RECI SydnEy nEwSlEttER Vol 85, JAn - FEB 2014
B
a
c
k
t
o
B
a
s
i
c
GIDEON: JERAT KESUKSESAN REV. TIMOTHY KELLER Kisah-kisah kehidupan para Hakim sebelumnya diceritakan demikian: setelah Allah menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan berhala dan musuh, lalu ada sejumlah tahun damai yang dinikmati rakyat semasa akhir kepemimpinan para hakim-hakim ini. Tetapi tidaklah sesederhana ini jika kita melihat akhir hidup Gideon. Ada dua hal yang terjadi dalam karir Gideon: umat Tuhan sudah mulai “berbalik dan berlaku serong” semasa, dan bukan sesudah, pemerintahannya sebagai hakim-penyelamat; dan adanya cacat yang dalam dari sikapnya memerintah sebagai hakim-raja. Sehingga kitab Hakim-hakim menyimpulkan akhir dari era kemenangan Gideon bukan dengan satu ayat saja, tetapi dengan dua fasal penuh.
yang terlemah dan terkecil yakni suku Manasye (6:15). Kritikan suku Efraim ini berangkat dari kekesalan hati sebab mereka tidak berbagian dari pujian dan kemuliaan hasil dari kemenangan ini. Ironis memang, sebab inilah dua kebenaran yang sudah Allah nyatakan sebelumnya
Biar Mereka Tahu Rasa Ketika Gideon dan 300 pasukannya berhasil mengalahkan orang Midian dan terus mengejar pemimpin-pemimpin mereka, ia menyuruh memanggil suku Efraim untuk menolongnya mengejar pemimpin orang Midian. Dan suku Efraim ini berhasil membunuh dua raja Midian, Oreb dan Zeeb, lalu membawa kepala mereka kepada Gideon. Sewaktu suku Efraim bertemu dengan Gideon, mereka menyatakan ketidaksenangan mereka kepadanya. Suku Efraim adalah salah satu suku yang terkuat di Israel. Mereka berkata kepada Gideon, “Apa macam perbuatanmu ini terhadap kami. Mengapa engkau tidak memanggil kami, ketika engkau pergi berperang melawan orang Midian?” (Hakim 8:1). Walau pada kenyataan sesungguhnya, mereka sebagai suku terkuat, baik militer maupun ekonomi, mana mau diatur dan dipimpin oleh Gideon yang datang dari suku
yaitu orang Israel sangat ingin “membanggakan diri melawan” Tuhan dan mengambil kemuliaan bagi diri mereka sendiri dan suku Efraim tidak menerima hakim yang ditunjukkan oleh Tuhan. Respon Gideon kepada kekesalan hati suku Efraim ini dengan respek dan diplomasi. Dia menunjukkan betapa kuatnya suku ini dibanding dengan sukunya (8:2) dan mereka telah menangkap dan membunuh dua raja Midian (ayat 3). Sikap kesal dan kurang penghargaan dari suku Efraim ini pasti tidak mudah diterima Gideon, tetapi ia menjaga lidahnya baikbaik – dan, keinginan mereka untuk dipuji dan dihormati tercapai, “maka redalah mereka terhadap dia”(ayat 3). Sampai pada momen ini, kita ingin memuji Gideon akan kerendahan hati dan jiwa damai
yang ditunjukkan, namun sampai pada bagian berikutnya kita mengetahui bukan jiwa seperti ini yang ada di dalam diplomasi Gideon kepada Efraim. Setelah lelah dalam pengejaran dua raja Midian lagi yakni Zebah dan Salmuna, Gideon meminta bantuan orang Israel dari kota Sukot untuk memberi makan kepadanya dan pengikutnya. Pemimpinpemimpin kota Sukot menolak untuk menolong Gideon (8:5). Seperti suku Efraim, mereka juga menunjukkan sikap tidak berterima kasih atas usaha Gideon yang telah berjerih lelah menghalau musuh. Jika suku Efraim tersinggung karena Gideon tidak memanggil mereka di awal, maka kota Sukot merasa mengapa baru sekarang dan di akhir ketika kamu sudah lelah dan tidak mampu baru meminta pertolongan. Dan ketika Gideon dan pasukannya maju ke kota lain, sampai di Pnuel, dia juga mendapatkan tanggapan yang sama seperti ini. Gideon memberikan respon kepada Sukot dan Pnuel berbeda dari tanggapannya kepada Efraim. “Kalau begitu, apabila Tuhan menyerahkan Zebah dan Salmuna ke dalam tanganku, aku akan menggaruk tubuhmu dengan duri padang gurun dan onak…Apabila aku kembali dengan selamat, maka aku akan merobohkan menara ini” (8:7,9). Respon Gideon ini menyingkapkan bahwa diplomasinya kepada Efraim, bukan karena ia tidak mau melawan mereka, tetapi karena dia tidak dapat. Efraim adalah suku yang terlalu kuat dan besar. Respon Gideon ini juga menyingkapkan, kendati Bersambung ke halaman 2....
