Praktikum Dasar Elektronika 8. Memindahkan jumper ke koordinat 3.2. – 3.8. , 3.1. – 3.7. untuk merubah resistor input ke R6 = 1 KΩ 9. Menghitung lagi nilai penguatan yang baru dan catat hasilnya pada tabel 7.4 10. Memastikan bahwa input telah dirubah ke 1 Vp-p dan rubah setting CHB Y penguat ke 5 V/div dan catat sinyal output tersebut pada tabel 7.4.
Gambar 7 . 6 Rangkaian Percibaan Penguatan Tak-Membalik
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
Gambar 7.5 Rangkaian Percobaan Variasi Dari Penguatan 7.4.4. Percobaan Penguat Tak Membalik (Non-Inverting Amplifier) Untuk Sinyal Input Arus Bolak – Balik ( AC ) 1. Menghubungkan jumper 3.2. – 3.8., 3.4. – 3.10.,3.13. – 3.14., kemudian hidupkan power supply modul. 2. Menset generator signal pada gelombang Sinusoida 1 KHz , amplitudo minimum. 3. Menset osiloscope sebagai berikut : Time base ke 0,2 ms/div Triger selector ke AC Operasi dual Trace CHA X amplifier gain 0,5 Volt/div,input AC CHB Y amplifier gain 0,5 Volt/div,input AC 4. Menggunakan CHA ke koordinat 3.16 unutk membaca input dari penguat, dan CHB ke koordinat 3.20. untuk membaca output. 5. Menaikkan input ( kontrol amplitudo sinyal generator ) ke +1 Vp-p 6. Mencatat amplitudo dari sinyal output pada tabel 7.4 7. Menggambar sinyal tegangan input dan outputnya pada kertas grafik LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika denagn posisi probe pada koordinat 2.17. – 2.20. untuk melihat nilai Rf (VR1) dan bandingkan dengan nilai dari Rin (R4). Catat nilai Rf pada tabel 7.2. 8. Mencabut Ohmmeter dari rangkaian dan posisikan kembali jumper 2.11. – 2.17. 9. Menghubungkan Voltmeter pada koordinat 2.10. (positif) dan koordinat 2.2. (ground) unutk mengukur tegangan terminal (Vg) pada input inverting (pembalik). Catat hasil Vg ini pada tabel 7.2. 7.4.3. Percobaan Variasi dari Penguatan 1. Dengan power supply dalam kondisi Off hubungkan Ohmmeter pada kaki – kaki VR1 (koordinat 2.12. – 2.20.) dan set nilai VR1 sesuai dengan petunjuk instruktur. 2. Memindahkan (cabut) Ohmmeter dari rangakaian. 3. Menghubungkan jumper – jumperpada titik –titik 2.4. -2.5. , 2.7. – 2.12. . 2.11. – 2.17. 4. Menghubungkan Voltmeter pada titik 2.6. (positif) dan 2.2. (ground). 5. Hidupkan power supply modul kemudian set sumber tegangan DC (V1) sehingga menghasilkan tegangan input Vin sesuia petunjuk instruktur. 6. Memindahkan probe positif dari Voltmeter ke titik 2.20. untuk menampilkan tegangan output (Vout), Masukkan hasilnya pada tabel 7.3. 7. Mengulangi langkah –langkah tersebut diatas sesuai dengan tegangan input Vin yang tercantum pada tabel 7.3. Hitung gain tegangan ( penguatan ) yang dihasilkan dengan rumus diatas. Hitung pula tegangan outputnya pada analisa data.
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
Gambar 7.4 Rangkaian Percobaan Penguat Dengan Penguatan Membalik 2. Menghubungkan multimeter pada koordinat 2.6. (positif) dan 2.2 (ground). 3. Hidupkan power supply module dan set sumber tegangan DC variable V1 agar memberikan tegangan input +1 Volt. 4. Memindahkan Probe positif dari multimeter ke koordinat 2.20. unutk menampilkan tegangan output . 5. Menset resistor feedback (VR1) sampai skala tertingginya dan catat niali minimum dan maximum dari tegangan output tersebut pada tabel 7-2. 6. Menset VR1 sampai memberi suatu tegangan output yang sama (tetapi berbeda polaritas (tanda) dengan input (-1,0 V) ). Penguatan sekarang adalah satu (menyatu). Perbandingan dari
Rf =1 Rin
; atau Rf = Rin. 7. Memindahkan jumper dari koordinat 2.11. – 2.17. untuk mengisolasi VR1 dari power supply dan hubungkan Ohmmeter dari multimeter
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
Gambar 7.3 Rangkaian Percobaan Komparator Referensi 7.4.2. Percobaan Penguat
Dengan Penguatan Pembalik ( Inverting
Amplifier ) 1. Menghubungkan jumper – jumper pada lubang / koordinat 2.4.- 2.5. , 2.7.- 2.12. , dan 2.11.-2.17. sesuai dengan gambar rangkaian percobaan dibawah ini.
