengeringan yang menggunakan open namun kualitasnya kurang bagus, yaitu kerupuk kurang
mengembang. Faktor lainnya, yaitu pada bulan-bulan tertentu seperti bulan Syawal sehabis lebaran dan ketika sehabis musim panen padi masyarakat biasanya menyenggarakan acara tertentu, permintaan kerupuk akan naik sehingga produksi kerupuk meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk yang diambil dalam studi kasus di Desa Kenanga Kecamatan Sidang Kabupaten Indramayu adalah modal, tenaga kerja, permintaan produk dan harga kerupuk. Hal ini dengan asumsi bahwa faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk, dibandingkan dengan faktor lainnya. Selanjutnya, untuk mengetahui pengaruh
faktor-faktor tersebut secara riil dan terukur dilakukan
analisis melalui analisis fungsi produksi, yaitu analisis Cobb-Douglas, analisis ini akan melibatkan dua variabel yaitu variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X), dimana penyelesaiannya melalui regresi. Bagan sistematika kerangka pemikiran analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk di desa kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat dapat di lihat pada Gambar 3 sebagai berikut :
Pegrajin Kerupuk di Desa Kenanga kecamatan Sindang Indramayu, Jawa Barat
Kerupuk Ikan
PRODUKSI VARIABEL PRODUKSI -
Modal Tenaga kerja Permintaan Produk Harga Kerupuk
FAKTOR LAIN - Alam (musim, matahari) - Bulan tertentu (perayaan)
Analisa Fungsi Produksi (Cobb-Douglas)
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Pada Produksi Kerupuk
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat, pemilihan lokasi dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra produksi kerupuk di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Penelitian di lapangan dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Nopember 2008. waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dari pengusaha kerupuk serta data dari instansi terkait.
3.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif; data primer yaitu data diperoleh dari responden melalui wawancara langsung di lapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi, gambaran umum usaha, jumlah penduduk dan literatur dari instansi yang terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.3. Metode Pengambilan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah para pengrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Berdasarkan data Disperindag Kabupaten Indramayu (Disperindag Kabupaten Indramayu, 2006 : 34) terdapat 38 unit usaha pengrajin kerupuk yang dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu Industri skala Kecil, dan industri skala menengah/sedang. Jumlah industri kecil sebanyak 30 unit usaha, sedangkan industri menengah sebanyak 8 unit usaha, untuk efesiensi waktu dan biaya dalam melakukan penelitian maka diambil sampel/jumlah responden untuk pengrajin skala kecil berdasarkan persentase, yaitu 50 persen dari 30 pegrajin kerupuk, sehingga didapat sampel sebanyak 15 repondendan sedangkan responden untuk pengrajin skala sedang karena jumlah pengrajin hanya delapan orang maka pengambilan reponden secara sensus, yaitu seluruh pengrajin kerupuk skala sedang.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif. analisis fungsi Cobb-Douglas dan menggunakan model regresi berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi kerupuk. Data yang ada dijelaskan dengan melakukan beberapa tahap, yaitu tahap transfer data, editing data, pengolahan dan tahap penyusunan dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dibaca dan dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu software Microsoft Excel 2003 dan SPSS for windows versi 12. Setelah diperoleh nilai-nilai dari pengolahan data kemudian tahap terakhir melakukan interpretasi hasil pengolahan data yang ada.
2
3.4.1. Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dinyatakan oleh hubungan Y dan X yang sudah ditransformasikan ke dalam bentuk linier yaitu sebagai berikut :
LnY = ln b0 + b1 ln X 1 + b2 ln X 2 + b3 ln X 4 + b4 ln X 4 + u Keterangan : Y
= Produksi Kerupuk (Kg/bulan),
a0
= Intercept,
x1
= Modal (Rp/bulan)
x2
= Tenaga Kerja (Orang/bulan)
x3
= Harga Kerupuk (Rp/Kg)
x4
= Permintaan Kerupuk (Kg/bln)
b0
= Konstanta,
b1
= koefesien regresi Modal
b2
= koefesien regresi Tenaga Kerja
b3
= koefesien regresi Harga Kerupuk
b4
= Koefesien regresi Permintaan Kerupuk
u
= kesalahan/penyimpangan penduga Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat
dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung, F-hitung dan koefisien determinan (R 2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas (X n) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y). pengujian secara statistik adalah sebagai berikut :
3
1. Uji Determinan (R 2) Nilai koefisien determinan (R 2) digunakan untuk melihat sejauhmana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh para meter bebas terhadap parameter tidak bebas. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut : R2 =
jumlah Kuadrat Re gresi ( JKR) Jumlah Kuadrat Total ( JKT )
Keterangan : JKR JKT R
2
= Jumlah kuadrat regresi = Jumlah kuadrat total = Koefisien determinasi
2. Uji t hitung Hipotesis : H o : βn = 0 H1 : β n ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik-t : t-hitung =
bi − Sbi
i
t-tabel = t α/2(n-p) keterangan : bi
= koefisien regresi ke-i
Sbi
= standar deviasi koefisien regresi ke-i
Bi
= parameter ke-i yang dihipotesiskan n = banyaknya pasangan data
p
= jumlah parameter regresi
4
kriteria uji : t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak Ho t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H o Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau faktorfaktor produksi (X i) berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output (Y). Sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka parameter yang diuji (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas (Y).
Wilayah Penolakan H0
Wilayah Penolakan H0 H0 diterima
α
α - t-tabel
+ t-tabel
Gambar 4. Daerah Diterima dan Ditolak H0
3. Uji F-hitung Nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas atau apakah model penduga yang digunakan sudah layak untuk menduga parameter dalam fungsi produksi. Pengujian terhadap model penduga dapat dilihat sebagai berikut :
5
Hipotesis : H o : β1 = β 2 = …= β
(k-1) =
0
H1 : paling tidak ada 1 βi ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu : F-hitung =
R 2 /(k − 1) (1 − R 2 ) /(n − k )
Dimana
:
2
R = Koefisien determinan k = jumlah variabel termasuk intersep n = jumlah pengamatan Kriteria uji : F-hitung < F tabel (k-1, n - k), maka terima Ho F-hitung > F tabel (k-1, n - k), maka tolak H o Apabila F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka secara bersama-sama parameter bebas dalam produksi (X i) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap hasil produksi. Sebaliknya, jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel, maka secara bersama-sama parameter bebas tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi.
3.5. Definisi Operasional Definisi operasional digunakan untuk menghindari kesalahan pengertian dan untuk menyamakan persepsi mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian skripsi ini, adapun istilah-istilah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Usaha adalah suatu unit ekonomi yang melakukan aktivitas dengan tujuan menghasilkan barang/jasa untuk dijual atau ditukarkann dengan barang
6
lain dan ada seseorang yang bertanggungjawab dan punya kewenangan untuk mengelola usaha tersebut. 2. Pengrajin/pengusaha kerupuk adalah pelaku usaha yang memiliki usaha pembuatan kerupuk. 3. Pekerjaan/kegiatan utama responden adalah pekerjaan responden yang mempunyai nilai pendapatan paling besar diantara beberapa jenis kegiatan dalam suatu usaha. 4. Lama menjadi pengusaha kerupuk adalah pengalaman responden sebagai pengusaha kerupuk. 5. Proses produksi adalah proses yang diperlukan untuk mengubah faktor input menjadi output berupa kerupuk. 6. Skala usaha kerupuk adalah ukuran yang menentukan besar kecilnya suatu usaha industri kerupuk yang ditentukan oleh jumlah pekerja yang terlibat dalam proses pengolahan/produksi. 7. Skala usaha kecil yaitu perusahaan/usaha industri pengolahan yang memunyai pekerja 5 – 19 orang 8. Skala usaha sedang yaitu perusahaan/usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 20-99 orang. 9. Modal (X1) adalah harta yang dimiliki untuk digunakan dalam suatu proses produksi (sebagai suatu usaha ekonomi) sehingga diharapkan bisa menghasilkan pendapatan. 10. Tenaga kerja/pekerja (X2) adalah semua orang yang terlibat secara langsung dalam pekerjaan/kegiatan di perusahaan/usaha. 11. Permintaan Kerupuk (X3) adalah banyaknya permintaan kerupuk pada produsen pada bulan dilakukannya penelitian 12. Harga kerupuk (X4) yaitu harga kerupuk yang ditetapkan oleh produsen kerupuk.
7
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis dan Demografis Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat
Desa Kenanga adalah salah satu desa di Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat, Berdasarkan Data Statistik Kabupaten Indramayu (Indramayu dalam angka, 2007 : 23) Luas wilayah desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu yaitu 252.178 Ha dengan penggunaan untuk industri seluas 5135 Ha, pasar desa luas 0,175 Ha, tanah wakaf 0,689 Ha, tanah sawah seluas 66,178 Ha, tanah kering seluas 27,715 Ha. Lainnya yaitu untuk jalan, irigasi, pekuburan dan lain sebagainya. Dengan batas wilayah sebelah utara desa Bojongsari, sebelah timur desa Pekandangan, sebelah selatan desa Kandanganjaya dan sebelah barat desa Penyindangan Wetan. Orbitrasi/Jarak dari pusat pemerintahan Desa Kenanga dengan pusat pemerintahan kecamatan yaitu 4 km, jarak dari pusat pemerintahan kota Adminisrasi yaitu 4,25 km, jarak dari pusat pemerintahan kabupaten 4,25 km, jarak dari pusat pemerintahan propinsi 297 km dan jarak dari pusat pemerintahan ibu kota negara 217 km. Desa Kenanga dilihat dari letak geografisnya terletak pada 107 0 52 ’ – 108 0 36’ Bujur Timur dan 6 0 15’ – 6 0 40’ Lintang Selatan. Sedangkan berdasarkan tofografniya merupakan dataran rendah atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0-2 %. Ketinggian dari permukaan laut 2,50 m banyaknya
curah hujan 2000 mm/th dengan suhu
udara rata-rata 34 0C (BPS Kabupaten
Indramayu, 2007 : 22). Jumlah penduduk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu berdasarkan Jenis kelamin yaitu sebanyak 5.452 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 2.713 orang dan Jumlah perempuan 2.739 orang, sedangkan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.462 kepala keluarga dengan kewarganegaraan seluruhnya WNI. Laju pertumbuhan penduduk untuk kabupaten Indramayu pada tahun 2007 sebesar 0,51 %.
4.2. Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Kenanga terdiri dari 25 RT dan 8 RW dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Kenanga ditandai dengan lembaga dan fasilitasfasilitas yang ada. Berdasarkan data monografi desa Kenanga (Monografi Desa Kenanga, 2008 : 4), yaitu jumlah sarana peribadatan berupa masjid berjumlah 3 dan 11 buah musholla,
poliklinik/balai
pelayanan
masyarakat/Puskesmas
berjumlah 1 buah, sedangkan untuk fasilitas dan sarana pendidikan yaitu terdapat 2 gedung untuk kelompok bermain, dan 1 gedung TK dan terdapat 3 gedung SD. Dari segi sosial budaya, desa Sindang termasuk desa yang tingkat homogenitasnya tinggi, baik dilihat dari suku, etnis maupun agama, agama islam merupakan satu-satunya agama yang dianut penduduk desa Kenanga, suku dan etnis yang ada merupakan suku dan etnis pribumi atau lokal, sedangkan mata pencaharian penduduk desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu beragam pada berbagai bidang yaitu pedagang sebanyak 175 orang, buruh tani sebanyak 143, tani tambak sebanyak 80 orang, tani sawah sebanyak 71 orang,
pertukangan sebanyak 62 orang, PNS sebanyak 28 orang, pengrajin kerupuk 38 orang, jasa sebanyak 17 orang, ABRI/Polisi sebanyak 15 orang dan lain-lain sebanyak 33 orang, data Tabel mata pencaharian penduduk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Jawa Barat dapat dilihat pada
Lampiran 5. Pendidikan penduduk desa Sindang Kecamatan Kabupaten Indramayu beranekaragam, baik pendidikan umum/formal maupun non-formal/khusus. Pendidikan umum/formal penduduk desa Kenanga kecamatan Sidang kabupaten Indramayu mayoritas lulusan SD/MI yaitu sebanyak 630 orang, disusul lulusan SMP/MTs sebanyak 472 orang, lulusan SMA/MA sebanyak 377 orang, Akademi (D1-D3) sebanyak 20 orang, sarjana sebanyak 36 orang, sedangkan pendidikan non-formal/khusus yaitu pendidikan melalui pondok pesantren dan madrasah diniyah masing-masing sebanyak 17 orang dan 85 orang, data Tabel pendidikan penduduk desa kenanga kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.3. Proses Produksi Kerupuk Proses produksi kerupuk di desa Kenanga
Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu berdasarkan pengamatan dilapangan secara umum dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pengolahan dan tahap finishing/pengemasan.
