GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR
SUNARSIH
DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
ABSTRACT SUNARSIH. Generalization of the Secant Method for Solving Nonlinear Equations. Supervised by SISWANDI and BERLIAN SETIAWATY.
This manuscript discusses a method for determining nonlinear equations roots from function having (k ๏ซ 1)th derivative which are continuous on an open interval containing the roots. The method used in this manuscript is a generalization of the Secant method. This generalization is by substituting the linear interpolation equation in the iteration equation by Secant method for the (k ๏ซ 1)th derivative polynomial interpolation equations. Convergence analyzing of the approximation roots sequence resulting in a degree of convergence which is greater than that of the Secant method and relatively similar to that of the Newton-Raphson method.
Key Words: Nonlinear Equation Roots, Generalization of the Secant Method.
ABSTRAK SUNARSIH. Generalisasi Metode Tali Busur untuk Menyelesaikan Persamaan Tak Linear. Dibimbing oleh SISWANDI dan BERLIAN SETIAWATY.
Karya ilmiah ini membahas metode penentuan akar persamaan tak linear dari fungsi yang memiliki turunan ke-๐ + 1 kontinu pada interval terbuka yang mengandung akar. Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini merupakan generalisasi dari metode Tali Busur. Generalisasi ini dilakukan dengan mengganti persamaan interpolasi linear pada persamaan iterasi metode Tali Busur dengan turunan interpolasi polinomial ke-๐ + 1. Analisis kekonvergenan barisan hampiran akar menghasilkan derajat kekonvergenannya lebih besar daripada menggunakan metode Tali Busur, dan relatif sama jika menggunakan metode Newton-Raphson.
Kata Kunci: Akar Persamaan Tak Linear, Generalisasi Metode Tali Busur.
Generalisasi Metode Tali Busur untuk Menyelesaikan Persamaan Tak Linear
SUNARSIH G54061230
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Sains Pada Departemen Matematika
DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Linear Nama NIM
: Generalisasi Metode Tali Busur untuk Menyelesaikan Persamaan Tak : Sunarsih : G54061230
Mengetahui Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Siswandi, M.Si. NIP. 19640629 199103 1 001
Dr. Berlian Setiawaty, MS. NIP. 19650505 198903 2 004
Mengetahui Ketua Departemen Matematika
Dr. Berlian Setiawaty, MS. NIP.19650505 198903 2 004
Tanggal Lulus
:
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya kepada saya sebagai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul โGeneralisasi Metode Tali Busur untuk Menyelesaikan Persamaan Tak Linearโ tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memeroleh gelar Sarjana Sains pada program sarjana di Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih pada berbagai pihak yang telah membantu, 1. Keluargaku tercinta: Bapak dan ibu (terima kasih atas semua doa, dukungan dan kasih sayangnya), Kang Wito, Muji dan Riani (terima kasih atas doa dan dukungannya). 2. Bapak Dr. Siswandi, M.Si. dan Ibu Dr. Berlian Setiawaty, Ms. Selaku Pembimbing I dan Pembimbing II (terima kasih atas semua ilmu, kesabaran, motivasi dan bantuannya selama penulisan skripsi ini). 3. Ibu Dra. Nur Aliatiningtyas, MS. Selaku dosen penguji, (terima kasih atas semua ilmu, saran, dan motivasinya). 4. Semua dosen Departemen Matematika (terima kasih atas semua ilmu yang diberikan). 5. Semua staf dan karyawan di Departemen Matematika(terimakasih atas segala bantuannya). 6. Teman-temanku (Inang, Ken dedes, Kimel, Ndut, Rhe, Tha, Yus). 7. Teman-teman angkatan 43: Emta, Putri, Rias, Erni, Fitria, Dandi, Copi, Slamet, Lina, Ady, Vera, Abi, NS, Leo, Nobo, Cupit, Adam, Aji, Tami, Sendi, Albrian, Ratna, Fardan, Resti, Apri, Margi, Fajar, Wira, David, Arif, Arum, Aini, Ace, Zul, Diah, sabar, Dwi, Faizal, Nurmalina, Suci, Faizul, Syahrul, Nanu, Destya, Ecka, Kabil, Nia, Razon, Peli, Irsyad, Hendra, Andrew, Nidya, Subro, Agung, Gandi, Elly, SN, dan Bertrand(terima kasih atas kebersamaan kalian). 8. Kakak-kakak kelasku angkatan 41 dan 42 (terima kasih atas doa dan dukungannya). 9. Adik-adik kelasku angkatan 44 dan 45 (terima kasih atas doa dan dukungannya). Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat untuk kita semua. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua. Amin. Bogor, November 2011 Sunarsih
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Pekanbaru pada tanggal 10 November 1987 sebagai anak kedua dari empat bersaudara, anak dari pasangan Sonimin dan Siyam. Tahun 2000 penulis lulus dari SD N 036 Siak, Pekanbaru. Tahun 2003 penulis lulus MTs-Hidayatullah Sialang baru, Pekanbaru. Tahun 2006 penulis lulus SMA N 1 Lubuk Dalam, Pekanbaru dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur ujian Beasiswa Utusan Daerah (BUD), Tingkat Persiapan Bersama. Pada tahun 2007, penulis memilih jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif di IKPMR (Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Riau) Bogor di bagian divisi kerohanian islam 2008/2009. Penulis juga aktif sebagai panitia pada beberapa acara lain Pesta Sains Nasional 2009, Dies Natalis IKPMR 2008, 2009 dan 2010, Masa Perkenalan Departemen 2008, dan Try Out Kalkulus dan Pengantar Matematika 2008, 2009 dan 2010.
vii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ.... vii DAFTAR GAMBAR โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆ viii DAFTAR TABEL โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ.โฆโฆโฆ. ix DAFTAR LAMPIRAN โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆโฆ x I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ.โฆโฆโฆโฆโฆ.โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ.. 1 1.2 Tujuan โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ..โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆ 1 II LANDASAN TEORI 2.1 Akar persamaan Tak Linear โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆ 1 2.2 Interpolasi โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ.โฆโฆ.. 3 2.3 Barisan dan kekonvergenan โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ.โฆโฆโฆโฆ..โฆโฆโฆโฆ. 8 2.4 Sifat Akar Persamaan Polinomial โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆโฆโฆ 9 III PEMBAHASAN 3.1 Rumusan Masalah 3.1.1 Metode Newton-Raphson โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ... 11 3.1.2 Metode Tali Busur โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ.. 12 3.1.3 Generalisasi Metode Tali Busur โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ. 13 3.2 Analisis Kekonvergenan 3.2.1 Kekonvergenan Metode Newton-Raphson โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆ. 16 3.2.2 Kekonvergenan Metode Tali Busur โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ... 17 3.2.3 Kekonvergenan Generalisasi Metode Tali Busur โฆโฆโฆโฆ.โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ. 19 3.3 Contoh Numerik 3.3.1 Contoh dengan Metode Newton-Raphson โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ. 19 3.3.2 Contoh dengan Metode Tali Busur โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ.... 20 3.3.3 Contoh dengan Generalisasi Metode Tali Busur โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ..โฆโฆ. 21 IV SIMPULAN โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ..โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆโฆโฆ..โฆโฆ.. 23 V DAFTAR PUSTAKA โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ..โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ.. 24 LAMPIRAN โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ.โฆโฆโฆ. 25
vii vii
viii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Grafik Iterasi Metode Newton-Raphson โฆโฆโฆโฆโฆ.โฆโฆโฆ.โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ 11 Gambar 2 Grafik Iterasi Metode Tali Busur โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ.โฆโฆโฆ 12
viii viii
ix
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Selisih Terbagi ...โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ 15 Tabel 2 Ilustrasi Metode Newton-Raphson โฆโฆโฆ..โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ 19 Tabel 3 Perubahan nilai awal terhadap banyaknya iterasi pada MNR โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ. 20 Tabel 4 Ilustrasi Metode Tali Busur โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ..โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆโฆ. 20 Tabel 5 Perubahan nilai awal terhadap banyaknya iterasi pada MTB โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ.โฆโฆโฆโฆ. 21 Tabel 6 Ilustrasi Generalisasi Metode Tali Busur โฆโฆโฆโฆโฆโฆ..โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆ 21 Tabel 7 Perubahan nilai awal terhadap banyaknya iterasi pada GMTB โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ..โฆโฆโฆโฆ. 22 2 Tabel 8Hasil perolehan akar dari fungsi ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 2 ๐ ๐ฅ โ2 โ 1 dengan metode Newton-Raphson, metode Tali Busur dan generalisasi Metode Tali Busur โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ..โฆโฆโฆโฆโฆ..... 23
ix ix
x
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Pembuktian Teorema 12 โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ 26 Lampiran 2 Program dengan Metode Newton-Rapshon โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ 37 Lampiran 3 Program dengan Metode Tali Busur โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ..โฆ 38 Lampiran 4 Program dengan Generalisasi Metode Tali Busur โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ. 39 Lampiran 5 Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.2 โฆโฆ.โฆโฆโฆโฆโฆ...โฆ. 40 Lampiran 6Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.3 โฆโฆ.โฆโฆโฆโฆโฆ...โฆ. 41 Lampiran 7Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.4 โฆโฆ.โฆโฆโฆโฆโฆ...โฆ. 42 Lampiran 8Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.5 โฆโฆ.โฆโฆโฆโฆโฆ...โฆ. 43 Lampiran 9Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.6 โฆโฆโฆโฆ.โฆโฆโฆ...โฆ. 44 Lampiran 10Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.7โฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆ. 45 Lampiran 11Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.8 โฆโฆโฆโฆโฆ..โฆ....โฆ. 46 Lampiran 12Program Metode Tali Busurdengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.2 dan ๐ฅ1 = 0.3.โฆโฆ.โฆ....โฆ. 47 Lampiran 13Program Metode Tali Busurdengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.3 dan ๐ฅ1 = 0.4.โฆโฆโฆ.....โฆ. 48 Lampiran 14Program Metode Tali Busurdengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.4 dan ๐ฅ1 = 0.5.โฆโฆโฆ.....โฆ. 49 Lampiran 15Program Metode Tali Busurdengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.5 dan ๐ฅ1 = 0.6.โฆโฆโฆโฆ.โฆ. 50 Lampiran 16Program Metode Tali Busurdengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.6 dan ๐ฅ1 = 0.7โฆ.โฆโฆโฆ..โฆ. 51 Lampiran 17Program Metode Tali Busurdengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.7 dan ๐ฅ1 = 0.8 โฆ....โฆโฆ..โฆ. 52 Lampiran 18Program Generalisasi Metode Tali Busurdengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.2 dan ๐ฅ1 = 0.3.. ..53 Lampiran 19Program Generalisasi Metode Tali Busurdengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.3 dan ๐ฅ1 = 0.4 ... 54 Lampiran 20Program Generalisasi Metode Tali Busurdengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.4 dan ๐ฅ1 = 0.5 ... 55 Lampiran 21Program Generalisasi Metode Tali Busurdengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.5 dan ๐ฅ1 = 0.6โฆ 56 Lampiran 22Program Generalisasi Metode Tali Busurdengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.6 dan ๐ฅ1 = 0.7โฆ 57 Lampiran 23Program Generalisasi Metode Tali Busurdengan Nilai Awal ๐ฅ0 = 0.7 dan ๐ฅ1 = 0.8โฆ 58
x x
xi
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah yang paling umum ditemui dalam bidang matematika, teknik dan beberapa bidang ilmu lain adalah mencari akarakar persamaan. Terutama akar dari persamaan tak linear yang tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik. Persamaan tersebut lebih efektif diselesaikan dengan metode iteratif (Sahid 2005). Metode iteratif yang banyak digunakan di berbagai buku adalah metode Tali Busur dan metode Newton-Raphson. Ada juga metode lain yaitu generalisasi metode Tali Busur. Secara umum semua metode pencarian akar tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu metode tertutup dan metode terbuka. Metode tertutup atau metode pengurung (bracketing method) adalah metode pencarian akar yang akar-akarnya berada dalam interval ๐, ๐ , dalam interval ini dipastikan berisi minimal satu buah akar. Karena iterasinya selalu konvergen (menuju) ke akar, sehingga metode ini selalu menemukan akar. Contoh metode ini adalah metode Bagi Dua dan metode Regular Falsi (Munir 2003). Metode terbuka adalah metode pencarian akar yang tidak memerlukan interval yang mengapit akar, yang diperlukan adalah nilai awal dan persamaan iterasi untuk menghitung hampiran akar yang baru. Pada metode ini hampiran akar yang diperoleh mungkin saja mendekati akar sebenarnya (konvergen) atau mungkin juga menjauhinya (divergen). Contoh metode ini adalah metode Titik Tetap, metode
Newton-Raphson, metode Tali Busur dan generalisasi metode Tali Busur (Munir 2003). Untuk selanjutnya pembahasan pada karya ilmiah ini dibatasi untuk metode terbuka, yaitu metode Newton-Raphson, metode Tali Busur dan generalisasi metode Tali Busur. Metode Newton-Raphson merupakan metode pencarian akar yang paling cepat konvergen di antara metode-metode pencarian akar yang lain, namun metode ini memerlukan dua iterasi fungsi, yaitu nilai fungsi dan turunannya. Sedangkan metode Tali Busur adalah metode pencarian akar yang memiliki kekonvergenan yang relatif lambat, tetapi untuk setiap iterasi hanya memerlukan perhitungan fungsinya saja (Sahid 2005). Pada karya ilmiah ini akan dibahas generalisasi dari metode Tali Busur, di mana metode ini merupakan metode pencarian akar yang hanya memerlukan iterasi fungsi saja dan kekonvergenannya relatif cepat. 1.2 Tujuan Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah: 1. Menentukan akar persamaan dengan generalisasi metode Tali Busur dan menganalisis kekonvergenan barisan hampiran akar yang diperoleh (Sidi 2007). 2. Membandingkan kecepatan dalam memperoleh akar dengan menggunakan generalisasi metode Tali Busur dengan metode Newton-Raphson dan metode Tali Busur pada aplikasi numeriknya.
II LANDASAN TEORI 2.1 Akar Persamaan Tak Linear Misalkan ๐ adalah suatu fungsi kontinu. Setiap bilangan ๐ผ pada domain ๐ yang memenuhi ๐ ๐ผ = 0 disebut akar persamaan ๐ ๐ฅ = 0, atau disebut juga pembuat nol fungsi ๐. Secara singkat, ๐ผ sering disebut akar ๐(๐ฅ). Definisi 1 (Derajat Akar) Misalkan ๐ dan ๐ merupakan fungsi kontinu dengan ๐(๐ฅ) โ 0, sedemikian sehingga ๐ ๐ฅ dapat dinyatakan sebagai ๐ ๐ฅ = ๐ฅ โ ๐ผ ๐๐ ๐ฅ ,
maka ๐ผ disebut akar berderajat ๐. Dari persamaan di atas terlihat bahwa jika ๐ผ pembuat nol fungsi ๐ berderajat ๐, maka ๐ ๐ผ = 0, ๐ โฒ ๐ผ = 0, โฏ , ๐ (๐ โ1) ๐ผ = 0, ๐ (๐ ) (๐ผ) โ 0. Jika ๐ = 1, maka ๐ผ disebut akar sederhana. Jika ๐ > 1, maka ๐ผ disebut akar ganda. Jika ๐ = 2, maka ๐ผ disebut akar dobel, dan seterusnya. (Sahid 2005)
xi
2
Definisi 2 (Galat Hampiran) Misalkan ๐ฅ adalah suatu nilai hampiran yang diperoleh melalui suatu metode numerik, untuk nilai eksak (nilai sebenarnya) ๐ฅ yang tidak diketahui. Nilai ๐๐ฅ = ๐ฅ โ ๐ฅ disebut selisih atau galat, ๐๐ฅ disebut galat mutlak. (Atkinson & Han 2003) Definisi 3 (Derajat Kekonvergenan) Misalkan ๐ฅ0 , ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฏ merupakan barisan yang konvergen ke ๐ผ dan misalkan ๐๐ = ๐ฅ๐ โ ๐ผ menyatakan persamaan galat hampiran ke-๐, yang didefinisikan pada Definisi 2, dengan ๐ = 0, 1, 2, โฏ. Jika terdapat sebuah bilangan ๐ ๐ dan konstanta ๐ โ 0 yang mengakibatkan ๐๐+1 lim = ๐, ๐ โโ ๐๐ ๐ ๐ maka ๐ ๐ disebut derajat kekonvergenan barisan tersebut dan ๐ disebut konstanta galat asimptotik. Untuk ๐ ๐ = 1 disebut kekonvergenan linear. Untuk ๐ ๐ = 2 disebut kekonvergenan kuadratik, dan seterusnya. (Atkinson & Han 2003) Definisi 4 (Metode Iteratif) Metode iteratif adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari solusi suatu persamaan tak linear yang dimulai dengan memilih nilai awal dan kemudian berusaha memperbaiki hampiran ke-๐ yang menuju tak hingga, tetapi setiap langkahnya tetap konvergen atau menuju ke suatu akar tertentu. (Atkinson & Han 2003) Definisi 5 (Metode Terbuka) Metode terbuka adalah metode pencarian akar yang tidak memerlukan interval yang mengapit akar, yang diperlukan adalah nilai awal dan persamaan iterasi untuk menghitung hampiran akar yang baru. Pada metode ini hampiran akar yang diperoleh mungkin mendekati akar (konvergen), atau mungkin juga menjauhinya (divergen). (Munir 2003) Contoh metode ini adalah metode Titik Tetap, metode Newton-Raphson, metode Tali Busur, dan generalisasi metode Tali Busur.
Metode Newton-Raphson Metode Newton-Raphson adalah metode pencarian akar yang hampiran akarnya diperoleh dengan mencari titik potong garis singgung kurva di titik ๐ฅ๐ , ๐ ๐ฅ๐ dengan sumbu-๐ฅ, dengan nilai awal ๐ฅ0 diberikan. Persamaan iterasi untuk mendapatkan hampiran ke-๐ + 1 adalah ๐(๐ฅ๐ ) ๐ฅ๐+1 = ๐ฅ๐ โ โฒ ; ๐ = 0, 1,2, โฏ. (1) ๐ ๐ฅ๐ (Atkinson & Han 2003) Metode Tali Busur Metode Tali Busur (secant method) adalah metode pencarian akar yang merupakan modifikasi dari metode Newton-Raphson. Pada metode Newton-Raphson hampiran akar yang dicari diperoleh dengan mencari titik potong garis singgung kurva di titik ๐ฅ๐ , ๐ ๐ฅ๐ dengan sumbu-๐ฅ. Kemudian dimodifikasi pada metode Tali Busur di mana hampiran akarnya diperoleh dengan menggunakan tali busur yang melalui titik ๐ฅ๐โ1 , ๐ ๐ฅ๐โ1 dan ๐ฅ๐ , ๐ ๐ฅ๐ sebagai hampiran ๐(๐ฅ) dan mencari titik potongnya dengan sumbu-x. Persamaan iterasi pada metode Newton-Raphson yang menggunakan turunan ๐(๐ฅ) dimodifikasi sehingga tidak harus menggunakan fungsi turunannya tersebut. Persamaan iterasi untuk mendapatkan hampiran ke-๐ + 1 adalah ๐ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐+1 = ๐ฅ๐ โ ; ๐ = 1,2, โฏ. ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 (Atkinson & Han 2003) Definisi 6 (Deret Taylor) Misalkan fungsi ๐ memunyai turunan ke ๐ + 1 yang kontinu pada interval [๐, ๐]. Misalkan juga untuk setiap ๐ฅ0 โ [๐, ๐]. Deret ๐ ๐ (๐ ) ๐ฅ0 (๐ฅ โ ๐ฅ0 )๐ ๐! ๐=0
disebut deret Taylor fungsi ๐ di sekitar ๐ฅ0 , dan dapat dituliskan ๐ ๐ (๐) ๐ฅ0 ๐ ๐ฅ = (๐ฅ โ ๐ฅ0 )๐ . ๐! ๐=0
Dengan memisalkan ๐ฅ = ๐ฅ0 + ๐, diperoleh ๐ ๐ (๐ ) ๐ฅ0 ๐ ๐ ๐ฅ0 + ๐ = ๐ . ๐! ๐ =0
(Cheney & Kincaid 1994)
2
3
Definisi 7 ๐ถ ๐+1 (๐ผ) adalah himpunan semua fungsi yang memiliki turunan ke-๐ + 1 kontinu pada ๐ผ, di mana ๐ผ adalah interval terbuka. (Burden & Faires 1993) Teorema 1 (Teorema Rolle) Misalkan ๐ adalah fungsi yang kontinu pada [๐, ๐] dan fungsi ๐ terturunkan pada (๐, ๐). Jika ๐ ๐ = ๐ ๐ = 0, maka terdapat sebuah bilangan ๐ โ (๐, ๐), sehingga ๐ โฒ ๐ = 0. (Burden & Faires 1993) Bukti: Terdapat tiga kasus, yaitu Kasus 1: ๐ ๐ฅ = ๐, dengan ๐ konstan. Dari sini diperoleh ๐ โฒ ๐ฅ = 0, sehingga bilangan ๐ dapat diambil sembarang bilangan dalam interval (๐, ๐). Kasus 2: ๐(๐ฅ) > ๐(๐), untuk suatu ๐ฅ pada (๐, ๐). Karena ๐ fungsi kontinu pada ๐, ๐ , maka menurut Teorema Nilai Ekstrim ๐ memunyai nilai maksimum pada suatu titik dalam interval [๐, ๐]. Karena ๐(๐) = ๐(๐), ๐ harus mencapai maksimum pada ๐ โ ๐, ๐ , maka ๐ memunyai maksimum lokal pada ๐ dan karena ๐ terturunkan pada ๐, maka ๐ โฒ ๐ = 0. Kasus 3: ๐ ๐ฅ < ๐(๐) untuk suatu ๐ฅ dalam interval terbuka (๐, ๐). Karena ๐ fungsi kontinu pada ๐, ๐ , maka menurut Teorema Nilai Ekstrim ๐ memunyai nilai minimum pada suatu titik dalam interval [๐, ๐]. Karena ๐(๐) = ๐(๐), ๐ harus mencapai minimum pada ๐ โ ๐, ๐ , maka ๐ memunyai minimum lokal pada ๐ dan karena ๐ terturunkan pada ๐, maka ๐ โฒ ๐ = 0. Dengan demikian Teorema 1 terbukti. 2.2 Interpolasi Definisi 8 (Interpolasi) Interpolasi adalah proses pencarian dan perhitungan nilai suatu fungsi yang grafiknya melewati sekumpulan titik yang diberikan. Titik-titik tersebut mungkin merupakan hasil eksperimen dalam sebuah percobaan atau diperoleh dari sebuah fungsi yang diketahui. Fungsi interpolasi biasanya dipilih dari sekelompok fungsi tertentu, salah satu fungsi
yang paling banyak dipakai adalah fungsi polinomial. (Atkinson & Han 2003) Definisi 9 (Interpolasi Polinomial Linear) Interpolasi polinomial linear adalah interpolasi dua buah titik dengan sebuah garis lurus, misal diberikan dua buah titik ๐ฅ1 , ๐ฆ1 dan ๐ฅ2 , ๐ฆ2 , maka polinomial yang menginterpolasi kedua titik itu adalah persamaan garis lurus yang berbentuk ๐ฆ2 โ ๐ฆ1 ๐1 ๐ฅ = ๐ฆ1 + ๐ฅ โ ๐ฅ1 . ๐ฅ2 โ ๐ฅ1 (Cheney & Kincaid 1994) Definisi 10 (Selisih Terbagi) Selisih terbagi (divided difference) atau kadang disebut daftar selisih adalah metode untuk mendapatkan suatu penyajian secara eksplisit suatu interpolasi polinomial Newton dari data yang tertabulasi dan ditulis sebagai ๐ ๐ฅ0 , ๐ฅ1 , โฏ , ๐ฅ๐ . Selisih terbagi dari fungsi ๐ฆ = ๐(๐ฅ) untuk ๐ = 1,2,3, โฆ , ๐ didefinisikan sebagai berikut 1. Selisih terbagi ke-nol terhadap ๐ฅ๐ adalah ๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ . 2. Selisih terbagi pertama terhadap ๐ฅ๐ dan ๐ฅ๐+1 adalah ๐ ๐ฅ๐+1 โ ๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐+1 = . ๐ฅ๐+1 โ ๐ฅ๐ 3. Selisih terbagi kedua terhadap ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ +1 dan ๐ฅ๐+2 adalah ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ +1 , ๐ฅ๐+2 = ๐ ๐ฅ๐+2 , ๐ฅ๐+1 โ ๐ ๐ฅ๐+1 , ๐ฅ๐ . ๐ฅ๐ +2 โ ๐ฅ๐ 4. โฏ. 5. Selisih terbagi didefinisikan secara rekursif sebagai berikut ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐+1 , โฆ , ๐ฅ๐+๐โ1 , ๐ฅ๐+๐ ๐ ๐ฅ๐+๐ , ๐ฅ๐+๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐+1 โ ๐ ๐ฅ๐+๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐+1 , ๐ฅ๐ = ; ๐ฅ๐+๐ โ ๐ฅ๐
๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐+๐ . (Cheney & Kincaid 1994) Teorema 2 (Sifat Simetris Selisih Terbagi) Misalkan ๐ 1 , ๐ 2 , โฏ , ๐ ๐ +1 menyatakan permutasi dari indeks 1,2, โฆ , ๐ + 1 suatu simpul pada selisih terbagi, maka untuk sebarang indeks selisih terbagi berlaku ๐ ๐ฅ๐ 1 , ๐ฅ๐ 2 , โฏ , ๐ฅ๐ ๐+1 = ๐ ๐ฅ๐ ๐+1 , โฏ , ๐ฅ๐ 2 , ๐ฅ๐ 1 . (Atkinson & Han 2003) Bukti: (dengan induksi pada ๐ + 1) 1. Basis induksi
3
4
Untuk ๐ = 1, maka berlaku ๐ ๐ฅ2 โ ๐ ๐ฅ1 ๐ ๐ฅ1 , ๐ฅ2 = ๐ฅ2 โ ๐ฅ1 ๐ ๐ฅ2 โ ๐ ๐ฅ1 = ๐ฅ2 โ ๐ฅ1 โ ๐ ๐ฅ2 โ ๐ ๐ฅ1 = โ ๐ฅ2 โ ๐ฅ1 ๐ ๐ฅ1 โ ๐ ๐ฅ2 = ๐ฅ1 โ ๐ฅ2 ๐ ๐ฅ1 โ ๐ ๐ฅ2 = ๐ฅ1 โ ๐ฅ2 = ๐ ๐ฅ2 , ๐ฅ1 . 2. Hipotesis induksi Anggap benar, untuk ๐ 1 , ๐ 2 , โฏ , ๐ ๐ sebarang permutasi dari indeks 1,2, โฆ , ๐ ๐ ๐ฅ๐ 1 , ๐ฅ๐ 2 , โฏ , ๐ฅ๐ ๐ = ๐ ๐ฅ๐ ๐ , โฏ ๐ฅ๐ 2 , ๐ฅ๐ 1 . 3. Langkah induksi Akan dibuktikan: untuk ๐ 1 , ๐ 2 , โฏ , ๐ ๐ +1 sebarang permutasi dari indeks 1,2, โฆ , ๐ + 1 berlaku ๐ ๐ฅ๐ 1 , ๐ฅ๐ 2 , โฏ , ๐ฅ๐ ๐+1 = ๐ ๐ฅ๐ ๐+1 , โฏ ๐ฅ๐ 2 , ๐ฅ๐ 1 . Bukti: ๐ ๐ฅ๐ 1 , ๐ฅ๐ 2 , โฏ , ๐ฅ๐ ๐+1 = ๐ ๐ฅ๐ ๐+1 , ๐ฅ๐ ๐ , โฏ , ๐ฅ๐ 2 โ ๐ ๐ฅ๐ ๐ , โฏ , ๐ฅ๐ 1
=
๐ ๐ฅ๐ 2 , โฏ , ๐ฅ๐ ๐+1 โ ๐ ๐ฅ๐ 1 , โฏ , ๐ฅ๐ ๐โ1 , ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐ ๐+1 โ ๐ฅ๐ 1
=
โ ๐ ๐ฅ๐ 1 , โฏ , ๐ฅ๐ ๐ โ1 , ๐ฅ๐ ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ 2 , โฏ , ๐ฅ๐ ๐ +1 โ(๐ฅ๐ 1 โ ๐ฅ๐ ๐ +1 )
๐ ๐ฅ๐ 1 , โฏ , ๐ฅ๐ ๐โ1 , ๐ฅ๐ ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ 2 , โฏ , ๐ฅ๐ ๐+1 ๐ฅ๐ 1 โ ๐ฅ๐ ๐+1 = ๐ ๐ฅ๐ ๐+1 , ๐ฅ๐ ๐ , โฏ , ๐ฅ๐ 1 . Berdasarkan prinsip induksi matematik, maka Teorema 2 terbukti. =
Teorema 3 (Hubungan Selisih Terbagi dengan Turunan untuk Simpul Sama) Jika didefinisikan ๐ ๐ฅ1 , ๐ฅ1 = lim๐ฅ 2 โ๐ฅ 1 ๐ ๐ฅ1 , ๐ฅ2 dan limitnya ada, maka berlaku ๐ ๐ฅ1 , ๐ฅ1 = ๐ โฒ ๐ฅ1 . (Atkinson & Han 2003) Bukti: Karena diketahui ๐ ๐ฅ1 , ๐ฅ1 = lim ๐ ๐ฅ1 , ๐ฅ2 ๐ฅ 2 โ๐ฅ 1
๐ ๐ฅ2 โ ๐ ๐ฅ1 = lim (karena Definisi 10) ๐ฅ 2 โ๐ฅ 1 ๐ฅ2 โ ๐ฅ1 = ๐ โฒ ๐ฅ1 . (menurut Definisi turunan) Dengan demikian Teorema 3 terbukti.
