1
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KONVENSIONAL DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI BIOSFER KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PANCUR BATU G. Lian Y. Nababan. NIM. 061233310005 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams – Achievement Divisions (STAD) pada materi Biosfer di kelas XI IS SMA Negeri 1 Pancur Batu Tahun Ajaran 2010 / 2011. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pancur Batu tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI IS SMA Negeri 1 Pancur Batu yang berjumlah 3 kelas, dan sampelnya ditentukan 2 kelas secara purporsive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi tidak langsung dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi Biosfer di SMA Negeri 1 Pancur Batu T.A. 2010/2011. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t yakni t hitung (2,12) > t tabel (1,99) dengan dk = 78 pada taraf α = 0,05. Hal ini berarti model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif digunakan pada materi Biosfer. Kata Kunci : Model pembelajaran konvensional, model STAD PENDAHULUAN
Dalam menghadapi era globalisasi yang menuntut persiapan setiap bangsa untuk mampu saling bersaing secara bebas, perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar mampu bersaing dengan negara lain pada era globalisasi ini adalah dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan guru yang kompeten dan berkualitas. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia. Melalui pendidikan, setiap orang dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dalam Undangundang Republik Indonesia No. 20 Pasal 1 ayat 1 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1
2
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan nilai hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa dapat ditingkatkan apabila pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dengan ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana pendukung, serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas dan penguasaan materi yang cukup memadai. Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk memilih metode mengajar yang tepat dan sesuai digunakan dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi, proses pembelajaran di kelas umumnya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi/pengetahuan tanpa adanya pemahaman, sehingga informasi yang diperoleh siswa tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari. Geografi merupakan salah satu bagian dari ilmu sosial, dihadapi para siswa kurang menarik dan membosankan serta tidak perlu dipelajari. Hal ini terjadi karena kemampuan guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang masih bertitik tolak kepada model konvensional. Peranan guru masih sangat mendominasi selama proses belajar mengajar sedang berlangsung, siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, dan siswa jarang mengajukan pertanyaan. Guru hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa sementara siswa hanya disuruh menerima, mengingat dan menghafal informasi atau pengetahuan dari buku atau dari guru kepada siswa. Sehingga hasil belajar Geografi siswa sering tidak memuaskan dan masih rendah. Keadaan tersebut masih terlihat pada hasil belajar Geografi siswa di SMA Negeri 1 Pancur Batu yang terletak di Jalan Jamin Ginting Kecamatan Pancur Batu, dimana hanya 35 % siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yakni 65 (hasil wawancara peneliti dengan Bapak Sada Ari Barus yakni salah satu Guru Geografi di SMA Negeri 1 Pancur Batu pada tahun 2010). Dalam proses belajar mengajar, guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dan metode tanya jawab. Sehingga minat dan motivasi siswa untuk belajar geografi itu kurang yang mengakibatkan nilai hasil belajar siswa rendah.
2
3
Adanya perubahan paradigma dalam pengembangan kurikulum yang semula Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan sekarang menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mengharuskan adanya perubahan model dan metode pendekatan baru dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang perlu diterapkan adalah Student Teams– Achievment Division (STAD). Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams–Achievement Division (STAD) memberi peluang bagi siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bargantung satu sama lain atas tugas- tugas bersama serta belajar untuk menghargai satu sama lain. Dalam pembelajaran ini dapat memberikan keuntungan baik kepada siswa yang berprestasi rendah atau siswa yang berprestasi tinggi yang bekerja sama menyelesaikan tugas- tugas pelajaran siswa. Siswa yang berprestasi tinggi akan menjadi tutor bagi siswa yang berprestasi rendah, belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sesuai digunakan pada materi pelajaran yang menuntut kompetensi siswa untuk mampu menganalisis materi pelajaran (Nasution, 2008). Pada kelas XI IPS Semester I, materi pokok Biosfer merupakan materi yang menuntut kompetensi siswa untuk dapat menjelaskan pengertian fenomena biosfer dan menganalisis sebaran hewan dan tumbuhan. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team – Achievement Division (STAD), kompetensi yang telah ditetapkan dapat tercapai karena dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dapat mempelajari materi pelajaran secara berkelompok, memecahkan masalah secara bersama dan dapat menganalisis materi pelajaran secara bersama. Oleh karena itu, perlu dikaji perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model kooperatif tipe Student Teams – Achievement Division (STAD) pada materi Biosfer di kelas XI IS SMA Negeri 1 Pancur Batu Tahun Ajaran 2010 / 2011. METODOLOGI
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Pancur Batu Tahun Ajaran 2010/2011 terdiri dari 3 kelas. Sampel ditentukan 2 kelas dengan cara purporsive sampling, hal ini dilakukan dengan pertimbangan yakni kelas XI IPS-2 berjumlah 39 siswa sebagai kelas kontrol (konvensional) dan
3
4
kelas XI IPS-3 berjumlah 41 siswa sebagai kelas eksperimen (STAD). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik komunikasi tidak langsung.
