RAHADIYAN DUWI NUGROHO ET AL.: FUNGSI TEIDO NO FUKUSHI ...
FUNGSI TEIDO NO FUKUSHI KONNANI, SONNANI, DAN ANNANI DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG (THE FUNCTIONS OF TEIDO NO FUKUSHI KONNANI, SONNANI, AND ANNANI IN JAPANESE SENTENCES) Rahadiyan Duwi Nugroho Fakultas Ilmu Budaya, Program Pascasarjana Jurusan Linguistik Bahasa Jepang, Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung–Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Telepon: (022) 7796482, Pos-el:
[email protected]
Yuyu Yohana Fakultas Ilmu Budaya, Program Pascasarjana Jurusan Linguistik Bahasa Jepang, Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung–Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Telepon: (022) 7796482
Nani Sunarni Fakultas Ilmu Budaya, Program Pascasarjana Jurusan Linguistik Bahasa Jepang, Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung–Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Telepon: (022) 7796482
Tanggal naskah masuk: 24 Maret 2014 Tanggal revisi terakhir: 3 November 2014
Abstract THIS writing focuses on the study of the function of adverbs of konnani 'like this; such as', sonnani 'so; such as', and annani 'so; like it' in Japanese sentences. Such adverbs not only function as modifier of grammatical unit but also as demonstrative (shiji kinou). Data were taken from the novel Bottchan (2003). The problem is limited to the identification of structures containing the adverb in question. The method used in this research is descriptive-qualitative method (Moleong, in Djadjasudarma, 2010: 9). The results shows that the adverbs konnani, sonnani, and annani can modify grammatical units such as verbs, adjectives, nominal phrases, verbal phrases, and clauses, and also function as referents to persons, objects, actions, events, and situations. The relation between grammatical units and the referents is formed through cataphoric and anaphoric references. Key words: konnani, sonnani, annani, grammatical units, reference
Abstrak
TULISAN ini memfokuskan pada kajian fungsi adverbia konnani ‘begini; seperti ini’, sonnani ‘begitu: seperti itu’, dan annani ‘begitu; seperti itu’ dalam kalimat bahasa Jepang. Adapun adverbia ini, di samping menerangkan satuan gramatikal, berfungsi sebagai penunjuk (shiji kinou). Data bersumber dari novel Bottchan (2003). Masalah penelitian ini dibatasi pada identifikasi struktur kalimat yang mengandung adverbia tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, teridentifikasi bahwa adverbia konnani, sonnani, dan annani dapat menerangkan satuan gramatikal, seperti verba, adjektiva, frasa nominal, 205
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:205—219
frasa verbal, dan klausa, serta dapat menunjuk acuan, seperti orang, benda, perbuatan, perihal, peristiwa, dan situasi. Keterkaitan antara satuan gramatikal dengan acuan tunjuknya terhubung melalui referensi anafora dan katafora. Kata kunci: konnani, sonnani, annani, satuan gramatikal, acuan
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah kalimat, adverbia atau fukushi adalah kelas kata yang berfungsi menerangkan yougen (verba dan adjektiva). Dalam bahasa Jepang terdapat jenis adverbia yang selain berfungsi menerangkan yougen juga berfungsi sebagai deiksis. Adverbia ini adalah kelompok dari teido no fukushi ‘adverbia derajat’, dengan jenis konnani, sonnani, dan annani. Sebagai kata yang memiliki fungsi deiksis, ketiga adverbia di atas berfungsi sebagai kata yang menunjuk suatu acuan. Dalam bahasa Jepang, acuan disebut shiji taishou ‘objek tunjuk’. Objek tunjuk tersebut di antaranya orang, benda, perbuatan, dan peristiwa (Nitta, 2009: 26). Lalu, sebagai kata yang memiliki fungsi adverbia, ketiga kata ini berfungsi menggambarkan kualitas atau derajat yougen (verba, adjektiva) dalam sebuah kalimat sehingga turut menentukan kualitas maknanya (Terada dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004: 167; Nitta, 2009:24). Ketiga adverbia tersebut memiliki kesamaan ciri dengan adverbia kualitatif dalam bahasa Indonesia, yakni adverbia yang berfungsi menerangkan dan menggambarkan tingkat, derajat, atau mutu kelas kata yang diterangkannya (Alwi et al., 2003:204). Secara epistemologis, ketiga adverbia ini berasal dari kata penunjuk atau shiji go. Shiji berarti ‘tunjuk’, go berarti ‘kata’. Dalam shiji go terdapat pembagian kelas kata yang dimulai dari pronomina (daimeshi), seperti kata kore ‘ini’, sore ‘itu’, dan are ‘itu’, lalu pronomina (rentaishi) kata kono ‘ini’, sono ‘itu’, dan ano ‘itu’. Katakata tersebut berfungsi menerangkan nomina. Selanjutnya, terdapat adverbia (fukushi) yang terdiri atas konnani ‘begini; seperti ini’, sonnani ‘begitu; seperti itu’, dan annani ‘begitu; seperti 206
itu’. Kata-kata tersebut menerangkan yougen ‘verba dan adjektiva’ (Terada dan Suzuki dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004:160--161). Penelitian terdahulu terkait adverbia konnani, sonnani, dan annani telah dilakukan Hayashi (1999). Pada penelitian ini tidak ditemukan bahasan mengenai keterkaitan adjektiva yang muncul yang dapat disebabkan oleh pengaruh shiji taishou ‘objek tunjuk,’ baik pada objek tunjuk, acuan yang berada pada kalimat terdahulu (senkou bumyaku), maupun kalimat baru yang disebut informasi baru (shinjouhou). Jadi, hubungan antara yougen ‘adjektiva’ yang diterangkan terpisah dengan objek tunjuknya karena fungsi ganda yang dimiliki adverbia konnani, sonnani, dan annani tidak digambarkan. Fungsi tersebut adalah menerangkan yougen yang kemudian menghubungkannya dengan objek tunjuk yang diacu (fungsi deiksis). Selain itu, dalam hasil penelitian tersebut, tidak dibahas jenis-jenis objek tunjuk yang muncul, apakah orang, benda, perbuatan atau peristiwa. Berdasarkan paparan yang telah disebutkan, dalam tulisan ini penulis mencoba membahas hal yang belum dibahas oleh penelitian terdahulu. Sebagai sumber data, penulis mengambil data novel berbahasa Jepang. Novel ini berjudul Bottchan karya Natsume Soseki yang diterbitkan tahun 2003. 1.2 Masalah Berdasarkan paparan sebelumnya, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apa sajakah kelas kata yang diterangkan oleh adverbia konnani, sonnani, dan annani? 2. Apa sajakah jenis-jenis objek tunjuk yang diacu oleh adverbia konnani, sonnani, dan annani?
RAHADIYAN DUWI NUGROHO ET AL.: FUNGSI TEIDO NO FUKUSHI ...
