4
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1.
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang merupakan getaran yang merambat secara kontinu dengan bentuk yang tetap pada kecepatan konstan secara periodik. Dalam gejala penyerapan, gelombang akan mengecil saat bergerak, apabila mediumnya memiliki sifat dispersif atau penghambur, maka frekuensi dan kecepatannya akan berbeda, dalam dua ataupun tiga dimensi dan amplitudo gelombang tersebut juga akan berkurang selama penyebaran (Griffiths, 1999). Gelombang elektromagnetik tidak memerlukan bahan sebagai medium perambatannya. Spektrum gelombang elektromagnetik dapat digolongkan berdasarkan panjang gelombang atau frekuensinya. Gambar 2.1. memperlihatkan spektrum gelombang elektromagnetik terdiri atas gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, ultraviolet, sinar X, dan sinar Gamma.
Gambar 2.1. Spektrum Gelombang Elektromagnetik (Young & Freedman, 2008) Gelombang elektromagnetik memiliki kecepatan perambatan yang sama pada ruang hampa, yakni c = 299.792.458 m/s meskipun banyak perbedaan bentuk maupun sumber penghasilnya. Gelombang elektromagnetik dapat memiliki frekuensi (f) dan panjang gelombang (Ξ») berbeda, hubungan c = Ξ».f dalam ruang vakum berlaku untuk seluruhnya (Young & Freedman, 2008).
Universitas Sumatera Utara
5
2.2.
Frekuensi Gelombang Mikro
Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar 104 πm sampai 106 πm. Rentang frekuensinya adalah 300 MHz hingga 30 GHz. Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar antara 1 sampai 10 mm disebut gelombang milimeter (Collin, 1992). Tabel 2.1. menunjukkan jenis-jenis frekuensi band gelombang mikro berdasarkan nilai frekuensi yang dimiliki. Tabel 2.1. Frekuensi Band Gelombang Mikro Microwave band designation Frequency
Old
New
500 β 1000 MHz
VHF
C
1 β 2 GHz
L
D
2 β 3 GHz
S
E
3 β 4 GHz
S
F
4 β 6 GHz
G
G
6 β 8 GHz
C
H
8 β 10 GHz
X
I
10 β 12,4 GHz
X
J
12.4 β 18 GHz
Ku
J
18 β 20 GHz
K
J
20 β 26,5 GHz
K
8
26,5 β 40 GHz
Ka
K
Sumber: Collin, 1992 Perhatian yang besar pada frekuensi gelombang mikro muncul karena berbagai alasan, diantaranya adalah kebutuhan yang semakin meningkat akan pemanfaatan yang lebih dari spektrum frekuensi radio untuk penggunaaannya dimana frekuensi gelombang mikro dapat diterapkan. Gelombang mikro hampir identik dengan RADAR (Radio Detection and Ranging) karena sistem gelombang mikro digunakan dalam berbagai penggunaan yang bervariasi. (Collin, 1992).
Universitas Sumatera Utara
6
2.3.
Superposisi Dua Gelombang, Beats
Misalkan gelombang I memiliki amplitudo A, frekuensi π1 dan bilangan gelombang k1. Gelombang II dengan amplitudo A, frekuensi π2, dan bilangan gelombang k2. Kedua gelombang sinusoidal tersebut merambat dalam arah x positif pada medium yang sama, dapat ditemukan jika hubungan antara π dan k diketahui. Superposisi atau Penjumlahan dua gelombang tersebut dapat dirumuskan menjadi f (x,π‘) =A sin(π1 π₯ β π1 π‘) + sinβ‘ (π2 π₯ β π2 π‘)
(2.1)
kita tahu bahwa untuk πΌ dan π½ sin πΌ + sin π½ = 2 sin
πΌ+π½ 2
πΌβπ½
cos
(2.1.a)
2
f (x,π‘) = 2A sin
ππ + ππ π β ππ + ππ π π
Γ cos
π 1 β π2 π₯ β π 1 β π 2 π‘
(2.1.b)
2
Jika π1 dan π2 persis sama, kemudian k1 dan k2 juga demikian, sehingga f (x, π‘) = 2A sin(π1 π₯ β π1 π‘)
(2.2)
atau amplitudonya menjadi dua kali lipat. sekarang mari kita pertimbangkan kasus di mana π1 dan π2 berbeda, sehingga π1= π2 + βπ, βπ kecil.
