Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis yang dipengaruhi Obat-Obatan dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu)
Oleh : Nama : Siti Salmiah, drg NIP : 132 308 186
ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan Dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), 2009
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI……………………………………………………………...
i
BAB 1
PENDAHULUAN……………………………………….......... 1
BAB 2
GINGIVITIS KRONIS PADA ANAK...................................
BAB 3
GINGIVITIS KARENA PENGARUH OBAT-OBATAN..... 8
BAB 4
GINGIVITIS KARENA KONDISI TERTENTU.................
3
11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 13
Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan Dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), 2009
BAB I Pendahuluan
Peningkatan ukuran gusi biasanya merupakan tanda adanya kelainan gusi. Kondisi ini biasanya disebut Pembesaran Gusi (gingiva enlargement) dan kelebihan pertumbuhan gusi (gingiva overgrowth). Beberapa tipe pembesaran gusi dapat diklasifikasikan menurut faktor etiologi dan perubahan patologi sebagai berikut (Carranza’s, 2002) : 1. Pembesaran karena inflamasi a. Akut b. Kronik 2. Pembesaran karena pengaruh obat-obatan 3. Pembesaran yang dihubungkan dengan penyakit sistemik a. Pembesaran gusi karena kondisi tertentu ¾ Gingivitis Pubertas ¾ Defisiensi vitamin C ¾ Fibromatosis b. Pembesaran gusi karena kelainan sistemik ¾ Leukimia ¾ Kelainan granulomatous (Wegener’s granulomatosis, sarcoidosis, dll) ¾ dll 4. Pembesaran karena neoplasma (gusil tumors) a. Tumor Benign b. Tumor Malignant
Berdasarkan lokasi penyebarannya, pembesaran gusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Localized gingivitis Membatasi gusi pada satu atau beberapa daerah gigi 2. Generalized gingivitis Meliputi gusi didalam rongga mulut secara menyeluruh Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan Dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), 2009
3. Marginal gingivitis Meliputi margin gusi tetapi juga termasuk bagian batas gusi cekat 4. Papillary gingivitis Meliputi papila interdental, sering meluas sampai batas margin gusi dan gingivitis lebih sering diawali pada daerah papila 5. Diffuse gingivitis Meliputi margin gusi, gusi cekat dan papila interdental.
Derajat pembesaran gusi dapat diukur sebagai berikut : ¾ Grade 0
: Tidak ada tanda-tanda pembesaran gusi
¾ Grade I
: Pembesaran sampai batas papila interdental
¾ Grade II
: Pembesaran meliputi papila dan margin gusi
¾ Grade II
: Pembesaran menutupi tiga perempat atau lebih mahkota gigi
Gingivitis merupakan peradangan gusi yang paling sering terjadi dan merupakan respon inflamasi tanpa merusak jaringan pendukung (Carranza dan Newman, 1996; Jenkin dan Allan, 1999). Faktor lokal penyebab gingivitis disebabkan oleh akumulasi plak. Bentuk penyakit gusi yang umum terjadi adalah gingivitis kronis yang ditandai dengan pembekakan gusi dan lepasnya epitel perlekatan. Gingivitis mengalami perubahan warna gusi mulai dari kemerahan sampai merah kebiruan sesuai dengan bertambahnya proses peradangan yang terus menerus. Rasa sakit atau nyeri jarang dirasakan, sehingga hal ini menjadi alasan utama gingivitis kronis kurang mendapat perhatian. Rasa sakit merupakan salah satu symptom yang membedakan antara gingivitis kronis dengan gingivitis akut. Penyakit gingivitis kronis merupakan suatu penyakit gusi yang timbul secara perlahan-lahan dan dalam waktu yang lama. Apabila hal ini terus dibiarkan maka akan menyebabkan periodontitis.
Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan Dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), 2009
BAB II Gingivitis Kronis Pada Anak Gingivitis kronis merupakan paradangan kronis yang terjadi pada jaringan lunak disekitar gigi yang dapat disebabkan oleh akumulasi plak, materi alba dan kalkulus. Salah satu tanda klinis gingivitis kronis adalah perdarahan gusi. Pasien biasanya mengalami hal tersebut pada saat menyikat gigi ( Neville, dkk, 1991; Hirsch, 2004; Stephen, 2004). Macam-macam gingivitis kronis pada anak antara lain : 1. Gingivitis Marginalis Kronis Merupakan suatu peradangan gusi pada daerah margin yang banyak dijumpai pada anak, ditandai dengan perubahan warna, ukuran, konsistensi, dan bentuk permukaan gusi.Penyebab peradangan gusi pada anak-anak sama seperti pada dewasa, yang paling umum yaitu disebabkan oleh penimbunan bakteri plak. Perubahan warna dan pembengkakan gusi merupakan gambaran umum terjadinya gingivitis kronis. Pembentukan plak gigi tampak lebih cepat pada anak berusia 8 sampai 12 tahun daripada orang dewasa. Gingivitis pada anak disebabkan oleh kebersihan mulut yang tidak baik, materi alba dan kalkulus. Iritasi lain terhadap gusi umumnya dapat timbul karena adanya pinggiran karies atau adanya tepi tambalan yang berlebih. Gingivitis marginalis kronis disebabkan oleh iritasi lokal yaitu plak, kalkulus, dan materi alba. Selain itu juga oleh gigi berkaries dan tambalan atau restorasi yang tidak baik atau berlebih. Hal ini akan menyebabkan penumpukan plak. Oleh karena itu perawatan pada gingivitis marginalis kronis ini yaitu dengan menghilangkan faktor lokal tersebut. Disamping itu juga harus diinstruksikan kebersihan mulut, nasehat diet dan melakukan pofilaksis.
Gambar. 1. Gingivitis Marginalis Kronis pada anak Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Dan Gingivitis Karena perempuan usia 10Yang tahunDipengaruhi (welbury,Obat-Obatan 2001) Kondisi Tertentu), 2009
2. Eruption Gingivitis Merupakan gingivitis yang terjadi di sekitar gigi yang sedang erupsi dan bekurang setelah gigi tumbuh sempurna dalam rongga mulut. Peradangan disebabkan karena adanya akumulasi plak disekitar gigi yang sedang erupsi. Eruption gingivitis tampak lebih berkaitan dengan akumulasi plak daripada dengan perubahan jaringan (carranza, 1984). Eruption gingivitis paling sering terjadi pada anak berusia 6 sampai 7 tahun ketika gigi permanen mulai erupsi. Goldman dan Cohen (McDonald dan Avery, 1994) mengatakan bahwa gingivitis dapat berkembang karena pada tahap awal erupsi gigi, margin gusi tidak dapat perlindungan dari mahkota sehingga terjadi penekanan makanan didaerah tersebut yang dapat menyebabkan proses peradangan. Selain itu juga sisa makanan, materi alba, dan bakteri plak sering terdapat disekitar dan di bawah jarinagan bebas, sebagian meliputi daerah mahkota gigi yang sedang erupsi, hal ini mengakibatkan proses peradangan. Peradangan tersebut lebih sering terjadi pada saat gigi molar satu dan dua permanen erupsi, yang dapat menimbulkan rasa sakit, dan dapat berkembang menjadi perikoronitis atau abses perikoronal (carranza, 1984; McDonald dan Avery, 1994). Eruption gingivitis akan hilang apabila posisi oklusi telah normal. Eruption gingivitis ini tidak memerlukan perawatan melainkan hanya meningkatkan kebersihan mulutnya, sehingga jaringan yang terinflamasi akan menjadi normal dan hal ini akan diikuti dengan pertumbuhan gigi yang sempurna. Apabila telah terjadi perikoronitis yang diikuti adanya pembengkakan nodus limfatikus sebaiknya dilakukan terapi antibiotik.
