GANGGUAN POLA TIDUR DAN PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH 9-12 TAHUN Sinta Dewi1, Astuti Yuni Nursasi2 1.
Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat-16424, Indonesia 2. Dosen Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat-16424, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Gangguan pola tidur merupakan suatu kondisi terganggunya tidur seseorang yang dapat mempengaruhi aktivitas. Anak usia sekolah memiliki pola tidur yang berbeda-beda tiap individunya. Pola tidur yang terganggu dapat mempengaruhi prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan gangguan pola tidur dengan prestasi belajar pada anak usia sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah desain analitik untuk melihat adanya hubungan antara pola tidur dengan prestasi belajar. Pendekatan yang digunakan adalah cross-sectional dan menggunakan sampel siswa sekolah dasar sebanyak 79 responden dengan pengambilan teknik random sampling. Analisa uji Pearson Correlation yang dilakukan menghasilkan adanya hubungan yang lemah dan berpola negatif (p = 0,021, r = -0,259). Hasil penelitian ini berarti semakin tinggi gangguan pola tidur atau skor pola tidur yang dialami anak maka semakin rendah prestasi belajar yang didapat. Perawat dapat memberikan konseling kepada orang tua, sekolah, ataupun siswa terkait pemenuhan kebutuhan tidur anak usia sekolah serta upaya meningkatkan prestasi belajar dan mengatasi kesulitan belajar pada anak. Kata kunci: anak usia sekolah; pola tidur; prestasi belajar; siswa
Sleep Pattern Disorders and Academic Achievement in School-Aged Children 9-12 Years Old Abstract Sleep pattern disorder is a situation when someone had disturbed in sleep habit that could influence their activities. Each school’s ages has a different sleep pattern each others. The disorder of sleep pattern will influence the academic achievement. This research aims to indentify the correlation between sleep pattern disorders to academic achievement during school’s ages. The research using analytic design method in order to finding out the connection between sleep patterns and academic achievements. The analytic design concerns to cross-sectional and applied to 79 samples of Elementary School’s students that were identified by simple random sampling technique. Pearson correlation resulted that there is a weak correlation and negative pattern (p = 0,021, r = -0,259). This result has a meaning that more high the sleep patterns disorder or the score that happened to the child, it will more less the academic achievements their get. The nurse may provide consultation to parents, school, or elementary students in order to get better sleep pattern as well as to increase the academic achievement. Keywords: academic achievement; school’s ages; sleep patterns; students
Dewi, FIK-UI, 2013 Gangguan pola..., Sinta
Pendahuluan Tidur memiliki fungsi dalam perbaikan dan pertumbuhan, konsolidasi memori, serta dalam proses penyembuhan (Curcio, Ferrara, & Gennaro, 2006). Hal ini membuktikan bahwa tidur memiliki peranan penting dalam proses belajar dimana diperlukan adanya konsolidasi memori dalam mengingat hasil pembelajaran. Anak usia sekolah memiliki waktu tidur normal yang cukup panjang yaitu sekitar 10 jam per hari (Kozier, Erb, & Berman, 2002). Sehingga jika mereka memiliki gangguan dalam pola tidur mereka tersebut, maka dapat mempengaruhi aktivitas kesehariannya salah satunya proses belajar untuk meningkatkan prestasi belajar. BaHammam, Al-Faris, Shaikh, dan Saeed (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa siswa dengan prestasi unggul, sekitar 64.1% mengatakan bahwa mereka tidak melawan waktu tidur mereka atau tidur dengan jumlah waktu yang normal. Sisa dari responden yaitu sekitar 35.9% melawan waktu tidur mereka atau jumlah waktu tidur mereka tidak sesuai dengan kebutuhan normal. Sehingga didapatkan mayoritas dari responden yang berprestasi unggul memiliki jumlah waktu tidur sesuai dengan kebutuhan normal mereka. Penelitian yang sama juga menemukan bahwa mayoritas dari responden siswa unggul (98,9%) tidak tertidur di kelas. Hal ini menjelaskan bahwa siswa dengan prestasi unggul mayoritas memiliki jumlah waktu tidur yang cukup dan tidak terjadi pengaruh terhadap gangguan pola tidur seperti tidur ketika berada di kelas. Penelitian sebelumnya melatarbelakangi peneliti untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola tidur terhadap prestasi belajar anak usia sekolah? serta melihat seberapa eratkah hubungan tersebut sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar anak usia sekolah. Tinjauan Teoritis Tidur yang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia pastinya memiliki fungsi atau manfaat tidur yang sangat berguna bagi manusia. Kegunaan tidur sendiri sebenarnya masih belum jelas, Oswald (1984) dan Anch (1988) dalam Fundamental Keperawatan (2006) mengatakan bahwa tidur dipercaya dapat mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis.