(2.3)
Dengan cara yang sama, didapatkan π1= π2 + βπ, βπ kecil.
(2.4)
Kemudian f (x,π‘) = 2A sin(π1 π₯ β π1 π‘) cos
βπ 2
π₯β
βπ 2
π‘
(2.5)
karena π1 + π2 2π1 β βπ = β
π1 2 2 Dan π1 + π2 2π1 β βπ = β
π1 2 2
Universitas Sumatera Utara
7
Pada t = 0, maka persamaan 2.5 akan menjadi f (x, 0) = 2A sin π1 π₯ cos
βπ 2
π₯
(2.6)
karena βπ βͺ π, panjang gelombang yang terkait dengan βπ/2 ππ
π = βπ/π
(2.7)
Dihubungkan ke k1 menjadi π=
2π
(2.7.a)
π1
Sehingga fungsi yang merupakan hasil dari dua fungsi sinusoidal ditunjukkan pada Gambar 2.2
Gambar 2.2. Beats Frequency (terbentuk clumps). (http://www.wonderwhizkids.com) Riak yang bagus dari propagasi gelombang pendek dengan kecepatan fase. π1 πππ = π1 Faktor determinansi dapat ditulis cos
βπ βπ π₯β π‘ 2 2
Merambat dengan kecepatan βπ 2 βπ = βπ 2 βπ dengan membuat βπ dan βπ cukup kecil, βπ βπ mendekati kecepatan grup ππ =
ππ ππ
(2.8)
Universitas Sumatera Utara
8
Clumps dibentuk oleh beberapa gelombang pendek mungkin tepat disebut kelompok gelombang, dan clumps ini merambat dengan kecepatan grup, yang dapat berbeda dari kecepatan fase untuk gelombang dispersif.
Gambar 2.3. Beats yang disebabkan oleh superposisi dari dua gelombang dengan frekuensi yang berbeda (http://www.a-levelphysicstutor.com)
Superposisi dari dua gelombang dengan frekuensi yang berbeda menghasilkan fenomena penting yang disebut beats. (Gambar 2.3). Koordinat spasial persamaan 2.5 pada x = 0 akan menjadi f (0, π‘) = β2A sin π1 π‘ cos
βπ 2
π‘
(2.9)
yang menunjukkan bahwa osilasi amplitudo dari frekuensi tinggi (π1) dimodulasi yang diatur perlahan (βπ βͺ π1) fungsi sinusoidal, cos (βππ‘/2). Clumps muncul setiap 2π/βπ = 1/βπ£ sekon. Jadi dalam kasus gelombang suara, misalnya, seseorang mendengar intensitas suara akan naik dan turun dengan frekuensi βπ£ =
βπ 2π
= π£1 β π£2
(2.10)
Intensitas modulasi dikenal sebagai beats. (Akira Hirose, 1985)
2.4.
