GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI Gangguan dan rintangan komunikasi adalah intervensi dan hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung efektif sebagaimana harapan komunikator dan penerima. Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan dan rintangan komunikasi yang diamati dalam penelitian ini meliputi gangguan semantik dan rintangan budaya. Tingkat Gangguan dan Rintangan Komunikasi Rata-rata tingkat gangguan dan rintangan komunikasi terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13 Nilai rataan gangguan dan rintangan komunikasi terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Aspek Gangguan semantik Rintangan budaya Total
Rataan Skor* 2.22 2.20 2.21
*Rentang skor 1-6
Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar khalayak memiliki gangguan dan rintangan komunikasi yang rendah terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Rintangan budaya adalah yang paling rendah, meskipun tidak berbeda jauh dengan gangguan semantik. Total gangguan dan rintangan komunikasi khalayak pun tergolong rendah. Rintangan budaya iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu tergolong rendah karena mayoritas responden merasa iklan tersebut telah sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang mereka yakini. Sementara itu, gangguan semantik pada iklan tersebut juga tergolong rendah karena mayoritas responden merasa pesan-pesan yang disampaikan dalam bahasa verbal maupun non-verbal dapat dipahami. Gangguan Semantik Gangguan Semantik adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kesalahan bahasa verbal dan non verbal yang digunakan pada iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Gangguan semantik pada penelitian ini dilihat dari unsur model (cara/logat bicara, bahasa yang digunakan, gerak-gerik), lirik lagu/jingle, dan lirik jargon. Responden dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan tingkat gangguan semantik, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Distribusi responden berdasarkan tingkat gangguan semantik yang dimilikinya dijelaskan pada Gambar 8.
58
Tinggi 7,5
Sedang 35
Gambar
8
Rendah 57.5
Persentase responden berdasarkan tingkat gangguan semantik terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu
Gambar 8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yaitu sebanyak 57.5 persen memiliki gangguan semantik yang rendah terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Hanya ada sebagian kecil responden yang memiliki gangguan semantik tinggi terhadap iklan tersebut. Khalayak remaja di RW 06 dan 07 Desa Ciomas merasa bahwa pesan-pesan sudah disampaikan dengan jelas sehingga mudah untuk dipahami. Simbol-simbol yang digunakan, baik verbal maupun non verbal pada umumnya tidak membingungkan sehingga mudah untuk dipahami. Fakta ini juga dinyatakan dalam kutipan pernyataan salah seorang responden berikut. “kekurangannya tidak ada buat saya semuanya cukup bagus dan bisa dipahami.” (RP, 22th, 27 Oktober 2012) Rataan skor gangguan semantik khalayak terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu menurut aspek cara/logat bicara model, bahasa yang digunakan model, gerak-gerik model, lirik lagu, dan lirik jargon disajikan pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14 Nilai rataan gangguan semantik terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu No. Aspek 1. Cara/logat bicara model 2. Bahasa yang digunakan model 3. Ekspresi model 4. Gerak-gerik model 5. Lirik lagu 6. Lirik jargon Total
Rataan Skor* 2.08 2.10 2.25 2.20 2.40 2.30 2.23
*Rentang skor 1-6
Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar khalayak memilliki tingkat gangguan semantik yang rendah pada seluruh aspek, mencakup aspek cara/logat bicara model, bahasa yang digunakan model, ekspresi model, gerak-gerik model,
59
lirik lagu, dan lirik jargon. Sementara itu, gangguan semantik yang paling tinggi terdapat pada aspek lirik lirik lagu. Hal ini karena remaja merasa ada beberapa bagian dalam iklan yang kurang dapat dipahami, terutama yang disampaikan melalui lagu/jingle karena memiliki ritme yang terlalu cepat sehingga beberapa pesannya tidak mudah diingat. Hal ini juga dinyatakan dalam kutipan pernyataan responden berikut. “kekurangannya dalam iklan tersebut mungkin ada kalimat-kalimat yang kurang dipahami oleh masyarakat atau kalangan tertentu yang mungkin bisa diperjelas lagi.” (MJ, 19th, 4 November 2012) Sementara itu, gangguan semantik yang paling rendah adalah pada aspek cara/logat bicara dan bahasa yang digunakan model. Hal ini karena seluruh pesan dalam iklan tersebut disampaikan dalam Bahasa Indonesia sehingga dapat dengan mudah dimengerti oleh remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas. Iklan tersebut juga tidak menggunakan bahasa-bahasa asing yang sulit dimengerti. Meskipun remaja Desa Ciomas seringkali menggunakan Bahasa Sunda dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan tetangga, mereka dapat dengan mudah memahami cara/logat bicara serta bahasa yang digunakan dalam iklan tersebut. Rintangan Budaya Rintangan Budaya adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh adanya perbedaan norma, kebiasaan, dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Rintangan budaya tersebut dilihat dari unsur model (bahasa yang digunakan, gerak-gerik, pakaian), lirik lagu/jingle, dan lirik jargon. Responden dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat rintangan budaya, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian mengenai distribusi responden berdasarkan tingkat rintangan budaya yang dimilikinya dapat dilihat pada Gambar 9. Sedang 22.5