Dewi, FIK-UI, 2013 Gangguan pola..., Sinta
Berikut ini merupakan beberapa fungsi tidur: 1) Tidur dapat memelihara fungsi jantung. Selama tidur, laju denyut jantung akan menurun sampai 60 denyut per menit atau lebih rendah (Potter et al., 2006). 2) Tidur dapat melepaskan hormon pertumbuhan. Hal ini terjadi selama dalam tahap 4 NREM dengan memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak (Horne, 1983; Mandleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm, 1988). Selain itu hormon pertumbuhan ini juga dikatakan sebagai suatu promotor sintesis protein yang dapat berguna bagi pembaharuan jaringan seperti kulit, sumsum tulang, mukosa lambung, atau otak (Oswald, 1984 dalam Fundamental Keperawatan, 2006). 3) Tidur sebagai proses tubuh menyimpan energi. Tidur akan membuat otot seklet berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot sehingga dapat menyimpan energi kimia. Selain itu, tubuh juga dapat memiliki persediaan energi karena adanya penurunan laju metabolik basal (Anch et al., 1988 dalam Fundamental Keperawatan, 2006). 4) Tidur membantu pemulihan kognitif. Tidur pada periode REM akan menyebabkan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran karena selama tidur, otak akan menyaring informasi yang disimpan tentang aktivitas pada hari tersebut (Potter et al., 2006). Pola tidur merupakan suatu proses keseluruhan dari setiap fase-fase yang dilewati dalam tidur. Susunan di dalamnya harus terjadi adanya dua peristiwa tidur, yaitu REM dan NREM (Nadesul, 2009). Seseorang akan mengalami gangguan pola tidur apabila memiliki kondisi yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidurnya (Carpenito-Moyet, 2009). Kozier et al. (2002) menjelaskan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tidur. Jumlah waktu tidur pada anak usia sekolah saat ini banyak sekali berada kurang dari 9 jam per malamnya (Potts & Mandleco, 2012), dimana hal itu sangat kurang dari jumlah waktu tidur normal mereka yaitu sekitar 10 jam per malam (Kozier et al., 2002). Namun Wong menjelaskan bahwa jumlah tidur yang diperlukan pada anak usia sekolah sangatlah bersifat individual. Hal ini disebabkan oleh status aktivitas dan tingkat kesehatan anak yang berbedabeda. Anak usia sekolah biasanya tidak membutuhkan tidur siang. Pada usia 6 tahun, anak
Gangguan pola..., Sinta Dewi, FIK-UI, 2013
biasanya akan tidur malam sekitar 11 hingga 12 jam; sementara anak usia 11 tahun hanya tidur sekitar 9 sampai 10 jam (Wong, 1995 dalam Fundamental Keperawatan, 2006). Waktu tidur anak semakin berkurang seiringan dengan bertambahnya umur mereka. Anak usia 6 atau 7 tahun biasanya masih dapat dibujuk untuk tidur dengan mendorong anak untuk melakukan aktivitas yang tenang, lain halnya dengan anak yang usianya lebih tua. Anak akan lebih sering menolak untuk tidur karena ketidaksadaran mereka terhadap kelelahan atau karena kebutuhan mandiri mereka. Anak yang usianya lebih tua biasanya akan meminta waktu tidur yang lebih larut sebagai suatu simbol yang dominan dari anak yang lebih muda. Hal inilah yang menyebabkan orang tua hanya berhasil membuat anak tidur dengan menggunakan pendekatan yang tegas dan konsisten. Hak anak yang lebih tua untuk tidur larut juga tergantung terhadap keluhan mereka (Potter et al., 2006). Fungsi tidur dalam membantu pemulihan kognitif memiliki peranan penting dalam proses belajar. Pengertian belajar yang kita ketahui merupakan proses seseorang mencerna sesuatu yang baru saja mereka pelajari untuk dapat dijelaskan kembali ataupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu merupakan salah satu dampak dari perbuatan belajar yang dapat memberikan perubahan dalam aspek fisiologis dan psikologis (Sunaryo, 2002). Pendapat dari Ernest H. Hilgard yang dikutip oleh Sumadi S., (1984) dalam Psikologi untuk Keperawatan tahun 2002, “Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukannya sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu siatuasi daripada sebelum itu”. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa akan terjadi perubahan sikap atau perilaku ketika sebelumnya tidak bisa menjadi bisa. Apabila seseorang tidak belajar dengan baik, maka mereka akan menerima prestasi belajar yang buruk. Sedangkan apabila mereka belajar dengan baik, maka prestasi belajar mereka pun akan baik. Beberapa ahli dalam buku Bimbingan & Kons SMA Klas XI (2005) dikutip pendapatnya tentang prestasi belajar. a. Ngalim Purwanto (1978) yang menyatakan bahwa: “Prestasi belajar adalah hasil-hasil belajar yang diberikan guru kepada murid-murid atau dosen kepada mahasiswanya dalam jangka tertentu”. b. Pendapat Abu Ahmadi (1978) menyatakan: “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha (belajar) untuk mengadakan perubahan atau mencapai tujuan”.
Gangguan pola..., Sinta Dewi, FIK-UI, 2013
Pendapat dari kedua ahli tersebut menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan atau tujuan yang didapat akibat adanya hasil belajar yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Metode Penelitian Desain yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional study yaitu melihat hasil prestasi belajar siswa dengan mengamati kondisi pola tidur terkininya. Sampel yang digunakan adalah 79 responden yang merupakan anak usia sekolah dasar yang berusia antara 9-12 tahun dan berada pada kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar. Instrumen yang digunakan adalah instrumen yang merupakan modifikasi dari Pirtzburg Sleep Quality Index. Prosedur pengambilan data menggunakan kuesioner untuk melihat skor pola tidur siswa dan melihat hasil nilai rata-rata Ujian Tengah Semester (UTS) siswa yang didapatkan dari pihak sekolah. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan uji Pearson Correlation pada program statistik komputer. Lampiran Informed Consent disertakan dalam kuesioner sebagai etika penelitian dalam memberikan penjelasan terkait penelitian serta meminta persetujuan responden untuk mengisi kuesioner. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menemukan beberapa hasil, di antaranya adalah deskripsi karakteristik responden, pola tidur responden, prestasi belajar responden, serta hubungan pola tidur dengan prestasi belajar responden. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah dari sejumlah 79 responden dapat ditunjukkan deskripsi karakteristik responden seperti berikut: Tabel 1. Distribusi Karakteristik pada Anak Usia Sekolah berdasarkan Usia, Kelas, dan Jenis Kelamin (n=79) Variabel 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun Total
Kelas 4 L 0 9 1 1 11
Kelas 5 P 4 20 4 0 28
L 0 6 8 4 18
P 0 6 16 0 22
*L = Laki-laki P = Perempuan
Gangguan pola..., Sinta Dewi, FIK-UI, 2013
frekuensi 4 31 29 5 79