LASER (Light Amplification by Stimuled Emission of Radiation)
2.4.1. Definisi Umum Laser Laser
merupakan
mekanisme
suatu
alat
yang
memancarkan
radiasi
elektromagnetik, biasanya dalam bentuk cahaya yang tidak dapat dilihat maupun dapat lihat dengan mata normal, melalui proses pancaran terstimulasi. Pancaran laser biasanya tunggal, memancarkan foton dalam pancaran koheren. Laser juga
Universitas Sumatera Utara
9
dapat dikatakan efek dari mekanika kuantum. Dalam teknologi laser, cahaya yang koheren menunjukkan suatu sumber cahaya yang memancarkan panjang gelombang yang diidentifikasi dari frekuensi yang sama, beda fase yang konstan dan polarisasinya. (Desy, 2013) Teori kuantum menyatakan bahwa elektron hanya bisa eksis dalam keadaan energi diskrit ketika penyerapan atau emisi cahaya disebabkan oleh transisi elektron dari satu tingkat energi ke tingkat energi yang lain. Frekuensi yang diserap atau emisi radiasi f berkaitan dengan perbedaan energi antara tingkat energi yang lebih tinggi E2 dan tingkat energi yang lebih rendah E1 dengan persamaan Planck sehingga πΈ = πΈ2 β πΈ1 = ππ
(2.11)
dimana h = 6.626 Γ 10-34 Js adalah konstanta Planck. Dalam sebuah atom, keadaan energi sesuai dengan tingkat energi elektron terhadap inti, yang biasanya ditandai sebagai keadaan dasar. Umumnya, tingkat energi dapat mewakili energi atom eksitasi, molekul (dalam laser gas) atau pembawa seperti elektron atau lubang dalam semikonduktor. Istilah foton selalu digunakan untuk menggambarkan paket energi diskrit yang dilepaskan atau diserap oleh sistem ketika ada interaksi antara cahaya dan materi. Misalkan sebuah energi foton (πΈ2 β πΈ1 ) adalah cahaya datang pada sistem atom seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 dengan dua tingkat energi sepanjang arah z longitudinal. Elektron ditemukan di tingkat energi yang lebih rendah E1 dapat tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi E2 melalui penyerapan foton yang datang. Proses ini disebut penyerapan induksi. Sistem dua tingkat ini jikalau dianggap sebagai sistem tertutup, hasil proses penyerapan induksi kehilangan energi. Atau, sebuah elektron awalnya ditemukan awalnya tingkat energi yang lebih tinggi E2 dapat dirangsang oleh foton untuk melompat kembali ke tingkat energi yang lebih rendah. Suatu perubahan energi akan menyebabkan pelepasan foton tunggal pada frekuensi f menurut persamaan Planck.
Universitas Sumatera Utara
10
Gambar 2.4. Mekanisme rekombinasi yang berbeda ditemukan dalam sistem dua level energi (H. Ghafouri Shiraz, 2003) Proses ini disebut emisi terstimulasi. Foton dipancarkan yang dibuat dengan menstimulasi emisi yang memiliki frekuensi sama sebagai inisiator yang datang. Selain itu, cahaya keluaran berhubungan dengan foton yang datang dan stimulasi foton dengan berbagi fase dan keadaan polarisasi yang sama. Dengan cara ini, radiasi koheren dicapai. Bertentangan dengan proses penyerapan, ada kelebihan energi untuk emisi terstimulasi. Selain penyerapan induksi dan emisi terstimulasi, ada jenis lain dari transisi dalam sistem dua tingkat. Sebuah elektron dapat melompat dari keadaan energi yang lebih tinggi E2 ke keadaan energi yang lebih rendah E1 tanpa adanya foton yang datang. Jenis transisi ini disebut emisi spontan. Sama seperti emisi terstimulasi, akan ada kelebihan energi pada output sistem. Namun, emisi spontan adalah proses acak dan foton keluaran menunjukkan variasi dalam fase dan keadaan polarisasi. Radiasi non koheren ini diciptakan oleh emisi spontan yang penting untuk karakteristik kebisingan (noise) di laser semikonduktor. (H. Ghafouri Shiraz, 2003) Dalam penelitian skripsi ini, laser yang digunakan adalah laser semikonduktor jenis DFB (Distributed Feedback) yang beroperasi pada panjang gelombang 1550 nm yang berfungsi sebagai sumber pembangkit frekuensi gelombang mikro.