4.3.1. Tahap persiapan Tahap persiapan untuk membuat kerupuk yaitu persiapan bahan baku, baik berupa ikan, udang, bawang, atau jengkol tergantung jenis kerupuk yang dibuat. Dalam proses ini sebagai contoh adalah proses pembuatan kerupuk ikan. Pada tahap pertama, ikan dicuci dan dibersihkan isi perutnya kemudian daging ikan dipisahkan dari kulit,
kepala, ekor
dan tulangnya
dengan
menggunakan pisau, daging ikan dikumpulkan dalam baskom, digiling dalam mesin penggiling daging, kemuidan ditimbang untuk disesuaikan dengan komposisi pada adonan pembuatan kerupuk, begitu juga dengan tepung tapioka dan bahan penunjang lainnya ditimbang berdasakan komposisi. Komposisi dari satu adonan kerupuk yang dicampur dalam mixer dapat dilihat pada Lampiran 12, komposisi terbanyak dari adonan adalah tapioka sebanyak 40 kg. Daging ikan yang dibutuhkan untuk setipa adonan adalah 15 kg, bahan yang paling sedikit digunakan adalah MSG yaitu sebanyak 50 gram
4.3.2. Tahap Pengolahan 1. Adonan Tahap membuat adonan, pembuatan adonan dilakukan dengan mesin pencampur/mixer.adonan dicampur dalam mesin pencampur dalam waktu 10 menit tiap adonannya. Mesin pencampur digerakkan dengan tenaga listrik, setelah dicampur dengan mesin, adonan diaduk menggunakan tangan agar adonan tercampur lebih merata. Setelah merata adonan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian dengan menggunakan tangan. Bagian-bagian tersebut dimasukkan ke dalam cetakan/mal. Cetakan tersebut dari besi, cetakan berbentuk setengah elips
dengan diameter tertentu. Terdapat dua jenis cetakan yaitu cetakan dengan lingkaran besar dan lingkaran kecil. Setelah dicetak adonan berbentuk bulat panjang atau tabung/bongko. Setelah dicetak adonan disusun ke dalam rak yang terbuat dari stainess steel disiapkan untuk dikukus. 2. Pengukusan Pegukusan dilakukan dengan menggunakan tungku ketel uap/boiler dengan menggunakan bahan bakar kayu. Tempat pengukusan berbentuk seperti lemari besar, dapat memuat kurang lebih 8 buah rak. Pengukusan kurang lebih 90 menit. Setelah pengukusan selesai maka bongko-bongko yang sudah matang ditiriskan dan dinginkan di atas rak bambu /gebrek. Bongko-bongko ini didinginkan dalam waktu 12 jam hingga bongko tersebut mengeras. 3. Pemotongan/pengirisan Pemotongan atau pengirisan dilakukan pada dini hari sekitar pukul 02.00 WIB hingga pagi sekitar pukul 08.00 WIB, tetapi bisa terjadi perubahan tergantung banyaknya bongko yang akan diiris. Pemilihan waktu dini hari dilakukan agar bongko yang telah diiris bisa langsung dijemur pada pagi sampai siang harinya, kepingan kerupuk basah hasil pengirisan bongko diletakkan di atas tampah. Pengirisan bongko dilakukan dengan menggunakan ham slicer, setiap satu ham slicer dikendalikan oleh satu orang operator. Operator ham slicer sudah terlatih menggunakannya, jika tidak terlatih maka akan diperoleh hasil irisan yang tidak rata. Bagi perusahaan kecil biasanya masih menggunakan alat pemotong manual, yaitu pisau.
4. Penjemuran Penjemuran dibedakan menjadi dua yaitu penjemuran dengan sinar matahari dan penjemuran dengan menggunakan oven. Biasanya penjemuran dilakukan di bawah sinar matahari langsung, penjemuran dengan oven dlakukan hanya jika terjadi pesanan yang melebihi kapasitas atau pada waktu cuaca kurang mendukung seperti terjadi hujan. Penjemuran dilakukan dengan menyusun kepingan-kepingan kerupuk di atas tampah, kemudian tampah diletakkan di tanah lapang selama 12 jam, jika kondisi sinar matahari kurang terik maka dilanjutkan pada esok harinya. Jika terjadi hujan maka pengeringan dilakukan dengan oven, tatapi penggunaan oven ini diminimalisisr karena hasil penjemuran dengan oven hasil kualitas kurupuk kurang baik, yaitu kerupuk tidak mengembang dengan sempurna ketika digoreng.
4.3.3. Pengemasan Kerupuk yang sudah kering disortir oleh pekerja bagian pengemasan, kerupuk yang kualitasnya baik tidak terdapat banyak lubang dan bentuknya baik yaitu tidak pecah atau remuk. Selanjutnya kerupuk dikemas di dalam plastik ukuran 250 g dan 200 g yang sudah diberi label dengan nama merek, komposisi, dan alamat, kemudian ditimbang. Kerupuk yang sudah ditimbang, disegel dengan menggunakan mesin segel/sealer dengan panas. Setelah disegel kemudian dikemas lagi dengan plastik yang berukuran 5 kg dan 4 kg, sebagian ada yang dikemas lagi dengan karung, ada juga dengan kertas karton/dus biasanya tergantung permintaan pemesan.
Ikan Pencucian dan pengeluaran isi perut, pemisahan kulit dan kepala kemudian dihaluskan
Bubur Ikan Siap Pakai
Gula, garam, MSG
Telur ayam
Tepung Tapioka
Dicampur hingga merata
(mengembang)
Dicampur hingga merata Pencetakan Bentuk
Pengukusan Adonan Pendinginan/ditiriskan hingga mengeras Pemotongan Penjemuran Sortiasi dan Pengemasan
Gambar 5. Alur Proses Produksi Kerupuk
± 12 jam
4.4. Kategori Industri Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kananga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat
Penggolongan skala industri di Indonesia beragam, ada beberapa Badan dan atau Lembaga yang mendefinisikan industri/perusahaan berdasarkan berbagai kriteria, yaitu berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2005 : 4), bahwa industri dikategorikan ke dalam empat golongan yaitu yang pertama, industri kecil, industri yang mempunyai pekerja 5 – 19 orang termasuk pengusaha; kedua, industri kerajinan rumah tangga, yaitu industri yang mempunyai pekerja 1 – 4 orang; ketiga industri sedang adalah perusahaan/usaha industri yang mempunyai pekerja 20 - 99 orang, dan keempat industri besar, yaitu industri yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih. Pemerintah mendefinisikan penggolongan perusahaan/usaha sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 yaitu, usaha mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 300 juta rupiah. Kriteria Usaha kecil yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta rupiah sampai paling banyak dua miliar lima ratus juta rupiah. Kriteria Usaha menengah yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari 500 juta rupiah sampai dengan paling banyak sepuluh millar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari dua millar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak 50 miliar rupiah.
Bank Indonesia mendefinisikan industri/perusahaan berdasarkan dua pola, yaitu omset, aset dan badan hukum; industri mikro yaitu usaha yang dilakukan oleh orang miskin atau hampir miskin, milik keluarga, sumber daya lokal dan teknologi sederhana, lapangan usaha mudah dimasuki dan mudah keluar; industri skala kecil beraset kurang dari atau sama dengan 200 juta di luar tanah dan bangunan dengan omset satu miliar, industri skala sedang/menengah yaitu perusahaan/industri yang beromset 3 miliar dengan aset 5 miliar untuk industri manufaktur di luar tanah dan bangunan, dan aset industri non manufaktur hingga 600 juta di luar tanah dan bangunan, sedangkan kategori perusahaan berdasarkan nilai kredit yang diterima dapat digolongkan sebagai berikut, yaitu perusahaan mikro, perusahaan yang menerima kredit kurang atau sama dengan 50 juta, perusahaan kecil yaitu perusahaan yang menerima kredit 50 juta hingga 500 juta; industri sedang yaitu industri yang menerima kredit 500 juta hingga 5 miliar. 4.4.1. Industri Kerupuk Skala Sedang Berdasarkan kriteria penggolongan usaha yang telah dijelaskan di atas, terdapat delapan pengrajin kerupuk di Desa Kananga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang tergolong kriteria menengah/sedang, hal tersebut ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam produksi kerupuk dan berdasarkan undang-undang no. 20 tahun 2008 (Lampiran 4 ). 4.4.2. Industri Kerupuk Skala Kecil Pengrajin kerupuk di Desa Kananga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramyau, Jawa Barat yang termasuk dalam kategori skala kecil berjumlah 30 pengrajin, hal ini berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dan UndangUndang Pemerintah No. 20 Tahun 2008 (Lampiran 4).
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Pengrajin Kerupuk
Pengrajin kerupuk secara umum dapat diketahui dengan karakteristik. Karakteristik
yang dimiliki
oleh
setiap
pengrajin
dapat mempengaruhi
aktivitasnya sebagai pengrajin kerupuk. Karakteristik tersebut adalah pekerjaan utama dan sampingan, usia, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama menjadi pengrajin kerupuk (pengalaman), jenis kerupuk yang diproduksi, alasan memproduksi kerupuk, keahlian membuat kerupuk.
5.1.1.Pekerjaan Utama dan Sampingan Pekerjaan/kegiatan utama pengrajin kerupuk di desa Kenanga kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat adalah kegiatan yang mempunyai nilai pendapatan paling besar diantara jenis kegiatan dalam suatu usaha. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini
Tabel 7. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Pekerjaan Utama dan Sampingan
Jenis Pekerjaan Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan Jumlah
Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Skala Kecil Jumlah % Jumlah % 8 100% 15 100 % 2 25 % 5 33,33% 8 100% 15 100%
Data pada Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa kegiatan utama pengrajin kerupuk adalah usaha kerupuk (100,00%), pada pengrajin kerupuk skala sedang mayoritas tidak mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebesar 75 persen. Sedangkan untuk pengrajin dalam skala kecil hanya 33,33 persen yang mempunyai pekerjaan sampingan, selebihnya menjadi pengrajin kerupuk sebagai kegiatan utamanya.
5.1.2.Umur Pengrajin Kerupuk Umur pengrajin kerupuk skala sedang mayoritas berusia diantara 46 – 50 tahun, sedangkan pengsaha kerupuk skala kecil rata- rata berusia 36 – 40 tahun. Sebaran respnden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Karakteristik Pengrajin Berdasarkan Umur Pengrajin Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Jumlah Orang % 0 0.00% 31 – 35 0 0.00% 36 – 40 3 37.50% 41 – 45 5 62.50% 46 – 50 0 0.00% >50 8 100% Jumlah Umur
Pengrajin Kerupuk Skala Kecil Jumlah Orang % 3 20.00% 12 80.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 15 100%
Responden pengrajin kerupuk dalam skala sedang mempunyai umur 46 – 50 tahun sebesar 62,50 persen atau berjumlah lima orang dari delapan orang responden, kemudian diikuti oleh umur antara 41 – 45 tahun dengan jumlah tiga orang. Reponden pengrajin kerupuk dalam skala kecil paling banyak berumur antara 36 - 40 tahun dengan persentase 80 %, diikuti oleh tingkat umur antara 31 –
35 tahun dengan persentase 20 persen. Data Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa pengrajin skala sedang usianya relatif lebih tua dibandingkan dengan skala kecil.
5.1.3.Tingkat Pendidikan Pengrajin Kerupuk Tingkat pendidikan Pengrajin Kerupuk di desa Kenangan Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu mayoritas menyelesaikan pendidikannya samapai Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 75,00 persen atau 6 orang dari delapan responden, selebihnya lulusan SMP dan SMU masing-masing sebesar 12,50 persen atau satu orang untuk pengrajin skala sedang, sedangkan untuk pengrajin skala kecil sebesar 60 persen yang menyelesaikan Sekolah Dasar (SD), diikuti lulusan SMP sebesar 33,33 persen dan lulusan SMU 6,67 persen. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan pengrajin kerupuk dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk Pendidikan Skala Sedang Skala Kecil Jumlah Orang % Jumlah Orang % 6 75.00% 9 60.00% SD 1 12.50% 5 33.33% SMP 1 12.50% 1 6.67% SMU 8 100.00% 15 100.00% Jumlah
Berdasarkan Tabel 9 di atas menggambarkan bahwa pendidikan pengrajin kerupuk baik dalam skala sedang maupun kecil mayoritas menyelesaikan Sekola h Dasar, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap skala usaha kerupuk.
5.1.4. Jumlah Anggota Keluarga Pengrajin Kerupuk Responden pengrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat mempunyai status sudah menikah semuanya. Jumlah keluarga yang dimiliki oleh pengrajin kerupuk rata-rata lima orang yang terdiri dari dua orang tua dan mempunyai anak berjumlah tiga orang. Jumlah keluarga
yang dimiliki
mempengaruhi
tingkat
pengeluaran
yang
harus
dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari dan umur anak mempengaruhi proses produksi yang berkaitan dengan tenaga kerja. Sebaran responden berdasarkan jumlah keluarga dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jumlah Anggota Kelurga
Jumlah Keluarga
2–4 5–7 8 – 10 Jumlah
Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Jumlah Orang % 1 12.50% 5 62.50% 2 25.00% 8 100.00%
Pengrajin Kerupuk Skala Kecil Jumlah Orang % 7 46.67% 8 53.33% 0 0.00% 15 100.00%
Data Tabel 10 di atas menggambarkan bahwa paling banyak jumlah keluarga pengrajin kerupuk skala sedang mempunyai antara 5 -7 anggota keluarga sebesar 62,50 persen, kemudian diikuti jumlah anggota keluarga antara 8 – 10 sebesar 25,00 persen dan 2 – 4 sebesar 12,50 persen. Jumlah anggota keluarga pengrajin kecil paling banyak berjumlah antara 5 – 7 orang dengan persentase sebesar 53,33 persen atau delapan dari 15 orang responden, diikuti 2 – 4 orang sebesar 46, 67 persen atau tujuh orang. Berarti jumlah anggota keluarga yang dimiiki antara pengrajin kerupuk sekala sedang dan skla kecil relatif sama.