3.
Bagaimanakah cara adverbia konnani, sonnani, dan annani dalam mengorelasikan kelas kata yang diterangkan dengan objek tunjuk yang diacunya?
1.3 Tujuan 1.
2.
3.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kelas kata yang diterangkan oleh adverbia konnani, sonnani, dan annani; mendeskripsikan jenis-jenis objek tunjuk yang diacu oleh adverbia konnani, sonnani, dan annani; mendeskripsikan cara adverbia konnani, sonnani, dan annani dalam mengorelasikan kelas kata dan objek tunjuknya.
1.4 Metode Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah deskriptif-kualitatif. Menurut Moleong (dalam Djajasudarma, 2010:9), metode deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi; membuat gambaran data secara sistematis, faktual dan akurat. Jadi, secara sistematis penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data secara teratur dan urut sesuai dengan rumusan masalah. Kedua, penelitian ini faktual karena data diambil dari kalimat dalam novel Bottchan yang mengandung teido no fukushi, yaitu konnani, sonnani, dan annani, sesuai dengan tema penelitian. Selain itu, penelitian ini akurat karena tujuan analisis, di samping mencari kelas kata yang diterangkan, adalah mencari keberadaan objek tunjuknya. Objek tunjuk adalah sesuatu yang menyebabkan kemunculan kelas kata. Adapun teknik analisis data adalah sebagai berikut: 1. mencatat kalimat yang mengandung fukushi konnani, sonnani, dan annani; 2. mengklasifikasikan data berdasarkan jenis adverbianya; 3. mengklasifikasikan kelas kata yang diterangkan sesuai dengan jenisnya; 4. membuat pertanyaan berdasarkan kelas kata yang muncul guna mencari dan menetapkan
5.
jenis objek tunjuknya sebagai jawabannya; menghubungkan keterkaitan antara kelas kata dan objek tunjuk/acuannya dengan referensi anafora atau katafora.
2. Kerangka Teori 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang teido no fukushi dengan melibatkan jenis adverbia konnani, sonnani, dan annani yang memiliki fungsi deiksis telah dilakukan Hayashi (1999). Ada tiga simpulan yang bisa diambil dari penelitian Hayashi yang berjudul “Shiji Kinou o Motsu Teido Fukushi ni Mirareru Seiyaku ni tsuite: Konnani, Annani, Sonnani o Rei ni”. ‘Batasan yang Ditinjau dalam Teido Fukushi yang Memiliki Fungsi Deiksis: dengan Contoh Adverbia Konnani, Annani dan Sonnani.’ Simpulannya adalah (1) terkait tipe kalimat, adverbia konnani ditemukan dalam tipe kalimat asertif atau kalimat penegasan pembicara, kemudian (2) adverbia sonnani ditemukan dalam tipe kalimat interogatif atau kalimat pertanyaan pembicara yang bersifat mengonfirmasi pernyataan yang telah disampaikan si pendengar, dan (3) adverbia annani ditemukan dalam tipe kalimat eksklamatif atau seru yang mengekspresikan pengalaman masa lalu pembicara terhadap informasi mengenai keadaan objek tunjuk (1999:26–29). Simpulan kedua dari penelitian Hayashi (1999:32) adalah predikat yang diterangkan oleh ketiga adverbia ini. Predikat yang diterangkan berasal dari kategori adjektiva. Adjektiva tersebut dibagi atas tiga sifat ciri, yakni sifat (objek tunjuk) yang dapat dilihat dan dapat didengar (kitanai ‘kotor’, muzukashii ‘sulit’, urusai ‘berisik’, dsb.), kemudian dapat diukur melalui suatu alat ukur (samui ‘dingin [cuaca]’, nagai ‘panjang’, omoi [berat]), serta sifat yang berkaitan dengan emosi perasaan (itai ‘sakit’, kanashii ‘sedih’, ureshii ‘gembira’, dsb). Simpulan ketiga adalah kemunculan adverbia konnani, sonnani, dan annani yang dapat disebabkan oleh dua faktor. Pertama, faktor konteks kalimat terdahulu (senkou bumyaku), yakni berkaitan dengan keberadaan objek tunjuk 207
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:205—219
pada kalimat sebelumnya sehingga memunculkan presuposisi pembicara. Presuposisi tersebut berisi simpulan penegasan mengenai objek tunjuk yang disinggungnya dengan menyertakan adverbia konnani, sonnani, atau annani sebagai penanda penekanan pada kalimat berikutnya. Jadi, ketiga adverbia tersebut kemudian menekankan sifat objek tunjuk atau menekan yougen ‘adjektiva’ yang ada di belakangnya. Kedua, faktor informasi baru (shinjouhou) berkaitan dengan keberadaan objek tunjuk yang berada langsung pada tuturan baru atau kalimat pertama pembicara yang diikuti dengan kemunculan salah satu dari ketiga adverbia tersebut, beserta yougen adjektiva yang di belakangnya (Hayashi, 1999:35). 2.2 Wacana Menurut van Dijk (dalam Lubis, 2011:239), discourse atau wacana adalah kesatuan dari beberapa kalimat yang satu dengan yang lain yang terikat dengan erat. Pengertian satu kalimat harus dihubungkan dengan kalimat yang lain dan tidak dapat ditafsirkan satu per satu dari kalimat tersebut. Selanjutnya, Halliday (dalam Lubis, 2011:23) menambahkan bahwa teks atau wacana adalah satu kesatuan semantik dan bukan kesatuan gramatikal, kesatuan yang bukan karena bentuknya (morfem, klausa, kalimat), tetapi kesatuan artinya. Dengan demikian, sebagai satuan gramatikal dari kelas kata adverbia, konnani, sonnani, atau annani dapat muncul karena pengaruh kalimat lain, baik dari kalimat terdahulu maupun kalimat baru. Begitu juga dengan yougen dari kelas kata verba dan adjektiva yang diterangkan keadaannya oleh ketiga adverbia tersebut, kemunculannya tidak dapat terlepas dari pengaruh acuan atau objek tunjuk (shiji taishou) yang berada pada kalimat terdahulu. Oleh karena itu, dalam pembahasan teori di bawah ini, di samping disajikan pendekatan semantik mengenai adverbia konnani, sonnani, dan annani, disajikan pula pendekatan pragmatik yang menyangkut konsep deiksis, referensi, dan acuan (objek tunjuk).