1
.....GIdEon...dARI hAl 1
Tuhan telah yakinkan bahwa kemenangan ini adalah sebuah mujizat yang dari Tuhan, dan bukan karena Gideon, bahwa Gideon sendiri telah lupa akan “pembelajaran dari jumlah 300.” Gideon merasa bahwa dia selayaknya menerima penghormatan atas apa yang telah dilakukannya. Amarah Gideon atas kota Sukot dan Pnuel menunjukkan bahwa ia mengharapkan kemuliaan diberi atas semua pencapaiannya (yang tentunya dia lupa itu milik Tuhan). Ketika kota Sukot dan Pnuel meragukan dan tidak percaya bahwa Gideon bisa mengalahkan Midian, Gideon tidak berkata seperti ini: Memang betul sulit mengalahkan mereka. Tetapi Allah di dalam anugerah-Nya, yang telah memakai kami, sehingga kami tdak bersandar pada kekuatan diri sendiri. Gideon justru berkata dengan amarah: Berani sekali kalian meragukan saya. Dan saya akan tunjukkan kuasaku waktu aku kembali. Kalian perlu diajar agar tahu diri. Sekembalinya Gideon da pasukannya yang kuat dari kemenangan atas Zebah dan Salmuna, ia menjalankan apa yang dikatakan. Dia menangkap seorang pemuda dari bangsanya sendiri, Israel (ayat 14) untuk mendapatkan informasi siapa saja para pemimpin kota Sukot yang dianggap telah menghina Gideon. Lalu Gideon mencabuk mereka semua dengan duri. Gideon juag merobohkan menara kota pnuel dan membunuh orang-orang kota itu. Ayat 18-19 menambahkan sebuah informasi baru yaitu raja-raja Midian ini pernah telah membunuh saudara-saudara Gideon. Kematian mereka membuat Gideon bersikukuh menangkap raja-raja Midian ini. Tindakan pembalasan Gideon lebih didorong oleh hati yang ingin balas dendam lebih dari keinginan melindungi rakyatnya sendiri. Gideon menyuruh anaknya yang masih bocah untuk membunuh raja-raja ini agar mempermalukan mereka. Tetapi akhirnya Gideon yang membunuh mereka, sebab anaknya enggan
melakukannya. Kemenangan Gideon atas musuh akhirnya genap sudah. Tetapi masa depan bangsa Israel di bawah Gideon tidaklah ditandai dengan perdamaian yang sejati. Bahaya Kesuksesan Gideon haus akan respek dan hormat – dan ia menjadi pahit dan ganas tatkala dia merasa tidak diberi atas apa yang sepatutnya – menunjukkan bahwa kesuksesannya dalam perang adalah hasil yang terburuk baginya. Dia menjadi kecanduan dan bergantung kepada kesuksesan. Ada sebuah bahaya rohani yang ngeri
yang tersimpan di dalam setiap berkat yang diterima. Sukses dapat dengan mudah menyebabkan kita lupa anugerah Tuhan, sebab hati kita memang mau percaya bahwa kita sanggup lakukan sendiri. Kemenangan dari Allah dapat dengan mudah diyakini bahwa kitalah yang layak menerima berkat itu, dan seharusnya menerima pujian dan kemuliaan atas kesuksesan itu. Sebagai contoh, ada seorang yang bekerja dengan keras sekali di pekerjaannya sebab ia butuh untuk membuktikan dirinya melalui kesuksesan finansial. Apa hal terburuk yang dapat terjadi kepadanya? Jawaban yang paling jelas adalah kegagalan karir. Tentunya bagi seseorang yang meletakkan dasar kesenangan dan identitas diri di atas pekerjaannya akan mengalami perasaan yang hancur oleh kega-
galan karir. Tetapi setidaknya, melalui kegagalan, dia dapat berhenti mengidolakan kehebatan karir. Dia bisa mulai menyadari bahwa status dan uang tidak akan pernah memuaskannya. Tetapi jawaban yang sebenarnya bagi pertanyaan hal apa yang terburuk yang dapat terjadi adala kesuksesan karir. Kesuksesan akan terus meneguhkan kepercayaannya bahwa ia dapat memuaskan dirinya sendiri dan mengontrol hidupnya sendiri. Dia akan menjadi lebih diperbudak oleh sukses dan uang dari jika ia gagal. Dia akan merasa congkak dan superior dari orang-orang lain. Dia senantiasa mengharapkan orang-orang membungkuk dan mengaruk punggungnya. Mari kita kembali ke masa lalu di fasal 7:15, ketika Gideon menyadari kelemahannya sendiri dan mengakui bahwa kemenangan hanya melalui anugerah, maka ia menyembah dan menghormati Allah. Namun ini adalah saat yang terakhir dan tidak pernah lagi demikian. Sekarang, Gideon menyembah sukses dan kehormatan yang diperoleh dari kesuksesan. Dia sepenuhnya telah lupa siapa yang telah memanggilnya, memperlengkapinya, menguatkannya, dan memberikan kemenangan dalam peperangan. Kita juga bisa dengan mudah melupakan segala sesuatu berkaitan dengan keselamatan kita, dan bahwa semua pekerjaan baik kita, adalah pemberian anugerah, dan bukan hasil kesuksesan kita. “Karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Alla sebelumnya”(Efesus 2:8-10). Kita perlu selalu ingat bahwa kiat diselamatkan oleh anugerah tatkala kita gagal. Tetapi kita harus Bersambung ke halaman 3....