5.1.5.Lama Menjadi Pengrajin Kerupuk Pengalaman pengrajin menjadi pengrajin kerupuk sangat diperlukan untuk bisa belajar dan mengembangkan produk lebih baik, biasanya berkaiatan dengan lama bergerak dalam usaha tersebut (BPS, 2005:13). Secara umum pengrajin kerupuk mendapatkan ilmunya dari keluarga dan kerabat. Hal ini terjadi karena adanya budaya pembuatan kerupuk turun temurun serta membekali keluarganya atau anaknya dengan keterampilan tersebut. Sehingga perusahaan kerupuk yang ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ratarata masih ada ikatan keluarga. Sebaran responden berdasarkan lamanya menjadi pengrajin kerupuk dapat dlihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Lama Menjadi Pengrajin Kerupuk Lama (Tahun)
1–5 6 – 10 11 – 15 16 – 20 > 20 Jumlah
Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Skala Kecil Jumlah Orang % Jumlah Orang % 0 0% 10 67% 0 0% 5 33% 5 63% 0 0% 3 38% 0 0% 0 0% 0 0% 8 100% 15 100%
Berdasarkan data Tabel 11 di atas, pengrajin dalam skala sedang rata-rata sudah 11 - 15 tahun menjadi pengrajin kerupuk, yaitu sebesar 63 persen atau lima orang dari delapan pengrajin kerupuk, kemudian diikuti dengan lama antara 16 – 20 tahun sebesar 38 persen atau tiga pengrajin kerupuk. Sedangkan pengrajin kerupuk dalam skala kecil sebesar 67 persen. Hal ini berarti pengrajin kerupuk
skala sedang relatif lebih lama menjadi pengrajin kerupuk dibandingkan dengan pengrajin kerupuk skala kecil.
5.1.6.Jenis Kerupuk yang Diproduksi Pengrajin kerupuk di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat memproduksi beranaka ragam jenis kerupuk biasanya sesuai dengan
pemesanan
konsumen,
menspesialisasikan diri pada
namun pengrajin
mayoritas
lebih
produksi kerupuk ikan, jengkol dan bawang.
Sebaran responden berdasarkan jenis kerupuk yang diproduksi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jenis Kerupuk yang diproduksi
Jenis Kerupuk yang diproduksi Ikan, Udang, Jengkol, Bawang Udang, Ikan, Bawang Udang, ikan, bawang, stik/kancing Jumlah
Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Jumlah % 6 62.50% 2 25.00%
Pengrajin Kerupuk Skala Kecil Jumlah % 86.67% 13 13.33% 2
1
12.50%
0
0%
8
100%
15
100%
Berdasarkan data pada Tabel 12 di atas, Responden pengrajin kerupuk dalam skala sedang mayoritas memproduksi kerupuk udang, ikan, jengkol dan bawang, begitu pula dengan pengrajin kerupuk dalam skala kecil mayoritas memproduksi kerupuk udang, kerpuk ikan, kerupuk jengkol dan kerupuk bawang.
5.1.7.Alasan Menjadi Pengrajin Kerupuk Setiap pengrajin yang memulai atau menjalankan usahanya mempunyai latar belakang yang memotivasinya untuk menjalankan usahanya tersebut, sehingga usaha tersebut tetap eksis berproduksi. Motivasi atau faktor pendorong pengrajin Kerupuk di desa Kenanga kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu dalam usaha pembuatan kerupuk rata-rata mempunyai alasan bahwa usaha kerupuk merupakan usaha yang lebih menguntungkan, diikuti dengan alasan bahwa usaha kerupuk untuk meneruskan usaha yang telah dirintas orang tua mereka, sedangkan selebihnya menyatakan karena bahan mudah didapat di masyarakat sekitar. Sebaran responden berdasarkan alasan memproduksi kerupuk dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini.
Tabel 13. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Alasan Memproduksi Kerupuk
Alasan Menguntungkan Melanjutkan Usaha Orang Tua Bahan Mudah didapat Jumlah
Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Jumlah % 4 50.00% 2 25.00% 2 25.00% 8 100.00%
Pengrajin Kerupuk Skala Kecil Jumlah % 7 46.67% 5 33.33% 3 20.00% 15 100.00%
Berdasarkan Tabel 13 di atas, sebagian besar pengrajin menyatakan alasan menjalankan usaha kerupuk adalah bahwa usaha kerupuk ini lebih menguntungkan, hal ini menunjukkan bahwa alasan pengrajin dalam menjalankan usahanya
merupakan
menguntungkan.
alasan
rasional,
semata-mata
karena
usaha
yang
5.1.8.Keahlian Membuat Kerupuk Keahlian membuat kerupuk pengrajin kerupuk di desa Kenanga kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu untuk pengrajin kerupuk dalam skala sedang rata-rata keahlian membuat kerupuk diperoleh dari pengalaman hidup dan keluarga sedangkan pengrajin kerupuk dalam skala kecil rata-rata keahlian membuat kerupuk didapat dari keluarga mereka. Sebaran reponden berdasarkan keahlian membuat kerupuk dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Karaktersitik Responden Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Asal Memperoleh Keahlian Membuat Kerupuk Pengrajin Kerupuk skala sedang Jumlah % 3 37.50% Pengalaman Hidup 5 62,50% Keluarga 8 100.00% Jumlah Keahlian
Pengrajin Kerupuk skala Kecil Jumlah % 4 26.67% 11 73.33% 15 100.00%
Berdasarkan Tabel 14 di atas, pengrajin kerupuk di Desa Kenanga baik pengrajin skala sedang, maupun skala kecil keahlian membut kerupuk mereka berasal dari pihak keluarga.
5.1.9.Persaingan dan Bentuk Persaingan Usaha Kerupuk Umumnya dalam dunia usaha terdapat persaingan usaha, begitupun didalam usaha produksi kerupuk yang ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang kabupaten Indramayu, berdasarkan responden pengrajin kerupuk menyatakan bahwa persaingan dalam usaha kerupuk itu terjadi.
Bentuk persaingan usaha para pengrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat beragam dari segi kualitas, harga, kuantitas jenis kerupuk dan profesionalisme. Pengrajin kerupuk memadukan pendekatan dalam menjalankan strategi persaingan. Jenis atau bentuk persaingan pengrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang kabupaten Indramayu terangkum dalam Tabel 15 di bawah ini
Tabel 15. Bentuk Persaingan Pengrajin Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu – Jawa Barat
Bentuk Persaingan Produksi Kerupuk
Kualitas Kualitas dan harga Kualitas, kuantitas, harga Kualitas, jenis kerupuk Kualitas, jenis, harga Kualitas dan professional Kualitas, kuantitas Jumlah
Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Skala Kecil Jumlah Jumlah % % 2 25.00% 7 46.67% 1 12.50% 6 40.00% 1 12.50% 0 0.00% 1 12.50% 0 0.00% 1 12.50% 0 0.00% 1 12.50% 0 0.00% 1 12.50% 2 13.33% 8 100.00% 15 100.00%
5.1.10. Diversifikasi dan Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk Kerupuk yang diproduksi di desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu
beranekaragam,
biasanya
berdasarkan
permintaan
konsumen atau pasar yang ada. Hal ini karena peralatan yang dibutuhkan untuk membuat kerupuk jenis apapun relatif sama. Ide Diversifikasi produk kerupuk yang beranekaragam sesuai dengan permintaan pasar/konsumen akan berimplikasi pada kuantitas produksi kerupuk meningkat, karena pada dasarnya bahan-bahan yang dibutuhkan relatif sama untuk membuat jenis kerupuk yang berbeda-beda,
yaitu tepung tapioka, telur, dan cita rasa sesuai dengan yang diinginkan. Untuk kerupuk tertentu biasanya berdasarkan permintaan dari konsumen sehingga produksinya pun terbatas. Pengrajin kerupuk dalam skala sedang seluruhnya menyatakan bahwa pengembangan produk itu ada dan keharusan untuk bisa eksis dan meningkatkan omset penjualan kerupuk mereka, begitupun dengan pengrajin kerupuk dalam skala kecil mayoritas menyatakan bahwa pengembangkan produk kerupuk itu dibutuhkan untuk menjaga produktivitas usaha mereka yaitu sebanyak 11 orang atau sebesar 73,33 persen, sedangkan sebagian kecil menyatakan sudah cukup dengan jenis kerupuk yang diproduksi sekarang yaitu sebesar 26,67 persen atau empat orang dari 15 orang pengrajin kerupuk dalam skala kecil. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini
Tabel 16. Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat
Diversifikasi Produk
Ada Diversifikasi Tidak Ada Diversifikasi Jumlah
Pengrajin Kerupuk Skala sedang Jumlah % 8 100.00% 0 0.00% 8 100.00%
Pengrajin Kerupuk Skala Kecil Jumlah % 11 73.33% 4 26.67% 15 100.00%
Ide diversifikasi produk kerupuk pada pengrajin kerupuk di desa Kenanga kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu didapat dari konsumen yang memesan langsung ke pengrajin, dari daerah lain yang memproduksi kerupuk seperti Sidoarjo karena dari Sidoarjo sering memesan kerupuk tertentu dari desa Kenanga juga dari pasar yang ada sebagai referensi jenis kerupuk yang diminati pasar.
Pengrajin kerupuk dalam skala sedang sebagian besar sumber ide diversifikasi dari konsumen yaitu sebesar 50,00 persen atau empat dari delapan pengrajin kerupuk, selebihnya bersal dari Sidoarjo dan sumber-sumber lain (buku, majalah, koran dan media lain), yaitu masing-masing sebesar 25,00 persen. Pengrajin kerupuk dalam skala kecil mayoritas sumber ide diversifikasi produk kerupuk berasal dari konsumen yaitu sebesar 91,67 persen atau 11 pengrajin dari 12 pengrajin kerupuk yang menyatakan ada pengembangan selebihnya dari Sidaorjo yaitu sebesar 8,33 persen. Data mengenai sumber ide diversifikasi produk kerupuk dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini
Tabel 17. Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu – Jawa Barat
Sumber Ide Diversifikasi
Konsumen Sidoarjo Sumber lain Jumlah
Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Jumlah % 4 50.00% 2 25.00% 2 25.00% 8 100.00%
Pengrajin Kerupuk skala Kecil Jumlah % 11 91.67% 1 8.33% 0 0.00% 12 100.00%
Berdasarkan data Tabel 17 di atas, pengrajin kerupuk skala sedang dan skala kecil sumber ide diversifikasi bersumber dari konsumen hal ini berarti produk kerupuk yang diproduksi merupakan produk kerupuk yang berdasarkan referensi konsumen.
5.2. Faktor-Faktor Produksi Kerupuk Ikan 5.2.1. Modal Pada perusahaan pembuatan kerupuk modal yang dikeluarkan bisa dibedakan menjadi dua, yaitu modal/biaya tetap dan biaya tidak tetap, biaya tetap berkaitan dengan peralatan dan fasilitas produksi/investasi sedangkan biaya tidak tetap, yaitu biaya
berkaitan dengan kapasitas produksi dan biaya operasional
produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk produksi kerupuk yaitu meliputi fasilitas bangunan, tempat penjemuran, mesin dan alat-alat yang digunakan untuk proses produksi kerupuk, dalam analisis faktor produksi biaya tetap yang dihitung adalah nilai depresiasi dari fasilitas produksi, mesin, dan alat-alat produksi lainnya yang bersifat tetap. Daftar fasilitas dan mesin, alat-alat sebagai biaya tetap yang digunakan dalam produksi kerupuk dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini : Tabel 18. Daftar Fasilitas, Mesin dan Alat-Alat sebagai Biaya Tetap yang Digunakan dalam Produksi Kerupuk Ikan No. 1. 2. 3. 4.
5.
Nama Peralatan/Fasilitas Bangunan/Tempat Produksi Lahan/tempat penjemuran Gudang penyimpanan Peralatan Kantor Lemari
Kegunaan Tempat proses produksi Untuk menjemur kerupuk Untuk menyimpan kerupuk yang sudah dikemas Tempat berkas-berkas jual beli dan lain sebagainya
Kalkulator Meja Kursi
Untuk kalkulasi Tempat administrasi
Peralatan Kerja - Mesin aduk/molen - Boiler/ketel uap - Oven - Mesin potong - Mesin giling ikan - Alat cetak adonan
Mengaduk, mencampur adonan kerupuk Mengukus adonan yang sudah jadi Mengeringkan kerupuk yang sudah dipotong Untuk membuat kepingan-kepingan kerupuk Untuk menghancurkan ikan Mencetak adonan dalam bentuk bongko, mall
Membuat pecah-pecahan es untuk mendinginkan ikan Alat pengukus adonan yang sudah berbentuk - Rak Stainless bongko Alat untuk mentiriskan/pengeringan adonan - Rak bambu setelah dikukus - Timbangan kecil Untuk menimbang kerupuk dalam kemasan - Timbangan besar Untuk menimbang bahan-bahan untuk komposisi - Timbangan gantung Untuk menimbang bahan-bahan untuk komposisi Alat untuk mentiriskan/pengeringan adonan - Gebreg setelah dikukus Untuk penjemura keping-keping kerupuk yang - Tempayan/tampah sudah dipotong - Bak/paso plastik Tempat adonan - Boks Ikan/Fiber Untuk penyimanan ikan - Cetakan Untuk membentuk mall/bongko agar seragam Untuk - Gayung Pemotongan - Pisau Biaya Peralatan Pasca Produksi - Plastik Sealer Untuk pembungkusan kemasan - Rak Untuk tempat kerupak yang sudah dikemas -
6.
Pemecah es
Sedangkan untuk Biaya tidak tetap yaitu berupa biaya operasional, biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku dan bahan pembantu pembuatan kerupuk, meliputi tepung tapioka, ikan, Gula, telor, MSG, dan air; dan bahan pelengkap seperti batu es, kayu bakar, plastik untuk pengemasan, dus, karung. Daftar item biaya yang dikeluarkan tidak tetap/operasional dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini
Tabel 19. Daftar item-item yang masuk dalam biaya Tidak Tetap/Operasional Pembuatan Kerupuk
No. 1.
2.
3.
4. 5. 6. 7. 8.