208
A. Adverbia Dalam bahasa Jepang, adverbia disebut sebagai fukushi. Fukushi adalah kelas kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia (jenis) lainnya, tidak dapat berubah (tidak berkonjugasi), dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana, atau perasaan pembicara (Matsuoka dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004:165). Lalu, dalam bahasa Indonesia Alwi et al. (2003:197—198) menyatakan bahwa adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain. Umumnya, kata atau bagian kalimat yang dijelaskan itu berfungsi sebagai predikat. Dengan demikian, baik dalam bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia, fukushi atau adverbia adalah kelas kata yang berfungsi menerangkan atau memperjelas keadaan kelas kata. Selain itu, kehadiran adverbia dalam sebuah kalimat dapat menerangkan secara jelas keadaan aktivitas, suasana, atau perasaan pembicara sehingga keberadaannya dapat memengaruhi makna kalimat. 1)
Teido no Fukushi (Adverbia Kualitatif)
Adverbia kualitatif adalah jenis adverbia berdasarkan perilaku semantisnya dalam bahasa Indonesia. Adverbia ini adalah adverbia yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Adapun yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata, seperti paling, sangat, lebih, dan kurang (Alwi et al., 2003:204). Dalam bahasa Jepang adverbia kualitatif memiliki kesamaan ciri dengan teido no fukushi. Teido no fukushi berfungsi terutama menerangkan tingkat, taraf, kualitas, atau derajat keadaan yougen (verba, ajektiva-i, ajektiva-na) yang ada pada bagian berikutnya, misalnya kata-kata, seperti sukoshi ‘agak’, taihen ‘sangat’, kanari ‘agak’, dan motto ‘lebih’ (Terada dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004:167). Selanjutnya, Naoko (dalam Mulya, 2013:43) menyebut teido
RAHADIYAN DUWI NUGROHO ET AL.: FUNGSI TEIDO NO FUKUSHI ...
no fukushi sebagai adverbia yang menunjukkan derajat. Salah satu kelompok adverbianya berjenis konnani ‘begini; seperti ini’, sonnani ‘begitu; seperti itu’, dan annani ‘begitu; seperti itu’. 2)
Teido no Fukushi Konnani, Sonnani, dan Annani
a.
Kelas Kata yang Diterangkan
Terada dan Suzuki (dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004:161) menerangkan bahwa adverbia konnani dipakai pembicara pada saat menunjukkan (menginformasikan) benda atau orang yang dekat dengan dirinya (kinshou). Adverbia sonnani dipakai pembicara pada saat menunjukkan benda atau orang yang dekat dengan pendengar (chuushou). Lalu, adverbia annani dipakai oleh pembicara pada saat menunjukkan benda atau orang yang sama-sama jauh, baik dari dirinya maupun si pendengar dari tempat tutur (enshou). Selanjutnya, Naoko (dalam Mulya, 2013:43) menambahkan bahwa adverbia ini menegaskan adanya hal yang berbeda dengan derajat benda, manusia, dan kondisi yang dipikirkan. Jadi, berdasarkan pernyataan Terada dan Naoko, dapat disimpulkan bahwa adverbia adalah suatu keadaan atau sifat yang berlainan atau tidak biasa terjadi pada diri seseorang atau benda yang dibicarakan, memicu pembicara untuk memberitahukan informasi tersebut kepada pendengar. Selanjutnya, Nitta (2009:24) menambahkan bahwa perbedaan derajat atau tingkatan (teido) benda, manusia, dan kondisi yang dipikirkan berkaitan dengan keadaan atau sifat mereka. Keadaan atau sifat dapat dinyatakan dalam verba, adjektiva-i atau adjektiva-na pada sebuah kalimat. Dalam sebuah kalimat, kelas kata tersebut adalah predikat (jutsugo) yang diterangkan oleh teido no fukushi konnani, sonnani, atau annani. Berikut contohnya. (1a) (Biiru no akikan ga takusan aru no o mite) Hitoban de konnani nonda nante, shinjirarenai. ‘(Melihat ada banyak kaleng bir kosong) Semalaman minum seperti ini, tak bisa dipercaya.’
(2a) Sonnani muri o shite shigoto o shitara, byouki ni natte shimau yo.” ‘Kalau memaksakan diri bekerja seperti itu, jadi sakit lho.’ (Nitta, 2009:24) (3a) Osumou san tte, jika ni miru to annani ookin da. ‘Pesumo, kalau melihat secara langsung besar seperti itu.’ (Okazaki, 2006:67) Pada kalimat (1a), adverbia konnani ‘seperti ini’ menerangkan verba nonda ‘minum’. Lalu, pada kalimat (2a), adverbia sonnani ‘seperti itu’ menerangkan frasa verbal muri o shite ‘memaksakan diri’. Terakhir, adverbia annani ‘seperti itu’ pada kalimat (3a) menerangkan adjektiva ookii ‘besar’. b. Kualitas Makna Kalimat (1b) Hitoban de konnani nonda nante, shinjirarenai. ‘Semalaman minum seperti ini, tak bisa dipercaya.’ Kehadiran adverbia konnani ‘seperti ini’ yang menerangkan verba nonda ‘minum’ pada kalimat di atas dapat menggambarkan perasaan pembicara yang seolah-olah begitu terkejut atas perbuatan seseorang, yakni karena telah minum bir dalam jumlah besar. (2b) Sonnani muri o shite shigoto o shitara, byouki ni natte shimau yo.” ‘Kalau memaksakan diri bekerja seperti itu, jadi sakit lho.’ (Nitta, 2009:24) Kehadiran adverbia sonnani ‘seperti itu’ yang menerangkan frasa verbal muri o shite ‘memaksakan diri’ pada kalimat di atas dapat menggambarkan perasaan pembicara yang seolah-olah sangat menyayangkan perbuatan seseorang apabila ia begitu memaksa bekerja sehingga dapat menjadi sakit. (3b) Osumou san tte, jika ni miru to annani ookiin da. ‘Pesumo, kalau melihat secara langsung besar seperti itu.’ (Okazaki, 2006:67) Kehadiran adverbia annani ‘seperti itu’ yang menerangkan adjektiva-i ookii ‘besar’ pada kalimat tersebut dapat menggambarkan ekspresi 209
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:205—219