Gbr. 2. Gingivitis yang berhubungan dengan Gbr. 3. Gingivitis yang berhubungan dengan erupsi gigi. Terlihat adanya inflamasi erupsi gigi.Terlihat keratinisasi disekitar gigi 22 insisivusObat-Obatan bawah Dan Gingivitis Karena Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Kondisi Tertentu), 2009
3. Gingivitis pada Gigi Karies dan Loose Teeth (Eksfoliasi Parsial) Gingivitis pada gigi sulung dapat terjadi pada daerah gigi yang mengalami karies di daerah servik dan proksimal. Proses kerusakan gigi sulung lebih cepat menyebar, meluas, dan lebih parah dibandingkan dengan gigi permanen (Suwelo, 1992) Gigi sulung yang mengalami loose teeth atau eksfoliasi parsial dapat menyebabkan gingivitis. Pada pinggiran margin yang tererosi akan terdapat akumulasi plak, sehingga dapat terjadi edema sampai dengan abses. Faktor yang mendukung pertambahan plak antara lain adanya impaksi makanan dan akumulasi materi alba disekitar gigi berkaries. Banyak anak-anak yang mempunyai kebiasaan mengunyah satu sisi, yaitu pada daerah gigi yang tidak berkaries, akibatnya terjadi akumulasi plak pada sisi yang tidak digunakan (Carranza, 1984). Perawatan terhadap gingivitis pada gigi karies dan loose teeth (eksfoliasi parsial) berhubungan dengan kebersihan mulut yang baik. Kurangnya perhatian orangtua terhadap gigi sulung biasanya karena anggapan bahwa nantinya gigi sulung tersebut akan deganti dengan gigi permanen. Oleh karena itu anak-anak masih membutuhkan keterlibatan orangtua didalam menjaga kebersihan mulutnya. Gingivitis pada gigi karies dirawat dengan cara merestorasi kavitas gigi tersebut, sedangkan eksfoliasi partial sebaiknya dengan cara menghilangkan bagian yang tajam atau bila diperlukan dapat dilakukan pencabutan gigi tersebut. 4. Gingivitis pada Maloklusi dan Malposisi Gigi Maloklusi disebabkan oleh faktor herediter, ketidaksesuian antara rahang dan ukuran gigi, dan kebiasaan (habits) seperti menghisap ibu jari dan bernafas melalui mulut (Finn, 1991). Gingivitis lebih parah dan lebih sering terjadi disekitar malposisi gigi, disebabkan adanya peningkatan akumulasi plak dan materi alba pada daerah tersebut. Gingivitis dapat disertai dengan perubahan warna gusi menjadi merah kebiruan, pembesaran gusi, ulserasi, dan bentuk poket dalam yang dapat menyebabkan terjadinya pus. Gingivitis dapat meningkat pada anak-anak yang memiliki overjet dan overbite yang besar, dan kebiasaan bernafas dengan mulut.
Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan Dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), 2009
Anak-anak yang memiliki openbite, edge to edge, dan protrusif gigi rahang atas anterior , mengalami ketidaksesuain antara lengkung rahang atas dan rahang bawah, yang dapat mengakibatkan penumpukan sisa makanan di sekitar gigi sehingga terbentuk gingivitis (Carranza, 1984). Perawatannya dengan memperbaiki maloklusi dan malposisi gigi, pembersihan iritasi lokal seperti plak dan kalkulus dan apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan pembedahan jika terjadi pembsaran gusi.
Gbr. 4. Akumulasi plak yang menyebabkan gingivitis pada dengan maloklusi gigi
Gbr. 5. Gingivitis yang disebabkan bernafas dari mulut
5. Gingivitis pada Mucogingival Problems Mucogingival problems merupakan salah satu kerusakan atau penyimpangan morfologi, keadaan, dan kuantitas dari gusi disekitar gigi ( antara margin gusi dan mucogingival junction) yang ditandai oleh mukosa alveolar yang tampak sangat tipis, dan mudah pecah, susunan jaringan ikatnya yang lepas serta banyaknya serat elastis (Richardson, 1979). Menurut Maynard dan Wilson, mucogingival problems dimulai pada saat pertumbuhan gigi sulung sebagai akibat penyimpangan perkembangan erupsi gigi, dan
kurangnya ketebalan gusi, sehingga terjadinya root exposure.
(Carranza, 1984). Perawatan pada mucogingival problem ini dapat dilakukan dengan cara menghilangkan faktor lokal penyebab, mengobati gigi dengan bahan-bahan Topikal Desenitising/Fluoride Varnish, regenerasi papila, penambahan ridge, pelebaran gusi
Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan Dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), 2009
cekat dilakukan dengan pembedahan dan pasien harus melakukan kebersihan mulut dengan baik dan frenektomi
6. Gingivitis karena Resesi Gusi Lokalisata Gingivitis dapat terjadi karena resesi gusi, namun pada anak-anak, posisi gigi terhadap lengkung rahangnya merupakan hal yang paling penting. Beberapa resesi gusi sering terjadi di daerah labial gigi, yang disebabkan oleh trauma sikat gigi, trauma alat ortodontik atau kebersihan mulut yang buruk. Trauma oklusal merupakan faktor pendukung dan kadang hal ini berhubungan dengan gigi crossbite anterior. Resesi gusi pada anak terjadi pada bagian labial insisif rahang bawah, dikenal sebagi “Stillman’s cleft”, atau pada bagian akar yang mengalami rotasi atau kemiringan yang posisinya lebih kelabial sedangkan pada remaja permukaan bukal gigi premolar dan molar rahang atas tampak lebih jelas. Resesi gusi dapat menjadi masa peralihan pada gigi yang sedang erupsi dan dapat sembuh sendiri saat mencapai susunan gigi yang tepat atau mungkin diperlukan perawatan ortodonti untuk memperbaiki susunan gigi geliginya. Perawatanya dengan mengidentifikasi faktor etiologi dan predisposisi. Banyak kasus resesi yang dapat dicegah dengan memberikan instruksi dan motivasi pada pasien dengan teknik menyikat gigi yang baik sehingga menghasilkan kontrol plak yang baik.
Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan Dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), 2009
BAB III Gingivitis karena Pengaruh Obat-Obatan
Terapi yang panjang pada penggunaan obat-obatan sistemik juga dapat menyebabkan pembesaran jaringan gusi. Hal ini dapat terjadi setelah terapi dengan menggunakan anticonvulsan phenytoin (Dilantin), imunosupresan cyclosporine atau calsium chanel blockers. 1. Phenytoin Phenytoin adalah obat anticovulsan yang digunakan pada penderita epilepsi. Pembesaran gusi yang terjadi dapat mencapai 50 % pada penggunaan obat ini, dan biasanya terjadi pada anak remaja dan anak yang dirawat dengan menggunakan obat ini. Mekanisme dari phenytoin yang dapat menyebabkan pembesaran gusi masih belum jelas. Pembesaran gusi ini akibat dari pertumbuhan berlebihan dari kolagen, dan kemungkinan akibat dari reaksi obat phenytoin yang merupakan bagian dari kelompok fibroblas yang dapat meningkatkan ukuran dari protein. Pembesaran akibat phenytoin dapat dihubungkan dengan defisiensi asam folad, hal ini dapat merusak pembetukan epitel mulut.
Gbr.6. Gingivitis karena pengaruh obat phenytoin pada anak laki-laki umur 12 thn
2. Cyclosporin Cyclosporin merupakan obat immunosupresan yang digunakan pada pasien transplantasi organ untuk mencegah terjadinya penolakan tubuh (graft rejection). Kira-kira 30% pasien yang memakai obat ini mengalami pembesaran gusi, dimana Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan Dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), 2009
anak-anak lebih rentan dibandingkan orang dewasa. Mekanisme kerja obat yang dapat menyebabkan pembesaran gusi tidak diketahui. Diduga akibat dari efek stimulasi dari proliferasi fibroblas dan produksi kolagen dan juga efek penghambat dari penghancuran kolagen oleh enzim kolagenase.
Gbr. 7. Gingivitis karena pengaruh obat cyclosporin
3. Nifedifin Nifedifine adalah merupakan calcium channel blocker yang digunakan pada orang dewasa untuk mengontrol masalah kardiovaskuler. Obat ini juga diberikan pada pasien setelah transplantasi untuk mengurangi efek nephrotoxic dari cyclosporin. Insiden terjadinya pembesaran gusi pada pengguna nifedine adalah 10-15%. Obat menghambat calsium channel didalam membran sel, ion calsium intraseluler merupakan penentu produksi kolagen oleh fobroblas. Kekurangan dari enzim ini dapat menyebabkan penumpukan kolagen pada gusi.
Tanda Klinis dari Pembesaran Gusi Akibat Pengaruh Obat-obatan Tanda awal dari perubahan ini terlihat setelah 3-4 bulan setelah pemberian obat. Papila interdental menjadi bernodul sebelum meluas menjadi difus sehingga mengganggu jaringan labial. Biasanya melibatkan bagian anterior mulut dan seringkali melibatkan penampilan pasien. Jaringan akan tumbuh berlebihan sebagai fungsi oral, sehingga mengganggu pada saat makan dan berbicara..
Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan Dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), 2009
Pembesaran gusi ini tidak menyebabkan rasa sakit dan berbeda dengan pembesaran gusi akibat inflamasi kronis, bentuknya fibrous, keras dan bewarna pink pucat, biasanya dengan sedikit kecenderungan untuk berdarah.
