GMIT MENGHADAPI KELOMPOK DOA Oleh J. A. Telnoni sehingga di So’e ia menerima pelayanan lanjutan. Karena itu setelah tim ini meninggalkan So’e pada Pergumulan gereja-gereja di Indonesia dalam akhir bulan Agustus 1965, ia sendiri melanjutkan dekade 1970-an antara lain ditandai dengan upaya pelayanan yang serupa kepada anggota-anggota menghadapi kelompok-kelompok doa. GMIT dalam jemaat setempat, terutama kepada para pemuda pergumulan seperti itu menghadapi pertumbuhan dan siswa-siswi asuhannya. Dalam waktu yang tidak gerakan yang lebih dikenal dengan Gerakan Roh di terlalu lama, aktivitas ini meningkat menjadi Timor.1 Gerakan ini kemudian berkembang ke seluruh kesaksian-kesaksian yang bernuansa kebangunan wilayah pelayanan GMIT. Hingga sekarang, rohani. Akhirnya anggota jemaat ini memutuskan mayoritas kelompok doa yang hidup dan aktif adalah untuk meninggalkan tugas pokoknya sebagai peninggalan dari gerakan ini. seorang Pegawai Negeri Sipil dan mengikuti pendidikan di III Batu.4 Pada tahun-tahun awal dari gerakan ini, dikuatirkan bahwa sebagai dampaknya GMIT akan terpecah Gerakan yang telah dimulai ini berkembang dalam menjadi beberapa geraja. Akan tetapi melalui waktu yang sangat singkat. Pada akhir September pendekatan dan berbagai kiat tertentu akhirnya 1965, mulai muncul tim-tim pemberita Injil5 dari terlihat juga sumbangan-sumbangan gerakan ini berbagai jemaat sampai mencapai jumlah lebih dari bagi pertumbuhan gereja dan iman anggota40 buah. Oleh karena pertumbuhan yang begitu anggotan. Dengan demikian perpecahan yang cepat dan melibatkan begitu banyak orang, aktivitas dikuatirkan pada awalnya tidak sampai terjadi. pelayan seperti kesaksian-kesaksian jemaat di So’e begitu padat terutama sejak akhir September 1965 2. Sekilas catatan historis hingga tahun 1966. Ibadah-ibadah hari Minggu bisa diisi dengan kesaksian-kesaksian tentang berbagai Gerakan Roh di Timor, bukan gerakan baru sama penglihatan, pengalaman penyembuhan dari sekali. Di zaman pendudukan tentara Jepang di berbagai penyakit, dll. Indonesia, sebenarnya gerakan yang serupa sudah pernah terjadi di jemaat Nunkolo, satu desa terpencil 3. Beberapa ciri gerakan roh di Timor yang terletak sekitar 185 km dari Kupang. Pada tahun-tahun penuh krisis seperti itu anggota anggota Dalam berbagai kesaksian dan pemberitaan Firman jemaat berkumpul untuk berdoa, untuk memohon Allah yang disampaikan oleh tim-tim pemberita Injil, pertolongan Tuhan. Beberapa orang diantara mereka terdengar seruan untuk bertobat, ajakan untuk hidup mengaku bahwa mereka mendapat gerakan roh baru, kesiapan untuk menunggu kedatangan Yesus untuk menyampaikan pesan-pesan atau kembali. Sehubungan dengan praktik penyembuhan penglihatan-penglihatan tertentu. penyakit yang lebih dikenal dengan penyembuhan ilahi, muncul juga tekanan tentang mujizat dan Selanjutnya pada tahun 1964, muncul gerakan upaya untuk memperoleh karuinia-karunia. Ciri-ciri 2 penyembuhan ilahi, oleh seorang guru bernama J. gerakan roh di Timor secara ringkas adalah sbb: A. Ratuwalu. Gerakannya tidak berkembang luas sehingga tidak ada pengaruhnya yang berarti. Pada 3. 