JURNAL TUGAS AKHIR EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) TAMBAK UDANG SUPER INTENSIF (STUDI KASUS DI DESA PUNAGA, KABUPATEN TAKALAR)
Oleh
FUAD AHMAD D 121 12 267
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) TAMBAK UDANG SUPER INTENSIF (STUDI KASUS DI DESA PUNAGA, KABUPATEN TAKALAR) 1
Fuad Ahmad 2Mary Selintung, 3Achmad Zubair, 4Hidayat Suryanto Suwoyo, 1
Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin 2 Dosen Pengajar Program Studi Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin 3 Dosen Pengajar Program Studi Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin 4 Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Kabupaten Maros ABSTRAK Penelitian ini untuk mengevaluasi perubahan air limbah Tambak Super Intensif (TSI) yang telah mengandung konsentrasi tinggi dan di atas batas ambang yang dipersyaratkan dan mengevaluasi efektivitas setelah masuk dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) melalui uji laboratorium (exsitu) dan lapangan (insitu). Jenis penelitian yang gunakan metode deskriptif, yakni medeskripsikan karakteristik yang telah ditentukan secara sistematis, dimana teknik penentuan titik dan pengambilan dengan metode purposive sampling dan integrated sampling selama 6 minggu di unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan unit tandon air baku TSI. Untuk periode Mei-Juni 2016 diperoleh perubahan konsentrasi nutrien limbah tambak super intensif, cenderung meningkat atau terkontaminasi zat polutan berupa limbah metabolit, limbah un-eaten, dan limbah detritus. Berdasarkan standar optimum sanitasi lingkungan sesuai pedoman teknis IPAL oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2011, bahwa efektivitas cenderung menurun atau (sudah efisien : 60% < x = 80%), untuk parameter TSS 63,4%, TN 60,0%, Phosfat (PO4) 59,21%,BOD 64,07%. Sedangkan, parameter TOM 15,45% (tidak efesien: x = <20%), serta parameter pH 3,67% atau (x = <20%) dan DO 17,01% (x = >10%), cenderung meningkat atau cukup efesien sesuai dengan standar optimum yang diperbolehkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004. Sehingga, secara umum sudah memenuhi oleh Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP28/MEN/2004 tentang Baku Mutu Effluent Tambak Udang serta hasil uji hayati/uji bioassay diperoleh sebesar 100% Survival Rate (SR) kondisi baik untuk jangka menengah selama 96 jam (4 hari), sesuai Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater menurut American Public Health Associaton (APHA), 1976. KATA KUNCI : Limbah Tambak Udang Super Intensif, Efektivitas IPAL TSI, Uji Hayati/Bioassay Limbah TSI.
ABSTRACT EFFECTIVENESS OF WASTE WATER TREATMENT PLANT (WWTP) SUPER INTENSIVE SHRIMP FARMS (CASE STUDY IN DI DESA PUNAGA, KABUPATEN TAKALAR)
his study was to evaluate changes in wastewater Ponds Super Intensive (TSI) which have a high concentration of and above the threshold required and evaluate the effectiveness after entering the Waste Water Treatment Plant (WWTP) through laboratory testing (exsitu) and field (in situ). This type of research using descriptive method, namely medeskripsikan predetermined characteristics systematically, where the technique and decision point determination by purposive sampling method and integrated sampling for 6 weeks in Waste Water Treatment Plant (WWTP) unit and raw water reservoir TSI unit. For the period of May-June 2016 obtained by the concentration changes of nutrient waste pond super intensive, tend to increase or contaminated with pollutants such as waste metabolites, waste un-eaten, and waste detritus. Based on optimum standards of environmental sanitation appropriate technical guidelines WWTP by the Ministry of Health in 2011, that the effectiveness tends to decrease or (already inefficient: 60% <x = 80%), to 63.4% TSS parameter, TN 60.0%, Phosfat ( PO 4) 59.21%, 64.07% BOD. Meanwhile, TOM parameter 15.45% (inefficient: x = <20%), as well as the parameters of pH 3.67% or (x = <20%) and DO 17.01% (x => 10%), is likely to increase or quite efficiently in accordance with the standards of optimum allowed by the Ministry of Environment 51 2004. Thus, has been complied by the Decree of the Ministry of Environment and Ministry of Maritime Affairs and Fisheries No. KEP28 / MEN / 2004 on Shrimp Effluent Quality standards as well as the results bioassay / bioassay test is obtained by 100% Survival Rate (SR) good condition for the medium term as long as 96 hours (4 days), according to the Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater according to the American Public Health Associaton (APHA), 1976. KEYWORDS : Super Intensive Shrimp Waste, Effectiveness WWTP TSI, Test Biological/ Waste Bioassay TSI.
