Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
FUNGSI ILOKUSI SMILING EMOJI SEBAGAI STRATEGI KESANTUNAN THE ILLOCUTIONARY FUNCTIONS OF SMILING EMOJI AS POLITENESS STRATEGY Fauzia Zahira Munirul Hakim* Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang KM. 21, Jatinangor, Sumedang *Alumni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Tahun 2016 e-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini menganalisis peran smiling emoji secara pragmatis melalui fungsi ilokusi dan strategi kesantunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fungsi ilokusi dari smiling emoji dan mendeskripsikan strategi kesantunan yang dapat dilakukan dengan menautkan smiling emoji ke dalam pesan. Sehingga, metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deksriptif kualitatif. Sumber data dari penelitian ini berupa ujaran online dalam bentuk tweet yang terdapat smiling emoji di dalamnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa smiling emoji dapat menandai tiga fungsi ilokusi, yaitu fungsi ilokusi kompetitif, fungsi ilokusi menyenangkan, dan fungsi ilokusi bertentangan. Berdasarkan temuan tersebut, diketahui bahwa strategi-strategi kesantunan yang dapat dilakukan dengan menautkan smiling emoji ke dalam pesan adalah negative politeness, positive politeness, dan off record. Kata kunci: fungsi ilokusi, strategi kesantunan, smiling emoji, tweet Abstract This thesis is entitled The Illocutionary Functions of Smiling Emoji as Politeness Strategy: Pragmatic Studies. This research analyzes the pragmatic role of smiling emoji based on its illocutionary functions as well as politeness strategy. This research aims to analyze the illocutionary functions of smiling emoji and to describe politeness strategies that can be done by attaching smiling emoji into a message. Thus, this research is conducted based on qualitative descriptive method. Online utterances in form of tweet which contains smiling emoji in it are the data of this research. The result shows that smiling emoji can mark three illocutionary functions, such as competitive, convivial, and conflictive. Based on this, it is found that smiling emoji can be used in three politeness strategies, such as negative politeness, positive politeness, and off record. Keywords: illocutionary functions, politeness strategy, smiling emoji, tweet 1.
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Masalah Internet kini memungkinkan setiap individu untuk dapat berkomunikasi kapan saja dan
dimana saja tanpa perlu bertatap muka (face to face). Internet menyediakan ruang bagi penggunanya untuk berkomunikasi secara mudah melalui beragam media sosial, dari yang berbasis teks, gambar, hingga video (computer-mediated communication). Salah satunya
1
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
adalah Twitter
yang berbasis
ketiga-ketiganya.
Twitter merupakan media sosial
microblogging yang memfasilitasi penggunanya untuk menuliskan perasaan atau pendapat melalui tulisan ringan kepada khalayak di internet (Zapparigna, 2014: 139). Pengguna Twitter dapat berkirim pesan kepada yang lainnya dengan menautkan gambar, video, bahkan emoji ke dalam pesannya. Tidak berbeda dengan ikon karakter lainnya seperti kaomoji dan emoticon, emoji merupakan simbol bergambar yang menyerupai ekspresi wajah manusia, hewan, kegiatan, hari libur, dan lainnya (Kelly, 2015: 15). Emoji diciptakan oleh Shigetaka Kurita pada tahun 1990 dengan tujuan awal untuk memperindah pesan. Emoji mampu menghadirkan aspek paralinguistik yang sebelumnya absen dalam komunikasi berbasis komputer (computer-mediated communication) dengan berperan sebagai aspek paralinguistik (Markman, 2007: 5). Emoji dapat menunjukan cara bagaimana pesan disampaikan, dengan berperan secara pragmatis sebagai (1) indikator perasaan, (2) indikator nonverbal, dan (3) indikator ilokusi (Dresner & Herring, 2010: 250). Apabila emoji dapat berperan sebagai indikator ilokusi dalam pesan maka emoji pun dapat menandai fungsi ilokusi pesan dengan berperan sebagai aspek paralinguistik. Leech (1993: 162) membagi fungsi ilokusi menjadi fungsi ilokusi kompetitif, fungsi ilokusi menyenangkan, fungsi ilokusi bekerja sama, dan fungsi ilokusi bertentangan. Leech (1993: 162) menambahkan bahwa fungsi ilokusi dapat menunjukan derajat sopan santun suatu ujaran. Paparan Leech ini membuktikan bahwa secara langsung fungsi ilokusi berkaitan dengan kesantunan. Kesantunan merupakan cara yang dilakukan individu untuk mengakui, menghormati, dan menghargai face lawan bicara. Kesantunan dalam ujaran dapat dilakukan melalui empat strategi yang diusulkan oleh Brown dan Levinson (1987: 92), yaitu bald on record, off record, positive politeness, dan negative politeness. Selain dapat menandai fungsi ilokusi ujaran, emoji pun dapat ditambahkan ke dalam strategi kesantunan (Huls, 2014: 13-20). Salah satunya adalah smiling emoji. Alasannya adalah karena smiling emoji dapat membuat pesan menjadi kurang mengancam (Dresner & Herring, 2010). Namun, dalam beberapa konteks, smiling emoji juga dapat membuat pesan menjadi mengancam. Sehingga, rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Fungsi ilokusi apakah yang dapat ditandai dengan smiling emoji?
2.
Strategi Kesantunan apakah yang dapat dilakukan dengan menautkan smiling emoji ke dalam tweet?
2
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
1.2
Kerangka Penelitian
1.