1. Penglihatan akhir Agustus1965, jemaat di So’e mendapat Seseorang yang akan muncul sebagai ketua tim kunjunga dari satu Tim Pekabar Injil. Tim itu terdiri mula-mula mendapat penglihatan. Biasanya dari beberapa dosen dan mahasiswa/I, Institut Injil penglihatan itu berhubungan dengan suruhan untuk Indonesia(III) Di Batu - Jawa Timur yang mengelilingi berbagai daerah di Indonesia dalam rangka promosi pergi bersaksi di suatu tempat. Penglihatanpenglihatan yang diperoleh dapat berupa lembaga pendidikan Injil itu. penyingkapan dari suatu dosa para leluhur atau Kedatangan tim tersebut mendapat sambutan baik orang tua. Kalau penglihatan ini yang diperoleh, dari pihak jemaat. Akan tetapi sebelum tim itu maka nanti ia harus memberi kesaksian pertobatan. datang , sebenarnya seorang anggota jemaat dari Ada juga penglihatan yang menunjukkan sesuatu So’e3 telah mengikuti aktivitas mereka di Kupang yang akan terjadi, baik berupa bencana, dalan bulan Juli 1965, pelayanan yang diterimanya penghukuman maupun suatu karunia tertentu. dari tim ini di Kupang cukup menarik perhatiannya
Tinjauan Teologis
1. Pengantar
24
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
Edisi No. 4 - Semester Genap 2003
3. 2. Kesaksian.
3. 3. Eksorsisme Praktek Eksorsisme atau pengusiran setan tidak hanya dilakukan pada orang yang dirasuk setan. Tim-tim Pekabar Injil yang muncul dari gerakan ini mengusir setan juga dari tempattempat yang dipandang keramat. Tempattempat termasuk adalah tempat penyembuhan biasa agama lama dan suku yang juga dipandang sebagai tempat kediaman dan kekuasaan roh-roh jahat. Karena itu perlu dilakukan doa untuk mengusir roh-roh jahat dari situ. Dalam beberapa praktik, satu atau beberapa tim pergi ke tempat yang dianggap keramat, berdoa dan menyanyikan lagu-lagu rohani. Dalam doa-doa mereka ditempat itu, mereka mengusir roh-roh jahat dalam nama Yesus. Mereka juga menyanyikan lagulagu yang mengisahkan atau menyatakan kemenangan Tuhan atas kuasa-kuasa jahat. 3. 4. Pertobatan dan hidup baru Pertobatan selalu ditekankan dalam kesaksian atau kebangunan rohani yang diselenggarakan oleh timtim pemberita Injil. Isi pemberitaan yang demikian sesuai dengan kondisi masyarakat pada masa itu yang sarat dengan perjudian, mabuk-mabukan, pencurian, dll. Dalam hubungan dengan pertobatan, ditekankan juga bahwa berbagai penyakit dan
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
3. 5. Parousia Salah satu topik kesaksian dan pemberitaan tim-tim ini adalah kedatangan Yesus kembali sebagai Hakim dan Raja. Menurut para pemberita ini, kedatangan Yesus sangat dekat dan sama seperti pencuri. Karena itu orang-orang saleh harus berjaga dan berdoa terus-menerus agar tidak menjadi seperti lima gadis bodoh yang ketinggalan dan tidak dapat mengambil bagian bersama Tuhan. Oleh karena tekanan seperti itu untuk beberapa waktu dalam masa gerakan ini, banyak orang meninggalkan tempat kerja dan menjadi pemberita Injil. Banyak diantara mereka yang hidup dari pekerjaan sehari-hari, tetapi tidak bekerja secara penuh sepanjang minggu bahkan ada juga yang meninggalkan pekerjaan tetapnya sebagai PNS dan menjadi Pekabar Injil. 3. 6. Pandangan tentang keselamatan Bagi kalangan gerakan roh di Timor, keselamatan jiwa adalah hal terpenting. Tubuh manusia adalah hal fana dan tidak termasuk dalam keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena pandangan seperti ini, maka perhatian terhadap kesehatan jasmani sama sekali nihil. Kalau ada orang yang sakit, dia harus didoakan supaya Tuhan sembuhkan. Upaya perawatan medis dipandang sebagai tindakan yang menyangkal kuasa Tuhan dalam penyembuhan penyakit. Konsekuensi dari pandangan ini ialah segala urusan sosial dianggap tidak penting. Yang terpenting adalah bersaksi, memenagkan banyak jiwa dan memuji Tuhan. Siapa setia dalam hal seperti ini, segala kebutuhannya akan dipenuhi oleh Tuhan sendiri. Karena itulah banyak orang meninggalkan tugas pokoknya untuk pergi bersaksi sampai berbulan-bulan.
