NEWSLETTER
SAHABAT
Edisi : 02/Januari 2011
Siaga Hadapi Bencana Bagi Penyandang Cacat Orang Berkebutuhan Khusus/ Penyandang Cacat dalam Upaya PRB
Telp. +62-380-821301. Email: hiindo_drrpm.kupang.ymail.com
Gagasan Sahabat ................ 2 Teropong Sahabat ................ 4 Agenda Kegiatan .................. 7 Profil Sahabat ....................... 7
semakin meningkatkan risiko kerentanan mereka terhadap bencana. Arbeiter-SamariterBund (ASB) dan Handicap International Federation yang didukung oleh D e pa r t e m e n B a n t u a n Kemanusiaan dan Perlindungan Masyarakat Komisi Eropa (ECHO) melalui Program Kesiapsiagaan Bencana Komisi Eropa (DIPECHO) adalah dua dari sedikit organisasi yang secara khusus melibatkan orang/anak berkebutuhan khusus (penyandang cacat) dalam program PRB, baik di tingkat sekolah maupun masyarakat, agar meningkatkan ketahanan mereka menghadapi bencana. SAHABAT edisi ini selain membahas PRB yang inklusif (melibatkan semua orang),juga memaparkan program PRB yang telah dan sedang dilakukan oleh ASB dan Handicap International Federation serta beberapa profil orang berkebutuhan khusus yang terlibat dalam upaya PRB. Harapan kami gagasan dan pengalaman kami dapat menginspirasi pembaca agar kita semua dapat secara bersama mendukung dan terlibat dalam PRB. Didanai oleh:
Edisi 2, Januari 2011
berkebutuhan khusus yang menjadi korban saat bencana. Mereka sering kesulitan menyelamatkan diri saat bencana, misalnya melakukan evakuasi terutama karena hambatan mobilitas (gerak) atau penglihatan. Kedua, kurangnya perhatian pada kebutuhan orang berkebutuhan khusus saat dan setelah bencana. Mereka mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan sistem pendukung di sekitarnya yang berubah drastis saat bencana. Sementara kebutuhan mereka sering terabaikan seperti aksesibilitas mendapatkan bantuan atau bahkan tidak terdaftar dalam sistem tanggap darurat karena k e l u a r g a menyembunyikan keberadaan mereka. Ketiga, kurangnya keterlibatan orang berkebutuhan khusus dalam PRB. Pelibatan mereka sangat penting dalam perencanaan, penanggulangan, dan Susunan Redaksi respon bencana untuk Diterbitkan oleh : Handicap International memberdayakan dan Federation Program Indonesia memastikan bahwa dan ASB Indonesia. Pembina : Catherine Gillet (Programme kebutuhan mereka sudah Director Handicap International Federation Program Indonesia terpenuhi. dan Alex J. Robinson, Ph.D S e b e n a r n y a (Country Director ASB Indonesia) informasi PRB sangat Pemimpin Redaksi : Petrus Ana Andung. mudah dipahami dan Wakil Redaktur : Rofikul Hidayat. d i p r a k t e k k a n . Editor : Mathieu Dewerse, Nicole Derbinski, Agatia Wenny M asalahnya, orang Tyawati, Yohanis Pakereng. Anggota Redaksi : Agnes Patongloan, Alfred Atidja. berkebutuhan khusus Lay Out : PD Hidayat Yogyakarta. sering kesulitan Alamat Redaksi : Handicap International memperoleh informasi Federation Indonesia Kupang Site Office, Jl. Bajawa No. 1 tersebut, terutama yang Kel. Oebufu, Kupang, tidak bersekolah. Hal ini Propinsi NTT, Indonesia,
NEWSLETTER SAHABAT