Pragmatik Penelitian ini merupakan kajian pragmatis, karena menganalisis peran dan fungsi
pragmatis dari smiling emoji dalam ujaran. Pragmatis merupakan ilmu yang mengkaji makna ujaran melalui tiga segi atau triadic (Leech, 1993). Makna ujaran bersifat dinamis, karena dapat berubah sesuai dengan konteksnya. Hal ini membedakan pragmatik dengan semantik yang mengkaji makna secara dyadic tanpa melibatkan konteks. Konteks merupakan aspek penting dalam kajian pragmatis. Alasannya adalah karena konteks diperlukan untuk memahami makna ujaran secara utuh. Cutting (2008: 3) mengartikan konteks sebagai pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur. Cutting membagi konteks ke dalam tiga jenis, yaitu: 1.
Konteks situasional (situational context): mengacu pada keadaan fisik atau latar tempat dimana percakapan antara penutur dan petutur berlangsung. Konteks situasional biasanya ditandai dengan penggunaan deiksis tempat, seperti ‘this’, ‘here’, dan lainnya.
2.
Konteks epistemik (background knowledge): konteks epistemik terbagi menjadi dua yaitu konteks epistemik umum (general knowledge) dan konteks epistemik spesifik (interpersonal knowledge). Konteks epistemik umum merupakan pengetahuan umum yang sudah diketahui oleh banyak orang. Sedangkan konteks epistemik spesifik hanya bisa diperoleh melalui interaksi verbal serta pengalaman bersama antara penutur dan petutur. Sehingga, konteks epistemik spesifik dapat menunjukan kedekatan sosial antara penutur dan petutur.
3.
Konteks ko-tekstual (co-textual context): merupakan kontes dibangun dalam tuturan atau wacana itu sendiri yang ditandai dengan adanya kohesi tata bahasa dan kohesi leksikal. Dalam pragmatik, ujaran atau tuturan dianggap sebagai sebuah tindakan, karena pada
dasarnya semua tuturan bersifat performatif. Adapun yang dimaksud dengan performatif disini adalah bahwa tuturan tidak selamanya hanya menyatakan suatu fakta mengenai dunia, namun juga membawa sebuah tindakan seperti meminta maaf, mengeluh, memuji, mengundang, meminta, atau berjanji (Yule, 1996: 47). Teori tindak tutur dapat digunakan untuk menganalisis tindakan performatif pada ujaran dalam tiga tingkatan, yaitu: 1.
Tindak lokusi: merupakan kata-kata yang diujarkan atau tindakan dengan mengatakan sesuatu (Cutting, 2008: 16).
3
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
2.
Tindak ilokusi: merupakan apa yang penutur lakukan dengan ujarannya sesuai dengan tujuan tertentu (Cutting, 2008: 16). Dengan kata lain, tindak ilokusi merupakan daya atau tujuan dari ujaran penutur. Searle, dalam Cutting (2008: 16), mengklasifikasi tindak ilokusi ke dalam lima jenis. Klasifikasi milik Searle dibuat berdasarkan verba performatif atau IFIDs (Illocutionary Force Indicating Devices). IFIDs meliputi intonasi, tanda baca, atau verba ujaran yang menunjukan tindak ilokusi di dalam ujaran. Contohnya adalah suggest dalam “I suggest you to pick the red one.” Leech (1993: 278279) kemudian mengajukan teori bandingan yang menyatakan bahwa verba IFIDs yang tersedia sangat terbatas, karena seseorang dapat menggunakan padanan kata lain yang tidak termasuk ke dalam verba IFIDs. Pendapat Leech ini membuktikan bahwa klasifikasi milik Searle hanya berguna untuk menentukan verba ilokusi secara kategorikal bukan untuk melihat daya ilokusi secara pragmatis sesuai dengan konteksnya. Yule (1996: 49) kemudian membagi IFIDs menjadi explicit performatives dan implicit performatives. Penutur tidak selamanya mengutarakan maksud ujarannya secara eksplisit, namun juga implisit. Berikut adalah klasifikasi tindak ilokusi milik Searle: a. Deklarasi (declarations): ilokusi deklarasi adalah ujaran yang mengakibatkan perubahan dalam suatu keadaan, seperti declaring, resigning, naming, baptizing. b. Representatif (representatives): ilokusi representatif adalah ujaran yang berguna untuk menyatakan fakta atau deksripsi, seperti describing, claiming, predicting, insisting. c. Komisif (commisives): ilokusi komisif adalah ujaran penutur yang menyatakan bahwa penutur akan berbuat sesuatu sesuai dengan ujarannya, seperti promising, offering, threatening, refusing. d. Direktif (directives): ilokusi direktif merupakan ujaran penutur yang bertujuan untuk membuat petutur melakukan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan penutur, seperti commanding, requesting, inviting, forbidding, suggesting. e. Ekpresif (expressives): ilokusi ekspresif adalah ujaran yang menyatakan perasaan penutur terhadap petutur, seperti apologizing, praising, congratulating, regretting.
3.
Tindak perlokusi: merupakan tindakan yang dilakukan dengan berujar. Dengan kata lain, tindak perlokusi merupakan reaksi petutur terhadap ujaran penutur.
4
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
Paparan di atas menyebutkan bahwa tindak ilokusi mengandung tujuan dan maksud penutur. Tujuan dan maksud ini membuktikan bahwa setiap tindak ilokusi memiliki fungsi tertentu. Leech (1993: 162) mengklasifikasi fungsi ilokusi menjadi: 1.
Fungsi Ilokusi Kompetitif (Competitive): merupakan fungsi ilokusi yang bertujuan untuk mengurangi ketidakharmonisan yang tersirat dalam tujuan permintaan penutur terhadap petutur dengan memunculkan unsur sopan santun. Sehingga, tipe kesantunan dari fungsi ilokusi kompetitif adalah kesantunan negatif. Adapun tindak tutur yang termasuk ke dalam fungsi ilokusi kompetitif meliputi commanding, requesting, demanding, dan insisting.
2.