๐ฅ๐ ๐+1 โ ๐ฅ๐ 1 Teorema 4 (Interpolasi Polinomial Newton) Misalkan fungsi ๐ terdefinisi pada interval terbuka ๐ผ, dan misalkan ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐ โ๐ adalah ๐ + 1 bilangan yang berlainan pada interval terbuka ๐ผ, maka terdapat sebuah polinomial tunggal ๐๐ ,๐ ๐ฅ berderajat paling tinggi ๐ yang memenuhi ๐ ๐ฅ๐ = ๐๐,๐ ๐ฅ๐ ; untuk ๐ = ๐, ๐ โ 1, โฆ , ๐ โ ๐. Interpolasi polinomial Newton ini adalah ๐
๐๐,๐ ๐ฅ = ๐ ๐ฅ๐ +
๐โ1
๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐=1
๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ .
(2)
๐ =0
(Sahid 2005) Bukti: Interpolasi polinomial Newton dapat diperoleh secara rekursif. Oleh karena itu, untuk menghitung suatu nilai dengan menggunakan interpolasi polinomial berderajat ๐ perlu menghitung nilai-nilai polinomial berderajat 1,2, โฆ , ๐. Misalkan interpolasi polinomialnya dituliskan sebagai ๐๐ ,๐ ๐ฅ = ๐1 + ๐2 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ + ๐3 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 + โฏ + ๐๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 โฆ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ +2 + ๐๐+1 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 โฆ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐+1 , dan akan ditentukan nilai-nilai koefisien ๐1 , ๐2 , ๐3 , โฏ , ๐๐ . Di sini berlaku ๐๐,๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ untuk ๐ = ๐, ๐ โ 1, โฆ , ๐ โ ๐. Jika ๐ฅ = ๐ฅ๐ disubstitusikan pada persamaan interpolasi polinomial, maka semua suku pada sisi kanan persamaan kecuali suku pertama bernilai nol, sehingga diperoleh ๐๐,0 ๐ฅ๐ = ๐1 = ๐ ๐ฅ๐ . Jika ๐ฅ = ๐ฅ๐โ1 disubstitusikan ke dalam persamaan interpolasi polinomial, maka semua suku pada sisi kanan kecuali dua suku pertama bernilai nol, sehingga diperoleh ๐๐,1 ๐ฅ๐โ1 = ๐ ๐ฅ๐โ1 = ๐ ๐ฅ๐ + ๐2 ๐ฅ๐โ1 โ ๐ฅ๐
4
5
atau ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐ = = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 . ๐ฅ๐ โ1 โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ฅ๐ Jika ๐ฅ = ๐ฅ๐โ2 disubstitusikan ke dalam persamaan interpolasi polinomial, maka semua suku pada sisi kanan kecuali tiga suku pertama bernilai nol, sehingga diperoleh ๐ ๐ฅ๐ โ2 = ๐๐,2 ๐ฅ๐โ2 ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ + ๐ฅ๐ โ2 โ ๐ฅ๐ + ๐3 ๐ฅ๐โ2 โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ2 โ ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ๐โ1 โ ๐ฅ๐ atau ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐โ2 โ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ2 โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ฅ๐ ๐3 = ๐ฅ๐โ2 โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ2 โ ๐ฅ๐ โ1 ๐ ๐ฅ๐โ2 โ ๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ2 โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ฅ๐ = . ๐ฅ๐โ2 โ ๐ฅ๐โ1 Untuk memermudah perhitungan bentuk ๐3 dapat diubah menjadi ๐ ๐ฅ๐โ2 โ ๐ ๐ฅ๐ โ1 ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ2 โ ๐ฅ๐โ1 ๐3 = ๐ฅ๐โ2 โ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 โ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 = (menurut Definisi 10) ๐ฅ๐โ2 โ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐โ2 , ๐ฅ๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐ = (karena Teorema 2) ๐ฅ๐โ2 โ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐ โ2 (menurut Definisi 10) โฎ dan seterusnya. Jika ๐ฅ = ๐ฅ๐โ๐ disubstitusikan ke dalam persamaan interpolasi polinomial, maka diperoleh ๐ ๐ฅ๐ โ๐ = ๐๐,๐ ๐ฅ๐โ๐ ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ + ๐ฅ๐โ1 โ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐โ2 โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ2 โ ๐ฅ๐โ1 + ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐โ1 + โฏ ๐ฅ๐โ2 โ ๐ฅ๐ ๐2 =
+ ๐๐ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โฆ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+2 + ๐๐+1 ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โฆ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+1 ,
dengan ๐๐ +1 = ๐ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ โ
๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ฅ๐
๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐ โ ๐3 ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โ โฏ โ ๐๐ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โฆ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+2 .
๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โฆ ๐ฅ๐โ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+1
Jika diuraikan akan diperoleh bentuk ๐๐+1 = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 , โฆ , ๐ฅ๐โ๐ . Dari uraian di atas terlihat adanya suatu pola pada pembilang ๐1 , ๐2 , ๐3 dan seterusnya sampai ๐๐ +1 . Pembilang-pembilang tersebut merupakan selisih terbagi fungsi ๐. Berdasarkan Definisi 10, intrpolasi polinomial Newton ini dapat dituliskan menjadi ๐๐,๐ ๐ฅ = ๐ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐ โ2 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 + โฏ + ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , ๐ฅ๐โ2 , โฆ , ๐ฅ๐โ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ โ1 โฆ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ โ๐+1 , atau secara rekursif dapat dituliskan sebagai berikut ๐๐,0 ๐ฅ = ๐ ๐ฅ๐ ๐๐,1 ๐ฅ = ๐ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐๐,2 ๐ฅ = ๐ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , ๐ฅ๐โ2 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ โ1 โฎ
5
6
๐๐,๐ ๐ฅ = ๐ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐ โ2 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 + โฏ + ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , ๐ฅ๐โ2 , โฆ , ๐ฅ๐โ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ โ1 โฆ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ โ๐+1 . Sehingga dapat dituliskan ๐
๐๐ ,๐ ๐ฅ = ๐ ๐ฅ๐ +
๐โ1
๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐=1
๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ .
(2)
๐ =0
Dengan demikian Teorema 4 terbukti. Akibat (Hampiran Newton) Misalkan ๐๐ ,๐ adalah interpolasi polinomial Newton yang diberikan oleh Teorema 4 dan digunakan untuk menginterpolasikan fungsi ๐, yaitu ๐ ๐ฅ๐ = ๐๐ ,๐ ๐ฅ๐ ; ๐ = ๐, ๐ โ 1, โฏ , ๐ โ ๐. Karena ๐ ๐ฅ โ ๐๐,๐ ๐ฅ , maka ada galat di antara keduanya, misalkan ๐ธ๐,๐ ๐ฅ yang akan memenuhi persamaan berikut ๐ ๐ฅ = ๐๐ ,๐ ๐ฅ + ๐ธ๐,๐ ๐ฅ . 3 (Sahid 2005) Lema 1 (Polinomial Bersifat Tunggal) Misal diberikan himpunan titik-titik yang memunyai absis berlainan yaitu ๐ฅ๐ , ๐(๐ฅ๐ ) , ๐ฅ๐โ1 , ๐(๐ฅ๐โ1 ) , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , ๐(๐ฅ๐โ๐ ) ,
maka terdapat tepat sebuah polinomial berderajat paling tinggi ๐ yang melalui ๐ + 1 titik tersebut. (Cheney & Kincaid 1994) Bukti: Misalkan ๐๐,๐ ๐ฅ adalah polinomial berderajat โค ๐ dan memenuhi ๐๐ ,๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ ; untuk ๐ = ๐, ๐ โ 1, โฏ , ๐ โ ๐. Untuk menunjukkan bahwa ๐๐,๐ ๐ฅ tunggal, misalkan terdapat polinomial lain, ๐๐ ,๐ (๐ฅ) berderajat paling tinggi ๐ dan memenuhi ๐๐,๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ ; untuk ๐ = ๐, ๐ โ 1, โฏ , ๐ โ ๐. Sekarang definisikan ๐ฟ๐ ,๐ ๐ฅ = ๐๐ ,๐ ๐ฅ โ ๐๐,๐ ๐ฅ . Karena ๐๐,๐ dan ๐๐ ,๐ keduanya berderajat โค ๐, maka ๐ฟ๐,๐ berderajat โค ๐. Selanjutnya berlaku ๐ฟ๐ ,๐ ๐ฅ๐ = ๐๐,๐ ๐ฅ๐ โ ๐๐ ,๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ = 0 ; untuk ๐ = ๐, ๐ โ 1, โฏ , ๐ โ ๐. Ini menunjukkan bahwa ๐ฟ๐ ,๐ (๐ฅ) memunyai ๐+1 akar berlainan, yakni ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , padahal ๐ฟ๐,๐ berderajat โค ๐. Hal ini tidak mungkin, karena berdasarkan sifat akar polinomial,
polinomial berderajat โค ๐ hanya memunyai paling banyak ๐ akar, kecuali ๐ฟ๐ ,๐ ๐ฅ = 0, yakni ๐ฟ๐ ,๐ berupa polinomial nol. Dari sini diperoleh 0 = ๐๐ ,๐ ๐ฅ โ ๐๐,๐ ๐ฅ ๐๐๐ ๐ฅ = ๐๐,๐ ๐ฅ , atau ๐๐,๐ bersifat tunggal. Dengan demikian Lema 1 terbukti. Lema 2 (Galat Interpolasi pada Selisih Terbagi) Jika ๐๐,๐ adalah polinomial berderajat โค ๐ yang menginterpolasikan fungsi ๐ pada titik ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , maka untuk ๐ฅ yang merupakan titik lain pada interval terbuka ๐ผ, berlaku ๐ ๐ฅ โ ๐๐,๐ ๐ฅ = ๐
๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , ๐ฅ
๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ . (4) ๐=0
(Cheney & Kincaid 1994) Bukti: Misalkan ๐ก titik selain ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ pada interval ๐ผ, di mana ๐ ๐ก terdefinisi. Misal didefinisikan ๐๐ ,๐ merupakan polinomial berderajat โค ๐ + 1 yang menginterpolasikan fungsi ๐ pada titik ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , ๐ก, sehingga polinomial ๐๐,๐ dapat dibentuk dari persamaan (2), yaitu ๐๐,๐ ๐ฅ = ๐
๐ ๐ฅ๐ +
๐โ1
๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐=1
๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ ๐ =0
๐โ1
+๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , ๐ก
๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐
๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐
๐ =0 ๐
= ๐๐ ,๐ ๐ฅ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , ๐ก
๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ . (5) ๐=0
Karena ๐๐,๐ merupakan polinomial berderajat โค ๐ + 1 yang menginterpolasikan fungsi ๐ pada titik ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , ๐ก, maka menurut Teorema 4 berlaku ๐ ๐ฅ๐ = ๐๐ ,๐ ๐ฅ๐ ; ๐ = ๐, ๐ โ 1, โฏ , ๐ โ ๐, ๐ก,
6
7
dan ๐ ๐ก = ๐๐,๐ ๐ก . Oleh karena itu, dari persamaan (5) diperoleh ๐ ๐ก = ๐
๐๐,๐ ๐ก + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , ๐ก
polinomial, polinomial berderajat โค ๐, jika diturunkan sebanyak ๐ + 1 maka hasilnya nol. Perhatikan juga bahwa ๐
๐ก โ ๐ฅ๐โ๐ . ๐=1
๐ค ๐ =
Untuk ๐ก = ๐ฅ, maka Lema 2 terbukti. Lema 3 (Galat Interpolasi) Jika ๐ adalah polinomial berderajat โค ๐ yang menginterpolasikan fungsi ๐ pada ๐ + 1 titik berlainan, misal ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ dan ๐ (๐+1) kontinu, maka โ๐ฅ โ ๐, ๐ , terdapat bilangan ๐ = ๐ ๐ฅ โ ๐, ๐ , yang mengakibatkan ๐ ๐ (๐+1) ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ . 7 ๐ ๐ฅ โ ๐๐,๐ ๐ฅ = ๐+1 ! ๐=0 (Cheney & Kincaid 1994) Bukti: Definisikan untuk ๐ก โ ๐ฅ๐โ๐ , ๐ = 0,1, โฏ , ๐ ๐
๐ค ๐ก =
๐ก โ ๐ฅ๐โ๐ ; ๐=0
๐ ๐ฅ โ ๐๐,๐ ๐ฅ ; ๐ค ๐ฅ ๐ ๐ก = ๐ ๐ก โ ๐๐,๐ ๐ก โ ๐๐ค ๐ก , ๐ terdefinisi karena ๐ค ๐ก โ 0 karena ๐ก โ ๐ฅ๐โ๐ . Fungsi ๐ memunyai ๐ + 2 pembuat nol, yaitu ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , dan ๐ก, karena ๐(๐ฅ) =
๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐โ1 = โฏ = ๐ ๐ฅ๐โ๐ = ๐ ๐ก = 0.
Fungsi ๐ terdiri dari fungsi-fungsi yang kontinu pada [๐, ๐] dan memunyai turunan ke-๐ + 1. Karena ada ๐ + 2 pembuat nol, maka terdapat ๐ + 1 interval yang nilai ๐ di titiktitik ujungnya sama dengan nol, maka menurut Teorema 1 pada setiap interval terdapat ๐๐ , ๐ = 1,2, โฆ , ๐ + 1 sehingga ๐ โฒ ๐๐ = 0. Dengan alasan yang sama, maka ๐ โฒโฒ memunyai ๐ pembuat nol, ๐ โฒโฒโฒ memunyai ๐ โ 1 pembuat nol, dan seterusnya. Akhirnya, dapat dikatakan ๐ (๐+1) ๐ก memunyai paling sedikit 1 pembuat nol. Misalkan ๐ก = ๐ merupakan pembuat nol ๐ (๐+1) ๐ก , maka diperoleh ๐ ๐+1 ๐ = 0 ๐+1 = ๐ ๐ +1 ๐ โ ๐๐ ,๐ ๐ โ ๐๐ค ๐+1 ๐ . 6 (๐+1)
Pada persamaan di atas, ๐๐ ,๐ ๐ = 0 karena ๐๐,๐ merupakan polinomial berderajat โค ๐. Berdasarkan sifat akar
๐ โ ๐ฅ๐โ๐ ๐=0 ๐ +1
=๐ + (๐ berderajat < ๐ + 1) ๐ค โฒ ๐ = ๐ + 1 ๐(๐ ) + (๐ berderajat < ๐) ๐ค (2) ๐ = ๐ + 1 ๐ ๐(๐โ1) + (๐ berderajat < ๐ โ 1)
โฎ ๐ค
๐ +1
๐ = ๐ + 1 ๐ ๐ โ 1 โฏ 2 (1) = ๐ + 1 !.
Akhirnya dari persamaan (6) diperoleh ๐
๐+1
๐ โ๐ ๐+1 ! =0 ๐+1 ! ๐ ๐ โ ๐ ๐ฅ โ ๐๐,๐ ๐ฅ = 0 ๐ค ๐ฅ ๐+1 ! ๐ ๐ฅ โ ๐๐,๐ ๐ฅ = ๐ ๐+1 ๐ ๐ค ๐ฅ ๐ ๐ ๐+1 ๐ ๐ ๐ฅ โ ๐๐,๐ ๐ฅ = ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ . (7) ๐+1 ! ๐+1
๐=0
Dengan demikian Lema 3 terbukti. Lema 4 (Hubungan Selisih Terbagi dan Turunan) Jika ๐ (๐ +1) kontinu pada ๐, ๐ dan ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , ๐ก adalah ๐ + 2 titik pada ๐, ๐ , maka ada ๐ pada (๐, ๐), yang mengakibatkan 1 ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , ๐ฅ = ๐ (๐ +1) ๐ . (๐ + 1)! (Cheney & Kincaid 1994) Bukti: Misalkan ๐๐,๐ adalah polinomial berderajat โค ๐ yang menginterpolasikan fungsi ๐ pada titik ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ . Dari Lema 2 diketahui untuk ๐ฅ yang merupakan titik lain pada interval terbuka (๐, ๐), berlaku ๐ ๐ฅ โ ๐๐,๐ ๐ฅ = ๐
๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , ๐ฅ
๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ . ๐=0
Dari Lema 3 diketahui โ๐ฅ โ (๐, ๐), terdapat bilangan ๐ di mana ๐ ๐ฅ โ (๐, ๐), yang mengakibatkan ๐
๐ (๐+1) ๐ ๐ ๐ฅ โ ๐๐,๐ ๐ฅ = ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ . ๐+1 ! ๐=0 Dari persamaan di atas diperoleh
7
8
๐
๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , ๐ฅ ๐=0
๐
๐+1
(Goldberg 1976) ๐ฅ โ ๐ฅ๐ โ๐ =
๐ ๐+1 !