Ti n g g i n y a j u m l a h orang berkebutuhan khusus/penyandang cacat yang terkena dampak gempa bumi Yogyakarta 2 0 0 6 k e m b a l i mengingatkan kita, betapa orang berkebutuhan khusus adalah salah satu kelompok yang paling r e n ta n d a l a m s i t u a s i bencana. Sementara pengarusutamaan isu kecacatan dalam upaya PRB di Indonesia pada umumnya belum mengemuka baik di tataran pemerintah, LSM, maupun masyarakat luas. Salah satu kontribusi SAHABAT dalam mendorong isu ini ke permukaan adalah dengan mengusung “kecacatan dalam PRB” sebagai tema utama dalam edisi kedua kali ini. Bertolak pada tema besar ini, setidaknya muncul pertanyaan menggelitik, “mengapa isu kecacatan penting dalam upaya PRB?”. Menjawab pertanyaan ini, setidaknya ada 3 alasan. Pertama, banyaknya orang
GAGASAN SAHABAT
PENGURANGAN RISIKO BENCANA UNTUK SEMUA Oleh: Alifah, Staf ASB Yogyakarta
Edisi 12,, Ok tober 220 10 Januari 011
Akhir-akhir ini, berita bencana marak memadati surat kabar di tanah air, mulai dari bencana alam (letusan Gunung Merapi), lahar dingin, tanah longsor, banjir, gempa, hingga bencana kemanusiaan yang terjadi di posko-posko pengungsian. Dampak kerugian seperti nyawa dan harta benda akibat bencana menjadi sorotan utama, namun sedikit yang menyadari bahwa kerugian tersebut dapat dikurangi dengan inisiatif Pengurangan Risiko Bencana (PRB).
NEWSLETTER SAHABAT
2
Salah satu upaya PRB adalah dengan mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk menghadapi bencana serta bangkit kembali pasca terjadinya b e n c a n a . Tu j u a n n y a adalah agar semua komponen yang ada dalam masyarakat memiliki kemampuan untuk berupaya menyelamatkan dirinya ketika terjadi bencana. Agar berhasil, upaya ini perlu didasarkan pada kearifan lokal, dimulai dari lingkup terkecil, yaitu keluarga, sekolah, kemudian perkumpulanperkumpulan yang ada di masyarakat. Selanjutnya, upaya ini perlu melibatkan semua komponen yang ada dalam masyarakat seperti kelompokkelompok minoritas, termasuk juga penyandang cacat/orang berkebutuhan khusus guna mewujudkan PRB yang inklusif. PRB yang inklusif merupakan usaha pemenuhan hak bagi setiap orang untuk mendapatkan perlindungan dari bahaya dan mengurangi kerentanan dari bencana. Penerapan prinsip inklusi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan merupakan persyaratan utama agar usaha PRB dapat efektif.
Dengan begitu, akan lebih dini, hanya dapat efektif banyak nyawa yang dapat jika dapat menjangkau terselamatkan. semua anggota masyarakat. Penggunaan sirene bahaya bencana Pelibatan Orang B e r k e b u t u h a n sebagai peringatan dini, hanya bisa K h u s u s / P e n y a n d a n g misalnya, dikatakan accessible/ Cacat dalam PRB mengakomodir kebutuhan tunarungu, bilamana Tingginya jumlah d i d a h u l u i d e n g a n o r a n g b e r k e b u t u h a n penjajakan kebutuhan khusus/penyandang cacat dengan para tunarungu yang terkena dampak terkait dengan media dan b e n c a n a s e r i n g k a l i metode apa yang cocok d i s e b a b k a n o l e h untuk mereka. ketidaktahuan mereka Prinsip-prinsip terhadap cara menghadapi bencana dan akibatnya. dalam upaya penanganan Salah satu faktor utamanya adalah k u r a n g n y a k e s a d a r a n p e m a n g k u kepentingan untuk memperhatikan keterlibatan mereka dalam perencanaan dan pelaksanaan program PRB. Padahal, partisipasi dan keterlibatan mereka dalam kegiatan Keluarga dan tetangga anak berkebutuhan khusus sedang membuat peta jalur evakuasi. berbasis masyarakat orang harusnya setara dengan bencana bagi berkebutuhan khusus anggota masyarakat lain.Untuk memastikan y a n g p e n t i n g u n t u k k e b u t u h a n m e r e k a d i p e r h 1a t i k a n , d i terpenuhi, mereka harus antaranya : dilibatkan mulai dari a.Selalu hormati martabat dan keinginan orang langkah kesiapan sampai berkebutuhan khusus, perencanaan teknis seperti halnya terhadap evakuasi. Contohnya, orang lain, apapun jenis untuk sistem peringatan