Edisi No. 4 - Semester Genap 2003
25
Tinjauan Teologis
Oleh karena penglihatan akan bermuara pada kesaksian, maka banyak pelihat juga mengetahui apa yang harus mereka saksikan pada penglihatan yang diperoleh. Isi kesaksiannya dapat berupa panggilan untuk bertobat, atau sesuatu yang harus diperbuat. Meskipun demikian, sebagian dari kesaksian-kesaksian yang mereka sampaikan, lebih merupakan kisah tentang pengalaman perjalanan dari pada kesaksian. Patut dicatat bahwa semua kesaksian, baik yang berhubungan dengan kehidupan pribadi seseorang maupun dengan kehidupan persekutuan jemaat, hanya berkaitan dengan kehidupan spiritual jemaat. Arah pemberitaan mereka untuk keselamatan selalu bermuara pada keselamatan jiwa.
kegagulan disebabkan oleh dosa. Apabila orang yang mendengarkan kesaksian seperti itu tidak bertobat, maka ia akan tetap dalam keadaan sakit atau gagal terus menerus dalam kehidupannya.
Tinjauan Teologis
4. Gerakan Roh dan Lembaga lain Sejak awal munculnya gerakan roh di Timor, langsung atau tidak langsung ada kaitannya dengan Institut Injil Indonesia di Batu-Jawa Timur. Hal itu diawali dengan kedatangan Tim Dosen dan Mahasiswa III Batu itu. Secara formal juga dilakukan kerjasama antara GMIT, dan III Batu itu. Berdasarkan ikatan maka sejumlah pemuda GMIT yang merasa terpanggil untuk menjadi pekerja gerejawi di lingkungan GMIT juga pergi belajar di III Batu. Pada umumnya mereka pergi dengan rekomendasi dari jemaat asal masing-masing. Ikatan yang semakin kuat ini secara alamiah diwujudkan dan ditingkatkan dalam kegiatan saling mengunjungi. Dalam ikatan itu jemaat So’e berulang kali dikunjungi dan “dibina” oleh para dosen dari lembaga pendidikan injili ini. Banyak kali para dosen mengunjungi jemaat ini, memberikan kesaksian dan berkotbah. Pertumbuhan dan perkembangan gerakan roh ini juga menunjukkan kebutuhan-kebutuhan yang semakin besar. Dalam perkembangan ini dirasakan pula kebutuhan penanganan yang semakin sistematis dan terarah. Oleh karena kebutuhan yang cukup besar untuk membina kelompok-kelompok doa dan menampung minat mereka yang ingin belajar tentang Injil Yesus Kristus, maka dibukalah satu Lembaga Penginjilan6 di So’e dengan masa studi empat tahun. Melalui lembaga ini kalangan kelompok doa dididik untuk menjadi penginjil. Tidak tertutup kemungkinan juga bahwa orang yang mau mempelajari Alkitab dapat diterima di sini. 5. Dampak gerakan roh bagi gereja Tidak dapat disangkal bahwa ada dampak dari gerakan roh di Timor terhadap kehidupan GMIT. Seperti yang disebutkan diatas (lih. butir 3), ada pengaruh dan akibat langsung dari berbagai ciri gerakan ini. Ketekunan membaca Alkitab dan lainlain adalah aspek-aspek positif yang bisa dilihat dari gerakan ini. 5. 1. Pertumbuhan anggota gereja Disamping hal-hal yang dikatakan di atas, ada lagi akibat lain yaitu pertambahan anggota gereja. Dalam kesaksian dari berbagai tim pekabar Injil, penduduk yang beragama asli atau agama suku diinjili sehingga mereka meninggalkan kepercayaan lama dan menjadi pengikut Kristus. Meskipun demikan, patut dicatat secara jujur bahwa pada waktu yang bersamaan, muncul gerakan 30 September, yaitu penghianatan Partai Komunis di Indonesia yang menelan korban para jenderal.7
26
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
Kedua peristiwa itu terjadi bersamaan, tetapi pelayanan dari pihak gereja dan kalangan gerakan ini juga adalah satu nilai tersendiri. Dengan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terlibat atau terintimidasi secara tidak langsung banyak orang menyatakan diri menjadi pengikut Kristus dan sekaligus anggota GMIT.