Uraian Bahan Baku - Tepung Tapioka - Udang/Ikan/Bawang/Jengkol, dll Bahan Pembantu - Gula - Garam - Telur - MSG - Air Bahan Pembantu proses - Es pendingin ikan - Kayu bakar - Plastik kemasan - Karung - Dus karton Gaji/Upah Biaya Listrik dan Air Biaya Telepon Biaya Perawatan Mesin Biaya lain-lain
Modal yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat selama bulan Nopemeber 2008 bervariatif, hal ini dikarenakan keputusan pengrajin kerupuk dalam jumlah kapasitas produksi yang diinginkan pada bulan Nopember tersebut. Baik karena stok kerupuk digudang yang masih ada, maupun faktor lainnya. Data modal yang dikeluarkan dalam produksi kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat selama bulan Nopember 2008, baik pengrajin dalam skala sedang maupun skala kecil terangkum dalam Tabel 20 di bawah ini
Tabel 20. Modal yang Dikeluarkan oleh Pengrajin Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat Selama Bulan Nopember 2008
Nilai Modal (Rp)
31.000.000 – 101.832.691 102.832.691 – 173.665.383 174.665.383 – 245.498.074 246.498.074 – 317.330.766 318.330.766 – 389.163.457 390.163.457 – 460.996.149 461.996.149 – 532.828.840 533.828.840 – 604.661.532 605.661.532 – 676.494.223 677.494.223 – 748.326.915 Jumlah
Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Jumlah % 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 2 1 3 1 1 8
25.00% 12.50% 37.50% 12.50% 12.50% 100.00%
Pengrajin Kerupuk Skala Kecil Jumlah % 5 33.33% 5 33.33% 1 6.67% 2 13.33% 1 6.67% 1 6.67% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 15 100,00%
Data Tabel 20 di atas, modal yang dikeluarkan oleh pengrajin skala sedang mayoritas sebanyak Rp 533.828.840,00 – Rp 604.661.532,00, yaitu sebesar 37,50 persen atau tiga
orang dari delapan pengrajin kerupuk; kemudian Rp
390.163.457,00 – Rp 460.996.149,00 sebesar 25,00 persen atau dua dari delapan orang. Sedangkan modal yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk dalam skala kecil
selama bulan Nopember 2008 berdasarkan responden yang dipilih yaitu
sebagian besar modal yang dikeluarkan adalah antara Rp 31.000.000,00 – Rp 101.832.691,00 dan Rp 102.832691 – Rp 173.665.383,00 masing-masing sebesar 33,33 persen atau sepuluh orang dari 15 pengrajin kerupuk. Berdasarkan data tersebut di atas jumlah modal pengrajin kerupuk skala sedang relatif lebih besar dibandingkan pengrajin skala kecil hal ini disebabkan oleh jumlah kapasitas produksi kerupuk pada pengrajin kerupuk skala sedang
lebih banyak jika dibandingkan pengrajin skala kecil, selain itu fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi pada pengrajin kerupuk skala sedang relatif lebih lengkap dan berjumlah lebih banyak daripada pengrajin skala kecil
5.2.2. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam produksi kerupuk meliputi tenaga kerja untuk pembuatan adonan, pemotongan, penjemuran dan pengemasan. Biasanya sistem pembayaran/upah tenaga kerja dalam proses produksi kerupuk ada yang borongan, ada juga yang harian. Sistem borongan biasanya untuk pembuatan adonan kerupuk, perhitungannya ditentukan banyaknya bak paso adonan, yang berisi 40 kg per bak/pasonya. Semakin banyak bak/paso adonan yang dibuat semakin besar bayaran yang akan diterima tenaga kerja. Tenaga kerja untuk pembuatan adonan ini berkisar 4 – 10 orang. Tergantung banyaknya adonan yang akan dibuat. Tenaga kerja pemotongan sistem pembayarannya dengan sistem borongan per bongko yang akan diiris, biasanya ada yang bagian memotong dan ada yang bagian penyusun kepingan pada tampah/tempayan untuk kemudian dijemur, sedangkan untuk penjemuran dan pengemasan sistem pembayarannya dihitung (dibayar) harian, yaitu 8 jam per hari. Data jumlah tenaga kerja dalam proses produksi dapat dilihat pada Tabel 21 di bawah ini :
Tabel 21. Jumlah Tenaga Kerja dalam Proses Produksi Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Pada Bulan Nopember 2008 Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
11 – 15 16 – 20 21 – 25 26 – 30 31 – 35 36 – 40 41 – 45 46 – 50 > 50 Jumlah
Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Skala Kecil Jumlah % Jumlah % 0 0% 3 20.00% 0 0% 8 53.33% 0 0% 2 13.33% 0 0% 2 13.33% 0 0% 0 0% 2 25.00% 0 0% 2 25.00% 0 0% 3 37.50% 0 0% 1 12.50% 0 0% 8 100.00% 15 100.00%
Data Tabel 21 di atas menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proses produksi kerupuk bagi pengrajin dalam skala sedang sebagian besar tenaga kerja yang digunakan sebanyak 51 – 60 orang, yaitu sebesar 37,00 persen, berjumlah 26 – 35 orang dan 36 – 40 orang masing-masing sebesar 25,00 persen, kemudian tenaga kerja berjumlah 61 – 70 orang sebesar 12,50 persen. Sedangkan pengrajin kerupuk skala kecil mayoritas tenaga kerja yang digunakan berjumlah 16 – 20 orang yaitu sebesar 53,00 persen, diikuti oleh tenaga kerja berjumlah 11 – 15 orang tenaga kerja sebesar 20,00 persen, selebihnya 21 – 25 tenaga kerja dan 26 – 30 tenaga kerja masing-masing sebesar 13,33 persen.
5.2.3. Permintaan Kerupuk Permintaan kerupuk pada perngrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu – Jawa Barat pada umumnya merupakan pesanan dan pembelian langsung konsumen di tempat produksi. Permintaan kerupuk dibedakan mejadi dua yaitu permintaan tetap dan permintaan tidak tetap. Permintaan tetap biasanya permintaan dari rekanan atau pelanggan yang pengirimannya secara berkala dan kontinyu yaitu bulanan atau dua bulan sekali atau pun berdasarkan stok yang tersedia. Besarnya permintaan kerupuk pada pengrajin kerupuk dalam skala sedang dan kecil di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat bulan Nopember 2008 dapat dilihat pada Tabel 22 berikut :
Tabel 22. Data Permintaan Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Di Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Bulan Nopember 2008 Jumlah Permintaan (Kg)
3000 – 10000 11000 - 18000 19000 - 26000 27000 - 34000 35000 - 42000 43000 - 50000 51000 - 58000 > 58000 Jumlah
Pengrajin Kerupuk Skala Kecil Jumlah % 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 1 12.50% 6 75.00% 1 12.50% 8 100.00%
Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Jumlah % 6 40.00% 3 20.00% 4 26.67% 1 6.67% 1 6.67% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 15 100.00%
Berdasarkan data di atas, pengrajin kerupuk dalam skala kecil jumlah permintaannya sebanyak 3.000 hingga 10.000 kilogram menempati urutan pertama yaitu sebesar 40,00 persen, diikuti permintaan sebanyak 19.000 hingga 26.000 kilogram sebesar 26,67 persen dan 11.000 hingga 18.000 kilogram sebesar 20 persen, sedangkan permintaan pada pengrajin kerupuk dalam skala sedang rata-rata jumlah permintaannya sebanyak 52.200 hingga 59.400
kilogeam
persentasenya sebesar 75,00 persen Permintaan keruuk di sentra produksi kerupuk di Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat dibedakan dalam empat permintaan yaitu permintaan yang datangnya dari daerah/kota dalam kabupaten, permintaan dari daerah/kota yang masih dalam satu propinsi, permintaan dari daerah/kota yang lain propinsi dan yang terakhir permintaan dari konsumen yang datang langsung ke tempat produksi yaitu yang masuk dalam keompok lain-lain. Data permintaan kerupak pada pengrajin kerupuk dalam skala sedang dan kecil di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat berdasarkaan kota tujuan dapat dilihat pada Lampiran 6. 5.2.4. Harga Kerupuk Harga kerupuk pada pengrajin kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat dimulai dengan harga Rp 14.000,00 hingga Rp 20.000,00 per kilogram. Beragamnya harga kerupuk dikarenakan kualitas kerupuk dan strategi perusahaan dalam memasarkan produk. Berikut ini Tabel 23 merupakan rangkuman sebaran harga pada responden.
Tabel 23. Daftar Harga Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk di Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat Bulan Nopember 2008
Harga 14.000 – 15.000 15.500 – 16.500 17.000 – 18.000 18.500 – 19.500 20.000 -21.000 Jumlah
Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Jumlah % 1 12.50% 1 12.50% 0 0.00% 3 37.50% 3 37.50% 8 100.00%
Berdasarkan Tabel 23 di atas,
Pengrajin Kerupuk Skala Kecil Jumlah % 4 26.67% 4 26.67% 1 6.67% 5 33.33% 1 6.67% 15 100.00%
harga kerupuk untuk perusahaan dalam
skala kecil mayoritas berkisar Rp 14.000,00 hingga Rp 16.500,00 yaitu sebesar 53,34 persen, diikuti harga kerupuk berkisar 18.500,00 hingga 19.500,00 dan 17.000,00 hingga 18.000,00 dan 20.000,00 – 21.000,00 yaitu masing-masing sebesar 6,67 persen. Sedangkan perusahaan dalam skala sedang harga kerupuk rata-rata berkisar Rp 18.500,00 hingga Rp 21.000,00 yaitu sebesar 75.00 persen selebihnya yaitu 25 persen harga kerupuk berkisar Rp 14.000,00 hingga 16.500,00. Hal ini berarti pengrajin dalam skala sedang menetapkan harga relatif lebih tinggi dibandingkan harga yang ditetapkan pengrajin dalam skala kecil.
5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat
Produksi kerupuk yang ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat dipengaruhi beberapa faktor yaitu Modal, Tenaga Kerja, Permintaan dan Harga. Faktor-faktor tersebut merupakan variabel yang mempengaruhi tingkat produksi
yang
berubah-ubah sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan. Sedangkan jumlah kerupuk yang dihasilkan merupakan variabel output yang besaran jumlahnya dipengaruhi faktor-faktor produksi tersebut. Fungsi produksi yang terdiri dari variabel yang menjelaskan (X) dan variabel yang dijelaskan (Y) akan diukur dengan menggunakan analisis regresi. Model analisis regresi yang diperoleh digunakan untuk mengetahui pengaruh atau kekuatan dari beberapa variabel prediktor terhadap variabel respon. Pengujian dengan model regresi memberikan nilai pada koefisien determinan, nilai F-hitung, nilai t-hitung dan mendeteksi adanya multikolinieritas antar variabel prediktor dan kaidah asumsi klasik. Daftar faktor-faktor produksi yang dianalisis dengan model regresi pada usaha kerupuk skala sedang dan skala kecil dapat dilihat pada Lampiran 11. 5.4.1. Usaha Kerupuk Skala Sedang Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada faktor-faktor produksi kerupuk skala sedang mempunyai nilai koefisien dan Varians Inflation Factor (VIF) yang berbeda-beda. Nilai tolerance dan VIF memberikan identifikasi bahwa antar variabel bebas (indevenden) yaitu faktor-faktor produksi
mempunyai
multikolinearitas dalam model, yaitu suatu keadaan dimana antar variabel prediktor terdapat hubungan sangat erat. Apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas. Tabel hasil uji
multikolinearitas
dapat dilihat pada
Lampiran
11. Nilai
hasil
uji
multikolinearitas diketahui bahwa hasil tolerance pada masing-masing variabel lebih besar dari 0,1 sedangkan nilai Varians Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10
sehingga
model
regresi
dalam
penelitian
ini
tidak
ada
masalah
multikolenearitas. Faktor-faktor produksi kerupuk diduga dengan menggunakan fungsi cobbDouglas yang dimasukkan dalam regresi berganda adalah faktor-faktor yang tidak mempunyai nilai nol. Faktor produksi yang mempunyai nilai nol tidak dapat dimasukkan dalam fungsi Cobb-Douglas karena variabel tidak dapat terdefinisi. Semua faktor produksi kerupuk dalam skala sedang dalam penelitian ini tidak mempunyai nilai nol, sehingga Modal, Tenaga Kerja, Permintaan dan Harga dapat mempengaruhi output kerupuk. Hasil regresi berganda ada fakto-faktor roduksi kerupuk skala sedang dapat dilihat pada Lampiran 11. Hasil pendugaan regresi berganda faktor-faktoryang mempengaruhi produksi kerupuk skala sedang terangkum pada tabel 24 di bawah ini
Tabel 24. Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Kerupuk Skala Sedang Variabel
B
Konstan
-1263.38311
t-hitung
Sig
Kesimpulan
X1
0.00005
7.431
0.005
Signifikan
X2
452.14712
4.973
0.016
Signifikan
X3
0.24573
2.788
0.069
Signifikan
X4
-0.62715
-1.647
0.198
Tidak Signifikan
R2
0.996
Signifikan
Hasil dugaan model linear berganda diperoleh koefisoen determinan (R2) sebesar 99,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 99,6 persen produksi kerupuk di sentra produksi
kerupuk Desa Kenanga
Kecamatan
Sindang
Kabupaten
Indramayu Jawa Barat dipengaruhi oleh variabel-variabel penjelas yaitu modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X 4), sedangkan sisanya 0,04 persen ditentukan oleh variabel lainnya. Berdasarkan Tabel 24 di atas dugaan model fungsi produksi kerupuk skala sedang secara matematis dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut : Y = - 1263.38311 + 0.00005 X1 + 452.14712 X2 + 0.24573 X3 - 0.62715 X4 Dari hasil dugaan persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel X 1 (Modal) mempunyai hubungan positif terhadap produksi kerupuk. Nilai dugaan modal adalah 0,00005 yang berarti bahwa apabila penambahan modal sebesar 10.000,00 maka produksi akan meningkat sebesar 0,5 kg. Variabel X 2 (Tenaga Kerja) mempunyai hubungan positif sebesar 452,147 hal ini menunjukkan bahwa
setiap penambahan tenaga kerja satu orang akan meningkatkan produksi sebanyak 452,147 kg, demikian pula dengan nilai dugaan X 3 (permintaan) mempunyai hubungan positif sebesar 0,2457 yang berarti bahwa setiap penambahan permintaan sebesar 10 kg akan menyebabkan naiknya produksi sebesar 2,457 kg. Sedangkan dugaan persamaan untuk variabel X 4 (harga) mempunyai hubungan negatif yaitu sebesar -0,62715 hal ini berarti bahwa setiap kenaikkan harga kerupuk sebesar 100 rupiah akan menyebabkan produksi kerupuk turun sebesar 62,715 kg. Berdasarkan pengamatan dan observasi di lapangan fenomena tersebut berkaitan erat dengan salah satu bahan baku pembuatan kerupuk yaitu ikan dan udang, bahan baku ikan dan udang sering mengalami kelangkaan pasokan yang akan menyebabkan tingkat produksi kerupuk menurun, yang berimplikasi pada naiknya harga kerupuk. Untuk pengujian tingkat signifikansi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk skala sedang di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat secara bersama-sama dengan uji F, uji F-hitung diperoleh sebesar 186,75 sedangkan nilai F-tabel sebesar 28,71, berarti tolak H0 (signifikan), yaitu faktor-faktor produksi kerupuk meliputi modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X 4) mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi kerupuk skala sedang. Sedangkan untuk menguji kebermaknaan masing-masing variabel bebas (X 1, X2, X 3, X 4) terhadap produksi kerupuk melalui uji-t. Dimana jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter/variabel (Xi) yang diuji berpengaruh nyata terhadap produksi, sebaliknya jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka variabel
tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk skala sedang. Hipotesa yang diuji yaitu minimal ada satu faktor yang berpegaruh signifikan terhadap produksi kerupuk. Untuk menjelaskan daerah penolakan dan penerimaan hipotesis dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini :
H0 ditolak
H0 diterima
H0 ditolak α = 0,05
α = 0,05 - 2,306
+ 2,306
Gambar 6. Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 untuk Pengrajin Kerupuk Ikan Skala Sedang
Uji t-hitung
Nilai t-hitung untuk variabel X1 (modal) adalah 7,431, sedangkan nilai ttabelnya adalah 2,306 hal ini berarti variabel Modal (X 1) berpengaruh sangat nyata (0,005) terhadap produksi kerupuk. Nilai t-hitung variabel tenaga kerja (X 2) adalah 4,973 lebih besar dari t-tabel = 2,306 yang berarti variabel X2 berpengaruh nyata terhadapa variabel Y (produksi kerupuk) dengan tingkat signifikansi 0,016. Nilai t-hitung X 3 (permintaan) adalah 2.788 lebih besar dari t-tabel yang berarti faktor permintaan (X3) berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk (Y) dengan taraf signifikansinya 0,069. Sedangkan nilai t hitung variabel X 4 adalah – 0,627 yaitu lebih kecil dari t-tabel yang berarti faktor harga tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk skala sedang di sentra produksi kerupuk desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat.