GAGASAN SAHABAT
PRB Inklusif : Peraturan dan Langkah Nyata Untuk memastikan keterlibatan dan perlindungan bagi penyandang cacat/orang
Kerjasama semua pihak, termasuk pemerintah lokal m e n j a d i k u n c i keberhasilan dan keberlanjutan usaha PRB. Dalam program PRB sebelumnya dan yang sedang berjalan, ASB merangkul pemerintah lokal, anggota Organisasi Penyandang Cacat (OPC),
Gambar ilustrasi tentang cara evakuasi dengan lebih mengutamakan keselamatan kelompok rentan jika terjadi gunung meletus
langkah yang diperlukan untuk menjamin perlindungan dan keamanan bagi orang berkebutuhan khusus dalam situasi berisiko, termasuk situasi konflik bersenjata, darurat kemanusiaan, dan terjadinya bencana alam, sesuai dengan kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional, termasuk hukum kemanusiaan internasional dan hukum hak asasi manusia internasional.” mPoin (g) dalam Kerangka Aksi Hyogo, Prioritas keempat “Mengurangi Faktor Risiko” (2005);“Memperkuat penerapan mekanisme jaringan sosial untuk m e m b a n t u / mendampingi orang berkebutuhan khusus yang terkena dampak dari bencana”. Ta n pa k o m i t m e n pelaksanaan, peraturan di atas hanya menjadi parade kata-kata bagus semata.
k a d e r, s e r t a t o k o h masyarakat . Pendekatan inklusif semacam ini akan meningkatkan penerimaan orang berkebutuhan khusus di masyarakat sehingga pendapat dan kebutuhan mereka turut diperhatikan terutama dalam setiap pengambilan keputusan dalam lingkup masyarakat. Selain itu juga akan menumbuhkan kepercayaan dari anggota masyarakat sehingga anggapan negatif yang selama ini menjadi penyebab orang berkebutuhan khusus tidak mendapatkan kesempatan yang sama dengan anggota masyarakat lain perlahan terpatahkan. 1)
Disarikan dari “Pengurangan Risiko Bencana bagi Orang berkebutuhan khusus” produksi dan adaptasi oleh ASB-Indonesia dan Handicap International Federation, tahun 2009 dari judul asli “How to Include Disability Issues in Disaster Management”.
Edisi 2, Januari 2011
berkebutuhan khusus, sejumlah ketetapan diputuskan, di antaranya adalah; mKonvensi Hak Orang berkebutuhan khusus, Pasal 11 tentang “Situasi Berisiko dan Darurat Kemanusiaan” (2006); “Negara-negara pihak harus mengambil semua
NEWSLETTER SAHABAT
kecacatan yang dimilikinya. b.Bersikaplah sabar terhadap orang berkebutuhan khusus psikososial dan intelektual. Jangan perlakukan seolah mereka tidak akan dapat mengerti karena anggapan seperti inilah yang berpotensi menimbulkan tindak kekerasan atau kesewenang-wenangan. c.Perlakukan seorang penyandang cacat/orang berkebutuhan khusus sebagai orang yang paling mengerti mengenai kecacatannya. Ta n y a k a n l a h s e l a l u pendapat orang berkebutuhan khusus mereka mengenai bagaimana cara terbaik untuk memenuhi kebutuhannya. d.Usahakan agar orang yang biasa merawat atau angota keluarga berada di dekat orang berkebutuhan khusus karena mereka yang paling tahu cara terbaik untuk menangani kebutuhan orang tersebut. e.Orang berkebutuhan khusus terbiasa menggunakan alat bantu. Jangan menjauhkan orang berkebutuhan khusus dengan alat bantunya. f.Tindaklanjuti kebutuhan k h u s u s o r a n g berkebutuhan khusus dan usahakanlah untuk selalu membawa serta sarana/ barang keperluan mereka yang penting saat evakuasi. Aturlah pengadaan barang-barang tersebut di tempat perlindungan sementara.