Rendah 77.5
Gambar
9
Persentase responden berdasarkan tingkat rintangan budaya terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu
Gambar 9 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki rintangan budaya yang rendah terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi
60
Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, yaitu sebanyak 77.5 persen (31 orang). Hal ini karena mayoritas responden merasa terdapat kesesuaian antara nilai-nilai yang disampaikan dalam iklan tersebut dengan nilai-nilai yang mereka yakini benar. Rataan skor rintangan budaya khalayak terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu menurut aspek bahasa yang digunakan model, gerak-gerik model, pakaian model, lirik lagu, dan lirik jargon disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Nilai rataan rintangan budaya terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu No. Aspek 1. Bahasa yang digunakan model 2. Gerak-gerik model 3. Pakaian model 4. Lirik lagu 5. Lirik jargon Total
Rataan Skor* 2.15 2.38 2.08 2.35 2.05 2.20
*Rentang skor 1-6
Tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar khalayak memiliki tingkat rintangan budaya yang rendah pada seluruh aspek, mencakup aspek bahasa yang digunakan model, gerak-gerik model, pakaian model, lirik lagu, dan lirik jargon. Sementara itu, rintangan budaya yang paling tinggi terdapat pada aspek gerakgerik model. Hal ini karena mayoritas remaja merasa ada beberapa bagian dari iklan tersebut yang kurang sesuai dengan budaya, khususnya pada bagian gerakgerik yang kurang sopan. Beberapa responden juga menyatakan bahwa penggunaan Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu sebagai model iklan Keluarga Berencana kurang sesuai karena mereka masih terlalu muda untuk menjadi figur pasangan suami istri dan KB. Beberapa responden menyatakan bahwa akan lebih baik jika menggunakan model yang sudah menikah sehingga lebih sesuai dengan tema Keluarga Berencana dan kesopanannya lebih terjaga. Hal ini dinyatakan oleh responden sebagai berikut. “kalau menurut saya mah iklannya udah bagus pesan-pesannya tapi lebih baik kalau modelnya yang udah nikah aja, biar lebih cocok sama tema KB, lebih sopan juga kan.”(MN, 16th, 27 Oktober 2012) Tabel 15 juga menunjukkan bahwa khalayak memiliki rintangan budaya paling rendah pada aspek lirik jargon. Meskipun begitu, salah seorang responden merasa kurang sependapat dengan jargon “Dua Anak Lebih Baik”. Fakta tersebut terlihat dari kutipan pernyataan responden berikut. “penyimpangan budaya dalam iklan tersebut menurut saya pada lirik jargonnya yang berbunyi “Dua Anak Lebih Baik”, berarti itu mengharuskan setiap keluarga hanya boleh mempunyai dua anak. Mungkin kalimatnya harus lebih dipahami oleh kalangan tertentu.” (MJ, 19th, 4 November 2012)
61
Hubungan Gangguan dan Rintangan Komunikasi dengan Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Hasil pengujian hubungan antara gangguan dan rintangan komunikasi dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu disajikan secara ringkas pada Tabel 16. Tabel 16 Korelasi antara gangguan dan rintangan komunikasi dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu Efektivitas Efek Kognitif Efek Afektif Efek Konatif Total
Gangguan Semantik γs P - 0.380 0.016 - 0.385 0.014 - 0.374 0.017 - 0.385 0.014
Rintangan Budaya γs P - 0.316 0.402 - 0.382 0.015 - 0.301 0.059 - 0.310 0.052
Tabel 16 menunjukkan bahwa gangguan dan rintangan komunikasi (mencakup gangguan semantik dan rintangan budaya) dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, sebagian besar menunjukkan adanya hubungan (p < 0.05). Gangguan semantik berhubungan dengan seluruh aspek, mencakup efek kognitif, afektif, konatif, dan efektivitas total. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbedaan gangguan semantik menyebabkan perbedaan terhadap efek kognitif, afektif, konatif, dan efektivitas total yang diterima khalayak. Sementara itu, rintangan budaya berhubungan dengan efek afektif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbedaan rintangan budaya menyebabkan perbedaan terhadap efek afektif yang diterima khalayak. Sementara itu, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rintangan budaya dengan efek kognitif, konatif, dan efektivitas total iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu (p > 0.05). Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan efek kognitif, konatif dan efektivitas total diantara khalayak yang memiliki perbedaan rintangan budaya terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Hasil pengujian korelasi yang menunjukkan hubungan yang signifikan dijelaskan sebagai berikut: (1) Hubungan Gangguan Semantik dengan Efektivitas Iklan Hasil uji menunjukkan bahwa ada hubungan antara gangguan semantik dengan efek kognitif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, yaitu dengan nilai probabilitas sebesar 0.016 (p < 0.05) dan nilai koefisien (γs) sebesar - 0.380. Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukkan hubungan yang rendah tetapi pasti diantara dua buah variabel yang diuji. Hasil tersebut juga menunjukkan adanya hubungan negatif yang berlawanan arah, yaitu semakin rendah gangguan semantik, semakin tinggi efek kognitif yang diterima khalayak. Hal ini karena khalayak yang dapat memahami dengan baik bahasa verbal dan non verbal yang digunakan pada iklan cenderung memperoleh pemahaman yang baik