Universitas Sumatera Utara
11
2.4.2. Generasi dan Rekombinasi pada Kesetimbangan Thermal Eksitasi termal elektron dari pita valensi ke pita konduksi menghasilkan generasi pasangan elektron-lubang (Gambar 2.5). Kesetimbangan termal mengharuskan proses generasi ini disertai dengan proses sebaliknya (de-eksitasi) secara bersamaan. Proses ini disebut rekombinasi elektron-lubang, terjadi ketika sebuah elektron meluruh dari pita konduksi untuk mengisi lubang di pita valensi. Energi yang dilepaskan oleh elektron berupa foton yang dipancarkan, dalam hal ini disebut rekombinasi radiasi. Rekombinasi non radiasi dapat terjadi melalui sejumlah proses, termasuk transfer energi untuk getaran kisi (menciptakan satu atau lebih fonon) atau elektron bebas lain (proses Auger). Rekombinasi juga dapat terjadi secara tidak langsung melalui perangkap (traps) atau pusat cacat (defect centers). Ini adalah tingkat energi yang terkait dengan impuriti atau cacat karena dislokasi, atau ketidaksempurnaan kisi lainnya, yang terletak di dalam celah pita energi. Pengotor atau keadaan cacat dapat bertindak sebagai pusat rekombinasi jika ia mampu menjebak kedua elektron dan lubang, sehingga meningkatkan kemungkinan mereka bergabung kembali. Hasil rekombinasi ini mungkin radiasi atau non radiasi.
(a)
(b)
Gambar 2.5. (a) Generasi dan rekombinasi elektron-lubang, (b) Rekombinasi elektron-lubang melalui trap (Bahaa E. A. Saleh, 1991)
2.5.
Laser Semikonduktor (Laser Dioda)
Laser
semikonduktor,
proses
lasing
terjadi
didalam
sambungan
dioda
semikonduktor. Untuk mendapatkan aksi laser, semikonduktor tipe-P sebagai
Universitas Sumatera Utara
12
pembawa muatan positif atau hole dan tipe-N sebagai pembawa muatan negatif atau elektron harus melakukan generasi dan rekombinasi. Pada arus panjar nol, suatu daerah pengosongan (depletion zone) memisahkan kedua bagian. Rekombinasi terjadi secara kontinu dalam semikonduktor jika diberikan tegangan luar dari kristal pembentuk semikonduktor, seperti pada Gambar 2.6.a. Arus panjar maju (forward panjar) yang cukup diberikan pada sambungan untuk mengatasi potensial batas, daerah pengosongan akan menghilang, dan lubang bebas bergerak melewati sambungan kedalam daerah N, sementara elektron-elekron bebas pula bergerak kedalam daerah P, seperti pada Gambar 2.6.b. Apabila kuat arus yang diinjeksikan atau arus panjar lemah, maka invers population tidak terjadi. Apabila arus panjar maju yang diberikan ditingkatkan maka invers population akan terjadi sehingga emisi terstimulasi pun dapat mendominasi pada arus panjar tertentu, yang disebut arus ambang. (Wildan, 2011)
Gambar 2.6. Level Energi dan pembawa konsentrasi sambungan PN semikonduktor (a) Dioda semikonduktor tanpa tegangan bias, (b) Dioda Semikonduktor dengan tegangan bias maju (H. Ghafouri Shiraz, 2003)
2.5.1. Panjang Gelombang Bandgap Penyerapan dan emisi dari band ke band secara langsung dapat terjadi hanya pada frekuensi untuk energi foton hv > πΈπ . Frekuensi minimum v yang diperlukan adalah π£π = πΈπ π, sehingga panjang gelombang maksimum yang sesuai adalah ππ = ππ π£π = πππ πΈπ . Jika energi bandgap diberikan dalam eV, panjang gelombang bandgap ππ = πππ ππΈπ dalam πm diberikan oleh
Universitas Sumatera Utara
13
ππ =
1.24
(2.12)
πΈπ
Panjang gelombang bandgap ππ (πm) dan πΈπ (eV). Kuantitas ππ disebut panjang gelombang bandgap (atau panjang gelombang cutoff). Kandungan energi dari sebuah foton yang dilepaskan dalam suatu semikonduktor ada hubungannya dengan energi bandgap dari bahan semikonduktor. (Bahaa E. A. Saleh, 1991)
2.5.2. DFB (Distributed Feedback) Laser Dioda Laser DFB adalah laser semikonduktor yang dapat mencapai operasi single longitudinal mode, yaitu laser dengan mode panjang gelombang puncak tunggal atau dikenal dengan panjang gelombang Bragg Ξ»B. Laser ini didesain dengan struktur yang menggunakan distributed reflector (Bragg gratings) yang ditempatkan berbatasan langsung dengan daerah aktif dengan menggunakan pandu gelombang spasial bergelombang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.a. Akibat adanya distributed reflector, akan menyebabkan terjadinya distributed feedback, dimana struktur periodik ini bertindak sebagai reflector yang terdistribusi pada kisaran panjang gelombang kerja laser. (Sekartedjo, K. 1984) DFB laser beroperasi dengan lebar spektral sekecil 10 MHz (tanpa modulasi) dan modulasi bandwidth yang baik kisaran GHz. DFB laser digunakan dalam berbagai aplikasi termasuk komunikasi serat optik di kisaran panjang gelombang 1,3 hingga 1,55πm.