PENDAHULUAN Jenis limbah yang dihasilkan dalam kegiatan budidaya perikanan berupa limbah metabolit atau sisa material kotoran udang berupa fases dan urine yang berasal dari proses dekomposisi bahan organik dan sisa pakan yang tidak termakan serta populasi plankton yang mati yang mengandung unsur hara yang tinggi berupa senyawa nitrogen (protein, asam amino, urea), karbohidrat, vitamin, dan lemak dari hasil ekskresi udang sisa metabolisme udang (Hidayat Suryanto Suwoyo,2014). Dalam budidaya perikanan secara komersial sebanyak 30% dari total pakan sebagai nutrien yang diretensikan ke dalam tubuh hewan budidaya, dan sisanya sebanyak 70 % tidak termakan dan diekskresikan menghasilkan limbah (Rahmansyah, 2014). Menurut Barg (1992) pemberian pakan pada budidaya intensif dan semi intensif, merupakan pemasok limbah bahan organik dan nutrien utama ke lingkungan perairan pesisir yang menyebabkan eutrofikasi dan perubahan ekologi plankton, peningkatan sedimentasi, perubahan produktivitas, dan struktur komunitas bentos. Menurut Rahmansyah, et al., (2014) bahwa permasalahan buangan limbah budidaya selama operasional mengandung konsentrasi tinggi yang masih di atas batas ambang yang dipersyaratkan. Dengan adanya penelitian terdahulu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Tambak Udang Super Intensif Di Desa Punaga, Kabupaten Takalar. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Kualitas Air Limbah Tambak Super Intensif Berdasarkan kajian dari Rahman Syah,dkk tahun 2014 bahwa kualitas air limbah tambak super intensif didesain berdasarkan karakteristik limbah Tambak Super Intensif (TSI) yang memiliki kandungan Total Suspended Solid (TSS) dan Total Organic Matter (TOM) yang tinggi, Dissolved Oxygen (DO) rendah, pH rendah, Bio-Chemical Oxygen Demand (BOD)
tinggi, Total Nitrogen (TN) dan Total Phosfat (TP) yang tinggi di atas batas ambang yang dipersyaratkan. Hal ini menunjukkan bahwa limbah budidaya udang vaname super intensif memiliki potensi dampak yang tinggi jika langsung dibuang ke badan perairan. Oleh karena itu, keberadaan IPAL dalam sistem budidaya tambak superintensif manjadi suatu keharusan untuk mengolah limbah yang dihasilkan sebelum dibuang ke perairan pantai. B.