5.4.2. Usaha Kerupuk Skala Kecil Analisis regresi liniear berganda faktor-faktor yang mempenagruhi produksi kerupuk pada pengrajin kerupuk skala kecil di sentra produksi kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat meliputi modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X 4). Berdasarkan hasil analisis pengolahan data dengan program SPSS for Windows 12 diperoleh model regresi produksi kerupuk usaha kecil dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka diketahui nilai tolerance maupun nilai VIF menunjukkan tidak ada masalah multikolinearitas pada model regresi produksi kerupuk usaha kecil yaitu niali tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10, dapat dilihat padal Lampiran 11. Hasil dugaan
model
regresi
linear
berganda
faktor-faktor
yang
mempengaruhi produksi kerupuk dalam skala kecil dapat dilihat pada Tabel 25 di bawah ini.
Tabel 25. Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Kerupuk Skala Kecil Variabel
B
Konstans
-1219.180
t-hitung
Sig
Kesimpulan
X1
.00005
9.840
.000
Signifikan
X2
337.632
3.276
.008
Signifikan
X3
.255
5.647
.000
Signifikan
X4
-.229
-1.133
.284
Tidak Signifikan
R
2
0.997
Signifikan
Pada Tabel 25 di atas, diketahui bahwa nilai koefesien determinan (R2) sebesar 0,997 persen, yang berarti bahwa produksi kerupuk skala kecil di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat dipengaruhi oleh modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X4) yaitu sebesar 99,7 persen, sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel-variabel lain yaitu sebesar 0,03 persen. Secara matematis hasil dugaan model fungsi produksi kerupuk dalam skala kecil
berdasarkan Tabel 25 dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai
berikut :
Y = -1219.180 + 0.00005 X1 + 337.632 X2 + 0.255 X3 - 0.229 X4 Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa dugaan model fungsi persamaan produksi mempunyai nilai intercept negatif yang berarti pengrajin kerupuk ketika memulai usaha dalam keadaan minus atau dalam keadaan merugi/kerugiaan (cateris paribus), hal ini karena pengrajin kerupuk skala kecil sebagian besar faktor produksi yang dipakai didapat dari pinjaman. Sedangkan untuk variable modal (X 1) mempunyai hubugan nilai positif yaitu 0,00005 hal ini berarti bahwa apabila penambahan modal sebesar 10.000,00 maka produksi akan meningkat sebesar 0,5 kg. Variabel X2 (Tenaga Kerja) mempunyai hubungan positif sebesar 337,632 hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan tenaga kerja satu orang akan meningkatkan produksi sebanyak 337,632 kg, demikian pula dengan nilai dugaan X 3 (permintaan) mempunyai hubungan positif sebesar 0.255 yang berarti bahwa setiap penambahan permintaan sebesar 10 kg akan menyebabkan naiknya produksi sebesar 2,55 kg.
Dugaan persamaan untuk variabel X 4 (harga) mempunyai hubungan negatif yaitu sebesar -0.229 hal ini berarti bahwa setiap kenaikkan harga kerupuk sebesar 100 rupiah akan menyebabkan produksi kerupuk turun sebesar 22,9 kg kg. Fenomena tersebut serupa dengan pengrajin kerupuk skala sedang yaitu berkaitan erat dengan salah satu bahan baku pembuatan kerupuk yaitu ikan dan udang, bahan baku ikan dan udang sering mengalami kelangkaan pasokan yang akan menyebabkan tingkat produksi kerupuk menurun, yang berimplikasi pada naiknya harga kerupuk. Selanjutnya
untuk
mengetahui signifikansi
pengaruh
faktor-faktor
produksi terhadap produksi kerupuk pengrajin kerupuk skala kecil diperlukan uji F, dengan hipotesa faktor-faktor produksi (modal, tenaga kerja, permintaan dan harga) berpengaruh terhadap produksi kerupuk. Hasil perhitungan F-hitung diperoleh nilai sebesar 622,5 sedang F-tabel sebesar 5,99. hal ini berarti faktorfaktor produksi yaitu modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X 4) berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk (terima H1). Sedangkan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi
secara parsial yaitu dengan uji-t.
Apabila nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka faktor-faktor produksi (X 1, X 2, X 3 dan X4) berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output (Y) dalam hal ini produksi kerupuk. Sebaliknya, jika t-tabel lebih besar dari t-hitung berarti faktor-faktor produksi tersebut tidak berpengaruh terhadap produksi kerupuk pada pengrajin kerupuk skala kecil di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat. Hipotesa yang diuji yaitu minimal ada satu faktor produksi kerupuk yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk. Data pada Tabel 25 menunjukkan bahwa Nilai t-hitung untuk variabel produksi modal (X 1) sebesar
9,840, sedangkan nilai t-tabel sebesar 2,132 hal ini berarti bahwa modal (X 1) mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap produksi kerupuk skala kecil (Y) dengan taraf signifikansinya 0,000 (sangat signifikan). Nilai t-hitung untuk variabel tenaga kerja (X 2) sebesar 3,276 berarti lebih besar dari t-tabel dengan demikian variabel tenaga kerja (X 2)
mempunyai pengaruh signifikan terhadap
produksi kerupuk skala kecil (Y) dengan tingkat signifikansinya 0,008. Variabel permintaan (X 3) mempunyai nilai t-hitung sebesar 5,647 yang berarti lebih besar dari t-tabel = 2,132 sehingga variabel permintaan (X 3) mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap produksi skala kecil dengan tingkat signfikansinya 0,000 (sangat signifikan). Berbeda dengan variable harga (X 4) mempunyai nilai t-hitung sebesar 1,133 lebih kecil dari t-tabel =2,132 yang berarti variable harga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi kerupuk skala kecil di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat dengan tingkat signifikansi sebesar 0, 284 (tidak signifikan). Grafik untuk uji hipotesis t-hitung dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.
H0 ditolak α = 0,05
H0 diterima
H0 ditolak α = 0,05
- 2,306
+ 2,306
Gambar 7. Daerah Penerimaan dan Penolakan uji t-hitung pada Industri Skala Kecil
5.4. Fator-Faktor yang Paling Berpengaruh Pada Produksi Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat
Faktor-faktor yang diteliti dalam proses produksi kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu propinsi Jawa Barat mengambil empat faktor (variable) penelitian yaitu modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X3) dan harga (X4). Berdasarkan hasil analisis baik melalui analisis deskriptif maupun melalui analisis regresi didapat faktor-faktor yang paling berpengaruh pada pengrajin kerupuk skala sedang dan pengrajin kerupuk skala kecil sebagai berikut : 5.5.1. Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Berdasarkan analisis deskriptif pengrajin kerupuk di sentra produksi kerupuk desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu propinsi Jawa Barat diperoleh rata-rata kerupuk yang dihasilkan selama bulan Nopember 2008 sebanayk 50.625 kg, rata-rata modal yang dikeluarkan selama bulan Nopember 2008 sebesar Rp 543.739.309, rata-rata tenaga kerja yang digunakan selama bulan Nopember 2008 yaitu sebanyak 51 orang, rata-rata permintaan selama bulan Nopember 2008 sebanyak 52.775 kg sedangkan rata-rata harga kerupuk per kg yaitu sebesar 18.625,00. Data-data analisis regresi yang telah diulas di atas menunjukkan bahwa faktor produksi yang paling berpengaruh nyata pada pengrajin kerupuk skala sedang yaitu modal (X1) yang mempunyai nilai t-hitung sebesar 7,431 dibandingkan dengan t-tabel = 2,776 maka t-hitung lebih besar dari t-tabel, dilihat dari nilai koefisien regresi faktor modal yaitu 0.00005, artinya bahwa setiap
penambahan modal sebesar satu persen akan meningkatkan produksi sebesar 0.00005 kg kerupuk atau jika penambahan modal sebesar 10.000,00 akan menaikkan produksi sebanyak 0,5 kg kerupuk, cateris paribus. Faktor produksi tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yang ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu 4,973 > 2,773, ditinjau dari nilai koefisien regresi faktor tenaga kerja maka tenaga kerja mempunyai pengaruh yang positif atau searah dengan tingkat produksi kerupuk dengan nilai 452.147, artinya bahwa setiap penambahan tenaga kerja satu persen akan meningkatkan produksi kerupuk sebesar 452,147 kg kerupuk. Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap produksi kerupuk adalah permintaan. Faktor permintaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk ditinjau dari uji t-hitung yang lebih besar dari t-tabel (2,788 > 2,773). Sedangkan ditinjau dari nilai koefesin regresi faktor permintaan mempunyai nilai sebesar 0.24573, artinya bahwa setiap penambahan permintaan sebanyak sepuluh kilogram akan menyebabkan naiknya produksi kerupuk
sebanyak 2,4573
kilogram. 5.5.2. Pengrajin Kerupuk Skala Kecil Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi kerupuk pada pengrajin kerupuk skala kecil secara berurutan yaitu modal, permintaan, dan tenaga kerja sedangkan harga kerupuk tidak mempunyai pengaruh signifikan. Berdasarkan analisis deskriptif, rata-rata penggunaan modal unuk produksi kerupuk pada skala kecil yaitu sebesar 165.032.912,00, rata-rata tenaga kerja
sebanayak 19 orang, rata-rata permintaan sebanyak 17600 kg dan rata-rata harga kerupuk pada pengrajin skala kecil sebesar 15.700,00 per kilogram. Penggunaan faktor produksi modal mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap produksi kerupuk, hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung yang lebih besar dari t-tabel (9.840> 2,201), sedangkan dilihat dari nilai koefisien regresinya faktor produksi modal mempunyai nilai sebesar 0,00005 yang berarti bahwa setiap penambahan modal sebesar
10.000,00 akan meningkatkan produksi kerupuk
sebanyak 0,5 kilogram. Faktor permintaan mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu berdasarkan nilai t-hitung permintaan sebesar 5,647 lebih besar dari t-tabel = 2,201. sedangkan berdasarkan nilai koefisien regresi faktor permintaan mempunyai nilai sebesar 0,255, yang berarti bahwa setiap kenaikan permintaan sebanyak 10 kilogram akan meningkatkan produksi sebanyak 2,55 kilogram kerupuk. Penggunaan faktor produksi tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk, berdasarkan nila t-hitung yang lebih besar dari t-tabel (3.276>2,201). Sedangkan berdasarkan nilai koefesien regresi faktor penggunaan tenaga kerja mempunyai pengaruh sebesar 337,632. hal ini berarti bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebanyak satu orang akan menyebabkan naiknya produksi kerupuk sebanyak 337,632 kilogram.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan yaitu modal (X1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X 4). Keempat faktor produksi (X 1, X 2, X 3, dan X 4) dapat menjelaskan sebesar 99,6 persen untuk pengrajin skala sedang dan 99,7 persen untuk pengrajin skala kecil. a. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan pada pengrajin kerupuk skala sedang melalui analisis regresi secara bersama-sama mempunyai pengaruh
signifikan
terhadap
produksi
kerupuk
ikan
ditunjukkan dengan nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel (186,75>28,7), analisa secara parsial faktor tersebut menunjukkan tingkat signifikansi ditandai t-hitung > t-tabel yaitu modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan produk (X 3), sedangkan harga (X 4) tidak berpengaruh (t-hitung < t-tabel) b. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan pada pengrajin kerupuk skala kecil berdasarkan hasil analisis regresi secara bersama-sama mempunyai pengaruh