TEROPONG SAHABAT
SEPERTI APAKAH PRB BERBASIS SEKOLAH DAN MASYARAKAT?
Edisi 2, Januari 2011
Oleh: Lissa, Staf ASB Yogyakarta
4
Sekolah dapat gambar, menjadi wadah bahasa penyebarluasan informasi isyarat Pengurangan Risiko sederhan Bencana (PRB) yang a, drama, efektif untuk menciptakan dll. Selain budaya aman terhadap itu, guru bencana sejak usia dini. juga Hal ini telah terbukti dari mendapat program PRB yang kan materi dilaksanakan oleh ASB mengenai bersama Dinas cara Pendidikan di Pulau Jawa membant dan Sumatera. u dan teknik Pada awalnya, evakuasi program PRB berbasis untuk sekolah dilaksanakan di Salah seorang Kader Bencana memberikan pelatihan anak Sekolah Dasar (SD) praktek simulasi bencana kepada masyarakat dan berkebutu keluarga anak berkebutuhan khusus. dengan memberikan han pelatihan kepada para Inklusi. Pendekatan yang khusus terutama yang guru. Guru-guru ini digunakan sama seperti di memiliki hambatan kemudian melatih para SD dan SLB, yaitu mobilitas, misalnya siswa dengan dengan pelatihan untuk menggunakan materi PRB tunadaksa. Selanjutnya, pelatih (guru). guru membuat rencana yang disusun secara Kekuataan program evakuasi untuk setiap sederhana oleh ASB. ASB dalam PRB berbasis anak dengan Setelah mendapatkan sekolah terletak pada pelatihan, siswa dan guru mempertimbangkan kemandirian anak, siapa pembentukan sistem melakukan praktek penyampaian informasi yang membantu, alat simulasi gempa. yang efektif. Dengan perlindungan diri, dll. Dalam pelaksanaan menggunakan program PRB di SD, ASB Dengan adanya rencana pendekatan pelatihan evakuasi ini, maka anak menemukan bahwa belum untuk pelatih dan bekerja berkebutuhan khusus ada materi pengajaran secara dekat dengan dapat melakukan PRB untuk anak Dinas Pendidikan evakuasi dengan aman. berkebutuhan khusus. setempat serta pihak Dalam Oleh karenanya, ASB pemerintah terkait yang perkembangannya, ASB bekerjasama dengan mempunyai peran kunci, juga melaksanakan Organisasi Penyandang ASB mampu program PRB di Sekolah Cacat (OPC) setempat melaksanakan program Inklusi dikarenakan menyusun materi PRB pelatihan PRB berskala untuk anak berkebutuhan banyak anak luas dengan pembiayaan khusus, seperti film untuk berkebutuhan khusus efisien. Sampai saat ini, bersekolah di Sekolah tunarungu dan CD audio ASB telah memberikan untuk tunanetra. ASB pelatihan mengenai kemudian memberiPRB kepada lebih kan pelatihan PRB dari 5.000 SD dan kepada guru di 70 SLB di Jawa Sekolah Luar Biasa dan Sumatera, (SLB). Di dalam serta 126 Sekolah pelatihan ini, guru Inklusi di D.I. dibekali teknik Yogyakarta. mengajar anak Harapannya, berkebutuhan khusus kerentanan anak seperti metode berkebutuhan komunikasi total untuk khusus dapat tunarungu dengan Anak berkebutuhan khusus bersama dengan dikurangi dengan memaksimalkan ibunya melakukan praktek simulasi evakuasi adanya program ekspresi wajah, saat terjadi gempa bumi. Bersambung ke halaman 6 ...