2
.....GIdEon...dARI hAl 2
lebih ingat akan hal ini tatkala kita sukses. Raja Gideon? Kemudian orang Israel meminta Gideon menjadi raja mereka, kata mereka, “Biarlah engkau memerintah kami, baik engkau baik anakmu maupun cucumu, sebab engkaulah yang telah menyelamatkan kami” (8:22). Sama hal Gideon mulai bersiap melupakan siapa yang telah memberikan kemenangan atas Midian, demikian juga orang Israel. Gideon, anda harus menjadi raja kami sebab engkau mengalahkan Midian, demikian alasan mereka. Orang Israel ingin menolak cara Tuhan memerintah atas umatNya. Seorang hakim itu ditunjuk dan diurapi-Nya, untuk menghadapi persoalan yang terjadi dan membawa orang Israel kembali ke dalam pemerintahan-Nya. Tetapi jika Gideon menjawab “aya”maka orang Israel hari itu memiliki seorang raja yang ditunjuk oleh manusia, dan pemerintahannya otomatis diturunkan kepada generasinya. Gideon menyadari motif di balik permintaan mereka yaitu mereka mau diperintah oleh manusia dan bukan oleh Allah (8:23). Adanya seorang raja, maka mereka tidak perlu lagi mencari Tuhan bagi keselamatan hidup mereka, dan menunggu Allah untuk mengirimkan penyelamat bagi mereka. Keinginan untuk memiliki seorang raja adalah sebuah usaha untuk berpusat pada keselamatan pada diri sendiri. Gideon menolak permintaan mereka ini, “Aku tidak akan memerintah kamu… Tuhan yang memerintah kamu”(ayat 23). Dan di ayat 23 inilah kali terakhir Gideon ingat akan Tuhan dan siapa Dia. Sebab tragis dan ironis, dalam hampir sekejap mata ia segera berkontradiksi dengan apa yang baru saja dikatakan. Dia menolak menjadi raja mereka, sebab posisi kehormatan itu milik Tuhan saja, tetapi dia segera mulai mau diberi hormat yang juga layaknya seperti seorang raja. Dia meminta sebuah bayaran finansial dari usahanya
membebaskan orang Israel (ayat 24), dan dia menjadi seorang yang kaya raya (ayat 25-26). Kemudian Gideon membuat efod dari emas dan diletakkan di kotanya, di Ofra (ayat 27). Apa yang sedang terjadi di sini? Efod adalah ornamen yang dipakai oleh imam besar di dalam kemah suci, tenda dimana Tuhan hadir di tengah umat-Nya, yang saat ini ada di Shiloh (18:31). Di depannya ada dua batu yang dikalungkan, Urim dan Thummin. Maka efod bertujuan sebagai perlambangan kehadiran
Allah, dan sebagai satu cara untuk memahami apa kehendak_nya d tengah setiap krisis yang dihadapi orang Israel. Dengan membuat tiruan ini bagi dirinya sendiri, Gideon telah menjadikan kotanya sebagai rival tempat ibadah. Dia ingin mengajak orang-orang kepadanya untuk mendapatkan petunjuk ilahi. Gideon telah memperalat Allah demi untuk mendapatkan kekuasaan diri sendiri, dan tidak lagi menempatkan dirinya untuk dipakai Tuhan sebagai alat-Nya. Apa akibatnya? “Di sanalah orang Israel berlaku serong dengan menyembah efod itu”(ayat 27). Seorang hakim seharusnya memutarkan hati orang-orang dari ketidaktaatan kepada kesetiaan kepada Allah yang sejati. Gideon melakukan hal yang sebaliknya. Dan sampai pada titik ini, disebutkan “maka amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya pada zaman Gideon”(ayat 28). Tetapi kita tahu bahwa itu adalah sebuah kedamaian kompromis. Kedamaian yang tanpa ibadah, dan kedamaian yang tanpa ketaatan. Lantas Gideon terus-menerus berprilaku