5.2. Tidak dapat disangkal pula bahwa ada berbagai dampak negatif. Dapat dicatat di sini beberapa dampak negatif: Ada sebagian orang yang dulunya alkoholik, dan didoakan dan menyatakan diri sebagai yang putus hubungan dengan alkohol. Keputusan ini berdampak pada perayaan perjamuan kudus. Kalau doa putus telah dilakukan, muncullah sikap bahwa alkohol adalah sumber dosa kemabukan. Karena itu mereka yang telah melakukan doa seperti itu menuntut agar dalam perayaan perjamuan Kudus, minuman seperti anggur harus disingkirkan. Jika tidak mereka akan tergoda dan menjadi peminum atau pemabuk lagi. Oleh karena itu untuk beberapa waktu, ada jemaat tertentu yang hares berdoa dan berpuasa agar ada mujizat, yaitu supaya air berubah menjadi anggur dan dipakai dalam Perjamuan Kudus. Sikap seperti itu memang membebaskan manusia dengan segala keinginan hatinya. Akan tetapi sebaliknya alkohollah yang datang sebagai akar dosa dan kejahatan. GMIT harus berjuang cukup lama untuk memberi pengertian bagi jemaat-jemaat yang demikian. Kalau pikiran ini diteruskan maka perayaan Perjamuan Kudus yang membebaskan manusia dan membebankan dosa pada alkohol telah membuat Yesus “mati konyol” di salib. Yesus mati hanya untuk botol-botol berisi alkohol yang tidak tahu menahu tentang apa dan bagaimana cairan alkohol yang terisi di dalamnya. 5. 3. Ikatan organisatoris yang longgar Gerakan roh di Timor yang berkelanjutan di dalam kelompok-kelompok doa adalah suatu gerakan interdenominasional. Kegiatan-kegiatannya dapat menembus tembok-tembok pemisah antar denominasi. Akan tetapi kerugiannya ialah sifat antar
Edisi No. 4 - Semester Genap 2003
denominasi itu sampai terbawa ke dalam organisasiorganisasi jemaat. Di dalam tata organisasi yang menampung gerakan ini, banyak kali anggotaanggotanya berkehendak supaya anggota denominasi lain duduk dalam kepengurusan organisasi jemaat.