Fungsi Ilokusi Menyenangkan (Convivial): merupakan fungsi ilokusi yang bertujuan untuk beramahtamah dan membangun keharmonisan dengan lawan bicara. Sehingga, tipe kesantunan dari fungsi ilokusi ini adalah kesantunan positif. Tindak tutur yang termasuk ke dalam fungsi ilokusi menyenangkan meliputi offering, inviting, thanking, dan congratulating.
3.
Fungsi Ilokusi Bekerjasama (Collaborative): merupakan fungsi ilokusi yang bertujuan untuk mengesampingkan tujuan sosial dengan tidak melibatkan unsur kesantunan. Tindak tutur yang termasuk ke dalam fungsi ini meliputi stating, reporting, announcing, dan teaching.
4.
Fungsi Ilokusi Bertentangan (Conflictive): merupakan fungsi ilokusi yang bertujuan untuk menimbulkan ketidakharmonisan dengan lawan bicara. Sama seperti fungsi ilokusi sebelumnya, fungsi ilokusi bertentangan tidak melibatkan unsur kesantunan. Adapun tindak tutur yang termasuk ke dalam fungsi ini meliputi threatening, accusing, dan cursing. Menurut Leech (1993: 162), kesantunan dalam ujaran mengacu pada perilaku linguistik
atau proses pemilihan kata atau kalimat yang sesuai dengan maksud ujaran. Kesantunan dalam berujar diperlukan untuk menjaga face lawan bicara sehingga FTA (Face Threatening Act) dapat dihindari. Yule (1996: 60) mendefinisikan kesantunan sebagai cara yang dilakukan untuk menunjukan kesadaran seseorang terhadap citra diri lawan bicaranya. Adapun face atau citra diri yang dimaksud merupakan citra yang melekat secara emosional pada seseorang dan dapat hilang, dijaga, atau dikembangkan, serta harus selalu dilibatkan dalam percakapan (Brown dan Levinson, 1987: 62). Face terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1.
Positive face: mengacu pada keinginan individu untuk disukai, dihargai, atau dihormati.
2.
Negative face: mengacu pada keinginan individu untuk dapat bertindak secara leluasa.
5
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
Untuk menjaga face lawan bicara dan menghindari FTA, Brown dan Levinson (1987: 92) mengusulkan empat strategi kesantunan yang dapat dilakukan ketika berujar berdasarkan jarak sosial penutur dan petutur, status sosial penutur dan petutur, serta kedudukan relatif tindak tutur. Berikut adalah keempatnya: 1.
Bald on record: strategi kesantunan ini dilakukan secara langsung dengan mengaibaikan konsep face. Alasannya adalah karena strategi ini mengutamakan efisiensi komunikasi dengan memenuhi empat maksim percakapan milik Grice (1975), yaitu (1) maksim kualitas, (2) maksim kuantitas, (3) maksim relevansi, dan (4) maksim cara. Sehingga, FTA dalam strategi ini dapat diminimalisir ataupun tidak diminimalisir.
2.
Off record: berbalik dengan strategi sebelumnya, strategi kesantunan ini dilakukan secara tidak langsung yang mana petutur diizinkan untuk menafsirkan ujaran penutur secara mandiri. Tujuannya adalah untuk menghindari FTA secara langsung dengan melanggar maksim-maksim percakapan. Berikut adalah beberapa sub-strategi dari strategi off record: a. Give hints: melanggar maksim relevansi dengan cara mengajak petutur untuk menginterpretasi kaitan yang paling memungkinkan. b. Be ambiguous: melanggar maksim cara dengan berkata ambigu. c. Be vague: melanggar maksim cara dengan berkata samar.
3.
Positive Politeness: strategi kesantunan ini bertujuan untuk menjaga positive face lawan bicara dengan mengatakan hal-hal baik kepada lawan bicara. Berikut adalah beberapa sub-strategi dari strategi positive politeness: a. Exaggerate (interest, approval, sympathy): penutur menunjukan ketertarikannya kepada petutur dengan melakukan penekanan atau melebih-lebihkan ujarannya. Contohnya adalah dengan menggunakan kata-kata penekanan, seperti ‘for sure’, ‘really’, ‘exactly’, ‘absolutely’, dan lainnya. b. Avoid disagreement: penutur menghindari ketidaksetujuan antara dirinya dengan petutur dengan melakukan white lies atau hedging opinions. c. Joke: penutur menggunakan lelucon untuk menyampaikan maksudnya kepada petutur. Sub-strategi ini hanya berlaku apabila penutur dan petutur memiliki latar belakang yang serupa.
4.
Negative Politeness: strategi kesantunan ini dilakukan untuk menghindari FTA dengan menjaga negative face lawan bicara. Berikut adalah sub-strategi dari strategi negative politeness:
6
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
a. Be conventionally indirect: penutur mengungkapkan permintaannya kepada petutur secara langsung namun dengan menggunakan indirect speech yang ditandai dengan adanya penggunaan hedges. b. Minimize the imposition: penutur meminimalisir daya ancaman ujarannya dengan menggunakan hedges, seperti ‘just’, ‘exactly’, ‘only’, ‘merely’, ‘a little’, ‘a bit’, dan lainnya. c. Give deference: penutur menyatakan rasa hormatnya pada petutur dengan merendahkan dirinya di depan petutur atau dengan menghormati petutur. Sehingga, perbedaan kelas sosial antara penutur dan petutur dapat terlihat.
2.