TEROPONG SAHABAT
PRB INKLUSIF: Langkah Strategis Mengurangi Kerentanan Penyandang Cacat
(Training of Trainer) bagi 6 orang dari CIQAL dan 3 orang dari YEU. Kedua lembaga ini sudah berpengalaman dengan isu-isu kecacatan (CIQAL) dan isu-isu PRB (YEU). ToT yang diselenggarakan di Hotel Brongto, Yogyakarta, 1-14 Agustus 2010 itu, melibatkan juga staf Handicap International Federation site office Kupang, sebagai pelaksana projek PRB ini yang bermitrakan LSM dan pemerintah setempat. ToT juga bertujuan menghasilkan 9 orang trainer, untuk memberikan pelatihan bagi mitra Handicap International Federation yaitu CIS Timor, CARE, OISCA, TAGANA Kupang dan TTS, PMI NTT, dan WVI di Manggarai. Pelatihan sudah dilaksanakan pada akhir September dan akhir Oktober 2010, demi
Staf Handicap International Federation melakukan diskusi dengan salah seorang penyandang cacat di Desa Tulnaku, Kab. Kupang.
penguatan kapasitas mitra dalam mengarustamakan isu kecacatan dalam aktvitas PRB di area intervensi mereka. Penguatan kapasitas mitra (stakeholders) merupakan strategi Handicap International Federation agar isu kecacatan dapat diintegrasikan dalam aktivitas PRB mitra secara efektif. Karena itu, dukungan untuk penguatan kapasitas terus dilakukan oleh Handicap International Federation, baik melalui fasilitatorfasilitatornya (staf) yang berinterelasi secara intens dengan tim PRB mitra di area intervensi, maupun oleh trainer yang setelah memberikan pelatihan, juga melakukan pendampingan dengan melihat langsung penerapan pengarusutamaan di area intervensi. Pendampingan yang dilaksanakan pada 22-26 November 2010 menemukan masalah dan tantangan yang dihadapi mitra tentang pelibatan penyandang cacat dalam aktivitas projek, termasuk cara memasukkan isu atau p e r s p e k t i f k e c a c a ta n dalam substansi projek PRB mereka. Masalah dan tantangan ini diupayakan pencarian solusi dan dibuat rekomendasi oleh trainer; sekaligus menjadi input bagi disain 'pelatihan penyegaran' pada Januari 2011 bagi mitra dan staf Handicap International
Bersambung ke halaman 6 ...
5
NEWSLETTER SAHABAT
Inilah substansi Projek PRB di NTT yang dijalankan oleh Handicap International Federation Kupang Site Office, sebagaimana mengemuka dalam Workshop di Hotel Sasando, beberapa bulan lalu tepatnya 17 September 2010. Workshop ini juga sekaligus sebagai moment peluncuran projek ini di NTT, dengan fokus pada sosialisasi dan bedah manual pengarusutamaan isu-isu kecacatan dalam inisiatif-inisiatif PRB. Manual Handicap International Federation yang diadopsi dari India ini digunakan sebagai panduan dalam melakukan pengarusutamaan isu-isu kecacatan dalam inisiatif-inisiatif PRB d i N T T. S e b e l u m disosialisasikan, Handicap International Federation menyelenggarakan ToT
Edisi 2, Januari 2011
Oleh: Alex Ofong, Staf Handicap International Federation Kupang Site Office Sebagai salah satu kelompok rentan, penyandang cacat berada pada kondisi kerentanan yang tinggi dalam konteks berisiko bencana. Karena itu, diperperlukan langkah dan upaya strategis untuk mengurangi kondisi kerentanan itu. Pengurangan Risiko Bencana (PRB) inklusif adalah langkah sekaligus upaya strategis itu.
TEROPONG SAHABAT
Edisi 2, Januari 2011
Sambungan dari halaman 4, Seperti Apakah PRB ...