lingkungan pelayanan GMIT, maka rekomendasinya cukup diberikan oleh Majelis Jemaat setempat. Akan
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
Edisi No. 4 - Semester Genap 2003
27
Tinjauan Teologis
tetapi kalau kegiatannya akan ke luar wilayah pelayanan GMIT, maka rekomendasinya harus dikeluarkan oleh Majelis Sinode GMIT. Majelis Sinode sebagai pemberi rekomendasi perlu mengidentifikasi kemampuan tim yang hendak bepergian. Pikiran teologis, penyandang dana dan lain-lain selalu dipertanyakan. Di sinilah letak persilangan pendapat Gejala ini menunjukkan bahwa aspek organisme dan oleh karena cara kerja gerakan roh tidak didasarkan organisasi kehidupan gereja tidak dibedakan secara atas program, melainkan atas pimpinan roh. GMIT baik, melainkan dicampuradukkan begitu saja sendiri tidak berkehendak untuk menghalangi kecendrungan ini tentu saja tidak menolong oleh gerakan roh, tetapi dalam tanggung jawab karena tata organisasi dan tata pelayanan dan organisatorisnya sebagai satu gereja, ia perlu denominasi yang satu tidak sama saja dengan mengetahui secara pasti apa yang hendak dilakukan denominasi lain. Kalu hal ini dibiarkan, tentu saja oleh anggota-anggotanya. akan merugikan sifat interdenominasional dari gerakan ini, yang sebenarnya merupakan satu Oleh karena perbedaan paham seperti ini, ada sumbangan berharga bagi gerakan oikumene. kalangan gerakan roh yang mendapat penglihatan bhwa rumah Ketua Majelis Sinode GMIT akan 6. Sikap GMIT terhadap gerakan roh di Timor terbakar oleh karena pelayanannya yang tidak lancar kepada tim tertentu dari kalangan gerakan roh. Pada mualnya timbul sedikit ketegangan dalam Walaupun demikian, GMIT secara arif tidak Gereja Masehi Injili di Timor terutama oleh karena mengekskomunikasikan anggota-anggotanya yang perbedaan paham dalam berbagai pandangan bersikap demikian. Melalui berbagai upaya teologis dan aspek kerja. Perbedaan itu terlihat pembinaan akhirnya kalangan gerakan roh dalam hal-hal berikut: menyadari tanggung jawab organisatoris mereka. 6. 1. Penyakit dan penyembuhan 6. 3. Saluran Organisatoris Sudah jelas bahwa kalangan gerakan roh menekankan penyembuhan melalui doa. Akan tetapi Secara perlahan-lahan, GMIT menerima satu karunia di So’e sendiri pada masa itu perlu dicatat nama Pdt. bagi persekutuan jemaat. Oleh karena gerakan ini melibatkan cukup banyak anggota gereja maka B. Manuain yang secara konsekuen berdiri pada pandangan teologis yang alkitabiah. Melalui kotbah- gerakan ini menerapkan hari lahirnya, yaitu hari pertama dari lahirnya tim pertama. Hari itu ialah 26 kotbah dan pendekatan pastoralnya yang baik, September yang dirayakan setiap tahun. Denagn ini anggota-anggota jemaat diyakinkan bahwa terbentuklah satu organisasi dari tim-tim Pemberita penyembuhan melalui pelayanan kesehatan yang tradisioanal maupun tindakan medis adalah karunia Injil di GMIT. Ia tidak menjadi gereja di dalam gereja melainkan satu organisasi untuk mengkoordinasikan Allah. Dalam berbagai nasihatnya ia menekankan gerakan ini.8 bahwa doa dan kerja adalah dua aspek dari satu kehidupan jemaat yang sungguh-sungguh percaya 6. 4. Pemantapan organisatoris kepada Tuhan. Karena itu di dalam penyembuhan orang sakit, doa tidak dapat dipacu berjalan sendiri, Pembukaan jalur organisatoris bagi gerakan roh bukan jalan terakhir. Kalu upaya GMIT hanya terhenti melainkan kerja dan upaya penyembuhan juga di situ, maka lambat laun akan terjadi friksi di tubuh hares dilakukan untuk menunjukkan kesungguhan GMIT yang secara legal diciptakan oleh GMIT sendiri. harapan yang telah dinaikkan dalam doa kepada GMIT juga belajar menyadari nilai positif dari Tuhan. Perlu dicatat di sini bahwa sikap dan kehadiran gerakan ini. Dalam kenyataannya ada pendekatan Pdt. B. Manuain terhadap gerakan roh berbagai sumbangan gerakan ini terhadap tidak konfrontatif. pertumbuhan iman anggota-anggota GMIT. Akan 6. 2. Organisasi tetapi dengan sikap positif yang dikembangkan GMIT, sikap kritisnya juga harus terus dipertajam agar Kalangan gerakan roh yang hendak pergi sumbangan-sumbangan gerakan ini bagi GMIT memberitakan Injil ke luar wilayah perlu dilengkapi sendiri dan bagi garakan oikumene dapat dialami dengan rekomendasi. Kalau kegiatan itu hanya secara sehat. berlaku di luar jemaat dan masih di dalam
7. Penutup
Tinjauan Teologis
Gerakan roh di Timor yang berkelanjutan di dalam kelompok-kelompok doa di GMIT adalah gerakan yang tumbuh di dalam gereja. Perlu diakui bahwa sedikit atau banyak gerakan ini telah membawa manfaat bagi pertumbuhan geraja. Selanjutnya solusi akomodatif yang ditunjukkan oleh GMIT adalah jalan yang arif sehingga baik GMITmaupun gerakan ini belajar menempuh arah-arah baru dalam kehidupan, pelayan dan upaya berteologinya. Satu hal yang masih perlu dikembangkan lebih lanjut ialah kesediaan banyak anggota gereja untuk menjalankan kesaksian tentang Injil Yesus Kristus. Kalau dalam gerakan ini kesediaan mereka ke arah ini masih terikat pada kesaksian verbalistik, maka di masa depan perlu diupayakan lagi arah yang lebih luas, yaitu kesiapan mereka untuk memberi perhatian pada berbagai masalah sosial. Bagaimanapun, permasalahan dan pergumulan anggota-anggota gereja banyak kali bertumpangtindih dengan pergumulan kehidupan bermasyarakat. Gereja tidak hanya terarah ke depan dan ke surga yang di langit di atas, melainkan gereja ada di dunia dan di tengah masyarakat dunia ini.