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika Unutk merubah rangkaian ke penguat non inverting, resistor pada input inverting diground yang berarti bahwa Vin = 0 dan persamaan menjadi; Vout = Vref – Av ( - Vref ) = (Vref + Av) x Vref = Vref ( 1 + Av ) Vout = Vref ( 1 + Av ) = Vref ( 1 + Rf/Rin) Vout = Av , = 1 + Rf / Rin Vref
7.3. Peralatan Yang Digunakan ¾ DIGIAC 3000-31 Operasional Amplifier-1 Module, Circuit#1, #2 & #3. ¾ Power Supply ¾ Multimeter Digital ¾ Jumper ¾ Signal Generator ¾ Osiloscope 7.4. Langkah Percobaan 7.4.1. Percobaan Komparator Referensi 1. Menghubungkan jumper 1.2.-1.8., 1.4.-1.5., 1.10-1.11. 2. Menghubungkan multimeter, probe ( Positif ) 1.7. dan Probe 1.3. ( common ) untuk mengamati tengangan referensi Vref. 3. Menyalakan power supply module. 4. Menset V1 untuk mengatur tegangan referensi Vref sesuai dengan petunjuk instruktur. 5. Memindahkan probe positif dari titik 1.7. ke titik 1.6. untuk melihat tegangan input Vin. 6. Menset V2 untuk mengatur tegangan input Vin ke +1 Volt. 7. Memindahkan probe positif dari titik 1.6. ke titik 1.16. untuk melihat tegangan output Vout. 8. Mencatat Vout dari tegangan output pada tabel 7-1 yang telah tersedia. 9. Mengulangi perhitungan, test dan pengamatan diatas. LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika resistor feedback ( Rf ) untuk menghasilkan penguatan dari penguat ( amplifier ) agar dapat dipilih sesuai dengan range dari skala resistor variable yang tersedia.
Gambar 7.2 Rangkaian Inverting Amplifier 7.2.3. Penguat Tak Membalik ( Non-Inverting Amplifier ) Untuk Sinyal Input Arus Bolak-Balik (AC) Pada beberapa rangkaian penguat differensial akan terjadi perbedaan yang kecil antara sebagian dari rangkaian. Pada kasus tentang Operasional Amplifier, digunakan 2 input, Inverting dan Non-Inveting. Bila kedua input digroundkan aakn selalu terjadi tegangan yang kecil pada terminal output. Titik input pada IC disediakan untuk menghubungkan varibel resistor untuk mengenolkan tegangan offset. Bila resistor pada input inverting dihubungkan ke ground dan stu tegangan inptu dipasang pada input non-inverting maka rangkaian menjadi suatu penguat non-inverting. Penguat masih diatur oleh perbandingan resistor feedback/input pada rangkaian input inverting. Vout = Vref – Av ( Vin –Vref ) Saat Vref adalah tegangan input untuk input non-inverting, vin adalah tegangan input untuk inverting, dan Av = Rf/Rin, Pembalikan sinyal oleh inverting ditandai oleh tanda minus (-) sesuai Av pada persamaan diatas. LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
Gambar 7.1 Rangakaian Komparator Referensi Pengaruh dari prosedur itu diwakili oleh persamaan : Vout = - Av ( Vin – Vref ) + Vref Sebagai contoh : bila Vin dibuat setara dengan Vref, misalnya +2V;maka: Vout = - Av (2 - 2 ) + 2 V = 2V Untuk kasus lain, nilai dari Av akan diketahui. Dalam rangakaian ini (Circuit #1), hal ini ditetapkan oleh perbandingan R3/R1 = 600KΩ/300KΩ=2 Bila Vref = -1 V dan Vin = +1V, maka : Vout = - 2 ( 1 – ( - 1 ) + ( - 1 ) = - ( 2 x 2 ) – 1 = - 5V Hasilnya akan dibatasi oleh level saturasi dari peguat, dengan menggunakan persamaan diatas, hitung tegangan output Vout ( s ), bila Vin = Vref = + 1V Vout ( s ) = ……… Volt Pada percobaan berikut, anda seharusnya selalu mencoba dengan perhitungan teoritis, sebelum melakukan percobaan. 7.2.2. Penguat dengan Penguatan Pembalik ( In verting Amplifier ) Rumus untuk penguatan dari suatu operasional amplifier feedback Av = −
dengan
Rf . Sekarang akan kita bahas dan amati . Pada percobaan ini Rin
Op-Amp digunakan pada mode invertin ( pembalik phase ), dengan input non inverting dihubungkan ke ground. Suatu resistor variable ditempatkan sebagai LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
BAB VII KARAKTERISTIK OPERASIONAL AMPLIFIER 7.1. Tujuan Percobaan ¾
Dapat menghitung perbandinagn antara resistor feedback dengan resiator input (Rf/Rin) unutk mode operasi pembalik ( Inverting Amplifier ).
¾
Dapat menetapkan tegangan ground pada input inverting untuk suattu penguat dengan feedback.
¾
Dapat menghitung penguatan pada suatu pengauat dengan feedback dari (Vout/Vin) untuk nilai – nilai resistor feedback yang berlainan dan dapat membandingkannya dengan perhitungan secara teori.
¾
Dapat merencanakan dan mengatur penguatan tegangan dengan suatu sinyal input AC terhadap suatu penguat tak-membalik ( NonInverting Amplifier.