signifikan
terhadap
produksi
kerupuk
ikan
ditunjukkan dengan nilai F-hitung lebih besar dari F tabel (622,5>5,99),
analisa secara parsial faktor produksi menunjukkan tingkat signifikansi
ditandai t-hitung > t-tabel yaitu modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan produk (X 3), sedangkan harga (X 4) tidak berpengaruh (t-hitung < t-tabel) 2. Faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi kerupuk ikan, baik pada industri skala sedang maupun skala kecil adalah modal.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang dianjurkan sebagai berikut : 1. Produksi kerupuk diperlukan kontinuitas pemasok bahan baku, terutama tepung tapioka, ikan dan udang. Hal ini untuk menjaga kelancaran produksi kerupuk dan stabilitas harga kerupuk. 2. Perlu adanya diversifikasi produk kerupuk lebih banyak yang sesuai dengan permintaan pasar untuk meningkatkan kapasitas produksi kerupuk. Selain itu untuk mengantisipasi kejenuhan pasar terhadap satu produk kerupuk. 3. Perlu adanya pembinaan dan pendampingan yang berkelanjutan baik dari segi keterampilan maupun modal oleh instansi yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Statistik Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Survei Usaha Terintegrasi 2005. (Jakarta, BPS, 2007). Badan Pusat Statistik. Profile Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 2005, (Jakarta : BPS, 2007) Badan Pusat Statistik. Jawa Barat dalam Angka 2007.(Jakarta, 2007) Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu. Indramayu dalam Angka 2007, (Indramayu : BPS Kabupaten Indramayu, 2007) Bank Indonesia, Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SIPUK), www.bi.go.id/ 18 September 2008 pkl 12.30 WIB Disperindag Kabupaten Indramayu, Potensi Industri dan Perdagangan Kabupaten Indramayu. (Indramayu : Disperindag Kabupaten Indramayu, 2006) Hermawan, Sigit. Akuntansi Perusahaan Manufaktur. Cet. I (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008) Jawa Post. Pengesahan Undang-Undang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) diharapkan mampu menjadi stimulan positif bagi terwujudnya kebangkitan sektor tersebut . (Jakarta, 14/06/2008) Theresia, Maria. 2006. (Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Hasil Produksi Pada Industri Kecil Perajutan (Suatu Kasus Pada Sentra Industri Kecil Rajutan Binong Jati) : 85, http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1003106-111601, 20.00 WIB
Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar Edisi Revisi. (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002). Ridwan. Dasar-dasar Statistika. Cet. ke-3. (Bandung : Alfabeta, 2003) Ritonga, Jhon Tafbu. Mendefinisi ulang UMKM, http://www.waspada.co.id, 06 Oktober 2007 00 : 59 WIB Desa Kenanga. Monografi Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat Tahun 2008 (Indramayu : Desa Kenanga, 2008)
Soekartawi. Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglas Edisi Revisi Cet. Ke-3 (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2003). Soekartawi. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasi. Edisi Revisi Cet. Ke-4 (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2002). Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. (Bandung : Alfa Beta, 2002) Suprapti, Lies, M. Kerupuk Udang Sidoarjo (Yogyakarta : Kanisius, 2005) Theresia,
Maria. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Hasil Produksi Pada Industri Kecil Perajutan (Suatu Kasus Pada Sentra Industri Kecil Rajutan Binong Jati). [Skripsi]. Bandung: Universitas Pendidikan Bandung, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Koperasi; 2006
Putong, Iskandar. Economics Pengantar Makro dan Mikro, Edisi Ke-2 (Jakarta : Mutra Wacana Media, 2008) Wapedia. 2008. Faktor Produksi, www.wiki-pedia indonesia.com 01 Nopember 2008, Pkl. 12.07
Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian
Yang bertanda tangan dibawah ini Kuwu Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat menerangkan bahwa :
Nama
: Nurul Mubarok
NIM
: 101092123370
Fakultas
: Sains dan Teknologi
Jurusan
: Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Mahasiswa tersebut telah mengadakan penelitian pada Industri Kerupuk di Desa kami selama 1 (satu) bulan dari tanggal 2 Nopember s/d 2 Desember 2008. Kami ucapkan terima kasih atas kerja sama dan perhatiannya pada industri Kerupuk yang ada di Desa kami
Demikian keterangan
ini kami buat dengan
sebenar-benarnya dan dapat
dipergunakan seperlunya.
77
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian DAFTAR PERTANYAAN/KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KERUPUK IKAN DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK DESA KENANGA KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT OLEH : NURUL MUBAROK PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA A. IDENTITAS RESPONDEN
1.
1.
Nama
:
2.
Pekerjaan Utama
:
3.
Pekerjaan Sampingan
:
4.
Usia
:
5.
Pendidikan
:
6.
Jumlah Keluarga
:
7.
Jumlah anak yang sekolah
:
8.
Lama menjadi pengrajin kerupuk
9.
Jenis kerupuk yang diproduksi Kerupuk Udang
: : 2. Kerupuk Ikan
Kerupuk Bawang 5
Kerupuk Kulit Ikan 6.
78
B. PRODUKSI KERUPUK 1.
Alasan memilih memproduksi kerupuk?
2.
Keahlian membuat kerupuk didapat darimana?
3.
Adakah Persaingan usaha diantara pengusaha kerupuk?
4.
Jika ada, Persaingan usaha diantara pengusaha kerupuk dalam bentuk/jenis apa?
5.
Adakah pengembangan produk (diversifikasi produk kerupuk)?
6.
Sumber ide pengembangan/diversifikasi produk berasal dari mana?
Proses Produksi Kerupuk 7.
Bahan-bahan Apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi kerupuk (Lampiran)?
8.
Peralatan atau perlengkapan apa saja yang dibutuhkan (Lampiran)?
9.
Bagaimana proses produksi kerupuk dari awal hingga kerupuk siap dipasarkan (Lampiran)?
10. Berapa frekuensi produksi kerupuk dalam satu bulan? 11. Berapa kapasitas produksi kerupuk dalam satu kali proses produksi ? 12. Berapa lama waktu yang dibutuhan untuk proses pembuatan kerupuk sejak penyiapan peralatan, bahan baku hingga pengemasan?
C. MODAL 1. Jenis modal dan penggunaannya ? a. Modal tetap (Fixed) b. Modal tidak tetap (variabel) 2. Modal tetap digunakan untuk membeli/membiayai apa saja? 3. Modal tidak tetap digunakan untuk membeli/membiayai apa saja?
79
D. TENAGA KERJA 1. Berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan? 2. Tenaga kerja untuk apa saja? Jenis Pekerjaan
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Waktu yang dibutuhkan
Keterangan
3. Berapa jam kerja dalam satu hari? 4. Berapa hari kerja dalam satu minggu? 5. Berapa insentif karyawan dalam satu hari? E. HARGA KERUPUK 1. Berdasarkan apa saja untuk menetapkan harga kerupuk? 2. Apa jenis kemasan kerupuk? a.
Plastik
c. Kaleng
Kantong Kertas/Dus
b.
e.
Lainnya ......................
Karung
d.
3. Berapa harga perkemasan sesuai dengan berat bersih dan Bentuk/Jenis kemasan? Bentuk/Jenis Berat Bersih Kemasan Harga Per Kemasan Kemasan
4. Pemasaran produk kerupuk kemana saja? 1. Dalam wilayah Kab. Indramayu
2. Keluar Kab. Indramayu (Propinsi JABAR)
3. Pemasaran ke Jakarta
4. Wilayah lain ..................................
80
5. Luar Negeri
5. Produk tersebut dipasarkan dimana? 1. Warung Kelontong
2. Pasar
Restoran 3.
Supermarket .................................. 4.
Lain-lain ……………….. F. PERMINTAAN KERUPUK 1.
Berapa Pengiriman/distribusi kerupuk per bulan?
2.
Berapa banyak (Kg) kerupuk dalam satu kali pengiriman/distribusi?
3.
Pada bulan apa saja permintaan kerupuk meningkat, kenapa?
4.
Apa saja yang menjadi kendala dalam distribusi kerupuk?
81
Lampiran 3. Kapasitas Produksi dan Utilitas Industri Makanan Pada Tahun 2006 –Triwulan II Tahun 2008 Jenis Industri/Komoditi Biskuit Pengolahan Kakao Daging Olaha Desiccated Coconut Ton Gula Lainnya (Glucose, Fructosa) Gula Rafinasi Ikan/Udang Beku Ikan dan Udang Dalam Kaleng Kecap dan Saos Lainnya Kembang Gula Kerupuk Margarine Mete Olahan Mie Instan Minyak Goreng Kelapa Minyak Goreng Lain Dari Nabati Minyak Goreng Sawit Monosodium Glutamite (Msg) Olahan Rumput Laut (Agar-Agar) Pakan Ternak (Komp+Ransum) Snack Food (Makanan Ringan Tepung Ikan Tepung Tapiok Tepung Terigu Total
Sat Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton
Kapasitas 299,035 353,900 149,447 132,587 1,050,500 2,180,000 1,511,499 410,000 102,492 116,255 17,694 538,278 70,739 1,691,588 1,029,000 1,130,335 15,430,000 203,200 23,127 15,736,324 22,672 174,500 2,473,705 4,728,600 49,575,476
Produksi 225,173 196,200 97,596 57,900 556,765 1,111,228 760,284 215,250 59,625 85,796 9,466 270,216 35,582 1,353,270 498,036 536,909 7,596,786 162,560 14,500 9,940,727 15,938 88,123 1,684,545 3,049,947 28,624,422
Utlts (%) 75.3 56 65.3 43.7 53 51 50.3 52.5 58.2 73.8 53.5 50.2 50.3 80 48.4 47.5 49.2 80 62.7 63.2 70.3 50.5 68.1 64.5 59.1
Kapasitas 302,025 353,900 150,941 133,931 1,050,500 2,180,000 1,541,729 415,000 103,517 118,580 17,871 549,044 71,446 1,691,588 1,039,290 1,141,639 15,430,000 203,200 23,127 15,893,687 22,898 176,245 2,498,442 4,998,600 50,107,200
Produksi 228,029 198,200 98,547 57,983 577,775 1,441,000 792,449 219,950 59,615 88,224 9,740 275,620 36,080 1,429,392 504,056 513,738 7,374,213 172,517 14,516 10,040,135 16,372 89,532 1,374,143 3,329,068 28,940,892
Utlts (%) 76 56 65.3 43.3 55 66.1 51.4 53 57.6 74.4 54.5 50.2 50.5 84.5 48.5 45 47.8 84.9 62.8 63.2 71.5 50.8 55 66.6 59.7
Kapasitas 305,045 353,900 152,450 135,270 1,250,500 2,430,000 1,557,146 419,150 104,552 119,766 18,050 554,534 72,160 1,708,504 1,049,683 1,153,055 15,430,000 205,232 23,358 16,052,624 23,127 178,500 2,523,426 4,998,600 50,818,635
Produksi 137,270 120,000 73,938 52,755 562,725 1,166,400 311,429 122,718 41,821 56,290 6,408 194,087 19,483 820,082 314,905 345,917 6,172,000 150,925 11,446 6,902,628 10,407 46,410 1,200,000 2,142,363 20,982,408
Utlts (%) 45.0 33.9 48.5 39.0 45.0 48.0 20.0 30.0 40.0 47.0 35.5 35.0 27.0 48.0 30.0 30.0 40.0 73.5 49.0 43.0 45.0 25.0 47.6 42.9 40.3
Sumber : BPS 2008
82
82
Lampiran 4. Daftar Pengrajin Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Pengrajin Industri Kecil No. 1. 2. 3. 4. 5. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nama Merk Kerupuk Bintang Sembilan Kereta Kencana Tresna Jambal Ikan Koki Daun Terang Bulan Tiga Kunci Perahu Kencana Dua Naga Bunga Manggis Rajawali Sri Gunting Rantai Emas Kembang Padi Laba-Laba Kupu-Kupu Sari Mawar Turangga Kembang Tanjung Malea Bunga Sari Gajah Mada Kembang Delima Perahu Kencana Perahu Layar Terang Bulan Tunas Kelapa Tiga Berlian Kapal Toko
Pemilik Bpk. H. Nasihin Bpk. Darmo Bpk. Sidiq Bpk. Tasmad Bpk. Warsan Bpk. Wara Bpk. Kolinih Ibu Siti Bpk. Suwarno Bpk. Ade Bpk. Yusuf Bpk. Agus Rukyat Bpk. Casipan Bpk. Abdullah Bpk. Taslim Bpk. Tarmin Bpk. Ranto Bpk. Bpk. Dani Bpk. H.Tamyid Bpk. Dedi Bpk. Dakim Bpk. H. Wartaman Bpk. H. Mastar Bpk. H. Sueb Bpk. Tarman Bpk. H. Rasidi Bpk. Wartim Bpk. Karim Bpk. Randi
Pengrajin Industri Sedang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama Merk Candramawa Dua mawar Sri Tanjung Kelapa Gading Dua Gajah Indrasari Padi Kapas Kijang
Pemilik H. Kasan Basri H. Carkendi H. Sunarto H. Murtasim H. Saein H. Wakyan H. Daspan H. Achmad
83
Lampiran 5. Tabel Mata Pencaharian dan Pendidikan penduduk Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indaramayu Propinsi Jawa Barat
Mata Pencaharaian Penduduk Desa Kenangan Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Tahun 2008 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6 7. 8. 9. 10.