Tabel 1 menggambarkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkatan kelas. Responden perempuan banyak yang berusia muda (9 tahun) di kelas 4. Hal ini menunjukkan bahwa kesiapan untuk memulai pendidikan formal lebih banyak dimiliki oleh perempuan. Hal ini dapat disebabkan perkembangan fisik anak usia sekolah perempuan yang berkembang lebih cepat dibanding anak laki-laki, sehingga mereka dianggap sudah cukup besar untuk memulai pendidikan formal. Jumlah responden yang ditemukan dalam penelitian ini mayoritas adaah siswa perempuan. Selain itu, rentang usia yang paling banyak adalah usia 10-11 tahun. Penelitian Seo, Sung, Lee, Koo, Kim, Kim, Choi, dan Shin (2010) juga menemukan bahwa pada respnden mereka juga ditemukan siswa perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Kriteria umur yang ditemukan juga lebih banyak pada usia 10-11 tahun. Distribusi karakteristik pola tidur yang didapatkan dalam penelitian ini adalah: Tabel 2. Distribusi Nilai Rata-rata, Skor Minimum dan Maksimum Pola Tidur pada Anak Usia Sekolah (n=79) Variabel Pola tidur
x 6,57
SD 1,429
Min. 3
Maks. 11
Tabel 2 menunjukkan bahwa skor pola tidur rata-rata yang didapatkan adalah 6,57 dengan standar deviasi 1,429 Nilai minimum untuk skor pola tidur adalah 3 sedangkan nilai maksimum yang didapat adalah 11. Apabila dilakukan pengkategorian pada skor pola tidur yang didapat, maka dihasilkan distribusi data dari pengelompokkan siswa berdasarkan kategori pola tidur. Tabel 3. Distribusi Pola Tidur pada Anak Usia Sekolah berdasarkan Jenis Kelamin (n=79)
Pola Tidur Buruk Baik Jumlah
Jenis Kelamin L 16 13 29
Total
P 19 31 50
n 35 44 79
Gangguan pola..., Sinta Dewi, FIK-UI, 2013
% 44,3 55,7 100,0
Tabel 3. memperlihatkan distribusi pola tidur siswa berdasarkan jenis kelamin. Mayoritas siswa berjenis kelamin perempuan memiliki pola tidur yang baik, dibandingkan dengan siswa laki-laki yang lebih banyak memiliki pola tidur yang buruk. Penelitian yang dilakukan oleh Seo et al. (2010) dan Galland, Taylor, Elder, dan Herbison (2012) menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pola tidur dengan jenis kelamin. Namun, Galland et al. (2012) menjelaskan bahwa terjadi perubahan waktu tidur berdasarkan gender ketika anak mulai memasuki puberitas. Tabel 4. Distribusi Masalah Tidur pada Anak Usia Sekolah (n=79) Masalah Mimpi Buruk Kesulitan tidur Terbangun dan sulit tidur kembali Terbangun untuk BAK di malam hari Sulit bernapas saat tidur Batuk saat tidur Merasa kedinginan Merasa kepanasan Merasa nyeri/sakit pada badan Terlambat karena ketiduran Tidur di kelas Tidak konsentrasi di kelas Bangun kesiangan Mengantuk sepulang dari sekolah Tidur pada siang hari
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan n % n % 8 27,6 14 28,0 10 34,5 24 48,0 10 34,5 28 56,0 22 75,8 48 96,0 6 20,7 7 14,0 16 55,2 35 70,0 20 68,9 42 84,0 19 65,5 36 72,0 8 27,6 18 36,0 8 27,6 14 28,0 2 6,89 1 2,00 5 17,2 17 34,0 11 37,9 28 56,0 23 79,3 46 92,0 22 75,8 39 78,0
Total n 22 34 38 70 13 51 62 65 26 22 3 22 39 69 61
% 27,84 43,04 48,10 88,61 16,45 64,56 78,48 82,28 32,91 27,85 3,79 27,85 49,37 87,34 77,21
Tabel 4 memperlihatkan masalah pola tidur siswa yang dialami dalam dua minggu terakhir. Pada 79 responden ditemukan masalah yang paling sering dialami oleh anak usia sekolah adalah terbangun di malam hari untuk BAK (88,61%) serta lelah dan mengantuk sepulang dari sekolah (87,34%). Hal yang cukup baik adalah hanya 3,79% siswa yang tidur di kelas. Hal ini membuktikan bahwa siswa disiplin dalam menaati peraturan sekolah untuk dilarang tidur selama pelajaran di kelas sesuai dengan perkembangan moral pada tugas perkembangan anak usia sekolah. Setelah melihat distribusi pola tidur siswa, selanjutnya diperlihatkan distribusi prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa yang digunakan adalah hasil nilai rata-rata UTS. Hasil nilai UTS ini tidak dicantumkan dalam kuesioner melainkan didapatkan dari pihak sekolah. Berikut merupakan hasil distribusi nilai rata-rata UTS pada 79 responden:
Gangguan pola..., Sinta Dewi, FIK-UI, 2013
Tabel 5. Distribusi Nilai Rata-rata, Skor Minimum dan Maksimum Prestasi Belajar pada Anak Usia Sekolah (n=79) Variabel Prestasi Belajar
x 78,05
SD 7,903
Min. 58,75
Maks. 91,10
Hasil rata-rata prestasi belajar adalah 78,05 dengan standar deviasi 7,903. Nilai minimum rata-rata prestasi belajar adalah 58,75, sedangkan nilai maksimum adalah 91,10. Apabila dilakukan pengkategorian pada prestasi belajar siswa, maka dihasilkan distribusi data dari pengelompokkan siswa berdasarkan kategori prestasi belajar. Tabel 6. Distribusi Prestasi Belajar pada Anak Usia Sekolah berdasarkan Jenis Kelamin (n=79)
Prestasi Belajar Cukup Baik Jumlah
Jenis Kelamin L 15 14 29
P 24 26 50
Total N 39 40 79
% 49,37 50,63 100,0
Tabel 5. Menunjukkan bahwa mayoritas siswa berjenis kelamin perempuan memiliki prestasi belajar yang baik, dibandingkan dengan siswa laki-laki yang lebih banyak memiliki prestasi belajar yang cukup. Penelitian yang dilakukan oleh Aizah (2008) menjelaskan bahwa jenis kelamin juga memiliki hubungan terhadap prestasi belajar. pada penelitian ini mayoritas responden ialah siswa dengan jenis kelamin perempuan. Karakteristik anak perempuan diasumsikan mempunyai sifat yang lebih teliti dan tekun terhadap tugas yang diberikan di sekolah dibandingkan anak laki-laki (Malahayati, 2012), sehingga memungkinkan siswa perempuan lebih rajin dalam belajar dan patuh terhadap guru dan orang tua, sehingga hasil ditunjukkan adalah lebih banyak siswa perempuan yang memperoleh prestasi yang tinggi. Hasil penelitian yang sama juga ditemukan oleh BaHammam et al. (2006) jika dibandingkan, prestasi belajar siswa perempuan lebih baik daripada siswa laki-laki.
Gangguan pola..., Sinta Dewi, FIK-UI, 2013
Setelah ditemukan distribusi karakteristik pola tidur dan prestasi belajar siswa, dapat selanjutnya dilihat distribusi responden berdasarkan pengkategorian pola tidur dengan prestasi belajar siswa. Tabel 7. Distribusi Kategori Pola Tidur berdasarkan Prestasi Belajar pada Anak Usia Sekolah (n=79) Pola Tidur Buruk Baik Jml
Prestasi Belajar Cukup N 19 20 39
Total
Baik
% 54,3 45,5 49,4
n 16 24 40
% 45,7 54,5 50,6
N 39 40 79
% 100 100 100
Pada tabel di atas menjelaskan bahwa pada siswa dengan pola tidur yang buruk, siswa dengan prestasi belajar cukup memiliki jumlah lebih banyak dengan 19 responden (54,3%) dan siswa dengan prestasi belajar baik sebanyak 16 responden (45,7%). Sedangkan pada siswa dengan pola tidur yang baik, siswa dengan prestasi belajar cukup memiliki jumlah lebih sedikit dengan 20 responden (45,5%) dibandingakn dengan siswa prestasi belajar baik sebanyak 24 responden (54,5%). Setelah itu dilakukan analisis dengan menggunakan uji Pearson Correlation untuk melihat hubungan antara pola tidur dengan prestasi belajar. Tabel 8. Analisis Uji Hubungan Pola Tidur dengan Prestasi Belajar pada Anak Usia Sekolah (n=79) Variabel Pola Tidur Prestasi Belajar
P-Value 0.021
Pearson Correlation (r) -0,259
Tabel 7 menunjukkan adanya hubungan yang lemah dan berpola negatif artinya semakin tinggi gangguan atau skor pola tidur yang dialami maka semakin rendah prestasi belajar yang didapat. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara pola tidur dengan prestasi belajar anak usia sekolah (p = 0,021, α = 0,05).