Smiling Emoji Berasal dari bahasa Jepang, emoji berarti ikon karakter dalam tulisan. Ketika ditautkan
ke dalam ujaran atau wacana, emoji secara pragmatis berfungsi sebagai aspek paralinguistik yang menunjukan cara bagaimana suatu pesan disampaikan (Markman, 2007: 5). Selain berperan sebagai aspek paralinguistik, Dresner dan Herring menambahkan bahwa ikon karakter seperti emoji dapat berfungsi sebagai indikator ilokusi. Ketika ditautkan ke dalam pesan, emoji dapat (1) menandai tindak ilokusi yang sebenarnya penutur maksud dalam pesan, (2) mengubah makna pragmatis pesan, (3) menunjukan cara bagaimana tindak ilokusi dalam pesan seharusnya diterima, dan (4) dapat memperjelas implikasi yang dimaksud penutur dalam pesan. Mengutip dari Van de Graaf (2003), Van der Loo (2004), dan Sinke (2004), Huls menambahkan bahwa fungsi lain dari emoji adalah untuk (1) mengungkapkan perasaan penutur dalam ujaran, (2) bentuk simbolis dari simpati dan solidaritas yang ditunjukan oleh penutur dalam ujaran, (3) memperhalus kritikan, (4) menegaskan landasan pembicaraan dalam ujaran, dan (5) menunjukan kesamaran dari penutur dalam ujaran. Menambahkan ketiga teori di atas, menurut Stark dan Crawford (2014), emoji juga dapat berperan sebagai: a. Pictogram: simbol yang mewakili benda-benda konkrit b. Ideogram: simbol yang mewakili konsep atau gagasan mengenai sesuatu c. Emoticon: simbol yang mewakili perasaan d. Phatic expression: ungkapan fatis Telah disinggung sebelumnya, bahwa emoji dapat ditambahkan ke dalam strategi kesantunan (Huls, 2014: 3-4). Emoji yang umum ditambahkan ke dalam strategi kesantunan adalah smiling emoji. Alasannya adalah karena emoji dengan tone positif seperti smiling emoji dapat membuat pesan menjadi kurang mengancam (Dresner dan Herring, 2010: 250). 7
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
Secara semiotika, menurut Kandisky dalam Marline et al. (2013: 88), warna kuning dari smiling emoji mewakili kehangatan, kekuatan, dan keesentrikan. Namun dalam beberapa konteks, warna kuning juga dapat mewakili rasa kejengkelan, ketidakstabilan, dan kemarahan. Sedangkan senyum merepresentasikan kepositifan dan kebahagiaan. Namun dalam beberapa konteks, makna tersebut dapat berubah juga. Hal ini membuktikan bahwa emoji seperti smiling emoji bersifat visual dan terbuka untuk berbagai jenis interpretasi (Miller et al, 2016: 1-2). Pendapat Miller ini juga didukung oleh Novak et al. (2015: 2) yang menyatakan bahwa makna pasti dari suatu emoji bergantung pada tone dari wacana yang diikutinya, begitupun sebaliknya. 2.
Bahan dan Metode Penelitian Objek penelitian ini adalah dua jenis smiling emoji yang diproduksi oleh Twitter, yaitu
Smile Face with Smiling Eyes (
) dan White Smiling Face (
). Keduanya memiliki makna
dan fungsi yang sama. Sehingga, data dari penelitian ini berupa tweet yang terdapat smiling emoji di dalamnya. Metode penelitian terbagi menjadi tiga tahap yaitu pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan analisis data. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laman iemoji.com yang menyediakan kronologi tweet berdasarkan emoji yang dipilih. Setelah terkumpul, data diklasifikasikan berdasarkan fungsi ilokusi yang ditandainya sesuai dengan teori fungsi ilokusi milik Leech (1993). Data kemudian akan dianalisis secara pragmatis berdasarkan teori fungsi ilokusi milik Leech (1993) dan strategi kesantunan milik Brown dan Levinson (1987).
3.
Hasil dan Pembahasan
3.1
Fungsi Ilokusi Kompetitif sebagai Strategi Negative Politeness
Data 1: @MamiLex_: (Retweet @Leshilfiger: 2 years 8 months) 2 years and 8 months basically going on 3 years boy you need to put a ring on it 9: 41 PM – 8 Juni 2016 @Leshilfiger: @MamiLex_ just wait on it 9: 42 PM – 8 Juni 2016 @MamiLex_: I def will, I’ll be at yalls wedding #waitonit 9: 43 PM – 8 Juni 2016 https://twitter.com/Leshilfiger/status/740765893471391744 8
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
Konteks: topik tentang hubungan @Leshilfiger dengan kekasihnya menjadi interpersonal knowledge dari percakapan di atas. Hubungan asmara dua tahun delapan bulan antara @Leshilfiger dengan kekasihnya, yang tidak disebutkan dalam percakapan di atas, tentu hanya diketahui oleh kerabat terdekatnya. @MamiLex_ sebagai kerabat @Leshilfiger dan kekasihnya menyarankan keduanya untuk segera menikah. Pengetahuan spesifik ini menunjukan bahwa keduanya adalah kerabat dekat.