๐
๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ ; ๐=0
๐ (๐+1) ๐ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , ๐ฅ = . ๐+1 ! Dengan demikian Lema 4 terbukti. 2.3 Barisan dan Kekonvergenan Definisi 11 (Barisan Konvergen) Misalkan ๐ฅ๐ โ ๐=0 adalah barisan bilangan real. Barisan ๐ฅ๐ โ ๐=0 konvergen ke ๐ผ, jika barisan tersebut memunyai limit ๐ผ. (Goldberg 1976) Definisi 12 (Barisan Terbatas) Misalkan ๐ = ๐ฅ๐ โ ๐=0 adalah barisan bilangan real. Barisan ๐ฅ๐ โ ๐=0 terbatas di atas, jika wilayah ๐ terbatas di atas dan terbatas di bawah, jika wilayah ๐ terbatas di bawah. Jika wilayah ๐ terbatas, maka barisan ๐ฅ๐ โ ๐=0 barisan terbatas. Barisan ๐ฅ๐ โ ๐=0 terbatas jika dan hanya jika terdapat ๐ > 0, sehingga ๐ฅ๐ โค ๐, โ๐ โ ๐. (Goldberg 1976) Teorema 5 (Hubungan Barisan Konvergen dengan Barisan Terbatas) Jika barisan bilangan real ๐ฅ๐ โ ๐=0 konvergen, maka ๐ฅ๐ โ terbatas. ๐=0 (Goldberg 1976) Bukti: Misalkan ๐ฅ๐ โ adalah barisan ๐=0 konvergen dan lim๐โโ ๐ฅ๐ = ๐ผ. Untuk ๐ = 1, terdapat ๐0 โ ๐, sehingga ๐ฅ๐ โ ๐ผ < 1, โ๐ โฅ ๐0 . ๐ฅ๐ โ ๐ผ < ๐ฅ๐ โ ๐ผ (sifat nilai mutlak) ๐ฅ๐ < ๐ผ + 1, โ๐ โฅ ๐0 . Misalkan ๐ = max ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฏ , ๐ฅ๐ 0 , ๐ผ + 1 , maka ๐ฅ๐ < ๐, โ๐ โ ๐. Jadi ๐ฅ๐ โ ๐=0 terbatas. Dengan demikian Teorema 5 terbukti. Definisi 13 (Barisan Monoton) Misalkan ๐ ๐ โ ๐=1 adalah barisan bilangan real, barisan ๐ ๐ โ ๐=1 tak turun, jika ๐ ๐ โค ๐ ๐ +1 , โ๐ โ ๐ dan tak naik, jika ๐ ๐ โฅ ๐ ๐ +1 , โ๐ โ ๐. Barisan ๐ ๐ โ ๐=1 barisan monoton, jika barisan ๐ ๐ โ tak turun atau tak naik. ๐=1
Teorema 6 (Hubungan Barisan Tak Naik dan Terbatas dengan Kekonvergenan) Misalkan ๐๐ โ ๐=0 adalah barisan bilangan real. Jika ๐๐ โ ๐=0 barisan tak naik dan terbatas di bawah, maka barisan ๐๐ โ ๐=0 konvergen. (Goldberg 1976) Bukti: Misalkan ๐๐ โ ๐=0 adalah barisan tak naik dan terbatas di bawah. Misalkan ๐ด = ๐0 , ๐1 , โฆ terbatas di bawah dan ๐ = inf ๐ด. Akan dibuktikan bahwa ๐๐ โ ๐, bila ๐ โ โ, yaitu โ๐ > 0, โ๐0 โ ๐, sehingga ๐๐ โ ๐ < ๐, โ๐ โฅ ๐0 . Misalkan diberikan ๐ > 0, maka ๐ + ๐ bukan batas bawah dari ๐ด. Jadi terdapat ๐0 โ ๐, sehingga ๐๐ 0 < ๐ + ๐ โ Karena ๐๐ ๐=0 adalah barisan tak naik, maka dari persamaan di atas diperoleh ๐๐ โค ๐๐ 0 < ๐ + ๐, โ๐ โฅ ๐0 (8) Karena ๐ adalah batas bawah terbesar dari ๐ด, maka ๐ โค ๐๐ , โ๐ โ ๐ (9) Dari persamaan (8) dan (9) diperoleh ๐ < ๐๐ โค ๐ + ๐, โ๐ โฅ ๐0 ; ๐๐ โ ๐ < ๐, โ๐ โฅ ๐0 . Jadi, lim๐โโ ๐๐ = ๐ atau ๐๐ โ ๐=0 konvergen ke ๐. Dengan demikian Teorema 6 terbukti. Teorema 7 (Hubungan Barisan Tak Turun dan Terbatas dengan Kekonvergenan) Misalkan ๐ ๐ โ ๐=1 adalah barisan bilangan real. Jika ๐ ๐ โ ๐=1 barisan tak turun dan terbatas di atas, maka barisan ๐ ๐ โ ๐=1 konvergen. (Goldberg 1976) Bukti: Misalkan ๐ ๐ โ ๐=1 adalah barisan tak turun dan terbatas di atas. Misalkan ๐ด = ๐ 1 , ๐ 2 , โฆ terbatas di atas dan ๐ = sup ๐ด. Akan dibuktikan bahwa ๐ ๐ โ ๐, bila ๐ โ โ, yaitu โ๐ > 0, โ๐0 โ ๐, sehingga ๐ ๐ โ ๐ < ๐, โ๐ โฅ ๐0 . Misalkan diberikan ๐ > 0, maka ๐ โ ๐ bukan batas atas dari ๐ด. Jadi terdapat ๐0 โ ๐, sehingga ๐ ๐ 0 > ๐ โ ๐
8
9
Karena ๐ ๐ โ ๐=1 adalah barisan tak turun, maka dari persamaan di atas diperoleh ๐ ๐ โฅ ๐ ๐ 0 > ๐ โ ๐, โ๐ โฅ ๐0 (10) Karena ๐ adalah batas atas terkecil dari ๐ด, maka ๐ ๐ โค ๐, โ๐ โ ๐ (11) Dari persamaan (10) dan (11) diperoleh ๐ โ ๐ < ๐ ๐ โค ๐, โ๐ โฅ ๐0 ; ๐ ๐ โ ๐ < ๐, โ๐ โฅ ๐0 . Jadi, lim๐โโ ๐ ๐ = ๐ atau ๐ ๐ โ ๐=1 konvergen ke ๐. Dengan demikian Teorema 7 terbukti. Teorema 8 (Hubungan Kekontinuan dan Kekonvergenan Barisan) Misalkan ๐ฅ๐ โ ๐=0 adalah barisan bilangan real. Jika fungsi ๐ kontinu di ๐ผ dan ๐ฅ๐ โ ๐=0 adalah barisan yang konvergen ke ๐ผ, maka ๐ ๐ฅ๐ โ ๐=0 konvergen ke ๐ ๐ผ . (Goldberg 1976) Bukti: Diberikan ๐ > 0 sebarang. Karena fungsi ๐ kontinu, maka โ๐ฟ > 0 sehingga 0 < ๐ฅ โ ๐ผ < ๐ฟ โน ๐ ๐ฅ โ ๐ ๐ผ < ๐. Karena lim๐โโ ๐ฅ๐ = ๐ผ, maka ๐ฅ๐ โ ๐ผ < ๐, โ๐ โฅ ๐0 . Dari dua pernyataan di atas, diperoleh ๐ฅ๐ โ ๐ผ < ๐ โน ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ผ < ๐. Dengan demikian Teorema 8 terbukti. Definisi 14 (Barisan Bagian) Misalkan ๐ = ๐ฅ๐ adalah barisan bilangan real, dan ๐1 < ๐2 < โฏ < ๐๐ < โฏ adalah barisan bilangan asli, maka barisan pada bilangan real yang diberikan oleh ๐ฅ๐1 , ๐ฅ๐2 , โฏ , ๐ฅ๐๐ , โฏ disebut barisan bagian dari ๐. (Goldberg 1976)
๐ฅ๐ โ ๐ผ < ๐, โ๐ โฅ ๐0 . Pilih indeks ๐ terkecil sehingga ๐๐ โฅ ๐0 , maka dari persamaan di atas diperoleh โ๐ โฅ ๐. ๐ฅ๐ ๐ โ ๐ผ < ๐, โ
konvergen ke ๐ผ. Jadi, barisan ๐ฅ๐ ๐ ๐ =0 Dengan demikian Teorema 9 terbukti. Teorema 10 (Hubungan Perkalian Barisan yang Konvergen dan Terbatas) โ Misalkan ๐ฅ๐ โ ๐=0 dan ๐ฆ๐ ๐=0 adalah barisan bilangan real. Jika barisan lim๐โโ ๐ฅ๐ = 0, dan barisan ๐ฆ๐ โ ๐=0 terbatas, maka lim ๐ฅ๐ ๐ฆ๐ = 0. ๐โโ (Goldberg 1976) Bukti: Diberikan ๐ > 0 sebarang. Karena ๐ฆ๐ โ ๐=0 terbatas, maka terdapat ๐ > 0 sehingga ๐ฆ๐ โค ๐, โ๐ โ ๐. Karena ๐ฅ๐ โ konvergen, maka terdapat ๐=0 โ๐0 โ ๐ sehingga ๐ โ๐ โฅ ๐0 . ๐ฅ๐ โ 0 โค , ๐ Akibatnya ๐ฅ๐ ๐ฆ๐ โ 0 = ๐ฅ๐ ๐ฆ๐ = ๐ฅ๐ ๐ฆ๐ ๐ โค ๐ ๐ = ๐, โ๐ โฅ ๐0 . Dari sini terbukti bahwa lim๐โโ ๐ฅ๐ ๐ฆ๐ = 0. Dengan demikian Teorema 10 terbukti. Definisi 15 (๐ถ . dan ๐ . ) Simbol ๐ . dan ๐ . merupakan cara yang digunakan untuk membandingkan besarnya dua buah barisan, misalkan ๐ = ๐ฅ๐ dan ๐ = ๐ฆ๐ merupakan barisan bilangan real. Notasi ๐ = ๐ ๐ atau ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฆ๐ , dengan ๐ฅ ๐ โ โ, menyatakan bahwa ๐ฆ๐ terbatas, ๐
Teorema 9 (Hubungan Kekonvergenan Barisan dan Barisan Bagian) Jika barisan ๐ฅ๐ โ ๐=0 konvergen ke ๐ผ, maka setiap barisan bagian dari ๐ฅ๐ โ ๐=0 juga konvergen ke ๐ผ. (Goldberg 1976) Bukti: โ Misalkan ๐ฅ๐ ๐ adalah barisan bagian ๐=0 โ dari ๐ฅ๐ ๐=0 . Diberikan ๐ > 0 sebarang. Karena ๐ฅ๐ โถ ๐ผ, maka terdapat ๐0 โ ๐, sehingga
atau โ๐ > 0 sehingga ๐ฅ๐ โค ๐ ๐ฆ๐ . Notasi ๐ = ๐ ๐ atau ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฆ๐ , dengan ๐ฅ ๐ โ โ, menyatakan bahwa lim๐โโ ๐ฆ๐ = 0. ๐ Hal ini berarti ๐ฅ๐ โ 0 lebih cepat dari ๐ฆ๐ โ 0. (Bartle 1964) 2.4 Sifat-Sifat Akar Polinomial Lema 5 (Sifat Akar Polinomial) Didefinisikan persamaan polinomial sebagai berikut
9
10
๐
๐๐,๐ ๐ = ๐
๐+1
๐ ๐ = 0,
โ๐ ๐=0
maka persamaan tersebut memunyai sebuah akar real misal ๐ ๐ dan max 1, ๐ < ๐ ๐ < ๐ + 1. (Traub 1964) Bukti: (Lihat Traub 1964) Lema 6 (Akar Polinomial Bersifat Naik) Didefinisikan persamaan polinomial sebagai berikut ๐
๐๐,๐ ๐ = ๐ ๐+1 โ ๐
๐ ๐ = 0. ๐=0
Persamaan tersebut memunyai sebuah akar real misal ๐ ๐ , maka ๐ ๐โ1 < ๐ ๐ , โ๐. (Traub 1964) Bukti: (Lihat Traub 1964) Lema 7 (Kekonvergenan Akar Polinomial) Misalkan ๐ ๐ akar positif dari persamaan ๐
๐๐,๐ ๐ = ๐
๐ +1
๐
๐๐,๐ ๐ = ๐
๐ +1
๐ ๐ ;
โ๐ ๐
๐=0
dan diberikan ๐ฃ = ๐ + 1 ๐ +1, maka berlaku ๐+1 โ
๐๐ ๐+1
๐
< ๐ ๐ < ๐ + 1 โ
๐ ๐+1
๐
di mana ๐ basis logaritma natural. (Traub 1964) Bukti: (Lihat Traub 1964) Teorema 11 Misalkan persamaan galat didefinisikan sebagai berikut ๐ ๐ ๐๐โ๐
๐๐+1 = ๐ฟ ๐=0
di mana ๐ bilangan positif dan ๐๐ โ 0, bila ๐ โ โ. Misalkan juga ๐ ๐ adalah akar positif dari persamaan ๐
๐ ๐
โ๐
Lema 8 (Batas Akar Polinomial) Misalkan ๐ ๐ akar positif dari persamaan polinomial berikut
๐๐,๐ ๐ = ๐
๐ +1
dan ๐๐ > 1, maka berlaku ๐ ๐ + 1 < ๐ ๐ < ๐ + 1 ๐+1 dan lim ๐ ๐ = ๐ + 1. ๐ โโ (Traub 1964) Bukti: (Lihat Traub 1964)
๐ ๐ = 0
โ๐
๐=0
๐=0
dan ๐ฟ โ 0, maka ๐๐+1 lim = ๐ฟ ๐โโ ๐๐ ๐ ๐
๐ ๐ โ1 /๐
.
(Traub 1964) Bukti: (Lihat Traub 1964)
III PEMBAHASAN 3.1 Rumusan Masalah Dalam tulisan ini akan dicari akar dari persamaan ๐(๐ฅ) = 0, (12) yaitu nilai ๐ฅ = ๐ผ yang menyebabkan ๐ ๐ผ = 0, dengan ๐ผ merupakan akar dari persamaan tersebut. Fungsi ๐ dari persamaan (12) yang akan ditentukan akarnya merupakan fungsi tak linear dan memenuhi syarat ๐ โ ๐ถ ๐+1 ๐ผ dan ๐ โฒ ๐ผ โ 0 (Sidi 2007). Untuk menentukan akar persamaan (12) dapat digunakan metode analitik atau metode iteratif. Metode analitik adalah metode penyelesaian persamaan dengan menggunakan rumus-rumus yang sudah lazim digunakan,
seperti rumus โabcโ untuk mencari akar persamaan kuadrat. Tidak semua fungsi dapat ditentukan akar persamaannya secara analitik. Oleh karena itu, diperlukan metode iteratif di dalam memberikan hampiran penyelesaian. Pada metode iteratif pencarian akar dilakukan dengan prosedur-prosedur tertentu. Secara umum prosedurnya sebagai berikut. Prosedur Metode Iteratif i. Memilih nilai awal, batas toleransi ๐, dan maksimum iterasi ๐. Biasanya setiap metode tidak selalu sama banyaknya nilai awal yang harus dipilih, misalnya metode Newton-Raphson
10
11
ii.
memerlukan satu nilai awal ๐ฅ0 , dan metode Tali Busur memerlukan dua nilai awal, ๐ฅ0 dan ๐ฅ1 . Semakin dekat nilai awal yang dipilih dengan akar sebenarnya, maka iterasi akan semakin cepat konvergen (Atkinson & Han 2003). Untuk memilih batas toleransi agar hampiran akar yang diperoleh sangat dekat dengan akar sebenarnya, maka batas toleransi yang dipilih harus sangat kecil. Melakukan proses iterasi. Proses iterasi dilakukan untuk menghasilkan barisan akar, barisan akar yang dimaksud adalah hampiran-hampiran akar yang konvergen ke akar sebenarnya. Selanjutnya proses iterasi dihentikan jika
Hampiran akar pertama ๐ฅ1 diperoleh dari titik potong garis singgung di titik ๐ฅ0 , ๐ ๐ฅ0 dengan sumbu-๐ฅ. Hampiran akar kedua ๐ฅ2 diperoleh dari titik potong garis singgung di titik ๐ฅ1 , ๐ ๐ฅ1 dengan sumbu-๐ฅ. Demikian seterusnya, sampai diperoleh hampiran akar yang paling dekat dengan akar sebenarnya. Ilustrasi penjelasan ini dapat dilihat pada gambar berikut.
๐ฅ๐+1 โ ๐ฅ๐ < ๐.
iii.
Analisis kekonvergenan. Barisan akar yang diperoleh kemudian dianalisis kekonvergenannya, untuk mengetahui derajat kekonvergenannya. Derajat kekonvergenan menunjukkan kecepatan dalam menemukan akar. Jika derajat kekonvergenan semakin besar, maka kecepatan dalam menemukan akar akan semakin baik (Burden & Faires 1993). Adapun metode-metode iteratif yang akan dibahas antara lain: metode Newton-Raphson, metode Tali Busur, dan generalisasi metode Tali Busur. 3.1.1 Metode Newton-Raphson Salah satu metode pencarian akar yang paling populer dalam menentukan akar-akar persamaan tak linear adalah metode NewtonRaphson. Metode ini paling disukai karena kekonvergenannya paling cepat di antara metode lainnya (Cheney & Kincaid 1994). Metode Newton-Raphson merupakan metode pencarian akar yang hampiran akarnya diperoleh dengan mencari titik potong garis dengan singgung kurva di titik ๐ฅ๐ , ๐ ๐ฅ๐ sumbu-๐ฅ. Biasanya nilai awal ๐ฅ0 selalu diberikan. Jika tidak diberikan nilai awal bisa dipilih dengan syarat, nilai ๐ โฒ ๐ฅ0 โ 0. Hal ini disebabkan karena metode Newton-Raphson menggunakan fungsi turunan untuk setiap iterasinya dan tidak melakukan pengapitan akar. Hampiran selanjutnya ๐ฅ๐+1 diperoleh dengan mencari titik potong garis singgung kurva di titik ๐ฅ๐ , ๐ ๐ฅ๐ dengan sumbu-๐ฅ. Ilustrasi penjelasan tersebut sebagai berikut.
Gambar 1
Grafik Iterasi Metode NewtonRaphson. Selanjutnya akan dibahas prosedur pencarian akar dengan metode NewtonRaphson. Berdasarkan prosedur pencarian akar dengan metode iteratif, diperlukan nilai awal dan persamaan iterasi. Dalam memilih nilai awal pada metode ini sudah dijelaskan yaitu dengan syarat untuk setiap nilai awal ๐ฅ0 , maka nilai ๐ โฒ ๐ฅ0 โ 0. Misalkan ๐ฅ0 adalah nilai awal yang diberikan. Gradien garis singgung kurva ๐ฆ = ๐(๐ฅ) di titik ๐ฅ0 , ๐ ๐ฅ0 adalah ๐ โฒ ๐ฅ0 , maka persamaan garis singgungnya adalah ๐ฆ โ ๐ ๐ฅ0 = ๐ โฒ ๐ฅ0 ๐ฅ โ ๐ฅ0 . Hampiran akar pertama ๐ฅ1 diperoleh dari persamaan garis singgung pada saat ๐ฆ = 0. Artinya titik ๐ฅ1 , 0 memenuhi persamaan garis singgung, yakni 0 โ ๐ ๐ฅ0 = ๐ โฒ ๐ฅ0 ๐ฅ1 โ ๐ฅ0 ๐ ๐ฅ0 โ โฒ = ๐ฅ1 โ ๐ฅ0 ๐ ๐ฅ0 ๐ ๐ฅ0 ๐ฅ1 = ๐ฅ0 โ โฒ . ๐ ๐ฅ0 Secara umum dengan cara yang sama, akhirnya diperoleh persamaan iterasi pada metode Newton-Raphson. Persamaan iterasi yang digunakan pada metode Newton-Raphson adalah ๐(๐ฅ๐ ) ๐ฅ๐+1 = ๐ฅ๐ โ โฒ ; ๐ = 0, 1,2, โฏ. ๐ ๐ฅ๐
11
12
Berikut ini algoritme yang akan digunakan untuk menentukan program dengan metode Newton-Raphson. Algoritme 1: Metode Newton-Raphson Input: ๐(๐ฅ), nilai awal ๐ฅ0 , batas toleransi ๐, dan maksimum iterasi ๐. Output: ๐ผ sehingga ๐ ๐ผ = 0. Langkah-langkah: i. Set penghitung iterasi ๐ = 1, ii. WHILE ๐ โค ๐ DO a. Menghitung ๐ ๐ฅ0 ๐ฅ = ๐ฅ0 โ โฒ . ๐ ๐ฅ0 b. IF ๐ฅ โ ๐ฅ0 < ๐, THEN set ๐ผ = ๐ฅ; go to STOP. c. Tambah penghitung iterasi ๐ = ๐ + 1 d. Set ๐ฅ0 = ๐ฅ dan ๐ ๐ฅ0 = ๐ ๐ฅ . iii. STOP. 3.1.2 Metode Tali Busur Metode Tali Busur adalah metode pencarian akar yang merupakan modifikasi dari metode Newton-Raphson. Pada metode Newton-Raphson hampiran akar diperoleh dengan mencari titik potong garis singgung kurva di titik ๐ฅ๐ , ๐ ๐ฅ๐ dengan sumbu-๐ฅ. Pada metode Tali Busur hampiran akarnya diperoleh dengan menggunakan tali busur yang melalui titik ๐ฅ๐โ1 , ๐ ๐ฅ๐โ1 dan ๐ฅ๐ , ๐ ๐ฅ๐ sebagai hampiran ๐(๐ฅ) dan mencari titik potongnya dengan sumbu-x (Atkinson & Han 2003). Persamaan iterasi metode NewtonRaphson yang menggunakan fungsi turunan ๐(๐ฅ) dimodifikasi sehingga tidak harus menggunakan fungsi turunannya. Metode Tali Busur di atas menggambarkan pencarian akar jika dilihat dari grafik iterasinya, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Langkah pertama adalah memilih dua nilai awal ๐ฅ0 dan ๐ฅ1 . Dari sini tarik tali busur yang melewati dua titik awal ๐ฅ0 , ๐(๐ฅ0 ) dan ๐ฅ1 , ๐(๐ฅ1 ) , sehingga diperoleh hampiran akar pertama, misal ๐ฅ2 yang merupakan titik potong kedua titik dengan sumbu-๐ฅ. Hampiran akar kedua, misal ๐ฅ3 diperoleh dengan cara menarik tali busur yang melewati dua titik ๐ฅ1 , ๐(๐ฅ1 ) dan ๐ฅ2 , ๐(๐ฅ2 ) . Demikian seterusnya sampai diperoleh hampiran akar yang paling dekat dengan akar sebenarnya. Ilustrasi penjelasan ini dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 2 Grafik iterasi metode Tali Busur. Untuk memeroleh persamaan iterasi dengan interpolasi linear gunakan absis titik potong tali busur dari garis lurus yang melalui titik ๐ฅ๐ , ๐ ๐ฅ๐ dan (๐ฅ๐ โ1 , ๐(๐ฅ๐ โ1 )) dengan sumbu-๐ฅ. Karena gradien garis busur yang ๐ ๐ฅ โ๐(๐ฅ ) melalui titik tersebut adalah ๐ฅ๐ โ๐ฅ ๐ โ1 , maka ๐
๐ โ1
dengan interpolasi linear diperoleh persamaan tali busurnya ๐ ๐ฅ๐ โ ๐(๐ฅ๐โ1 ) ๐ฆ โ ๐ ๐ฅ๐ = ๐ฅ โ ๐ฅ๐ . ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 Hampiran akar diperoleh dengan mencari titik potong kurva dengan sumbu-๐ฅ, artinya titik (๐ฅ๐ +1 , 0) yang memenuhi persamaan di atas, sehingga diperoleh ๐ ๐ฅ๐ โ ๐(๐ฅ๐ โ1 ) 0 โ ๐ ๐ฅ๐ = ๐ฅ๐+1 โ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐+1 = ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐(๐ฅ๐ ) = ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐(๐ฅ๐โ1 ) ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 ๐(๐ฅ๐ ) = ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐ ๐(๐ฅ๐ ) = ๐ฅ๐ โ . ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 Dari sini diperoleh persamaan iterasi metode Tali Busur. Cara lain untuk memeroleh persamaan iterasi metode tali busur adalah melalui modifikasi persamaan iterasi metode NewtonRaphson. Menurut definisi turunan, ๐ โฒ ๐ฅ dapat dituliskan ๐ ๐ฅ + ๐ โ ๐(๐ฅ) ๐ โฒ ๐ฅ = lim , ๐ โ0 ๐ untuk ๐ yang sangat kecil, ๐ ๐ฅ + ๐ โ ๐(๐ฅ) ๐โฒ ๐ฅ โ , ๐
12
13
misalkan ๐ฅ = ๐ฅ๐ dan ๐ = ๐ฅ๐โ1 โ ๐ฅ๐ , diperoleh ๐ ๐ฅ๐ โ1 โ ๐(๐ฅ๐ ) ๐ โฒ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐ โ1 โ ๐ ๐ฅ๐ = ๐ฅ๐โ1 โ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 . Dari sini diperoleh persamaan iterasi metode Tali Busur. Persamaan iterasi metode Tali Busur adalah ๐(๐ฅ๐ ) ๐ฅ๐ +1 = ๐ฅ๐ โ . 13 ๐[๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 ] Persamaan di atas diperoleh melalui dua cara, yaitu melalui interpolasi linear dan modifikasi metode Newton-Raphson. Berdasarkan prosedur pencarian akar dengan metode iteratif, untuk menentukan akar dengan metode ini diperlukan nilai awal dan persamaan iterasi. Metode Tali Busur memerlukan dua nilai awal ๐ฅ0 dan ๐ฅ1 . Persamaan iterasi yang digunakan adalah persamaan (13). Berikut ini algoritme yang akan digunakan untuk menentukan program dengan metode Tali Busur. Algoritme 2: Metode Tali Busur Input: ๐(๐ฅ), nilai awal ๐ฅ0 dan ๐ฅ1 , batas toleransi ๐, dan maksimum iterasi ๐. Output: ๐ผ sehingga ๐ ๐ผ = 0. Langkah-langkah: i. Set ๐ = 2, ๐0 = ๐ ๐ฅ0 , ๐1 = ๐ ๐ฅ1 , ii. WHILE ๐ โค ๐ DO a. Menghitung ๐1 ๐ฅ = ๐ฅ1 โ ๐ฅ โ ๐ฅ0 . ๐1 โ ๐0 1 b. IF ๐ฅ โ ๐ฅ1 < ๐, THEN set ๐ผ = ๐ฅ; go to STOP. c. Tambah penghitung iterasi ๐ = ๐ + 1 d. Set ๐ฅ0 = ๐ฅ1 , ๐ฅ1 = ๐ฅ, ๐0 = ๐1 , dan ๐1 = ๐, iii. STOP. 3.1.3 Generalisasi Metode Tali Busur Pada subbab 3.1.1 dan 3.1.2 telah dibahas metode Newton-Raphson dan metode Tali Busur. Metode Newton-Raphson memunyai kekonvergenen yang relatif cepat untuk menentukan akar, namun memerlukan iterasi turunan fungsi (Sahid 2005). Dengan
memodifikasi persamaan iterasi metode Newton-Raphson diperoleh metode Tali Busur yang tidak harus menggunakan turunan ๐(๐ฅ), namun metode Tali Busur ini memunyai kekonvergenan yang relatif lebih lambat dibandingkan metode Newton-Raphson (Sahid 2005). Oleh karena itu, diperlukan metode lain untuk menentukan akar yang memunyai kekonvergenan mendekati metode NewtonRaphson tetapi tidak harus menggunakan turunan ๐(๐ฅ) seperti metode Tali Busur (Sidi 2007). Persamaan iterasi metode Tali Busur diperoleh dengan menggunakan interpolasi polinomial Newton untuk ๐ = 1. Pada bagian ini akan dibahas generalisasi metode Tali Busur, yaitu metode pencarian akar dengan menggunakan interpolasi polinomial Newton derajat ๐ dengan ๐ > 1. Generalisasi metode Tali Busur ini tidak memerlukan turunan ๐(๐ฅ), tetapi memerlukan nilai awal sebanyak ๐ dengan ๐ โฅ 2, dan samasama tidak harus menggunakan turunan ๐(๐ฅ) per iterasi. Selanjutnya akan dibahas penurunan persamaan iterasi metode ini. Persamaan iterasi generalisasi metode Tali Busur adalah ๐(๐ฅ๐ ) ๐ฅ๐+1 = ๐ฅ๐ โ โฒ ; ๐ = ๐, ๐ + 1, โฏ . (14) ๐๐ ,๐ (๐ฅ๐ ) Persamaan di atas diperoleh melalui modifikasi metode Tali Busur yaitu dengan mengganti selisih terbagi pertama ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 dengan selisih terbagi ke-๐ dari turunan interpolasi polinomial Newton ๐๐ ,๐ dengan ๐ โฅ 2. Lema 9 (Turunan Polinomial) Misalkan ๐๐ ,๐ merupakan polinomial yang menginterpolasikan fungsi ๐ pada ๐ + 1 titik, yaitu ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , maka turunan polinomial tersebut adalah โฒ ๐๐,๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 ๐
+
๐โ1
๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐=2
๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐ . ๐ =1
Pada karya ilmiah ini hanya dibatasi sampai ๐ = 2 yaitu โฒ ๐๐,๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 .