Indikator Pencemaran Perairan Beberapa karakteristik atau indikator kualitas air yang disarankan untuk dianalisis sehubungan pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai keperluan, antara lain parameter fisika, kimia dan biologi (Effendi,H, 2003). a) Derajat Keasaman (pH) Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003). b) Oksigen Terlarut-DO (Dissolved Oxygen) Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan baik tanaman maupun hewan yang ada dalam air. Analisis terhadap oksigen terlarut adalah kunci pada kegiatan pengawasan pencemaran air dan pengawasan proses pengolahan air. c) Total Suspended Solid (TSS) Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan kedalam dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. d) Phosfat (PO4) Keberadaan fosfor dalam perairan adalah sangat penting terutama berfungsi dalam pembentukan protein dan metabolisme bagi organisme. Senyawa fosfat dalam air berasal dari sumber alami antara lain dari erosi tanah, limpasan permukaan, buangan hewan dan pembusukan organisme. e) Total Nitrogen (TN) Total Nitrogen adalah semua unsur Nitrogen (N) yang terkandung di suatu perairan, termasuk didalamnya Jumlah gas amoniak (NH3) dan ion amonium (NH4), kadar Nitrit
(NO2), dan kadar Nitrat (NO3). Dalam sistem biologik, senyawa nitrogen organik dapat ditransformasi menjadi nitrogen amonium dan dioksidasi menjadi nitrogen nitrit dan nitrat. f)
Bahan Organik Total (TOM) Bahan organik total adalah akumulasi zat yang umumnya bagian dari binatang atau tumbuhan dengan komposisi utamanya berupa karbon, oksigen, hidrogen dan nitrogen (protein, asam amino, urea), lemak vitamin dari aktivitas pendukung biota makro maupun mikro yang menghasilkan sisa metabolisme yang menjadi unsur hara/sumber energi untuk mendukung aktivitas bakteri pengurai baik pengolahan dekomposisi aerob maupun dekomposisi anaerob. g) Biochemical Oxygen Demand (BOD) Biochemical Oxygen Demand merupakan ukuran jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh bakteri aerob/jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi sejumlah tertentu zat organik dalam keadaan aerob dibawah kondisi waktu dan suhu tertentu (biasanya lima hari pada 20oC). C.
Uji Hayati (Uji Bioassay) Uji hayati (bioassay) adalah uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu zat atau bahan yang bersifat toksik terhadap organisme hidup. Melalui suatu uji hayati dapat diketahui pengaruh langsung maupun tidak langsung dari bahan yang diuji dengan melihat akibat yang ditimbulkannya (Bellan, 1981). Ada beberapa cara dalam melakukan uji hayati menurut APHA (Rand, 1995), yakni berdasarkan waktu, uji hayati diklasifikasikan menjadi uji hayati jangka pendek (48 jam), uji hayati jangka menengah (96 jam), dan uji hayati jangka panjang selama kemampuan hewan uji terpapar terhadap toksisitas suatu perairan.
METODOLOGI PENELITIAAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang gunakan metode deskriptif, yakni medeskripsikan karakteristik yang telah ditentukan secara sistematis yang dilanjutkan dengan analisis sampel di laboratorium air secara exsitu serta pengambilan sampel air di lapangan se Waktu dan Lokasi Penelitian Jumlah waktu pengambilan sampel kualitas air dimulai Bulan Mei-Juni 2016 Jenis penelitian yang gunakan metode deskriptif, yakni medeskripsikan karakteristik yang telah ditentukan secara sistematis, dimana teknik penentuan titik dan pengambilan dengan metode purposive sampling dan integrated sampling selama 6 minggu. Pemantauan kualitas air limbah tambak super intensif sekali dalam seminggu, tepatnya setiap hari selasa (pukul 08.0011.00 WITA), setelah kegiatan pembuangan sludge/lumpur tambak super intensif di titik colector drain/saluran kumpul tambak sebelum pemberian pakan buatan/pellet. Lokasi Obyek Utama Penelitian Lokasi obyek utama penelitian bertempat di Instalasi Tambak Percobaan (ITP) BPPBAP di Desa Punaga,Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar yang dilengkapi unit pengolahan limbah di Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) tambak udang super intensif sebagai lokasi obyek utama penelitian. Tabel 1. Kegiatan sampling penelitiaan selama pembuangan limbah budidaya tambak super intensif periode Mei-Juni 2016 cara insitu berupa air limbah tambak udang super intensif.