pembicara yang seolah-olah sedang mengamati secara langsung dan jelas betapa besarnya tubuh atau perawakan pesumo yang bergerak-gerak di arena sumo. B. Deiksis Deiksis adalah gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicaraan. Deiksis merujuk pada waktu, tempat, persona, dan semua hal yang berhubungan dengan situasi pembicaraan (Alwi et al., 2003:42). Lalu, Kridalaksana (2008:45) menambahkan bahwa deiksis adalah hal atau fungsi yang menunjuk sesuatu di luar bahasa; kata tunjuk pronomina, ketakrifan, dan sebagainya yang mempunyai fungsi deiktis. Jadi, apabila dalam sebuah kalimat ditemukan satuan bahasa, seperti pronomina atau ketakrifan, berarti satuan bahasa tersebut memiliki makna tertentu yang hanya dapat ditafsirkan secara tepat dengan melihat acuan atau rujukannya. Dengan demikian, apabila acuan atau rujukan yang ditunjuk oleh satuan bahasa tersebut sama-sama berada di dalam suatu teks, deiksis memiliki keterkaitan erat dengan referensi endofora. Menurut Halliday dan Hasan (dalam Lubis, 2011:33), referensi endofora adalah interpretasi kata yang terletak di dalam teks itu sendiri. Selanjutnya, Kridalaksana (2008:57) menambahkan bahwa endofora adalah hal atau fungsi yang menunjuk kembali pada hal-hal yang ada dalam wacana; mencakup anafora atau katafora. Anafora adalah hal atau fungsi yang menunjuk kembali pada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya dalam kalimat wacana (yang disebut anteseden) dengan pengulangan atau dengan substitusi. Sebaliknya, katafora adalah penunjukan sesuatu yang disebut di belakang (Kridalaksana, 2008:13 dan 110) atau singkatnya sesuatu yang dilihat kembali pada isi teks yang telah lewat yang dinamakan anafora, sedangkan yang dilihat pada isi teks sesudahnya dinamakan katafora (Halliday dan Hasan dalam Lubis, 2011:33). Berdasarkan uraian mengenai deiksis tersebut beserta hasil penelitian Hayashi, dapat 210
dinyatakan bahwa adverbia konnani, sonnani, atau annani termasuk kelas kata yang memiliki fungsi deiksis. Karena ketiga adverbia ini berasal dari kelas kata penunjuk atau shiji go mereka mampu menunjuk suatu referen atau acuan, seperti persona, benda, perbuatan, dan peristiwa. Dalam bahasa Jepang referen atau acuan-acuan tersebut disebut sebagai objek tunjuk atau shiji taishou. Posisi objek tunjuk yang diacu olehnya dapat berada di depan (anafora) atau di belakang (katafora). 1)
Acuan (Objek Tunjuk) Konnani, Sonnani, dan Annani
Dalam bahasa Jepang, objek tunjuk disebut shiji taishou (Nitta, 2009:26). Secara mendasar, shiji taishou atau objek tunjuk adalah objek yang dapat dirasakan, didengar, dan dilihat di tempat itu oleh pembicara. Objek tunjuk (shiji taishou) memiliki beberapa jenis, misalnya benda, orang, tempat, waktu, aktivitas, atau perbuatan. Objek tunjuk tersebut diacu oleh ungkapan tunjuk (shiji hyougen). Keberadaannya ada di tempat tutur. Selanjutnya, dalam penelitiannya Hayashi (1999:35) menambahkan bahwa jika objek tunjuk beserta situasinya berada pada konteks kalimat terdahulu (senkou bumyaku), secara otomatis presuposisi (zentei) pembicara muncul. Lalu, si pembicara menyatakan sebuah kalimat simpulan yang berisi informasi mengenai perkara atau perihal yang masih berkaitan dengan objek tunjuk tersebut dengan menyertakan shiji hyougen atau ungkapan tunjuk konnani, sonnani, atau annani. Sebaliknya, jika objek tunjuk beserta situasinya berada pada kalimat baru atau tuturan pertama pembicara, kalimat yang dinyatakan si pembicara tersebut disebut sebagai informasi baru (shinjouhou) atau informasi yang baru diucapkan si pembicara kepada pendengar. Informasi itu juga berkaitan dengan perkara atau perihal objek tunjuk, tetapi tidak memiliki keterkaitan dengan konteks atau kalimat terdahulu. Jadi, baik objek tunjuk atau ungkapan tunjuk konnani, sonnani, atau annani muncul secara bersamaan di tempat tutur. Berikut contohnya.
RAHADIYAN DUWI NUGROHO ET AL.: FUNGSI TEIDO NO FUKUSHI ...
(4) Kono mondai wa doushite konnani muzukashiin darou. ‘Soal ini mengapa sulit seperti ini.’ (Hayashi, 1999:34) Kono mondai wa doushite konnani muzukashiin darou. (mengacu benda ‘soal ini’) (objek tunjuk berada pada kalimat baru [informasi baru]/referensi anafora) (5) (Aite ga hageshiku naku yousu o mite) Sonnani nakuna yo. (melihat keadaan pasangan yang menangis tersedu-sedu) ‘Jangan menangis begitu.’ (Nitta, 2009:27) (Aite ga hageshiku naku yousu o mite) (mengacu perbuatan ‘menangis tersedu-sedu’) Sonnani nakuna yo. (mengacu orang ‘pasangan’) (objek tunjuk berada pada konteks kalimat sebelumnya/referensi anafora) (6) Kare no heya ga annani kitanai nante! ‘Kamar dia kotor seperti itu!’ (Hayashi, 1999:29) Kare no heya ga annani kitanai wa nante!
(mengacu orang dan benda ‘dia dan kamarnya’)
(objek tunjuk berada pada kalimat baru [informasi baru]/referensi anafora)
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Konnani 1. Satuan gramatikal yang diterangkan: frasa nominal, objek tunjuk: perbuatan dan orang, referensi: anafora (1) Jugyoujou no uchiawase ga sundara, kimi wa itsu made konna yadoya ni iru tsumori demo aru mai, boku ga ii geshuku o shuusenshite yaru kara utsuri tamae. ‘Selesai pembicaraan persiapan masalah pelajaran, dia mengatakan
padaku bahwa kamu tentunya tidak berniat berlama-lama ada di penginapan seperti ini, jadi karena aku akan merekomendasikan tempat kos yang bagus, kamu harus pindah.’ (2) Kaerini yamaarashi wa Toorichou de koorimizu o ippai ogotta. ‘Sewaktu pulang, si Landak mentraktir segelas es sirop di Toorichou.’ (3) Gakkou de atta toki wa ya ni yokofuuna shikkeina yatsu da to omotta ga, konnani iro-iro sewa o shite kureru tokoro o miru to, warui otoko demo nasa sou da. ‘Waktu bertemu di sekolah, aku mengira orang yang kurang sopan dan sok ngatur, tapi kalau melihat pemberian bantuan yang bermacammacam sekarang seperti ini, sepertinya bukan laki-laki yang buruk perangainya.’ (Bottchan, 2003:7) Adverbia konnani ‘seperti ini’ pada kalimat (3) menerangkan frasa nominal iro-iro sewa o shite kureru tokoro ‘pemberian bantuan yang bermacam-macam sekarang’ sebagai perihal yang diberikan pada Botchan. Berikutnya, pencarian objek tunjuk frasa nominal yang diterangkan konnani dapat dilakukan dengan membuat pertanyaan: bantuan apa saja yang diberikan pada Botchan ini dan siapakah dia? Jadi, berjanji merekomendasikan tempat kos yang bagus (kalimat ke-1) dan mentraktir Botchan minum es sirop di Toorichou (kalimat ke-2) adalah jawaban konkret perbuatannya sehingga kedua hal itu menjadi objek tunjuk perbuatan frasa nominal tersebut. Lalu, boku ‘aku’ atau yamaarashi ‘si Landak (Hotta)’ adalah jawaban dari pelaku yang melakukan perbuatan itu sehingga ia menjadi objek tunjuk orangnya. Dengan demikian, pengorelasian antara adverbia konnani dengan kedua acuan tersebut bersifat anafora karena adverbia ini menunjuk objek tunjuk yang samasama berada pada kalimat sebelumnya. Apabila disederhanakan, hal tersebut akan tampak dalam gambar berikut.