layaknya seorang raja. Segala sesuatu diatur bagi keluarganya – dia memiliki tujuh puluh anak laki dari banyak istri, dan satu dari gundiknya (ayat 29-31) – sebagai ciri kelakuan dinasti kerajaan. Dia bahkan memberi nama anak tidak sahnya, Abimelekh, yang artinya Bapaku adalah raja. Gideon menolak diberi nama raja, tetapi realitanya dia hidup sebagai raja. Dia menolak menjadi seorang raja sebab dia tahu Allah lah seorang Raja, tetapi bagaimana bisa dia berprilaku bak raja? Jawabannya sederhana, dia mengetahui hal ini hanya secara intelektual, tetapi tidak demikian di dalam hatinya. Ada jurang yang besar dan makin luas antara apa yang dia percaya tentang Allah di dalam kepalanya dengan motif hati dan kelakuan hidupnya. Kesalahan Gideon adalah ia gagal menghidupi apa yang ia tahu sebagai kebenaran. Pengkhotbah abad 19, C. H. Spurgeon memperingatkan orang-orang Kristen muda demikian, “Jangan masuk ke dalam pelayanan untuk menyelamatkan jiwamu.” Dia memahami betapa mudahnya seseorang memakai kepemimpinan gerejawi bukan untuk melayani dan menghormati Allah, tetapi untuk mendapatkan pengaruh dan kehormatan bagi diri sendiri. Kita bisa sama seperti Gideon, tetap masih mengatakan Allah itu Raja, tetapi menginginkan agar orang-orang hormat dan pergi kepada kita untuk mendapatkan jawaban dan pimpinan bagi keselamatan dan hidup mereka. Kita rindu untuk dirindukan. Kita membuat efod dan memakainya. Sungguh sangat tersamar. Namun sangat mematikan. Rev. Timothy Keller (Disadur bebas dari buku Judges for You, halaman 93-99)
3
Daftar Negara yaNg
BerBahaya bagi OraNg KristeN Inilah daftar urutan negara-negara sebagai tempat yang paling berbahaya untuk hidup sebagai orang Kristen. Di tahun 2013 orang-orang Kristen martir terbunuh jumlahnya dobel dari tahun 2012. Peringkat Negara Syria naik drastis di tahun 2013 karena perang sipil dimana orang-orang Kristen sebagai rakyat minoritas mati martir. Yayasan Open Doors memiliki data 1200 lebih orang Kristen martir di Syria sebagai angka minimal. Frans Veerman, ketua riset Open Doors, menyebutkan bahwa makin tingginya penganiayaan orang Kristen oleh ekstremis Islam di Afrika, sehingga ada 36 negara Afrika yang masuk dalam 50 daftar negara yang terburuk bagi keberadaan orang Kristen di sana. Ada usaha pembersihan orang-orang Kristen di Somalia. Mari kita menyelami dengan sungguh akan aniaya yang dialami saudara-saudara seiman kita di seluruh dunia agar kita bertekun dan siap selalu berdoa dan memikirkan pelayanan kepada mereka. Sungguh menyedihkan, penjara dan eksekusi publik Korea Utara menjadikan Negara ini berada di peringkat 1 selama 12 tahun berturut-turut. Diperkiraan ada lebih dari 70,000 tahanan politik di penjara-penjara Korut. Eksekusi atas rakyat Kristen yang diketahui memiliki Alkitab. Perhatikanlah daftar ini dengan seksama, ingatlah anak-anak Tuhan yang tinggal di sana dan doakan mereka. Tanamkan dalam hati anda sedalam-dalamnya, inilah negara-negara yang juga sangat membutuhkan Injil, maka doakanlah dengan berani kepada Tuhan agar terjadi keselamatan kepada mereka yang aktif menganiaya anak-anak Tuhan.