Alat pengumpul data yang digunakan yakni tes, untuk
mendapatkan data hasil belajar siswa dalam bentuk pilihan berganda berjumlah 25 soal. Soal terdiri dari empat aspek kognitif (ingatan, pemahaman, aplikasi dan analisis). Teknik analisis data yang digunakan yakni teknik analisis kuantitatif. Untuk menguji hipotesis digunakn rumus uji T sebagai berikut:
X1 X 2
t=
1 1 n1 n2
S
Dengan: 2
S =
n1 1S12 n2 1S2 2 n1 n2 2
Dimana: S12= standar deviasi kelompok eksperimen S22= standar deviasi kelompok kontrol
X 1 rata –rata tes hasil belajar kelompok eksperimen
X 2 rata –rata tes hasil belajar kelompok kontrol
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika -t1-1/2α
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Sebelum kedua model tersebut diterapkan terlebih dahulu dilakukan pre test (uji awal) yakni untuk mengetahui kemampuan awal siswa kemudian dilakukan perlakuan dengan menggunakan model konvensional pada kelas XI IPS– 2 dan model STAD pada kelas XI IPS– 3. Selanjutnya dilakukan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh dari pre test dan post test untuk kelas konvensional dan kelas STAD untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian selanjutnya.
4
5
1.
Hasil Pre Test Siswa
a.
Hasil Pre Test Siswa Pada Kelas Konvensional Hasil pre tes kelas konvensional dapat di lihat pada tebel 1. Dari tabel itu dapat diketahui bahwa nilai pre test kelas konvensional mempunyai rentang 16 - 60. Nilai rata – rata pre test pada kelas konvensional 36,51 dengan simpangan baku 11,61. Bila nilai pre test siswa dihubungkan dengan KKM yang telah ditetapkan (65) maka pada kelas konvensional belum ada siswa yang memenuhi nilai KKM. Tabel 1. Hasil Pre Test Pada Kelas Konvensional
No.
Nilai
F
Persentase (%)
1.
16 - 20
5
12,82
2.
21 - 25
3
7,69
3.
26 - 30
4
10,27
4.
31 - 35
5
12,82
5.
36 - 40
10
25,64
6.
41 -45
2
5,13
7.
46 - 50
4
10,27
8.
51 - 55
4
10,27
9.
56 – 60
2
5,13
39
100,00
Jumlah
Rata- rata
S
36,51
11,61
Sumber: Data Primer, 2010
b.
Hasil Pre Test Kelas STAD Hasil pre test pada kelas STAD dapat di lihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2 Hasil Pre Test Pada Kelas STAD
No.
Nilai
F
Persentase (%)
5
Rata- rata
S
6
1.
16-20
4
9,76
2.
21-25
4
9,76
3.
26-30
3
7,32
4.
31-35
3
7,32
5.
36-40
14
34,15
6.
41-45
3
7,32
7.
46-50
1
2,44
8.
51-55
6
14,63
9.