Bukti: Adapun penurunan persamaan (14) adalah sebagai berikut.
13
14
Dari Teorema 4 diketahui persamaan interpolasi polinomial Newton yang menginterpolasikan fungsi ๐ pada titik ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ adalah ๐
๐โ1
๐๐,๐ ๐ฅ = ๐ ๐ฅ๐ +
๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐=1
๐ฅ โ ๐ฅ๐ โ๐ . ๐ =0
Untuk menurunkan ๐๐ ,๐ (๐ฅ), akan dijabarkan terlebih dulu, yaitu ๐๐,๐ ๐ฅ = ๐ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , ๐ฅ๐โ2 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ โ1 + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 , ๐ฅ๐โ3 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ2 + โฏ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 โฏ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐+2 ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ +1 . Jika penjabaran persamaan tersebut diturunkan akan diperoleh ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ = 0 + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , ๐ฅ๐โ2 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐ โ2 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ โ1 +๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , ๐ฅ๐โ2 , ๐ฅ๐ โ3 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 , ๐ฅ๐โ3 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ2 +๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , ๐ฅ๐โ2 , ๐ฅ๐ โ3 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ โ1 ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ2 + โฏ +๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , ๐ฅ๐โ2 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 โฏ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐+2 +๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , ๐ฅ๐โ2 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 โฏ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐+3 ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐+1 + โฏ +๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , ๐ฅ๐โ2 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ2 โฏ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐+2 ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐+1 +๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐ โ2 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 โฏ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ +2 ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐+1 . Misalkan ๐ฅ = ๐ฅ๐ , sehingga diperoleh persamaan โฒ ๐๐,๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 +๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 , ๐ฅ๐โ3 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 , ๐ฅ๐โ3 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ2 +๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 , ๐ฅ๐โ3 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ2 + โฏ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โฏ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+2 +๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โฏ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+3 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+1 + โฏ +๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ2 โฏ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+2 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+1 +๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โฏ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+2 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+1 = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 , ๐ฅ๐โ3 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ2
+ โฏ + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โฏ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+2 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+1 ,
atau ๐ โฒ ๐๐,๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 +
๐โ1
๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐ โ๐ ๐=2
๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐ . ๐ =1
Untuk ๐ = 1 diperoleh ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 yaitu merupakan selisih terbagi pertama yang digunakan dalam metode Tali Busur. Sedangkan untuk ๐ โฅ 2 metode yang digunakan adalah generalisasi metode Tali Busur. Selanjutnya akan dibahas sifat-sifat selisih terbagi. Adapun sifat-sifatnya antara lain: i. Dapat ditentukan secara rekursif. (berdasarkan Definisi 10) ii. Simetris. Misalkan ๐ 1 , ๐ 2 , โฏ , ๐ ๐+1 menyatakan permutasi dari indeks 1,2, โฆ , ๐ + 1 suatu simpul pada selisih terbagi, maka untuk sebarang indeks selisih terbagi berlaku ๐ ๐ฅ๐ 1 , ๐ฅ๐ 2 , โฏ , ๐ฅ๐ ๐+1 = ๐ ๐ฅ๐ ๐+1 , โฏ , ๐ฅ๐ 2 , ๐ฅ๐ 1 . (bukti disajikan pada Teorema 2) iii. Dapat dinyatakan dalam turunan. Jika ๐๐ kontinu pada ๐ผ dan ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ adalah ๐ + 1 titik pada ๐ผ, maka ada ๐ pada ๐ผ, yang mengakibatkan ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , ๐ฅ =
(bukti disajikan pada Lema 4) Selanjutnya akan dibahas penyajian selisih terbagi. Selisih terbagi yang diperoleh pada proses iterasi ke-nol, disimpan dalam tabel selisih terbagi, dapat yang kemudian akan digunakan untuk menentukan selisih terbagi pertama. Selisih terbagi pertama disimpan dalam tabel selisih terbagi yang kemudian digunakan untuk menentukan selisih terbagi kedua, dan seterusnya sampai diperoleh selisih terbagi ke-๐ yang diperlukan. Dengan menggunakan Definisi 10, maka dapat dibuat tabel selisih terbagi. Untuk ๐ = 0 dapat dilihat pada tabel berikut.
1 ๐ (๐+1) ๐ . (๐ + 1)!
14
15
Tabel 1 Selisih terbagi ๐ฅ0
๐0 ๐01
๐ฅ1
๐1
๐ฅ2
๐2
๐ฅ3
๐3
๐ฅ4
๐4
๐ฅ5
๐5
๐ฅ6
๐6
๐ฅ7
๐7
๐012 ๐12
๐0123 ๐123
๐23
๐1234 ๐234
๐34
๐2345 ๐345
๐45
๐3456 ๐456
๐56
๐4567 ๐567
๐67
Keterangan: ๐๐,๐+1,โฆ,๐ = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐+1 , . . . , ๐ฅ๐ . Tabel di atas berisi nilai-nilai selisih terbagi {๐ฅ0 , ๐ฅ1 , . . . , ๐ฅ7 }, nilai-nilai tersebut akan digunakan untuk menghitung ๐ฅ8 . Selain itu, pada Tabel 1 tidak perlu lagi dihitung berulang-ulang dari awal setiap iterasi, yang diperlukan adalah menambahkan diagonal baru di bagian bawah tabel yang ada. Untuk melihat hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: misalkan ๐ = 3 dan hampiran ๐ฅ๐ , dengan ๐ = 0, 1, . . . , 7 telah dihitung. Untuk menghitung ๐ฅ8 akan digunakan nilai-nilai yang telah diperoleh pada Tabel 1 dan dengan menggunakan persamaan (14), akhirnya diperoleh ๐ ๐ฅ7 ๐ฅ8 = ๐ฅ7 โ โฒ ๐7,3 ๐ฅ7 = ๐ฅ7 โ
๐567 โ ๐678 , ๐ฅ5 โ ๐ฅ8 dan ditambahkan ke bagian bawah Tabel 3. Untuk menghitung ๐ฅ8 , perlu menyimpan nilai diagonal ini, dan memasukkan ๐7 , ๐67 , ๐567 , ๐4567 . Nilai ๐ฅ8 dan ๐8 dihitung dengan menggunakan nilai-nilai ๐7 , ๐67 , ๐567 , ๐4567 sehingga diperoleh nilai-nilai ๐8 , ๐78 , ๐678 , ๐5678 . Dengan demikian, secara umum untuk menghitung ๐ฅ๐ +1 harus dihitung nilai ๐ฅ๐ dan perlu menyimpan hasil perhitungan ๐๐ , ๐๐ โ1,๐ ,โฏ, , ๐๐ โ๐ ,๐โ๐ +1,...,๐โ1,๐ dan ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , . . . , ๐ฅ๐โ๐ . Selanjutnya pembahasan akan dimulai dengan prosedur pencarian akar. Prosedurnya adalah sebagai berikut. ๐5678 =
๐7 . ๐67 + ๐567 ๐ฅ7 โ ๐ฅ6 + ๐4567 ๐ฅ7 โ ๐ฅ6 ๐ฅ7 โ ๐ฅ5
Untuk menghitung ๐ฅ9 diperlukan selisih terbagi dari ๐8 , ๐78 , ๐678 , ๐5678 . Komputasi pertama ๐8 dengan menggunakan ๐ฅ8 , selisih terbagi ini dapat dihitung dari Tabel 1 melalui hubungan rekursif ๐7 โ ๐8 ๐78 = , ๐ฅ7 โ ๐ฅ8 ๐67 โ ๐78 ๐678 = , ๐ฅ6 โ ๐ฅ8
Prosedur Generalisasi Metode tali Busur 1. Memilih nilai awal, batas toleransi ๐, dan maksimum iterasi ๐. Misalkan ๐ฅ0 , ๐ฅ1 , . . . , ๐ฅ๐ adalah nilai awal dengan ๐ โฅ 2, dimulai dengan memisalkan ๐ฅ0 dan ๐ฅ1 adalah dua nilai awal yang diberikan. Selanjutnya melakukan proses iterasi untuk ๐ = 1, dengan menggunakan persamaan (13) untuk menghitung ๐ฅ๐ dengan ๐ mulai dari 2, yang akan digunakan sebagai nilai awal. Pada karya ilmiah ini nilai awal hanya dibatasi untuk ๐ = 2 menggunakan tiga nilai awal, ๐ฅ0 , ๐ฅ1 dan ๐ฅ2 . 2. Melakukan proses iterasi dengan persamaan (14). Iterasi dilakukan sampai diperoleh hampiran akar yang paling dekat dengan akar sebenarnya. Untuk melihat hampiran akar yang diperoleh telah konvergen, maka dengan menggunakan batas toleransi ๐ untuk menghentikan iterasi. Misalkan dengan memilih batas toleransi ๐ = 0.001, maka iterasi akan berhenti jika ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 < ๐. Dari sini diperoleh hampiran ๐ฅ๐ merupakan akar dari persamaan ๐(๐ฅ) = 0. Berikut ini algoritme yang akan digunakan untuk menentukan program dengan metode Tali Busur.
Algoritme 3: Generalisasi Metode Tali Busur Input: ๐(๐ฅ), nilai awal ๐ฅ0 dan ๐ฅ1 , batas toleransi ๐, dan maksimum iterasi ๐. Output: ๐ผ sehingga ๐ ๐ผ = 0. Langkah-langkah:
15
16
1. Misalkan ๐0 = ๐ ๐ฅ0 , ๐1 = ๐ ๐ฅ1 . Menghitung ๐ฅ2 = ๐ฅ1 โ 2. Set ๐ = 2, ๐2 = ๐ ๐ฅ2 . 3. WHILE ๐ โค ๐ DO a. Menghitung
๐1 ๐ฅ โ ๐ฅ0 . ๐1 โ ๐0 1
๐2 . ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 b. IF ๐ฅ โ ๐ฅ1 < ๐, THEN set ๐ผ = ๐ฅ; go to STOP. c. Tambah penghitung iterasi ๐ = ๐ + 1. d. Set ๐ฅ0 = ๐ฅ1 , ๐ฅ1 = ๐ฅ2 dan ๐ฅ2 = ๐ฅ, ๐0 = ๐1 , ๐1 = ๐2 dan ๐1 = ๐, 4. STOP. ๐ฅ = ๐ฅ2 โ
3.2 Analisis Kekonvergenan Analisis kekonvergenan suatu metode pencarian akar dilakukan untuk menentukan derajat kekonvergenannya. Hal ini dilakukan karena derajat kekonvergenan menunjukkan kecepatan dalam menemukan akar, jika derajat kekonvergenan semakin besar, maka kecepatannya dalam menemukan akar akan semakin cepat (Burden & Faires 1993). Untuk menganalisis kekonvergenan dapat dilihat dari persamaan galat hampirannya. Hal ini disebabkan karena galat berhubungan dengan seberapa dekat akar hampiran terhadap akar sebenarnya. Semakin kecil galatnya, maka semakin teliti solusi yang diperoleh (Atkinson & Han 2003). 3.2.1 Kekonvergenan Metode NewtonRaphson Misalkan ๐ฅ0 , ๐ฅ1 , โฏ , ๐ฅ๐+1 merupakan hampiran-hampiran akar yang diperoleh melalui iterasi berturut-turut dengan menggunakan persamaan iterasi. Misalkan ๐ผ adalah akar sebenarnya dan ๐๐ merupakan galat hampiran pada iterasi ke-๐, maka menurut Definisi 2, ๐๐ = ๐ฅ๐ โ ๐ผ, dan ๐๐+1 = ๐ฅ๐+1 โ ๐ผ ๐ ๐ฅ๐ = ๐ฅ๐ โ โฒ โ๐ผ ๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐ = ๐๐ โ โฒ ๐ ๐ฅ๐ ๐๐ ๐ โฒ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ = . (15) ๐ โฒ ๐ฅ๐ Berdasarkan Definisi 6, ๐ ๐ฅ๐ โ ๐๐ dapat diekspansi dalam bentuk deret Taylor, yaitu ๐ โฒโฒ ๐๐ 2 ๐ ๐ฅ๐ โ ๐๐ โ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ โฒ ๐ฅ๐ ๐๐ + ๐๐ 2 โฒโฒ ๐ ๐๐ 2 ๐ ๐ผ โ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ โฒ ๐ฅ๐ ๐๐ + ๐๐ 2
๐ โฒโฒ ๐๐ 2 ๐๐ 2 โฒโฒ ๐ ๐๐ 2 ๐๐ 0 = ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ โฒ ๐ฅ๐ ๐๐ + 2 โฒโฒ ๐ ๐๐ 2 ๐๐ , ๐๐ ๐ โฒ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ = 2 di mana ๐๐ di antara ๐ผ dan ๐ฅ๐ . Selanjutnya substitusikan persamaan di atas pada persamaan (15) diperoleh persamaan galat hampiran ke-๐ + 1, yaitu 1 ๐ โฒโฒ ๐๐ ๐๐+1 = ๐๐2 . 2 ๐ โฒ ๐ฅ๐ 0 โ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ โฒ ๐ฅ๐ ๐๐ +
1 ๐ โฒโฒ ๐ ๐
Misal didefinisikan ๐ถ = 2
๐ โฒ ๐ฅ๐
๐๐ , maka
persamaan di atas dapat dituliskan ๐๐+1 = ๐ถ๐๐ . (16) Untuk membuktikan kekonvergenan terjadi, tanpa kehilangan perumuman, asumsikan ๐ผ = (๐ผ โ ๐, ๐ผ + ๐) untuk ๐ > 0, sehingga ๐1 = min๐ฅโ๐ผ |๐ โฒ (๐ฅ)| > 0. Hal ini dimungkinkan karena ๐ผ โ ๐ผ dan ๐ โฒ ๐ผ โ 0. ๐ 2 ๐ฅ
Diberikan ๐2 = max๐ฅโ๐ผ 2! , dan pilih interval ๐ฝ = (๐ผ โ ๐ก/2, ๐ผ + ๐ก/2) โ ๐ผ cukup kecil untuk memastikan bahwa ๐1 > ๐2 ๐ก/2. Selanjutnya akan dibuktikan jika ๐ฅ๐ , untuk ๐ = 0,1, โฏ , ๐ di ๐ฝ, maka 1 ๐ โฒโฒ ๐๐ ๐ถ = ๐๐ < ๐ถ < 1, 2 ๐ โฒ ๐ฅ๐ di mana ๐2 ๐ก/2 ๐ถ= . ๐1 Karena ๐ฅ๐ , ๐ = 0,1, โฏ , ๐ di ๐ฝ, maka ๐ผ โ ๐ก/2 โค ๐ฅ๐ โค ๐ผ + ๐ก/2 โ๐ก/2 โค ๐ฅ๐ โ ๐ผ โค ๐ก/2 0 โค ๐ฅ๐ โ ๐ผ โค ๐ก/2 ๐ก 0 โค ๐๐ โค , โ๐. 2 Sehingga ๐ถ dapat dituliskan
16
17
1 ๐ โฒโฒ ๐๐ ๐2 ๐ก/2 ๐๐ < . โฒ 2 ๐ ๐ฅ๐ ๐1 Karena ๐ฝ dipilih cukup kecil sehingga berlaku ๐1 > ๐2 ๐ก/2, maka diperoleh ๐2 ๐ก/2 ๐1 ๐ถโค < = 1. ๐1 ๐1 Dari sini diperoleh ๐๐+1 < ๐๐ , โ๐ atau ๐๐ โ ๐๐ โ ๐=0 barisan turun. Karena ๐=0 barisan turun dan terbatas di bawah, maka ๐๐ โ ๐=0 konvergen. Dari persamaan (16) diketahui ๐๐+1 = ๐ถ๐๐ ๐๐+1 = ๐ถ ๐๐ ๐๐+1 = ๐ถ ๐๐ . Untuk ๐ = 1, diperoleh ๐2 โค ๐ถ ๐1 . Untuk ๐ = 2, diperoleh ๐3 โค ๐ถ ๐2 โค ๐ถ 2 ๐1 . Untuk ๐ = 3, diperoleh ๐4 โค ๐ถ ๐3 โค ๐ถ 3 ๐1 โฎ ๐๐ โค ๐ถ ๐๐โ1 โค ๐ถ ๐โ1 ๐1 . Dari sini diperoleh 0 โค ๐๐ โค ๐ถ ๐โ1 ๐1 lim 0 โค lim ๐๐ โค lim ๐ถ ๐โ1 ๐1 . ๐ถ =
๐ โโ
๐ โโ
๐ โโ
Karena lim๐โโ 0 = lim ๐ถ ๐โ1 ๐1 = 0, maka ๐ โโ
menurut Teorema Apit lim ๐๐ = 0. Diketahui ๐ โโ
lim ๐๐ = 0 โบ lim ๐๐ = 0, maka dari sini
๐โโ
๐ โโ
diperoleh lim๐โโ ๐ฅ๐ = ๐ผ. Karena ๐๐ di antara ๐ผ dan ๐ฅ๐ , maka diperoleh ๐ผ < ๐๐ < ๐ฅ๐ lim ๐ผ < lim ๐๐ < lim ๐ฅ๐ . ๐โโ ๐ โโ ๐ โโ Menurut Teorema Apit, karena lim๐โโ ๐ผ = lim ๐ฅ๐ = ๐ผ, maka lim๐โโ ๐๐ = ๐ผ. ๐โโ
Dari sini diperoleh ๐ โฒโฒ ๐ผ ๐๐+1 lim = . 2 ๐โโ ๐๐ 2๐ โฒ ๐ผ Menurut Definisi 3, jika ๐ โฒ ๐ผ โ 0, dan ๐ โฒ ๐ฅ , ๐ โฒโฒ ๐ฅ kontinu pada interval yang memuat semua ๐ฅ๐ , maka metode NewtonRaphson akan konvergen ke akar secara kuadratik (konvergen relatif cepat). 3.2.2 Kekonvergenan Metode Tali Busur Misalkan ๐ฅ0 , ๐ฅ1 , โฏ , ๐ฅ๐+1 adalah hampiran-hampiran akar yang diperoleh melalui iterasi berturut-turut dengan persamaan (13). Misalkan juga ๐ผ adalah akar sebenarnya dan ๐๐ merupakan galat hampiran pada iterasi ke-๐, maka ๐๐ = ๐ฅ๐ โ ๐ผ, dan
๐๐+1 = ๐ฅ๐+1 โ ๐ผ, ๐ ๐ฅ๐ = ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ผ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 = ๐ฅ๐ โ โ๐ผ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ1 = ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 โ๐ผ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ๐ ๐ผ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ผ๐ ๐ฅ๐โ1 = โ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐ผ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ๐ โ ๐ผ = ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ ๐๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 = ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ ๐๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 = ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1 =
๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1
=
๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1
๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 = ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐โ1
๐ ๐ฅ๐ ๐๐โ1 โ ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐๐ ๐๐ ๐๐โ1 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 ๐๐ ๐๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ ๐๐โ1 ๐ ๐ฅ๐โ1 ๐๐ โ ๐๐ ๐๐โ1 ๐๐ ๐๐โ1 ๐๐ ๐๐โ1 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐โ1 โ ๐๐ ๐๐โ1 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1
๐๐ ๐๐โ1 . (17)
Berdasarkan Definisi 6, fungsi ๐ ๐ฅ๐ dapat diekspansi dalam bentuk deret Taylor, yaitu ๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ผ + ๐๐ ๐ โฒโฒ ๐ผ 2 ๐๐ โ ๐ ๐ผ + ๐ โฒ ๐ผ ๐๐ + 2 atau dapat dituliskan ๐ โฒโฒ ๐ผ 2 ๐๐ ๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ผ + ๐ โฒ ๐ผ ๐๐ + 2 1 ๐ ๐ฅ๐ = ๐ โฒ ๐ผ + ๐๐ ๐โฒโฒ ๐ผ . 2 ๐๐ Untuk indeks ๐ โ 1 diperoleh ๐ ๐ฅ๐โ1 1 = ๐ โฒ ๐ผ + ๐๐โ1 ๐ โฒโฒ ๐ผ . ๐๐โ1 2 Hasil pengurangan kedua persamaan di atas menghasilkan ๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐โ1 1 โ = ๐๐ โ ๐๐โ1 ๐ โฒโฒ ๐ผ ; ๐๐ ๐๐โ1 2 karena ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 = ๐๐ โ ๐๐โ1, dengan membagi sisi kiri persamaan di atas dengan ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 dan sisi kanan dengan ๐๐ โ ๐๐โ1 , maka diperoleh persamaan ๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐โ1 1 ๐๐ โ ๐๐โ1 = ๐ โฒโฒ ๐ผ . (18) ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 2
17
18
Selanjutnya berdasarkan Definisi 10, maka tanda kurung pertama pada persamaan (17) dapat dituliskan sebagai ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 1 = . (19) ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ โ1 ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 Dengan menyubstitusikan persamaan (18) dan (19) pada persamaan (17) diperoleh 1 1 โฒโฒ ๐๐ +1 = ๐ ๐ผ ๐๐ ๐๐โ1 ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 2 1 1 โฒโฒ = โฒ ๐ ๐ผ ๐๐ ๐๐โ1 (20) ๐ ๐๐ 2 di mana ๐๐ di antara ๐ฅ๐ dan ๐ฅ๐โ1 . Untuk membuktikan kekonvergenan terjadi, tanpa kehilangan perumuman, asumsikan ๐ผ = (๐ผ โ ๐, ๐ผ + ๐) untuk ๐ > 0, sehingga ๐1 = min๐ฅโ๐ผ |๐ โฒ (๐ฅ)| > 0. Hal ini dimungkinkan karena ๐ผ โ ๐ผ dan ๐ โฒ ๐ผ โ 0. ๐ 2 ๐ฅ
dan pilih Diberikan ๐2 = max๐ฅโ๐ผ 2! interval ๐ฝ = (๐ผ โ ๐ก/2, ๐ผ + ๐ก/2) โ ๐ผ cukup kecil untuk memastikan bahwa ๐1 > ๐2 ๐ก/2. Selanjutnya akan dibuktikan jika ๐ฅ๐ , ๐ = 0,1, โฏ , ๐ di ๐ฝ, maka 1 ๐ โฒโฒ ๐ผ ๐๐โ1 < ๐ถ < 1, ๐ท = 2 ๐ โฒ ๐๐ di mana ๐2 ๐ก/2 . ๐ถ= ๐1 Karena ๐ฅ๐โ๐ , ๐ = 0,1, โฏ , ๐ di ๐ฝ, maka ๐ผ โ ๐ก/2 โค ๐ฅ๐ โค ๐ผ + ๐ก/2 โ๐ก/2 โค ๐ฅ๐ โ ๐ผ โค ๐ก/2 0 โค ๐ฅ๐ โ ๐ผ โค ๐ก/2 ๐ก 0 โค ๐๐ โค , โ๐. 2 Sehingga ๐ท dapat dituliskan 1 ๐ โฒโฒ ๐ผ ๐2 ๐ก/2 ๐๐โ1 < . ๐ท = 2 ๐ โฒ ๐๐ ๐1 Karena ๐ฝ dipilih cukup kecil sehingga berlaku ๐1 > ๐2 ๐ก/2, maka diperoleh ๐2 ๐ก/2 ๐1 ๐ถ= < = 1. ๐1 ๐1 Dari sini diperoleh ๐๐+1 < ๐๐ , โ๐ atau ๐๐ โ ๐๐ โ ๐=0 barisan tak naik. Karena ๐=0 barisan tak naik dan terbatas di bawah, maka menurut Teorema 6 ๐๐ โ ๐=0 konvergen. Dari persamaan (16) diketahui ๐๐+1 = ๐ท๐๐ ๐๐+1 = ๐ท ๐๐ ๐๐+1 โค ๐ถ ๐๐ . Untuk ๐ = 1, diperoleh ๐2 โค ๐ถ ๐1 Untuk ๐ = 2, diperoleh
๐3 โค ๐ถ ๐2 โค ๐ถ 2 ๐1 Untuk ๐ = 3, diperoleh ๐4 โค ๐ถ ๐3 โค ๐ถ 3 ๐1 โฎ ๐๐ โค ๐ถ ๐๐โ1 โค ๐ถ ๐โ1 ๐1 . Dari sini diperoleh 0 โค ๐๐ โค ๐ถ ๐โ1 ๐1 lim 0 โค lim ๐๐ โค lim ๐ถ ๐โ1 ๐1 . ๐ โโ
๐ โโ
๐ โโ
lim ๐ถ ๐โ1 ๐1 = 0,
Karena
๐โโ
Teorema
Apit
maka
lim ๐๐ = 0,
๐โโ
dan
menurut karena
lim ๐๐ = 0 โบ lim ๐๐ = 0, sehingga dari sini
๐โโ
๐ โโ
diperoleh lim๐โโ ๐ฅ๐ = ๐ผ. Akibatnya karena ๐๐ di antara ๐ฅ๐ dan ๐ฅ๐โ1 , maka diperoleh ๐ฅ๐ < ๐๐ < ๐ฅ๐ โ1 lim ๐ฅ๐ < lim ๐๐ < lim ๐ฅ๐โ1 . ๐ โโ
Menurut
๐ โโ
Teorema
๐โโ
Apit,
karena
lim๐โโ ๐ฅ๐ = lim ๐ฅ๐โ1 = ๐ผ, maka lim๐โโ ๐๐ = ๐ผ. ๐โโ
Dari sini diperoleh 1 1 โฒโฒ ๐๐ +1 = ๐ ๐ผ ๐๐ ๐๐โ1. โฒ ๐ ๐ผ 2 Selanjutnya akan ditentukan derajat kekonvergenannya. Misalkan ๐๐+1 =๐ถ ๐๐ ๐ 1 di mana ๐ 1 adalah derajat kekonvergenan dan ๐ถ konstanta galat asimptotik, atau dapat juga dituliskan ๐ฅ๐+1 โ ๐ผ = ๐ถ ๐ฅ๐ โ ๐ผ ๐ 1 . Persamaan di atas akan digunakan untuk menentukan derajat kekonvergenan metode ini. 3.2.3 Kekonvergenan Generalisasi Metode Tali Busur Selanjutnya akan dibahas analisis barisan akar ๐ฅ๐ โ๐=0 yang dihasilkan melalui persamaan iterasi generalisasi metode tali Busur. Kekonvergenan ini dapat dilihat pada Teorema 12 berikut. Teorema 12 (Kekonvergenan Generalisasi Metode Tali Busur) Diberikan ๐ผ merupakan solusi dari persamaan ๐(๐ฅ) = 0 dan ๐๐ menyatakan galat hampiran ke-๐. Asumsikan ๐ โ ๐ถ ๐+1 (๐ผ), di mana ๐ผ interval terbuka yang mengandung ๐ผ dan asumsikan juga ๐ โฒ ๐ผ โ 0. Diberikan ๐ฅ0 , ๐ฅ1 , โฏ , ๐ฅ๐ merupakan nilai awal, dan menghasilkan ๐ฅ๐ , ๐ = ๐ + 1, ๐ + 2, โฆ, dengan persamaan iterasi
18
19
๐ ๐ฅ๐ ; ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ๐ di mana ๐ = ๐, ๐ + 1, ๐ + 2, . .., maka barisan ๐ฅ๐ โ๐=0 yang dihasilkan konvergen ke ๐ผ, dan โ1 ๐+1 ๐ ๐ +1 ๐ผ ๐๐+1 = โก ๐ฟ; lim ๐ ๐โโ ๐ + 1 ! ๐โฒ ๐ผ ๐=0 ๐๐โ๐ ๐๐ = ๐ฅ๐ โ ๐ผ, โ๐ . Misalkan ๐ ๐ adalah derajat kekonvergenan, dan 1 < ๐ ๐ < 2, di mana ๐ ๐ merupakan akar positif dari ๐ ๐ +1 = ๐๐=0 ๐ ๐ dan sesuai persamaan 2 โ 2 โ๐โ1 ๐ < ๐ ๐ < 2 โ 2 โ๐โ1 untuk ๐ โฅ 2; ๐ ๐ < ๐ ๐+1 ; lim ๐ ๐ = 2, ๐ฅ๐+1 = ๐ฅ๐ โ
๐ โโ
di mana e adalah basis logaritma natural dan ๐๐+1 = ๐ฟ ๐ ๐ โ1 โ๐ . lim ๐โโ ๐๐ ๐ ๐ (Sidi 2007) Bukti: (disajikan pada Lampiran 1) Dari Teorema 12 diketahui bahwa kekonvergenan generalisasi metode Tali Busur relatif lebih cepat dibandingkan dengan metode Tali Busur dan relatif sama dengan metode Newton-Raphson. Derajat kekonvergenan generalisasi metode Tali Busur ini bergantung pada ๐ nilai awal yang ditentukan. Semakin besar ๐, maka derajat kekonvergenan metode ini semakin mendekati kuadratik (Sidi 2007). Hal ini tidaklah selalu benar, sangat tergantung pada pemilihan nilai awal. 3.3 Contoh Numerik Pada subbab ini akan diterapkan generalisasi metode Tali Busur, di mana metode ini hanya menggunakan nilai awal sampai ๐ = 2 atau penggunaan selisih terbagi hanya sampai yang kedua. Hal ini dilakukan untuk memermudah analisis kekonvergenannya. Sebagai pembanding untuk melihat kecepatan kekonvergenannya akan digunakan metode lain, yaitu metode NewtonRaphson dan metode Tali Busur. Dengan menggunakan algoritme pencarian akar yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh program pencarian akar dengan metode Newton-Raphson, metode Tali Busur dan generalisasi metode Tali Busur. Ketiga program ini digunakan untuk menentukan akar ๐(๐ฅ). Contohnya untuk 2 menentukan akar dari ๐(๐ฅ) = (๐ฅ + 1)2 ๐ ๐ฅ โ2 โ 1, yang solusinya adalah ๐ผ = 0.866873543487685.