Gambar 2.7. DFB laser memiliki lapisan periodik yang bertindak sebagai pemantul terdistribusi. (Bahaa E. A. Saleh, 1991)
Universitas Sumatera Utara
14
2.6.
Teknik Heterodyne Optik
Sinyal microwave atau miliwave dapat dihasilkan dalam domain optik berdasarkan heterodyne optik, sinyal yang diperoleh berasal dari pencampuran dua sinyal gelombang elektromagnetik pada frekuensi optik. Sinyal yang dihasilkan merupakan selisih dari dua gelombang optik yang berpadu. Dua sinyal yang berbeda frekuensi tersebut berpadu melalui fiber coupler dan kemudian diproses dalam fotodetektor sehingga kemudian dihasilkan sinyal elektrik.
Gambar 2.8. Heterodyne optis dua gelombang optik (Yao, 2010) Asumsikan bahwa dua gelombang optik diberikan oleh persamaan πΈ1 π‘ = πΈ01 cos π1 π‘ + π1
(2.13)
πΈ2 π‘ = πΈ02 cos π2 π‘ + π2
(2.14)
di mana πΈ01 dan πΈ02 adalah amplitudo sedangkan π1 dan π2 adalah fase dari dua gelombang optik. Mengingat bahwa bandwidth yang terbatas dari fotodetektor, arus pada keluaran fotodetektor diberikan oleh persamaan πΌπ
πΉ = π΄ cos π1 β π2 + π1 β π2
(2.15)
Persamaan 2.15 menunjukkan bahwa sinyal listrik dengan frekuensi yang sama dengan perbedaan frekuensi dua gelombang optik dapat dihasilkan. Teknik ini mampu menghasilkan sinyal listrik dengan frekuensi sampai band THz, hanya dibatasi oleh bandwidth fotodetektor. (Yao, 2010)
2.7.
Serat Optik
Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari
Universitas Sumatera Utara
15
bahan penyusun gelas atau kaca. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh serat optik. Serat optik bekerja berdasarkan hukum snellius tentang pemantulan sempurna. Pemantulan cahaya atau pembiasaan cahaya yang terjadi sangat bergantung pada saat cahaya menyentuh permukaan atau masuk ke inti serat optik. Sebagai sarana transmisi, serat optik berperan sebagai pemandu gelombang cahaya. Menurut ilmu fisika tentang cahaya, jika cahaya jatuh pada medium yang berbeda indeks biasnya, cahaya tersebut akan dibiaskan dan sudut datang dari sinar yang dikirimkan pada serat optik dapat memungkinkan untuk mengatur seberapa efisiensi sinar tersebut sampai pada tujuan. Sistem komunikasi serat optik, informasi diubah menjadi sinyal optik (cahaya) dengan menggunakan sumber cahaya LED atau Diode Laser. Kemudian dengan dasar hukum pemantulan sempurna, sinyal optik yang berisi informasi dilewatkan sepanjang serat sampai pada penerima, selanjutnya detektor optik akan mengubah sinyal optik tersebut menjadi sinyal listrik. Serat optik memiliki keunggulan yang signifikan dibandingkan media transmisi kawat konvensional. Keunggulan tersebut antara lain adalah: 1.
Rugi transmisi rendah
2.