6
PRB berbasis sekolah ini. Namun, program PRB untuk anak berkebutuhan khusus tidak berhenti sampai di sini saja karena tercatat sekitar 95% anak berkebutuhan khusus di Indonesia tidak bersekolah (Data: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2006). Ketika mereka tidak bersekolah, maka mereka terhambat untuk mendapatkan informasi, khususnya informasi PRB. Ketidaktahuan ini menyebabkan mereka menjadi lebih berisiko pada saat terjadi bencana. Oleh karenanya, mulai bulan Juni 2010 hingga Agustus 2011, ASB merangkul Pemerintah Kab. Gunungkidul dan Kab. Sleman di bawah koordinasi Pemerintah D.I. Yogyakarta untuk bersama melaksanakan program PRB berbasis
masyarakat dengan terjadi bencana. Dengan sasaran utama adalah adanya partisipasi dari anak berkebutuhan tokoh dan kader khusus yang belum/tidak masyarakat, diharapkan bersekolah (usia 5-15 pula akan meningkatkan tahun). Program ini dukungan bagi anak mencontoh sistem berkebutuhan khusus penyampaian informasi di sehingga memperluas sekolah dengan kesempatan mereka memberdayakan Kader untuk berpartisipasi dalam dan anggota dari OPC. masyarakat, khususnya Mereka mendapatkan dalam mengakses pelatihan dari ASB untuk pendidikan formal di masa kemudian melatih kepada yang akan datang. anak berkebutuhan khusus, keluarga dan masyara-kat sekitar (tetangga dan tokoh masyarakat). Setelah mendapatkan pelatihan PRB, anak-anak ini dapat menyelamatkan diri ketika Guru bersama anak berkebutuhan khusus dan siswa lainnya di
sekolah reguler melakukan simulasi evakuasi jika terjadi gempa
Sambungan dari halaman 5, PRB Inklusif: ... Federation site Kupang. Desember 2010) berusaha M a s a l a h d a n melakukan pendataan dan tantangan tersebut membuat database disadari hanya dapat penyadang cacat di 11 diatasi dengan desain desa yang menjadi area 'PRB Inklusif' yang praktis intervensi mitra. dan substantif. Praktis Database ini niscaya m e n c a k u p p e l i b a t a n mendukung pelaksanaan konkret penyandang cacat PRB Inklusif secara efektif, dalam aktivitas PRB. yang pada gilirannya S u b s ta n t i f m e n c a k u p b e r d a m p a k p a d a i n t e g r a s i p e r s p e k t i f pengurangan kerentanan kecacatan dalam materi penyandang cacat, tentu PRB yang dijalankan mitra. melalui upaya peningkatan PRB Inklusif yang kapasitas mereka secara efektif mengandaikan efektif pula. PRB Inklusif adanya pemetaan riil sebagai langkah dan penyandang cacat yang upaya strategis mengud i t u n j u k k a n d e n g a n rangi kerentanan penyanadanya data terpilah d a n g c a c a t , t i d a k tentang penyandang cacat d i h a r a p k a n h a n y a sebagai kelompok paling diketahui oleh Handicap rentan yang hidup dalam International Federation area intervensi mitra. dan mitra, tetapi oleh publik Karena itu, berhadapan secara luas, khususnya dengan ketidaktersediaan publik NTT. Karena itu, data terpilah penyandang penyebaran informasi cacat di area intervensi, melalui kampanye media maka Fasilitator Handicap d a n a k s i s a n g a t International Federation dibutuhkan. selama 2 minggu (1 - 11 Perayaan 'Hari PRB
Sedunia' (13 - 15 Oktober 2010) dan 'Hari Penyandang Cacat Sedunia' (2-3 Desember 2010) yang digagas dan diprakarsai Handicap International Federation mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, serta berdampak bagi kepedulian tentang pentingnya PRB Inklusif sebagai bentuk keberpihakan konkret terhadap penyandang cacat yang hidup dalam konteks risiko bencana tinggi, seperti di NTT.
Pelatihan pengarusutmaan isu kecacatan dalam upaya PRB bagi TAGANA TTS.