7.2. Teori 7.2.1. Komparator Referensi Bila input non-inverting dihubungkan ke ground, maka terjadi 2 hal: 1. Vin ( tegangan input ) dihubungkan pada input inveting atau mengacu pada tegangan referensi . Rangkaian input dari Op-Amp didasari oleh defferensial Amplifier. Tegangan input dari penguat disebabkan oleh beda antara 2 tegangan input yaitu Vin dan Vref. 2. Tegangan output Vout juga mengacu ke tegangan ini Vout = Vref ; saat Vin=0
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika 8. Menggambarkan pula bentuk gelombang sinyal Vs, Vin dan Vout yang dihasilkan setiap perubahan nilai Rf tadi pada kertas grafik dan berikan keterangan pada gambar tersebut. ¾ Komponen-komponen yang digunakan : RE = 4,7 Ω
CE = 1 µF/25 Volt
Rc = 1 KΩ
C1= 1 µF/25 Volt
R1 = 470 Ω
C2= 47 µF/25 Volt
R2 = 56 Ω
Rf= berganti-ganti
Rs = … Ω
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
6.4.2. Percobaan Penguat Dengan Umpan Balik 1. Membuat rangkaian seperti pada gambar di bawah ini :
Gambar 6.5 Rangkaian Percobaan Penguat Umpan Balik 2. Mengatur Function Generator pada frekuensi 50 Hz kemudian masukkan kedalam rangkaian tersebut di atas 3. Mengatur tegangan sumber Vs yang masuk ke dalam rangkaian sesuai dengan petunjuk instruktur 4. Memasang Jumper di J2 dan J1 kemudian pasang juga Rf sesuai dengan petunjuk instruktur 5. Memasang Probe 1 Osciloscope Vs dan Vin Secara bergantian dan probe 2 osciloscope pada Vout untuk mengamati bentuk gelombang sinyal yang dihasilkan 6. Mencatat nilai tegangan yang dihasilkan pada tabel kemudian gambarkan pula untuk gelombang sinyal Vs, Vin dan Vout tersebut pada kertas grafik 7. Mengulangi langkah-langkah tersebut di atas untuk nilai Rf yang lain dan masukkan hasilnya pada tabel 6.2
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika ¾ Catu Daya ¾ Multimeter ¾ Kabel penghubung 6.4. Langkah Percobaan 6.4.1. Percobaan Penguat Tanpa Umpan Balik 1. Membuat rangkaian seperti pada gambar di bawah ini :
Gambar 6.4 Rangkaian Percobaan Penguat Tanpa Umpan Balik 2. Mengatur Function Generator pada frekuensi 50 Hz kemudian masukkan kedalam rangkaian tersebut di atas 3. Mengatur tegangan sumber Vs yang masuk ke dalam rangkaian sesuai dengan petunjuk instruktur 4. Memasang Probe 1 Osciloscope pada Vs & Vin secara bergantian, Probe 2 Osciloscope pada Vout 5. Catat nilai tegangan yang dihasilkan pada tabel 6.1 kemudian gambarkan pula bentuk gelombang Vs, Vin dan Vout pada kertas grafik dan beri keterangan sesuai dengan petunjuk instruktur.
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika 6. Mencari penguatan (Gain) K =
Vo A = Is 1 + βA
7. Mencari Gain (Penguatan) Avs=
Vo K = Vi Rs
6.2.2. SIPO (Serial Input Paralel Output) Diagram blok dari rangkaian SIPO adalah seperti pada gambar 6.3 berikut ini :
Gambar 6.3 Diagram Blok Suatu Penguat Sipo Adapun untuk analisa dari sebuah rangkaian SIPO adalah sebagai berikut: 1. Menggunakan parameter H 2. Menggunakan analisa norton pada bagian input 3. Membuat rangkaian ekuivalen total 4. Membuat rangkaian bagian penguat utama (Basic Amplifier) A=
Vo' Is
5. Membuat rangkaian bagian umpan balik β=Hrβ (Feedback Network) 6. Mencari penguatan (Gain) K=
6.3.
Vo A = Is 1 + βA
Peralatan yang digunakan ¾ Kit praktikum penguat dengan umpan balik ¾ Osciloscope ¾ Function Generator LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika Melihat dari cara mengumpan balikkan sinyal, penguat dengan umpan balik ini dapat dikelompokkan sebagai penguat dengan : 1. Umpan balik tegangan seri 2. Umpan balik tegangan paralel (Shunt) 3. Umpan balik arus seri 4. Umpan balik arus paralel Analisa penguat dengan umpan balik adalah membagi rangkaian menjadi dua bagian, yaitu bagian penguat utama (Basic Amplifier) A dan bagian rangkaian umpan balik (Feedback Amplifier) A dan bagian rangkaian umpan balik (Feedback Network) β. 6.2.1. PIPO (Paralel Input Paralel Output) Diagram blok dari rangkaian PIPO adalah seperti pada gambar 6.2 di bawah ini:
Gambar 6.2 Diagram Blok Suatu Penguat Pipo Adapun untuk analisa dari sebuah rangkaian PIPO adalah sebagai berikut : 1. Menggunakan parameter Y 2. Menggunakan analisa norton pada bagian input 3. Membuat rangkaian ekuivalen total 4. Membuat rangkaian bagian penguat utama (Basic Amplifier) A =
Vo Is
5. Membuat rangkaian bagian umpan balik β=Vrβ ( Feedback Network) LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
BAB VI PENGUAT DENGAN UMPAN BALIK 6.1. Tujuan ¾ Mempelajari dan menyelidiki pengaruh umpan balik terhadap resistansi masukan. ¾ Mempelajari dan menyelidiki pengaruh umpan balik pada penguatan (Gain). 6.2. Teori Dasar Umpan balik ( Feedback ) disini adalah mengumpankan kembali ( sebagian ) sinyal keluaran ( tegangan atau arus ) ke masukan penguat tersebut. Pengembalian ke masukan dilewatkan melalui suatu jaringan umpan balik ( Feedback Network ). Sinyal umpan balik ini bergabung dengan sinyal masukan sesungguhnya di satu bagian, bagian ini disebut penggabung & pencampur ( Mixer ). Selanjutnya sinyal gabungan ini bersama-sama masuk ke rangkaian penguat. Pada gambar 6-1 di bawah ini diperlihatkan diagram bloknya.