UJI HAYATI/BIOASSAY Tabel 2. Metodologi Analisa Uji Hayati/Bioassay Secara Insitu Jenis Bio-Indikator
Udang
Jumlah Komoditas (ekor) Tandon Tandon Limbah Bersih 30 30
Ikan Mujair
30
30
Ikan Belanak
30
30
Metodologi Analisa Alat
Bahan
DO-Meter, Termometer, Larutan pH Solution, Refraktometer, 1 Set Aerator,Akuarium
Sampel Air Limbah (uji) dan Air Baku (kontrol)
Waktu pengamatan uji hayati/bioassay : Waktu pemaparan uji hayati atau bioassay dengan jangka menengah (LC50-96 jam) yakni kemampuan organisme hewan uji terhadap konsentrasi yang mematikan 50% organisme yang didedahkan selama 96 jam atau 4 hari sesua dengan sesuai “Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater menurut American Public Health Associaton (APHA)”.
H awal- H akhir
% Survival Rate (SR) =
X 100% H awal
Keterangan : Survival Rate (SR) :Presesntase Kelangsungan Hidup Hewan Uji (%) H awal :Jumlah Hewan Uji Awal H akhir :Jumlah Hewan Uji Akhir
In-Situ
Efektivitas Kinerja IPAL Dalam mengevaluasi efektivitas penurunan kadar konsentrasi kulitas air influent dan effluent limbah di setiap unit pengolahan limbah tambak super intensif, perlu diketahui seberapa efektif dari proses kinerja IPAL dalam mengolah limbah perikanan, dengan menghitung sebagai berikut (Sugihrto,1987): ( A-B ) % Efesiensi IPAL =
Perhitungan : Adapun persamaan untuk mengetahui kelangsungan hidup hewan uji bioassay terhadap kosentrasi senyawa beracun suatu perairan :
Lokasi
X 100 % A
Keterangan A: Kadar Parameter influent (inlet) B: Kadar Parameter effluent (outlet)
Standar optimum sanitasi lingkungan sesuai pedoman teknis IPAL oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2011, menurut Metcalf & Eddy (1991), bahwa tingkat efisiensi IPAL dikelompokkan sebagai berikut: a. b. c. d. e.
Sangat efisien : x > 80% Efisien : 60% < x = 80% Cukup efisien : 40% < x = 60% Kurang efisien : 20% < x = 40% Tidak efisien : x = <20%.
HASIL PENELITIAN Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Tambak Super Intensif
Tabel 3. Hasil pengukuran insitu dan exsitu tambak super intensif periode Mei-Juni 2016 Parameter
Suhu-( oC) Salinitas-(%o) pH DO-( mg/L) TSS-( mg/L) TN-( mg/L) Phosfat (PO4)(mg/L) BOD-( mg/L) TOM-( mg/L) Total Bakteri-(CFU/mL)
Air Baku TSI
29,36 37,24 8,82 6,86 23,3 0,15 0,25 4,92 49,63 103
Influen IPAL
Effluen IPAL
29,05 39,34 8,40 5,27 145 4,9 4,50 19,54 68,02
29,46 38,80 8,72 6,35 53,1 1,97 1,84 7,02 57,52 104
BML o
Lokasi Uji o
(27 C -32 C) (30%o -50 %o ) 6,0-9,0 >5 <200 <4,0 <0,5 <45 <50 <108
Insitu Insitu Insitu Insitu Exsitu Exsitu Exsitu Exsitu Exsitu Exsitu
Berdasarkan Tabel 3, bahwa pada (BOD), Total Nitrogen (TN), Total Bakteri, periode Mei-Juni 2016 diperoleh pengukuran masih berada batas yang ditenggang, di titik kontrol tandon air baku relatif rendah sebagaimana dipersyaratkan oleh Keputusan seperti parameter suhu, pH. DO. Sehingga, Kementerian Lingkungan Hidup dan relatif tinggi atau cenderung meningkat di Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor: titik influent pada kolam sedimentasi setelah KEP28/MEN/2004 tentang Baku Mutu pemakaian air budidaya, seperti parameter Effluent Tambak Udang. Kemudian, untuk salinitas, TSS, TN, PO4, BOD, TOM, dan parameter phosfat (PO4) dan total bahan total bakteri. organik (TOM) masih di atas baku mutu. Sedangkan, untuk di titik effluent IPAL Namun, dari hasil yang diperoleh tidak begitu berdasrkan baku mutu lingkungan, secara jauh dari nilai batasan ukuran yang umum masih di bawah baku mutu dari ditenggang oleh regulasi lingkungan. kondisi normal optimum suatu lingkungan, Sehingga, secara umum masih aman dan seperti parameter suhu, salinitas, pH, oksigen layak untuk terbuang ke badan air (daerah terlarut (DO), Total Padatan Tersuspensi pesisir dan pantai). (TSS), Kebutuhan Oksigen Biokimiawi Efektivitas Kinerja Parameter Kunci Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Tambak Super Intensif Tabel 4. Efektivitas kinerja parameter kunci di Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tambak super intensif.