3.3.1 Contoh dengan Metode NewtonRaphson Algoritme 1 akan diimplementasikan dalam program pencarian akar dengan menggunakan software Matlab. Program disajikan pada Lampiran 2 untuk menentukan 2 akar dari ๐(๐ฅ) = (๐ฅ + 1)2 ๐ ๐ฅ โ2 โ 1 dengan solusi ๐ผ = 0.866873543487685, dan nilai awal ๐ฅ0 = 0.1, maksimum iterasi ๐ = 100, dan batas toleransi ๐ = 10โ10 . Hasil perhitungan iterasinya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Ilustrasi metode Newton-Raphson Iterasi Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
๐ โ๐
Akar dari ๐(๐) = (๐ + ๐)๐ ๐๐ Hampiran akar 2.600218575884343 2.426600259970995 2.242991672103380 2.047916317598964 1.840004601601038 1.618989165091132 1.388668006975518 1.164100012889030 0.981747018725197 0.886763397414741 0.867518289880120 0.866874231824007 0.866873543488470 0.866873543487685
โ๐
Selisih mutlak hampiran 2.500218575884343 0.173618315913348 0.183608587867615 0.195075354504416 0.207911715997926 0.221015436509906 0.230321158115614 0.224567994086488 0.182352994163833 0.094983621310456 0.019245107534621 0.000644058056113 0.000000688335537 0.000000000000785
Akar sebenarnya adalah ๐ผ= 0.866873543487685. Hampiran akar yang diperoleh dari proses iterasi konvergen ke 0.866873543487685. Dari sini terlihat bahwa tidak ada galat antara akar sebenarnya dengan hampiran akar. Menurut Definisi 2, besarnya galat mutlak adalah ๐๐ฅ = 0. Selanjutnya dari contoh di atas akan dipilih beberapa nilai awal lain yang semakin dekat ke akar sebenarnya. Dari sini akan dilihat pengaruh semakin dekat nilai awal yang pilih ke akar sebenarnya dengan kecepatan kekonvergenan ke akar sebenarnya. Hal ini dilihat dari semakin sedikit iterasi yang dibutuhkan untuk mencapai kekonvergenannya. Hasil ini dapat dilihat pada tabel berikut.
19
20
Tabel 3 Perubahan nilai awal terhadap banyaknya iterasi pada metode Newton-Raphson No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nilai awal ๐๐ 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Banyaknya iterasi 14 11 10 8 7 6 6 5
Dari tabel di atas, diketahui bahwa semakin dekat nilai awal yang dipilih ke akar sebenarnya, maka iterasi yang perlu dilakukan semakin sedikit atau hampiran akar yang diperoleh semakin cepat konvergen ke akar sebenarnya. 3.3.2 Contoh dengan Metode Tali Busur Dengan menggunakan Algoritme 2 dapat diperoleh program metode Tali Busur. Program disajikan pada Lampiran 3 untuk menentukan 2 akar dari ๐(๐ฅ) = (๐ฅ + 1)2 ๐ ๐ฅ โ2 โ 1 dengan solusi ๐ผ = 0.866873543487685, dan nilai awal ๐ฅ0 = 0.1 dan ๐ฅ1 = 0.2, maksimum iterasi ๐ = 100, dan batas toleransi ๐ = 10โ10 . Hasil perhitungan iterasinya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4 Ilustrasi metode Tali Busur Iterasi Ke-
๐ โ๐
Akar dari ๐(๐) = (๐ + ๐)๐ ๐๐ Hampiran akar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
2.329480661498825 0.204979952966205 0.209935202802368 2.068405703134396 0.226008365937093 0.241802415334364 1.954771393830092 0.266632050737302 0.290734393114400 1.777893597293117 0.336743183019225 0.379866446228140 1.509250575181494 0.478826798989551 0.560289104098675 1.128268818527795 0.739670411338161 0.816297150429572 0.878330886413819 0.865898622003941 0.866855118153935 0.866873573260298 0.866873543486776 0.866873543487685
โ๐
Selisih mutlak hampiran 2.129480661498825 2.124500708532620 0.004955249836163 1.858470500332028 1.842397337197304 0.015794049397271 1.712968978495728 1.688139343092790 0.024102342377099 1.487159204178716 1.441150414273891 0.043123263208915 1.129384128953354 1.030423776191944 0.081462305109124 0.567979714429120 0.388598407189634 0.076626739091411 0.062033735984248 0.012432264409878 0.000956496149994 0.000018455106364 0.000000029773523 0.000000000000909
Akar sebenarnya adalah ๐ผ= 0.866873543487685. Hampiran akar yang diperoleh dari proses iterasi konvergen ke 0.866873543487685. Dari sini terlihat bahwa tidak ada galat antara akar sebenarnya dengan hampiran akar. Menurut Definisi 2, besarnya galat mutlak adalah ๐๐ฅ = 0. Untuk menentukan derajat kekonvergenan, gunakan contoh yang telah diperoleh pada Tabel 4 dengan ๐ผ = 0.866873543487685. Dari kolom kedua pada Tabel 2 diperoleh 0.011457342926134 = ๐ถ 0.050576393058113 0.050576393058113 = ๐ถ 0.127203132149524
๐ 1 ๐ 1
untuk ๐ = 18 dan ๐ = 17 berturut-turut. Dengan membagi kedua persamaan di atas diperoleh 0.226535389998440 = 0.397603362460146 ๐ 1 Dari sini diperoleh derajat kekonvergenan metode Tali Busur, yaitu log 0.226535389998440 = ๐ 1 log 0.397603362460146 = 1.609946373008582 โฏ.
20
21
Nilai ini hampir sama dengan nilai eksak ๐ 1 = 1.618 โฏ (Sahid 2005). Kecepatan dalam mencapai kekonvergenan pada metode Tali Busur ini, secara umum berada di antara metode Bagi Dua (linear) dan metode NewtonRaphson (kuadratik). Dari analisis kekonvergenan metode Newton-Raphson dan metode Tali Busur, diketahui bahwa metode Newton-Raphson memunyai derajat kekonvergenan yang lebih besar atau lebih cepat konvergen ke akar. Dari ilustrasi di atas menunjukkan bahwa metode Tali Busur tidak lebih cepat konvergen ke akar dibandingkan dengan metode Newton-Raphson. Akan tetapi, hal ini tidaklah selalu benar, sangat tergantung pada pemilihan nilai awal. Selanjutnya dari contoh di atas akan dipilih beberapa nilai awal lain yang semakin dekat ke akar sebenarnya. Dari sini akan dilihat pengaruh semakin dekat nilai awal yang pilih ke akar sebenarnya dengan kecepatan kekonvergenan ke akar sebenarnya. Hal ini dilihat dari semakin sedikit iterasi yang dibutuhkan untuk mencapai kekonvergenannya. Hasil ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5 Perubahan nilai awal terhadap banyaknya iterasi pada metode Tali Busur No 1 2 3 4 5 6 7
Nilai Awal ๐ฅ0 ๐ฅ1 0.1 0.2 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5 0.6 0.6 0.7 0.7 0.8
Banyaknya Iterasi 24 16 12 10 9 8 6
Dari tabel di atas, diketahui bahwa semakin dekat nilai awal yang dipilih ke akar sebenarnya, maka iterasi yang perlu dilakukan semakin sedikit atau hampiran akar yang diperoleh semakin cepat konvergen ke akar sebenarnya. 3.3.3 Contoh dengan Generalisasi Metode Tali Busur Dengan menggunakan Algoritme 3 dapat diperoleh program generalisasi metode Tali Busur. Program disajikan pada Lampiran 4
untuk menentukan akar dari ๐(๐ฅ) = 2 (๐ฅ + 1)2 ๐ ๐ฅ โ2 โ 1, yang solusinya adalah ๐ผ = 0.866873543487685, dengan nilai awal ๐ฅ0 = 0.1 dan ๐ฅ1 = 0.2, maksimum iterasi ๐ = 100, dan batas toleransi ๐ = 10โ10 . Hasil perhitungan iterasi metode ini dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 6 Ilustrasi generalisasi metode Tali Busur Iterasi ke-
๐ โ๐
Akar dari ๐(๐) = (๐ + ๐)๐ ๐๐ Hampiran akar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1.241618118582198 1.222380906028619 1.091121603581428 0.976234727891453 0.908803572894221 0.875828727133999 0.867664390677719 0.866888736538335 0.866873569065500 0.866873543488509 0.866873543487685
โ๐
Selisih mutlak hampiran 1.087862542916627 0.019237212553579 0.131259302447191 0.114886875689975 0.067431154997232 0.032974845760222 0.008164336456280 0.000775654139384 0.000015167472835 0.000000025576992 0.000000000000824
sebenarnya adalah ๐ผ= Hampiran akar yang diperoleh dari proses iterasi konvergen ke 0.866873543487685. Dari sini terlihat bahwa tidak ada galat antara akar sebenarnya dengan hampiran akar. Menurut Definisi 2, besarnya galat mutlak adalah ๐๐ฅ = 0. Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut. Langkah pertama adalah memilih dua nilai awal ๐ฅ0 = 0.1 dan ๐ฅ1 = 0.2, kemudian menghitung ๐ฅ2 menggunakan metode Tali Busur, yaitu ๐ ๐ฅ1 ๐ฅ2 = ๐ฅ1 โ . ๐ ๐ฅ0 , ๐ฅ1 Dari sini diperoleh tiga nilai awal, yaitu ๐ฅ0 = 0.1, ๐ฅ1 = 0.2 dan ๐ฅ2 = 2.329480661498825 yang akan digunakan untuk menentukan hampiran akar selanjutnya. Hampiran selanjutnya ๐ฅ3 , ๐ฅ4 , โฏ diperoleh dengan persamaan Akar
0.866873543487685.
๐ฅ๐+1 = ๐ฅ๐ โ
๐ ๐ฅ๐ , ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 + ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐โ1 , ๐ฅ๐โ2 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1
untuk ๐ = 2,3, โฆ. Hasil perhitungan ini dapat dikonfirmasi pada Tabel 6, untuk memverifikasi hasil teoritis tentang metode iteratif dengan ketelitian yang lebih besar, perlu menggunakan komputer
21
22
aritmatika presisi yang tinggi (lebih baik, presisi variabel, jika tersedia). Beralih pada analisis kekonvergenan generalisasi metode Tali Busur, dari Lampiran 4 diketahui bahwa generalisasi metode Tali Busur hanya memerlukan 11 iterasi untuk mencapai kekonvergenan. Pada Lampiran 2, yaitu menggunakan metode NewtonโRaphson memerlukan 14 iterasi. Dari sini terlihat bahwa generalisasi metode Tali Busur memiliki derajat kekonvergenan yang relatif hampir sama dengan metode Newton-Raphson. Dari Teorema 12 diperoleh ๐๐+1 โ1 3 ๐ (3) 0.8669. lim = ๐ โโ ๐๐ ๐๐โ1 ๐๐โ2 3! ๐ โฒ 0.8669. = โ0.010308 โฏ dan log ๐๐+1 /๐๐ lim = ๐ 2 ๐โโ log ๐๐ /๐๐โ1 = 1.628536084576705 โฏ. Nilai ini tidak jauh berbeda dengan nilai eksak ๐ 2 โ 1.63 โฏ (Sidi 2007). Derajat kekonvergenan ini di antara metode Tali Busur (๐ 1 โ 1.60 โฏ) dan metode Newton-Raphson (kuadratik). Program yang digunakan diperoleh dengan menggunakan software Matlab. Perhitungan dengan menggunakan program memiliki keakuratan yang baik. Karena hampiran akar yang diperoleh sama dengan akar sebenarnya, maka generalisasi metode Tali Busur ini memiliki galat hampiran yang hampir nol, atau persentase tingkat kesalahannya nol persen.
Selanjutnya dari contoh di atas akan dipilih beberapa nilai awal lain yang semakin dekat ke akar sebenarnya. Dari sini akan dilihat pengaruh semakin dekat nilai awal yang pilih ke akar sebenarnya dengan kecepatan kekonvergenan ke akar sebenarnya. Hal ini dilihat dari semakin sedikit iterasi yang dibutuhkan untuk mencapai kekonvergenannya. Hasil ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7 Perubahan nilai awal terhadap banyaknya iterasi pada GMTB No 1 2 3 4 5 6 7
Nilai Awal ๐ฅ0 ๐ฅ1 0.1 0.2 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5 0.6 0.6 0.7 0.7 0.8
Banyaknya Iterasi 11 10 8 7 7 6 5
Dari tabel di atas, diketahui bahwa semakin dekat nilai awal yang dipilih ke akar sebenarnya, maka iterasi yang perlu dilakukan semakin sedikit atau hampiran akar yang diperoleh semakin cepat konvergen ke akar sebenarnya. Selanjutnya akan dibahas perbandingan antara metode Newton-Raphson, metode Tali Busur dan generalisasi metode Tali Busur. Perbandingan ketiga metode ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
22
23
2
Tabel 8 Hasil perolehan akar dari fungsi ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 2 ๐ ๐ฅ โ2 โ 1 dengan metode NewtonRaphson, metode Tali Busur dan generalisasi Metode Tali Busur . Iterasi ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Metode Newton-Raphson
Metode Tali Busur
2.600218575884343 2.426600259970995 2.242991672103380 2.047916317598964 1.840004601601038 1.618989165091132 1.388668006975518 1.164100012889030 0.981747018725197 0.886763397414741 0.867518289880120 0.866874231824007 0.866873543488470 0.866873543487685
2.329480661498825 0.204979952966205 0.209935202802368 2.068405703134396 0.226008365937093 0.241802415334364 1.954771393830092 0.266632050737302 0.290734393114400 1.777893597293117 0.336743183019225 0.379866446228140 1.509250575181494 0.478826798989551 0.560289104098675 1.128268818527795 0.739670411338161 0.816297150429572 0.878330886413819 0.865898622003941 0.866855118153935 0.866873573260298 0.866873543486776 0.866873543487685
Dari Tabel 8 terlihat bahwa generalisasi metode Tali Busur memiliki kekonvergenan yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan
Generalisasi Metode Tali Busur 1.241618118582198 1.222380906028619 1.091121603581428 0.976234727891453 0.908803572894221 0.875828727133999 0.867664390677719 0.866888736538335 0.866873569065500 0.866873543488509 0.866873543487685
metode Tali Busur dan relatif sama dengan metode Newton-Raphson.
IV SIMPULAN Dari analisis kekonvergenan diketahui bahwa kekonvergenan barisan hampiran akar yang diperoleh dengan generalisasi metode Tali Busur relatif cepat. Derajat kekonvergenan generalisasi metode Tali Busur untuk nilai awal sampai ๐ = 2 adalah ๐ 2 = 1.63 โฏ, ini lebih besar dari pada metode Tali Busur yang memiliki
kekonvergenan ๐ 1 = 1.60 โฏ dan semakin mendekati kekonvergenan metode NewtonRaphson dengan semakin besarnya ๐. Kecepatan kekonvergenan metode-metode tersebut dipengaruhi oleh nilai awal yang ditentukan, semakin dekat nilai awal yang dipilih dengan akar sebenarnya, maka metode pencarian akar tersebut akan semakin cepat.
23
24
V DAFTAR PUSTAKA Atkinson KE. & Weimin Han. 2003. Elementary Numerical Analysis, second edition. Singapore: John Wiley & Sons, Inc. Bartle RG. 1964. The Element of Real Analysis. New York: John Wiley & Sons, Inc. Burden RL. & J. Douglas Faires. 1993. Numerical Analysis, fifth edition. Boston: PWA-KENT Publishing Company.. Cheney W. & D. Kincaid. 1994. Numerical Mathematics and Computing, third edition. California: Brooks/Cole Publishing Co., Pacific Grove.
Goldberg RR. 1976. Methods of Real Analysis, second edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Munir R. 2003. Metode Numerik. Bandung: Penerbit Informatika. Sahid. 2005. Pengantar Komputasi Numerik dengan Matlab. Yogyakarta: Penerbit Andi. Sidi Avram. 2007. Generalization of the Secant Method for Nonlinear Equations: Applied Mathematics E-Notes, 8(2008), 115-123. Traub JF. 1964. Iterative Methods for the Solution of Equations. Englewood Cliffts, N.J: Prentice Hall, Inc.
24
25
LAMPIRAN
25
26
Lampiran 1 Pembuktian Teorema 12 Akan dibuktikan: i. Barisan ๐ฅ๐ ii.
li๐๐โโ
โ ๐=0 ๐ ๐ +1
๐ ๐ ๐=0 ๐ โ๐
konvergen ke ๐ผ =
โ1 ๐+1 ๐ (๐+1) ๐ผ ๐ +1 !
โ๐ โ1
๐โฒ ๐ผ โ๐ โ1
โก ๐ฟ;
iii. 2 โ 2 ๐ < ๐ ๐ < 2 โ 2 ; untuk ๐ โฅ 2; ๐ ๐ < ๐ ๐ +1 ; lim ๐ ๐ = 2 iv. lim๐โโ
๐ ๐ +1 ๐๐
๐ ๐
๐โโ
= ๐ฟ
๐ ๐ โ1 /๐
Bukti: i. Akan dibuktikan: barisan ๐ฅ๐ โบ lim ๐ฅ๐ = ๐ผ
โ ๐=0
konvergen ke ๐ผ.
๐ โโ
โบ lim ๐๐ = 0 ๐ โโ
karena ๐๐ = ๐ฅ๐ โ ๐ผ .