Gambar 6.1 Diagram Blok Suatu Penguat Dengan Umpan Balik
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika 8. Mecatat juga tegangan output maksimum yang dihasilkan pada saat mendekati distorsi pada tabel 5.2. 9. Menggambarkan bentuk gelombang sinyal output tersebut pada kertas grafik sesuai dengan petunjuk instruktur. 10. Kemudian kurangi amplitudo inpt dari function generator sampai dengan 400 mVp-p, mencatat tegangan sinyal output tesebut pada saat tegangan sinyal input = 400 mVp-p pada tabel 5.2 tadi. 11. Menggambarkan bentuk gelombang sinyal output tersebut pada kertas grafik sesuai dengan petunjuk instruktur 12. Memasangkan jumper antara soket 7.6. – 7.7. untuk mengamati sinyal yang dihasilkan pada saat pengkopelan kapasitor source tersebut pada layar oscilloscope. 13. Mencatat tegangan dari maksimum sinyal output yang dihasilkan tersebut pada saat mendekati distorsi pada tabel yang tersedia. 14. Kemudian catat juga tegangan sinyal output yang dihasilkan.
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
Gambar 5.4 Rangkaian Percobaan Penguat Common Source 2. Menghubungkan multimeter I, probe ( positif ) 7.13. dan probe 7.14. ( common ), kemudian atur pada skala DC Volt. 3. Menyalakan power suplly modul dan atur Variabel DC Control hingga tegangan yang di tunjukkan oleh multimeter = ……Volt. 4. Kemudian atur function generator, frekuensi = 1 Khz gelombang sinus pada amplitude minimal. 5. Menghubungkan CH.1 dari oscilloscope ke soket 7.4 untuk mengamati sinyal input dari transistor dan CH.2 dari oscilloscope ke soket 7.12 untuk mengamati sinyal output dari transistor tersebut. 6. Menaikkan input amplitudo dari function generator sampai sinyal output tersebut mengalami distorsi. 7. Mencatat tegangan Vp-p input pada saat Vp-p ouput mendekati distorsi.
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika 6. ( Vgs ) dengan VR 6 sesuai dengan petunjuk instruktur. 7. Memindahkan probe multimeter II dari titik 6.3. ke titik 6.9. untuk mengatur tegangan drain – source ( Vds ) sesuai dengan petunjuk instruktur. 8. Membaca arus drain ( Ids ) yang ditunjukkan oleh multimeter I dan catatlah hasilnya pada table 5.1. 9. Mengulangi langkah No.5 untuk nilai tegangan drain-source ( Vds ) yang lain untuk memperoleh arus drain ( Ids ) yang lain serta catatlah hasilnya pada tabel 5.1 tadi. 10. Untuk selanjutnya ulangi langkah-langkah percobaan diatas untuk mengubah tegangan drain-source ( Vds ) pada setiap kenaikan tegangan gate-source (Vgs) yang berbeda-beda dan seetiap perubahan arus drain ( Ids ) tersebut masukkanlah ke dalam tabel 5.1. 11. Apabila data arus drain ( Ids ) sudah terisi secara lengkap pada tabel 5-1 tersebut diatas, maka dengan data tersebut gambarkanlah titik karakteristik transfer untuk arus output Ids berbanding tegangan input Vgs untuk Vds = …Volt ( secara horizontal ) pada sumbu yang sesuai. Beri label kurva ini pada tegangan Vds. 5.4.2. Percobaan Penguat Common – Source 1. Menghubungkan jumper antara soket 7.2.- 7.5., 7.8. – 7.9. dan 7.10. - 7.11., sesuai dengan gambar 5.4 dibawah ini :
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
5.4. Langkah Percobaan 5.4.1. Percobaan Karakteristik JFET 1. Menghubungkan Jumper 6.1.- 6.2., dan 6.7.- 6.8. , sesuai dengan gambar rangkaian percobaan dibawah ini :
Gambar 5 .3 Rangkaian Percobaan Jfet 2. Menghubungkan multimeter I, probe ( positif ) 6.5. dan probe 6.7. ( common ), kemudian diatur pada skala DC ampere untuk mengamati arus Drain(Ids). 3. Menyalakan power supply modul dan atur Variabel DC Control pada posisi MIN ( 0 Volt ). 4. Menghubungkan multimeter II, probe ( positif ) 6.3. dan probe 6.4. (common), kemudian atur pada skala DC Volt untuk mengatur tegangan Gate-Source LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika circuit ) pada sinyal bolak-balik dan perbaikan gain. Tingkat gain dari sebuah penguat JFET di berikan oleh rumus : Avi = gm x RD
Gambar 5.2 Sebuah N-Channel Jfet Dengan Vgs = 0 & Vds Yang Diperbesar Mengakibatkan Channel Yang Sempit ( A ) Below Pinch Off ( B ) Pada Saat Pinch Off ( C ) Beyond PinchOff 5.3. Peralatan Yang Digunakan 1. DIGIAC 3000-2.2. 2. Multimeter Digital 3. Oscilloscope 4. Function Generator 5. Jumper LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika saturasi Idss didefinisika sebagai arus Drain yang sedang mengalir pada tegangan beyond pinch off Vp bila Vgs = 0. Tegangan Cut Off adalah tegangan Vgs yang menyebabkan terhambatnya arus drain sehingga nilainya mendekati nol. Sehubungan dengan karakteristik JFET maka untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Arus Drain Id dipengaruhi oleh perbedaan tegangan antara Gate & Source Vgs. Dimana hal ini berbeda sekali dengan sifat dari transistor bipolar yang mana arus kolektornya dipengaruhi oleh arus basisnya. Sifat JFET ini berlaku juga untuk MOSFET, sehingga JFET dapat dikatakan sebagai komponen aktif yang dikendalikan oleh tegangan. Hal ini berlaku juga pada tabung hampa. 2. Kemiringan lengkung karakteristik output Vds < Vp tergantung pada Vgs. Hal ini berarti bahwa keadaan JFET berlaku sebagai resistor yang resistansinya diatur oleh Vgs. 3. Karakteristik Vgs > 0 tidak dilukiskan karena pada keadaan ini kanal dalam keadaan konduktif. 5.2.2. Penguat Common-Source Jika sebuah tegangan sinyal bolak-bolik ( sinusoida ) diinputkan diantara Gate &
Source, variasi Gate- Source akan menyebabkan variasi arus Drain.