4
seaNDaiNya aKu tahu:
refleksi 40 Tahun seBagai gemBala sidang Rev. Sam StoRmS Inilah 10 hal yang saya harapkan bisa tahu sebelumnya ketika saya mulai melayani sebagai seorang gembala gereja: 1. Aku harap aku tahu sebelumnya bahwa orangorang yang berbeda pendapat dengan doktrin yang saya pegang teguhku kerap mengasihi Allah dan giat bagi kemuliaan-Nya, dan kadang bahkan lebih dari kegigihanku sendiri. Adanya sikap kesombongan intelektual akan hal teologia dapat menyulut hayalan seperti ini, yang mencemarkan pelayanan dan meremehkan segala usaha untuk memiliki kesatuan kristiani lintas denominasi. 2. Aku harap aku tahu sebelumnya bahwa ada patah hati yang pedih terjadi ketika aku begitu percaya akan orang-orang yang loyal dalam pelayananku dan senantiasa setia di dalam gereja. Aku harap aku bersiap hati menghadapi perasaan dikhianati dan keterkejutan ketika orang-orang yang telah saya beri sepenuhnya waktu, kasih, dan energi yang tanpa pamrih dengan segera melangkah pergi begitu saja, sambil mengeluarkan alasan yang sepele dan dibuat-buat. 3. Aku harap aku tahu sebelumnya betapa dalamnya banyak penderitaan yang dialami jemaatku. Dibesarkan dari sebuah keluarga yang berfungsi baik dan normal, dimana setiap anggota keluarga mengenal Kristus dan saling mengasihi, membuat saya kurang peka merasakan kepedihan yang diderita oleh kebanyakan orang yang tidak mengalami berkat seperti keluargaku. Belasan tahun melayani dengan naïf saya simpulkan jika saya tidak terluka, berarti orang lain juga tidak. Aku harap aku menyadari bahwa mimbar bukanlah tempat untuk bersembunyi dari masalah dan kepedihan yang dialami jemaatku; tetapi ia adalah sebuah tempat untuk menjawab, menuntun, dan menerapkan Firman Tuhan kepada mereka. 4. Aku harap aku tahu sebelumnya kebenaran firman Zefanya 3:17 “Ia bergirang karena engkau dengan sukacita…” yang merubah hidup. Berapa banyak orang Kristen (termasuk para pendeta) hidup dengan keyakinan Allah itu marah dan muak dengan hidup mereka. Aku harap aku tahu sebelumnya betapa Dia suka bergirang dan bernyanyi atas mereka (dan atas aku). 5. Aku harap aku tahu sebelumnya bahwa seberapa banyak sikap-sikap orang-orang terhadapku ternyata sungguh mempengaruhi kondisi istriku. Berpuluh-puluh tahun saya telah salah menduga bahwa istriku memiliki kulit muka setebal kulit mukaku. Apapun personalitas seorang wanita, percayalah mereka menderita lebih atas kritikan jahat yang ditujukan kepada suami mereka. 6. Aku harap aku tahu sebelumnya betapa pentingnya memahami diri sendiri dan menerima den-
gan realistis dan rendah hati atas apa yang aku temukan dari diriku. Jangan takut tetapi bersedialah untuk dikelilingi dengan orang-orang yang berbeda dengan anda, agar mereka melengkapi kekurangan anda dan anda terdorong dengan sehat dan jujur untuk menerima apa kelebihan dan kekurangan anda. 7. Aku harap aku tahu sebelumnya bahwa pelayanan makin lengkap dengan keterlibatan wanita di setiap wilayah pelayanan dalam gereja.Di awal pelayananku, saya takut mengizinkan wanita terlibat dalam pelayanan karena takut melanggar batasan dari Alkitab. Selain dari jabatan memerintah dalam gereja sebagai penatua, adakah hal-hal yang tidak diperbolehkan bagi wanita? Percayalah, hai para pria, kita sangat membutuhkan mereka lebih dari yang kita akui. 8. Aku harap aku tahu sebelumnya bahwa oke-oke saja berbicara tentang uang. Jangan takut berbicara tentang uang. Lakukanlah dengan rendah hati dan alkitabiah dan bukan untuk meminta kenaikan honorarium. Bertahun-tahun lamanya saya alergi dengan teologia kemakmuran, tetapi saya juga berdiam dan tidak mengajarkan pentingnya penatalayanan finansial sebagai bukti pertumbuhan dan kedewasaan rohani orang Kristen. Saya tidak menformulasikan satu strategi dalam mendidik jemaat untuk memiliki kemurahan hati yang berkesinambungan karena takut dianggap meminta uang bagi diri sendiri. 9. Aku harap aku tahu sebelumnya bahwa yang namanya konfidensial itu hayalan belaka. Kasihanlah kita jika kita berkeyakinan kuat kepada yang namanya konfidensial. Anda dapat mengontrol informasi apa yang dapat datang kepadamu, tetapi anda tidak mungkin kontrol informasi apa yang keluar darimu. Ketika informasi itu sudah keluar dan ada di tangan orang lain, jangan mengira akan tetap di situ, kendati dia bersumpah dengan janji konfidensial. Selalu berhati-hatilah kepada siapa anda berbicara soal konfidensial. Aku harap aku tahu dan pegang dengan yakin apa yang Alkitab ajarkan tentang sifat hati manusia berdosa: tidak ada yang bisa duga dalamnya hati manusia yang licik. 10. Aku harap aku tahu sebelumnya akan efek destruktif dari jiwa insecure dalam diri seorang pendeta. Mengapa jiwa insecure itu begitu merusak?