Penyelesaian: Dimulai dengan menurunkan persamaan galat hampiran ๐ฅ๐+1 . Karena ๐ ๐ผ = 0 diperoleh ๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ผ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ผ ๐ฅ๐ โ ๐ผ = ๐ฅ๐ โ ๐ผ = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ ๐ฅ๐ โ ๐ผ . Misalkan ๐๐ menyatakan galat hampiran pada iterasi ke-๐ dan ๐ผ adalah akar sebenarmya, maka ๐๐ = ๐ฅ๐ โ ๐ผ dan ๐๐+1 = ๐ฅ๐+1 โ ๐ผ ๐ ๐ฅ๐ = ๐ฅ๐ โ ๐ผ โ โฒ ๐๐ ,๐ ๐ฅ๐ ๐(๐ฅ๐ ) = (๐ฅ๐ โ ๐ผ) โ โฒ ๐๐ ,๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ = ๐ฅ๐ โ ๐ผ โ โฒ ๐ฅ๐ โ ๐ผ ๐๐ ,๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ = 1โ โฒ ๐ฅ๐ โ ๐ผ ๐๐ ,๐ ๐ฅ๐ โฒ ๐๐,๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ = ๐ฅ๐ โ ๐ผ . (21) ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ๐ โฒ Selanjutnya ๐๐,๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ pada persamaan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut โฒ ๐๐,๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ = ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ๐ โ ๐ โฒ ๐ฅ๐ +๐ โฒ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ โฒ (22) = ๐๐,๐ ๐ฅ๐ โ ๐ โฒ ๐ฅ๐ + ๐ โฒ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ . (1)
(2)
Sisi kanan dari persamaan (22) dapat dibagi menjadi dua bagian, bagian kedua dari sisi kanan dapat dituliskan sebagai berikut ๐ โฒ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ (karena Teorema 3) ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ = ๐ฅ๐ โ ๐ผ ๐ฅ๐ โ ๐ผ = ๐ ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ , ๐ผ ๐ฅ๐ โ ๐ผ (karena Definisi 10) ๐ 2 ๐๐ = ๐ฅ๐ โ ๐ผ , (karena Lema 4) 2! untuk ๐๐ di antara ๐ฅ๐ dan ๐ผ. Bagian pertama dari sisi kanan persamaan (22) dapat dituliskan sebagai berikut โฒ โฒ ๐๐,๐ ๐ฅ๐ โ ๐ โฒ ๐ฅ๐ = โ ๐ โฒ ๐ฅ๐ โ ๐๐,๐ ๐ฅ๐ . Dari Lema 3 diperoleh persamaan galat interpolasi, yaitu
26
27
๐ ๐ฅ โ ๐๐,๐
๐ (๐+1) ๐ ๐ฅ = ๐+1 !
๐
๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ โ๐ = ๐=0
๐ (๐+1) ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 โฏ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ . ๐+1 !
Sehingga turunannya adalah ๐
๐+1
๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ โ1 โฏ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ +1 + โฏ ๐+1 ! (๐ +1) ๐ ๐ + ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ2 โฏ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ ๐+1 ! ๐ (๐ +1) ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ2 โฏ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ . + ๐+1 !
๐ โฒ ๐ฅ โ ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ =
Untuk ๐ฅ = ๐ฅ๐ , diperoleh ๐ โฒ ๐ฅ๐ โ ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ๐ =
=
๐
๐+1
๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โฏ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+1 + โฏ ๐+1 ! ๐ (๐+1) ๐ ๐ ๐ (๐+1) ๐ + ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ2 โฏ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐ + ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ2 โฏ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐ ๐+1 ! ๐+1 ! ๐
๐ (๐ +1) ๐๐ ๐+1 !
๐ (๐+1) ๐๐ = ๐+1 !
๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ2 โฏ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐ ๐
๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐ ,
(23)
๐=1
untuk ๐๐ di antara ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ . โฒ Karena ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 = ๐๐ โ ๐๐โ1 , hal ini mengakibatkan ๐๐,๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ pada persamaan (22) dapat didefinisikan menjadi โฒ ๐๐,๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ = โ
๐ (๐ +1) ๐๐ ๐+1 !
๐
๐๐ โ ๐๐โ๐ + ๐=1
๐
2
๐๐ ๐๐ . 2!
(24)
Sehingga dengan menyubstitusikan persamaan (23) dan (24) pada persamaan (21) diperoleh ๐ (๐+1) ๐๐ ๐ ๐ 2 ๐๐ โ ๐๐ โ ๐๐โ๐ + ๐๐ ๐=1 2! ๐+1 ! ๐๐+1 = ๐๐ . ๐ (๐+1) ๐๐ ๐ โฒ ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ โ ๐๐โ๐ ๐ + 1 ! ๐=1 ๐ Selanjutnya definisikan ๐ (๐ +1) ๐๐ ๐ 2 ๐๐ ๐ท๐ = โ dan ๐ธ๐ = . (25) ๐+1 ! 2! Akhirnya diperoleh โฒ ๐๐,๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ ๐ท๐ ๐๐=1 ๐๐ โ ๐๐โ๐ + ๐ธ๐ ๐๐ ๐๐+1 = ๐ถ๐ ๐๐ ; di mana ๐ถ๐ โก = . (26) ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ๐ ๐ โฒ ๐ฅ๐ + ๐ท๐ ๐๐=1 ๐๐ โ ๐๐โ๐ Untuk membuktikan kekonvergenan terjadi, tanpa kehilangan perumuman, asumsikan ๐ผ = (๐ผ โ ๐, ๐ผ + ๐) dengan ๐ > 0, sehingga ๐1 = min๐ฅโ๐ผ |๐ โฒ (๐ฅ)| > 0. Hal ini dimungkinkan karena ๐ผ โ ๐ผ dan ๐ โฒ ๐ผ โ 0. Diberikan ๐๐ = max๐ฅโ๐ผ
๐ ๐ ๐ฅ ๐ !
, ๐ = 1, 2, โฏ, dan pilih interval ๐ฝ = (๐ผ โ
๐ก/2, ๐ผ + ๐ก/2) โ ๐ผ cukup kecil untuk memastikan bahwa ๐1 > 2๐๐+1 ๐ก ๐ + ๐2 ๐ก/2. Selanjutnya akan dibuktikan jika ๐ฅ๐โ๐ , dengan ๐ = 0, 1, . . . , ๐ di J, maka ๐๐+1 ๐๐=1 ๐๐ + ๐๐โ๐ + ๐2 ๐๐ ๐๐+1 ๐๐=1 ๐๐ โ ๐๐โ๐ + ๐2 ๐๐ ๐ถ๐ โค โค โค ๐ถ < 1. ๐1 โ ๐๐+1 ๐๐=1 ๐๐ + ๐๐โ๐ ๐1 โ ๐๐+1 ๐๐=1 ๐๐ โ ๐๐โ๐ Karena ๐ฅ๐โ๐ , ๐ = 0, 1, . . . , ๐, di J, maka ๐ผ โ ๐ก/2 โค ๐ฅ๐ โค ๐ผ + ๐ก/2 โ๐ก/2 โค ๐ฅ๐ โ ๐ผ โค ๐ก/2 0 โค ๐ฅ๐ โ ๐ผ โค ๐ก/2 0 โค ๐๐ โค ๐ก/2, โ๐. Dari sini diperoleh
27
28
๐
๐๐ + ๐๐โ๐
โค ๐ก ร ๐ก ร. . .ร ๐ก = ๐ก ๐ . ๐ ๐๐๐๐
๐=1
Sehingga ๐ถ dapat dituliskan sebagai ๐๐+1 ๐ก ๐ + ๐2 ๐ก/2 . ๐ถ= ๐1 โ ๐๐+1 ๐ก ๐ Selanjutnya akan ditunjukkan ๐ถ < 1, karena ๐ฝ = (๐ผ โ ๐ก/2, ๐ผ + ๐ก/2) dipilih cukup kecil sehingga berlaku ๐1 > 2๐๐+1 ๐ก ๐ + ๐2 ๐ก/2, maka dengan menggunakan ๐1 > 2๐๐+1 ๐ก ๐ + ๐2 ๐ก/2 ๐1 โ ๐๐+1 ๐ก ๐ > 2๐๐+1 ๐ก ๐ + ๐2 ๐ก/2 โ ๐๐+1 ๐ก ๐ 1 1 < ๐1 โ ๐๐+1 ๐ก ๐ 2๐๐+1 ๐ก ๐ + ๐2 ๐ก/2 โ ๐๐+1 ๐ก ๐ ๐๐+1 ๐ก ๐ + ๐2 ๐ก/2 ๐๐+1 ๐ก ๐ + ๐2 ๐ก/2 < ๐1 โ ๐๐+1 ๐ก ๐ 2๐๐+1 ๐ก ๐ + ๐2 ๐ก/2 โ ๐๐+1 ๐ก ๐ ๐ ๐๐+1 ๐ก + ๐2 ๐ก/2 ๐๐+1 ๐ก ๐ + ๐2 ๐ก/2 < ๐1 โ ๐๐+1 ๐ก ๐ ๐๐+1 ๐ก ๐ + ๐2 ๐ก/2 ๐ ๐๐+1 ๐ก + ๐2 ๐ก/2 < 1. ๐1 โ ๐๐+1 ๐ก ๐ Dari sini diperoleh ๐๐+1 < ๐๐ , โ๐ atau ๐๐ โ๐=0 turun. Karena 0 โค ๐๐ atau ๐๐ โ๐=0 terbatas di bawah dan ๐๐ โ๐=0 turun, maka menurut Teorema 6 maka ๐๐ โ๐=0 konvergen. Dari persamaan (26) diketahui ๐๐+1 = ๐ถ๐ ๐๐ ๐๐+1 = ๐ถ๐ ๐๐ ๐๐+1 โค ๐ถ ๐๐ . Untuk ๐ = 1, diperoleh ๐2 โค ๐ถ ๐1 Untuk ๐ = 2, diperoleh ๐3 โค ๐ถ ๐2 โค ๐ถ 2 ๐1 Untuk ๐ = 3, diperoleh ๐4 โค ๐ถ ๐3 โค ๐ถ 3 ๐1 โฎ ๐๐ โค ๐ถ ๐๐โ1 โค ๐ถ ๐โ1 ๐1 . Dari sini diperoleh 0 โค ๐๐ โค ๐ถ ๐โ1 ๐1 lim 0 โค lim ๐๐ โค lim ๐ถ ๐โ1 ๐1 . ๐โโ
๐ โโ
๐ โโ
Menurut Teorema Apit jika lim๐โโ 0 = lim ๐ถ ๐โ1 ๐1 = 0, maka lim ๐๐ = 0. Karena diketahui ๐โโ
๐โโ
lim ๐๐ = 0 โบ lim ๐๐ = 0, maka dari sini diperoleh lim๐โโ ๐ฅ๐ = ๐ผ.
๐โโ
๐โโ
Dengan demikian (i) terbukti.
ii. Selanjutnya akan dibuktikan: lim
๐โโ
๐๐+1 โ ๐=0 ๐๐โ๐
=
โ1 ๐+1 ๐ (๐ +1) ๐ผ โก ๐ฟ. ๐ + 1 ! ๐โฒ ๐ผ
Penyelesaian: Diketahui ๐ โ ๐ถ ๐+1 ๐ผ , di mana ๐ผ = ๐ผ โ ๐, ๐ผ + ๐ ; ๐ > 0, maka diperoleh ๐ kontinu di ๐ผ. Menurut Teorema 8 jika diketahui lim๐โโ ๐ฅ๐ = ๐ผ dan fungsi ๐ kontinu di ๐ผ, maka ๐ ๐ฅ๐ โ ๐=0 konvergen ke ๐ ๐ผ . Selanjutnya perhatikan bahwa ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ผ lim = ๐โฒ ๐ผ menurut definisi turunan ๐โโ ๐ฅ๐ โ ๐ผ lim ๐ ๐ผ, ๐ฅ๐ = ๐ โฒ ๐ผ karena Definisi 10 ๐โโ
28
29
lim ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ = ๐ โฒ ๐ผ .
๐ โโ
karena Teorema 2
Dari Lema 3 diketahui ๐๐,๐
๐ (๐ +1) ๐ ๐ฅ =๐ ๐ฅ โ ๐+1 !
๐
๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ ๐=0
๐ (๐ +1) ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 โฏ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ ๐+1 ! ๐ (๐+1) ๐ โฒ ๐๐,๐ ๐ฅ = ๐โฒ ๐ฅ โ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ โ ๐ฅ๐ โ2 โฏ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ ๐+1 ! ๐ (๐+1) ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ2 โฏ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ + โฏ + ๐+1 ! ๐ (๐+1) ๐ + ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 โฏ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ๐ +1 . ๐+1 ! Untuk ๐ฅ = ๐ฅ๐ diperoleh ๐๐,๐ ๐ฅ = ๐ ๐ฅ โ
๐+1
๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ2 โฏ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐ ๐+1 ! ๐ ๐ +1 ๐ ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ2 โฏ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐ + โฏ + ๐+1 ! ๐ ๐ +1 ๐ ๐ + ๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ1 โฏ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐+1 ๐+1 ! ๐
โฒ ๐๐,๐ ๐ฅ๐ = ๐ โฒ ๐ฅ๐ โ
๐
๐ (๐+1) ๐ ๐ฅ โ ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ โ2 โฏ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐ ๐+1 ! ๐ Karena lim๐โโ ๐ฅ๐ = ๐ผ, maka diperoleh ๐ (๐ +1) ๐ โฒ lim ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ โ1 lim ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ โ2 โฏ lim ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ๐ lim ๐๐,๐ ๐ฅ๐ = lim ๐ โฒ ๐ฅ๐ โ lim ๐โโ ๐โโ ๐ โโ ๐ โโ ๐โโ ๐ + 1 ! ๐โโ (๐+1) ๐ ๐ โฒ ๐ผโ๐ผ ๐ผโ๐ผ โฏ ๐ผโ๐ผ (karena Teorema 9) lim ๐๐,๐ ๐ฅ๐ = ๐ โฒ ๐ผ โ ๐โโ ๐+1 ! โฒ โฒ lim ๐๐,๐ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ผ . ๐โโ Akibatnya diperoleh โฒ lim ๐๐,๐ ๐ฅ๐ = ๐ โฒ ๐ผ = lim ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ . (27) โฒ ๐๐,๐ ๐ฅ๐ = ๐ โฒ ๐ฅ๐ โ
๐ โโ
Dari sini karena ๐ถ๐ = lim lim ๐ถ๐ = ๐โโ
๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ ๐ โ๐ ๐ฅ ๐ ,๐ผ
โฒ ๐๐,๐
๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ ๐
๐ โโ
, maka hal ini mengakibatkan
๐ฅ๐ โ lim ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ ๐ โโ
lim ๐โฒ ๐ฅ๐ ๐ โโ ๐ ,๐ โฒ lim ๐ ๐ฅ๐ , ๐ผ lim ๐๐,๐ ๐ฅ๐ โ ๐โโ โฒ = ๐โโ โฒ lim ๐ ๐ฅ๐ lim ๐ ๐ฅ๐ ๐ โโ ๐ ,๐ ๐โโ ๐ ,๐ โฒ โฒ ๐ ๐ผ ๐ ๐ผ = โฒ โ โฒ = 0. ๐ ๐ผ ๐ ๐ผ ๐ Selanjutnya karena ๐๐ +1 = ๐ถ๐ , maka ๐ โโ
๐
lim (๐๐+1 /๐๐ ) = 0 , โ๐.
๐ โโ
Atau menurut Definisi 15 ๐๐+1 = ๐(๐๐ ), saat ๐ โ โ. Akibatnya menurut Teorema 5 ๐๐+1 = ๐ ๐๐ , saat ๐ โ โ. Karena diketahui 1 < ๐ ๐ < 2, maka ๐ฅ๐ โ ๐=0 konvergen dengan derajat lebih besar 1. Sebagai akibat lim๐โโ (๐๐+1 /๐๐ ) = 0 , โ๐ diperoleh ๐๐ ๐๐โ1 ๐๐โ2 ๐๐โ๐+1 lim = 0 , lim = 0 , lim = 0 , โฏ , lim = 0. ๐โโ ๐๐โ1 ๐โโ ๐๐โ2 ๐ โโ ๐๐โ3 ๐โโ ๐๐โ๐ Dari sini diperoleh
29
30
๐๐ ๐๐โ1 ๐๐ ๐๐โ1 lim = lim ๐โโ ๐๐โ1 ๐ โโ ๐๐โ2 ๐ โโ ๐๐โ1 ๐๐โ2 ๐๐ =0 = lim ๐ โโ ๐๐โ2 dan seterusnya. Akhirnya diperoleh ๐๐ ๐๐โ1 ๐๐โ2 ๐๐โ๐+1 ๐๐ ๐๐โ1 ๐๐โ2 ๐๐โ๐+1 lim lim โฏ lim = lim โฏ lim ๐โโ ๐๐โ๐ ๐ โโ ๐๐โ1 ๐๐โ2 ๐๐โ3 ๐โโ ๐๐โ1 ๐ โโ ๐๐โ2 ๐โโ ๐๐โ3 ๐๐โ๐ ๐๐ = lim = 0 ; โ๐ > 1, ๐โโ ๐๐โ๐ dan ๐๐ lim = 0 ; ๐ < ๐. ๐โโ ๐๐โ๐ Dari sini diperoleh ๐๐ ๐ lim ๐ ๐๐โ๐ ๐โโ ๐๐โ๐ lim = ๐ ๐โโ ๐๐ lim ๐ ๐๐โ๐ ๐โโ ๐๐โ๐ ๐๐โ๐ ๐๐ = lim lim ๐ โโ ๐๐โ๐ ๐ โโ ๐๐ ๐๐ ๐๐โ๐ = lim ๐โโ ๐๐โ๐ ๐๐ ๐๐โ๐ = 0. = lim ๐โโ ๐๐โ๐ lim
๐
๐
Menurut Definisi 15 dapat dituliskan ๐ ๐ = ๐ ๐ ๐ ; ๐ โ โ dan ๐ < ๐. Selanjutnya perhatikan ๐ โ๐ ๐ โ๐ ๐๐ ๐๐ lim ๐ ๐โโ ๐๐โ๐ lim ๐โ๐ = ๐ ๐โโ ๐๐ lim ๐ ๐ ๐๐โ1 ๐โโ ๐โ1 ๐๐ ๐๐โ1 = lim lim ๐ โโ ๐๐โ๐ ๐โโ ๐๐ ๐๐ ๐๐โ1 = lim ๐โโ ๐๐โ๐ ๐๐ ๐๐โ1 = lim = 0. ๐โโ ๐๐โ๐ ๐ ๐ Menurut Definisi 15 dapat dituliskan ๐ ๐ = ๐ ๐ ๐ ; ๐ โ โ. Perhatikan juga bahwa ๐ โ1 ๐ โ๐ ๐ ๐ โ ๐๐ lim โ ๐ ๐ ๐โโ ๐โ๐ ๐โ๐ lim = ๐ ๐๐ ๐โโ lim ๐ ๐ ๐๐โ1 ๐ โโ ๐โ1 ๐๐ ๐๐โ1 = lim โ lim ๐ โโ ๐๐โ๐ ๐โโ ๐๐ ๐๐ ๐๐โ1 = lim โ ๐ โโ ๐๐โ๐ ๐๐ ๐๐โ1 = โ lim = 0. ๐โโ ๐๐โ๐ ๐ ๐ Menurut Definisi 15 dapat dituliskan โ ๐ = ๐ ๐ ; ๐ โ โ, atau menurut Teorema 5 dapat juga dituliskan โ ๐
๐๐ ๐ โ๐
=๐
๐๐ ๐ ๐ โ1
๐ ๐ โ๐
๐ ๐ โ1
. Selanjutnya dengan memperluas hasil
๐ ๐=1
๐๐ โ ๐๐โ๐
pada
persamaan (26) diperoleh ๐
๐
๐๐ โ ๐๐โ๐ = ๐=1
โ๐๐โ๐ + ๐๐ ๐=1
30
31
๐
=
โ๐๐โ๐ 1 โ ๐๐ /๐๐โ๐ ๐=1 ๐
=
โ1 ๐๐โ๐ 1 โ ๐๐ /๐๐โ๐ ๐=1
= โ1
๐ ๐
๐๐โ๐ 1 โ ๐๐ /๐๐โ๐ ๐=1 ๐
= โ1
๐
๐๐โ๐ 1 + ๐ ๐=1 ๐
= โ1
๐
๐๐โ๐
๐๐ ๐๐โ1
1+๐
๐=1
๐๐ ๐๐โ1
untuk ๐ โ โ.
(28)
Sekarang definisikan ๐ท๐ ๐ธ๐ dan ๐ธ๐ = โฒ . ๐ฅ๐ ๐๐ ,๐ ๐ฅ๐ Dengan menyubstitusikan persamaan (28) dan (29) pada persamaan (26) akan diperoleh ๐ท๐ ๐๐=1 ๐๐ โ ๐๐โ๐ + ๐ธ๐ ๐๐ ๐๐+1 = ๐๐ ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ๐ ๐ท๐ =
๐ท๐ = โฒ ๐๐ ,๐ ๐ฅ๐ ๐
๐๐โฒ ,๐
๐
๐๐ โ ๐๐โ๐ + ๐=1
๐ธ๐ ๐ ๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐
๐๐โฒ ,๐
๐๐ โ ๐๐โ๐ ๐๐ + ๐ธ๐ ๐๐2
= ๐ท๐ ๐=1
= ๐ท๐ โ1
๐ ๐
1+๐
๐๐ ๐๐โ1
๐๐ + ๐ธ๐ ๐๐2
๐๐โ๐
1+๐
๐๐ ๐๐โ1
+ ๐ธ๐ ๐๐2
๐=0 ๐
= โ1 ๐ ๐ท๐
๐๐โ๐ ๐=0
(karena persamaan (29))
๐๐โ๐ ๐=1 ๐
= โ1 ๐ ๐ท๐
1+๐
(29)
๐๐ ๐๐โ1
(karena persamaan (28))
๐๐ + ๐ธ๐ ๐๐2 ; untuk ๐ โ โ.
Dengan membagi kedua ruas persamaan di atas dengan ๐๐=0 ๐๐โ๐ , diperoleh ๐๐ โ1 ๐ ๐ท๐ ๐๐=1 ๐๐โ๐ 1 + ๐ ๐๐ + ๐ธ๐ ๐๐2 ๐๐+1 ๐๐โ1 = ๐ ๐ ๐=0 ๐๐โ๐ ๐=0 ๐๐โ๐ ๐ ๐ โ1 ๐ท๐ ๐=0 ๐๐โ๐ ๐๐ ๐ธ๐ ๐๐2 = 1 + ๐ + ๐ ๐ ๐๐โ1 ๐=0 ๐๐โ๐ ๐=0 ๐๐โ๐ 2 ๐ ๐ธ ๐ ๐ ๐ ๐ = โ1 ๐ ๐ท๐ 1 + ๐ + ๐ ; untuk ๐ โ โ. ๐๐โ1 ๐=0 ๐๐โ๐ Dari sini didefinisikan ๐๐ , yaitu ๐๐+1 ๐๐ = ๐ . ๐=0 ๐๐โ๐ Ganti indeks ๐ dengan ๐ โ 1 pada persamaan di atas, diperoleh ๐๐ ๐๐โ1 = ๐ . ๐=0 ๐๐โ๐โ1 Dari sini diperoleh
(30)
(31)
31
32
๐
๐๐ = ๐๐โ1 Sehingga ๐๐2
๐ ๐2 ๐ ๐ ๐=0 ๐ โ๐
๐๐โ๐โ1 . ๐=0
pada persamaan (30) dapat dituliskan
๐๐ ๐๐ ๐ ๐=1 ๐๐โ๐ ๐๐ = ๐ ๐=1 ๐๐โ๐ ๐๐โ1 ๐๐=0 ๐๐โ๐โ1 = ๐ ๐=1 ๐๐โ๐ ๐๐โ1 ๐๐โ1 ๐๐โ2 โฆ ๐๐โ๐ ๐๐โ๐โ1 = ๐๐โ1 ๐๐โ2 โฆ ๐๐โ๐ = ๐๐โ1 ๐๐โ๐โ1 . Akhirnya persamaan (30) dapat dituliskan ๐๐ ๐๐ = โ1 ๐ ๐ท๐ 1 + ๐ + ๐ธ๐ ๐๐โ1 ๐๐โ๐โ1 ; ๐ โ โ. (32) ๐๐โ1 Karena lim๐โโ ๐ฅ๐ = ๐ผ dan ๐๐ di antara ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ , ๐ฅ๐ โ1 , โฏ , ๐ฅ๐โ๐ , maka dari persamaan (25) diperoleh โ๐ (๐ +1) ๐๐ lim ๐ท๐ = lim ๐โโ ๐โโ ๐+1 ! โ๐ (๐+1) ๐ผ = (33) ๐+1 ! dan karena ๐๐ di antara ๐ฅ๐ dan ๐ผ, maka ๐ (2) ๐๐ lim ๐ธ๐ = lim ๐โโ ๐โโ 2! ๐ (2) ๐ผ = โฒ . (34) 2๐ ๐ผ Selanjutnya perhatikan bahwa ๐ท๐ lim ๐ท๐ = lim โฒ ๐โโ ๐โโ ๐๐ ,๐ ๐ฅ๐ lim ๐ท๐ = ๐โโ lim ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐=0 ๐๐โ๐
=
๐๐
๐โโ
=โ
1 ๐ (๐+1) ๐ผ ๐ + 1 ! lim ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ๐ ๐ โโ
1 ๐ (๐ +1) ๐ผ =โ ๐ + 1 ! ๐โฒ ๐ผ dan ๐ธ๐ ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ๐ lim ๐ธ๐
lim ๐ธ๐ = lim
๐โโ
๐โโ
=
๐โโ
lim ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ๐
๐โโ
=
๐ (2) ๐ผ 2! lim ๐๐โฒ ,๐ ๐ฅ๐ ๐ โโ
๐ (2) ๐ผ = โฒ . 2๐ ๐ผ Akhirnya diperoleh
32
33
๐ (๐+1) ๐ผ 1 ๐ (2) ๐ผ dan lim ๐ธ = . ๐ ๐โโ ๐โโ ๐ + 1 ! ๐โฒ ๐ผ 2๐ โฒ ๐ผ ๐ Akibatnya menurut Teorema 5, ๐ท๐ terbatas. Selanjutnya karena ๐ = ๐ lim ๐ท๐ = โ
๐ > 0 sehingga ๐ท๐
๐๐ ๐ ๐ โ๐
โค๐
terbatas dan 1 + ๐
๐๐ ๐ ๐ โ1 ๐๐ ๐ ๐ โ1
. Dari sini diperoleh 1 +
๐๐ ๐ ๐ โ๐
๐ ๐ โ๐
= 1+๐
๐๐ ๐ ๐ โ1
(35) ๐๐ ๐ ๐ โ1
, maka terdapat
juga terbatas. Karena
juga terbatas, maka menurut Definisi 12 terdapat ๐ท > 0 yang
mengakibatkan ๐ท๐ 1 + ๐
๐๐ ๐๐โ1
โค ๐ท,
โ๐ โ ๐.