Aliran arus drain pada resistor beban menyebabkan tegangan sinyal muncul melalui tahanan beban yang lebih besar daripada tegangan sinyal output, sehingga terjadi penguatan. Resistor Source ( Rs ) diseri dengan persambungan Gate-Source dan tegangan sinyal muncul melewati Rs akan bekerja seperti rangkaian tertutup (short LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika V gs didapat , gM = gM 0 1 − V gs ( off ) gM 0 = −
2 Ids Vp
Vp = | Vgs off | Idss = Id pada Vgs = 0
Pada persambungan Gate-Source dari JFET jika diberi tegangan fordward bias, akan menjadikan kanal ( channel ) sangat kondusif ( conductive ). Untuk itu pada n- channel JFET nilai tegangan positif pada Gate harus dibatasi sampai di bawah +0,6 Volt.
Gambar 5.1 Gambar Sebuah N-Channel Jfet & Jfet Tsb. Direverse Bias
Jika tegangan Drain-Source ( Vgs ) dinaikkan dan kemudian tegangan reverse bias pada Gate-Source ( Vgs ) diperbesar maka daerah pengosongan akan terpisah, sehingga arus mengalir dengan bebas tanpa terhalang oleh daerah pengosongan. Pada keadaan ini arus akan konstan dan tidak akan naik lagi meski Vds diperbesar. Tegangan ini disebut dengan Tegangan Beyond Pinch Off. Arus LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
BAB V KARAKTERISTIK JFET & PENGUAT COMMONSOURCE 5.1. Tujuan Percobaan •
Dapat memehamidan mempelajari karakteristk dan cara kerja JFET
•
Dapat membuat serta mambaca grafik karakteristik transfer dan karakteristik output dari sebuah JFET
•
Dapat memperoleh parameter-parameter dari sebuah JFET
•
Dapat menghitung penguatan arus (Avi mid) dan pengutan sinyal ( As mid ) dari sebuah rangkaian penguat Common Source
5.2. Teori Dasar 5.2.1. Karakteristik JFET Impedansi input dari JFET sangatlah tinggi sehingga hampir-hampir arus inputnya tidak terukur. Oleh karena itu karakteristik inputnya tidak digambar. Nilai arus output ( Id ) dikendalikan oleh tegangan antara Gate dan Source ( VGS ). Dari grafik Id / VGS didapat kurva untuk karakteristik transfer. Untuk mencari nilai transkonduktansi (gm) atau admitansi fordward ( yfs ), digunakan differensialisasi dari kemiringan kurva-kurva Id / VGS melalui penyelesaian dengan persamaan differensial sebagai berikut : gM =
∆I d ∆V gs
Vgs ( operating point )
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
4.4.3. Percobaan Mencari Faktor Penguatan 1. Rangkaian penguat sama seperti pada gambar 4.1, dengan Rx1 ditentukan dan RE = 47 Ohm. 2. Dengan menggunakan kabel penghubung, hubungkanlah kapasitor dengan CE = 10 uF pararel dengan RE = 47 Ohm. 3. Membuat Vs seperti pada tabel dan Vcc = 12 Volt. Amati bentuk tegangan masukan dan keluaran di oscilloscope dan catat harga tegangannya. 4. Menghubungkan Rx2 pada keluaran sebagai beban, dan jaga sinyal masukan agar tetap konstan.
Gambar 4.4 Rangkaian Percobaan Dasar Penguat Dan Penguatan Komponen yang digunakan : RE1 = 4,7 Ohm
CE = 10 uF / 25 Volt
RE2 = 47 Ohm
C1 = 10 uF / 25 Volt
R1 = 470 KOhm
C2 = 10 uF / 25 Volt
R2 = 56 KOhm
Q = 2 N 3055
R3 = 10 KOhm
RX1 = ………………..
RC = 1 Kohm
RX2 = ………………..