• Pendeta yang insecure baru akan memuji dan mendukung pendeta yang lain jika pendeta tersebut melayani kemauannya dan selalu memuji image nya. • Seorang pendeta yang insecure akan tidak senang dan merasakan ancaman jika ada rekan atau staf yang menerima pujian dari orang-orang di depan umum. • Bagi pendeta yang insecure, sebuah kritikan yang konstruktif tidak diterima dengan baik, tetapi dipandang sebagai sebuah ancaman dan pemberontakan atas otoritasnya. • Karena seorang pendeta yang insecure tidak memiliki kapasitas mengakui kelemahan dan kesalahannya, maka dia tidak pernah bisa belajar. Dia akan menolak setiap masukan dan informasi untuk menolongnya. Pertumbuhan rohaninya mandek. • Seorang pendeta insecure umumnya bertangan besi dalam berelasi dengan rekan kerjanya. • Dia juga seorang yang sering mengontrol sampai kepada hal-hal yang sepele. • Pendeta yang insecure jarang memberi wewenang bagi mereka yang bertalenta dan mengerti bidang keahlian tersebut. Ia senantiasa membatasi hidup seseorang dan bukan mempertumbuhkannya. • Pendeta yang insecure akan marah dengan meledak-ledak. • Sebab di pusatnya, insecure adalah buah kesombongan diri. Racun insecure ini hanya bisa disembuhkan dengan vaksin pengakuan akan nilai dirinya ada di dalam Injil Yesus Kristus. Di dalam kasih-Nya yang penuh pengorbanan, anda menemukan konfiden yang membebaskan diri anda dan mendorong anda menghargai orang lain tanpa takut akan sukses mereka dan tidak menganggap itu sebagai ancaman. (Rev. Sam Storms adalah Gembala Senior di Bridgeway Church Oklahoma City, Oklahoma)
• Jiwa insecure membuat anda sulit untuk mengakui dan menghargai pencapaian rekan dalam pelayanan (atau dalam jemaat). Seorang pendeta yang insecure tidak pernah memberi dorongan positif. Sukses rekan kerja dipandang sebagai ancaman baginya dan otoritasnya di mata jemaat. Jika anda seorang yang insecure, maka anda tidak pernah doakan orang lain indah berkembang.
5
RECI SYDNEY
CHRISTMAS 2013 CELEBRATION
6
Ada Lubang
DI DALAM KESUCIAN KITA Inilah judul buku yang menarik dari pendeta Kevin deYoung, “The Hole in Our Holiness.” Buku ini bicara soal kesucian dan pengudusan hidup orang Kristen. Ada lubang masa bodoh akan kesucian hidup. Lubang ketidakmengertian tentang apa itu kekudusan. Dan lubang legalistik kesucian ala orang Farisi di tengah kehidupan orang-orang Kristen. Kita tidak boleh terjerumus jatuh ke dalam perangkap lubang kesucian yang salah ini. Untuk tidak jatuh kepada kesucian legalistik, Kevin deYoung ingatkan kita akan paradoks kesucian menurut kesaksian Alkitab. Ia berkata, “Ingatlah, demikian kesaksian semua orangorang kudus bahwa semakin dekat mereka kepada Tuhan, semakin mereka melihat lebih jelas ketidaksalehan mereka. Makin peka atas dosa dalam hidupmu adalah sebuah bukti pekerjaan pengudusan Roh Kudus terjadi.” Demikianlah kesaksian rasul Paulus di dalam salah satu surat terakhirnya, 1 Timotius 1:15, “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.” Bagaimanakah kita mengejar kesucian hidup yang benar-benar menyehatkan kerohanian kita dan tidak menjadi ‘kesucian’ yang arogan dan legalis ala orang Farisi? Kevin deYoung berkata bahwa mengejar kesucian yang sejati menuntut pertobatan. Kalimat pertama dari 95 dalil yang ditempelkan oleh reformator Martin Luther bunyinya, “Yesus Kristus, Tuhan dan Tuan kita… inginkan agar totalitas hidup orang-orang percaya haruslah senantiasa bertobat.” Pertobatan bukanlah terjadi hanya sekali dan di awal hidup orangorang Kristen. Pertobatan adalah sebuah sikap hidup sehari-hari. Dalam Roma 7 dikatakan bahwa pergumulan hidup kita sehari-hari adalah bergumul karena kita sering melakukan apa yang tidak seharusnya dilakukan dan gagal melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Hanya Kristus saja yang hidup dalam dunia ini tanpa berdosa. 1 Yohanes 1:8 bersaksi, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.”