Catatan Kaki: 1 Yang dimaksudkan dengan gerakan Roh di Timor ialah gerakan yang melibatkan anggota-anggota jemaat dan sebagian dari pejabat-pejabat gerejawi GMIT untuk memberitakan Injil Yesus Kristus. Salah satu aktivitas mereka adalah kelompok doa. Gerakan ini mulai pada pertengahan kedua tahun 1965 hingga akhir 1969(gerakan ini berpusat di So’e, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. )
6 Lembaga ini diselengarakan sebagai salah satu wujud kerjasama antara GMITdan III Batu. Dengan masa studi yang sekian lama, lembaga ini dipandang setingkat SLTA. 7 Dalam kesaksian dari beberapa tim Pekabar Injil para penganut agama suku diminta untuk meninggalkan agama lama itu agar tidak dianggap sebagai orang atheis. Selanjutnya kepada mereka ditawari pilihan untuk menjadi pengikut Kristus dan menjadi anggota GMIT. ”Kampanye” seperti itu juga sejalan dengan tekanan dari berbagai pihak yang melakukan penumpasan terhadap PKI dan ORMASORMAS-nya. Jadi dalam realitasnya, pertambahan anggota gereja pada waktu itu terjadi karena penganut agama lama atau agama suku “digempur”dari dua pihak. 8 GMIT sendiri secara tetap melakukan pembinaan, baik secara sinodal maupun teritorial terhadap kalangan gerakan roh. Ada kalanya diselenggarakan seminar tentang berbagai topik yang berhubungan dengan gerakan ini.
Pdt. Dr. J. A. Telnoni adalah dosen Universitas Kristen Artha Wacana, Kupang
Menarik dengan bosurbrosur cetakan luks: Contoh kegiatan karismatik di Makassar dengan latar belakang organisasi yang kurang transparen
2 Yang dimaksudkan dengan penyembuhan ilahi di sini ialah penyembuhan orang-orang sakit melalui doa dan penumpangan tangan dalam kebaktian-kebaktian terbuka. 3 Anggota jemaat tersebut adalah Nn. H. P. Tunliu, BA. Ia adalah Kepala SPG Kristen yang cukup giat dalam pelayanan di tengah jemaat. 4 Sebelum tim Pekabaran Injil itu meninggalkan So’e, pimpinannya yaitu Drs. P. Octovianus menyatakan bahwa mereka berangkat tetapi akan terjadi sesuatu di So’e pernyataan ini mungkin saja berhubungan dengan kesediaan Nn. H. P. Tunliu untuk menjadi seorang penginjil. Akan tetapi mungkin juga ada hubungannya dengan gerakan roh yang muncul tidak lama kemudian di So’e. 5 Nama yang lebih lumrah di kalangan gerakan ini sendiri adalah Tim Pekabar Injil.
28
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar
Edisi No. 4 - Semester Genap 2003