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
4.3. PERALATAN YANG DIGUNAKAN •
Kit Praktikum Dasar Penguat dan Penguatan
•
Oscilloscope
•
Function Generator
•
Multimeter Digital
•
Catu Daya
•
Kabel Penghubung
4.4. LANGKAH PERCOBAAN 4.4.1. Percobaan Mencari Impedansi Masukan 1. Memasangkan J1, hubungkan RE = 4,7 Ohm di emitter transistor, Vcc = 12 Volt, dan mengatur Vs = ………..Vp-p. Jaga agar Vs konstan selama melakukan percobaan. 2. Dengan menggunakan kabel penghubung, hubungkan CE = 10 uF yang dipararel dengan RE. 3. Mengatur Rx1 sehingga diperoleh Vin setengah dari Vs. Kemudian ukur dan catat harga Rx1 sebagai Zin. 4. Memasukkan hasil pengukuran pada tabel 4.1 5. Kemudian ganti nilai RE menjadi 47 ohm. Setelah itu ulangi lagi langkah yang ke-2 dan seterusnya. 4.4.2. Percobaan Mencari Impedansi Keluaran 1. Masih dengan rangkaian percobaan diatas. Ressitor Rx1 dihubung singkat, Vcc = 12 volt. Ukur dan catat tegangan Vo pada keadaan terbuka (tanpa Rx2) 2. Menghubungkan Rx2 pada keluaran sebagai beban. Sinyal masukan dijaga konstan dengan memasang J2. 3. Mengatur Rx2 sehingga diperoleh Vo setengah nilai tegangan tanpa beban. Kemudian ukur dan catat harga Rx2 sebagai Zo. 4. Memasukkan hasil pengukuran tersebut pada tabel 4.2. LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika Untuk mencari Avsdapat kita gunakan persamaan berikut: V =
RB // rπ .VS RS + (rπ // RS )
RB = R1 // R2 Maka: AVS =
VO RB // rπ = − gm( RC // R L ). VS RS + (rπ // RB )
Impedansi masukan dapat kita peroleh dengan persamaan: ZI =
V1 II
Maka: Z I = rπ // RB Penguatan arus dapat kita peroleh dengan persamaan: AI =
I O VO / RL Z = = AVI . I II VI / Z I RL
Penguatan daya dapat diperoleh dengan persamaan: Ap =
Vo Io Zi = AVi AI = ( AVi ) 2 Vi Ii RL
Untuk mencari Zo maka pada rangkaian dibuat open circuit Vo terlebih dahulu sehingga diperoleh : Vo(OC ) = gm.Voc.Rc. Dimana : Voc = V dengan RL = ∞ Kemudian dibuat short circuit Io sehingga diperoleh : Io( SC ) = gm . VSC Dimana VSC = V dengan RL = 0 Maka : Zo =
Vo(OC ) = RC Io( SC ) LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika 4.2.2. Analisa AC Untuk Frekwensi Menengah Dengan mematikan sumber tegangan DC dan membuat short-circuit semua kapasitor maka akan diperoleh rangkaian ekuivalen seperti gambar 4.3 di bawah ini:
Gambar 4.3 Rangkaian Ekuivalen Analisa Ac Pada Frekwensi Menengah
gm =
δ IC I q = C = I C (VCE Kons tan) δ VBE VBE η KT
untuk η=1,T=25ºC, kita peroleh: gm = 38,9 [ IC ]
rπ =
VBE IB
VCE = 0
gm.rπ = β 0 setelah kita gambar rangkaian ekuivalen AC seperti di atas dan kita peroleh harga rη dan gm , maka dapat kita cari AV1,AVS,ZI,A1,dan ap, serta zo sebagai berikut: VO = − gm.VRC // RL dari rangkaian ekuivalen di atas,kita lihat V=V1,maka diperoleh: AVi =
Vo = − gm( Rc // Rl ) Vi LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
Gambar 4.2 Rangkaian Ekuivalen Untuk Analisa Dc Sehingga kita peroleh RTH = R1 // R2 VTH = VCC .
R2 R1 + R2
Dari loop antara Basis dan Emitor kita peroleh persamaan: VTH = RTH .I B + V0 + RE ( I B + I C )..........(1) Arus kolektor merupakan penjumlahan dari dua arus, yaitu: I C = β dc .I B + I Ceo Sehingga diperoleh: IC =
1 1 .I C − .I Ceo ..........(2) βdc βdc
Dengan mendistribusikan persamaan (2) ke persamaan (1) ,dan untuk harga I Ceo = 0 , maka akan diperoleh: IC =
βdc.(VTH − VO ) RTH + ( βdc + 1).RE
Dari loop antara kolektor –emitor kita peroleh: VCE = VCC − RC .I C − RE [I E ] dengan I E = I B + IC
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
BAB IV DASAR PENGUAT DAN PENGUATAN
4.1. Tujuan ●
Dapat memahami dan mempelajari dasar penguatan.
● Dapat mencari impedansi masukan & keluaran pada sebuah penguat transistor bipolar dengan konfigurasi CE (Common-Emitter). ● Dapat menghitung penguatan tegangan pada suatu penguat transistor bipolar. 4.2. Teori Dasar Sebuah rangkaian penguat transistor bipolar dengan menggunakan konfigurasi CE (Common-Emitter) diperlihatkan pada ganbar dibawah ini:
Gambar 4.1 Rangkaian Penguat Common Emitter Untuk menganalisa rangkaian di atas maka dapat digunakan dua analisa yaitu analisa DC dan analisa AC. 4.2.1. Analisa DC Analisa ini digunakan untuk mancari titik kerja dari penguat yang akan kita analisa. Untuk menganalisa DC maka sumber AC kita matikan dan semua kapasitor kita buat open circuit., sehingga rangkaian ekivalen seperti gambar 4.2 di bawah ini:
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
Gambar 3.3 Rangkaian Percobaan Karakteristik Transistor Bipolar 2. Menghubungkan Multimeter pada
VCC kemudian atur tegangan VCC
sesuai dengan petunjuk instruktur . 3. Memasang Ampere Meter dengan skala µA pada J1 untuk mengatur arus I B sesuai dengan petunjuk instruktur.
4. Mengukur arus kolektor I C pada titik J2 dengan multimetr pada skala Ma. 5. Mengamati hasilnya dan catat pada lembar data yang tersedia. 6. Mengulangi langkah-langkah tersebut di atas untuk nilai I B yang lain dan Masukan datanya kedalam tabel yang telah tersedia.
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika sehingga dapat diabaikan , di sini transistor kehilangan kerja normalnya. Dapat dikatakan bahwa tegangan kolektor-emitor sama dengan ujung dari garis beban tersebut.