Parameter
Efektivitas IPAL (%)
Influen IPAL
Effluen IPAL
Air Baku TSI
pH DO-mg/l TSS-mg/l TN-mg/l Phosfat (PO4)-mg/l BOD-mg/l TOM-mg/l
3,67 17,01 63,4 60,0 59,21 64,07 15,45
8,40 5,27 145 4,9 4,50 19,54 68,02
8,72 6,35 53,1 2,0 1,84 7,02 57,52
8,82 6,86 23,3 0,15 0,25 4,92 49,63
Berdasarkan Tabel 4 efektivitas kinerja parameter kunci di Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tambak super intensif untuk periode Mei-Juni 2016, bahwa diperoleh nilai rata-rata nilai efektivitas untuk ± >60%). Berdasarkan standar optimum sanitasi lingkungan sesuai pedoman teknis IPAL oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2011, bahwa presentase efektivitas cenderung menurun atau (sudah efisien : 60% < x = 80%) mereduksi konsentrasi kualitas air limbah dari titik influent ke titik effluent unit IPAL, untuk parameter TSS 63,4%, TN 60,0%, Phosfat (PO4) 59,21%,BOD 64,07%. Sedangkan, untuk parameter TOM 15,45% (tidak efesien: x = <20%), serta parameter pH 3,67% atau (x = <20%) dan DO 17,01% (x =
Standar Optimum Efisiensi IPAL (%) (x<20) (x>10) 60 < x = 80 60 < x = 80 40 < x = 60 60 < x = 80 x = < 20
Tingkat Efisiensi IPAL Cukup Efisien Cukup Efisien Efisien Efisien Efisien Efisien Tidak Efesien
>10%), cenderung meningkat atau cukup efesien memperbaiki konsentrasi kualitas air limbah tambak super intensif sesuai dengan standar optimum yang diperbolehkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004. Oleh karena itu, untuk melihat hasil evaluasi dari efektivitas kinerja IPAL tambak super intensif dapat disimpulkan bahwa semakin kecil konsentrasi air limbah dan beban pencemaran dari titik effluent, maka semakin tinggi laju presentase efektifitas hasil uji dan semakin efesien kemampuan unit secara fisik pengolahan limbah tambak super intensif begitu juga sebaliknya.
Grafik Hasil Uji Parameter Kunci Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Tambak Super Intensif a.
Derajat Keasaman (pH) 9,00 8,80
Hasil Uji Insitu pH
8,60 8,40
Tandon Air Baku
8,20
Kolam Sedimentasi
8,00
Kolam Oksigenasi Kolam Biokonversi
7,80
Kolam Ekualisasi
7,60 1
2
3
4
5
6
Waktu Pengamatan (Mingguan)
Grafik 1.
b.
Kandungan pH limbah tambak super intensif pada unit IPAL di Desa Punaga, Kabupaten Takalar
Oksigen Terlarut (DO)
Hasil Uji Insitu DO (mg/l)
9,00 8,00 7,00 6,00
Tandon Air Baku
5,00
Kolam Sedimentasi
4,00 Kolam Oksigenasi
3,00 2,00
Kolam Biokonversi
1,00
Kolam Ekualisasi
0,00 1
2
3
4
5
6
Waktu Pengamatan (Mingguan)
Grafik 2.
