4. Cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia melalui kulit Suatu mikroorganisme yang membuat kerusakan atau kerugian terhadap tubuh inang, disebut sebagai patogen. Sedangkan kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit disebut patogenisitas. Ketika suatu mikroorganisme memasuki inang yang memasuki jaringan tubuh dan memperbanyak diri, mikroorganisme dapat menimbulkan infeksi. Jika keadaan inang rentan terhadap infeksi dan fungsi biologinya rusak, maka hal ini dapat menimbulkan suatu penyakit. Patogen merupakan beberapa jenis mikroorganisme atau organisme lain yang berukuran yang lebih besar yang mampu menyebabkan penyakit (Wilson & Price, 1995). Suatu mikroorganisme yang bersifat patogen pertama kali harus mencapai jaringan inang dan memperbanyak diri sebelum melakukan kerusakan. Dalam banyak kasus, hal yang dibutuhkan pertama kali adalah mikroorganisme harus menembus kulit, membrane mukosa, atau epitel intestin, permukaan yang secara normal bertindak sebagai barrier mikroorganisme. Melintasi kulit masuk ke lapisan subkutan hampir selalu terjadi melalui luka baik tergores, tercakar, tergigit hewan, teriris pisau, atau apapun yang menyebabkan kulit luka berdarah, dan jarang dilakukan patogen menembus melewati kulit yang utuh. Permukaan mukosa ditutupi oleh selapis tipis mukus, yang tersusun dari beberapa senyawa karbohidrat. Lapisan ini merupakan barrier pertama yang dilalui oleh patogen ketika memasuki inang (Rampengan, 2008). Contoh mikroorganisme yang masuk melalui kulit 1) Staphylococcus aureus Salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri adalah bisul. Bisul adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan di sekitarnya (lihat gambar 4.1), yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus (lihat gambar 4.2) (Wilson et al., 1995). Bisul terjadi ketika suatu area dari jaringan menjadi terinfeksi dan sistem kekebalan tubuh mencoba untuk melawannya. Sel darah putih bergerak melalui dinding pembuluh darah ke daerah infeksi dan masuk dalam jaringan yang rusak. Selama proses ini terbentuk nanah. Nanah adalah penumpukan cairan, sel darah putih yang mati, jaringan mati, dan bakteri atau benda asing lainnya (Medlineplus, 2012). Bisul dapat ditularkan antara orang melalui kontak langsung dengan kulit, diantaranya yang pertama melalui memeras, menggaruk dengan menyentuh bagian yang
terinfeksi, yang kedua menggunakan pakaian, handuk atau seperai yang belum dicuci setelah digunakan oleh seseorang yang menderita infeksi kulit, ketiga menggunakan alat dandanan (misalnya gunting kuku, pinset dan pisau cukur) yang telah digunakan oleh seseorang yang menderita infeksi kulit, dan tidak mencuci tangan dengan teliti.
Gambar 4.1. Bisul akibat infeksi bakteri Staphylococcus aureus (Sumber: http://www.obatherbal.com.)
Gambar 4.2. Bakteri Staphylococcus aureus penyebab bisul (Sumber: Wilson et al., 1995) 2) Burkholderia pseudomallei.
Bakteri Burkholderia pseudomallei adalah bakteri yang menyebabkan penyakit Melioidosis. Bakteri tersebut hidup di bawah permukaan tanah pada musim kering tetapi setelah curah hujan yang deras ditemukan dalam permukaan air dan lumpur dan dapat juga naik di udara. Bakteri Burkholderia pseudomallei (lihat gambar 4.3) yang menyebabkan meliodosis biasanya masuk ke dalam tubuh lewat luka atau borok di kulit (lihat gambar 4.4) atau melalui penghirupan debu atau titis kecil dan sangat jarang disebabkan karena minum air yang terkontaminasi (Department of health, 2012) Gejala meliodosis tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi dan hal ini bervariasi. Sering bermula sebagai infeksi dada dengan gejala sulit bernafas, batuk berlendir dan demam. Gejala lain yang mungkin muncul termasuk demam disertai sakit kepala dan kebingungan, atau rasa sakit waktu kencing dan/atau kesulitan kencing. Orang bisa jatuh sakit 1 sampai 21 hari setelah terinfeksi dan permulaan gejala bisa tibatiba atau pelan-pelan. Infeksi meliodosis dapat mematikan sehingga dibutuhkan perhatian dokter yang urgen dan pengobatan dengan antibiotic tertentu. Dalam kasus tertentu penyakit bermula secara jauh lebih pelan dengan gejala pengurangan berat badan, demam yang terputus-putus, sakit dada dan batuk. Ada orang tertentu yang memiliki gejala borok kulit, bisul atau infeksi persendian atau tulang. Pernah ada juga beberapa kasus di mana penyakitnya menyebabkan orang jatuh sakit setelah banyak tahun sudah berlalu sejak infeksi pertama. Dalam kasus-kasus tersebut, bakterinya telah dibawa oleh yang bersangkutan dan telah menjadi aktif oleh karena sistem kekebalannya menjadi lebih lemah. Diagnose meliodosis dibuat dengan cara mengembangkan bakterinya melalui pemeriksaan laboratorium terhadap darah, ludah, air kencing, atau usapan dari abses atau borok yang tidak sembuh-sembuh (Department of health, 2012).