PROFIL SAHABAT
Siapa yang bisa membaca kehendak Tuhan? Tidak ada seorang pun yang bisa, inilah yang dialami oleh Piter Bernardus Maboi atau Bapak Oma, ketua Kelompok Tani BERKAT, Kelurahan Merdeka Kabupaten Kupang. Lelaki yang menghabiskan waktunya sebagai petani membuktikan bahwa kecacatan yang dialami bukan penghalang dalam meraih kesuksesan. Berikut petikan wawancara Alfred Atidja dengan Bapak Oma. Apa kegiatan Anda seharihari? Saya ini petani, setiap hari ke kebun, dan memelihara tanaman penghasil uang
Agenda Kegiatan Bulan Februari - April 2011 Handicap International Federation Kupang Site Office ASB INDONESIA 1. Februari: Lokakarya tentang Pertukaran dan Pembelajaran dengan Konsorsium yakni CARE, FIRD, Bina Swadaya, dan Netherlands Red Cross (PMI Propinsi NTT) di Flores 2. Februari: Pelatihan Penyegaran tentang PRB bagi mitra (CARE, OISCA, dan CIS Timor) di Kupang 3. Februari: Mendukung TAGANA untuk Simulasi dan Evakuasi Bencana di Kupang & TTS 4. Februari: Pertemuan DPO Mitra ASB dan HIF untuk berbagi pengalaman di Yogyakarta
5. Maret: Lokakarya untuk Tukar Pengalaman di antara TAGANA, Pemerintah, Masyarakat dan Penyandang Cacat di Kupang
1. Minggu IV January-Maret: TOT dari Kader Kecamatan kepada Kader Desa. 2. Februari: Pertemuan DPO Mitra ASB dan HIF untuk berbagi pengalaman di Yogyakarta
3. Maret - Mei: Kader Desa melatih ke ABK, Keluarga, dan Tetangga 4. April - Juni: ABK, Keluarga dan Tetangga
melakukan Praktek Simulasi Evakuasi
7
NEWSLETTER SAHABAT
Nama: Piter Bernardus Maboi TTL : Amanuban-Babau, 23 Januari 1972 Pendidikan: SLTA Istri : Florita Maboi Mauk Anak: Lucky Maboi (12 thn),Satrio Maboi (8 thn),Adipapa Maboi (4 thn),Prili Maboi (2 thn) Pekerjaan: petani Jabatan di masyarakat: § Ketua Kelompok Tani “Berkat” Merdeka § Ketua Komit Sumur (Kelompok PRB binaan CIS Timor) §Sekretaris TPK pada PNPM-PM Kel.Merdeka §Penatua Rayon di Gereja Getsemani Babau
untuk keperluan rumah pemakaian air secara tangga dan pendidikan efektif, daerah rawan anak-anak. pangan dan kekurangan air. Pandangan Anda tentang Kecacatan? Bagaimana dengan Menurut saya, kecacatan Kegiatan Pengurangan a d a l a h k e t i d a k - Risiko Bencana? s e m p u r n a a n d a l a m Ya n g m e n a r i k d a l a m seseorang seperti buta kegiatan komite sekarang (tuna netra, Red), kaki atau adalah mencoba untuk tangan punting (tuna mulai mengkampanyekan daksa, Red) dan orang i s u k e c a c a t a n d a n dungu atau mental lemah p e n g u r a n g a n r i s i k o ( t u n a g r a h i ta , R e d ) . bencana sebagai bentuk Perhatian pemerintah p e r s i a p a n d i n i b a g i belum terlalu tampak m a s y a r a k a t . A p a l a g i khusus program bagi k e l u r a h a n M e r d e k a penyandang cacat (Penca, termasuk daerah yang Red). Mungkin karena di r a w a n s e p e r t i r a w a n Merdeka, penyandang pangan, kekeringan. cacat belum menjadi beban masyarakat. Tetapi Manfaat dari Keterlibatan LSM (CIS Timor) dan dalam Berbagai Kegiatan gereja telah memberi sosial? perhatian bagi kaum Dari segi hasil pertanian, penyandang cacat. stok pangan keluarga saya tidak pernah habis malah Sebagai Penca, Apakah bisa untuk biaya sekolah t e r l i b a t A k t i f d a l a m anak dan keperluan lain. Pada sisi pengetahuan Kegiatan Sosial? dan keterampilan, ada Ya. Sejak tahun 2009, CIS Timor bekerja di Kelurahan banyak ilmu yang saya Merdeka dengan proyek terima dari pelatihan oleh “Peningkatan Ketahanan LSM seperti cara bertani Pangan, Akses Air Bersih, yang baik, mengatur kerja dan Tingkat Pendapatan kelompok dan mengurus Keluarga untuk warga eks- administrasi dan keuangan pengungsi Timor-Timur kelompok/rumah tangga. dan warga lokal di lokasi Permukiman di Wilayah Pesan Anda bagi TemanKabupaten Kupang - Nusa Teman Penca? Tenggara Timur. Saya Saya mengajak temand i p e r c a y a k a n u n t u k teman Penca agar jangan menjadi ketua komite m e r a s a r e n d a h d i r i , sumur, yang berperan berusahalah bangkit. Kita untuk memimpin rapat masih bisa bermanfaat bulanan, memeriksa bagi banyak orang. administrasi kelompok, Jangan putus asa apabila m e n g h a d i r i s e t i a p ada masyarakat yang tidak pertemuan di kelurahan, m e m p e r h a t i k a n mengikuti pelatihan dan keberadaan kita. Bangkit terlibat dalam pemantauan dan maju meraih sukses.