Gangguan pola..., Sinta Dewi, FIK-UI, 2013
Pembahasan Pada penelitian didapatkan data bahwa siswa dengan pola tidur yang buruk (skor pola tidur tinggi) mendapatkan hasil prestasi belajar cukup lebih banyak daripada hasil prestasi belajar yang baik. Sedangkan pada siswa dengan pola tidur yang baik (skor pola tidur rendah), yang mendapatkan hasil prestasi belajar yang tinggi lebih banyak dibandingkan hasil prestasi belajar cukup. Hal ini menunjukkan siswa dengan pola tidur yang baik memiliki prestasi belajar yang baik dibandingkan dengan siswa dengan pola tidur yang buruk. BaHammam, et al. (2006) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa siswa yang memiliki beragam masalah tidur memiliki prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang memiliki kualitas tidur normal. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pola tidur yang baik dan teratur dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Secara garis besar hasil penelitian menjelaskan bahwa pada anak usia sekolah, pola tidur memiliki hubungan yang lemah terhadap prestasi belajar. Hubungan yang lemah ini berarti bahwa gangguan pola tidur hanya mempengaruhi sebagian kecil bagi anak untuk meningkatkan prestasi belajar mereka. Walaupun hanya sebagian kecil atau memiliki hubungan yang lemah namun hal ini menjelaskan bahwa pola tidur juga dapat mempengaruhi prestasi belajar. Seperti yang dijelaskan dalam penelitian sebelumnya, bahwa tidur memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar dan konsolidasi memori (Curcio et al., 2006). Pengaruh pola tidur yang sedikit terhadap prestasi belajar menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut di antaranya seperti dukungan keluarga, pihak sekolah, lingkungan maupun dari diri sendiri. Keluarga memiliki peranan penting dalam prestasi belajar karena orang tua dapat terlibat secara langsung dalam keseharian anak dan proses belajar mereka selama berada di lingkungan rumah. Dukungan keluarga ini dapat berupa kesediaan waktu yang diluangkan oleh orang tua dalam memberikan perhatian khusus kepada anak serta fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh orang tua untuk menunjang proses belajar anak. Sehingga status ekonomi juga mempengaruhi dimana keluarga dengan status ekonomi yang tinggi dapat mendukung proses belajar anaknya dengan memfasilitasi mereka dengan tambahan bimbingan belajar di luar sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar anak (Tolada, 2012). Komunikasi yang baik di antara keduanya juga dapat menimbulkan hubungan yang baik sehingga anak dapat dengan mudah menerima perhatian khusus yang diberikan oleh orang tua. Anak dengan
Gangguan pola..., Sinta Dewi, FIK-UI, 2013
perhatian orang tua yang kurang, seperti tidak memberikan pujian akan memiliki sifat intrusive dimana anak akan merasa gagal dan tidak berharga sehingga dapat mempengaruhi dirinya dalam meyakini dirinya (Lawalata & Prawitasari, 2005). Sekolah juga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena sering kali sekolah dianggap sebagai rumah kedua oleh anak. Aspek-aspek sekolah yang berperan dalam hal ini adalah lingkungan sekolah, guru dan kepala sekolah. Lingkungan sekolah yang nyaman serta fasilitas-fasilitas yang medukung proses belajar siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peraturan serta tata tertib yang dicanangkan oleh sekolah juga dapat menumbuhkan rasa disiplin pada diri siswa untuk dapat tekun dalam belajar. Pihak sekolah seperti guru dan kepala sekolah dapat mendidik dan membimbing siswa dengan membuat suasana sekolah seperti layaknya suasana di rumah, dimana ada waktu belajar, bermain, dan disiplin. Metode pengajaran yang diterapkan juga divariasikan agar siswa tidak merasa bosan. Konseling kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar juga dapat diberikan dengan melakukan pendekatan psikologis. Pendekatan ini dilakukan dengan memotivasi siswa untuk bicara dan melakukan pendekatan kepada siswa untuk mengetahui penyebab dari masalah belajar siswa (Osman, 2003). Lingkungan yang aman, tenang, serta menyenangkan dapat memberikan semangat bagi anak untuk belajar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lingkungan yang memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai yang dapat mendukung proses belajar anak dapat pula meningkatkan prestasi belajar anak. Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri siswa juga sangat berpengaruh terhadap keinginan mereka untuk meningkatkan prestasi belajar. Pada anak usia sekolah, mereka memiliki suatu keyakinan akan kemampuannya sendiri atau sense of industry (Lawalata & Prawitasari, 2005). Sense of industry pada anak ini dapat mendukung keberhasilan siswa dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Motivasi juga dapat mendukung siswa dalam meningkatkan prestasi belajar mereka. Motivasi ini memiliki fungsi sebagai penggerak atau pendorong dalam melakukan perbuatan, menentukan arah dan menyeleksi perbuatan (Sardiman, 2004). Oleh karena itu, siswa yang memiliki motivasi yang besar untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik akan melalui proses belajar yang tersusun secara baik. Faktor internal yang terdapat dalam diri siswa juga dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah cita-cita pribadi, kemampuan pribadi, kondisi fisik dan psikologis pribadi. Namun motivasi belajar seseorang juga dapat
Gangguan pola..., Sinta Dewi, FIK-UI, 2013
berubah-ubah dan mengalami proses perkembangan yang dipengaruhi oleh kondisi fisiologis dan psikologis (Malahayati, 2012). Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan gambaran hubungan pola tidur dengan prestasi belajar anak usia sekolah. Hubungan yang ditemukan antara gangguan pola tidur dengan prestasi belajar.terbukti lemah secara statistik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan pada komunitas sekolah dengan sampel yang lebih banyak serta memperluas populasi sehingga hasil penelitian yang dilakukan lebih akurat. Serta tak lupa untuk menggunakan alat ukur pola tidur yang lebih baik bagi pihak yang akan melanjutkan penelitian. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: a. Gambaran karakteristik anak usia sekolah dalam penelitian ini adalah: sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan; mayoritas berusia 10 hingga 11 tahun dengan pembagian kelas 4 dan 5 yang hampir sama besar. b. Pola tidur rata-rata pada 79 responden anak usia sekolah daam penelitian ini adalah tidak cukup baik. c. Masalah tidur yang paling sering dialami oleh anak usia sekolah adalah terbangun di
malam hari untuk buang air kecil (BAK) serta lelah dan mengantuk sepulang dari sekolah. Namun masaah yang paling sedikit ditemukan akibat pola tidur yang terganggu adalah siswa yang tidur saat jam pelajaran di kelas. d. Prestasi belajar rata-rata pada 79 responden anak usia sekolah adalah 78,05. Hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai atau prestasi belajar rata-rata siswa cukup baik. e. Hasil penelitian didapatkan bahwa adanya hubungan yang lemah dan berpola negatif antara pola tidur dengan belajar pada anak usia sekolah artinya semakin tinggi gangguan atau skor pola tidur yang dialami maka semakin rendah prestasi belajar yang didapat. Saran Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi semua
Gangguan pola..., Sinta Dewi, FIK-UI, 2013
pihak yang berperan dalam penelitian ini maupun bagi pihak yang akan melanjutkan penelitian. Antara lain saran tersebut yaitu: a. Saran Aplikatif 1.
Perawat kesehatan sekolah diharapkan dapat mengembangkan proses pelayanan kesehatan kepada anak usia sekolah dalam lingkup Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) khususnya konseling kesehatan. Perawat dapat mengidentifikasi masalah pemenuhan kebutuhan tidur yang berfokus pada anak-anak yang mengalami kesulitan belajar.