211
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:205—219
(1)
..., boku ga ii geshuku o shuusenshite yaru kara utsuri tamae. (pelaku ‘aku’) (perbuatan ke-1)
(2)
Kaerini yamaarashi wa Toorichou de koorimizu o ippai ogotta. (perbuatan ke-2) (pelaku ‘si Landak’) konnani iro-iro sewa o shite kureru tokoro o miru to, warui otoko demo... (menerangkan perihal) (mengacu perbuatan dan pelaku)
(3)
Kehadiran adverbia konnani ‘seperti ini’ yang menerangkan frasa nominal pemberian bantuan yang bermacam-macam sekarang pada kalimat tersebut menggambarkan ketidakpercayaan Botchan akan beberapa perbuatan baik yang dilakukan Hotta padanya. Padahal, pada awalnya ia meyakini bahwa Hotta adalah orang yang bertipe sombong dan sok mengatur. Akan tetapi, karena kebaikannya itu, serta-merta Botchan meralat dugaannya tersebut, kemudian mengatakan bahwa ia bukan orang yang tidak baik. 2. Satuan gramatikal yang diterangkan: frasa verbal, objek tunjuk: benda (wajah), referensi: anafora (1) Yamaarashi wa reizen to ore no kao o mite fun to itta. ‘Si Landak dengan dingin melihat wajahku lalu berdengus hm. (2) Hito ga konnani makkani natte ru no ni fun to iu rikutsu ga aru mono ka.
‘Padahal orang jadi merah menyala begini, tapi secara logika kenapa dia berdengus hm.’ (Botchan, 2003:19) Adverbia konnani ‘begini’ pada kalimat (2) menerangkan frasa verbal makkani natte ru ‘jadi merah menyala’ sebagai perbuatan refleks Botchan yang sedang marah kepada Hotta. Berikutnya, pencarian objek tunjuk dari frasa verbal yang diterangkan konnani dapat dilakukan dengan membuat pertanyaan: apakah yang merah menyala ini? Jadi, kata ore no kao ‘wajahku’ (kalimat pertama) atau raut muka Botchan adalah jawaban dari bagian tubuh Botchan yang memerah itu sehingga ia menjadi objek tunjuk benda frasa verbal tersebut. Dengan demikian, pengorelasian antara adverbia konnani dengan objek tunjuk benda bersifat anafora. Apabila disederhanakan, hal tersebut akan tampak dalam gambar berikut.
(1) Yamaarashi wa reizen to ore no kao o mite fun to itta. (mengacu bagian tubuh ‘wajahku’) (2) Hito ga konnani makkani natte ru no ni fun to iu rikutsu ga aru mono ka. (menerangkan frasa verbal ‘jadi merah menyala’) Kehadiran adverbia konnani yang menerangkan frasa verbal makkani natte ru ‘jadi merah menyala’ pada kalimat di atas, turut memperjelas keadaan wajah Botchan yang betulbetul memerah karena marah pada Hotta. Akan 212
tetapi, ia menanggapinya dengan dengusan. Selain kedua data di atas, masih terdapat lima data konnani berdasarkan hasil analisis yang terdeskripsikan dalam tabel di bawah ini.
RAHADIYAN DUWI NUGROHO ET AL.: FUNGSI TEIDO NO FUKUSHI ...
Tabel 1 Konnani No.
1.
2.
3.
4.
5.
Satuan Gramatikal yang Diterangkan Konnani+Klausa
Pertanyaan (P) & Jawaban (J)
Ikura ningen ga hikyou datte, konnani hikyou ni dekiru mono ja nai. ‘Betapa pun liciknya manusia, tidak sepatutnya bisa berbuat dengan cara licik begini.’ Konnani+Frasa Nominal (FN) Jibun ga konnani baka ni sarete iru kouchou ya, kyoutou ni uyauyashiku onrei o itte iru. ‘Dia (Koga) mengucapkan terima kasih dengan khidmat kepada kepala sekolah dan wakil kepala sekolah (guru kepala) yang membodohi seperti ini.’
Jenis Objek Tunjuk yang Diacu Jenis
Referensi
1. P: Seperti apa perbuatannya? J: Berbuat gaduh dan berteriakteriak. 2. P: Siapa mereka ini? J: Murid-murid Botchan.
perbuatan orang
anafora
Pertanyaan (P) dan Jawaban (J)
Jenis
Referensi
perbuatan
anafora
P: Mereka membodohi seperti apa? J: Memutasi secara halus Pak Koga, membuat acara perpisahannya, berpura-pura menyanjung keteladanannya, berdalih bahwa pemutasiannya karena kehendak pribadi.
anafora
Konnani+Verba (V)
Pertanyaan (P) & Jawaban (J)
Jenis
Referensi
Kodomo no toki kara konnani kyouikusareru kara, iya ni hinekkobita, uekibachi no kaede mita you na kobito ga dekirun da.‘Dari sejak anak-anak, karena dididik begini, bukan main mengakarnya, hingga bisa jadi orang cebol yang mirip pohon mapel dalam pot.’
1. P: Dididik seperti apa? J: Bercanda berlebihan & memaksakan tindakannya. 2. P: Siapa yang dididik ini? J: Murid-murid Botchan.
perbuatan
anafora
orang
anafora dan katafora
Inaka ni mo konnani ningen ga sunde ru ka to odoroita kurai ujaujashite iru.‘Batinku hampir terkejut, di kampung ini pun manusia tinggal seperti ini.’
1. P: Tinggal dalam keadaan seperti apa? J: Banyak jumlahnya. 2. P: Siapa mereka ini? J: Penduduk kampung.
situasi
anafora
orang
anafora dan katafora
Hisashiku kenka o shitsukenakatta kara, konnani kotaerun darou.‘Mungkin sudah lama tidak biasa berkelahi, jadi terjawab begini.’
P: Apa yang terjawab begini? J: Tubuh yang babak belur.
benda (tubuh)
anafora
3.2 Sonnani 1. Satuan gramatikal yang diterangkan: frasa verbal, objek tunjuk: benda, referensi: katafora Bottchan : (1) Joudan ja nai hontou da. Ore wa kimi ni kourimizu o ogorareru innen ga nai kara, dasun da. Toranai hou ga aru ka?