Jenis Pekerjaan Pedagang Buruh Tani Petani tambak Petani sawah Pertukangan PengrajinKerupuk PNS Jasa ABRI/Polisi Lain-lain
Jumlah (orang) 175 143 80 71 62 38 28 17 15 33
Sumber : Data Sekunder (diolah dari data monografi Desa Kenanga)
Pendidikan Penduduk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Tahun 2008 No.
Jenis Pendidikan
Pendidikan Umum 1. SD/MI 2. SMP/MTs 3. SMA/MA 4. Akademi/D1-D3 5. Sarjana/S1-S3 Pendidikan Khusus 1. Pondok Pesantren 2. Madrasah Diniyah
Jumlah (orang) 630 472 377 20 36 17 85
84
Lampiran 6. Tujuan Pemasaran Kerupuk Ikan pada Bulan Nopember 2008 1. Tujuan Pemasaran Produk Kerupuk Ikan pada Industri Kecil No. Resp
Permintaan
Kabupaten
TUJUAN PEMASARAN Propinsi Luar propinsi
1 20000 6000 4000 2 24000 7200 4800 3 8000 2400 1600 4 3000 900 600 5 29000 8700 5800 6 7000 2100 1400 7 16000 4800 3200 8 10000 3000 2000 9 12000 3600 2400 10 14000 4200 2800 11 9000 2700 1800 12 39000 11700 7800 13 25000 7500 5000 14 24000 7200 4800 15 20000 6000 4000 Sumber : Diolah dari data Primer (Nopember 2008)
Lain-lain
Jumlah
8000
2000
20000
9600
2400
24000
3200
800
8000
1200
300
3000
11600
2900
29000
2800
700
7000
6400
1600
16000
4000
1000
10000
4800
1200
12000
5600
1400
14000
3600
900
9000
15600
3900
39000
10000
2500
25000
9600
2400
24000
8000
2000
20000
2. Tujuan Pemasaran Produk Kerupuk Ikan pada Industri sedang No. Resp
Permintaan
Kabupaten
TUJUAN PEMASARAN Propinsi Luar propinsi
1 44000 13200 8800 2 66000 19800 13200 3 58000 17400 11600 4 58300 17490 11660 5 56000 16800 11200 6 59200 17760 11840 7 56000 16800 11200 8 57450 17235 11490 Sumber : Diolah dari data Primer (Nopember 2008)
Lain-lain
Jumlah
17600
4400
44000
26400
6600
66000
23200
5800
58000
23320
5830
58300
22400
5600
56000
23680
5920
59200
22400
5600
56000
22980
5745
57450
85
Lampiran 7. Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk Skala Kecil 1. PERHITUNGAN BIAYA TETAP No.
Nama Peralatan/Fasilitas
Umur
Juml Satuan
Harga/Satuan
1 1 1
Rp25,000,000 Rp1,500,000 Rp15,000,000
Rp25,000,000 Rp1,500,000 Rp15,000,000
Usia Pembelian
Depresiasi
9
Rp97,222 Rp125,000
Rp4,500,000
9
Rp58,333
Rp200,000
9
Rp50,000 Rp350,000
Rp100,000 Rp350,000
9 9
Rp0 Rp0 Rp0
2
Rp12,000,000
Rp24,000,000
Rp7,200,000
9
Rp140,000
20
1
Rp60,000,000
Rp60,000,000
Rp18,000,000
5
Rp175,000
Oven Mesin potong
5
2
Rp2,000,000
Rp4,000,000
9
Rp0 Rp0
−
Mesin giling ikan
5
1
Rp5,000,000
Rp5,000,000
9
Rp0
− −
Alat cetak adonan (seng) Pemecah es
3 5
10 1
Rp 25,000 Rp5,000,000
Rp250,000 Rp5,000,000
9 9
Rp0 Rp0
−
Rak Stainless
10 1
6
Rp1,000,000
Rp6,000,000
9
Rp0
4
Rp500,000
Rp2,000,000
1
4
Rp300,000
5
Rp2,000,000 Rp250,000
9 9
Rp0 Rp0
1 1
Rp1,200,000 Rp2,000,000 Rp250,000
9
1
3
Rp1,500,000
Bangunan/Tempat Produksi Sewa Lahan/tempat penjemuran
15 12
3
Gudang penyimpanan
15
4
Peralatan Kantor Lemari Kalkulator Meja Kursi
5 5 5
1
Rp200,000
2 1
Peralatan Kerja − Mesin aduk/molen
10
−
Boiler/ketel uap
− −
86
Sisa Rp7,500,000
1 2
5
Nilai Rp
− − −
Rak bamboo Timbangan kecil Timbangan besar
− −
Timbangan gantung Gebreg
5 5
Rp4,500,000
1.5
Rp0 Rp0 Rp0
86
Lanjutan Tabel Perhitungan Biaya Tetap No.
Nama Peralatan/Fasilitas − −
Tempayan/tampah Bak/paso plastic
− Boks Ikan/Fiber − Gayung − Pisau − Perangkat Penyaringan Biaya Peralatan Pasca Produksi − Plastik Sealer − Rak JUMLAH
6
Umur 0.5
Juml Satuan 3000
Harga/Satuan Rp5,500
Nilai Rp Rp16,500,000
30
Rp20,000
Rp600,000
2
Rp0
5 1 1 1
3 2 3 2
Rp2,000,000 Rp10,000 Rp5,000 Rp100,000
Rp6,000,000 Rp20,000 Rp15,000 Rp100,000
9 3 3 2
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
5 5
4 2
Rp60,000 Rp300,000
Rp240,000 Rp600,000 Rp180,425,000
9 9
Rp0 Rp0 Rp595,556
1
Sisa
Usia Pembelian 1
Depresiasi Rp0
Sumber : Diolah dari data Primer (Nopember 2008)
87
87
2. BIAYA TIDAK TETAP 1. Penjumlahan Biaya Bahan Baku, Pendukung dan Biaya Lain-Lain No. Resp
Tapioka
Rp
paso
Ikan
Gula
Garam
Telur
MSG
TK
Listrik dan Air
Telepon
1
16000
48,000,000
400
66,000,000
19,200,000
1,200,000
350,000
30,000
8,505,000
400,000
100,000
2
23000
69,000,000
575
94,875,000
27,600,000
1,725,000
503,125
43,125
10,190,000
450,000
3
7000
21,000,000
175
28,875,000
8,400,000
525,000
153,125
13,125
2,750,000
4
3000
9,000,000
75
12,375,000
3,600,000
225,000
65,625
5,625
5
27000
81,000,000
675
111,375,000
32,400,000
2,025,000
590,625
6
5000
15,000,000
125
20,625,000
6,000,000
375,000
109,375
7
14000
42,000,000
350
57,750,000
16,800,000
1,050,000
8
10000
30,000,000
250
41,250,000
12,000,000
9
13000
39,000,000
325
53,625,000
10
13000
39,000,000
325
11
7000
21,000,000
175
12
36000
108,000,000
900
13
30000
90,000,000
14
6000
15
10000
88
Pembantu proses
Biaya Lain-lain
jumlah
70,000
27,102,000
200,000
171,157,000
130,000
90,000
39,144,000
300,000
244,050,250
300,000
10,000
60,000
13,048,000
150,000
75,284,250
1,170,000
300,000
80,000
40,000
3,224,000
100,000
30,185,250
50,625
10,250,000
520,000
150,000
70,000
45,668,000
300,000
284,399,250
9,375
2,000,000
330,000
100,000
40,000
6,536,000
100,000
51,224,750
306,250
26,250
5,375,000
420,000
120,000
50,000
25,090,000
200,000
149,187,500
750,000
218,750
18,750
3,970,000
360,000
100,000
55,000
18,584,000
200,000
107,506,500
15,600,000
975,000
284,375
24,375
4,750,000
410,000
110,000
40,000
20,672,000
200,000
135,690,750
53,625,000
15,600,000
975,000
284,375
24,375
5,000,000
380,000
110,000
50,000
19,584,000
300,000
134,932,750
28,875,000
8,400,000
525,000
153,125
13,125
3,220,000
340,000
90,000
40,000
13,084,000
200,000
75,940,250
148,500,000
43,200,000
2,700,000
787,500
67,500
15,750,000
700,000
200,000
100,000
63,180,000
400,000
383,585,000
750
123,750,000
36,000,000
2,250,000
656,250
56,250
14,250,000
600,000
150,000
100,000
51,180,000
300,000
319,292,500
18,000,000
150
24,750,000
7,200,000
450,000
131,250
11,250
2,515,000
300,000
120,000
60,000
9,842,000
100,000
63,479,500
30,000,000
250
41,250,000
12,000,000
750,000
218,750
18,750
3,760,000
350,000
200,000
65,000
15,272,000
200,000
104,084,500
BBM
88
2. Uraian Biaya Tenaga Kerja No Resp
Adonan
Pemotongan
Penjemuran
Pengemasan
Hari Kerja
Juml TK
Nilai Rp
2380000
17
20
8505000
8
3840000
24
23
10190000
200000
5
800000
8
17
2750000
100000
4
320000
4
14
1170000
7
700000
5
2800000
28
22
10250000
500000
3
150000
5
600000
6
15
2000000
4
1400000
4
375000
5
1500000
15
19
5375000
1500000
4
1000000
4
350000
4
1120000
14
16
3970000
1950000 1950000 1050000 5400000 4500000 900000 1500000
4 4 3 5 5 4 4
1300000 1300000 700000 3600000 3000000 600000 1000000
4 5 3 9 8 4 4
300000 350000 350000 750000 750000 175000 300000
5 5 4 10 10 6 4
1200000 1400000 1120000 6000000 6000000 840000 960000
12 14 14 30 30 7 12
17 18 14 30 29 18 17
4750000 5000000 3220000 15750000 14250000 2515000 3760000
Jumlah
RP
Jumlah
Rp
Jumlah
Rp
Jumlah
Rp
1
4
2400000
4
1600000
5
2125000
7
2
5
3450000
4
2300000
6
600000
3
4
1050000
4
700000
4
4
4
450000
3
300000
3
5
6
4050000
4
2700000
6
4
750000
3
7
6
2100000
8
4
9 10 11 12 13 14 15
4 4 4 6 6 4 5
89
89
3. Uraian Biaya Pendukung/Proses Produksi/Pengemasan No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
90
Kayu Bakar
Es Juml (Balok) 51 72 24 12 84 18 45 42 36 42 42 90 90 21 36
Plastik
Karung
Dus Karton Nilai Rp
Rp
Juml (Truk)
Rp
Juml (Kg)
Rp
102000
5
5000000
2000
22000000
27102000
144000
6
6000000
3000
33000000
39144000
48000
2
2000000
1000
11000000
13048000
24000
1
1000000
200
2200000
3224000
168000
7
7000000
3500
38500000
45668000
36000
1
1000000
500
5500000
6536000
90000
3
3000000
2000
22000000
25090000
84000
2
2000000
1500
16500000
18584000
72000
3
3000000
1600
17600000
20672000
84000
3
3000000
1500
16500000
19584000
84000
2
2000000
1000
11000000
13084000
180000
8
8000000
5000
55000000
63180000
180000
7
7000000
4000
44000000
51180000
42000
1
1000000
800
8800000
9842000
72000
2
2000000
1200
13200000
15272000
Juml
Rp
Juml
Rp
90
Lampiran 8. Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk Skala Sedang 1. Kalkulasi Biaya Tetap No. 1 2 3 4
5
Nama Peralatan/Fasilitas Bangunan/Tempat Produksi Lahan/tempat penjemuran Gudang penyimpanan Peralatan Kantor Lemari Kalkulator Meja Kursi
Juml Satuan
Harga/satuan
Nilai Rp
Sisa
15 15 15
1 1 1
Rp65,000,000 Rp3,000,000 Rp10,000,000
Rp65,000,000 Rp3,000,000 Rp10,000,000
18 18 18
0 0 0
5 5 5
2 3 2
Rp200,000 Rp40,000 Rp350,000
Rp400,000 Rp120,000 Rp700,000
10 2 4
0 Rp21.000 0
Rp10,000
Usia Pembelian
Depresiasi
Peralatan Kerja -
Mesin aduk/molen
10
3
Rp12,000,000
Rp36,000,000
-
Boiler/ketel uap
20
1
Rp60,000,000
Rp60,000,000
-
Oven
20
1
Rp60,000,000
Rp60,000,000
5
1
Rp6,000,000
Rp6,000,000
5
1
Rp5,000,000
-
Mesin potong Mesin giling ikan
18
Rp0
Rp18,000,000
18
Rp175,000
Rp18,000,000
7
Rp175,000
7
Rp00
Rp5,000,000
15
Rp0
Rp100,000
Rp800,000
15
Rp0
15
Rp0
15
Rp116,500
-
Alat cetak adonan
5
8
-
Pemecah es
5
1
Rp5,000,000
Rp5,000,000
-
Rak Stainless
8
Rp5,000,000
Rp40,000,000
-
Rak bamboo
20 1
8
Rp500,000
Rp4,000,000
1,5
0
Timbangan kecil
5
Rp300,000
Rp900,000
10
Rp0
-
Timbangan besar
5
Rp0
Timbangan gantung
5
Rp2,000,000 Rp250,000
10
-
2 1
Rp4,000,000 Rp250,000
10
Rp0
-
Gebreg
1
6
Rp1,500,000
Rp9,000,000
1.5
-
Tempayan/tampah
0.5
4000
Rp3,000
Rp12,000,000
1
Rp0 Rp0
-
91
Umur
3
Rp12,000,000
91
Lanjutan Tabel Biaya Tetap No.