Analisis Percakapan dimulai dengan regular tweet milik petutur yang kemudian direspon oleh penutur. Penutur menyampaikan saran kepada petutur untuk segera menikahi kekasihnya, karena hubungan asmara antara keduanya yang sudah hampir berjalan selama tiga tahun. Petutur membalas dengan meminta penutur untuk menunggu yang kemudian dibalas kembali oleh petutur dengan menatakan bahwa ia akan menunggu dan kelak hadir di pernikahan petutur dan kekasihnya. Balasan inilah yang menunjukan bahwa tidak ada jarak sosial antara keduanya, karena keduanya berkerabat. Tindak ilokusi dari ujaran penutur adalah ilokusi direktif. Ilokusi direktif dalam pesan penutur dibuktikan dengan adanya verba implisit performatif ‘wait on it’. Verba performatif tersebut merupakan bentuk imperatif dari ‘(I direct) you to wait…’. Meskipun demikian, kedua ungkapan tersebut memiliki makna dan daya ilokusi yang sama, yaitu untuk membuat penutur menunggu hingga petutur menikah dengan kekasihnya. Ilokusi direktif dari ujaran petutur ini merupakan ilokusi direktif commanding, karena berupa perintah. Di akhir pesan, petutur menautkan smiling emoji sebagai bentuk simbolis dari pengertian yang diberikan petutur kepada penutur melalui ujarannya. Telah dijelaskan sebelumnya, ujaran penutur ini merupakan respon dari pesan petutur yang menyarankan agar ia dan kekasihnya untuk segera menikah. Upaya ini dilakukan oleh petutur, karena hubungan keduanya sebagai kerabat. Petutur membalas dengan meminta penutur untuk menunggu. Berdasarkan konteks ini, smiling emoji di atas secara pragmatis berguna untuk memperhalus ilokusi direktif petutur. Adapun alasannya adalah karena smiling emoji dapat memperhalus ujaran petutur menjadi less threatening. Karena dapat membuat pesan menjadi less threatening, smiling emoji dalam pesan petutur menandai fungsi ilokusi kompetitif. Fungsi kompetitif ujaran bertujuan untuk mengurangi ketidakharmonisan yang tersirat dari perintah petutur. Caranya adalah dengan
9
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
memunculkan kesantunan dalam perintah tersebut dengan membubuhi smiling emoji di pesannya. Perintah yang diutarakan petutur kepada penutur dapat mengancam negative face penutur. Fungsi kompetitif dari smiling emoji adalah upaya petutur untuk tidak mengancam negative face penutur. Upaya ini berguna untuk meminimalisir daya ancaman perintah yang diutarakan kepada penutur (minimize the imposition). Upaya tersebut termasuk ke dalam negative politeness, karena berguna untuk menjaga face penutur. Dengan demikian, fungsi kompetitif smiling emoji menandai strategi kesantunan negatif.
Data 2: @samshortmovie: @Alex_Bertie looking for a ftm young actor well paid short film lead role! Please retweet
want casting to be accurate and diverse!
9: 22 AM – 15 Mei 2016 @Alex_Bertie me-retweet @samshortmovie: @Alex_Bertie thank you so much!!! 3: 05 PM – 15 Mei 2016 https://twitter.com/samshortmovie/status/731882487832576000
Konteks: FTM (female to male) yang terdapat dalam tweet @samshortmovie adalah pengetahuan spesifik yang hanya diketahui oleh komunitas transgender. FTM adalah perempuan
yang
berganti
kelamin
menjadi
laki-laki
(transeksual).
Paparan
mengimplikasikan bahwa @samshortmovie sudah mengetahui @Alex_Bertie
ini yang
merupakan salah satu remaja transeksual terkenal di Amerika.
Analisis: Berdasarkan konteksnya, penutur sedang mencari aktor transeksual muda untuk menjadi pemeran utama dalam sebuah film pendek. Pesan ini penutur sebar melalui akun @Alex_Bertie yang menjadi penerima pesan tersebut. Penutur ingin @Alex_Bertie menyebarkan peran tersebut dengan cara retweet. Alasan penutur menujukan pesannya kepada @Alex_Bertie adalah karena @Alex_Bertie merupakan remaja transeksual terkenal di Amerika. Tindak ilokusi dari ujaran @samshortmovie merupakan ilokusi direktif jenis commanding. Ilokusi direktif dalam pesan penutur ditandai dengan adanya verba performatif
10
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
implisit ‘(I direct you) to retweet please’. Verba performatif ini merupakan ungkapan imperatif atau perintah. Sesuai konteksnya, penutur memerintah petutur untuk retweet pesan penutur supaya dapat dibaca oleh kelompok transeksual lainnya. Verba tersebut memiliki daya ilokusi untuk membuat petutur retweet pesan penutur. Smiling emoji dalam ujaran penutur berperan sebagai aspek paralinguistik. Dilihat dari konteksnya, smiling emoji di atas secara pragmatis berguna untuk memperhalus ilokusi direktif dari ujaran penutur. Penutur berusaha memperlihatkan kepada petutur bahwa ia menyampaikan pesannya sesopan mungkin. Salah satu faktornya adalah karena adanya jarak sosial antara penutur dan petutur. Tindak ilokusi commanding termasuk ke dalam fungsi ilokusi kompetitif. Penutur berupaya memperhalus daya ancaman permintaannya dengan membubuhi smiling emoji ke dalam pesannya. Smiling emoji, dengan demikian, menandai fungsi kompetitif dalam ujaran. Fungsi kompetitif ujaran bertujuan untuk mengurangi ketidakharmonisan yang tersirat dalam tujuan permintaan penutur terhadap petutur dengan memunculkan unsur sopan santun. Penutur berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengancam muka petutur secara langsung ketika mengutarakan keinginannya kepada petutur. @samshortmovie memunculkan unsur sopan santun dalam pesannya dengan membubuhi smiling emoji ke dalamnya. Upaya ini membuktikan bahwa penutur melakukan strategi negative politeness. Negative Politeness adalah strategi kesantunan yang bertujuan untuk menjaga negative face petutur, yaitu keinginannya untuk bertindak secara leluasa tanpa dibebani. Penutur yang memiliki jarak sosial dengan petutur menghargai dan menghormati (give deference) petutur dengan membubuhi smiling emoji ke dalam pesannya.
3.2
Fungsi Ilokusi Menyenangkan sebagai Strategi Positive Politeness
Data 1: @CodieC: @Starbucks double shot espresso on ice is heavenly 3: 22 PM – 9 Jun 2016 @Starbucks: @CodieC It’s super yummy with coconut milk too! 3: 25 PM – 9 Jun 2016 @CodieC: @Starbucks I had it with Soy milk! I’ll definitely try the coconut milk next time 3: 26 PM – 9 Jun 2016 @Starbucks: @CodieC Awesome! Don’t forget to let us know what you think.