62
mengenai pesan-pesan yang disampaikan dalam iklan. Fakta ini terlihat bahwa dari 23 responden yang memiliki gangguan semantik rendah, 18 diantaranya memiliki efek kognitif tinggi (lihat Lampiran 5). Hal ini juga terlihat dari kutipan pernyataan responden berikut. “iklannya bagus sih semua bagiannya bisa dipahami dengan jelas jadi pesannya juga bisa dimengerti.” (FZ, 21th, 27 Oktober 2012) Selain itu, gangguan semantik terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu juga terbukti berhubungan nyata (p < 0.05) dengan efek afektif yang diterima khalayak, meskipun hanya hubungan yang rendah tetapi pasti (γs = - 0.385). Korelasi menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, yaitu semakin rendah gangguan semantik, semakin tinggi efek afektif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Hal ini karena khalayak yang dapat memahami dengan baik bahasa verbal dan non verbal yang digunakan pada iklan cenderung memiliki kesukaan yang tinggi pula terhadap pesan-pesan yang disampaikan dalam iklan. Fakta ini terlihat bahwa dari 23 responden yang memiliki gangguan semantik rendah, 18 diantaranya memiliki efek afektif yang tinggi (lihat Lampiran 5). Gangguan semantik terhadap iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu juga terbukti berhubungan nyata dengan efek konatif, yaitu dengan nilai probabilitas sebesar 0.017 dan tingkat hubungan yang rendah tetapi pasti (γs = - 0.374). Hasil tersebut juga menunjukkan hubungan negatif yang berlawanan arah, yaitu semakin rendah gangguan semantik, semakin tinggi efek konatif iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Hal ini karena khalayak yang dapat mengerti dengan jelas simbol-simbol yang digunakan dalam iklan, baik verbal maupun non verbal, cenderung mengerti dengan benar tujuan dan manfaat pesan-pesan perencanaan keluarga dalam iklan. Oleh karena itu, mereka memiliki kecenderungan berperilaku yang tinggi terhadap pesan-pesan perencanaan keluarga dalam iklan tersebut dengan harapan dapat memiliki keluarga kecil dan sejahtera nantinya. Fakta tersebut juga terlihat bahwa dari 23 responden yang memiliki gangguan semantik rendah, 16 diantaranya memiliki efek konatif yang tinggi (lihat Lampiran 5). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa gangguan semantik berhubungan dengan efektivitas total iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu (p < 0.05) meskipun hanya hubungan yang rendah tetapi pasti (γs = - 0.385). Hasil tersebut juga menunjukkan hubungan negatif yang berlawanan arah, yaitu semakin rendah gangguan semantik, semakin tinggi efektivitas total iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Hal ini karena gangguan semantik terkait dengan pemahaman masyarakat terhadap pesanpesan yang disampaikan dalam bentuk verbal dan non verbal. Pemahaman masyarakat terhadap isi pesan dalam iklan merupakan salah satu unsur utama dalam iklan yang menentukan efektivitas suatu iklan. Oleh karena itu,
63
gangguan semantik yang rendah akan membuat pesan menjadi lebih mudah dipahami dan iklan menjadi efektif. (2) Hubungan Rintangan Budaya dengan Efektivitas Iklan Hasil penelitian menunjukkan bahwa rintangan budaya berhubungan nyata dengan efek afektif yang diterima khalayak, yaitu dengan nilai probabilitas sebesar 0.001 (p < 0.05). Nilai koefisien sebesar - 0.504 menunjukkan hubungan yang cukup berarti (0.4 < γs < 0.7) diantara dua buah variabel yang diuji. Hasil tersebut juga menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah, yaitu semakin rendah rintangan budaya maka semakin tinggi efek afektif yang diterima khalayak. Hal ini karena khalayak yang merasa memiliki kesamaan norma, kebiasaan, dan nilai-nilai tertentu yang disampaikan dalam iklan tersebut cenderung memiliki kesukaan yang tinggi terhadap iklan dan pesan-pesan yang disampaikan dalam iklan. Fakta ini terlihat bahwa dari 32 responden yang memiliki rintangan budaya rendah, 22 diantaranya memiliki efek afektif tinggi (lihat Lampiran 5). Berdasarkan fakta-fakta tersebut, pengujian hubungan gangguan dan rintangan komunikasi dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu, sebagian besar terdapat hubungan antara gangguan dan rintangan komunikasi dengan efektivitas layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Dengan demikian hipotesis satu (H1) yang berbunyi “Gangguan dan rintangan komunikasi berhubungan nyata dengan efektivitas iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu” dapat diterima.