Zat Padat Tersuspensi (TSS) 300,0 250,0
Hasil Uji Exsitu PO4 (mg/l)
c.
Kandungan oksigen terlarut (DO) limbah tambak super intensif pada unit IPAL di Desa Punaga, Kabupaten Takalar
Tandon Air Baku
200,0
Kolam Sedimentasi
150,0
Kolam Oksigenasi
100,0
Kolam Biokonversi 50,0
Kolam Ekualisasi 0,0
1
Grafik 3.
2 3 4 Waktu Pengamatan (Mingguan)
5
6
Kandungan Total Suspended Solid (TSS) limbah tambak super intensif pada unit IPAL di Desa Punaga, Kabupaten Takalar
d.
Total Nitrogen (TN) 8,00 Hasil Uji Exsitu TN (mg/l)
7,00 6,00
Tandon Air Baku
5,00
Kolam Sedimentasi
4,00 3,00
Kolam Oksigenasi
2,00
Kolam Biokonversi
1,00 Kolam Ekualisasi 0,00 1
2 3 4 Waktu Pengamatan (Mingguan)
5
6
Grafik 4. Kandunganm Total Nitrogen (TN) limbah tambak super intensif pada unit IPAL di Desa Punaga, Kabupaten Takalar
e.
Phosfat (PO4)
Hasil Uji Exsitu PO4 (mg/l)
8,000 7,000 6,000
Tandon Air Baku
5,000 Kolam Sedimentasi
4,000 3,000
Kolam Oksigenasi
2,000
Kolam Biokonversi
1,000
Kolam Ekualisasi
0,000 1
Grafik 5.
f.
2
3 4 Waktu Pengamatan (Mingguan)
5
6
Kandungan Phosfat (PO4) limbah tambak super intensif pada unit IPAL di Desa Punaga, Kabupaten Takalar
Kandungan Bahan Organik Total (TOM)
(TOM) Hasil Uji Exsitu TOM (mg/l)
80,00
70,00 60,00
Tandon Air Baku
50,00 Kolam Sedimentasi 40,00
30,00
Kolam Oksigenasi
20,00
Kolam Biokonversi
10,00
Kolam Ekualisasi
0,00 1
Grafik 6.
2
3 4 Waktu Pengamatan (Mingguan)
5
6
Kandungan Total Bahan Organik (TOM) limbah tambak super intensif pada unit IPAL di Desa Punaga, Kabupaten Takalar
g.
Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (BOD)
Hasil Uji Exsitu BOD (mg/L)
25
20 Tandon Air Baku
15
Kolam Sedimentasi
10
Kolam Oksigenasi Kolam Biokonersi
5
Kolam Ekualisasi
0 1
Grafik 7.
2
3 4 Waktu Pengamatan (Mingguan)
5
6
Kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD) limbah tambak super intensif pada unit IPAL di Desa Punaga, Kabupaten Takalar
PEMBAHASAN Berdasarkan grafik penelitian periode Mei-Juni 2016 hasil analisa laboratorium (exsitu) dan lapangan (insitu), diperoleh perubahan konsentrasi nutrien limbah tambak super intensif, cenderung meningkat atau terkontaminasi zat polutan terbentuk setelah pembuangan dari kegiatan budidaya berupa limbah metabolit, limbah un-eaten, dan limbah detritus proses mineralisasi yang akan masuk pada influent pada kolam sedimentasi IPAL. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tingginya produktivitas, dengan kepadatan tinggi (1000 ekor/m2) dengan luasan tambak 1000 m2 sebanyak 3 petakan yang beroperasi serta 5-10% dari 2000 m3 air limbah budidaya tambak super intensif terbuang setiap hari selama DOC 60-90 hari , sehingga intensitas dan kuantitas akan kebutuhan pakan baik alami maupun buatan (pellet) juga meningkat. Oleh karena itu, tingginya padat penebaran akan memicu pula produktivitas beban limbah yang dihasilkan juga tinggi, baik senyawa organik maupun anorganik yang masih bersifat labil/toksik, namum akan bersifat unsur hara esensial/mineral tinggi, manakalah telah teroksidasi secara aerobik, yang dimanfaatkan oleh miro-makro organisme oleh produk akhir berupa sumber karbon dan oksigen. Sedangkan, kinerja dari tiap-tiap unit pengolahan pada bangunan IPAL secara umum cenderung menurun atau sudah efektif