11
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
3: 30 PM – 9 Jun 2016 https://twitter.com/Starbucks/status/741034797053550592
Konteks:. Starbucks merupakan perusahaan minuman kopi asal Amerika. Kopi Starbuck menjajakan produknya melalui kedai minuman yang disebar di banyak tempat.
Analisis: Melalui pesannya, penutur mengungkapkan komentarnya mengenai salah satu minuman produk Starbucks, yaitu es espresso. Menurutnya, minuman tersebut sangat lezat. Starbucks kemudian membalas dengan mengatakan bahwa akan terasa enak pula apabila dicampurkan dengan santan. Saran tersebut kemudian diterima oleh penutur dengan mengatakan bahwa lain kali ia akan mencobanya dengan santan, karena saat itu penutur baru mencobanya dicampur dengan susu kedelai. Tindak ilokusi dari ujaran penutur adalah ilokusi komisif. Sesuai konteks di atas, penutur berjanji pada Starbucks untuk mencoba es espresso dengan santan. Ilokusi komisif dalam pesan penutur ditandai dengan adanya verba performatif eksplisit berjanji atau promising, yaitu ‘I’ll definitely try…’. Verba performatif ini memiliki daya ilokusi atau tujuan untuk membuat penutur datang kembali ke Starbucks untuk mencoba es espresso dengan santan. Smiling emoji sebagai aspek paralinguistik ujaran penutur secara pragmatis berperan sebagai bentuk simbolis dukungan penutur kepada petutur. Petutur memberi saran kepada penutur untuk mencoba es espresso dengan santan. Untuk mendukung saran petutur ini, penutur dengan demikian membubuhi smiling emoji pada ilokusi komisifnya. Upaya ini menunjukan niat penutur untuk beramahtamah dan menyenangkan petutur dengan berjanji bahwa ia akan mencoba saran petutur lain waktu. Paparan di atas membuktikan bahwa smiling emoji di atas menandai fungsi menyenangkan dari ujaran. Fungsi ilokusi menyenangkan berguna untuk beramahtamah dengan lawan bicara, karena bertujuan untuk menjaga positive face lawan bicara. Karena berguna untuk menjaga positive face petutur, maka strategi kesantunan dari pesan penutur kepada petutur adalah positive politeness. Upaya penutur dalam melakukan strategi ini ditandai dengan penautan smiling emoji di akhir pesan. Ketika menyampaikan janjinya, penutur berusaha untuk menghargai dan menghormati face petutur dengan menunjukan ketertarikannya terhadap apa yang ditawarkan oleh petutur. Petutur menyarankan penutur untuk mencoba es espresso dicampur dengan santan. Penutur kemudian mendukung 12
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
petutur dengan menerima saran tersebut dan berjanji bahwa penutur akan mencoba saran petutur lain waktu. Upaya ini menunjukan bahwa penutur tertarik atas saran yang diberikan oleh petutur (exaggerate). Secara semantis, strategi ini ditandai dengan penggunaan leksikon penekanan definitely. Secara pragmatis, strategi ini ditandai dengan janji penutur dilengkapi smiling emoji, yang berguna sebagai bentuk dukungan penutur kepada petutur.
Data 2: @LAGonzalez13: I will never not resemble a potato… 3: 58 AM – 26 Mei 2016 @OliviaMarie416: @LAGonzalez13 you’re my favorite potato 4: 45 AM – 26 Mei 2016 @LAGonzalez13: @OliviaMarie416 8:15 am and my day is already made 6: 15 AM – 26 Mei 2016 https://twitter.com/OliviaMarie416/status/735798930890428416
Konteks: saat ini, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa potato memiliki arti yang sama dengan ugly. Sehingga ketika @LAGonzalez13 mengungkapkan bahwa dirinya akan selalu menyerupai sebuah kentang, ia menyatakan bahwa dirinya akan selalu terlihat jelek.
Analisis Percakapan dimulai dari regular tweet yang ditulis oleh petutur Petutur menyatakan bahwa dirinya akan selalu terlihat seperti kentang yang berkonotasi buruk. Ujaran tersebut kemudian direspon oleh penutur dengan menyatakan bahwa meskipun ia sama seperti kentang, tapi ia adalah kentang kesukaan penutur. Secara sekilas, tindak ilokusi dari pesan penutur tampak seperti ilokusi representative jenis claiming, karena terlihat seperti menyatakan fakta. Namun, sesuai dengan konteksnya, verba performatif yang terdapat dalam ujaran penutur bersifat implisit. Verba performatif implisit ‘you are my favorite potato’ memiliki daya ilokusi yang sama seperti ilokusi ekspresif, karena berguna untuk menyatakan perasaan penutur terhadap petutur. Berdasarkan konteksnya, ujaran penutur merupakan bentuk pujian kepada petutur. Penutur menyatakan bahwa meskipun petutur terlihat seperti kentang, namun petutur adalah kentang kesukaan penutur Dengan demikian, tindak ilokusi dari ujaran penutur adalah ilokusi ekspresif jenis praising.
13
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
Smiling emoji dalam pesan penutur berperan sebagai ideogram yang mewakili konsep kesukaan atau favorite dari sebuah benda, yaitu kentang. Sehingga, smiling emoji pada pesan petutur secara pragmatis berperan sebagai petunjuk kontekstualisasi yang menunjukan respon penutur atas tweet petutur sebelumnya. Upaya ini dilakukan oleh penutur untuk membangun keharmonisan dan keramahantamahan dengan petutur. Dengan demikian, smiling emoji pada data di atas menandai fungsi menyenangkan ujaran. Fungsi ilokusi menyenangkan bertujuan untuk beramahtamah dengan lawan bicara. Hal ini dibuktikan melalui smiling emoji yang terdapat dalam pesan penutur. Smiling emoji pada data di atas menegaskan ilokusi praising yang ditujukan kepada petutur dengan mewakili konsep kesukaan (favorite) serta menunjukan rasa simpati penutur. Penutur memberikan simpati kepada petutur dalam bentuk pujian (give sympathy to hearer). Strategi tersebut merupakan salah satu bentuk positive politeness, karena berguna untuk menjaga positive face petutur.