Bandwidth yang lebar
3.
Ukuran kecil dan ringan
4.
Tahan gangguan elektromagnetik dan elektrik. Serat optik terdiri dari inti (core), pembungkus (cladding) dan coating
ditunjukkan dalam Gambar 2.11.
Gambar 2.9. Struktur dasar serat optik (http://www.newport.com)
Universitas Sumatera Utara
16
1.
Core adalah kaca tipis yang merupakan bagian inti dari serat atau inti fisik yang mengirim sinyal data optik dari sumber cahaya ke alat penerima yang berupa untai tunggal kontinyu dari kaca atau plastik. Semakin besar core maka semakin banyak cahaya yang dapat dilewatkan dalam kabel.
2.
Cladding adalah materi yang mengelilingi inti yang berfungsi memantulkan sinar kembali ke dalam inti (core), atau layer atau lapisan serat yang berfungsi sebagai pembatas energi elektromagnetik yang terlalu besar, gelombang cahaya dan penyebab pembiasan pada struktur inti. Pembuatan cladding yang cukup tebal memungkinkan medan serat tidak dipengaruhi oleh perambatan disekitar bahan sehingga bentuk fisik serat tidak cacat.
3.
Buffer Coating adalah plastik pelapis yang melindungi serat dari kerusakan. lapisan plastik di sekitar core dan cladding ini juga berfungsi memperkuat inti serat, membantu penyerapan dan sebagai pelindung ekstra pada pembengkokan kabel. (Cindy, 2013)
2.7.1. Propagasi Cahaya pada Serat Optik (Numerical Aperture) Numerical Aperture merupakan parameter yang merepresentasikan sudut penerimaan maksimum dimana berkas cahaya masih bisa diterima dan merambat di dalam inti serat. Sudut penerimaan ini dapat beraneka macam tergantung kepada karakteristik indeks bias inti dan selubung serat optik.
Gambar 2.10. Proses masuknya cahaya kedalam serat optik Sudut datang berkas cahaya lebih besar dari NA atau sudut kritis maka berkas tidak akan dipantulkan kembali ke dalam serat melainkan akan menembus cladding dan akan keluar dari serat (loss). Semakin besar NA maka semakin
Universitas Sumatera Utara
17
banyak jumlah cahaya yang diterima oleh serat. Akan tetapi sebanding dengan kenaikan NA menyebabkan lebar pita berkurang, dan rugi penyebaran serta penyerapan akan bertambah. Oleh karena itu, nilai NA besar hanya baik untuk aplikasi jarak pendek dengan kecepatan rendah. Besarnya Numerical Aperture (NA) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : NA = sin ππππ₯ =
π12 β π22 = π1 2β
(2.16)
Dimana π1 adalah indeks bias inti, π2 adalah indeks bias cladding, dan β adalah beda indeks bias relatif.
2.7.2. Pembagian Serat Optik 2.7.2.1. Berdasarkan mode yang dirambatkan Pembagian serat optik dapat dilihat berdasarkan mode yang dirambatkan yaitu sebagai berikut: 1.
Single mode : Mempunyai inti yang kecil (berdiameter 0.00035 inch atau 9 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 1300-1550 nanometer) diameter mendekati panjang gelombang sehingga cahaya yang masuk ke dalamnya tidak terpantul-pantul ke dinding cladding.
Gambar 2.11. Serat optik single mode (monomode) 2.
Multimode : Mempunyai inti yang lebih besar (berdiameter 0.0025 inch atau 62.5 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 850-1300 nanometer) serat optik dengan diameter core yang agak besar yang membuat laser di dalamnya akan terpantul-pantul di dinding cladding yang dapat menyebabkan berkurangnya bandwidth dari serat optik jenis ini.
Universitas Sumatera Utara
18
Gambar 2.12. Serat optik grade index multimode
2.7.2.2. Berdasarkan indeks bias core : Serat optik berdasarkan indeks bias inti dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu: 1.
Step indeks : pada serat optik step indeks, core memiliki indeks bias yanghomogen.
Gambar 2.13. Serat optik step index multimode 2.