Hotta
‘Ini bukan lelucon tapi serius. Karena tidak ada alasan yang dibuat-buat olehku kukembalikan traktiran es padamu. Apakah ada alasan yang tidak membuatmu mengambilnya?’ : (2) Sonnani issengorin ga ki ni naru nara totte mo ii ga, naze omoidashita you ni, ima jibun kaesun da. 213
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:205—219
‘Kalau uang satu setengah sen menjadi pikiranmu begitu, baik kan ku ambil, tapi kenapa sepertinya teringat, sekarang baru dikembalikan.’ (Botchan, 2003:19) Adverbia sonnani ‘begitu’ pada tuturan (2) menerangkan frasa verbal ki ni naru ‘menjadi pikiranmu’ sebagai sebuah perbuatan yang dituduhkan Hotta pada Botchan karena ia merasa keberatan menerima traktiran esnya. Berikutnya, pencarian objek tunjuk dari frasa verbal yang diterangkan sonnani dapat dilakukan dengan membuat pertanyaan: apa yang menjadi pikiran
Botchan itu? Jadi, issengorin ‘uang satu setengah sen’ (tuturan kedua) adalah jawaban yang menjadi penyebab Botchan berpikir sehingga uang ini menjadi objek tunjuk benda frasa verbal di atas. Dengan demikian, pengorelasian antara adverbia sonnani dengan acuannya bersifat katafora karena benda yang diacu ini berada langsung di depan adverbia sonnani. Selain itu, karena frasa verbal yang diterangkan ataupun objek tunjuk yang diacu adverbia sonnani sama-sama berada dalam satu kalimat atau satu tuturan, kalimat ini disebut sebagai informasi baru (shinjouhou). Apabila disederhanakan, hal itu akan tampak dalam gambar berikut.
Sonnani issengorin ga ki ni naru nara totte mo ii ga,... (menerangkan frasa verbal ‘menjadi pikiranmu’) (mengacu benda ‘uang satu setengah sen’) Kehadiran adverbia sonnani ‘begitu’ yang menerangkan frasa verbal ki ni naru ‘menjadi pikiranmu’ pada kalimat di atas menggambarkan perasaan Botchan yang begitu terbebani atas traktiran es Hotta. Meskipun jumlah uangnya tak seberapa, ia segera mengembalikannya pada Hotta. Akibatnya, Hotta merasa heran dan kecewa atas tindakan Botchan tersebut. 2. Satuan gramatikal yang diterangkan: adjektiva, objek tunjuk: perihal, referensi: anafora Bottchan : (1) Anata no iu koto wa hontou kamoshirenai desu ga...tonikaku zoukyuu wa gomen koumurimasu. ‘Hal yang dikatakan Bapak mungkin benar ... namun, bagaimana pun juga terkait kenaikan gaji mohon maaf saya tak mau menerima.’ Akashatsu: (2) Sonnani iya nara tsuyoite to made wa iimasen ga, sou ni san jikan no uchi ni, tokubetsu no riyuu mo nai no ni hyouhen shicha, shouraikun no shinyou ni kakawaru. 214
‘Kalau tidak enak begitu, saya tak akan sampai memaksa-maksa, tapi begitu dalam waktu dua-tiga jam, padahal tidak ada alasan khusus tiba-tiba saja berubah sikap, akan berdampak pada kepercayaan masa depanmu.’ (Botchan, 2003:31) Adverbia sonnani ‘begitu’ pada tuturan (2) menerangkan adjektiva iya ‘tidak enak,’ sebagai sebuah wujud perasaan keengganan Botchan yang dituduhkan si Kemeja Merah. Berikutnya, pencarian objek tunjuk dari adjektiva yang diterangkan sonnani dapat dilakukan dengan membuat pertanyaan: perihal apa yang dirasa tidak enak bagi Botchan itu? Jadi, rencana tawaran kenaikan gaji (zoukyuu) (tuturan pertama) adalah jawaban yang membuat perasaan Botchan tidak enak sehingga tawaran tersebut menjadi objek tunjuk perihal adjektiva di atas. Dengan demikian, pengorelasian antara adverbia sonnani dengan acuannya bersifat anafora karena objek tunjuknya berada pada kalimat sebelumnya. Apabila disederhanakan, hal tersebut akan tampak dalam gambar berikut.
RAHADIYAN DUWI NUGROHO ET AL.: FUNGSI TEIDO NO FUKUSHI ...
(1) ...tonikaku zoukyuu wa gomen koumurimasu. (mengacu ‘kenaikan gaji’) (2) Sonnani iya nara tsuyoite to made wa iimasen ga, (menerangkan adjektiva ajektiva ‘tidak enak’) Kehadiran adverbia sonnani yang menerangkan adjektiva iya ‘tidak enak’ pada tuturan (2) atau baris (2) gambar di atas menggambarkan bahwa perihal kenaikan gaji adalah sesuatu yang memberatkan perasaan Botchan menurut tuduhan si Kemeja Merah. Oleh karena itu, dalam kalimat di atas si Kemeja Merah
tidak akan memaksanya menerima, tetapi secara tidak langsung mengancam bahwa tindakan demikian akan berdampak pada kepercayaan sekolah pada diri Botchan. Selain kedua data di atas, masih terdapat tujuh data sonnani berdasarkan hasil analisis yang terdeskripsikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2 Sonnani No.
1.
2.
Satuan Gramatikal yang Diterangkan Sonnani+Klausa Nani mo sonnani kakusanai demo yokarou, ‘Meski tidak menyembunyikan apa pun seperti itu,’
Nani sonnani komaryashinai to kotaete oita.‘Tidak mengalami kesulitan apa-apa seperti itu, jawabku.’
Sonnani+Frasa Nominal (FN) 3.
Sonnani erai hito o tsuramaete, mada Botchan to yobu no wa yu bakagete iru.‘Jika menganggapku orang hebat seperti itu, tapi masih memanggilku “Botchan,” benarbenar tolol.’ Sonnani+Frase Verbal (FV)
4.
Tenpura soba mo uchi e kaette, hitoban netara sonnani kimoshaku ni sawaranaku natta.‘Setelah pulang, dan tidur semalam tempura dan bakmi pun jadi tidak begitu menganggu pikiranku.’ Sonnani+Verba (V)
5.
Sonnani iwarenakya, kikanakutte ii.‘Kalau tidak mengatakan seperti itu, tidak kudengar pun tak masalah.’
Jenis Objek Tunjuk yang Diacu Pertanyaan (P) & Jawaban (J)
Jenis
Referensi
1. P: Apa yang disembunyikan itu? J: Fakta bahwa ia berjalan berduaan bersama Madonna menyusuri tepi sungai Nozeri. 2. P: Siapa yang menyembunyikannya? J: Si Kemeja Merah. 1. P: Perbuatan apa yang disangkal tidak sulit itu? J: Berbicara di depan umum. 2. P: Siapakah itu? J: Botchan.
fakta
anafora
orang
anafora dan katafora
perbuatan
anafora
orang
anafora
Pertanyaan (P) dan Jawaban (J)
Jenis
Referensi
P: Hebat seperti apa? J: Setelah lulus sekolah bisa membeli rumah besar dan bekerja di kantor pemerintahan.
perbuatan (mengangan)
anafora
Jenis
Referensi
P: Apakah yang sudah tidak begitu menganggu pikiran Botchan? J: Tempura dan bakmi
benda (makanan)
anafora
Pertanyaan (P) & Jawaban (J)
Jenis
Referensi
1. P: Harus mengatakan apa? J: Menaruh belalang di alas tidur Botchan.
perbuatan
anafora
Pertanyaan (P) & Jawaban (J)
215
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:205—219
2. P: Siapa yang harus mengatakannya itu? J: Murid-murid Botchan. 6.
7.