3.3
Fungsi Ilokusi Bertentangan sebagai Strategi Off Record
Data 1: @GuyCodes: when girls wear too much make up it’s really unattractive 7: 50 AM – 21 Mar 2015 @lxvelywxnders: @GuyCodes this makes me angry girls don’t wear makeup to impress assholes 11:15 AM – 21 Mar 2015 https://twitter.com/lxvelywxnders/status/579345582201786369
Konteks: dalam percakapan di atas, yang menjadi konteks epsitemik adalah topik pembicaraan secara umum, yaitu mengenai perempuan yang memakai rias wajah berlebihan.
Analisis: Melalui tweet miliknya, @GuyCodes menuliskan bahwa ketika perempuan memakai rias wajah berlebihan, mereka justru terlihat tidak menarik bagi laki-laki Pendapat petutur ini kemudian direspon oleh @lxvelywxnders dengan mengatakan bahwa dirinya tersinggung atas anggapan yang dikemukakan oleh petutur, karena menurutnya perempuan tidak memakai rias wajah hanya untuk menarik perhatian laki-laki. Berdasarkan konteksnya, assholes atau bajingan yang disebutkan dalam tweet penutur tidak secara harfiah ditujukan untuk orang-
14
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
orang bajingan dari berbagai jenis gender, namun panggilan tersebut penutur tujukan untuk laki-laki. Ilokusi dari ujaran penutur adalah ilokusi ekspresif. Hal ini dibuktikan dengan adanya verba performatif implisit ‘(I feel angry for this) tweet’ dalam tweet penutur. Verba performatif tersebut memiliki daya ilokusi untuk menunjukan respon penutur setelah membaca tweet petutur. Penutur menyatakan rasa kesalnya atas pendapat petutur mengenai perempuan yang memakai rias wajah (‘angry’). Kemudian, penutur melanjutkan dengan mengungkapkan alasan mengapa tweet petutur membuatnya marah, yaitu karena menurutnya perempuan tidak merias diri untuk menarik perhatian laki-laki (‘girls don’t wear make up to impress assholes’). Berdasarkan konteksnya, sentimen atau tone leksikon (‘angry’ dan ‘assholes’) yang mengikuti smiling emoji cenderung negatif. Sehingga, smiling emoji dalam pesan @lxvelywxnders bersentimen negatif juga. Hal seperti ini disebut oleh Walther & D’Addario (2001: 330-331) sebagai mixed message, yaitu kondisi dimana sebuah pesan dengan tone tertentu ditautkan dengan ikon karakter yang memilik tone berbeda. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan ambiguitas bagi petutur, karena melanggar maksim cara. Lagipula, smiling emoji dalam tweet penutur berperan sebagai emoticon. Emotion yang ditunjukan oleh penutur melalui pesannya adalah perasaan kesal dan marah (‘this makes me angry…’). Karena mewakili perasaan marah penutur, smiling emoji dengan demikian menandai fungsi ilokusi bertentangan. Sehingga, kesantunan tidak dilibatkan. Penutur dapat melakukan tindak pengancaman muka terhadap petutur (FTA) melalui ujarannya. Dalam tweet @lxvelywxnders, penutur melakukan FTA secara tidak langsung atau off record. Penutur sengaja menimbulkan ambiguitas dalam pesannya dengan cara menautkan smiling emoji pesan dengan tone negatif. Upaya ini merupakan bentuk pelanggaran maksim cara.
Data 2: @HizaNoah: Shout out to @robert_rider39 for cracking my phone in the first 5 min of holding it 3: 38 PM – 25 Mei 2016 @robert_rider39: @HizaNoah dude I did not mean to dude 8: 30 PM – 25 Mei 2016 https://twitter.com/HizaNoah/status/735601078117376000
15
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
Konteks: konteks dari percakapan di atas adalah konteks spesifik, yaitu telepon genggam milik @HizaNoah yang retak setelah dipinjam oleh @robert_rider.
Analisis: Penutur mengirim ‘shout out’ atau ucapan selamat kepada petutur setelah membuat telepon genggam miliknya retak, meskipun petutur baru saja memegang telepon genggam miliknya selama lima menit. Kemudian petutur membalas dengan mengatakan bahwa dia tidak sengaja merusak telepon genggam milik penutur. Dengan merujuk penutur sebagai ‘dude’ yang merupakan bentuk panggilan informal, petutur sedang berusaha untuk ramah kepada penutur. Melalui penanda diri tersebut, dapat disimpulkan bahwa penutur dan petutur berteman. Tindak ilokusi dari pesan penutur adalah ilokusi ekspresif. Hal ini dibuktikan oleh verba performatif implisit ‘(I) shout out’. Verba tersebut memiliki daya ilokusi atau tujuan yang sama dengan ungkapan congratulating lainnya, seperti congratulation, yaitu untuk menyampaikan rasa selamat penutur kepada petutur. Penutur kemudian menambahkan keterangan atau alasan mengapa penutur ingin mengucapkan selamat kepada petutur, yaitu karena petutur telah meretakkan telepon genggamnya hanya dalam waktu lima menit. Berdasarkan konteksnya, maka smiling emoji dalam pesan penutur berperan sebagai emoticon yang mengungkapkan perasaan penutur terhadap petutur. Berbeda dengan data sebelumnya yang mana sentimen smiling emoji dalam mixed message dapat ditentukan dengan sentimen leksikon dalam ujaran, pada percakapan di atas, sentimen smiling emoji tidak bisa ditentukan hanya melalui sentimen leksikonnya saja. Konteks tuturan menunjukan bahwa penutur sedang menegur petutur atas apa yang telah petutur lakukan terhadap telepon genggamnya. Maka, smiling emoji disini berperan sebagai emoticon yang mengungkapkan perasaan kesal penutur kepada petutur, meskipun justru pada akhirnya membuat maksudnya menjadi samar. Walther dan D’Addario (2010: 330-331) pun sudah menyampaikan bahwa mixed message seperti ini dapat menimbulkan ambiguitas bagi petutur untuk meingterpretasi makna penutur. Maka, smiling emoji dalam pesan penutur menunjukan fungsi ilokusi bertentangan, karena dapat menimbulkan ketidakharmonisan dalam percakapan antara penutur dan petutur. Dalam menyampaikan tegurannya, penutur berupaya untuk tidak mengancam face petutur secara langsung. Penutur melakukan tindak pengancaman muka (FTA) secara tidak langsung dengan melanggar maksim cara, yaitu dengan menautkan smiling emoji ke dalam tegurannya. Upaya ini dapat berujung pada ambiguitas. Meskipun mengakibatkan ambiguitas, 16
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
penutur tetap menyelipkan petunjuk atau alasan mengapa ia menegur petutur. Hal ini dilakukan penutur supaya petutur dapat memahami konteks yang dimaksud oleh penutur. Strategi-strategi ini, memunculkan ambiguitas dan menyelipkan petunjuk dalam ujaran, merupakan contoh dari strategi off record.