VCEcutoff ≡ VCC
Perpotongan garis beban dengan kurva IB=IB sat disebut jenuh (saturation). Pada titik ini arus kolektor maksimum atau dapat dikatakan bahwa arus kolektor sama dengan ujung dari garis beban.
I C ( sat ) ≅
VCC RC
Jika arus basis IB lebih kecil dari IB (sat) maka transistor akan beroperasi pada daerah aktif,yaitu titik kerjanya terletak disepanjang garis beban. Jadi dapat disimpulkan bahwa transistor bipolar bekerja sebagai suatu sumber arus dimana saja sepanjang garis beban, kecuali titik jenuh (saturation) atau titik sumbat (cut-off) dimana transistor tidak lagi bekerja sebagai sumber arus melainkan sebagai sakalar. 3.3. Peralatan Yang Diperlukan ● Kit Praktikum Karakteristik Transistor Bipolar ● Multimeter Digital ● Catu Daya ● Kabel Penghubung
3.4. Langkah Percobaan Karakteristik Transistor Bipolar 1. Rangkaian modul percobaan sama aeperti gambar 3.3 berikut ini LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika Kedua titik tersebut merupakan titik potong garis beban dengan sumbu datar VCE dan sumbu tegak IC. Garis beban kemudian dapat kita pakai untuk menentukan besar sinyal masukan Vi ke transistor. Besar simpangan maksismum Vi bergantung kepada faktor kemiringan garis beban = −
1 . Kemiringan garis RL
beban dapat diatur dengan mengubah tegangan sumber VCC dan nilai resistor kolektor RC. 3.2.3. Titik Kerja Garis beban akan memotong sekelompok kurva arus basis konstan IB. Dengan IB tertentu (yang diatur rangkaian bias), garis beban akan memotong kurva IB tersebut di Titik Q yang disebut Titik Kerja Transistor. Titik Kerja ini menjadi kondisi awal dari pengoperasian transisitor kelak dimana transistor tersebut mempunyai tiga daerah kerja yaitu aktif (active), jenuh (saturation), dan tersumbat (cut-off). Gambar 3.2 berikut ini akan menjelaskan tetntang titik kerja dan garis beban dari suatu transistor bipolar.
Gambar 3.2 Garis Beban Dc & Titik Kerja Sebuah Transistor Bipolar
Titik dimana garis beban memotong kurva Ib=0 dikenal sebagai titik sumbat (cut-off) . Pada titik ini arus kolektor (Ic) sangat kecil (hanya arus bocor) LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
Daya disipasi maksimum dari transistor tersebut tidak boleh dilampaui karena hal ini telah ditentukan oleh pabrik pembuat transistor tersebut yang dapat kita lihat pada lembar data atau data sheet dari buku data tentang transistor.
Gambar 3.1 Karakteristik Ic-Vce Sebuah Transistor Bipolar 3.2.2. Garis Beban Perilaku penguat transistor dapat dianalisa secara grafis dimana dengan bantuan karakteristik IC-VCE di atas dan sebuah garis beban yang kita taris di kurva tersebut dapat kita tentukan besar sinyal masukan Vi yang dapat diberikan ke transistor. Garis beban dapat digambar melalui persamaan garis beban. Persamaan garis tersebut diperoleh dari hukum persamaan Kirchoff. VCC=Ic x RC + VCE ………………….. (1) Dari persamaan (1) maka tempat kedudukan dapat ditentukan dengan menghitung sepasang koordinat (IC, VCE) yang dengan mudah diperoleh dengan memasukkan nilai istimewa, yaitu IC=0 dan VCE=0 diperoleh koordinat (VCE, IC) yang pertama = (VCC, 0) dan koordinat yang kedua = (0, LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
VCC ). RC
Praktikum Dasar Elektronika
BAB III KARAKTERISTIK TRANSISTOR BIPOLAR 3.1. Tujuan -
Memahami dan mempelajari karakteristik Ic-VCE pada transistor bipolar.
-
Memahami dan mempelajari pengertian tentang garis beban dan titik kerja pada transistor bipolar.
3.2. Teori Dasar Transistor merupakan sebuah komponen semikonduktor yang banyak dipergunakan pada berbagai rangkaian elektronik sebagai penguat, saklar, dan lain-lain. Asas kerja dari dari transistor adalah akan ada arus di antara terminalterminal kolektor-emitor (Ic) hanya apabila ada arus yang mengalir diantara terminal basis-emitor (IB). Jadi transistor harus dioperasikan didaerah linier agar diperoleh sinyal keluaran yang tidak cacat (distorsi). Untuk dapat mengoperasikannya secara tepat maka pengertian tentang karakteristik, titik kerja, disipasi daya transistor dan rangkaian bias (ada yang menyebutnya dengan prategangan, tegangan kerja awal) amatlah penting dan harus dipahami dan dimengerti secara benar. 3.2.1. Disipasi Kolektor Pada gambar 3.1 di bawah ini ditunjukkan karakteristik besar arus yang mengalir di kolektor pada sebuah transistor bipolar yang disebut IC, terhadap perubahan tegangan kolektor-emitor (VCE). Karakteristik ini disebut dengan karakteristik keluaran IC-VCE dimana transistor akan bekerja dengan aman di daerah sebelah kiri bawah dari kurva disipasi daya kolektor. Besar daya yang didisipasikan di kolektor transistor tersebut merupakan hasil kali tegangan kolektor-emitor dengan arus kolektor.