...sonnani anata ga meiwaku nara yoshimashou to ukeatta.‘...tapi kalau Anda terganggu seperti itu saya takkan mengatakannya jaminku.’ Uranari ga, sonnani iyagatte iru nara, naze ryuunin no undou o
1. P: Terganggu dengan hal apa? J: Skandal hubungan dengan Madonna. 2. P: Siapa yang terganggu itu? J: Si Kemeja Merah. P: Hal apa yang dirasa memberatkan itu? J1: Pemutasian ke Nobeoka, J2: karena keadaannya terpencil di pedalaman gunung.
3.3 Annani 1. Satuan gramatikal yang diterangkan: verba, objek tunjuk: situasi dan orang, referensi: anafora (1) Haha ga shinde kara Kiyo wa yu ore o kawaigatta. ‘Setelah kematian Ibu, Kiyo makin menyayangi aku.’ (2) Tokidoki wa kodomo kokoro ni naze annani kawaigaru no ka to fushin ni omotta. ‘Kadang-kadang dalam hati kecil ini aku merasa curiga kenapa menyayangi seperti itu.’ (Bottchan, 2003:2) Adverbia annani ‘seperti itu’ menerangkan verba kawaigaru ‘menyayangi’. Berikutnya,
orang
anafora dan katafora
perihal
anafora
orang
anafora dan katafora
perihal
anafora
situasi
anafora
pencarian objek tunjuk dari verba yang diterangkan annani dapat dilakukan dengan membuat pertanyaan: menyayangi seperti apa dan siapakah dia itu? Jadi, kata yu ‘makin’ (kalimat pertama) adalah jawaban yang menunjukkan bahwa perbuatan tersebut dirasa sangat bersungguh-sungguh (intensif) menurut Botchan sehingga keterangan ini menjadi objek tunjuk situasi verba di atas. Lalu, Kiyo adalah jawaban dari orang yang melakukan perbuatan itu sehingga ia menjadi objek tunjuk orangnya. Dengan demikian, hubungan antara adverbia annani dengan acuannya bersifat anafora karena adverbia ini menunjuk kedua objek tunjuk yang berada pada kalimat sebelumnya. Apabila disederhanakan, hal tersebut akan tampak dalam gambar berikut.
...Kiyo wa yu ore o kawaigatta. ...naze annani kawaigaru no ka... (menerangkan verba ‘menyayangi’) (mengacu situasi ‘makin’) (mengacu orang ‘Kiyo’) Kehadiran adverbia annani ‘seperti itu’ yang menerangkan verba kawaigaru ‘menyayangi’ pada kalimat di atas menggambarkan perbuatan Kiyo yang terlalu berlebihan dalam menyayangi Botchan, terutama setelah ibu Botchan meninggal saat ia masih kecil. Oleh karena itu, Botchan merasa curiga akan perilakunya tersebut. 2. Satuan gramatikal yang diterangkan: klausa, objek tunjuk: orang dan perbuatan, referensi: anafora 216
(1) Gakkou ni wa shukuchoku ga atte, shokuin ga kawaru kore o tsutomeru. ‘Di sekolah ada tugas piket malam, dan guru-guru bergantian melaksanakan tugas ini.’ (2) Tadashi tanuki to akashatsu wa reigai de aru. ‘Tetapi si Musang dan si Kemeja Merah mendapat pengecualian.’
RAHADIYAN DUWI NUGROHO ET AL.: FUNGSI TEIDO NO FUKUSHI ...
(3) Nan de kono ryounin ga touzen no gimu o manukareru no ka to kiite mitara, sounintaiguu dakara to iu. ‘Ketika kutanyakan kenapa kedua orang ini terbebas tugas yang sudah semestinya ini, katanya karena wujud pengabdian dan pelayanan.’ (4) Omoshiroku mo nai. ‘Sama sekali tak menyenangkan.’ (5) Kattena kisoku o koshiraete, sore ga atarimae da to iu you na kao o shite iru. ‘Membuat peraturan seenaknya, lalu mengekspresikan dengan mengatakan itu layak.’ (6) Yoku maa annani zuukurikaeshikurikaeshiku dekiru mono da. ‘Berani betul bisa tidak tahu malu begitu.’ (Bottchan, 2003:10)
Adverbia annani ‘begitu’ pada kalimat (6) menerangkan klausa yoku maa ... zuukurikaeshikurikaeshiku dekiru mono da ‘berani betul bisa tidak tahu malu.’ Berikutnya, pencarian objek tunjuk dari klausa yang diterangkan annani dapat dilakukan dengan membuat pertanyaan: siapa yang tidak tahu malu itu dan perbuatan apa yang dilakukannya? Jadi, tanuki ‘si Musang’ (kepala sekolah) dan akashatsu ‘si Kemeja Merah’ (guru kepala) (kalimat ke-2) adalah oknum yang melakukan perbuatan itu sehingga mereka menjadi objek tunjuk orang klausa di atas. Lalu, membuat peraturan piket seenaknya (kalimat ke-1 dan ke5) adalah jawaban dari perbuatan mereka sehingga hal itu menjadi objek perbuatannya. Dengan demikian, pengorelasian antara adverbia annani dengan kedua acuannya bersifat anafora. Apabila disederhanakan, hal tersebut akan tampak dalam gambar berikut.
(1) Gakkou ni wa shukuchoku ga atte, shokuin ga kawaru kore o tsutomeru. (wujud perbuatan ‘tugas piket malam’) (2) Tadashi tanuki to akashatsu wa reigai de aru. (pelaku ‘si Musang & si Kemeja Merah’) (3) Kattena kisoku o koshiraete, ...atarimae da to iu you na kao o shite iru. (perbuatan ke-1) (perbuatan ke-2) (4) Yoku maa annani zuukurikaeshikurikaeshiku dekiru mono da. (menerangkan klausa) (mengacu perbuatan) (mengacu pelaku)
Kehadiran adverbia annani ‘begitu’ yang menerangkan klausa yoku maa... zuukurikaeshikurikaeshiku dekiru mono da ‘berani betul bisa tidak tahu malu’ , menggambarkan betapa jelasnya rasa tak tahu malu kepala sekolah dan wakil kepala sekolah yang telah sengaja membuat peraturan piket malam seenaknya kemudian membebankannya hanya untuk para guru. Setelah itu, mereka mengatakannya layak. Meski mereka berdalih
bahwa itu adalah salah satu tugas pengabdian dan pelayanan, tetapi sebagai pimpinan sekaligus sebagai pendidik, mereka seharusnya ikut serta berpartisipasi memberikan contoh yang baik bagi para guru tersebut. Akibat dari hal itu, Botchan mengumpat hal demikian untuk mereka. Selain kedua data di atas, masih terdapat dua data annani berdasarkan hasil analisis yang terdeskripsikan dalam tabel di bawah ini.