dalam mereduksi konsentrasi kualitas air limbah dari titik influent ke titik effluent unit IPAL, seperti parameter Total Suspended Solid (TSS) dan Total Organic Matter (TOM), Bio-Chemical Oxygen Demand (BOD), Total Nitrogen (TN) dan Total Phosfat (TP), sedangkan untuk parameter Dissolved Oxygen (DO), pH cenderung meningkat atau memperbaiki konsentrasi kualitas air limbah setelah diolah dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagaimana dari sistem pengolahan air limbah tambak super intensif di unit IPAL didesain berdasarkan karakteristik limbah Tambak Super Intensif (TSI) yang didominasi jenis limbah bahan organik dari sisa maupun limbah metabolit oleh biota budidaya selama enam minggu waktu pemantauan atau kegiatan penelitian. Sehingga, secara umum diasumsikan, bahwa untuk kinerja bangunan IPAL tambak super intensif di Desa Punaga, Kabupaten Takalar, sudah efektif ari segi peran dan fungsi sebgai unit bangunan pengolahan air limbah di bidang perikanan.
UJI HAYATI/BIOASSAY Tabel 5. Hasil uji bioasay limbah tambak super intensif periode Mei-Juni 2016 Komoditas
Bobot (gr/ekor)
Jumlah (ekor)
Ikan Liar (Belanak) Ikan Mujair
1,695 9,68 2,28
30 30 30
Udang Vaname
Total Hewan Uji Bioassay (ekor) Efektivitas Survival Rate (SR)
Berdasarkan Tabel 5 merupakan hasil uji hayati/bioassay air limbah tambak super intesif periode Mei-Juni 2016 dengan total hewan uji bioassay sebagai bioindikator kualitas air sebanyak 90 ekor yang didedahkan selama 96 jam (4 hari) untuk jangka menengah berdasarkan Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater menurut American Public Health Associaton (APHA), 1976, diperolehv hasil efektivitas Survival Rate (SR) sebanyak 100% tingkat kelangsungan hidup hewan uji masih mampu bertahan terhadap konsentrasi toksikan yang terkandung dari hasil akhir pengolahan air limbah tambak super intensif, sehingga dianyatakan berada pada kategori kondisi relatif baik dan telah aman untuk terbuang ke badan air (daerah pesisir dan laut). REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisa uji laboratorium (exsitu) dan hasil analisa uji kelangsungan hidup melalui uji hayati/uji bioassay (insitu) selama 60 hari kegiatan pembuangan budidaya sesuai dengan acuan PP. No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, khususnya kriteria mutu air kelas III yang diperuntukan kebutuhan dibidang perikanan, bahwa secara umum terindikasi tidak terjadinya pencemaran oleh masuknya bahan polutan/zat pencemar dengan konsentrasi tinggi ke suatu badan perairan dan didukung pula, melalui uji melalui uji hayati/uji bioassay (insitu) untuk mengamati kelangsungan hidup selama 96 jam/4 hari, sehingga masih layak dan aman untuk diresirkulasi kembali air bekas olahan limbah tambak udang super intensif menjadi air baku budidaya untuk keperluan kegiatan budidaya perikanan agar senantiasa memanfaatkan air bekas produksi tambak sebagai upaya
Waktu Pemaparan (jam) 24 30 30 30
48 30 30 30
72 30 30 30
96 30 30 30
90 ekor 100%
meminimalkan dampak lingkungan, khususnya di perairan (kawasan pesisir dan laut). KESIMPULAN Perubahan konsentrasi nutrien limbah tambak super intensif, cenderung meningkat atau terkontaminasi zat polutan terbentuk setelah pembuangan dari kegiatan budidaya, kemudian setelah diolah dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) secara umum cenderung menurun atau memperbaiki konsentrasi kualitas air limbah, sehingga sudah sesuai Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP28/MEN/2004 tentang Baku Mutu Effluent Tambak Udang, dan dibuktikan secara visualisasi pengaruh air limbah tambak super intensif terhadap biota akuatik yang mewakili badan air ekosistem