P=VCE x IC LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
1. Membuat rangkaian penyearah setengah gelombang pada modul praktikum sesuai dengan gambar 2.2 di atas. 2. Memasang beban resistor dan kapasitor sesuai petunjuk instruktur. 3. Menghubungkan titik G dan ground dengan osciloscope, juga hubungkan titik G dan F dengan multimeter digital untuk mengukur arus DC. 4. Mengamati bentuk gelombang dan tegangan ripel pada osiloskop, juga amati besar arus yang mengalir pada multimeter digital dan catat hasilnya pada lembar data. 2.4.2.2.Percobaan Penyearah Gelombang Penuh
Gambar 2.3 Rangakaian Percobaan Penyearah Gelombang Penuh
1. Membuat rangkaian penyearah gelombang penuh pada modul praktikum sesuai dengan gambar 2.3 di atas. 2. Memasang beban resistor dan kapasitor sesuai petunjuk instruktur. 3. Menghubungkan titik G dan ground dengan oscilloscope, juga hubungkan titik G dan F dengan multimeter digital untuk mengukur arus DC. 4. Mengamati bentuk gelombang dan tegangan ripel pada osciloscope, dan juga amati besarnya arus yang mengalir pada multimeter digital dan catat hasilnya pada lembar data.
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
Gambar 2.1 Pengukuran Karakteristik Dioda 2. Menghubungkan terminal A dan terminal B ke sumber tegangan DC. 3. Menghubungkan terminal J5 dengan multimeter digital untuk mengukur arus Id. 4. Mengatur sumber tegangan DC sesuai petunjuk instruktur. Untuk tegangan Vi negatif baliklah polaritas seumber tegangan DC. 5. Mengamati besarnya arus yang mengalir melalui dioda (terlihat pada display multimeter), isikan hasil pengamatan tersebut pada tabel yang tersedia. 6. Membuat karakteristik untuk tiga jenis dioda tersebut (Germanium, Silicon, Zener). 2.4.2. Percobaan Penyearah dan Filter 2.4.2.1.Percobaan Penyearah Setengah Gelombang
Gambar 2.2 Rangkaian Percobaan Penyearah
1 Gelombang (Half-Wave) 2
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika 2.2.2. Karakteristik Dioda Dalam percobaan ini akan kita amati karakteristik Id terhadap Vd dari tiga dioda yaitu: dioda Si, dioda Ge, dan dioda Zener. Dioda pertama dan ekdua adalah dioda umum yang berbeda berdasarkan bahannya (Germanium dan Silicon). Dioda kedua adalah dioda Silicon yang dibuat khusus yaitu sebagai penyetabil tegangan-tegangan DC. Dengan menggunakan rangkaian kit praktikum yang tersedia, amati dan pahami tegangan nyala dioda (cut-in) dan tegangan rusak (breakdown). Dari kurva karakteristik yang diperoleh dapat juga kita hitung besarnya resistansi dinamis dioda pada suatu titik kerja di kurva. Terakhir adalah mempelajari penggunaan dioda berdasarkan karakteristik tersebut. 2.2.3. Penyearah Dalam percobaan ini akan diamati dua jenis penyearah yaitu penyearah setengah gelombang (Half Wave), penyearah gelombang penuh (Full Wave) dengan menggunakan rangkaian jembatan. Menggunakan kit praktikum yang tersedia kita akan dapat memahami: 1. Perbedaan penyearah setengah gelombang dan gelombang penuh. 2. Bentuk karakteristik dioda pada keluaran. 3. Pengaruh beban untuk masing-masing jenis penyearah. 2.3. Peralatan Yang Digunakan -
Kit Praktikum Karakteristik Dioda, Penyearah dan Filter
-
Osiloskop
-
Catu Daya
-
Multimeter digital
-
Kabel Penghubung
2.4. Langkah Percobaan 2.4.1. Percobaan Karakteristik Dioda 1. Membuat rangkaian sebagai berikut ini pada modul percobaan. LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG
Praktikum Dasar Elektronika
BAB II KARAKTERISTIK DIODA, PENYEARAH & FILTER 2.1. Tujuan Percobaan •
Memahami serta mempelajari karakteristik dioda biasa dengan bahan silikon dan germanium serta diioda zener dan aplikasi penggunaan dari dioda-dioda tersebut di atas.
•
Memahami serta mempelajari rangkaian penyearah setengah gelombang dan gelombang penuh.
•
Memahami serta mempelajari tapis (filter) yang digunakan pada rangkaian penyearah setengah gelombang dan gelombang penuh pada sumber tegangan arus searah (DC).
2.2. Pendahuluan 2.2.1. Teori Dasar Salah satu kegunaan dioda adalah untuk penyearah, yaitu mengubah arus AC (bolak-balik) menjadi arus DC (searah). Persamaan penyearah tegangan DC yang dihasilkan oleh rangkaian penyearah dioda adalah: I 1 VDC = Vm − DC dan Ro = ………………………(1) 4 4 fC fC dimana Vm adalah tegangan puncak (maksimum) AC (Volt), f adalah fekuensi dari sinyal AC [Hz], dan C adalah besarnya kapasitor yang terpasang dan berfungsi sebagai filter dikeluaran penyearah [F, farad]. Proses penyearah menghasilkan tegangan DC yang masih mengandung riak atau ripel (ripple), yaitu tegangan AC yang masih menumpang di atas sinyal DC. Sebuah sumber tegangan DC ideal memiliki resistansi keluaran Ro=0. Dari persamaan di atas, kondisi ini dapat didekati dengan nilai C sebesar mungkin. Dengan C besar, digharapkan mendekati kondisi sumber tegangan DC ideal : Ro mendekati 0, menekan ripel serendah mungkin (filter), dan berfungsi sebagai regulator (penyetabil) tegangan DC yang keluar. LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA ITN MALANG