(36)
Karena lim๐โโ ๐๐ = 0 dan ๐๐โ๐โ1 merupakan barisan bagian dari ๐๐ , maka menurut Teorema 9 lim๐โโ ๐๐โ๐ โ1 = 0. Selanjutnya karena ๐ธ๐ barisan terbatas dan lim๐โโ ๐๐โ๐ โ1 = 0, maka menurut Teorema 10 lim๐โโ ๐ธ๐ ๐๐โ๐โ1 = 0. Akibatnya karena lim๐โโ ๐ธ๐ ๐๐โ๐ โ1 = 0, maka โ๐0 โ ๐ dan ๐ฝ < 1 sehingga ๐ธ๐ ๐๐โ๐โ1 โค ๐ฝ, โ๐ โฅ ๐0 . Akhirnya dari persamaan (32) diperoleh ๐๐ ๐๐ = โ1 ๐ ๐ท๐ 1 + ๐ + ๐ธ๐ ๐๐โ1 ๐๐โ๐ โ1 ๐๐โ1 ๐ ๐ + ๐ธ๐ ๐๐โ1 ๐๐โ๐โ1 โค โ1 ๐ ๐ท๐ 1 + ๐ ๐๐โ1 ๐๐ + ๐ธ๐ ๐๐โ๐โ1 ๐๐โ1 = โ1 ๐ ๐ท๐ 1 + ๐ ๐๐โ1 ๐๐ + ๐ธ๐ ๐๐โ๐ โ1 ๐๐โ1 = ๐ท๐ 1 + ๐ ๐๐โ1 โค ๐ท + ๐ฝ ๐๐โ1 ; โ๐ โฅ ๐0 . (37) Karena ๐ โฅ ๐0 , maka ๐ = ๐0 + ๐ ; ๐ = 1,2, โฏ, jika disubstitusikan pada persamaan di atas diperoleh ๐๐ 0 +๐ โค ๐ท + ๐ฝ ๐๐ 0 +๐ โ1 ; untuk ๐ = 1,2, โฏ. Untuk ๐ = 1, diperoleh ๐๐ 0 +1 โค ๐ท + ๐ฝ ๐๐ 0 . Untuk ๐ = 2, diperoleh ๐๐ 0 +2 โค ๐ท + ๐ฝ ๐๐ 0 +1 โค ๐ท + ๐ฝ ๐ท + ๐ฝ ๐๐ 0 = ๐ท + ๐ท๐ฝ + ๐ฝ2 ๐๐ 0 = ๐ท 1 + ๐ฝ + ๐ฝ2 ๐๐ 0 1+๐ฝ 1โ๐ฝ =๐ท + ๐ฝ2 ๐๐ 0 1โ๐ฝ 1 โ ๐ฝ2 + ๐ฝ2 ๐๐ 0 . =๐ท 1โ๐ฝ Untuk ๐ = 3, diperoleh ๐๐ 0 +3 โค ๐ท + ๐ฝ ๐๐ 0 +2 1 โ ๐ฝ2 โค๐ท+๐ฝ ๐ท + ๐ฝ2 ๐๐ 0 1โ๐ฝ 1 โ ๐ฝ2 = ๐ท + ๐ฝ๐ท + ๐ฝ3 ๐๐ 0 1โ๐ฝ 1 โ ๐ฝ2 + ๐ฝ3 ๐๐ 0 = ๐ท(1 + ๐ฝ) 1โ๐ฝ 1 + ๐ฝ โ ๐ฝ2 โ ๐ฝ3 =๐ท + ๐ฝ3 ๐๐ 0 1โ๐ฝ Karena ๐ฝ < 1, maka ๐ฝ2 < 1, akibatnya
33
34
๐ฝ โ ๐ฝ2 < 0 1 + ๐ฝ โ ๐ฝ2 โ ๐ฝ3 < 1 โ ๐ฝ3 . Dari sini diperoleh 1 โ ๐ฝ3 + ๐ฝ3 ๐๐ 0 1โ๐ฝ dan seterusnya. Akhirnya secara umum dapat dituliskan 1 โ ๐ฝ๐ ๐๐ 0 +๐ โค ๐ท + ๐ฝ ๐ ๐๐ 0 , ๐ = 1, 2, โฏ. 1โ๐ฝ Dari fakta ๐ฝ < 1, hal ini mengakibatkan 1 ๐๐ 0 +๐ โค ๐ท, โ๐ . 1โ๐ฝ atau {๐๐ } barisan terbatas. Akibatnya karena ๐๐โ1 terbatas dan lim๐โโ ๐ธ๐ ๐๐โ๐โ1 = 0, maka menurut Teorema 10 diperoleh lim ๐ธ๐ ๐๐โ๐โ1 ๐๐โ1 = 0. ๐๐ 0 +3 โค ๐ท
๐โโ
Substitusikan pada persamaan (32), sehingga diperoleh ๐๐+1 ๐๐ lim ๐ = lim โ1 ๐ ๐ท๐ 1 + ๐ + ๐ธ๐ ๐๐โ1 ๐๐โ๐โ1 ๐โโ ๐ โโ ๐๐โ1 ๐=0 ๐๐โ๐ ๐๐ + lim ๐ธ๐ ๐๐โ1 ๐๐โ๐โ1 = โ1 ๐ lim ๐ท๐ 1 + lim ๐ โโ ๐ โโ ๐โโ ๐๐โ๐ (๐ +1) 1 ๐ ๐ผ ๐๐ = โ1 ๐ โ1 + lim ๐ธ๐ ๐๐โ1 ๐๐โ๐โ1 (karena lim = 0) โฒ ๐ โโ ๐โโ ๐+1 ! ๐ ๐ผ ๐๐โ๐ 1 ๐ (๐ +1) ๐ผ = โ1 ๐ +1 (karena lim ๐ธ๐ ๐๐โ1 ๐๐โ๐โ1 = 0) ๐ โโ ๐ + 1 ! ๐โฒ ๐ผ โก ๐ฟ. Dengan demikian (ii) terbukti. iii. Selanjutnya akan dibuktikan: 2 โ 2โ๐ โ1 ๐ < ๐ ๐ < 2 โ 2โ๐โ1 ; untuk ๐ โฅ 2; ๐ ๐ < ๐ ๐ +1 ; lim๐ โโ ๐ ๐ = 2. Penyelesaian: Untuk membuktikan persamaan di atas, misalkan derajat kekonvergenan adalah ๐ ๐ . Selanjutnya misalkan ๐ ๐ adalah akar positif dari persamaan ๐
๐๐,๐ = ๐ ๐+1 โ ๐
๐ ๐ . ๐=0
Untuk ๐ = 1, diperoleh ๐
๐๐,๐ = ๐
๐+1
๐ ๐ .
โ
(38)
๐=0
Dari Lema 5 diketahui persamaan di atas memunyai akar positif ๐ ๐ dan max 1, ๐ < ๐ ๐ < ๐ + 1 1 < ๐ ๐ < 2 (karena ๐ = 1) Selanjutnya jabarkan persamaan (38), untuk ๐ = 1 diperoleh 1 2
๐ ๐ = ๐ 0 + ๐ 1 .
๐ = ๐=0
Untuk ๐ = 2 diperoleh 2 3
๐ ๐ = ๐ 0 + ๐ 1 + ๐ 2 = 2 ๐ 0 + ๐ 1 = 2๐ 2 .
๐ = ๐=0
Untuk ๐ = 3 diperoleh
34
35
3 4
๐ ๐ = ๐ 0 + ๐ 1 + ๐ 2 + ๐ 3 = 2๐ 3 ,
๐ = ๐=0
dan seterusnya, akhirnya secara umum diperoleh ๐ ๐ = 2๐ ๐ โ1 ; ๐ ๐+1 = 2๐ ๐ ; ๐ ๐ +2 = 2๐ ๐ +1 . Karena ๐ ๐ merupakan akar positif dari ๐ ๐ +1 , maka ๐ ๐ = ๐ ๐+1 dan ๐ ๐โ1 = Dari persamaan di atas diperoleh
๐ ๐ .
๐ ๐ = ๐ ๐+1 = 2๐ ๐ = 2 ๐ ๐ = 2๐ ๐โ1 ๐ ๐ +1 = ๐ ๐+2 = 2๐ ๐+1 = 2 ๐ ๐+1 = 2๐ ๐ . Sehingga untuk ๐ โฅ 2 diperoleh 1 ๐ ๐+1 = 2๐ ๐ atau ๐ ๐ = ๐ ๐+1 < ๐ ๐ +1 . 2 โ Dari sini terbukti ๐ ๐ < ๐ ๐ +1 atau ๐ ๐ โ ๐=0 barisan naik. Karena ๐ ๐ ๐=0 barisan naik dan terbatas di โ atas, maka menurut Teorema 6 barisan ๐ ๐ ๐=0 konvergen. Selanjutnya akan dibuktikan pertaksamaan berikut 2 โ 2 โ๐โ1 ๐ < ๐ ๐ < 2 โ 2 โ๐โ1 . Untuk membuktikan persamaan tersebut, akan dibuktikan dua hal, yaitu: a. ๐ ๐ > 2 โ 2 โ๐โ1 ๐ b. ๐ ๐ < 2 โ 2 โ๐โ1 Bukti: a. Akan dibuktikan: ๐ ๐ > 2 โ 2 โ๐โ1 ๐ Diketahui 1 ๐ ๐ = 2๐ ๐โ1 atau ๐ ๐โ1 = ๐ ๐ 2 1 1 1 1 ๐ ๐โ1 = 2๐ ๐โ2 atau ๐ ๐โ2 = ๐ ๐ โ1 = ๐ ๐ = ๐ ๐ 2 2 2 2 1 1 ๐ ๐ โ2 = 2๐ ๐โ3 atau ๐ ๐โ3 = ๐ ๐ โ2 = ๐ ๐ 2 2 2 dan ๐ ๐ > 1, โ๐. (39) Karena ๐ ๐ barisan naik, maka berlaku ๐ ๐ > ๐ ๐โ1 > ๐ ๐โ2 > ๐ ๐ โ3 ๐ ๐ > ๐ ๐โ3 . (40) Dari persamaan (39) dan (40) diperoleh ๐ ๐ > ๐ ๐ โ3 > 1 1 ๐ ๐ > 1 2 2 ๐ ๐ > 2 2. Karena diperoleh ๐ ๐ > 2 2, maka cukup buktikan 2 2 > 2 โ 2 โ๐โ1 ๐, sehingga diperoleh ๐ ๐ > 2 2 > 2 โ 2 โ๐โ1 ๐ atau ๐ ๐ > 2 โ 2 โ๐โ1 ๐. Sekarang akan dibuktikan 2 2 > 2 โ 2 โ๐โ1 ๐ ๐ ๐ di mana 2 โ๐โ1 ๐ = 2 โ(๐+1) ๐ = ๐ +1 = ; untuk ๐ โฅ 2. 2 2โ2๐ ๐ 2.72 Ambil ๐ = 2, maka 2 โ๐โ1 ๐ = = = 0.34, dari sini diperoleh 8
8
2 2 > 2 โ 0.34 atau 3.3 > 1.66 benar . Jika ๐ โ โ, maka 2 โ๐โ1 ๐ โ 0 yang berarti
35
36
2 2 > 2. Dari sini terbukti. ๐ ๐ > 2 2 > 2 โ 2 โ๐โ1 ๐ atau ๐ ๐ > 2 โ 2 โ๐โ1 ๐. b. Akan dibuktikan: ๐ ๐ < 2 โ 2 โ๐โ1 Diketahui 1 ๐ ๐ +1 = 2๐ ๐ atau ๐ ๐ = ๐ ๐ +1 . 2 Karena ๐ ๐ barisan naik, maka ๐ ๐ < ๐ ๐ +1 , โ๐ dan ๐ ๐ < 2, โ๐. Dari sini diperoleh ๐ ๐ < ๐ ๐ +1 < 2 2๐ ๐ < 2 ๐ ๐ < 2. Sehingga dengan membuktikan 2 < 2 โ 2 โ๐โ1 , maka diperoleh ๐ ๐ < 2 โ 2 โ๐โ1 . Sekarang akan dibuktikan 2 < 2 โ 2 โ๐โ1 . Karena 1 1 di mana 2 โ๐โ1 = 2 โ ๐+1 = ๐ +1 = ; untuk ๐ โฅ 2. 2 2โ2๐ 1 Ambil ๐ = 2, maka 2 โ๐โ1 = 8 = 0.125, dari sini diperoleh
Jika ๐ โ โ, maka 2 โ๐โ1
2 < 2 โ 0.125 1.3 < 1.875 benar . โ 0 yang berarti 2 < 2.
Dari sini terbukti ๐ ๐ < 2 < 2 โ 2 โ๐โ1 atau ๐ ๐ < 2 โ 2 โ๐โ1 . Dari (a) dan (b) diperoleh 2 โ 2 โ๐โ1 ๐ < ๐ ๐ < 2 โ 2 โ๐ โ1 lim 2 โ 2 โ๐ โ1 ๐ < lim ๐ ๐ < lim 2 โ 2 โ๐โ1
๐โโ
๐ โโ
๐โโ
Karena lim๐โโ 2 โ 2 โ๐โ1 ๐ = lim๐โโ 2 โ 2 โ๐โ1 = 2, maka menurut Teorema Apit lim๐โโ ๐ ๐ = 2. Dengan demikian (iii) terbukti. iv. Selanjutnya akan dibuktikan: lim
๐โโ
๐๐+1 = ๐ฟ ๐๐ ๐ ๐
Penyelesaian: Diberikan ๐๐ = ๐ฟ, โ๐ akan ditunjukkan ๐๐+1 = ๐ ๐๐
๐ ๐ โ1 /๐
๐ ๐
. Misalkan
๐
๐ ๐๐โ๐
๐๐+1 = ๐ฟ ๐=0
di mana ๐ bilangan positif dan ๐๐ โ 0, โ๐. Misalkan juga ๐ ๐ adalah akar positif dari persamaan ๐
๐๐,๐ ๐ = ๐
๐ +1
๐ ๐ = 0
โ๐ ๐=0
maka dari Teorema 11 diperoleh lim
๐โโ
Dengan demikian (iv) terbukti.
๐๐+1 = ๐ฟ ๐๐ ๐ ๐
๐ ๐ โ1 /๐
.
Karena (i), (ii), (iii), dan (iv) terbukti, dengan demikian Teorema 12 terbukti.
36
37
Lampiran 2 Program dengan Metode Newton-Raphson Metode Newton-Raphson untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.1. Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% -----------------------------% Program Metode Newton-Raphson % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % -----------------------------clear all; clc; disp ('-------------------------------'); disp ('Program metode Newton-Raphson'); disp ('-------------------------------'); x0=0.1; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; %fungsi f(x)terhadap x0 gx0=2.*(x0+1).*(exp(x0.^2-2))+2.*x0.*(exp(x0.^2-2)).*(x0+1).^2; %turunan fungsi f(x)terhadap x0 akar=[]; for i=1:N, x=x0-(fx0/gx0); %iterasi untuk menghitung akar x fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; %fungsi f(x) gx=2.*(x+1).*(exp(x.^2-2))+2.*x.*(exp(x.^2-2)).*(x+1).^2; %turunan f(x) s=abs(x-x0); akar=[akar;i x s]; %tampilan hasil akar if (abs(x-x0)
Tampilan dalam Command Window: >> newton ------------------------------Program metode Newton-Raphson ------------------------------>> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000 8.000000000000000 9.000000000000000 10.000000000000000 11.000000000000000 12.000000000000000 13.000000000000000 14.000000000000000
2.600218575884343 2.426600259970995 2.242991672103380 2.047916317598964 1.840004601601038 1.618989165091132 1.388668006975518 1.164100012889030 0.981747018725197 0.886763397414741 0.867518289880120 0.866874231824007 0.866873543488470 0.866873543487685
2.500218575884343 0.173618315913348 0.183608587867615 0.195075354504416 0.207911715997926 0.221015436509906 0.230321158115614 0.224567994086488 0.182352994163833 0.094983621310456 0.019245107534621 0.000644058056113 0.000000688335537 0.000000000000785
37
38
Lampiran 3 Program dengan Metode Tali Busur Program metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.1 dan ๐ฅ1 = 0.2 Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% ------------------------% Program metode tali busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------'); disp ('Program metode tali busur'); disp ('--------------------------'); x0=0.1; x1=0.2; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; q0=fx0; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; q1=fx1; gx0=q1-q0; hx0=x1-x0; akar=[]; for i=1:N, x=x1-(q1.*hx0)/gx0; fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=fx-q1; hx=x-x1; s=abs(x-x1); akar=[akar; i x s]; if (abs(x-x1)
Tampilan dalam Command Window: -------------------------Program metode tali busur ------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000 8.000000000000000 9.000000000000000 10.000000000000000 11.000000000000000 12.000000000000000 13.000000000000000 14.000000000000000 15.000000000000000 16.000000000000000 17.000000000000000 18.000000000000000 19.000000000000000 20.000000000000000 21.000000000000000 22.000000000000000 23.000000000000000 24.000000000000000
2.329480661498825 0.204979952966205 0.209935202802368 2.068405703134396 0.226008365937093 0.241802415334364 1.954771393830092 0.266632050737302 0.290734393114400 1.777893597293117 0.336743183019225 0.379866446228140 1.509250575181494 0.478826798989551 0.560289104098675 1.128268818527795 0.739670411338161 0.816297150429572 0.878330886413819 0.865898622003941 0.866855118153935 0.866873573260298 0.866873543486776 0.866873543487685
2.129480661498825 2.124500708532620 0.004955249836163 1.858470500332028 1.842397337197304 0.015794049397271 1.712968978495728 1.688139343092790 0.024102342377099 1.487159204178716 1.441150414273891 0.043123263208915 1.129384128953354 1.030423776191944 0.081462305109124 0.567979714429120 0.388598407189634 0.076626739091411 0.062033735984248 0.012432264409878 0.000956496149994 0.000018455106364 0.000000029773523 0.000000000000909
38
40
Lampiran 4 Program dengan Generalisasi Metode Tali Busur Program generalisasi metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ dengan nilai awal ๐ฅ0 = 0.1 dan ๐ฅ1 = 0.2 Dalam M-File:
2 โ2
โ1
% ----------------------------------------------% Program Generalisasi Metode Tali Busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ----------------------------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------------------------------------'); disp ('Program generalisasi metode tali busur'); disp ('--------------------------------------------------------'); x0=0.1; x1=0.2; %memilih hampiran awal N=100; T=10.^-10; %N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; %nilai f(x) gx0=(fx0-fx1)/(x0-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x0,x1] x2=x1-(fx1/gx0); fx2=((x2+1).^2).*(exp(x2.^2-2))-1; gx1=(fx2-fx1)/(x2-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x2,x1] hx0=(gx1-gx0)/(x2-x0); %nilai selisih terbagi kedua f[x2,x1,x0] px0=gx1+(hx0.*(x2-x1)); akar=[]; for i=1:N, x=x2-(fx2/px0); fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=(fx-fx2)/(x-x2); hx=gx-gx1/x-x1; px=gx+(hx.*(x-x2)); s=abs(x-x2); akar=[akar; i x s]; if abs(x-x2)
Tampilan dalam Command Window: >> generalisasi -------------------------------------------------------Program generalisasi metode tali busur ------------------------------------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 1.241618118582198 1.087862542916627 2.000000000000000 1.222380906028619 0.019237212553579 3.000000000000000 1.091121603581428 0.131259302447191 4.000000000000000 0.976234727891453 0.114886875689975 5.000000000000000 0.908803572894221 0.067431154997232 6.000000000000000 0.875828727133999 0.032974845760222 7.000000000000000 0.867664390677719 0.008164336456280 8.000000000000000 0.866888736538335 0.000775654139384 9.000000000000000 0.866873569065500 0.000015167472835 10.000000000000000 0.866873543488509 0.000000025576992 11.0000000000000000 0.866873543487685 0.000000000000824
40
40
Lampiran 5 Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ Metode Newton-Raphson untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.2. Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% -----------------------------% Program Metode Newton-Raphson % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % -----------------------------clear all; clc; disp ('-------------------------------'); disp ('Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.2'); disp ('-------------------------------'); x0=0.2; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; %fungsi f(x)terhadap x0 gx0=2.*(x0+1).*(exp(x0.^2-2))+2.*x0.*(exp(x0.^2-2)).*(x0+1).^2; %turunan fungsi f(x)terhadap x0 akar=[]; for i=1:N, x=x0-(fx0/gx0); %iterasi untuk menghitung akar x fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; %fungsi f(x) gx=2.*(x+1).*(exp(x.^2-2))+2.*x.*(exp(x.^2-2)).*(x+1).^2; %turunan f(x) s=abs(x-x0); akar=[akar;i x s]; %tampilan hasil akar if (abs(x-x0)
Tampilan dalam Command Window: ------------------------------Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.2 ------------------------------>> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000 8.000000000000000 9.000000000000000 10.000000000000000 11.000000000000000
2.101655599851019 1.897302776402499 1.679696556361177 1.451053648263684 1.222381840244686 1.023785209954342 0.902730433614113 0.868941553083035 0.866880616716863 0.866873543570572 0.866873543487685
1.901655599851019 0.204352823448520 0.217606220041322 0.228642908097493 0.228671808018998 0.198596630290344 0.121054776340229 0.033788880531078 0.002060936366173 0.000007073146291 0.000000000082887
40
41
Lampiran 6 Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ Metode Newton-Raphson untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.3. Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% -----------------------------% Program Metode Newton-Raphson % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % -----------------------------clear all; clc; disp ('-------------------------------'); disp ('Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.3'); disp ('-------------------------------'); x0=0.3; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; %fungsi f(x)terhadap x0 gx0=2.*(x0+1).*(exp(x0.^2-2))+2.*x0.*(exp(x0.^2-2)).*(x0+1).^2; %turunan fungsi f(x)terhadap x0 akar=[]; for i=1:N, x=x0-(fx0/gx0); %iterasi untuk menghitung akar x fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; %fungsi f(x) gx=2.*(x+1).*(exp(x.^2-2))+2.*x.*(exp(x.^2-2)).*(x+1).^2; %turunan f(x) s=abs(x-x0); akar=[akar;i x s]; %tampilan hasil akar if (abs(x-x0)
Tampilan dalam Command Window: ------------------------------Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.3 ------------------------------>> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000 8.000000000000000 9.000000000000000 10.000000000000000
1.700965356538817 1.473104246569059 1.243520341119593 1.040093685166183 0.909994301397412 0.869846441718644 0.866888150060895 0.866873543841149 0.866873543487685 0.866873543487685
1.400965356538817 0.227861109969759 0.229583905449466 0.203426655953410 0.130099383768771 0.040147859678769 0.002958291657749 0.000014606219746 0.000000000353464 0.000000000000000
41
42
Lampiran 7 Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ Metode Newton-Raphson untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.4. Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% -----------------------------% Program Metode Newton-Raphson % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % -----------------------------clear all; clc; disp ('-------------------------------'); disp ('Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.4'); disp ('-------------------------------'); x0=0.4; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; %fungsi f(x)terhadap x0 gx0=2.*(x0+1).*(exp(x0.^2-2))+2.*x0.*(exp(x0.^2-2)).*(x0+1).^2; %turunan fungsi f(x)terhadap x0 akar=[]; for i=1:N, x=x0-(fx0/gx0); %iterasi untuk menghitung akar x fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; %fungsi f(x) gx=2.*(x+1).*(exp(x.^2-2))+2.*x.*(exp(x.^2-2)).*(x+1).^2; %turunan f(x) s=abs(x-x0); akar=[akar;i x s]; %tampilan hasil akar if (abs(x-x0)
Tampilan dalam Command Window: ------------------------------Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.4 ------------------------------>> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000 8.000000000000000
1.392797220931011 1.167880830590423 0.984333156493182 0.887625011760497 0.867574861053666 0.866874357876872 0.866873543488783 0.866873543487685
0.992797220931011 0.224916390340589 0.183547674097240 0.096708144732685 0.020050150706832 0.000700503176794 0.000000814388089 0.000000000001099
42
43
Lampiran 8 Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ Metode Newton-Raphson untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.5. Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% -----------------------------% Program Metode Newton-Raphson % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % -----------------------------clear all; clc; disp ('-------------------------------'); disp ('Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.5'); disp ('-------------------------------'); x0=0.5; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; %fungsi f(x)terhadap x0 gx0=2.*(x0+1).*(exp(x0.^2-2))+2.*x0.*(exp(x0.^2-2)).*(x0+1).^2; %turunan fungsi f(x)terhadap x0 akar=[]; for i=1:N, x=x0-(fx0/gx0); %iterasi untuk menghitung akar x fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; %fungsi f(x) gx=2.*(x+1).*(exp(x.^2-2))+2.*x.*(exp(x.^2-2)).*(x+1).^2; %turunan f(x) s=abs(x-x0); akar=[akar;i x s]; %tampilan hasil akar if (abs(x-x0)
Tampilan dalam Command Window: ------------------------------Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.5 ------------------------------>> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000
1.167543366858235 0.984101485737480 0.887547158385979 0.867569653356194 0.866874345830584 0.866873543488751 0.866873543487685
0.667543366858234 0.183441881120754 0.096554327351501 0.019977505029785 0.000695307525610 0.000000802341833 0.000000000001066
43
44
Lampiran 9 Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ Metode Newton-Raphson untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.6. Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% -----------------------------% Program Metode Newton-Raphson % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % -----------------------------clear all; clc; disp ('-------------------------------'); disp ('Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.6'); disp ('-------------------------------'); x0=0.6; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; %fungsi f(x)terhadap x0 gx0=2.*(x0+1).*(exp(x0.^2-2))+2.*x0.*(exp(x0.^2-2)).*(x0+1).^2; %turunan fungsi f(x)terhadap x0 akar=[]; for i=1:N, x=x0-(fx0/gx0); %iterasi untuk menghitung akar x fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; %fungsi f(x) gx=2.*(x+1).*(exp(x.^2-2))+2.*x.*(exp(x.^2-2)).*(x+1).^2; %turunan f(x) s=abs(x-x0); akar=[akar;i x s]; %tampilan hasil akar if (abs(x-x0)
Tampilan dalam Command Window:
------------------------------Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.6 ------------------------------>> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000
1.013770649272111 0.898557472264785 0.868493783931078 0.866877886910247 0.866873543518940 0.866873543487685
0.413770649272111 0.115213177007326 0.030063688333707 0.001615897020831 0.000004343391308 0.000000000031255
44
45
Lampiran 10 Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ Metode Newton-Raphson untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal๐ฅ0 = 0.7. Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% -----------------------------% Program Metode Newton-Raphson % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % -----------------------------clear all; clc; disp ('-------------------------------'); disp ('Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.7'); disp ('-------------------------------'); x0=0.7; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; %fungsi f(x)terhadap x0 gx0=2.*(x0+1).*(exp(x0.^2-2))+2.*x0.*(exp(x0.^2-2)).*(x0+1).^2; %turunan fungsi f(x)terhadap x0 akar=[]; for i=1:N, x=x0-(fx0/gx0); %iterasi untuk menghitung akar x fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; %fungsi f(x) gx=2.*(x+1).*(exp(x.^2-2))+2.*x.*(exp(x.^2-2)).*(x+1).^2; %turunan f(x) s=abs(x-x0); akar=[akar;i x s]; %tampilan hasil akar if (abs(x-x0)
Tampilan dalam Command Window:
------------------------------Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.7 ------------------------------>> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000
0.919813429265949 0.871318425532066 0.866906155762251 0.866873545249679 0.866873543487685 0.866873543487685
0.219813429265949 0.048495003733883 0.004412269769814 0.000032610512572 0.000000001761994 0.000000000000000
45
46