56-60
3
7,32
41
100,00
Jumlah
36,78
14,31
Sumber: Data Primer , 2010 Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai pre test kelas STAD mempunyai rentang 16 - 60. Nilai rata – rata pre test pada kelas STAD 36,78 dengan simpangan baku 14,31. Bila nilai pre test siswa dihubungkan dengan KKM yang telah ditetapkan (65) maka pada kelas STAD belum ada siswa yang memenuhi nilai KKM. Setelah pre test dilaksanakan selanjutnya dilakukan perlakuan terhadap siswa dengan menggunakan model konvensional pada kelas XI IPS – 2 dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas XI IPS – 3. 2. Hasil Post Test Siswa a.
Hasil Post Test Siswa Pada Kelas Konvensional Hasil post test siswa pada kelas konvensional menunjukkan bahwa nilai
pre test kelas konvensional mempunyai rentang 52 - 80. Nilai rata – rata post test pada kelas konvensional 67,48 dengan simpangan baku 8.01. Bila dihubungkan dengan KKM, 43,59 % siswa belum dapat mencapai KKM dan 57,48 % telah memenuhi KKM. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Hasil Post Test Pada Kelas Konvensional No.
Nilai
F
Persentase (%)
6
Rata- rata
S
7
1.
3
7,69
7
17,95
7
17,95
5
12,82
6
15,38
11
28,21
39
100,00
51-55 2. 56-60 3. 61-65 4. 66-70 5.
67,48
8,01
71-75 6. 76-80 Jumlah Sumber: Data Primer, 2010 b.
Hasil Post Test Pada Kelas STAD Hasil post test pada kelas STAD dapat di lihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Post Test Pada Kelas STAD No.
Nilai
F
Persentase (%)
1.
51-55
3
7,32
2.
56-60
4
9,76
3.
61-65
3
7,32
4.
66-70
6
14,63
5.
71-75
8
19,51
6.
76-80
5
12,20
7.
81-85
10
24,39
8.
86-90
7
17,07
41
100,00
Rata- rata
S
71,61
Jumlah
9,58
Sumber: Data Primer, 2010 Dari tabel tersebut hasil post test siswa pada kelas STAD menunjukkan nilai post test siswa mempunyai rentang 52 - 88. Nilai rata- rata post test 71,61 dengan simpangan baku 14,31. Bila dihubungkan dengan KKM 24,39 % siswa
7
8
yang belum bisa mencapai nilai KKM dan 75,61 % siswa telah memenuhi nilai KKM.
3.
Uji Persyaratan Analisis Data Uji persyaratan analisa data meliputi uji normalitas dan uji homogenitas
data pre test dan data post test siswa kelas konvensional dan kelas STAD. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors. Kriteria pengujian yaitu menerima sampel berdistribusi normal jika Lo < Ltabel
dan menolak kriteria
pengujian jika syarat tidak dipenuhi. Hasil uji normalitas data pre test dan data post test kelas konvensional dan kelas STAD dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas dengan Uji Liliefors No
Data
Kelas
Lo
Ltabel
Kesimpulan
1
Pre test
Konvensional
0,0838
0,1418
Normal
2
Pre test
STAD
0,0958
0,1383
Normal
3
Post tes
Konvensional
0,1022
0,1418
Normal
4
Post tes
STAD
0,0581
0,1383
Normal
Sumber: Data Primer, 2010 Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa harga Lo < Ltabel, untuk masing- masing kelas yakni kelas konvensional dan kelas STAD baik data pre test maupun data post test. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kriteria pengujian dapat diterima yakni sampel berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah kedua kelompok (kelas konvensional dan kelas STAD) berasal dari populasi yang sama. Hasil uji homogenitas data dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas No. 1.
2.