217
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:205—219
Tabel 3 Annani No.
1.
2.
Satuan Gramatikal yang Diterangkan Annani+Klausa Ima made wa annani sewa ni natte betsudan arigatai to mo omowanakatta ga, ‘Selama ini aku tidak pernah merasa berutang budi, dan berterima kasih secara khusus seperti itu,’
Annani kusa ya take o magete ureshigaru nara, ‘Kalau merasa senang dengan membengkokkan rumput dan bambu seperti itu,’
Jenis Objek Tunjuk yang Diacu Pertanyaan (P) & Jawaban (J) P: Apa sajakah kebaikan Kiyo yang diabaikan Botchan itu? J: Memuji Botchan dengan mengatakan bahwa ia anak yang jujur dan baik, membuatkan bubur pada malam yang dingin, meminjami uang jajan, mencucikan dompet yang masuk ke dalam lubang wc, meyakini dia akan menjadi orang sukses setelah lulus sekolah, membantu dan membelikan kebutuhan pribadinya sebelum berangkat ke Shikoku. 1. P: Siapa yang merasa senang membengkokkan rumput & bambu seperti itu? J: Orang kampung. 2. P: Dalam hal apa kedua benda tersebut dibengkokkan? J: Seni ikebana.
4. Penutup 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, satuan gramatikal yang diterangkan adverbia konnani, sonnani, dan annani bukan hanya kelas kata, melainkan satuan gramatikal lain seperti klausa dan frasa dalam bahasa Jepang. Adverbia konnani, sonnani, dan annani menerangkan klausa dan verba, sedangkan frasa verbal, frasa nominal diterangkan oleh konnani dan sonnani, dan adjektiva hanya diterangkan sonnani. Selanjutnya, objek tunjuk yang diacu konnani, sonnani dan annani terdiri atas orang, perbuatan, benda, dan situasi, sedangkan perihal fakta/ peristiwa hanya diacu sonnani. Hubungan antara satuan gramatikal yang diterangkan dan objek tunjuknya dapat dikorelasikan dengan konsep referensi endofora. Jadi, ketiga adverbia di atas berfungsi sebagai pemarkah atau peranti penghubungnya (fungsi deiksis). Selanjutnya, untuk membuktikan bahwa kedua hal di atas memiliki keterkaitan, salah satu 218
Jenis
Referensi
perbuatan
anafora
orang
anafora
benda
anafora
tekniknya adalah membuat pertanyaan mengenai penyebab atau pemicu kemunculan satuan gramatikal yang diterangkan oleh ketiga adverbia di atas. Adapun jawabannya mengacu pada objek tunjuk. Jika objek tunjuk berada pada kalimat sebelumnya, sedangkan satuan gramatikal yang diterangkan berada pada kalimat sesudahnya, hubungannya bersifat anafora. Akan tetapi, jika objek tunjuk berada pada kalimat sesudahnya, hubungannya bersifat katafora. 4.2 Saran Adverbia konnani, sonnani, dan annani memiliki fungsi menerangkan atau memperjelas keadaan derajat, kualitas yougen (verba, adjektiva), frasa dan klausa, sekaligus memiliki fungsi deiksis. Penentuan kualitas naik-tidaknya derajat yougen (verba, adjektiva) atau satuan gramatikal lain yang diterangkan dirasa belum cukup jika hanya mengandalkan kehadiran adverbia ini lewat sebuah struktur kalimat semata. Jadi, perlu dilibatkan pula fungsi deiksis dari
RAHADIYAN DUWI NUGROHO ET AL.: FUNGSI TEIDO NO FUKUSHI ...
ketiga adverbia ini dalam mencari keadaan objek tunjuk atau acuannya. Oleh karena itu, objek tunjuk adalah hal yang dapat memicu kemunculan satuan gramatikal di atas. Benar-tidaknya objek tunjuk, hanya pembicara atau penulis yang mengetahui secara pasti. Walau demikian, membuat pertanyaan mengenai penyebab atau pemicu kemunculan satuan gramatikal yang diterangkan oleh ketiga
adverbia di atas adalah sebuah upaya untuk mengidentifikasi bahwa satuan gramatikal memiliki keterkaitan dengan acuan atau objek tunjuknya. Dengan demikian, apabila hubungan antara satuan gramatikal yang diterangkan dan keadaan objek tunjuk yang diacu dapat dipahami dengan baik, seorang peneliti dapat menafsirkan derajat makna kalimat yang dilekati oleh ketiga adverbia ini dengan tepat.
Daftar Pustaka Alwi, Hasan, et al. 2003. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djajasudarma, T. Fatimah. 2010. Metode Linguistik. Bandung: Refika Aditama. Hayashi, Naoko. 1999. “Shiji Kinou o Motsu Teido Fukushi ni Mirareru Seiyaku ni tsuite: Konnani, Sonnani, Annani o Rei ni”. Dalam Gengogaku Ronsou. No. 18, hlm.: 25--38. Kenji, Matsuura. 1994. Nihongo-Indoneshiago Jiten ‘Kamus Bahasa Jepang-Indonesia’. Kyoto: Kyoto Sangyo University Press. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lubis, A. Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Mulya, Komara. 2013. Fukushi Bahasa Jepang. Yogyakarta: Graha Ilmu. Natsume, Soseki. 2003. Bottchan. Tokyo: Kadogawa Shoten. Natsume, Soseki. 2012. Botchan Si Anak Bengal. Terjemahan Jonjon Johana dari Bottchan (2003). Jepang: Kansha Books. Nelson, Andrew N. 2005. Kamus Kanji Modern Jepang-Indonesia. Terjemahan Tim Redaksi Kesaint Blanc dari The Modern Reader’s Japanese-English Character Dictionary (1962). Jakarta: Kesaint Blanc. Nitta, Yoshio. 2009. Gendai Nihongo Bunpou 7: Danwa, Taiguu Hyougen. Tokyo: Kuroshio Shuppan. Okazaki, Tomoko. 2006. “Teido o Arawasu Shiji Fukushi ni tsuite”. Dalam Osaka University Knowledge Archive: OUKA. Vol. 46, No. 3, hlm.: 65--87. Sudjianto dan Ahmad Dahidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc. Sugono, Dendy et al. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
219
Metalingua, Vol. 12 No. 2, Desember 2014:205—219
220