Hidup dalam kesucian di dalam dunia ini menuntut pertobatan hidup sehari-hari. Mengejar kesucian hidup disertai jiwa arogansi rohani dan judgmentalisme berarti ada lubang dalam kesucian kita. Simak dengan bijak perkataan pendeta Andrew Murray demikian,
“There is no pride so dangerous, none so subtle and insidious, as the pride of holiness.” Kesombongan rohani ini mungkin tidak diteriakkan keras-keras. Kita rendah hati bicara kehebatan dan kesuksesan kita. Kita lebih cinta dan lebih giat bagi Tuhan. Kita lebih aktif melakukan aktivitas rohani. Kesombongan kesucian seperti ini akhirnya membuat seseorang merasa seperti Allah dan berhak menilai hidup orang sebagai hidup yang berdosa. Inilah doa orang Farisi di Bait Allah tatkala melihat seorang pemungut cukai berdoa juga. Tetapi doa pemungut cukailah yang dibenarkan Allah, “Kasihinilah aku orang berdosa ini.” Pertobatan setiap hari dengan sung-
guh-sungguh mengakui kesalahan yang spesifik, mengenali sikap dan perbuatan kita melawan Allah dan firman-Nya, dan senantiasa hidup mematikan cobaan kedagingan, disitulah kita hidup di dalam kesucian Allah. Kita peka akan kesucian-Nya, itu sebab kita tidak pernah sombong atas hidup kita. Untuk memahami sifat dari pertobatan sejati, kita harus memahami perbedaan yang dibuat oleh rasul Paulus di dalam 2 Korintus 7:9-11: perbedaan dukacita menurut dunia dan dukacita menurut kehendak Allah. Semua kita merasa bersalah. Orang bukan Kristen pun cepat mengakui bahwa mereka tidak sempurna dan merasa bersalah. Dukacita menurut dunia adalah ekspresi menyesal karena kesempatan sirna, ada situasi hidup yang menyakitkan, atau rasa malu karena masalah pribadi yang diungkapkan. Orang-orang menyesal karena ketahuan, atau terluka, atau terlihat bodoh di mata orang lain. Penyesalan ini, kata firman Tuhan, tidak mendatangkan keselamatan melainkan kematian. Sebab penyesalan duniawi ini tidak membawa seseorang melihat kelemahannya sebagai sikap perlawanan kepada Tuhan. Penyesalan membuat seseorang mengasihani diri sendiri dan stagnan. Tetapi pertobatan membawa kita kepada perubahan dan maju terus di dalam anugerah Tuhan untuk hidup makin serupa dengan Yesus Kristus. Pertobatan sejati adalah melihat kesalahan diri, dan tidak pernah persalahkan situasi atau orang lain, tetapi selalu dalam kaitan “Terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa”(Maz 51:6). Kesucian yang sejati berarti selalu hidup di hadapan Allah (Coram Deo), tidak ada yang cemar yang kecil sekalipun yang tidak nampak dalam cahaya kesucian-Nya. Kita hanya selalu hidup dalam kerendahan hati dan bertobat dengan sungguh setiap hari. Demikianlah kerinduan kita menapaki tahun 2014 yang baru ini!