Gambar 4.3. Bakteri Burkholderia pseudomallei penyebab penyakit penyakit Melioidosis (Sumber: Department of health, 2012)
Gambar 4.4. Luka atau borok sebagai tempat masuknya bakteri Burkholderia pseudomallei (Sumber: http://www.pediatriconcall.com.) 3) Virus Varicella zoster Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster (lihat gambar 4.5) yang menimbulkan bintik kemerahan di kulit yang menggelembung maupun tidak, melepuh, dan terasa gatal (lihat gambar 4.6). Masa inkubasi virus penyebab cacar ini sekitar 2-3 minggu. Biasanya awal gejala ditandai dengan naiknya suhu tubuh (Martin, dkk., 2009).
virus varicella zoster dapat masuk kedalam tubuh orang lain melalui kontak langsung dengan kulit penderita, Seperti berjabat tangan, atau bersentuhan langsung dengan gelembung bintik yang pecah. (Martin, dkk., 2009).
Gambar 4.5. virus varicella zoster penyebab penyakit cacar air (Sumber: Martin, dkk., 2009)
Gambar 4.6. Penyakit cacar air (Sumber: http://www.nih.gov) 4) Virus Dengue Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, dan menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan maupun fatal. Demam berdarah umumnya ditandai oleh demam tinggi mendadak, sakit kepala hebat, rasa sakit di belakang mata, otot dan sendi, hilangnya napsu makan, mual-mual dan ruam. Gejala pada anak-anak dapat berupa demam ringan yang disertai ruam. Demam berdarah yang lebih parah ditandai dengan demam tinggi yang bisa mencapai suhu 40-41◦C selama dua sampai tujuh hari, wajah kemerahan, dan gelaja lainnya yang
menyertai demam berdarah ringan. Berikutnya dapat muncul kecenderungan pendarahan, seperti memar, hidung dan gusi berdarah, dan juga pendarahan dalam tubuh sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter (lihat gambar 4.7). Pada kasus yang sangat parah, mungkin berlanjut pada kegagalan saluran pernapasan, shock dan kematian. Setelah terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus, tubuh akan memiliki kekebalan terhadap virus itu, tapi tidak menjamin kekebalan terhadap tiga jenis virus lainnya (Soekidjo, 2005). Demam berdarah ditularkan pada manusia melalui gigitan pada kulit oleh nyamuk betina Aedes yang terinfeksi virus dengue (lihat gambar 4.8) . Penyakit ini tidak dapat ditularkan langsung dari orang keorang. Penyebar utama virus dengue yaitu nyamuk Aedes aegypti, namun virus dengue juga dapat disebarkan oleh spesies lain yaitu Aedes albopictus. (Soekidjo, 2005).
Gambar 4.7. Pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter akibat gejalah-gejalah yang ditimbulkan oleh inveksi Virus Dengue (Sumber: www.kalbemed.com)
Gambar 4.8. Virus Dengue penyebab penyakit demam berdarah (Sumber: Soekidjo, 2005) 5) Virus Rabies Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoonotik yang bersifat akut yang disebabkan oleh virus kelompok negatif sense single-stranded RNA, golongan Mononegavirales, Family Rhabdoviridae, genus Lyssavirus yakni virus Rabies (Priangle,1991). Menurut World Health Organization (WHO), rabies menduduki peringkat 12 daftar penyakit yang mematikan (Mattosdan Rupprecht, 2001). Rabies menyerang susunan syaraf pusat, sehingga dapat menyebabkan penyakit diantaranya radang pada otak (Utami dan Sumiarto, 2010). Virus Rabies (lihat gambar 4.9) dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit akibat inveksi Virus Rabies ini sangat ditakuti dan mengganggu ketentraman hidup manusia, karena apabila sekali gejala klinis penyakit rabies timbul maka biasanya diakhiri dengan kematian. Penularan penyakit rabies ini dapat Melalui gigitan hewan yang terinfeksi oleh virus rabies (lihat gambar 4.10) (Utami dan Sumiarto, 2010).