Data Pre tes Post Tes
Kelas
S
Konvensional 11,61 STAD
14,31
Konvensional 8,01
8
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
1,263
1,720
Homogen
1,091
1,720
Homogen
9
STAD
9,58
Sumber: Data Primer, 2010 Tabel 6 menunjukkan menunjukkan bahwa pada masing-masing data pre test dan post test untuk kelas kontrol yakni kelas yang diperlakukan dengan model konvensional dan kelas eksperimen yakni kelas yang diperlakukan dengan model STAD di peroleh pengujian Fhitung < Ftabel maka hipotesis nol diterima yakni sampel memiliki varians yang homogen. (Perhitungan pada lampiran). 4.
Pengujian Hipotesis Hasil pemberian pre test pada kelas konvensional diperoleh nilai rata – rata 36,51 dan pada kelas STAD diperoleh nilai rata- rata 36,78. Bila dihubungkan dengan KKM, hasil pre test siswa pada kelas konvensional dan kelas STAD belum ada yang mampu memenuhi nilai KKM yang telah ditetapkan (65). Hal ini berarti bahwa kemampuan awal siswa pada kelas konvensional maupun kelas STAD sebelum dilakukan perlakuan adalah sama dan masih rendah. Hal ini juga terlihat dari perhitungan uji perbedaan nilai rata – rata pre test kelas konvensional dan kelas STAD diperoleh thitung (0,094) < ttabel (1,994) atau Ho diterima, maka dapat dikemukakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai pre test pada kelas konvensional dengan kelas STAD. Setelah diberikan perlakuan, nilai rata-rata post tes siswa kelas
konvensional 67,48 sedangkan untuk kelas STAD nilai rata – rata post test sebesar 71,61. Bila dihubungkan dengan nilai KKM yang telah ditetapkan pada materi biosfer (65), pada kelas konvensional 43,59 % siswa belum bisa mencapai KKM dan 57,48 % siswa yang memenuhi nilai KKM sementara pada kelas STAD 24,39 % siswa yang belum bisa mencapai nilai KKM dan 75,61 % siswa telah mendapat nilai yang memenuhi KKM. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar dengan menggunakan model konvensional. Dari perhitungan uji perbedaan nilai rata – rata post test kelas konvensional dan kelas STAD diperoleh thitung (2,12) > ttabel (1,994) atau Ha diterima, maka dapat dikemukakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai post test pada kedua kelas, dimana nilai rata – rata kelas STAD lebih tinggi
9
10
dari pada kelas konvensional. Untuk dapat melihat perbedaan uji hipotesis kedua kelas dapat disajikan pada tabel 7. Tabel 7 Perbedaan Uji Hipotesis Kelas Konvensional dan Kelas STAD No. 1.
Kelas
Data
Konvensional STAD
Nilai rata-rata 36,51
Pretest
t hitung
0,094
36,78
t tabel
Kesimpulan Tidak
1,994
ada
perbedaan
yang
signifikan 2.
Konvensional STAD
Post test
67,48
Ada
71,61
2,12
1,994
perbedaan
yang signifikan
Sumber: Data Primer, 2010 PEMBAHASAN
Hasil pre test kelas konvensional pada awal penelitian diperoleh nilai rata – rata 36,51 sedangkan pada kelas STAD diperoleh nilai rata- rata 36,78. Bila dikaitkan dengan nilai KKM, baik siswa pada kelas konvensional dan kelas STAD belum ada yang mampu memenuhi nilai KKM yang telah ditetapkan (65). Keadaan itu memperlihatkan bahwa terdapat kesamaan kemampuan siswa kelas konvensional dengan kelas STAD. Hal ini juga ditunjukkan dari perhitungan uji perbedaan nilai rata – rata pre test kelas konvensional dan kelas STAD diperoleh thitung (0,094) < ttabel (1,994) atau Ho diterima yakni tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan siswa pada kelas konvensional dan kelas STAD. Setelah diberikan perlakuan nilai rata-rata post tes siswa kelas konvensional 67,48 sedangkan untuk kelas STAD nilai rata – rata post test sebesar 71,61. Bila dihubungkan dengan nilai KKM, pada kelas konvensional 43,59 % siswa belum bisa mencapai KKM dan 57,48 % siswa yang memenuhi nilai KKM sementara pada kelas STAD 24,39 % siswa yang belum bisa mencapai nilai KKM dan 75,61 % siswa telah mendapat nilai yang memenuhi KKM yang ditetapkan pada materi Biosfer (65). Kondisi ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada yang diajar dengan menggunakan model konvensional. Hal itu terbukti dari hasil uji statistik t hitung (2,12) > t tabel (1,99) dengan dk = 78 pada taraf α = 0,05.