Perawatan
Perawatanya dengan memberikan instruksi oral higiene, skeling dan polis. Beberapa kasus membutuhkan pembedahan (gingivectomy) dan recountering (gingivoplasty) untuk mengembalikan bentuk dan memberikan akses untuk pembersihannya. Perawatan follow upnya berupa kontrol plak dan mendeteksi adanya pertumbuhan gingiva kembali. Karena yang menjadi penyebab adalah obat-obatan, maka para praktisir diharapkan memodifikasi obat atau menggantinya dengan obat lain seperti pada terapi anticovulsan dapat diganti dengan sodium valproate atau carbamazepine.
Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan Dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), 2009
BAB IV Gingivitis karena Kondisi Tertentu
1. Gingivitis Pubertas Gingivitis ini terjadi pada masa puber dan dihubungkan dengan faktor lokal. Bentuk hiperplasia ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria dan karakteristiknya adalah pembengkakan gingiva marginal dan peninggian papila interdental. Pembesaran jaringan gusi pada gingivitis ini terjadi hanya dibagian anterior dan mungkin hanya terdapat pada satu lengkung rahang. Perawatan yang dilakukan sebenarnya hanya meningkatkan kebersihan mulut, semua iritasi lokal dihilangkan dengan skeling dan root planing yang sempurna, restorasi gigi dan dibutuhkan rekomendasi diet untuk memastikan status nutrisi yang cukup.
Gbr. 8. Gingivitis Pubertas
2. Defisiensi vitamin C Gingivitis ini terjadi pada pasien yang mengalami defisiensi vitamin C dan dikenal sebagai scorbutic gingivitis. Gingivitis ini berbeda dengan gingivitis lain yang berhubungan dengan kebersihan mulut yang buruk. Anak yang mengalami penyakit ini akan merasakan sakit yang hebat dan perdarahan spontan. Scorbutic gingivitis biasanya terjadi pada daerah margin dan papila. Miller dan Roth (1994) menggambarkan scorbutic gingivitis sebagai penyakit yang melibatkan kapiler yang disertai pembesaran endothelium dan jaringan yang mengalami degenerasi. Dinding pembuluh darah menjadi lemah dan poreus sehingga menyebabkan hemoragi.
Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan Dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), 2009
Perawatan yang dilakukan selain perawatan gigi menyeluruh, termasuk tindakan oral higiene juga diberikan suplemen vitamin C dan vitamin-vitamin lain yang dapat memperbaiki kondisi gingiva.
Gbr. 9 dan 10. Scorbutic Gingivitis
3. Fibromatosis Jenis gingivitis yang jarang ini disebut dengan elephantiasis gingiva atau hereditary hyperplasia of the gums. Jenis gusi tampak normal saat lahir dan tapi mulai membesar saat erupsi gigi sulung. Pembesaran jaringan padat fibrous seringkali menyebabkan pergeseran dari gigi geligi sehingga menyebabkan maloklusi. Kondisi fibromatosis ini tidak menimbulkan rasa sakit kecuali apabila terjadi pembesaran jaringan yang sebagian menutupi permukaan oklusal dari gigi molar dan mengalami trauma selama pengunyahan. Perawatan yang dilakukan yaitu dengan melakukan pembedahan untuk melakukam pembuangan jaringan hiperplastik untuk mengembalikannya kekondisi yang baik. Tetapi hiperplasia ini dapat balik kembali beberapa bulan setelah pembedahan dan hal ini dapat berulang-ulang sampai beberapa tahun. Hal yang paling penting pada kasus ini yaitu dengan selalu mengkontrol oral higiene secara baik sehingga dapat memperlambat pembesaran gingiva.
Gbr. 11. Fibromatosis
Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan Dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), 2009
DAFTAR PUSTAKA Andlaw, RJ; Rock, W.P. 1992. Perawatan Gigi Anak (A Manual of Paedodontic). Alih bahasa: drg. Angus D. Editor : drg. Lilian Yuwono. 2nd ed. Jakarta: Widya Medika. Carranza, F.A. 2002. Clinical Periodontology. 9th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company. McDonald, R.E; Avery, D.R 2004. Dentistry for the Child and Adolescent. 8th ed. Missouri: Mosby Company Pinkham J.R. 1999. Pediatric Dentistry : Infancy Through Adolescent. 3rd ed. Singapura: Harcourt Asia PTE LTD. Stewar, R.E, dkk. 1982. Pediatric Dentistry. Toronto: CV Mosby Company. Welbury, RR. 2001. Paediatric Dentistry. 2nd ed. New York: Oxford University Press Inc. www.medscape.com.2004. www.oralhealth.com, 2005 www.pediatricconcall.com.2005
Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan Dan Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), 2009