Mang Bijak
7
RESEnSI Buku 1 WHEN THE GAME IS OVER, IT ALL GOES BACK IN THE BOX ( PENGARANG: JOHN ORTBERG ) John Otberg memberikan ilustrasi bahwa hidup adalah seperti permainan monopoli. Kita membuat strategi, mengambil resiko, memakai segala cara untuk membuat posisi kita lebih baik. Akan tetapi, ketika permainan selesai, semua potongan dimasukkan kembali ke dalam kotak. Sama halnya dengan ketika hidup kita selesai, tubuh fisik kita dimasukkan kedalam peti. Hanya investasi kekal yang bisa membawa kita kepada kekekalan. Di dalam perjalanan hidup kita untuk meraih sebanyak yang kita inginkan, kita tidak henti – hentinya menghadapi peperangan di dalam memikirkan apa yang menjadi nilai yang terpenting di dalam hidup kita. Kita melewati hari demi hari di dalam kesibukan dan relasi yang dangkal. Kita mengumpulkan segala harta yang sementara yang sering kali membawa kita kepada satu mimpi dimana perjalanan hidup kita akan terus berjalan sampai selama – lamanya. Suatu ketika perjalanan hidup kita akan berhenti. Tidak ada yang bisa menyangkal akan fakta ini baik orang yang percaya maupun tidak percaya. Pertanyaannya adalah apakah kita menjalaninya dengan bijaksana? Tidak ada satu detik pun yang bisa diulang. Tidak ada tombol yang bisa memutar ulang perjalanan hidup ini. Oleh karena itu, kita harus berbijaksana di dalam menjalaninya. Perjalanan hidup kita diisi oleh kotak – kotak di dalam bentuk kalender. Setiap kotak mewakili hari yang baru. Kita harus belajar mengisi kotak – kotak yang ada dengan hal yang menjadi prioritas hidup kita. John Otberg memberi ilustrasi hidup kita seperti kendi yang kosong yang diisi
bagi hidup kita masing – masing) dan Joy (hidup yang bersukacita karena kematian Kristus yang menyelamatkan) . Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya maka semuanya akan ditambahkan kepada kita. Bagaimana kita bisa mendahulukan Kerajaan Allah jika kendi itu sudah terlebih dahulu dimasukkan pasir dengan penuh?
oleh pasir dan 4 buah bola tenis. Kita mengisinya dengan pasir setiap kali kita “harus” mengerjakan sesuatu yang harus kita kerjakan. Kita harus bekerja, tidur, mandi, berolahraga, membersihkan rumah, dan semua tugas – tugas pribadi lainnya yang hanya menambahkan pasir di dalam kendi yang kosong. Setelah semua yang “harus” kita kerjakan terpenuhi maka waktu yang tersisa sangatlah sedikit. Tidak ada lagi tempat di dalam kendi itu untuk memasukkan 4 bola tenis. Keempat bola tenis itu adalah God (Tuhan yang menjadi yang terutama), People (relasi dengan istri, anak dan orang lain), Calling (panggilan Tuhan
Salah satu kotak di dalam kalender akan menjadi kotak terakhir di dalam hidup kita. Kita tidak pernah tahu kotak yang mana. Apakah kita mengisi hidup kita dengan pasir dan tidak ada lagi ruang untuk bola – bola tenis? Kita sadar kita bukan dengan sengaja mendedikasikan hidup kita untuk semua hal. Kita hanya terlalu sibuk. Jadi, bagaimana solusi yang terbaik? Solusi yang terbaik adalah mengosongkan kendi yang sudah terisi dengan pasir. Mulai hari kita dengan kendi yang kosong. Isilah dengan menghargai komitmen yang terpenting dan Tuhan akan memberikan kepada kita waktu untuk melakukan apa yang menjadi kehendak dan rencanaNya. Satu kali kelak semuanya akan kembali ke dalam kotak. Kita mungkin berpikir kita adalah tuan atas permainan monopoli atau pemilik semua tanah dan hak milik. Akan tetapi, fakta dan realita bahwa ketika permainan selesai, semuanya itu tidak ada artinya. Kuncinya adalah hiduplah bijaksana, jangan kehilangan harapan dan utamakan Kerajaan Allah dan kebenarannya. (TK)
reformed eVANGeLICAL CHUrCH of INdoNesIA, sYdNeY Gembala Sidang: Pdt. Effendi Susanto S.Th. Ph. (61-2) 9482 5220 Mob: 0411 234 678 Sekretariat: Unit 13 / 20 - 22 College Crescent, Hornsby, NSW 2077 Kebaktian Umum: Minggu jam 9.30 pagi Kebaktian Kaum Muda: Minggu jam 16.30 sore Persekutuan Remaja dan Sekolah Minggu: Minggu jam 9.30 pagi Persekutuan Doa: Minggu jam 9.00 pagi Tempat Kebaktian: University Technology of Sydney (UTS) Building 2, Main Hall Level 4 (Street Level), 1 Broadway St, Broadway, Sydney Website: www.recisydney.org
Penanggung Jawab: Pdt Effendi Susanto Sth | tim Redaksi: Albert K, Putra, Mark | Email:
[email protected]
8