10
11
Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model kooperatif tipe STAD pada materi biosfer di SMA Negeri 1 Pancur Batu tahun ajaran 2010/2011. Oleh karena itu model STAD Lebih efektif digunakan dibandingkan dengan model konvensional, sehingga model STAD tersebut dapat dijadikan sebagai model pembelajaran di SMA Negeri 1 Pancur Batu. Karena dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar selama kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini disebabkan karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat siswa yang baik dalam kelompok dan setiap siswa terlibat aktif . Berdasarkan temuan hasil penelitian model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa kelebihan yaitu saat melakukan diskusi kelompok terdapat kerja sama dan komunikasi yang saling menguntungkan diantara siswa. Siswa yang lebih mengerti menjadi tutor sebaya di dalam kelompoknya, hal ini disebabkan karena model STAD ini menuntut adanya kerja sama yang baik dalam kelompok agar setiap anggota kelompok dapat memahami materi dan dapat menjawab kuis dengan baik serta dalam proses pembelajaran siswa lebih berani dalam menjawab dan mengajukan pertanyaan. Namun, di samping beberapa kelebihan tersebut model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki beberapa kelemahan, salah satunya adalah kondisi kelas yang kurang kondusif pada saat pembagian kelompok belajar sehingga mengurangi efektifitas belajar. Oleh karena itu, harus dilakukan persiapan yang matang dan perlu dilakukan pengawasan yang ketat agar pada saat pembentukan kelompok maupun saat melakukan diskusi kelompok suasana kelas tetap kondusif dan tidak mengganggu kelas lainnya. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan
hasil penelitian, maka dapat dikemukakan
kesimpulan yakni terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok Biosfer kelas XI IPS semester I SMA Negeri 1 Pancur Batu tahun ajaran 2010/2011. Hal ini terbukti dari nilai rata – rata post test kelas konvensional 67,48 sedangkan untuk kelas STAD nilai rata – rata post test adalah
11
12
71,61. Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t diperoleh t hitung (2,12) > t tabel (1,99) dengan dk = 78 pada taraf α = 0,05. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif digunakan pada materi Biosfer. SARAN
Sesuai dengan kesimpulan yang telah dikemukakan yakni terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model kooperatif tipe STAD pada materi pokok Biosfer kelas XI IPS semester I SMA Negeri 1 Pancur Batu tahun ajaran 2010/2011. Walaupun demikian masih memiliki kelemahan yakni kondisi kelas yang kurang kondusif pada saat pembagian kelompok belajar sehingga mengurangi efektifitas belajar. Oleh karena itu sudah selayaknya dilakukan persiapan yang matang dan pengawasan yang ketat agar pada saat pembentukan kelompok maupun saat melakukan diskusi kelompok suasana kelas tetap kondusif dan tidak mengganggu kelas lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Dimyati. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rhineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa http://wiwi-birulaut.blogspot.com/2010/01/hakekat pembelajaran konvensional.html. diakses tanggal 17 Juni 2010. 13.25 Wib. Ismiati. 2008. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan Tipe Jigsaw. Jurnal. No. 2. Vol. 5. Lie, Anita. 2010. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang- ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Sisdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Sinar
12
13
Grafika. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, Robert. 2009. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media. Sudjana. 2005. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif. Jakarta : Kencana Wardiyatmoko. 2006. Geografi SMA Untuk Kelas XI IPS Semester 1. Jakarta : Erlangga. Yani, Ahmad. 2008. Geografi SMA Kelas XI IPS Semester 1. Jakarta: Grafindo.
13