Graded indeks : indeks bias core semakin mendekat ke arah cladding semakin kecil. Jadi pada graded indeks, pusat core memiliki nilai indeks bias yang paling besar. Serat graded indeks memungkinkan untuk membawa bandwidth yang lebih besar, karena pelebaran pulsa yang terjadi dapat diminimalkan. Pada serat optik tipe ini, indeks bias berubah secara perlahanlahan (graded index multimode). Indeks bias inti berubah mengecil perlahan mulai dari pusat core sampai batas antara core dengan cladding. Makin mengecilnya indeks bias ini menyebabkan kecepatan rambat cahaya akan semakin tinggi dan akan berakibat dispersi waktu antara berbagai mode cahaya yang merambat akan berkurang dan pada akhirnya semua mode cahaya akan tiba pada waktu yang bersamaan di ujung serat optik (Depi, 2010). Dalam penelitian skripsi ini, serat optik yang digunakan adalah jenis single
mode dengan panjang Β± 1 m yang beroperasi pada panjang gelombang 1310/1550 nm yang berfungsi sebagai media transmisi sinyal optik.
Universitas Sumatera Utara
19
2.8.
Pembawa Sifat Cahaya (Fiber Coupler)
Serat optik coupler adalah perangkat optik yang menghubungkan tiga atau lebih ujung serat, membagi satu input antara dua atau lebih output, atau menggabungkan dua atau lebih input menjadi satu output. Optical coupler memiliki fungsi yang sama dengan electronic coupler, yaitu membagi sinyal ke beberapa titik atau perangkat. (http://www.exfiber.com) 100 %
50 %
50:50
50 % Gambar 2.14. Optical coupler (http:// www.thorlabs.com) Excess loss dalam satuan dB ditentukan oleh perbandingan total daya keluaran dengan daya total masukan: πΈπ₯πππ π πΏππ π ππ΅ = β10 log
πππππ‘ 1 (ππ ) πππππ‘ 2 ππ +πππππ‘ 3 (ππ )
(2.17)
πππππ‘ 1 adalah daya masukan pada Port 1 dan πππππ‘ 2 + πππππ‘ 3 adalah total daya keluaran dari Port 2 dan 3, dalam satuan mW. Insertion loss ditentukan oleh perbandingan antara daya masukan dengan daya keluaran dari satu kaki coupler. Hal ini umumnya dapat ditulis sebagai πΌππ πππ‘πππ πΏππ π ππ΅ = 10 log
πππ (ππ ) πππ’π‘ ππ
(2.18)
Untuk contoh yang lebih spesifik, insertion loss sinyal dari Port 1 ke Port 2 dapat ditulis: πΌππ πππ‘πππ πΏππ π ππ΅ = 10 log
πππππ‘ 1 (ππ ) πππππ‘ 2 ππ
(2.19)
Dan insertion loss dari Port 1 ke Port 3 adalah πΌππ πππ‘πππ πΏππ π ππ΅ = 10 log
πππππ‘ 1 (ππ ) πππππ‘ 3 ππ
(2.20)
Insertion loss juga bisa dengan mudah dihitung dengan menyatakan daya dalam satuan dBm. Daya di mW memiliki berhubungan dengan daya di dBm menggunakan persamaan: π ππ = 10
π (ππ΅π ) 10
(2.21)
Universitas Sumatera Utara
20
Kemudian, insertion loss dalam satuan dB dapat dihitung sebagai berikut: πΌππ πππ‘πππ πΏππ π ππ΅ = πππ ππ΅π β πππ’π‘ (ππ΅π)
(2.22)
(http:// www.thorlabs.com)
2.9.
Amplifikasi Optik (EDFA)
Amplifier optik digunakan secara ekstensif dalam link data yang berbasis serat optik. Jenis amplifier yang digunakan pada penelitian ini adalah erbium doped fiber amplifier (EDFA). Medium untuk penguatan adalah serat optik kaca yang didoping dengan ion erbium. Erbium dipompa ke keadaan populasi inversi dengan masukan optik yang terpisah. Medium penguatan optik erbium doped glass menguatkan cahaya pada panjang gelombang yang berada di 1550 nm, karena panjang gelombang optik tersebut yang mengalami pelemahan minimum dalam serat optik. Erbium doped fiber amplifier (EDFA) memiliki kebisingan yang rendah dan dapat menguatkan berbagai panjang gelombang secara bersamaan.