2.
Perawat dapat memberikan edukasi melalui orang tua yang merupakan seseorang yang memiliki peranan penting terhadap pengawasan anak usia sekolah untuk membantu memenuhi kebutuhan tidur anak.
3.
Dukungan dan perhatian orang tua juga sangat diperlukan oleh anak untuk dapat meningkatkan rasa kepercayaan dirinya dalam mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi.
4.
Pihak sekolah diharapkan dapat mengembangkan program konseling bagi anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar. Pendidik sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialami.
b. Saran Keilmuan 1.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terkait pemenuhan tidur pada anak usia sekolah serta masalah-masalah tidur yang sering terjadi pada anak usia sekolah.
2.
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan tentang masalah-masalah yang dapat menurunkan prestasi belajar.
c. Saran Metodologis 1.
Diperkirakan terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar pada anak usia sekolah, sehingga untuk penelitian selanjutnya dibutuhkan kontrol penelitian yang lebih lanjut untuk melihat hubungan antara variabel dengan prestasi belajar anak.
2.
Sebaiknya item-item pernyataan yang ada dalam kuesioner perlu disesuaikan kembali dengan tingkat pemahaman responden, sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas ulang.
3.
Jika pada penelitian selanjutnya akan digunakan responden yang sama (anak usia sekolah), maka perlu dilakukan pendekatan terlebih dahulu sehingga memudahkan
Gangguan pola..., Sinta Dewi, FIK-UI, 2013
responden untuk memahami tujuan penelitian serta dapat bekerjasama dalam penelitian. Kepustakaan Aizah, S. (2008). Analisis prestasi belajar mahasiswa akper pgri di kota kediri tahun 2008. Surakarta: Magister Kedokteran, Universitas Sebelas Maret. BaHammam, A., Al-Faris, E., Shaikh, S., & Saeed, AB. (2006). Sleep problems/habits and school performance in elementary school children. Sleep and Hypnosis; 2006; 8, 1; ProQuest pg. 12. Carpenito-Moyet, L. J. (2010). Nursing diagnosis: Application to clinical practice. 13th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Curcio, G., Ferrara, M., & Gennaro, LD. (2006). Sleep loss, learning capacity and academic performance. Elsevier: Sleep Medice Reviews (2006) 10, 323–337. Galland, B. C., Taylor, B. J., Elder, D. E., & Herbison, P. (2012). Normal sleep patterns in infants and children: A systematic review of observational studies. Elsevier: Sleep Medicine Reviews 16; 2012; pg 213-222. Habsari, S. (2005). Bimbingan & kons sma kelas xi (2005). Jakarta: Grasindo. Kozier, B. J., Erb, G., & Berman, A. J. (2002). Fundamentals of nursing: concepts, process, and practice. 5th Ed. California: Addison Wesley. Lawalata, C. M. A., & Prawitasari, J. E. (2005). Hubungan antara tempat tinggal dan sense of industry dengan prestasi belajar anak pasca gempa. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada. Sosiosains, 18 (3), 417-429. Malahayati, D. (2012). Hubungan kebiasaan bermain video game dengan tingkat motivasi belajar pada anak usia sekolah. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Nadesul, H. (2009). Resep mudah tetap sehat. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Vol. 2. 4th Ed. (Renata Komalasari, dkk., Penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gangguan pola..., Sinta Dewi, FIK-UI, 2013
Potts, N. L. & Mandleco, B. L. (2012). Pediatric nursing: caring for children and their families, third edition. New York: Delmar. Osman, M. (2003). Interaksi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Seo, W. S., Sung, H. M., Lee, J. H., Koo, B. H., Kim, M. J., Kim, S. Y., … Shin, I. H. (2010). Sleep patterns and their age-related changes in elementary-school children. Elsevier: 2010; pg. 569–575. Sunaryo. (2002). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Tolada, T. (2012). Hubungan keterlibatan orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah di SDIT Permata Hati, Banjarnegara. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
Gangguan pola..., Sinta Dewi, FIK-UI, 2013