laut, diperoleh Survival Rate (SR) sebanyak 100% tingkat kelangsungan hidup hewan uji masih mampu bertahan terhadap konsentrasi toksikan yang terkandung dari hasil akhir pengolahan air limbah tambak super intensif. Oleh karena itu, diasumsi secara umum, telah aman untuk terbuang ke badan air (daerah pesisir dan laut) serta layak diresirkulasi sebagai air baku untuk kegiatan budidaya. UCAPAN TERIMA KASIH Diucapkan terima kasih kepada orang tua yakni Abi Ahmad Gaffar dan Umi ST. Maemunah, para pembimbing penelitian Ibu Prof. Dr. Ir. Mary Selintung, MSc selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Achmad Zubair, MSc selaku pembimbing II, Bapak Hidayat Suryanto Suwoyo, S.Pi., MSi selaku pembimbing lapangan/eksternal penelitian, atas doa restu, bimbingan, semangat, motivasi, serta terkhusus Bapak Prof. Dr. Ir. Rachman Syah selaku Penanggung Jawab Kegiatan Tambak Udang Vanname Super Intensif di Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Air (BPPBAP) Maros, Sulawesi Selatan.
Payau
DAFTAR PUSTAKA APHA, 1976. Standart Methods for the Examination of water and Wastewater.4th edition. Amirican Public Health Association, Washington DC. 1193 p. APHA. 1989. Standard Method for Examination of Water and Waste Water 14th. Ed. APHA-AWWA-WPFC, Port Press. Washington DC. Anas APHA. 1995. Standar Methods For The Examination Of Water And Wastewater.(19thed). American Water Works Association, WaterPollution ControlFederation. Washington D.C Badan Standar Nasional Indonesia (BSNI). 2008. Metoda Pengambilan Contoh Air Limbah. Penerbit Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan, Bagian. 59. Barg, U.C., 1992. Guidelines for the promotion of environmental management of coastal aquaculture development. FAO Fisheries Technical Paper 328, FAO, Rome. 122p. Based Flood Routing Schemes hal 102105, Journal of Hydrologic Engineering, Januari hal. 76-88. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius. Hidayat Suryanto Suwoyo, Muhammad Chaidir Undu, Makmur. 2014. Laju Sedimentasi dan Karakterisasi Sedimen Tambak Super Intensif Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau. . Kementerian Kelautan dan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah Kelautan dan Perikanan : Jakarta.
(IPAL) Dengan Sistem BiofilterAnaerob-Aerob Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan . Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan : Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. Nomor: Kep. 28/MEN/2004. Tentang Pedoman Umum Budidaya Udang Di Tambak. 12. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Metcalf dan Eddy. 1991. Wastewater Engineering Treatment, Disposal, Reuse. New Delhi: McGraw-Hill Book Company. Rachman syah, E.Susianingsih, M. Mangampa, S.Tahe, Makmur, M.C.Undu. H.S.Suwoyo.A.I.J.Asaad, B.R.Tampangallo, E.Septiningsih, Safar, Ilham. St. Rohani, Rosni, Nurjannah. 2013. Laporan Teknis Akhir Kegiatan Pengembangan Budidaya Udang Vaname SuperIntensif di Tambak Kecil. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Rachman syah., Makmur dan M.C. Undu. 2014. Estimasi Beban Limbah Nutrien Pakan dan Daya Dukung Kawasan Pesisir untuk Tambak Udang Vaname Superintensif. Jurnal Riset Akuakultur Volume 9 Nomor 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan : Jakarta. Rachman syah, 2016.Perkembangan Litbang Budidaya Udang Vanname Teknologi Super Intensif. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Badan Penelitian dan Pengembangan