Nama Peralatan/Fasilitas -
6
Bak/paso plastic
Umur
Juml Satuan
1
60
Rp15,000
Rp900,000
2
Rp0
5
Rp2,000,000
Rp10,000,000
13
Rp0
1 1
3 6
Rp3,000
Rp9,000
3
Rp0
Rp5,000
Rp30,000
3
Rp0
5
Boks Ikan/Fiber Gayung Pisau
Harga/satuan
Nilai Rp
Sisa
Usia Pembelian
Depresiasi
Biaya Peralatan Pasca Produksi -
Plastik Sealer
5
5
Rp400,000
Rp2,000,000
12
Rp0
-
Rak
5
3
Rp300,000
Rp900,000
8
Rp0
JUMLAH
Rp336,039,000
487.500
2. Kalkulasi Biaya Tidak Tetap 1. Penjumlahan Biaya Bahan Baku, Pendukung dan Biaya Lain-Lain No. Resp
Tapioka
Rp
paso
Ikan
Gula
Garam
Telur
MSG
TK
Listrik dan Air
Telepon
BBM
Pembantu proses
Biaya Lain-lain
Jumlah
1
60000
180,000,000
1500
247,500,000
72,000,000
4,500,000
1,312,500
112,500
36,750,000
1,000,000
100,000
200,000
118,286,667
1,000,000
662,761,667
2
65000
195,000,000
1625
268,125,000
78,000,000
4,875,000
1,421,875
121,875
42,290,000
1,200,000
130,000
250,000
111,950,556
2,000,000
705,364,306
3
40000
120,000,000
1000
165,000,000
48,000,000
3,000,000
875,000
75,000
21,000,000
1,000,000
80,000
150,000
78,971,112
1,000,000
439,151,112
4
54000
162,000,000
1350
222,750,000
64,800,000
4,050,000
1,181,250
101,250
34,125,000
1,200,000
80,000
140,000
99,080,001
1,200,000
590,707,501
5
40000
120,000,000
1000
165,000,000
48,000,000
3,000,000
875,000
75,000
27,380,000
900,000
150,000
160,000
86,027,112
800,000
452,367,112
6
50000
150,000,000
1250
206,250,000
60,000,000
3,750,000
1,093,750
93,750
26,250,000
1,100,000
100,000
150,000
98,488,890
1,000,000
548,276,390
7
50000
150,000,000
1250
206,250,000
60,000,000
3,750,000
1,093,750
93,750
27,800,000
1,000,000
120,000
150,000
80,203,890
900,000
531,361,390
8
36000
108,000,000
900
148,500,000
43,200,000
2,700,000
787,500
67,500
22,200,000
800,000
100,000
80,000
92,490,000
1,000,000
419,925,000
92
92
2. Uraian Biaya Tenaga Kerja No Resp
Jumlah
RP
Jumlah
Rp
Jumlah
Rp
Jumlah
Rp
1
10
9000000
15
6000000
15
15750000
10
2
15
9750000
15
6500000
18
17640000
3
10
6000000
10
4000000
10
4
10
8100000
12
5400000
15
5
13
6000000
10
4000000
14
6
10
7500000
15
5000000
7
14
7500000
10
8
8
5400000
12
Adonan
Pemotongan
Penjemuran
Pengemasan
Hari Kerja
Juml TK
Nilai Rp
6000000
30
50
36750000
15
8400000
28
63
42290000
7000000
10
4000000
20
40
21000000
13125000
15
7500000
25
52
34125000
10780000
15
6600000
22
52
27380000
10
8750000
10
5000000
25
45
26250000
5000000
15
10500000
12
4800000
20
51
27800000
3600000
10
8400000
10
4800000
24
40
22200000
3. Uraian Biaya Pendukung/Proses Produksi/Pengemasan No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8
93
Es Juml 300 280 200 250 220 250 200 240
Kayu bakar
Plastik
Karung
Dus Karton
Nilai Rp
Rp
Juml
Rp
Juml
Rp
Juml
Rp
Juml
Rp
600,000
90
108,000,000
833
9,166,667
500
400,000
400
120,000
118,286,667
560,000
84
100,800,000
903
9,930,556
600
480,000
600
180,000
111,950,556
400,000
60
72,000,000
556
6,111,112
500
400,000
200
60,000
78,971,112
500,000
75
90,000,000
750
8,250,001
300
240,000
300
90,000
99,080,001
440,000
66
79,200,000
556
6,111,112
300
240,000
120
36,000
86,027,112
500,000
75
90,000,000
694
7,638,890
400
320,000
100
30,000
98,488,890
400,000
60
72,000,000
694
7,638,890
150
120,000
150
45,000
80,203,890
480,000
72
86,400,000
500
5,500,000
100
80,000
100
30,000
92,490,000
93
Lampiran 9. Jumlah Biaya (Modal) yang Dikeluarkan Pengrajin Kerupuk Pada Bulan Nopember 2008 PENJUMLAHAN MODAL TETAP DAN MODAL TIDAK TETAP PENGRAJIN KERUPUK DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK DESA KENANGA KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU PROPINSI JAWA BARAT PADA BULAN NOPEMBER 2008 1. Pengrajin Skala Kecil No Resp Biaya Tetap (Rp) 1 Rp418,611
Biaya Variabel (Rp) 171,157,000
Jumlah 171,575,611
2
Rp457,500
244,050,250
244,507,750
3
Rp418,611
75,284,250
75,702,861
4
Rp418,611
30,185,250
30,603,861
5
Rp496,389
284,399,250
284,895,639
6
Rp376,944
51,224,750
51,601,694
7
Rp418,611
149,187,500
149,606,111
8
Rp438,056
107,506,500
107,944,556
9
Rp438,056
135,690,750
136,128,806
10
Rp438,056
134,932,750
135,370,806
11
Rp457,500
75,940,250
76,397,750
12
Rp595,556
383,585,000
384,180,556
13
Rp515,833
319,292,500
319,808,333
14
Rp426,389
63,479,500
63,905,889
15
Rp447,778
104,084,500
104,532,278
2. Skala Pengrajin Skala Sedang
No. Resp 1
Biaya Tetap (Rp) Rp428,711
Biaya Variabel (Rp) 662,761,667
Jumlah Rp663,180,279
2
Rp487,500
705,364,306
Rp705,821,806
3
Rp468,511
439,151,112
Rp439,569,723
4
Rp437,711
590,707,501
Rp591,126,112
5
Rp595,389
452,367,112
Rp452,863,500
6
Rp475,934
548,276,390
Rp548,653,334
7
Rp435,611
531,361,390
Rp531,780,001
8
Rp447,056
419,925,000
Rp420,363,056
94
Lampiran 10. Variabel Bebas (X) Dan Variabel Tidak Bebas (Y) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat 1. Pengrajin Skala Sedang No. Resp
Modal (X1)
TK (X2)
Permintaan (X3)
Harga (X4)
Produksi (Y)
1
662761667
55
60000
20000
60000
2
705364306
63
63000
20000
65000
3
439151112
50
50000
18000
45000
4
590707501
52
50000
18000
54000
5
452367112
52
50000
20000
45000
6
548276390
45
59200
18000
50000
7
531361390
51
50000
17000
50000
8
419925000
40
40000
18000
36000
2. Pengrajin Skala Kecil No. Resp
Modal (X1)
TK (X2)
Permintaan (X3)
Harga (X4)
Produksi (Y)
1
179969625
20
20000
16000
16000
2
254033825
23
24000
16000
23000
3
84208625
17
8000
15000
7000
4
39035292
14
3000
15000
3000
5
295642458
22
29000
16000
27000
6
59730083
15
7000
17000
5000
7
157870958
19
16000
14000
14000
8
116641542
16
10000
14000
10000
9
144546625
17
12000
14000
13000
10
143911125
18
14000
17000
13000
11
85304500
15
9000
16000
7000
12
397249842
30
39000
17000
36000
13
329799675
29
30000
17000
30000
14
71880450
19
23000
16000
12000
15
115669058
13
20000
16000
10000
95
Lampiran 11. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat dengan Menggunakan Software SPSS For Windows Versi 12 1. Hasil Analisis pada Pengrajin Kerupuk Skala Kecil Regression Descriptive Statistics
Y X1 X2 X3 X4
Mean 15066.6667 165032912.2000 19.1333 17600.0000 15733.3333
Std. Deviation 9691.42969 107072134.78031 5.05494 10069.75670 1099.78353
N 15 15 15 15 15
Correlations
Pearson Correlation
Y X1 X2 X3 X4 Y X1 X2 X3 X4 Y X1 X2 X3 X4
Sig. (1tailed)
N
Y 1.000 .988 .946 .939 .404 . .000 .000 .000 .068 15 15 15 15 15
X1 .988 1.000 .924 .893 .382 .000 . .000 .000 .080 15 15 15 15 15
X2 .946 .924 1.000 .861 .431 .000 .000 . .000 .054 15 15 15 15 15
X3 .939 .893 .861 1.000 .473 .000 .000 .000 . .037 15 15 15 15 15
X4 .404 .382 .431 .473 1.000 .068 .080 .054 .037 . 15 15 15 15 15
Variables Entered/Removed(b) Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1
X4, X1, X3, X2(a)
.
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y
96
Model Summary(b)
Model
1
R
.998(a)
R Square .996
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
DurbinR Watson Square F Sig. F Change Change df1 df2 Change .994 719.19850 .996 633.045 4 10 .000 1.916
a Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2 b Dependent Variable: Y ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1309760868.467 4 327440217.117 633.045 .000(a) Residual 5172464.867 10 517246.487 Total 1314933333.333 14 a Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2 b Dependent Variable: Y
Coefficients(a) Unstandardized Standardized Collinearit y Coefficients Coefficients t Sig. Statistics Std. B Beta Tolerance VIF Error 1 (Constant) 3061.904 -.398 .699 1219.180 X1 .00005 .000 .598 9.840 .000 .106 9.400 X2 337.632 103.065 .176 3.276 .008 .136 7.347 X3 .255 .045 .265 5.647 .000 .178 5.605 X4 -.229 .202 -.026 .284 .747 1.339 1.133 a Dependent Variable: Y
Model
97
2. Hasil Analisis pada Pengrajin Kerupuk Skala Sedang Regression Descriptive Statistics
Y X1 X2 X3 X4
Mean 50625.0000 543739309.7500 51.0000 52775.0000 18625.0000
Std. Deviation 9132.94664 105075702.54081 6.76123 7483.64884 1187.73494
N 8 8 8 8 8
Correlations
Pearson Correlation
Sig. (1tailed)
N
Y 1.000 .970 .874 .880 .486 . .000 .002 .002 .111 8 8 8 8 8
Y X1 X2 X3 X4 Y X1 X2 X3 X4 Y X1 X2 X3 X4
X1 .970 1.000 .766 .830 .447 .000 . .013 .005 .133 8 8 8 8 8
X2 .874 .766 1.000 .708 .605 .002 .013 . .025 .056 8 8 8 8 8
X3 .880 .830 .708 1.000 .516 .002 .005 .025 . .095 8 8 8 8 8
X4 .486 .447 .605 .516 1.000 .111 .133 .056 .095 . 8 8 8 8 8
Variables Entered/Removed(b) Variables Variables Entered Removed Method X4, X1, . Enter X2, X3(a) a All requested variables entered. b Dependent Variable: y
Mode l 1
98
Model Summary(b)
Adjusted R Square
Change Statistics
Std. Error of the Estimate
DurbinR F Sig. F Watson df1 df2 Square Change Change Change .998(a) .996 .990 927.30370 .996 169.002 4 3 .001 1.894 a Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3 b Dependent Variable: Y
Model
1
R
R Square
ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares
Df
Regression 581295323.521 Residual 2579676.479 Total 583875000.000 a Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3 b Dependent Variable: y
4 3 7
Mean Square
F
145323830.880 859892.160
169.002
Sig. .001(a)
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model 1
(Constant) X1 X2 X3 X4
B -1263.383 .000 452.147 .246 -.627
Std. Error 5580.662 .000 90.929 .088 .381
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
.583 .335 .201 -.082
-.226 7.431 4.973 2.788 -1.647
.835 .005 .016 .069 .198
.239 .325 .282 .601
VIF 4.176 3.077 3.542 1.665
a Dependent Variable: y
99
Lampiran 12. Komposisi dan Neraca Massa Proses Produksi Kerupuk Ikan Bahan Daging Ikan Tapioka Gula Gaeam Telur MSG Air
Komposisi 15 Kg 40 Kg 8 Kg 3 Kg 1 butir 50 gram 5 liter
Ikan Segar 1000 Kg
Air = 9 m3
Pencucian dan pengeluaran isi perut, pemisahan kulit dan kepala 1000 kg
Penggilingan daging 750 Kg Tapioka = 2000 kg Gula = 400 kg Garam = 150 kg MSG = 2.5 Kg Telur = 50 butir
Pembuatan adonan 3305,63 Kg
Tepung dan adonan 1,7 kg Terigu = 50 Kg
Air = 500 liter Kayu baker = 2 m 3
Pencetakana Adonan 3355,63 Kg
Pengukusan dengan suhu 110 0C, 1 jam 3853,93
Sisa Ikan 250 Kg
Pengeringan adonan selama 12 jam 3803,93 Kg
Pemotongan/pengirisan 3753,93
Penjemuran kerupuk 1 hari 3753,93
Kerupuk kering 3353,93
100