Lampiran 11 Program Metode Newton-Raphson dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ Metode Newton-Raphson untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.8. Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% -----------------------------% Program Metode Newton-Raphson % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % -----------------------------clear all; clc; disp ('-------------------------------'); disp ('Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.8'); disp ('-------------------------------'); x0=0.8; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; %fungsi f(x)terhadap x0 gx0=2.*(x0+1).*(exp(x0.^2-2))+2.*x0.*(exp(x0.^2-2)).*(x0+1).^2; %turunan fungsi f(x)terhadap x0 akar=[]; for i=1:N, x=x0-(fx0/gx0); %iterasi untuk menghitung akar x fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; %fungsi f(x) gx=2.*(x+1).*(exp(x.^2-2))+2.*x.*(exp(x.^2-2)).*(x+1).^2; %turunan f(x) s=abs(x-x0); akar=[akar;i x s]; %tampilan hasil akar if (abs(x-x0)
Tampilan dalam Command Window:
------------------------------Program metode Newton-Raphson untuk x0=0.8 ------------------------------>> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000
0.874703244739892 0.866974454313793 0.866873560356840 0.866873543487685 0.866873543487685
0.074703244739892 0.007728790426099 0.000100893956953 0.000000016869155 0.000000000000000
46
47
Lampiran 12 Program Metode Tali Busur dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ ๐๐๐ง ๐๐ = ๐. ๐ Program metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.2 dan ๐ฅ1 = 0.3 Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% ------------------------% Program metode tali busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------'); disp ('Program metode tali busur untuk x0=0.2 dan x1=0.3'); disp ('--------------------------'); x0=0.2; x1=0.3; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; q0=fx0; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; q1=fx1; gx0=q1-q0; hx0=x1-x0; akar=[]; for i=1:N, x=x1-(q1.*hx0)/gx0; fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=fx-q1; hx=x-x1; s=abs(x-x1); akar=[akar;i x s]; if (abs(x-x1)
Tampilan dalam Command Window: -------------------------Program metode tali busur untuk x0=0.2 dan x1=0.3 ------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000 8.000000000000000 9.000000000000000 10.000000000000000 11.000000000000000 12.000000000000000 13.000000000000000 14.000000000000000 15.000000000000000 16.000000000000000
1.881080682254595 0.330862427429321 0.360442265680606 1.548671280222205 0.450894650210092 0.527512845331708 1.184589767948802 0.700775299635268 0.788459250941773 0.890707831032499 0.863713122092770 0.866749825492460 0.866874192151602 0.866873543354722 0.866873543487685 0.866873543487685
1.581080682254594 1.550218254825274 0.029579838251286 1.188229014541599 1.097776630012113 0.076618195121615 0.657076922617095 0.483814468313535 0.087683951306506 0.102248580090726 0.026994708939729 0.003036703399689 0.000124366659142 0.000000648796880 0.000000000132962 0.000000000000000
47
48
Lampiran 13 Program Metode Tali Busur dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ ๐๐๐ง ๐๐ = ๐. ๐ Program metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.3 dan ๐ฅ1 = 0.4 Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% ------------------------% Program metode tali busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------'); disp ('Program metode tali busur untuk x0=0.3 dan x1=0.4'); disp ('--------------------------'); x0=0.3; x1=0.4; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; q0=fx0; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; q1=fx1; gx0=q1-q0; hx0=x1-x0; akar=[]; for i=1:N, x=x1-(q1.*hx0)/gx0; fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=fx-q1; hx=x-x1; s=abs(x-x1); akar=[akar;i x s]; if (abs(x-x1)
Tampilan dalam Command Window: -------------------------Program metode tali busur untuk x0=0.3 dan x1=0.4 ------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000 8.000000000000000 9.000000000000000 10.000000000000000 11.000000000000000 12.000000000000000
1.528559038077313 0.489960956821234 0.564867472891995 1.115467924575956 0.746861969904282 0.821252079964087 0.876575989410998 0.866129699625391 0.866861631016634 0.866873558172654 0.866873543487395 0.866873543487685
1.128559038077313 1.038598081256079 0.074906516070762 0.550600451683961 0.368605954671674 0.074390110059805 0.055323909446911 0.010446289785607 0.000731931391243 0.000011927156020 0.000000014685259 0.000000000000290
48
48
Lampiran 14 Program Metode Tali Busur dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ ๐๐๐ง ๐๐ = ๐. ๐ Program metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.4 dan ๐ฅ1 = 0.5 Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% ------------------------% Program metode tali busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------'); disp ('Program metode tali busur untuk x0=0.4 dan x1=0.5'); disp ('--------------------------'); x0=0.4; x1=0.5; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; q0=fx0; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; q1=fx1; gx0=q1-q0; hx0=x1-x0; akar=[]; for i=1:N, x=x1-(q1.*hx0)/gx0; fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=fx-q1; hx=x-x1; s=abs(x-x1); akar=[akar;i x s]; if (abs(x-x1)
Tampilan dalam Command Window: -------------------------Program metode tali busur untuk x0=0.4 dan x1=0.5 ------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000 8.000000000000000 9.000000000000000 10.000000000000000
1.264037893759006 0.653192020706219 0.745682459676815 0.916049672011209 0.856759459813652 0.866063272995434 0.866887181823882 0.866873525173477 0.866873543487271 0.866873543487685
0.764037893759006 0.610845873052787 0.092490438970596 0.170367212334394 0.059290212197557 0.009303813181782 0.000823908828448 0.000013656650405 0.000000018313794 0.000000000000414
48
50
Lampiran 15 Program Metode Tali Busur dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ ๐๐๐ง ๐๐ = ๐. ๐ Program metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.5 dan ๐ฅ1 = 0.6 Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% ------------------------% Program metode tali busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------'); disp ('Program metode tali busur untuk x0=0.5 dan x1=0.6'); disp ('--------------------------'); x0=0.5; x1=0.6; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; q0=fx0; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; q1=fx1; gx0=q1-q0; hx0=x1-x0; akar=[]; for i=1:N, x=x1-(q1.*hx0)/gx0; fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=fx-q1; hx=x-x1; s=abs(x-x1); akar=[akar;i x s]; if (abs(x-x1)
Tampilan dalam Command Window: -------------------------Program metode tali busur untuk x0=0.5 dan x1=0.6 ------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000 8.000000000000000 9.000000000000000
1.076726174854415 0.775937609975672 0.837311241796227 0.871551077038735 0.866642140143566 0.866871753535173 0.866873544173973 0.866873543487683 0.866873543487685
0.476726174854415 0.300788564878743 0.061373631820555 0.034239835242508 0.004908936895169 0.000229613391607 0.000001790638800 0.000000000686291 0.000000000000002
50
51
Lampiran 16 Program Metode Tali Busur dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ ๐๐๐ง ๐๐ = ๐. ๐ Program metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.6 dan ๐ฅ1 = 0.7 Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% ------------------------% Program metode tali busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------'); disp ('Program metode tali busur untuk x0=0.6 dan x1=0.7'); disp ('--------------------------'); x0=0.6; x1=0.7; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; q0=fx0; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; q1=fx1; gx0=q1-q0; hx0=x1-x0; akar=[]; for i=1:N, x=x1-(q1.*hx0)/gx0; fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=fx-q1; hx=x-x1; s=abs(x-x1); akar=[akar;i x s]; if (abs(x-x1)
Tampilan dalam Command Window: -------------------------Program metode tali busur untuk x0=0.6 dan x1=0.7 ------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000 8.000000000000000
0.954912435147587 0.842044511400741 0.863354253966290 0.867020001111578 0.866872688372952 0.866873543280210 0.866873543487685 0.866873543487685
0.254912435147587 0.112867923746846 0.021309742565548 0.003665747145288 0.000147312738626 0.000000854907258 0.000000000207474 0.000000000000000
51
52
Lampiran 17 Program Metode Tali Busur dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ ๐๐๐ง ๐๐ = ๐. ๐ Program metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ awal ๐ฅ0 = 0.7 dan ๐ฅ1 = 0.8 Dalam M-File:
2 โ2
โ 1 dengan nilai
% ------------------------% Program metode tali busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------'); disp ('Program metode tali busur untuk x0=0.7 dan x1=0.8'); disp ('--------------------------'); x0=0.7; x1=0.8; %pilih nilai hampiran awal N=100; T=10^-10; %pilih N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; q0=fx0; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; q1=fx1; gx0=q1-q0; hx0=x1-x0; akar=[]; for i=1:N, x=x1-(q1.*hx0)/gx0; fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=fx-q1; hx=x-x1; s=abs(x-x1); akar=[akar;i x s]; if (abs(x-x1)
Tampilan dalam Command Window: -------------------------Program metode tali busur untuk x0=0.7 dan x1=0.8 ------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000
0.887195516470864 0.864581776901575 0.866796963635153 0.866873834534596 0.866873543450758 0.866873543487685
0.087195516470864 0.022613739569289 0.002215186733578 0.000076870899443 0.000000291083838 0.000000000036927
52
53
Lampiran 18 Program dengan Generalisasi Metode Tali Busur dengan Nilai Awal ๐๐ = ๐. ๐ dan ๐๐ = ๐. ๐ Program generalisasi metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ dengan nilai awal ๐ฅ0 = 0.2 dan ๐ฅ1 = 0.3 Dalam M-File:
2 โ2
โ1
% ----------------------------------------------% Program Generalisasi Metode Tali Busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ----------------------------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------------------------------------'); disp ('Program generalisasi metode tali busur untuk x0=0.2 dan x1=0.3'); disp ('--------------------------------------------------------'); x0=0.2; x1=0.3; %memilih hampiran awal N=100; T=10.^-10; %N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; %nilai f(x) gx0=(fx0-fx1)/(x0-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x0,x1] x2=x1-(fx1/gx0); fx2=((x2+1).^2).*(exp(x2.^2-2))-1; gx1=(fx2-fx1)/(x2-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x2,x1] hx0=(gx1-gx0)/(x2-x0); %nilai selisih terbagi kedua f[x2,x1,x0] px0=gx1+(hx0.*(x2-x1)); akar=[]; for i=1:N, x=x2-(fx2/px0); fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=(fx-fx2)/(x-x2); hx=gx-gx1/x-x1; px=gx+(hx.*(x-x2)); s=abs(x-x2); akar=[akar; i x s]; if abs(x-x2)
Tampilan dalam Command Window: -------------------------------------------------------Program generalisasi metode tali busur untuk x0=0.2 dan x1=0.3 ------------------------------------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000 8.000000000000000 9.000000000000000 10.000000000000000
1.074580877621760 1.043516668214085 0.942044197078026 0.889758905463771 0.870403897901499 0.867046143618554 0.866874846634216 0.866873543965297 0.866873543487686 0.866873543487685
0.806499804632834 0.031064209407676 0.101472471136059 0.052285291614255 0.019355007562273 0.003357754282945 0.000171296984338 0.000001302668918 0.000000000477611 0.000000000000001
53
54
Lampiran 19 Program dengan Generalisasi Metode Tali Busur dengan Nilai awal ๐๐ = ๐. ๐ dan ๐๐ = ๐. ๐ Program generalisasi metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ dengan nilai awal ๐ฅ0 = 0.3 dan ๐ฅ1 = 0.4 Dalam M-File:
2 โ2
โ1
% ----------------------------------------------% Program Generalisasi Metode Tali Busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ----------------------------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------------------------------------'); disp ('Program generalisasi metode tali busur untuk x0=0.3 dan x1=0.4'); disp ('--------------------------------------------------------'); x0=0.3; x1=0.4; %memilih hampiran awal N=100; T=10.^-10; %N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; %nilai f(x) gx0=(fx0-fx1)/(x0-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x0,x1] x2=x1-(fx1/gx0); fx2=((x2+1).^2).*(exp(x2.^2-2))-1; gx1=(fx2-fx1)/(x2-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x2,x1] hx0=(gx1-gx0)/(x2-x0); %nilai selisih terbagi kedua f[x2,x1,x0] px0=gx1+(hx0.*(x2-x1)); akar=[]; for i=1:N, x=x2-(fx2/px0); fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=(fx-fx2)/(x-x2); hx=gx-gx1/x-x1; px=gx+(hx.*(x-x2)); s=abs(x-x2); akar=[akar; i x s]; if abs(x-x2)
Tampilan dalam Command Window: -------------------------------------------------------Program generalisasi metode tali busur untuk x0=0.3 dan x1=0.4 ------------------------------------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000 8.000000000000000
0.965748878703760 0.934734594405536 0.882599875476789 0.869007963080974 0.866945836011143 0.866873872714542 0.866873543538188 0.866873543487685
0.562810159373553 0.031014284298224 0.052134718928747 0.013591912395816 0.002062127069831 0.000071963296601 0.000000329176355 0.000000000050503
54
55
Lampiran 20 Program dengan Generalisasi Metode Tali Busur dengan Nilai awal ๐๐ = ๐. ๐ dan ๐๐ = ๐. ๐ Program generalisasi metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ dengan nilai awal ๐ฅ0 = 0.4 dan ๐ฅ1 = 0.5 Dalam M-File:
2 โ2
โ1
% ----------------------------------------------% Program Generalisasi Metode Tali Busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ----------------------------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------------------------------------'); disp ('Program generalisasi metode tali busur untuk x0=0.4 dan x1=0.5'); disp ('--------------------------------------------------------'); x0=0.4; x1=0.5; %memilih hampiran awal N=100; T=10.^-10; %N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; %nilai f(x) gx0=(fx0-fx1)/(x0-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x0,x1] x2=x1-(fx1/gx0); fx2=((x2+1).^2).*(exp(x2.^2-2))-1; gx1=(fx2-fx1)/(x2-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x2,x1] hx0=(gx1-gx0)/(x2-x0); %nilai selisih terbagi kedua f[x2,x1,x0] px0=gx1+(hx0.*(x2-x1)); akar=[]; for i=1:N, x=x2-(fx2/px0); fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=(fx-fx2)/(x-x2); hx=gx-gx1/x-x1; px=gx+(hx.*(x-x2)); s=abs(x-x2); akar=[akar; i x s]; if abs(x-x2)
Tampilan dalam Command Window: -------------------------------------------------------Program generalisasi metode tali busur untuk x0=0.4 dan x1=0.5 ------------------------------------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000
0.906183265861903 0.886198122617135 0.868718016692311 0.866948698593440 0.866873839991434 0.866873543534960 0.866873543487685
0.357854627897103 0.019985143244768 0.017480105924825 0.001769318098871 0.000074858602006 0.000000296456473 0.000000000047276
55
56
Lampiran 21 Program dengan Generalisasi Metode Tali Busur dengan Nilai awal ๐๐ = ๐. ๐ dan ๐๐ = ๐. ๐ Program generalisasi metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ dengan nilai awal ๐ฅ0 = 0.5 dan ๐ฅ1 = 0.6 Dalam M-File:
2 โ2
โ1
% ----------------------------------------------% Program Generalisasi Metode Tali Busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ----------------------------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------------------------------------'); disp ('Program generalisasi metode tali busur untuk x0=0.5 dan x1=0.6'); disp ('--------------------------------------------------------'); x0=0.5; x1=0.6; %memilih hampiran awal N=100; T=10.^-10; %N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; %nilai f(x) gx0=(fx0-fx1)/(x0-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x0,x1] x2=x1-(fx1/gx0); fx2=((x2+1).^2).*(exp(x2.^2-2))-1; gx1=(fx2-fx1)/(x2-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x2,x1] hx0=(gx1-gx0)/(x2-x0); %nilai selisih terbagi kedua f[x2,x1,x0] px0=gx1+(hx0.*(x2-x1)); akar=[]; for i=1:N, x=x2-(fx2/px0); fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=(fx-fx2)/(x-x2); hx=gx-gx1/x-x1; px=gx+(hx.*(x-x2)); s=abs(x-x2); akar=[akar; i x s]; if abs(x-x2)
Tampilan dalam Command Window: -------------------------------------------------------Program generalisasi metode tali busur untuk x0=0.5 dan x1=0.6 ------------------------------------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000 7.000000000000000
0.879039878992060 0.870574101058010 0.866979295814307 0.866874374953973 0.866873543674432 0.866873543487685 0.866873543487685
0.197686295862355 0.008465777934050 0.003594805243703 0.000104920860334 0.000000831279541 0.000000000186747 0.000000000000000
56
58
Lampiran 22 Program dengan Generalisasi Metode Tali Busur dengan Nilai awal ๐๐ = ๐. ๐ dan ๐๐ = ๐. ๐ Program generalisasi metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ dengan nilai awal ๐ฅ0 = 0.6 dan ๐ฅ1 = 0.7 Dalam M-File:
2 โ2
โ1
% ----------------------------------------------% Program Generalisasi Metode Tali Busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ----------------------------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------------------------------------'); disp ('Program generalisasi metode tali busur untuk x0=0.6 dan x1=0.7'); disp ('--------------------------------------------------------'); x0=0.6; x1=0.7; %memilih hampiran awal N=100; T=10.^-10; %N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; %nilai f(x) gx0=(fx0-fx1)/(x0-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x0,x1] x2=x1-(fx1/gx0); fx2=((x2+1).^2).*(exp(x2.^2-2))-1; gx1=(fx2-fx1)/(x2-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x2,x1] hx0=(gx1-gx0)/(x2-x0); %nilai selisih terbagi kedua f[x2,x1,x0] px0=gx1+(hx0.*(x2-x1)); akar=[]; for i=1:N, x=x2-(fx2/px0); fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=(fx-fx2)/(x-x2); hx=gx-gx1/x-x1; px=gx+(hx.*(x-x2)); s=abs(x-x2); akar=[akar; i x s]; if abs(x-x2)
Tampilan dalam Command Window: -------------------------------------------------------Program generalisasi metode tali busur untuk x0=0.6 dan x1=0.7 ------------------------------------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000 6.000000000000000
0.869277737355401 0.867229739495510 0.866875453580794 0.866873544931097 0.866873543487691 0.866873543487685
0.085634697792186 0.002047997859891 0.000354285914716 0.000001908649697 0.000000001443406 0.000000000000006
58
57
Lampiran 23 Program dengan Generalisasi Metode Tali Busur dengan Nilai awal ๐๐ = ๐. ๐ dan ๐๐ = ๐. ๐ Program generalisasi metode Tali Busur untuk menentukan akar persamaan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ + 1 ๐ ๐ฅ dengan nilai awal ๐ฅ0 = 0.7 dan ๐ฅ1 = 0.8 Dalam M-File:
2 โ2
โ1
% ----------------------------------------------% Program Generalisasi Metode Tali Busur % Matlab Programming % Oleh : Sunarsih % ----------------------------------------------clear all; clc; disp ('--------------------------------------------------------'); disp ('Program generalisasi metode tali busur untuk x0=0.7 dan x1=0.8'); disp ('--------------------------------------------------------'); x0=0.7; x1=0.8; %memilih hampiran awal N=100; T=10.^-10; %N=banyaknya iterasi dan T=batas Toleransi fx0=((x0+1).^2).*(exp(x0.^2-2))-1; fx1=((x1+1).^2).*(exp(x1.^2-2))-1; %nilai f(x) gx0=(fx0-fx1)/(x0-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x0,x1] x2=x1-(fx1/gx0); fx2=((x2+1).^2).*(exp(x2.^2-2))-1; gx1=(fx2-fx1)/(x2-x1); %nilai selisih terbagi pertama f[x2,x1] hx0=(gx1-gx0)/(x2-x0); %nilai selisih terbagi kedua f[x2,x1,x0] px0=gx1+(hx0.*(x2-x1)); akar=[]; for i=1:N, x=x2-(fx2/px0); fx=((x+1).^2).*(exp(x.^2-2))-1; gx=(fx-fx2)/(x-x2); hx=gx-gx1/x-x1; px=gx+(hx.*(x-x2)); s=abs(x-x2); akar=[akar; i x s]; if abs(x-x2)
Tampilan dalam Command Window: -------------------------------------------------------Program generalisasi metode tali busur untuk x0=0.7 dan x1=0.8 ------------------------------------------------------->> akar akar = 1.000000000000000 2.000000000000000 3.000000000000000 4.000000000000000 5.000000000000000
0.867019139422939 0.866879283798083 0.866873545281227 0.866873543487707 0.866873543487685
0.020176377047925 0.000139855624856 0.000005738516857 0.000000001793520 0.000000000000022
57