Untuk diterbitkan segera
Siaran Pers Golden Agri – Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Jakarta, Singapura, 9 Februari 2011 – Golden Agri Resources Limited (GAR) dan anakanak perusahaannya termasuk PT SMART Tbk (SMART) mengumumkan pada hari ini akan bekerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk Pemerintah Republik Indonesia dan The Forest Trust (TFT), untuk mencari solusi-solusi untuk konservasi hutan. Solusi-solusi tersebut akan melibatkan pembangunan industri kelapa sawit yang lestari secara keseluruhan yang merupakan bagian dari pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada saat yang bersamaan, hal tersebut akan meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal. GAR memprakarsai Kebijakan Konservasi Hutan (KKH) bekerjasama dengan TFT yang bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan bagi GAR dan industri minyak sawit. KKH juga bertujuan untuk memastikan bahwa GAR memiliki kenihilan rekam jejak deforestasi. KKH memfokuskan diri pada tidak membangun di hutan Stok Karbon Tinggi (SKT), di area hutan dengan nilai konservasi tinggi (NKT) dan di lahan gambut; menghargai dan menghormati keberadaan penduduk asli dan masyarakat lokal serta mematuhi semua peraturan dan perundangan yang relevan dan Interpretasi Nasional Prinsip dan Kriteria Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). (Harap merujuk pada bagian lampiran untuk keseluruhan isi dari KKH). Demi mencapai tujuan dari kebijakan ini, GAR berkomitmen untuk memimpin investigasi dan memperkenalkan adopsi dari konsep SKT yang baru, ke seluruh industri minyak sawit. GAR akan melaksanakan kegiatan lapangan bekerjasama dengan TFT dan pemangku kepentingan lainnya pada semester pertama tahun 2011. Selama kegiatan lapangan tersebut, definisi provisional untuk hutan SKT adalah yang memiliki nilai karbon melebihi 35tC/ha. GAR akan berbagi hasil kegiatan lapangan ini apabila telah selesai. Definisi provisional diatas 35tC/ha tersebut dapat berubah sebagaimana yang bisa diterapkan di industri, dan sesuai hasil kegiatan lapangan dan setelah berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan. KKH ini merupakan bagian dari upaya perbaikan berkelanjutan GAR atas komitmen sustainability nya dan merupakan dasar bagi perusahaan dalam menjalin hubungan dengan berbagai pemangku kepentingan. GAR berkomitmen untuk memberikan evaluasi dan pelaporan kinerja atas kebijakan KKH ini secara rutin dan transparan melalui website perusahaan, laporan tahunan CSR dan keterlibatan berkelanjutan dengan pemangku kepentingan utama. GAR menyadari bahwa untuk melakukan konservasi terhadap SKT, pemerintah Indonesia berperan sangat penting terutama dalam kaitan adopsi dan pemberlakuan peraturan dan perundangan untuk memungkinkan terjadinya perubahan di industri minyak sawit (termasuk
menerapkan proses tukar-menukar tanah). Pelaku kunci di industri minyak sawit Indonesia diharapkan untuk mengarahkan kebijakan konservasinya ke hutan SKT. Lembaga Swadaya Masyarakat, penduduk asli dan masyarakat lokal dan pemangku kepentingan lain harus terlibat di dalam proses transformasi industri minyak sawit. Bapak Mahendra Siregar, Wakil Menteri Perdagangan mengatakan, “Pemerintah Republik Indonesia menyambut baik kerjasama antara GAR dan TFT untuk pembangunan industri minyak sawit lestari yang memperhatikan konservasi lingkungan dan sosial dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Inisiatif ini adalah contoh usaha untuk mencari solusisolusi nyata dan model untuk sektor berbasis sumber daya yang merupakan kunci bagi pembangunan Indonesia yang berkelanjutan. Kami mendukung