Gambar 4.9. Virus Rabies yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. (Sumber: Priangle,1991)
Gambar 4.10. penularan penyakit rabies melalui gigitan anjing yang terinveksi virus Rabies yang mengakibatkan penyakit radang pada otak. (Sumber: Utami dan Sumiarto, 2010).
6) Clostridium tetani. Tetanus atau lockjaw adalah penyakit akut yang menyerang sistem saraf pusat yang ditandai dengan kontraksi otot berkepanjangan (Rampengan, 2008). Gejala klinis utama disebabkan oleh tetanospasmin, suatu neurotoksin yang diproduksi oleh sporeforming bakteri gram positif obligat anaerob Clostridium tetani (lihat gambar 4.11). Infeksi seringkali timbul melalui Spora Clostridium tetani yang biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit karena terpotong, tertusuk ataupun luka bakar serta pada infeksi tali pusat (Tetanus Neonatorum) (Novie, dkk., 2012). Apabila penyakit berlanjut maka akan terjadi pula spasme otot pada daerah mulut (trismus atau lockjaw), yang akan diikuti dengan kekakuan dan spasme pada seluruh otot di bagian tubuh yang lain (lihat gambar 4.12). 4-8 Pasien dalam keadaan sadar penuh dan menampakkan ekspresi wajah kaku dan ketakutan akan timbul kembali spasme berulang (Novie, dkk., 2012) Tetanus masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia meskipun telah terjadi penurunan insidens sejalan dengan pelaksanaan program imunisasi terhadap tetanus.
Gambar 4.11. Clostridium tetani (Sumber: Novie, dkk., 2012).
Gambar 4.12. Clostridium tetani yang meneyebabkan spasme otot pada daerah mulut yang diikuti dengan kekakuan dan spasme pada seluruh otot di bagian tubuh yang lain (Sumber: Novie, dkk., 2012).
DAFTAR RUJUKAN Department of health. 2012. Melioidosis (Indonesian). Northern Territory Government. (Online). (www.health.nt.gov.au/library/scripts/objectifyMedia.aspx? filepdf)
diakses 23 Maret 2016.
Wilson L. M. & Price, S. S., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses –proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta, EGC
MedlinePlus, 2012, Abscess,(Online), (http://www.nih.gov), diakses tanggal 22 Maret 2016) Priangle, c.R. 1991. The order Mononegavirales, Archives of virology 117: 137-140. Mattos, c.A., Rupprecl1t,A. 2001. Rhabdoviruses. In: Fields virology, 1245-1277. Utami, S.& Sumiarto, B. 2010. Identifikasi Virus Rabies Pada Anjing Liar di Kota Makassar. Jurnal Sains, (Online), Vol.28 No.2, (http:// pbb.ugm.ac.id), diakses 23
Maret 2016.
Rampengan, T.H. 2008. Penyakit infeksi tropik pada anak. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Novie H. Rampengan, Yose Pangestu, S.N.N Tatura, T.H Rampengan. 2012. Profil Kasus Tetanus Pada Anak di RS. Prof. Dr. R.D Kondou Manodo. Jurnal Kedokteran, (Online) Vol. 14, No. 3, (http://www//suite101.com.), diakses 23 Maret 2016. Soekidjo Notoatmodjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Herke J. O. Sigarlaki. 2007. Karakteristik, Pengetahuan, Dan Sikap Ibu Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue. jurnal kedokteran, (Online), Vol. 23, No. 3, (http:// www.chp.gov.hk), diakses 23 Maret 2016. Martin K., Norberta D., & Matheus T. 2009. Varicela Zoster Pada Anak. Jurnal Kedokteran, Online), Vol.03 No.1, (http://digilib.unila.ac.id), diakses 22
Maret 2016.