4.
Simpulan Berdasarkan pembahasan di atas, smiling emoji dapat menandai tiga fungsi ilokusi,
yaitu fungsi ilokusi kompetitif, menyenangkan, dan bertentangan. Smiling emoji dalam ujaran direktif menandai fungsi ilokusi kompetitif, karena dapat membuat permintaan penutur menjadi kurang mengancam. Smiling emoji dalam ujaran ekspresif dan komisif menandai fungsi ilokusi menyenangkan, karena berperan sebagai ideogram yang mewakili bentuk simbolis dari simpati dan solidaritas penutur. Smiling emoji dalam ujaran mengancam menandai fungsi ilokusi bertentangan, karena dapat membuat pesan menjadi mengancam sesuai konteksnya dengan melanggar maksim cara. Contohnya adalah dengan membuat ujaran menjadi ambigu, samar, ironi, dan lainnya. Namun, smiling emoji tidak bisa menandai fungsi ilokusi bekerjasama, karena peran pragmatisnya sebagai aspek paralinguistik yang dapat mempengaruhi pesan, sehingga dapat melibatkan unsur kesantunan ke dalam pesan. Ketika ditautkan ke dalam pesan, smiling emoji dapat ditambahkan ke dalam tiga strategi kesantunan, berdasarkan fungsi ilokusinya. Fungsi ilokusi kompetitif smiling emoji dapat digunakan ke dalam strategi negative politeness, karena bertujuan untuk mengurangi beban pada negative face lawan bicara. Fungsi ilokusi menyenangkan smiling emoji dapat ditambahkan ke dalam strategi positive politeness, karena bertujuan untuk beramahtamah dengan lawan bicara. Fungsi ilokusi bertentangan smiling emoji dapat digunakan ke dalam strategi off record, karena bertujuan untuk memunculkan ketidakharmonisan dengan mengancam face lawan bicara melalui pelanggaran maksim percakapan. Namun, smiling emoji tidak dapat ditambahkan ke dalam strategi on record, karena pembubuhan smiling emoji ke dalam ujaran melanggar maksim cara.
5.
Daftar Pustaka
Brown, P. & Levinson, S. C. (1987). Politeness – Some Universals in Language Use. Cambridge: Cambridge University Press. Cutting, Joan. (2002). Pragmatics and Discourse: A Resource Book for Students. New York: Routledge.
17
Fungsi Ilokusi Smiling Emoji sebaga Strategi Kesantunan…………………………………………………..Fauzia
Herring, Susan C. & Dresner, Eli. (2010). Function of the Nonverbal in CMC: Emoticons and Illocutionary Force. Communication Theory, 20, 249-268. doi:10.1111/j.14682885.2010.01362.x Huls, Erica. (2014). The Communicative Functions and Adequacy of Emoticons. Kelly, Caroline. (2015). Do You Know What I Mean > : (. Stockholm: Halmstad University. Leech, Geoffrey. (1993). Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Luke Stark dan Kate Crawford, “The Conservatism of Emoji”, 30 Mei 2016, http://thenewinquiry.com/essays/the-conservatism-of-emoji/ Markman, Kris M. & Oshima, Sae. (2007). Pragmatic Play? Some Possible Functions of English Emoticons and Japanese Kaomoji in Computer-Mediated Discourse. Miller, Hannah, et al. (2016). “Blissfully Happy” or “Ready to Fight”: Varying Interpretations of Emoji. Merlina, Lina, et al. (2013). Verbal and Visual Expression of Emotions on Kaskus: A Semiotic Study. Mimbar, 29, 85-91. Novak, Petra K, et al. (2015). Sentiment of Emojis. arXiv:1509.07761. Swiftkey.Blog, “Most-used emoji revealed: Americans love skulls, Brazillians love cats, the French love hearts”, 30 Mei 2016, https://blog.swiftkey.com/americans-love-skulls-brazilians-love-cats-swiftkey-emojimeanings-report/ Walther, J. B. & D’Addario, K. P. (2001). The Impact of Emoticons on Message Interpretation in Computer-Mediated Communication. Social Science Review, 19, 324347. Yule, George. (1996). Pragmatics. Oxford: Oxford University Press. Zappavigna, Michelle. (2014). CoffeeTweets: Bonding Aaround the Bean on Twitter. In P. Seargeant & C. Tagg (eds.), The Language of Social Media: Identity and Community on the Internet (pp. 139-160).
18