Gambar 2.15. Kofigurasi EDFA Pump optik dikombinasikan dengan sinyal optis ke dalam serat erbium doped dengan multiplekser divisi panjang gelombang. Sebuah multiplekser kedua menghilangkan cahaya pump residu dari serat. Isolator optik digunakan untuk mencegah cahaya yang dipantulkan dari bagian-bagian lain dari sistem optik memasuki penguat. (http://opti500.cian-erc.org) Gain dari sebuah penguat dinyatakan sebagai perbandingan antara level sinyal masukan dan level sinyal keluaran, biasanya dinyatakan dalam dB.
Universitas Sumatera Utara
21
πΊπππ dB = 10 log10
P π πππππ βππ’π‘ P π πππππ βππ
2.23
Secara konseptual sederhana, pengukuran gain dari penguat optik dipengaruhi oleh efek polarisasi dan noise optik broadband yang menyertai sinyal pada keluaran penguat. (P. C. Becker, 1997)
2.10.
Fotodetektor Fotodetektor atau detektor cahaya adalah sebagai alat penerima sinyal
optik. Fotodetektor mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik. Keluaran dari penerima adalah sinyal elektrik yang memenuhi spesifikasi dari pengguna kekuatan sinyal, level impedansi, bandwidth, dan parameter lainnya. Prinsip kerja fotodetektor adalah mendeteksi sinyal cahaya yang datang dan mengubahnya menjadi isyarat listrik yang berisi isyarat informasi yang dikirim. Detektor cahaya menyerap foton cahaya dan menghasilkan elektron, yaitu elektron yang dapat menghasilkan arus listrik. Arus listrik tersebut kemudian diperkuat untuk selanjutnya diolah sehingga dapat ditampilkan atau dikeluarkan pada rangkaian elektronika. Untuk mendapatkan hasil yang optimum untuk aplikasi sistem komunikasi optik, maka detektor cahaya harus memiliki fitur-fitur sebagai berikut: 1.
Sensitivitas, kepekaan terhadap cahaya yang datang. Arus listrik yang dihasilkan harus sebesar mungkin dalam merespon daya optik masukan. Karena detektor cahaya ini selektif terhadap panjang gelombang (responnya terbatasi oleh rentang panjang gelombang), maka sensitivitas ini harus bernilai besar pada daerah panjang gelombang operasi.
2.
Responsibilitas, merupakan perbandingan arus keluar dengan cahaya masuk. Waktu respon terhadap sinyal optik masukan harus cepat. Detektor cahaya harus mampu menghasilkan arus listrik meski pulsa optik masukan berlangsung dalam waktu yang cepat. Hal ini akan memungkinkan untuk menerima data dengan laju bit tinggi.
3.
Untuk sistem penerimaan data analog, detektor cahaya harus memiliki hubungan masukan-keluaran yang linier. Hal ini diperlukan untuk menghindari distorsi sinyal keluaran.
Universitas Sumatera Utara
22
4.
Derau (internal noise) harus sekecil mungkin agar piranti dapat mendeteksi sinyal optik masukan sekecil mungkin.
5.
Efisiensi, merupakan perbandingan jumlah lubang elektron yang terjadi terhadap foton yang masuk. Bila jumlah lubang elektron yang terjadi mendekati banyaknya jumlah foton yang masuk maka lebih baik.
6.
Waktu respon atau rise time, merupakan kecepatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan arus terhadap cahaya yang masuk.
7.
Bandwidth, berpengaruh terhadap waktu respon. Dan beberapa karakteristik penting lainnya, misalnya keandalan, stabilitas, dan kekebalan terhadap pengaruh lingkungan. (Cindy, 2013)
Universitas Sumatera Utara