kerjasama yang menunjukan teladan kepimpinan yang akan menggerakkan para pelaku usaha untuk berpartisipasi dalam proses tersebut, pada saat ini dan selanjutnya.” Bapak Franky Widjaja, Chairman dan CEO dari GAR mengatakan, “Hal ini adalah langkah pertama menuju kerjasama yang lebih besar dengan para pemangku kepentingan di industri minyak sawit dan ahli independen lainnya. Kami menyambut dengan baik terlaksananya dialog yang konstruktif dan hanya dengan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan hal ini dapat berhasil. “ Bapak Scott Poynton, Direktur Eksekutif TFT mengatakan ” Komitmen GAR saat ini adalah buah dari berbagai diskusi dan studi lapangan selama beberapa bulan terakhir. Perusahaan mengungkapkan keseriusannya kepada kami untuk memimpin upaya-upaya dalam mencari solusi mengenai masalah deforestasi yang dihadapi oleh industri minyak sawit. Apabila kita melakukannya dengan baik, hal ini akan memberikan dampak yang besar bagi hutan-hutan di Indonesia, masyarakat dan keanekaragaman hayati yang bergantung didalamnya; tidak terlepas dampaknya bagi perubahan iklim. KKH dibangun sejalan dengan pernyataan GAR pada 4 Februari 2010 yang mencakup tidak mengkonservasikan lahan dengan stok karbon tinggi ( termasuk lahan gambut terlepas dari kedalamannya), tidak mengkonversikan di area ber nilai konservasi tinggi, dan melakukan perbaikan yang berkelanjutan demi peningkatan produktivitas. GAR juga sedang mempersiapkan Productivity Policy dan Social and Community Engagement Policy untuk memastikan pendekatan secara holistik atas komitmen sustainability. TFT juga bekerjasama dengan GAR untuk memastikan agar perusahaan mencapai sasarannya yakni sertifikasi RSPO pada bulan Desember 2015. GAR juga terlibat dalam program kerja TFT yang berkaitan dengan Nestle Responsible Sourcing Guidelines yang bertujuan untuk memastikan bahan baku yang diperoleh berasal dari pemasok yang berkelanjutan. Bapak Franky Widjaja menyimpulkan, “Minyak sawit adalah komoditas strategis bagi bangsa Indonesia dan kami berkomitmen untuk mengambil peran terdepan dalam mencari solusisolusi dalam memastikan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan dari industri minyak sawit, pertumbuhan perekonomian Indonesia dan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kita.
2
Tentang Golden Agri – Resources Ltd (“GAR”) Berpusat di Singapura, GAR adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar kedua di dunia dengan total luasan lahan sebesar 435,000 hektar (termasuk perkebunan plasma) per 30 September 2010, berlokasi di Indonesia. Perusahaan memiliki operasi yang terintegrasi dengan berfokus pada produksi minyak makan dan lemak nabati. Didirikan pada tahun 1996, GAR tercatat di bursa Singapura sejak tahun 1999 dengan kapitalisasi pasar sebesar US$ 5.25 milyar per 30 September 2010. Flambo International Ltd, adalah perusahaan investasi yang merupakan pemegang saham terbesar GAR, dengan kepemilikan saham sebesar 49%. GAR memiliki beberapa anak perusahaan, termasuk PT SMART Tbk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 1992. GAR berfokus pada produksi minyak sawit yang lestari. Di Indonesia, pembudidayaan dan pemanenan tanaman kelapa sawit, pemrosesan tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah (”CPO”) dan palm kernel, serta rafinasi CPO menjadi produk dengan nilai tambah seperti minyak goreng, margarin dan shortening. Perusahaan juga memiliki kegiatan operasional yang terintegrasi di China termasuk pelabuhan laut dalam, oil seeds crushing plants, kemampuan produksi untuk rafinasi produk minyak makan dan begitupula produk makanan lainnya seperti mie.