Edisi 2, Januari 2011
Kecacatan Bukan Halangan Meraih Sukses!
PROFIL SAHABAT
Edisi 2, Januari 2011
WARINI: Kader Bukan Sebatas Tugas, tetapi Dorongan Nurani
8
Warini, adalah seorang penyandang cacat yang lahir 30 tahun lalu dan dibesarkan di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Walaupun Warini memiliki hambatan menggerakkan jari dengan leluasa, dia dapat menggeluti profesinya sebagai penjahit. Pada 2006, Warini mengikuti kursus menjahit yang diadakan oleh Dinas Sosial Provinsi DIY. Adalah Untung Subagyo, Ketua Komite Advokasi Penyadang Cacat Indonesia di Gunungkidul, yang telah berhasil m e m b u j u k d a n meyakinkan Warini mengikuti kursus ini. Warini pun merasa tidak sendirian, sama seperti yang lainnya dan harus mandiri. Kiprahnya semakin luas saat tahun 2009, ASB melatih dan memilihnya menjadi salah satu pelatih dalam program pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) kepada anak berkebutuhan
khusus di luar sekolah di Kabupaten Gunungkidul. Meski awalnya sempat ragu, Warini memutuskan untuk mencoba menjadi p e l a t i h k a r e n a keinginannya untuk menolong sesama. Memang tidak mudah saat ia harus mengunjungi rumah anak berkebutuhan khusus tersebut satu persatu. Tanggapan yang diterima dari masyarakat pun beragam. Ada yang menolak, ada juga yang langsung menerima. “Kami tidak pernah menyerah, kami datangi anak berkebutuhan khusus beberapa kali, dan kami memberi pengertian pada orangtuanya”, kata Warini. Tak hanya itu, medannya pun cukup sulit ditempuh. Namun semua hambatan itu tidak menyurutkan niatnya agar penyandang cacat tahu tentang pendidikan PRB dan kondisi fisik mereka tidak lagi jadi hambatan. “Ada pengalaman menarik ketika memberikan pelatihan. Sinta, seorang anak tuna
grahita, selalu lari ketika kami datang,” kenang Warini. Pada awalnya Sinta yang selalu membawa bonekanya tidak mau mendekati atau b e r b i c a r a pa d a pa r a pelatihnya. Saat Sinta dibolehkan memilih seorang pelatih, dia memilih Warini. “Awalnya saya juga bingung, bagaimana saya bisa mengajar anak ini,” u j a r Wa r i n i . I a p u n menggunakan boneka Sinta untuk mengambil hatinya. Misalnya, ketika melatih bagaimana menyelamatkan diri saat gempa, Warini harus mengajak boneka tersebut bersembunyi di bawah meja agar Sinta mau mengikuti . “Memang agak susah memberikan pelatihan kepada anak tunagrahita, tidak bisa kita paksa karena jika dipaksa, anak itu akan lari,” ujarnya. Cerita lain yang menarik, kala itu, Warini diminta oleh PKK untuk melatih anggota PKK di suatu lokasi pelatihan. “Menurut mereka, m e s k i p u n s a y a penyandang cacat, tapi ternyata saya bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Ini yang juga ikut membuat saya bangga,” kenangnya. Bagi Warini, menjadi seorang kader bukan semata karena tugas tapi adalah dorongan hati nurani untuk membantu anak berkebutuhan khusus mandiri menyelamatkan diri saat terjadi bencana. (Fiqul/Soleh, ASB)