Untuk informasi lebih lanjut harap menghubungi : Indonesia : Yasmine Sagita Corporate Affairs Tel: (62) 21 318 1388 Mobile: (62) 88 199 32548/(62) 8999 182620 Email:
[email protected] Singapura : Pelham Bell Pottinger Asia Claire Yong/ Nazreen Nessa Tel: (65) 6333 3449 Mobile: (65) 9185 0761/ (65) 8322 6409 Email:
[email protected]/
[email protected] London : Pelham Bell Pottinger Asia David Wynne- Morgan Mobile : (44) 77 955 78525 Email :
[email protected]
3
Lampiran Kebijakan Konservasi Hutan 1. GAR ingin memastikan kenihilan rekam jejak deforestasi pada kegiatan produksi minyak sawit dengan : • Tidak membangun di hutan stok karbon tinggi • Tidak membangun di area hutan ber nilai konservasi tinggi • Tidak membangun di lahan gambut • Memastikan terlaksanakannya Free Prior Informed Consent bagi penduduk asli dan masyarakat lokal • Mematuhi semua peraturan dan perundangan yang relevan, dan Interpretasi Nasional Prinsip dan Kriteria RSPO. 2. Kami akan mengadopsi kebijakan konservasi hutan pada seluruh perkebunan yang kami miliki, kelola, atau yang diinvestasikan terlepas dari besarnya kepemilikan kami. 3. Untuk mempromosikan kebijakan konservasi hutan ini pada seluruh industri minyak sawit dengan mendayagunakan kepemimpinan dan mengadvokasikan kebijakan ini dalam kemitraan dengan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia. 4. Hutan Berstok Karbon Tinggi (”SKT”) 4.1 Demi mencapai tujuan dari kebijakan ini, kami berkomitmen untuk memimpin investigasi dan untuk memperkenalkan adopsi dari konsep SKT yang baru, diseluruh industri minyak sawit. 4.2 Kami memahami bahwa untuk memberikan perlindungan pada SKT : •
• •
Pemerintah Republik Indonesia berperan sangat penting terutama dalam kaitan adopsi dan pemberlakuan peraturan dan perundangan untuk memungkinkan terjadinya perubahan di industri minyak sawit (termasuk menerapkan proses tukar menukar tanah) pelaku kunci di industri minyak sawit Indonesia bersedia mengarahkan kebijakan konservasinya ke hutan stok karbon tinggi (SKT); dan Lembaga Swadaya Masyarakat, penduduk asli dan masyarakat lokal dan pemangku kepentingan lain harus terlibat di dalam proses transformasi industri minyak sawit.
4.3 GAR akan melaksanakan kegiatan lapangan bekerjasama dengan TFT dan pemangku kepentingan lain pada semester pertama 2011. Selama kegiatan lapangan, definisi provisional untuk hutan stok karbon tinggi adalah yang memiliki nilai karbon melebihi 35tC/ha. Kami akan berbagi hasil kegiatan lapangan ini apabila telah selesai. Definisi provisional 35tC/ha tersebut dapat berubah sebagaimana bisa yang diterapkan di industri dan sesuai hasil kegiatan lapangan dan setelah berkonsultasi dengan pemangku kepentingan.
1
5. Areal Hutan dengan Nilai Konservasi Tinggi dan Lahan Gambut 5.1 Sejalan dengan pernyataan kami pada 4 Februari, kami memastikan bahwa tidak ada penanaman di area hutan NKT dan tidak membangun di atas lahan gambut di areal konsesi kami berapapun kedalamannya. Kami akan bekerjasama dengan pemangku kepentingan untuk mengelola fungsi ekologi gambut yang ada di dalam konsesi kami. 5.2 Kami akan berusaha untuk mengkonservasikan keanekaragaman hayati, sebagai bagian dari kebijakan kami untuk mengkonservasi areal NKT. 6. Free, Prior, Informed Consent kepada Penduduk Asli dan Masyarakat Lokal GAR menghargai dan menghormati hak ulayat jangka panjang dari penduduk asli dan penduduk yang tinggal di hutan untuk tetap memiliki tanah tradisi mereka dan kami berkomitmen untuk melaksanakan Free, Prior, Informed, Consent sebelum memulai kegiatan lapangan. 7. Patuh dan Tunduk pada Peraturan Perundangan yang berlaku dan Prinsip-prinsip dan Kriteria RSPO GAR akan terus memenuhi semua peraturan dan perundangan yang relevan Interpretasi Nasional Prinsip dan Kriteria RSPO dalam hal konservasi hutan.
dan
8. Laporan Perkembangan 8.1. Kami memahami bahwa sejalan dengan adanya isu-isu baru dan teknologi-teknologi baru yang tersedia, kebijakan baru dan praktik-praktik terbaru butuh untuk dikembangkan atau diadopsi. Kami berkomitmen untuk mempertahankan pendekatan pembelajaran terbuka dalam pengelolaan dan menanggapi isu-isu baru yang muncul dari proses pengawasan dan evaluasi. 8.2 Kami berkomitmen untuk memberikan evaluasi dan pelaporan kinerja kami atas kebijakan ini secara bertanggung jawab dan transparan melalui website perusahaan, laporan tahunan CSR, dan keterlibatan berkelanjutan dengan pemangku kepentingan Disusun oleh GAR atas konsultasi dengan TFT. 9 Februari 2011
2